BAB I PROBLEM DILEMATIS INVESTASI. mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperbesar produksi nasional, namun
|
|
- Hengki Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PROBLEM DILEMATIS INVESTASI Kita mulai pembahasan ini dengan sejarah lika-liku investasi di Indonesia. Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia sangat membutuhkan modal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperbesar produksi nasional, namun modal yang dimiliki Indonesia tenyata belum mencukupi -karena Indonesia tengah berusaha bangkit dari keterpurukan akibat penjajahan- sehingga dianggap perlu untuk menarik modal dari luar. 1 Maka pada tahun 1958 diterbitkanlah Undang- Undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing untuk memenuhi hajat besar tersebut. Inilah kebijakan pertama dari pemerintah yang mengizinkan investasi asing memasuki Indonesia. Namun Undang-Undang ini hanya berlaku selama tujuh tahun hingga dicabut dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun Pencabutan ini disebabkan operasi penanaman modal dianggap terlalu longgar terhadap modal asing dan hanya menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat, sehingga kemudian penanaman modal asing di Indonesia harus ditiadakan. 2 Kejatuhan rezim Soekarno juga menjadi sebab pudarnya corak Sosialisme di Indonesia. Segera di rezim Orde Baru dibawah kendali Soeharto, penanaman modal asing dapat kembali masuk Indonesia melalui penerbitan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Berselang satu tahun, 1 Konsideran menimbang Undang-Undang Nomor 78 tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing. 2 Konsideran menimbang huruf c Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1965 tentang Pencabutan Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Asing. 1
2 Presiden Soeharto menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Di masa Orde Baru ini, pertumbuhan ekonomi berlangsung pesat dalam kurun waktu 30 tahun dengan ciri pertumbuhan industri yang berbasis pengolahan Sumber Daya Alam. Pada saat itu, strategi ekonomi yang terbaik menurut Orde Baru adalah memanfaatkan modal asing melalui peran aktif perusahaan swasta baik dalam dan luar negeri, kendatipun masih dalam pengarahan dominasi politik negara di dalam sistem pasar yang bebas. 3 Perkembangan dunia yang sedemikian pesat dua dekade belakangan ini yang mengarah pada globalisasi ekonomi telah membuat pengaruh perekonomian dunia melintasi batas-batas negara. Dana dari luar negeri dalam bentuk bantuan dan modal asing tak bisa lagi dibendung mengalir melewati batas-batas negara. Banyak negara berkembang yang memanfaatkan kondisi ini sebagai peluang percepatan pembangunan serta peningkatan perekonomiannya. Di lain pihak, terbatasnya dana pembangunan jadi kendala tersendiri bagi Indonesia, karena untuk menggerakkan roda pembangunan tentu membutuhkan modal yang sangat besar. 4 Dan bagi negara seluas Indonesia, hanya mengandalkan kemampuan domestik untuk memodali pembangunan bukanlah hal yang mudah sebab masih terkendala hal mendasar seperti kurangnya akumulasi modal dalam negeri, rendahnya saving, minimnya keterampilan masyarakat, dan tidak dikuasainya teknologi modern. 5 3 Pakkanna, Mukhaer. Manajemen Ekonomi Outopilot: Kegagalan Negara Mencari Identitas? Jurnal Liquidity. Vol. 1. No. 2. Juli-Desember Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Prenada Media. Jakarta hal Loc.Cit. 2
3 Tak ayal kondisi seperti inipun lantas memaksa Indonesia untuk mencari sumber-sumber dana dari luar untuk pembiayaan pembangunan, seperti mencari bantuan luar negeri atau mendatangkan modal asing melalui investasi. Faktanya, tren penarikan modal melalui investasi langsung selalu menjadi pilihan terbaik di berbagai negara jika dibanding dengan mengandalkan pinjaman dari luar negeri. 6 Hal ini tentu saja bisa dimaklumi. Sebab penanaman modal langsung dinilai mampu memberi andil yang cukup besar terhadap pembukaan lapangan kerja baru, transfer keterampilan dan manajemen, serta dalam transfer teknologi. 7 Inilah daya tarik investasi yang diminati negara berkembang di seluruh dunia, hingga mereka saling berlomba menggaet modal dari negara maju untuk ditanamkan di negaranya. Dinamika perekonomian global yang semakin pesat berkembang, dan keadaan dalam negeri Indonesia yang tak juga lepas dari gap negara berkembang beserta segudang permasalahan yang terus mengungkung kemajuan Indonesia ini, pada akhirnya menjadi pijakan bagi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengeluarkan mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. Tujuannya adalah untuk perbaikan iklim investasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan salah satu agenda pentingnya berupa finalisasi Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal (untuk segera disahkan) menjadi Undang-Undang Penanaman Modal. 6 Yulianto Ahmad. Peran Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) dalam Kegiatan Investasi. Jurnal Hukum Bisnis Vol. 22. No. 5. Tahun hal Pandji Anoraga. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta hal 46. 3
4 Salah satu parameter keberhasilan strategi pembangunan SBY terkait investasi ialah: terus naiknya realisasi investasi dari tahun ke tahun. Tentu saja ini merupakan perkembangan yang menggembirakan, karena dana tersebut dapat diandalkan untuk membiayai pembangunan. Grafik yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia menunjukkan bahwa perkembangan realisasi investasi sejak tahun 2010 hingga 2015 terus mengalami peningkatan, baik realisasi investasi asing (Foreign Direct Investment) maupun investasi dalam negeri (Domectic Direct Investment). Selengkapnya dapat dilihat gambar grafik berikut: Grafik Realisasi Investasi Indonesia Tahun Gambar 1.1. Grafik realisasi investasi tahun Sumber: BKPM RI, 2016 Sampai saat ini, kebijakan investasi di Indonesia masih menjadi polemik, sebab di satu sisi investasi dianggap membawa perbaikan bagi perekonomian bangsa, namun di sisi lain banyak yang menilai bahwa investasi di Indonesia bisa merugikan kepentingan bangsa. Revrisond Baswir mengatakan bahwa setidaknya ada tiga alasan untuk menganggap Undang-Undang Penanaman Modal atau UUPM sebagai suatu sesat pikir, yaitu: Pertama, UUPM dinilai ahistoris karena 4
5 mengabaikan latar belakang Indonesia sebagai negara yang pernah dijajah; Kedua, UU tersebut cenderung memihak secara berlebihan terhadap pemodal asing; dan Ketiga, UUPM sangat besar berpotensi melanggar konstitusi. 8 Memang yang perlu senantiasa kita waspadai ialah timbulnya paradoks ketergantungan negara terhadap dana asing dalam pembiayaan pembangunan yang memuat perbedaan kepentingan antara investor asing dan pemerintah dalam negeri; dimana kepentingan utama investor asing itu pada profitabilitas, daya saing, dan akses pasar internasional, sementara kepentingan negara berkembang adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 9 Jika diperhatikan, paradoks ketergantungan negara terhadap dana asing dan perbedaan kepentingan ini memang sangat erat keterkaitannya dengan kehadiran pihak asing dalam operasi penanaman modal di suatu negara berdaulat. Isu penanaman modal asing memang lekat dengan isu kedaulatan ekonomi suatu negara, yang isu ini kerap memicu polemik dari sudut pandang ekonomi-politik hingga sudut pandang ideologi. Sebagai negara berdaulat yang berideologi Pancasila, polemik mengenai investasi asing di Indonesia menjadi permasalahan penting jika ditinjau dari sudut pandang kedaulatan ekonomi atau perspektif demokrasi ekonomi, dikarenakan kebijakan penanaman modal memuat persinggungan dua kepentingan yang berbeda yaitu antara kepentingan asing dan kepentingan dalam negeri. Munculnya orientasi kebijakan ekonomi kerakyatan semacam ini memang disebabkan oleh adanya 8 Baswir, Revrisond. Bahaya Neoliberalisme. Pustaka Pelajar. Yogyakarta hal Kehl dalam Rohendi, Acep. Prinsip Liberalisasi Perdagangan WTO dalam Pembaharuan Hukum Investasi di Indonesia. Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum. Vol. 1 No
6 dualisme ekonomi yang secara empiris ditunjukkan dengan keberadaan satu kelompok ekonomi kuat yaitu pengusaha asing dan kelompok ekonomi lemah yaitu pribumi, sehingga lantas mendorong pemerintah membuat kebijakan peningkatan ekonomi bagi pribumi. 10 Soedijana pernah menegaskan bahwa konstitusi kita itu mengamanatkan agar pembangunan ekonomi Indonesia didasarkan pada prinsip demokrasi ekonomi, yaitu prinsip demokrasi yang dapat mewujudkan kedaulatan ekonomi Indonesia. 11 Sebagaimana kita ketahui bersama, prinsip demokrasi ini diamanatkan konstitusi dalam pasal 33 ayat (4) UUD Maka tidak ada lagi alasan untuk menafikan prinsip demokrasi ekonomi ini dalam setiap kebijakan perekonomian pemerintah Indonesia, termasuk didalamnya kebijakan investasi: demokrasi ekonomi haruslah diletakkan sebagai landasan. Sebagai sebuah kebijakan perekonomian, Undang-Undang Penanaman Modal yang mengatur investasi di Indonesia tentu memiliki banyak aspek penting, yang dalam karya tulis ini akan dibedakan menjadi tiga hal. Pertama, UUPM yang merupakan gagasan rasional dari perumus kebijakan pastilah memiliki arah tujuan. Hal ini sebagaimana pendapat Carl Friedrich bahwa yang paling pokok dari suatu kebijakan ialah terdapatnya maksud, tujuan, sasaran maupun kehendak. 12 Kedua, sebagai suatu kebijakan pemerintah dalam bidang perekonomian, UUPM tentu melibatkan peran berbagai aktor pembangunan di negara ini. Sebagaimana Nunuk 10 Boeke dalam Lukman dan Budi dalam Mutis, Thoby. Cakrawala Demokrasi Ekonomi. Penerbit LP KUKMUS-USAKTI bekerjasama dengan Penerbit Kreasi Wacana. Yogyakarta hal Soedijana, dkk. Ekonomi Pembangunan Indonesia (Tinjauan Aspek Hukum). Universitas Atmajaya. Yogyakarta Friedrich dalam Wibawa, Samodra. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Graha Ilmu. Yogyakarta hal 2. 6
7 berpandangan bahwa perekonomian di suatu negara dihasilkan oleh sumber daya yang ada di negara tersebut, baik masyarakat sebagai konsumen atau pemilik faktor produksi, atau pemerintah dan dunia usaha sebagai institusi yang mengolah input sumber daya menjadi output, atau pemerintah sebagai regulator yang mengatur perekonomian menuju kesejahteraan rakyat. 13 Dan ketiga, sebuah kebijakan pasti memiliki strategi tertentu dalam mencapai tujuan. Hal ini didasarkan pada pendapat Amara yang mendefinisikan kebijakan sebagai suatu taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. 14 Oleh karena itu dalam analisis isi ini, kebijakan investasi akan dieksplorasi secara lebih mendalam melalui tiga subvariabel yaitu: arah kebijakan investasi, peran aktor pembangunan atau stakeholders dalam investasi, serta strategi pemerintah dalam tata kelola investasi di Indonesia. Dimana arah kebijakan investasi itu mengacu pada maksud, tujuan, sasaran maupun kehendak yang terdapat dalam kebijakan investasi; Peran stakeholders mengacu pada peran aktor pembangunan yang terlibat dalam kegiatan investasi; dan strategi mengacu pada upaya pemerintah yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan investasi. Terkait problem dilematis investasi di Indonesia, terkait kehadiran investasi asing di Indonesia dan adanya amanat konstitusi tentang demokrasi ekonomi; maka konsep demokrasi ekonomi menjadi suatu hal yang menarik untuk menjadi perspektif untuk menganalisa kebijakan investasi di Indonesia, yakni 13 Nunuk Dwi Retnandari. Pengantar Ilmu Ekonomi dalam Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta hal Amara dalam Suwitri, Sri. Konsep Dasar Kebijakan Publik. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang hal 6. 7
8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Apalagi di bawah pemerintahan Jokowi-JK dengan program Nawacita-nya yang pro-rakyat, demokrasi ekonomi dirasa menemukan momentum yang tepat untuk membedah kebijakan pemerintah di bidang investasi, dimana kebijakan investasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Maka kemudian muncul keingintahuan, bagaimana sebenarnya perspektif atau cara pandang demokrasi ekonomi terhadap kebijakan investasi di Indonesia yang terdapat dalam UU 25/2007? Rumusan tersebut lantas diturunkan dalam tiga pertanyaan berikut: Pertama, bagaimana pandangan demokrasi ekonomi terhadap arah kebijakan investasi Indonesia? Kedua, bagaimana pandangan demokrasi ekonomi terhadap peran stakeholders pembangunan dalam kebijakan investasi Indonesia? dan Ketiga, bagaimana pandangan demokrasi ekonomi terhadap strategi pemerintah dalam kebijakan investasi Indonesia? 8
BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN. Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan
BAB VIII TIGA BUTIR SIMPULAN Pada bagian penutup, saya sampaikan tiga simpulan terkait kebijakan investasi di Indonesia jika ditinjau dari perspektif demokrasi ekonomi, yaitu: Pertama, UU 25/2007 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan demi menciptakan masyarakat yang makmur, yang dimana akan diwujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENETAPAN
Lebih terperinciBagaimana awalnya Amerika bisa menjajah Indonesia secara ekonomi dan politik?
Revrisond Baswir, Pengamat Ekonomi Politik UGM William Blum dalam buku terbarunya America s Deadliest Export Democracy menyebutkan ekspor Amerika yang paling mematikan adalah demokrasi. Menurut mantan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1994 VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya, pemerintah tidak luput akan adanya interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara
Lebih terperinci(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)
DESENTRALISASI PENYELENGGARA PENANAMAN MODAL (SUATU TINJAUAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL) (The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat UUD RI tahun 1945, pemerintah daerah berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya
177 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya tentang Kebijakan Pemerintah Orde Baru dalam Privatisasi BUMN Ditinjau dari Peranan IMF Antara Tahun 1967-1998.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia, berbagai macam investasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dengan menciptakan iklim investasi atau penanaman modal yang kondusif. Di samping itu,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Melalui uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama internasional memiliki peranan penting dalam mendukung pencapaian nasional,
Lebih terperinciKEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN
KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN 2004-2009 Agenda utama dalam bidang ekonomi yang telah ditetapkan oleh Pemerintahan SBY - Kalla bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pembukaan Undang Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat disebutkan tujuannya, yaitu membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia
Lebih terperinci11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB]
11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB] 1. Definisi Ormas Sangat Umum, Membelenggu Semua Bentuk dan Bidang Kemasyarakatan Definisi Ormas dalam Pasal 1 yang serba
Lebih terperinciSejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik
Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses pembangunan suatu negara, terdapat banyak aspek penting yang harus diperhatikan dan dimengerti. Dari segala aspek yang ada, aspek ekonomi mempunyai pengaruh
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...
DAFTAR ISI Sampul Depan. 1 Daftar Isi...... 2 Bab I : Pendahuluan..... 3 Bab II : pembahasan 1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 5 1. Pengertian....... 5 2. Latar Belakang PMDN... 5 3. Faktor Faktor
Lebih terperinci2012, No.73 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin un
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.73, 2012 KETENAGALISTRIKAN. Jual Beli. Tenaga Listrik. Lintas Negara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5297) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinci2013, No.5 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut den
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2013 TENAGA KERJA. Mitra Usaha. Pengguna Perseorangan. Penilaian. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5390) PERATURAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.
100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih
BAB I PENDAHULUAN Tidak mungkin ada monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun nilai demokrasi ( Suara Yogya, 26/11/2010). Itulah pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi
Lebih terperinciBAB III DINAMIKA INVESTASI, OTONOMI DAERAH, DAN KEBIJAKAN INVESTASI
BAB III DINAMIKA INVESTASI, OTONOMI DAERAH, DAN KEBIJAKAN INVESTASI Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 2001, maka setiap pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi Indonesia yang diamanatkan oleh konstitusi harus dilaksanakan dengan segenap potensi yang ada di masyarakat. Pasal 33 ayat (4) Undang-undang Dasar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.241, 2013 ADMINISTRASI. Kepegawaian. Pemeliharaan Kesehatan. PNS. Pensiunan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5484)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan
Lebih terperinci2. Masa awal kemerdekaan Indonesia sangat menentang sistem perekonomian kapitalis dan liberalisasi dan condong ke ideologi politik dan sosialis
1. Perekonomian Indonesia memiliki ciri yang khas yang berbeda dengan negara yang lain, dimana peran pemerintah dalam mengendalikan lini kehidupan masyarakatnya terlalu besar terutama dimulai sejak rezim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan terdapat berbagai permasalahan muncul terkait dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah menunjukkan terdapat berbagai permasalahan muncul terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria. Baik sebelum maupun sesudah masa kemerdekaan,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
FINAL PANSUS 15 DES 2011 PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi
Lebih terperinciBAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM
BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciPEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PEMETAAN, MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ASPEK KELAS VII SEMESTER 1 1. Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 1.1
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan itu diperlukan adanya kerja sama yang akan berlangsung terus,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi adalah suatu bentuk kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerja sama ini diadakan dengan perusahaan ataupun rumah tangga mereka. Untuk mencapai tujuan itu
Lebih terperinciPengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Tentu
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinciTanggapan Anda dengan pernyataan Rektor UGM yang menyebut persen aset
Salamuddin Daeng, Peneliti Indonesia for Global Justice Pemerintah berkeyakinan masuknya investasi asing akan membangkitkan ekonomi negara dan rakyat tambah sejahtera. Tapi anehnya, ketika hampir 70 persen
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke
IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.
Lebih terperinciREGULASI PENYIARAN DI INDONESIA
REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA Era Reformasi&Berakhirnya Era Orde Baru Proses disahkannya undang-undang penyiaran tersebut terjadi pada era pemerintahan Presiden Megawati. Tujuannya untuk menghasilkan
Lebih terperinciPengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN
Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan
Lebih terperinciEKONOMI KERAKYATAN. Endang Mulyani
EKONOMI KERAKYATAN Endang Mulyani Perum Griya Purwa Asri Blok C/258 Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta Tilp 0274 (4395728) HP 081328060390 Pendidikan Ekonomi FISE UNY Tilp 586168, Psw 387 Email: endangmulyani_uny@
Lebih terperinciSKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM PENANAMAN MODAL DI KOTA PADANG
SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM PENANAMAN MODAL DI KOTA PADANG Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.
Lebih terperinciPOLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH
POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH Kerangka Teori Top down Jauh dari rasa keadilan H.Ket: State law Legitimasi Bagi Penguasa Hukum yang asing Kerangka Teori Basic Policy Enactment Policy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri jasa konstruksi memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan nasional mengingat industri jasa konstruksi menghasilkan produk akhir berupa bangunan
Lebih terperinciTinjauan Mata Kuliah A. RELEVANSI
vii Tinjauan Mata Kuliah A. RELEVANSI Melihat kondisi perekonomian saat ini, modul ini diharapkan dapat menjadi arahan untuk pelaksanaan sistem ekonomi nasional. Terjadinya privatisasi Badan Usaha Milik
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciMengenang Salim Kancil Kaum Tani, Menuju Bangkit dari Keterpurukan!
Mengenang Salim Kancil Kaum Tani, Menuju Bangkit dari Keterpurukan! 05-12-2016-11:02 Views: 35.21k TIMESINDONESIA, MALANG NASIB kaum tani di negeri ini nyaris lekat dengan keterpurukan. Tak hanya profesi
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5835 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 9). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS MENTERI NEGARA KOORDINATOR
KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 174 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS MENTERI NEGARA KOORDINATOR PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 162 Tahun 2000 tentang
Lebih terperinciBAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN
BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DEMOKRATISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA: TANTANGAN DAN ARAH KE DEPAN Oleh Tim Peneliti Fakultas Hukum Unpad Ketua Tim : Atip Latifulhayat, S.H., LL.M., Ph.D. Wakil Ketua Tim:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.
BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Militer Indonesia merupakan kasus yang menarik bagi studi mengenai Militer dan Politik. Selain keterlibatan dalam sejarah kemerdekaan, selama tiga dekade militer Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses berkesinambungan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu strategi pembangunan haruslah ditekankan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciKERJASAMA INTERNASIONAL.
KERJASAMA INTERNASIONAL TUJUAN PEMBELAJARAN Mendeskripsikan kerjasama internasional Mengidentifikasi tujuan kerjasama internasional Menganalisis kerjasama ekonomi internasional Mengidentifikasi dampak
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foreign Direct Investment (FDI) sebagai komponen yang meningkatkan pertumbuhan, mendapat perhatian besar dari negara-negara maju pada umumnya dan negara-negara berkembang
Lebih terperinciRELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR
RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini Hak atas Kekayaan Intelektual (yang biasa disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI sendiri cukup
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan
Lebih terperinci"Di usia kemerdekaan 68 tahun, meskipun kaya raya dengan sumber daya alam namun hingga kini masih banyak didaulat oleh perusahaan negara asing.
"Di usia kemerdekaan 68 tahun, meskipun kaya raya dengan sumber daya alam namun hingga kini masih banyak didaulat oleh perusahaan negara asing." Kondisi Indonesia sudah mengkhawatirkan. Inilah peringatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan kemandirian dan daya saing sebuah negara di dunia internasional. Hal ini dimaksudkan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan
Lebih terperinciASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum
ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN 1945 1 Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum PENDAHULUAN Sebagai negara hukum Indonesia memiliki konstitusi yang disebut Undang- Undang Dasar (UUD
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
No. 5797 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I INDUSTRI. Izin Usaha. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 329). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciDinamika Politik Pemekaran Daerah
Dinamika Politik Pemekaran Daerah Penyunting: Indra Pahlevi Diterbitkan oleh: P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika Judul: Dinamika Politik Pemekaran Daerah Perpustakaan Nasional: Katalog
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi Undang Undang yang berkaitan dengan Demokrasi a. Dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (sebelum
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL
GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia
90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang sangat besar sehingga sangat membutuhkan dana yang besar untuk melakukan pembangunan nasional.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2009 PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2009 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1992 KEIMIGRASIAN MENJADI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi likuiditas global telah diakui memiliki kontribusi yang besar terhadap lonjakan arus masuk modal di negara-negara pasar berkembang atau emerging markets. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. 1. entitas ekonomi didasarkan atas kenyataan bahwa masing-masing pihak saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sedang dilanda krisis ekonomi akibat menguatnya mata uang dollar terhadap hampir seluruh mata uang di dunia. Perubahan tersebut memunculkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa Presiden sebagai pemegang kekuasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada untuk melayani rakyat, dengan kata lain pemerintah adalah "pelayan rakyat". Pelayanan publik (public
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinci