BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak tanaman dan juga rempah-rempah yang sangat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak tanaman dan juga rempah-rempah yang sangat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak tanaman dan juga rempah-rempah yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, salah satunya adalah temulawak. Tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu dari sembilan tanaman unggulan yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Pengembangan tanaman temulawak di Indonesia sangat potensial karena produksi rimpang temulawak mengalami peningkatan sejak tahun (BPS, 2003). Kandungan kimia rimpang temulawak yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri makanan, minuman maupun farmasi adalah pati, kurkuminoid dan minyak atsiri (Sidik dkk., 1995). Kurkuminoid merupakan komponen berwarna kuning, sehingga dapat digunakan sebagai zat warna dalam industri pangan dan kosmetik. Fraksi kurkuminoid yang terdapat pada temulawak terdiri dari dua komponen, yaitu kurkumin dan demetoksikurkumin (Sidik dkk., 1995). Menurut Khanna (1999), kurkumin memiliki khasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antiparasit, antimutagen, dan antikanker. Selama ini, permintaan temulawak dari luar negeri cukup tinggi. Namun, temulawak Indonesia ternyata belum bisa diterima pasar luar negeri karena berada di 1

2 2 bawah standar mutu internasional. Oleh karena itu, diperlukan kontrol kualitas terhadap temulawak yang tumbuh di Indonesia. Kontrol kualitas temulawak biasanya dilakukan dengan analisis kuantitatif kurkumin dengan teknik kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (Jiang dkk., 2006; Jadhav dkk., 2007; Bos dkk., 2007; Lee dkk., 2011). Meskipun demikian, metode KCKT memiliki keterbatasan yaitu perlu waktu yang lama, memerlukan ahli untuk melakukan analisis, dan memerlukan tahap penyiapan sampel yang relatif kompleks (Tanaka dkk., 2008). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Munson, 1991). Oleh karena itu, diperlukan metode yang praktis dan efisien. Dewasa ini, penggunaan spektrofometer Fourier transformed infrared (FTIR) yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat untuk analisis suatu komponen dalam tumbuhan telah banyak dikembangkan. Spektrofometer FTIR yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat dapat mengukur sampel secara cepat tanpa merusak dan mampu menganalisis beberapa komponen secara serentak (Rohaeti dkk., 2011). Penggunaan spektrofotometer FTIR dalam analisis tumbuhan masih terbatas karena matriks dan spektrum yang dihasilkan cukup kompleks. Kombinasi dengan kemometrik dapat memperluas potensi spektroskopi FTIR sebagai metode alternatif untuk menganalisis komponen dalam tumbuhan. Metode analisis ini dikembangkan dengan memanfaatkan informasi pola sidik jari yang bersifat khas (Wold dkk., 2001). Kemometrik memanfaatkan ciri serapan IR yang khas dari setiap molekul untuk mengklasifikasi sampel atau untuk membuat model kalibrasi

3 3 multivariat (dengan melibatkan data referensi) yang dapat digunakan dalam prediksi hasil pengukuran suatu sampel (Naes dkk., 2002). Kombinasi spektrum FTIR dengan kalibrasi multivariat telah banyak digunakan diantaranya model klasifikasi asal daerah meniran (Dharmaraj dkk., 2006), penentuan kadar senyawa atau golongan senyawa aktif tumbuhan obat (Rohaeti dkk., 2006), metode deteksi pemalsuan atau diskriminasi bahan baku pangan atau obat herbal (Liu dkk., 2008; Chen dkk., 2009) dan prediksi kapasitas antioksidan total pada minuman anggur (Versari dkk., 2010). Selain itu, kombinasi spektroskopi Near Infrared (NIR) dengan kalibrasi multivariat pernah dilakukan sebelumnya oleh Tanaka dkk. (2008) untuk mengkuantifikasi kurkumin dalam ekstrak metanol kunyit. Pemakaian yang luas tersebut karena teknik ini memberikan hasil yang cukup teliti dan akurat walaupun dengan matriks sampel yang kompleks (Rohaeti dkk., 2011). Namun, analisis kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak menggunakan metode spektrofotometer FTIR yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan metode spektroskopi FTIR yang dikombinasikan dengan kemometrika kalibrasi multivariat untuk analisis kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak. B. Rumusan Masalah masalah yaitu: Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diambil suatu perumusan

4 4 1. Apakah metode spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat dapat diterapkan dalam analisis kuantitatif kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak? 2. Bagaimana hubungan antara hasil analisis kuantitatif kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak yang dianalisis dengan KCKT dan spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat (Partial Least Square, PLS)? C. Pentingnya Penelitian Dilaksanakan Kontrol kualitas kandungan kurkumin dalam tanaman temulawak penting dilakukan agar dapat memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan oleh pasar dalam dan luar negeri.selain itu, keamanan, dosis, dan efikasi penggunaan ekstrak temulawak dapat dipastikan. Kontrol kualitas ekstrak temulawak yang umum dilakukan adalah melalui penentuan kandungan senyawa aktif kurkumin dalam tanaman. Tentunya hal ini perlu didukung dengan metode analisis kurkumin dalam ekstrak temulawak yang efisien, valid, dan praktis. Spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan metode kalibrasi multivariat Partial Least Square (PLS) merupakan teknik yang tidak merusak, valid, cepat, dan membutuhkan sedikit persiapan sampel. Selain itu, spektrofotometri FTIR menawarkan teknik sidik jari yang mana 2 ekstrak etanolik tanaman yang berbeda tidak akan memiliki profil spektra inframerah yang sama sehingga identifikasinya menjadi lebih reliable. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai dasar acuan untuk

5 5 analisis kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak. D. Tujuan Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak yang efisien, valid, dan praktis menggunakan spektrofotometer FTIR dikombinasikan dengan Partial Least Square (PLS). Tujuan penelitian ini secara rinci adalah: 1. Melakukan analisis kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak dengan spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat. 2. Mencari hubungan konsentrasi kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak yang dianalisis dengan KCKT dan dengan metode spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat (Partial Least Square, PLS). E. Tinjauan Pustaka 1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Rimpang induk temulawak (Gambar 1) dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit rimpang adalah cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang adalah oranye tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di dalam tanah pada kedalaman sekitar 16 cm. Tiap rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah rimpang muda (Anonim, 2007; Departemen Kesehatan RI, 2008). Klasifikasi Ilmiah tanaman temulawak adalah sebagai berikut:

6 6 Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Keluarga Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae : Zingiberales : Zingiberaceae : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Rukmana, 1995). (a) (b) Gambar 1. Penampakan temulawak yang digunakan untuk penelitian. (a) contoh temulawak yang digunakan yang berasal dari pasar Bantul, (b) contoh irisan temulawak. Kandungan rimpang temulawak segar adalah pati (48-59,64%), kurkuminoid (1,6-2,2%) dan minyak atsiri (1,48-1,63%) (Sidik dkk., 1995). Minyak atsiri atau minyak menguap merupakan komponen dalam temulawak yang memberikan bau karakteristik, sedangkan kurkuminoid terdiri dari beberapa zat warna kuning.

7 7 Manfaat temulawak terutama diperoleh dari kurkuminoid yang merupakan senyawa aktif dalam rimpang tanaman temulawak. Temulawak dilaporkan memiliki berbagai aktivitas yakni antitumor, antiinflamasi, antioksidan, hepatoprotektif, dan atibakteri. Aktivitas tersebut disebabkan komponen aktif temulawak berupa kurkuminoid dan xanthorrizol (Hwang, 2006). 2. Kurkumin Kurkumin [1,7-bis(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)-1,6-heptadien-3,5-dion] merupakan salah satukomponen kurkuminoid yang terdapat pada rimpang tanaman Curcuma sp. (Tonnesen, 1989; Masuda dkk., 1992; Masuda dkk., 1993). Dua komponen kurkuminoid lainnya adalah demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Kurkuminoid merupakan polifenol yang bertanggung jawab pada warna kuning Curcuma xanthorrhiza Roxb.. Rumus molekul dan berat molekul kurkumin berturut-turut adalah C 21 H dan 368,67. Kurkumin bersifat semipolar yang relatif tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik seperti aseton, dimetilsulfoksida dan etanol. Studi kinetika peruraian kurkumin pada ph 1-11 oleh Tonnesen dan Karlsen (1985) menunjukkan bahwa kurkumin dalam larutan air mengalami degradasi melalui reaksi hidrolisis. Pada ph < 1, kurkumin terprotonasi sehingga berwarna merah. Pada ph 1-7, kurkumin dalam bentuk netral yang berwarna kuning dan memiliki kelarutan dalam air yang sangat rendah; dan pada ph > 7,5, kurkumin berwarna oranye hingga merah, dan sangat tidak stabil. Kecepatan

8 8 degradasi pada ph 7 lebih lambat dibanding pada ph > 7. Bentuk kristal kurkumin berupa batang atau prisma, dengan titik leleh ºC. Struktur senyawa komponen kurkuminoid sebagaimana dalam Gambar 2. O O H 3 CO OCH 3 (a) HO O O OH H 3 CO (b) HO O O OH (c) HO OH Gambar 2.Struktur kimia (a) kurkumin, (b) demetoksikurkumin, dan (c) bisdemetoksikurkumin (Gambar diadopsi dari Hwang, 2006). Kurkumin merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan untuk mengurangi dampak negatif radikal bebas (Sugiharto, 2007). Kurkumin dapat berperan sebagai antioksidan karena mengandung gugus -OH fenolik. Priyadarsini dkk. (2003) menyatakan bahwa gugus -OH dari senyawa fenolik sangat potensial beraktivitas sebagai antioksidan. Efek farmakologis lainnya adalah sebagai antitumor, antiinflamasi, dan hepatoprotektif (Hwang, 2006).

9 9 Beberapa peneliti telah melaporkan analisis kuantitatif kurkuminoid dengan berbagai metode analisis. Salah satu metode penentuan kurkuminoid atau produk berbasis kurkumin adalah dengan spektrofotometri UV-Vis (Jayaprakasha dkk., 2005; Pothitirat dan Gritsanapan, 2006). Meskipun demikian, kehadiran senyawa lain dalam ekstrak temulawak yang dapat menyerap pada panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang kurkuminoid akan mempengaruhi akurasi hasil (Jayaprakhasa dkk., 2005). Prosedur analisis sederhana menggunakan Flow Injection Analysis (FIA) juga dilakukan untuk pengukuran kurkumin (Thongcai dkk., 2009; Inoue dkk., 2001). Metode berbasis kromatografi adalah teknik analisis yang umum untuk analisis kuantitatif dan kualitatif kurkuminoid seperti kromatografi lapis tipis (Anderson dkk., 2000; Forgacs dan Cserhati, 2002; Zhang dkk., 2008), KCKT (Sun dkk., 2005; Ruslay dkk.,2007; Jiang dkk., 2006; Jadhav dkk., 2007; Bos dkk., 2007; Lee dkk., 2011), dan kromatografi gas (Almeida dkk., 2005; Zhang dkk., 2008; Anderson dkk., 2000). Rendahnya volatilitas dan sifatnya yang labil pada pemanasan, menjadikan kurkuminoid kurang populer ditetapkan menggunakan kromatografi gas. Elektoforesis kapiler adalah alat pemisahan yang kuat, yang berkembang pesat dan banyak diterapkan untuk analisis produk farmasi, dan komponen bioaktif tumbuhan. Beberapa faktor, yaitu persiapan sampel, kapasitas pemisahan, dan tingkat deteksi harus diperhitungkan ketika elektroforesis digunakan untuk analisis kurkuminoid (Li dkk., 2006). Analisis kurkuminoid dalam makanan dan produk farmasi sangat

10 10 penting, karena itu diperlukan metode yang cepat, handal, murah dan tidak merusak sampel seperti spektrofotometri inframerah. 3. Ekstraksi Ekstraksi atau penyarian adalah peristiwa pemindahan zat aktif yang semula di dalam sel akan ditarik oleh cairan penyari, sehingga zat aktif berada di dalam cairan penyari. Penyarian ini menghasilkan suatu ekstrak. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Metode penyarian yang digunakan tergantung wujud dan kandungan zat dalam bahan yang akan disari. Proses ekstraksi dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan perbedaan konsentrasi, mulai dari pusat butir serbuk simplisia sampai ke permukaannya. Semakin besar perbedaan konsentrasi, semakin besar daya dorong tersebut sehingga mempercepat penyarian. Cairan penyari harus dapat mencapai seluruh serbuk dan secara terus-menerus mendesak ke luar larutan yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi (Departemen Kesehatan RI, 1986). Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstraksi. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, dan tidak mudah terbakar,

11 11 selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku (Departemen Kesehatan RI, 1986). Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan yaitu maserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Teknik ini dilakukan untuk mengekstrak jaringan tanaman yang belum diketahui kandungan senyawanya yang mungkin bersifat tidak tahan panas (Harbone, 1987). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, dan zat aktif akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel (Departemen Kesehatan RI, 1986). Pada penyarian dengan cara maserasi dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia. Selain itu, dengan pengadukan akan terjaga perbedaan konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu

12 12 dibiarkan dalam selang waktu tertentu. Waktu tersebut diperlukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari (Departemen Kesehatan RI,2000). Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sementara kerugiannya adalah pengerjaan lama dan penyariannya kurang sempurna (Departemen Kesehatan RI, 2000). Proses ekstraksi dengan metode maserasi dikombinasikan dengan alat vaccum rotary evaporator yang bertujuan untuk mendapat hasil pemisahan yang maksimal. Vaccum rotary evaporator merupakan alat yang dirancang untuk memindahkan pelarut yang mudah menguap dalam jumlah yang besar dari larutan pada penurunan tekanan, meninggalkan komponen yang tidak mudah menguap. Perbedaan utama pekerjaan ini dengan kerja distilasi adalah dilakukannya pemutaran labu distilasi selama pemindahan pelarut. Pemutaran memiliki fungsi penting yakni dapat menghindari resiko bumping dan meningkatkan kecepatan pemindahan pelarut (Firdaus, 2011). 4. Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) Radiasi inframerah (Infrared, IR) tidak memiliki cukup energi untuk menyebabkan transisi elektronik. Bila radiasi IR dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul akan menyerap energi sehingga terjadi vibrasi (Hendayana dkk.,

13 ). Panjang gelombang serapan oleh suatu ikatan bergantung pada jenis getaran ikatan antar atom. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan akan menyerap radiasi IR pada panjang gelombang yang berbeda (Fessenden dan Fessenden, 1986). Spektrum inframerah kurkumin terdiri dari gugus fungsional alkena, karbonil, alkana, benzena dan hidroksi. Kesamaan serapan alkena terhadap serapan aromatik menyebabkan sukar untuk mendeteksi gugus alkena dalam molekul aromatik. Puncak sedang hingga kuat di daerah cm -1 sering diinterpretasikan sebagai cincin aromatik. Kenampakan yang paling umum dari serapan C-H ulur (alkana) adalah munculnya dua pita kuat di sebelah kanan 3000 cm -1 dan C-H tekuk di sekitar 1390 cm -1. Gugus karbonil (C=O) memberi puncak kuat di daerah cm -1 (Sastrohamidjojo, 2007). Molekul-molekul hanya akan menyerap sinar inframerah pada frekuensi tertentu jika di dalam molekul ada transisi tenaga sebesar ΔΕ=hυ. Transisi yang terjadi di dalam molekul berkaitan dengan perubahan-perubahan vibrasi di dalam molekul. Sebagai contoh, pita kuat di daerah 1700 cm -1 mempunyai frekuensi yang sama dengan ikatan C=O yang mengalami vibrasi ulur. Ikatan-ikatan yang berbeda (C-C, C=C, C C, C-O, C=O, O-H, N-H dsb.) mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda dan kita dapat mendeteksi adanya ikatan-ikatan tersebut dalam molekul organik dengan mengidentifikasi frekuensi-frekuensi karakteristiknya sebagai pita serapan dalam spektrum inframerah (Sastrohamidjojo, 2007).

14 14 Kedudukan pita serapan dapat dinyatakan dalam satuan frekuensi υ (det -1 atau Hz), atau panjang gelombang λ (mikrometer μm) atau bilangan gelombang (cm -1 ). Sebagian besar kimiawan menggunakan bilangan gelombang (cm -1 ), dan sedikit menggunakan panjang gelombang (μm) (Sastrohamidjojo, 2007). Penggunaan spektroskopi inframerah pada bidang kimia organik menggunakan daerah dari cm -1. Daerah inframerah dibagi menjadi tiga sub daerah, yaitu inframerah dekat ( cm -1 ), inframerah sedang ( cm -1 ), dan inframerah jauh ( cm -1 ) (Griffiths dan Chalmers, 1999). Umumnya analisis senyawa dilakukan pada daerah IR sedang (Tanaka dkk., 2008). Masing-masing daerah tersebut lebih jauh dan lebih dekat dengan spektrum tampak. Inframerah jauh, mengandung sedikit serapan yang bermanfaat bagi kimiawan organik. Terdapat dua macam vibrasi, yaitu vibrasi ulur dan tekuk. Vibrasi ulur merupakan suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar atom akan bertambah atau berkurang. Vibrasi tekuk dapat terjadi karena perubahan sudut-sudut ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah molekul (Silverstein dan Bassler, 1998). Vibrasi dua atom yang dihubungkan secara ikatan kimia dapat disamakan dengan vibrasi dua bola yang dihubungkan dengan pegas. Dengan menggunakan analogi ini, kita dapat menerangkan sejumlah gambar dari spektra inframerah. Sebagai contoh untuk merentangkan pegas kita membutuhkan tenaga yang lebih besar daripada untuk menekuknya, dan serapan rentangan/ulur dari suatu ikatan

15 15 muncul pada frekuensi yang lebih tinggi dalam spektrum inframerah daripada serapan tekuk dari ikatan yang sama (Sastrohamidjojo, 2007). Secara umum, vibrasi uluran asimetrik terjadi pada bilangan gelombang yang lebih tinggi dibanding vibrasi uluran simetrik; demikian juga, vibrasi uluran juga terjadi pada bilangan gelombang yang lebih tinggi dibanding vibrasi tekukan. Vibrasi tekuk sendiri terdiri dari 4 macam yakni guntingan, ayunan, kibasan dan pelintiran. Istilah tersebut digunakan dalam pustaka untuk merujuk bilangan gelombang yang merupakan asal pita inframerah (Pavia dkk., 2009). Gambar 3 menunjukkan bahwa gugus metilen tunggal memberikan sejumlah ragam vibrasi, dan setiap atom yang dihubungkan dengan dua atom lain akan mengalami vibrasi, ketika terjadi perbedaan momen dipol.

16 16 Vibrasi uluran (stretching) H H C H C H Uluran simetris (v = 2853 cm -1 ) Uluran asimetris (v = 2923 cm -1 ) Vibrasi tekukan (bending) H C H H C Vibrasi guntingan (v = 1450 cm -1 ) H Vibrasi kibasan (v = 1250 cm -1 ) H C C H H Vibrasi pelintiran (v = 1250 cm -1 ); Keluar bidang (out of plane) Vibrasi goyangan (v = 720 cm -1 ); Dalam bidang (in-plane) Gambar 3. Berbagai jenis vibrasi untuk gugus metilen (Gambar diadopsi dari Pavia dkk., 2009). Bagian pokok spektrofotometer inframerah adalah sumber cahaya inframerah, monokromator dan detektor. Cahaya dari sumber dilewatkan melalui sampel, dipecah menjadi frekuensi-frekuensi individunya dalam monokromator, dan intensitas relatif dari frekuensi individu diukur oleh detektor (Sastrohamidjojo, 2007).

17 17 Spektra inframerah mempunyai karakteristik yang unik untuk setiap molekul, maka dalam spektrum IR diperoleh pita-pita serapan yang karakteristik juga. Bentuk pita ini dikenal sebagai finger print dari suatu molekul. Daerah yang mengandung sejumlah besar vibrasi tertentu yang tak pernah ditelaah yang berkisar di frekuensi cm -1 sering disebut daerah finger print (Sastrohamidjojo, 2007). Spektroskopi FTIR dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. a) Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk identifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa yang dianalisis (Silverstein dan Bassler, 1998). b) Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel. Dalam penentuan analisis kuantitatif dengan Inframerah digunakan hukum Lambert Beer s. Hukum Lambert Beer s dinyatakan sebagai berikut: A= ε b c Yang mana A merupakan absorbansi, ε untuk absorptivitas, b untuk tebal tempat sampel dan c untuk konsentrasi sampel. Jika c dinyatakan dalam mol/liter atau Molar (M) maka ε dinyatakan sebagai absortivitas molar. Bila absorbansi A dihubungkan terhadap konsentrasi c untuk sampel yang tebalnya b dalam cm, maka

18 18 akan dihasilkan suatu garis lurus (linier) dengan lereng AB dalam daerah yang mana hukum Lambert Beer s berlaku (Pescok dkk., 1976; Skoog & West, 1971). Oleh karena itu, hanya spektra berbentuk absorbansi yang dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Kurvanya bisa dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Kurva hubungan absorbansi terhadap konsentrasi (Gambar diadopsi dari Pecsok dkk., 1976). Aplikasi spektofotometer FTIR untuk analisis inframerah kuantitatif secara konvensional telah dilakukan sejak tahun 1966 oleh Hans venning. Peneliti ini melakukan kuantifikasi meta- dan para-xilena secara kuantitatif dengan spektroskopi inframerah menggunakan orto-xilena sebagai standar internal dan sikloheksana sebagai pelarut. Stuart (2004) juga menganalisis aspirin yang dilarutkan dalan kloroform. Spektroskopi inframerah dalam analisis kuantitatif mempunyai keterbatasan yang tidak dapat diabaikan yaitu tidak adanya hubungan antara hukum

19 19 Lambert Beer s dengan kompleksitas spektrum sehingga tumpang-tindihnya puncakpuncak tidak dapat diukur (Pescok dkk., 1976). Saat ini, analisis kuantitatif dengan metode spektroskopi FTIR yang dikombinasikan dengan kemometrika metode kalibrasi multivariat sudah banyak dikembangkan karena penggunaannya yang lebih efisien dan cepat. Aplikasi untuk menganalisis kuantitatif kurkumin dalam ekstrak metanolik kunyit telah dilakukan oleh Tanaka dkk. (2008) dengan menggunakan spektroskopi Near-infrared (NIR) yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat (Partial Least Square, PLS). Selain itu, spektroskopi FTIR dihubungkan dengan kalibrasi multivariat telah digunakan untuk mendeteksi adanya minyak sawit dalam VCO (Rohman dan Che Man, 2011), untuk mendeteksi adanya lemak babi dalam berbagai minyak nabati (Rohman dkk., 2011 b ) dan untuk mendeteksi minyak dedak padi dalam minyak zaitun ( Rohman dan Che Man, 2012). Dua variasi instrumental dari spektrameter inframerah adalah metode dispersif dan metode Fourier Transform. Berbeda dari spektrometer dispersif, spektrofotometer FTIR tidak mengukur panjang gelombang satu demi satu, melainkan dapat mengukur intensitas pada berbagai panjang gelombang secara serempak (Skoog dan West, 1971). Pada spektrofotomete FTIR digunakan suatu interferometer sebagai pengganti monokromator. Interferometer ini akan memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan intensitas frekuensi vibrasi molekul yang berupa interferogram (Bassler, 1996). Interferogram merupakan plot dari intensitas versus

20 20 waktu. Plot ini diganti dengan plot intensitas versus bilangan gelombang. Suau operasi matematika yang disebut Fourier Transform dapat digunakan untuk memisahkan suatu frekuensi absorbsi dari interferogram sehingga membentuk pita yang dapat diartikan seperti pita hasil spektrofotometer IR (Stuart, 2004). Sistem optik spektrofotometer FTIR seperti dalam Gambar 4, yang dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Radiasi inframerah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak dan jarak menuju cermin yang diam. Perbedaan jarak tempuh radiasi disebut sebagai retardasi (δ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram, sedangkan sistem optik dari spektrofotometer IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai sistem optik Fourier Transform InfraRed (Pavia dkk., 2001). Gambar 5. Komponen spektrofotometer FTIR secara skematik (Gambar diadopsi dari Pavia dkk., 2009).

21 21 Salah satu teknik penanganan sampel yang umum dilakukan pada spektroskopi FTIR adalah dengan teknik Attenuated Total Reflection (ATR). Teknik ATR hanya membutuhkan sedikit preparasi sampel atau bahkan tidak ada preparasi sama sekali. ATR menggunakan aksesoris dalam kompartemen sampel spektrofotometer FTIR. Cermin pada aksesoris membawa sinar IR pada suatu fokus di permukaan kristal. Jika kristal mempunyai indeks bias yang sesuai dan sinar mempunyai sudut datang yang sesuai, maka akan terjadi pemantulan internal total. Energi IR akan memantul pada permukaan kristal (Stuart, 2004). 5. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponenkomponen campuran dalam keadaan kesetimbangan diantara dua fase, yaitu fase diam yang dapat menahan sampel dan fase gerak yang dapat membawa sampel. Kromatografi berdasarkan fase geraknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kromatografi gas dan kromatografi cair (Day dan Underwood, 2002). Fase diam berguna untuk menjerap komponen zat, sedangkan fase bergerak berguna untuk mengangkut komponen zat lain yang tidak terikat. Oleh karena adanya sistem pengangkutan dan sistem pengikatan ini, maka suatu komponen zat dapat dipisahkan dari komponen lainnya. Metode berbasis kromatografi adalah teknik analisis dalam analisis kimia yang telah sesuai untuk penentuan secara kualitatif dan kuantitatif sejumlah besar sampel (Gritter dkk., 1991).

22 22 Menurut Harborne (1987), terdapat empat macam teknik kromatografi, yaitu kromatografi kertas (KKt), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Metode pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik atau gabungan teknik tersebut. KLT dan KKt serupa dalam hal fase diamnya yang berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler. Perbedaan keduanya dalam sifat dan fungsi fase diam (Gritter dkk., 1991). KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam amino, dan senyawa fenolat). KLT dapat digunakan untuk tujuan preparatif dan kuantitatif (Rasmussen dkk., 2000). KCKT adalah metode pilihan untuk analisis kurkuminoid dikaitkan dengan presisi dan akurasi yang tinggi dan mempunyai batas deteksi yang rendah. KCKT merupakan salah satu contoh kromatografi cair yang menggunakan zat cair sebagai fase gerak. Selain untuk pemisahan, metode ini juga dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Instrumen dasar KCKT terdiri dari pompa, sistem pemasukan sampel, kolom, detektor, dan rekorder atau pencatat (Hendayana dkk., 1994). KCKT merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu

23 23 menganalisis berbagai sampel secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Direktorat Jenderal POM, 1995). KCKT dapat disamakan dengan Kromatografi Gas Cair dalam hal kepekaan dan kemampuan menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif dengan sekali kerja saja. Perbedaannya adalah fase diam dalam KCKT terikat pada polimer berpori yang terdapat pada kolom baja tahan karat yang bergaris tengah kecil dan fase gerak cair mengalir akibat tekanan yang besar (Harbone, 1987). Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel (Johnson dan Stevenson, 1991). Komponen yang terelusi mengalir ke detektor dan dicatat sebagai puncakpuncak yang secara keseluruhan disebut sebagai kromatogram. Kromatogram dapat digunakan untuk tujuan kualitatif dan kuantitatif. Disamping itu, kromatogram dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi pemisahan dan kinerja kolom.pelarut yang akan digunakan harus dihilangkan gelembung udaranya (degassing), karena udara yang terlarut akan keluar melewati detektor yang dapat menghasilkan banyak noise sehingga data tidak dapat digunakan (Putra, 2007). KCKT adalah metode yang paling banyak digunakan untuk analisis kurkuminoid karena fleksibilitas dan kemudahan dalam penggunaanya. Aplikasi KCKT untuk penetapan kurkuminoid oleh He dkk. (1998) menunjukkan bahwa

24 24 kurkuminoid danseskuiterpenoid dalam kunyit dapat dianalisis dengan KCKT spektrometri massa. Jiang dkk. (2006) menyatakan bahwa metode KCKT dengan Photodiode Array Detector (PAD) dapat digunakan untuk identifikasi secara langsung kurkuminoid dalam serbuk kunyit. Bos dkk. (2007) melaporkan penggunaan metode KCKT-PAD untuk analisis kurkuminoid dalam berbagai spesies asli Curcuma dan digunakan untuk pengobatan di Indonesia, dengan menggunakan campuran fase gerak metanol, asam trifluoroasetat, dan asetonitril. KCKT digabungkan dengan detektor UV-Vis adalah metode analisis kurkuminoid dalam sampel kunyit yang paling umum digunakan. Tonnesen dan Karlsen (1983), pertama melaporkan metode ini untuk analisis kurkumin dan komponen lain dalam kunyit, serta Smith dan Withowska (1984) membandingkan detektor UV dan detektor elektrokimia yang digabung dengan KCKT untuk analisis kurkumin dalam serbuk kunyit. Rouseff (1988) meningkatkan pemisahan kurkuminoid pada kolom oktadesilsilana (C 18 ) dengan menggunakan teknik gradien (air dan tetrahidrofuran) selama 22 menit. Jayaprakasha dkk. (2002) melaporkan pengembangan metode KCKT-UV untuk analisis kurkuminoid dengan teknik elusi gradien pada campuran fase gerak metanol, asam asetat, dan asetonitril selama 20 menit. Meskipun demikian, teknik KCKT ini memerlukan biaya yang mahal karena menggunakan banyak bahan kimia dan alat yang canggih.

25 25 6. Kemometrika Istilah kemometrika pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan berkebangsaan Swedia yaitu Swante Wold dan ilmuwan berkebangsaan Amerika Serikat yaitu Bruce R. Kowalski. Definisi kemometrika adalah cabang ilmu kimia yang memanfaatkan metode-metode matematika dan statistika. Kemometrika digunakan untuk merancang atau memilih prosedur pengujian dan pengukuran yang optimal. Selain itu, kemometrika digunakan untuk menarik informasi kimia sebanyak-banyaknya dengan menganalisis suatu data (Otto, 2007). Menurut Miller dan Miller (2010), kemometrika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengaplikasikan ilmu statistika dan matematika untuk mengolah data kimia. Keuntungan kemometrika yang dikombinasikan spektroskopi FTIR adalah penggunaannya yang cepat dan efisien karena menggunakan komputer modern dan teknik statistik yang valid (Lee, 2006). Selain itu, dimungkinkan adanya pengukuran data multivariat, yang mana beberapa variabel (absorbansi dalam banyak bilangan gelombang) diukur untuk suatu sampel yang dituju (Miller dan Miller, 2010). Kemometrika banyak berhubungan dengan pengukuran data multivariat (Adams, 2004). Banyak contoh penggunaan pengukuran data multivariat dalam kimia analisis. Pertama untuk analisis korelasi, seperti penentuan adanya keterkaitan antara spektrum FTIR ekstrak dan aktivitasnya. Kedua untuk mengelompokkan data, contohnya mengelompokkan tanaman dari berbagai daerah yang memilki aktivitas

26 26 sama dengan cara membandingkan data serapan inframerah pada daerah sidik jari (Darusman dkk., 2007). Keuntungan pengukuran data multivariat adalah dapat mengurangi noise akibat mempertimbangkan banyak variabel secara bersamaan. Selain itu, dengan pengukuran data multivariat dapat dideteksi adanya sampel palsu. Hal ini dapat dilakukan karena bentuk profil yang diukur mencerminkan profil yang sebenarnya. Jika sampel merupakan komponen yang berbeda, maka akan tampak bila sampelpalsu (Bro, 2003). Ada 3 jenis kemometrika yaitu 1) Kemometrika yang terkait dengan teknik pemrosesan spektra; 2) Kemometrika untuk pengelompokkan; dan 3) Kemometrika dengan metode kalibrasi multivariat (Moros dkk., 2010). Metode kalibrasi multivariat yang sering digunakan dalam mengolah data kimia yaitu regresi komponen utama (Principle Component Regression/PCR) dan regresi kuadrat terkecil sebagian (Partial Least Square/PLS) yang digunakan untuk menghubungkan antara spektrum FTIR dengan sifat sampel yang dapat dikuantifikasi, misalnya konsentrasi analit. Konsentrasi analit berada pada variabel respon, dan absorbansi pada bilangan gelombang yang berbeda berada pada variabel prediksi (Miller dan Miller, 2010). a) Principle Component Regression (PCR) Principle Component Regression atau yang biasa disebut PCR merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah multivariat kolinieritas yang sering muncul dalam analisis multivariat (Myers, 1990). PCR berfungsi sebagai teknik pengurangan jumlah data multivariat ketika muncul korelasi antar

27 27 data/variabel. Teknik kalibrasi multivariat ini diawali dengan PCA kemudian dilanjutkan dengan regresi antara komponen utama yang baru dengan respon (Nawa, 2012). Ketika variabel prediksi tidak saling berhubungan, maka teknik ini tidak berguna. Variabel yang dikurangi dalam hal ini adalah variabel prediksi dengan menggunakan komponen utama (principle component, PC) yang berasal dari metode pengelompokkan Principal component analysis (PCA) dibandingkan dengan variabel aslinya. Keuntungan dari jenis regresi ini adalah berkurangnya jumlah variabel prediktor yang digunakan untuk kalibrasi daripada jumlah variabel asalnya (Miller dan Miller, 2010). Namun, PCR hanya mempertimbangkan korelasi variabel prediksi dengan komponen utama (PC) tanpa memperhatikan kekuatan hubungan dengan variabel respon. b) Partial Least Square (PLS) Partial least square, atau yang biasa disebut PLS pertama kali dikembangkan oleh H. Wold di bidang ekonometri pada akhir tahun 1960 (Gemperline, 2006). PLS digunakan untuk memperkirakan serangkaian variabel tidak bebas (respon) dari variabel bebas (prediktor yang jumlahnya sangat banyak, memiliki struktur sistematik linier atau nonlinier, dengan atau tanpa data yang hilang, dan memiliki kolinieritas yang tinggi (Herve, 2003). Pada metode kemometrika PLS, variabel yang dipilih merupakan variabel yang memiliki korelasi yang baik dengan respon, sehingga variabel tersebut akan memberikan prediksi yang lebih efektif (Adams, 1995).

28 28 Regresi PLS dihitung dengan alogaritma kuadrat terkecil yang menghubungkan antara dua matriks, data spektra pada matriks X dan nilai referen pada matriks Y. PLS sering digunakan dalam spektroskopi FTIR untuk mengekstrak informasi dari spektra yang kompleks yang mengandung puncak-puncak yang tumpang tindih, serta adanya noise dari instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data (Syahariza dkk., 2005). PLS menggunakan kombinasi linier dari variabel prediksi terhadap variabel sebenarnya. Variabel yang menunjukkan korelasi tinggi dengan variabel respon diberikan bobot tambahan karena lebih efektif untuk prediksi. Dengan cara ini, kombinasi linier dari variabel prediksi dipilih dari yang memiliki korelasi tinggi dengan variabel respon dan juga menjelaskan variasi dalam variabel prediksi (Miller dan Miller, 2010). Model regresi ini memberikan kelebihan berupa pembentukan komponen model PLS yang dapat menggambarkan korelasi antara spektra FTIR dan konsentrasi analit, meskipun jika diamati visual tidak terlihat adanya perbedaan nyata pada spektra (Yang dkk., 2006). Setiap komponen pada regresi PLS diperoleh dengan memaksimalkan korelasi variasi antara variabel y dengan setiap fungsi linier yang memungkinkan dari variabel x (Romia dan Bernardez, 2009). Dalam penelitian ini diperlukan metode untuk menguji validitas model analisis dengan menggunakan data uji di luar data yang digunakan dalam pembentukan analisis. Metode ini disebut Validasi Silang yang digunakan untuk menentukan seberapa kuat model prediksi yang dibuat untuk dapat

29 29 diimplementasikan (Nawa, 2012). Ada 3 macam teknik validasi silang yaitu Leave One Out, K-Fold Cross Validation dan 2-Fold Cross Validation. Teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah Leave One Out, yaitu dengan cara nilaisampel pertama dikeluarkan dari serangkaian data dan nilai sampel sisanya digunakan untuk membuat persamaan terprediksi, lalu sampel yang pertama diujikan pada persamaan terprediksi yang baru dan diperoleh nilai terprediksi untuk sampel pertama. Nilai terprediksi diperoleh untuk seluruh nilai sampel yang ada, kemudian didapat selisih dari nilai sampel sebenarnya dengan nilai terprediksi untuk tiap sampel. Total kuadrat selisih nilai-nilai ini disebut dengan Predicted Residual Error Sum of Squares (PRESS) (Miller dan Miller, 2010). F. Landasan Teori Salah satu komoditas bahan alam andalan Indonesia, yakni temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), merupakan bahan yang sangat strategis untuk dikembangkan mengingat banyaknya manfaat yang ditunjukkan oleh bahan aktif kurkuminoid yang terkandung di dalamnya. Kurkumin merupakan senyawa komponen kurkuminoid dengan persentase paling besar. Metode kuantifikasi kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak yang cepat dan efisien mutlak diperlukan. Salah satu metode kuantifikasi cepat dan efisien yang ditawarkan adalah metode spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat. Metode spektroskopi FTIR telah

30 30 terbukti menjadi alat yang ampuh untuk analisis kualitatif dan kuantitatif konstituen dalammakanan, tanaman dan produk farmasi (Roggo dkk., 2007; Burns dkk., 2001). Metode kalibrasi multivariat dengan teknik Partial Least Square (PLS) dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menghasilkan korelasi yang baik antara data spektrum FTIR dan informasi yang telah diketahui dari sampel, yang dalam hal ini berupa konsentrasi kurkumin. Konsentrasi kurkumin dari setiap sampel diukur dengan menggunakan metode acuan yang diakui, yaitu metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Tanaka dkk. (2008) membuktikan bahwa kemometrika PLS dapat digunakan untuk menganalisis kuantitatif kurkumin dalam ekstrak metanolik kunyit dengan menggunakan spektroskopi Near-infrared (NIR). Dengan metode yang sama, diharapkan kemometrika PLS juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif kuantitatif kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak. Pola spektrum FTIR (terutama pada daerah sidik jari) merupakan pola yang kompleks, penafsirannya memerlukan bantuan metode kemometrik. Optimasi spektroskopi FTIR dengan digabungkan dengan metode kemometrika tertentu seperti kalibrasi multivariat (Partial Least Square, PLS) dapat digunakan untuk analisis kuantitatif kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak. G. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan, maka dapat disusun suatu

31 31 hipotesis sebagai berikut: 1. Kandungan kurkumin dalamekstrak etanolik temulawak dapat dianalisis menggunakan metode spektrofotometri FTIR yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat. 2. Kandungan kurkumin dalam ekstrak etanolik temulawak yang dianalisis dengan metode KCKT dan spektrofotometri inframerah akan menghasilkan korelasi yang baik dengan bantuan model kalibrasi multivariat (Partial Least Square, PLS).

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temulawak dan kunyit merupakan salah satu tanaman yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Temulawak dan kunyit merupakan salah satu tanaman yang banyak BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang Temulawak dan kunyit merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di industri jamu, industri farmasi, serta industri makanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyiapan Lemak Sapi dan Lemak Babi Sebanyak 250 gram jaringan lemak sapi dan babi yang diperoleh dari pasar tradisional Purwokerto,dicuci dan dipotong kecil-kecil untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia

Lebih terperinci

ANALISIS KONTAMINASI LEMAK BABI DALAM MINYAK GORENG SAWIT (RBD PALM OIL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) DAN KEMOMETRIK

ANALISIS KONTAMINASI LEMAK BABI DALAM MINYAK GORENG SAWIT (RBD PALM OIL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) DAN KEMOMETRIK ANALISIS KONTAMINASI LEMAK BABI DALAM MINYAK GORENG SAWIT (RBD PALM OIL) MENGGUNAKAN SPEKTROSKOPI FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) DAN KEMOMETRIK PROPOSAL SKRIPSI PUTRI KHOLISOTUN NAWA 082210101015 Kamis,

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, kosmetik menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah kosmetik yang digunakan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Spektrofotometri Inframerah

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Spektrofotometri Inframerah 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Spektrofotometri Inframerah Spektrofotometri inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa kimia. Spektra inframerah suatu senyawa dapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM

SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED & SERAPAN ATOM SPEKTROSKOPI INFRA RED Daerah radiasi IR: 1. IR dekat: 0,78 2,5 µm 2. IR tengah: 2,5 50 µm 3. IR jauh: 50 1000 µm Daerah radiasi spektroskopi IR: 0,78 1000 µm Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) I. Tujuan 1. Melakukan dan menjelaskan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Teofilin Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai berikut: Rumus Struktur : Gambar 2.1 Struktur Teofilin Nama Kimia : 1,3-dimethyl-7H-purine-2,6-dione

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur Penggunaan Peranti Lunak ImageJ

HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur Penggunaan Peranti Lunak ImageJ sedangkan PLSDA untuk mengklasifikasikan ketiga tanaman sampel ke dalam tiga kelompok tanaman yang berbeda dalam bentuk model prediksi. Model tersebut selanjutnya digunakan untuk memprediksi ketiga sampel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya BAB I PENDAHULUAN Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk) PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN PAMERAN Tumbuhan obat indonesia xxviii ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk) Diah Widowati dan Faridah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISASI SIMPLISIA Simplisia yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman sambiloto yang berasal dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013 1 PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P00147 Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 13 2, bis(4 HIDROKSI KLORO 3 METOKSI BENZILIDIN)SIKLOPENTANON DAN 2, bis(4 HIDROKSI 3 KLOROBENZILIDIN)SIKLOPENTANON

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah alpukat (Persea americana Mill.) yang cukup besar dalam skala global. Data statistik tahun 2013 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Struktur Parasetamol Rumus Molekul : C 8

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Glibenklamid merupakan sulfonylurea generasi kedua yang digunakan sebagai obat antidiabetik oral yang berperan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Glibenklamid merupakan salah satu senyawa

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.) ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.) Diah Widowati, Yunahara Farida, Titiek Martati ABSTRAK Telah dilakukan penelitian kandungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. molekul yang memberikan spektrum yang benar benar sama dan intensitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. molekul yang memberikan spektrum yang benar benar sama dan intensitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Spektroskopi Raman Raman merupakan teknik pembiasan sinar yang memiliki berbagai keunggulan dalam penggunaannya. Dalam spektrum Raman tidak ada dua molekul yang

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kunyit Kunyit dikenal dengan beberapa nama daerah antara lain Kunyit (Jawa), Kunyet (Sumatera), Kunyik (Nusa Tenggara), Kuni (Sulawesi) dan Kulin (Maluku). Kunyit merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cefadroxil 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 1 Struktur cefadroxil Nama Kimia : 5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-1-carbocylic

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENDINGINAN TERHADAP RENDEMEN DAN KEMURNIAN ALFA MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.

PENGARUH LAMA WAKTU PENDINGINAN TERHADAP RENDEMEN DAN KEMURNIAN ALFA MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn. PENGARUH LAMA WAKTU PENDINGINAN TERHADAP RENDEMEN DAN KEMURNIAN ALFA MANGOSTIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) SKRIPSI Oleh : NOERMALINDA PERMATA SARI K 100 060 086 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis secara kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau kecepatan seperti digambarkan dalam

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Metoda-Metoda Ekstraksi

Metoda-Metoda Ekstraksi METODE EKSTRAKSI Pendahuluan Ekstraksi proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kalibrasi NIR Spektra Kalibrasi NIR dapat dilakukan apabila telah terkumpul data uji minimal 60 sampel yang telah diubah menjadi spektrum. Pada penelitian ini telah terkumpul

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b) 6 pengembang yang masih segar. Pelat dideteksi dengan UV 366 nm. Stabilitas Analat pada Pelat dan dalam Larutan. Ekstrak ditotolkan pada pelat 10 x 10 cm. Ekstrak dibuat sebanyak tiga buah. Ekstrak satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Uji fitokimia daun tumbulian Tabernaenwntana sphaerocarpa Bl Berdasarkan hasil uji fitokimia, tumbuhan Tabemaemontana sphaerocarpa Bl mengandung senyawa dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat golongan sulfonamida digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim, yang lebih dikenal sebagai

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. 43 Lampiran 2. Gambar tumbuhan eceng gondok, daun, dan serbuk simplisia Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Gambar tumbuhan eceng gondok segar Daun eceng gondok 44 Lampiran

Lebih terperinci

Gambar 5 Spektrum IR EVA water -based A-760 (a), DA-101 (b). : standar; :non-standar. Bilangan Gelombang (cm -1 )

Gambar 5 Spektrum IR EVA water -based A-760 (a), DA-101 (b). : standar; :non-standar. Bilangan Gelombang (cm -1 ) 5 HIL D PEMH nalisis pektrum I Pola spektrum FTI sel utuh sampel biologis maupun non-biologis merupakan pola spektrum sidik jari hasil serapan vibrasi dari seluruh penyusun sel tersebut, seperti protein,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tunibiilian nenas (Ananas comosus) Nenas atau nanas "Pineapple" bukan tanaman asli Indonesia. Nenas berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR

Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Bab IV Hasil dan Analisa 4.1 Ekstraksi likopen dari wortel dan pengukurannya dengan spektrometer NIR Ekstraksi likopen dari tomat dilakukan dengan menggunakan pelarut aseton : metanol dengan perbandingan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temulawak termasuk salah satu jenis tumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Temulawak sudah lama dimanfaatkan oleh mereka untuk

Lebih terperinci