KATA PENGANTAR. dan karunia-nya, penyusun Karya Ilmiah ini di susun berdasarkan hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. dan karunia-nya, penyusun Karya Ilmiah ini di susun berdasarkan hasil"

Transkripsi

1

2

3

4

5 4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya, penyusun Karya Ilmiah ini di susun berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Bidang Studi Kehutanan. Pengamatan ini telah di lakukan di Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja selama 3 (tiga) hari. Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada : 1. Ayahnda dan Iibunda tercinta berserta Kakak-kakak tercinta yang telah banyak memberi bantuan baik berupa moril maupun material demi keberhasilan penulis menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Bidang Studi Kehutanan. 2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis mulai dari persiapan hingga selesainya karya ilmiah ini dan sekaligus Ketua Jurusan Manajemen Hutan. 3. Bapak Ir. Wartomo. MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda beserta seluruh staf. 4. Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP dan Bapak Rudi Djatmiko, S.Hut, MP, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini.

6 5 5. Teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari dalam karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya memperbaiki sangat diharapkan, dan penulis juga berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kampus Sei Keledang 2009 Penulis

7 6 RIWAYAT HIDUP HARIYADI. Lahir pada tanggal 01 Desembar 1985 di Samboja, Propinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara, dari pasangan Bapak Udin dan Ibu Nurhayati. Pendidikan dasar dimulai di SD 022 tahun 1993 di Samboja dan lulus tahun Kemudian melanjutkan Ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 17 Balikpapan dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 01 Samoja dan lulus pada tahun Pada tahun 2006 ia melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Mengambil jurusan Manajemen Hutan. Selama pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, perna mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di CV. Pari Jaya Makmur (PJM) Kecamatan Long Hubung Kabupaten Kutai Barat.

8 7 RINGKASAN HARIYADI, Studi Tentang Hubungan Diameter dan Tinggi Tanaman Meranti Merah (Shorea leprosulla) di Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja. Di bawah Bimbingan Bapak Hasanudin. Penelitian dilapangan dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari di Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja yang meliputi : orientasi lapangan, persiapan alat, pengambilan data, penyelesaian administrasi. Pada penelitian ini digunakan 39 sampel tanaman jenis meranti merah (Shorea leprosulla). Data yang di ambil dilapangnan adalah diameter setinggi dada (1,30 m dari permukaan tanah) pengukuran tinggi yang dilakukan adalah tinggi total, yaitu tinggi puncak pohon. Pengukuran tinggi digunakan alat clinometer dan dibantu dengan tongkat dengan ketinggian 4 meter. Hasil pengukuran diketahui bahwa diameter terbesar 26,20 cm dan diameter terkecil 15,30 cm, dengan rata-rata 19,44 cm dan standar deviasi 2,79 cm dan koefisien variasi 14,34 %. Sedangkan hasil pengukuran tingginya diketahui bahwa, tanaman Meranti Merah tertinggi adalah 19,37 m dan tanaman terendah 11,09 m dengan nilai rata-rata sebesar 15,51m, standar deviasi 2,11 m dan koefisien variasi 13,62 %. Adapun persamaan regresi yang terbentuk sebagai berikut : Y = 3, , X Atau H = 3, , D

9 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii RIWAYAT HIDUP... v RIGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inventarisasi Hutan... 3 B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan... 4 C. Tinjauan Umum Meranti Merah (Shorea Leprosulla) D. Faktor-faktor Yang Mempengeruhi Pertumbuhan E. Hubungan Tinggi dan Diameter F. Regresi dan Korelasi E. Korelasi III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian B. Alat dan Bahan C. Prosedur Kerja D. Pengolahan Data... 21

10 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 33

11 10 DAFTAR TABEL Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Data Analisis Sidik Ragam Tabulasi Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Meranti Merah (Shorea leprosulla) Data Analisis Keragaman Regresi LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Hasil deskripsi dari hasil pengukuran Diameter dan Tinggi Hasil Perhitungan Rergesi... 35

12 11 DAFTAR GAMBAR Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Bentuk-bentuk Percabangan Dalam Kegiatan Inventarisasi Pengukuran Diameter Diagram Pencar Untuk Data Diameter dan Tinggi... 27

13 12 I. PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sekarang ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan diberbagai sektor, termasuk salah satunya adalah sektor kehutanan. Pembangunan dalam sektor kehutanan dilakukan dengan cara memanfaatkan hasil-hasil dari hutan baik yang berupa kayu ataupun non kayu. Seiring dengan meningkatkan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, maka kebutuhan akan hasil-hasil hutan terutama yang berupa kayu terus meningkat. Hal ini menuntut akan ketersediaan bahan baku berupa kayu baik secara kualitas maupun kuantitas. Kegiatan eksploitasi hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan, dan rentetan pengelolaan hutan yang mempunyai tujuan akhir yaitu memungut hasil hutan, yang selanjutnya digunakan bagi kepentingan manusia dengan melalui proses lebih lanjut di dalam bentuk industri. Kebutuhan akan kayu bagi manusia akan selalu meningkat baik dalam jumlah penduduk maupun tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu dalam pengusahaan hutan berdasarkan azas kelestarian agar dari luas hutan itu dapat menyediakan hasil hutan secara terus menerus (Anonim, 1991). Hutan sebelum dieksploitasi perlu diketahui potensi sebagai dasar perhitungan produksi bagi perusahaan. Untuk mendapatkan informasi tersebut mutlak dilakukan kegiatan inventarisasi. Kegiatan inventarisasi hutan memerlukan salah satu aktivitas yang pertama kali dilakukan dalam rangkaian manajemen hutan yang baik dengan

14 13 tujuan utama menentukan dengan tepat masa tegakan atau nilai-nilai pohon berdiri pada satu tegakan hutan dengan waktu dan biaya terbatas (Hitam, 1980) Dalam perencanaan kehutanan pengetahuan mengenai diameter dan tinggi sangat penting artinya. Studi mengenai diameter dan tinggi menyajikan informasi mengenai pertumbuhan tanaman meranti. Diameter dan tinggi juga terkait dalam kegiatan inventarisasi dan selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan penyusun rencana kerja. Untuk meningkatkan efektivitas dalam penafsiran tinggi diperlukan rumus-rumus atau cara-cara yang efektif sederhana namun dapat di pertanggung jawabkan ketelitiannya. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis mencoba mencari hubungan antara diameter setinggi dada terhadap volumenya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh hubungan (keeratan) diameter setinggi dada dengan tingginya untuk jenis meranti merah (Shorea Leprosulla) yang ditanam pada Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja. Hasil yang di harapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana menaksir tinggi pohon dengan praktis yaitu hanya mengunakan diameter setinggi dada untuk tanaman jenis meranti merah (Shorea Leprosulla).

15 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inventarisasi Hutan Perencanaan yang matang yang disusun berdasarkan data hasil inventarisasi merupakan faktor terpenting bagi terlaksananya suatu manajemen hutan, dengan demikian inventarisasi hutan merupakan dasar bagi perencanaan manajemen hutan (Loetsch dan Haller, 1973). Siahaya (1984), Inventarisasi hutan biasanya dipandang sebagai penaksiran massa kayu (timber estimate). Dalam hal ini suatu inventarisasi hutan adalah kegiatan atau usaha untuk melukiskan secara kuantitas dan kualitas pohonpohon hutan (standing trees) atau tegakan dalam arti keseluruhan dan sifat-sifat yang menumbuhkan tegakan tersebut. Husch (1971), mengemukakan bahwa inventarisasi hutan yang lengkap harus mencakup uraian areal berhutan dan pemilikannya, taksira massa kayu tegakan, taksiran riap dan etat. Untuk maksud specifik inventarisasi hutan dapat lebih dititik beratkan pada satu diantara masalah tersebut untuk keperluan manajemen hutan atas dasar prinsip kelestarian hasil keseluruhan harus tercakup. Adapun tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang areal yang berhutan, massa tegakan serta komposisinya (Anonim, 1976). Pengertian lain tentang inventarisasi hutan dikemukakan oleh Soediono (1976), sebagai suatu penerapan metode ilmiah dalam memperoleh data mengenai kekayaan hutan guna bahan dasar dalam perencanaan hutan. Dalam melaksanakan inventarisasi mengenai keadaan hutan terutama keadaan tegakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, tidak mungkin dengan

16 15 menginvetarisasi seluruh tegakan yang ada karena memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar. Oleh karena itu sebagai alternatif lain didalam penarikan contoh atau sampling (Hitam, 1977).. Lebih lanjut dikatakan dengan menggunakan metode statistik yang sesuai penarikan contoh merupakan metode pengambilan data yang efisien dengan biaya murah, waktunya singkat, ketelitian tinggi dari data yang dikumpulkan dan dapat dipercaya dalam penaksiran populasi. B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan Pengertian pertumbuhan pohon adalah suatu perkembangan yang menunjukkan pertambahan dan suatu sistem organ hidup yang terdapat didalam pohon selama hidupnya (Anonim, 1993). Menurut Baker (1950), yang dimaksud dengan pertumbuhan pohon adalah pertambahan tumbuh membesar dan terbentuknya jaringan-jaringan baru. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pertumbuhan pohon meliputi pertumbuhan bawah dan pertumbuhan atas. Dalam bidang kehutanan, pertumbuhan pohon sangatlah penting untuk dipelajari sebagai suatu pedoman atau cara untuk mengetahui pertambahan riap, sehingga dapat diketahui hasil tegakan (volume). Riap merupakan pertambahan tumbuh pohon dalam jangka waktu tertentu, dimana pertumbuhan dan riap ini merupakan dua istilah yang dikenal dari sudut pandang Autekologi (ekologi suatu jenis pohon).

17 16 Pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing pohon atau tegakan berbeda, seperti tinggi dan diameter dan bidang dasar tidak sama dalam pertumbuhan pohon (Soekotjo, 1976). Menurut Dipodiningrat (1985) kerapatan tegakan memperlambat pertumbuhan diameter, tetapi dapat merangsang pertumbuhan tinggi. Hal ini disebabkan karena pohon mengkonsentrasikan energi untuk tajuknya. 1. Pertumbuhan Tinggi Yang dimaksud dengan tinggi adalah jarak terpendek antara satu titik dengan titik proyeksinya pada bidang horizontal atau bidang datar. Sedangkan yang dimaksud dengan panjang adalah jarak yang menghubungkan antara dua titik yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus (Endang, 1990 ). Kerapatan tegakan akan memberikan pengaruh yang nyata, terhadap pertumbuhan tertinggi dan pertumbuhan dapat dipercepat dengan menyediakan ruang tumbuh yang lebih luas. Untuk mempelajari pertumbuhan tinggi tegakan, diperlukan rataan tinggi. Dengan bertambahnya nilai rataan ini bukan mewakili suatu jumlah yang tetap, melainkan mewakili populasi yang terus berkurang jumlahnya. Loetsch, et all Dan Haller (1973) menyatakan dalam inventore hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon yaitu : a. Tinggi Total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon b. Tinggi bebas cabang atau permukaan tajuk yaitu tinggi pohon dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai batang pertama yang memberntuk tajuk

18 17 c. Tinggi batang komersial adalah tinggi batang yang pada saat itu laku di jual dalam perdagangan Beberapa alat ukur tinggi pohon menurut Pariadi (1979) di bedakan atas dua golongan yaitu : a. Alat yang memerlukan pengukuran jarak antara lain abney level, forest service hysometer, fausmen, weise, spigel relascope biterlinch dan lainlain. b. Alat yang tidak memerlukan jarak yang antara lain christen hypsometer, walking stick dan lain-lain. Kemudian menjelaskan tentang kesalahan-kesalahan pengukuran tinggi pohon berdasarkan penyebabnya yang dibedakan : a. Kesalahan alat b. Kesalahan tenaga pengukur c. Kesalahan keadaan pohon (obyek) yang diukur d. Kesalahan faktor hujan, angin, topografi yang sulit dicapai dan sebagainya. 2. Pertumbuhan Diameter Diameter pohon pada dasarnya adalah merupakan panjang garis lurus antara dua titik pada busur lingkaran yang melalui titik pusat limgkaran tersebut (Suharlan dan Soediono, 1973).

19 18 Pariadi (1979) mendefinisikan diameter pohon adalah lebar pangkal batang pohon yang ditarik dari jarak dua titik tengah lingkaran yang pada umumnya mengecil kebagian ujung. Perkembangan diameter tegakan dapat dipengaruhi oleh kerapatan pohon, oleh karena diameter ini dipengaruhi pula dengan ruang tumbuh yang ada. Dengan bertambahnya ruang tumbuh dari suatu tegakan, maka tiap diameter dari tegakan akan bertambah besar sampai mencapai pemanfaatan ruang tumbuh yang maksimal (Arwini, 1990) Menurut Pariadi (1979) beberapa standar yang digunakan untuk pengukuran diameter tanaman yaitu : a. Bagi tanaman berdiri, diameter diukur pada ketinggian 130 cm di atas permukaan tanah (diameter setinggi dada atau diameter of breast height = dbh). b. Bagi tanaman berdiri yang berbanir, diameter diukur pada pada ketinggian 20 cm di atas benir. c. Bagi tanaman yang berdiri yang bercabang adalah sebagai berikut : 1) Ketinggian cabang di atas 130 cm, diukur pada ketingian 130 cm daripermukaan tanah. 2) Ketinggian cabang kurang dari 130 cm diukur pada ketinggian 100 cm dari cabang dan dianggap dua pohon. 3) Ketinggian cabang tepat/sama 130 cm, diukur ke bawah dari cabang + 10 cm.

20 19 4) Untuk tanaman berdiri pada tanah miring, diameter diukur pada ketinggian 130 cm dari bagian tanah miring yang atas. 5) Bagi tanaman menggembung pada ketinggian 130 cm, diukur pada ketinggian 1-20 cm di atas bagian tepi yang menggembung. 6) Untuk tanaman miring, diameter diukur pada ketinggian 130 cm searah miring tanaman. Selanjutnya menerangkan alasan-alasan tentang cara pengukuran diameter setinggi 130 cm yaitu : a. Bagi para rimbawan ketinggian tersebut merupakan ketinggian yang mudah dicapai. b. Biasanya pada ketingiaan tersebut tidak terdapat ketidakrataan batang dan pada kebanyakan pohon daerah beriklim sedang, pengaruh banir sudah berkurang. Anonim (1993) menjelaskan tentang pengukuran diameter untuk pohon-pohon bercabang dan sama besar diameternya serta pohon yang condong adalah seperti pada gambar dibawah ini.

21 20 a b c d Gambar 1. Bentuk bentuk Percabangan Dalam Kegiatan Inventarisasi Keterangan : a = Percabangan tepat pada ketinggian dada, dihitung sebagai satu pohon dan diameter diukur dibawah percabangan. b = Percabangan diatas 130 cm, dihitung sebagai satu pohon c = Percabangan dibawah 130 cm, dihitung sebagai dua pohon dan diameter diukur dua-duanya d = Pohon condong, diameter diukur 130 cm diatas tanah. Pariadi (1979) menjelaskan bahwa kesalahan-kesalahan dalam pengukuran diameter dapat dibedakan oleh : a. Pembacaan skala yang kurang seksama. b. Posisi alat yang tidak benar. Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tetang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan, karena keretbatasan alat yang tersedia, sering kali pengukuran

22 21 keliling (K) lebih banyak dilakukan, setelah itu sikonfirmasikan kediameter (D) dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yaitu D=K/ Pengukuran diameter adalah mengukur garis antara dua titik paa lingkaran yang melalui titik pusat lingkaran tersebut. Gambar 2. Pengukuran diameter Pegukur diameter yang lazim dilakukan adalah diameter setinggi dada (Diameter of breast heigh = dbh), karena : a. Merupakan bagian yang paling gampang di nilai dan diukur. b. Diameter setinggi dada merupakan elemen pengukuran yang paling penting dan merupakan dasar untuk banyak perhitungan lain. c. Sebagai dasar penentuan distribusi diameter batang yang merupakan hasil inventarisasi yang paling diperlukan. Dalam mengukur diameter, umumnya diukur pada garis setinggi dada atau megukur diameter secara langsung yaitu phiband,dengan cara melingkarkan alat pada keliling pohon yang berbanir yang dimaksud banir disini adalah pembesaran bagian 130 cm diatas permukaan tanah untuk pohon yang tidak berbanir.

23 22 Sedangkan untuk bawah batang dekat permukaan tanah yang disebabkan oleh adanya akar tunjang, akar papan atau pembengkakan. Alat ukur yang dapat pohon. C. Tinjauan Umum Meranti Merah (Shorea leprosulla) Di Kalimantan, shorea adalah genus yang mempunyai jenis sangat berlimpah. Banyaknya jenis pada famili Dipterocarpaceae adalah 267 jenis dimana genus Sorea mempunyai 127 jenis (Symington, 1974). Symington (1974) membagi genus meranti menjadi empat group utama yaitu gorup balau, group meranti putih, group meranti kuning dan group meranti merah. Di Indonesia tiga group penting yang komersil adalah group meranti putih, meranti kuning dan meranti merah. Meranti merah adalah nama yang umum di Sumatra dan Kalimantan untuk shorea leprosula, jenis ini termasuk Dipterocarpaceae. Meranti merah berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 70 meter dan diameter 110 cm dengan tajuk tipis dan lebar, berbentuk payung dan berwarna merah pucat. Batangnya tinggi, tegak dan lurus berbanir, berwarna coklat keabu-abuan, sering mengeluarkan damar dan bila kering berwarna kuning. Daunnya tunggal berbentuk bulat telur sampai jorong, berwarna kuning coklat pada permukaan bawah yang berubah merah pucat bila kering. Anonim (1980) mengemukakan ciri-cri umum meranti merah adalah sebagai berikut :

24 23 Morfologi Tanaman Meranti Merah a. Habitus Tinggi pohon mencapai 70 meter, batang bebas cabang 30 meter, diameter mencapai 100 cm atau lebih. Tinggi banir 3,5 meter, tebal 20 cm. Memiliki tajuk tipis dan lebar berbentuk payung berwarna merah tembaga pucat. b. Batang Tebal kulit luar kira-kira 5 mm, berwarna abu-abu atau coklat sedikit beralur bagian dalam mengelupas agal besar-besar dan tebal. Kulit hidup mencapai 20 mm, penampangnya berwarna coklat muda sampai kemerah-merahan, kayu teras berwarna coklat muda sampai kemerah-merahan peralihan dari gubal keteras secara berangsur-angsur, damar berwarna putih kekuningan. c. Daun Rata-rata hampir meyerupai segi empat memanjang atau bulat telur terbalik memanjang pangkal dan membulat, ujung runcing, asal panjang rata-rata 3-13 cm, lebar 3-5 cm, permukaan bawah suram, terdapat kumpulan bulu-bulu binatang yang meyerupai jahitan pada tulang daun primer dan sekunder. d. Buah Buah berbentuk bulat telur, ujung agak lancip berbulu halus berwarna pucat, panjang 1-1,5 cm diameter kira-kira 1 cm, sayapnya lebar 1-1,5 cm, mempunyai urat 7-8,2 sayapnya pendek berbentuk garis, lancip, panjang 2-3,5 cm.

25 24 e. Bunga Bunga majemuk tersusun mulai dari kecil, pendek berwarna kuning. Mulai berbunga pada bulan Agustus sampai Oktober. f. Biji Banyaknya biji per kilogram tergantung jenisnya. Untuk jenis Shorea acuminata mempunyai jumlah sampai 560 butir per kilonya, sedangkan Shorea macroptera mempunyai jumlah sampai 55 butir per kilonya. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Terdapat di Sumatra, Kalimantan, Thailand, Serawak, Brunei dan Sabah. meranti dominan berada di daerah beriklim tropis basah sampai dengan ketinggian 750 m dpl, di Kalimantan dan Sumatera banyak tersebar di hutan Dipterocarpaceae tanah rendah dan berbukit, biasanya meranti tumbuh pada tanah rendah dan berpasir ahkan di tanah rawa atau gambut. Dalam membudayakan banyak dilakukan dengan cara biji, semai dan anakan, meranti berbunga pada bulan November sampai dengan Februari dan berbuah pada bulan Desember sampai dengan Februari setiap 4 5 tahun sekali. Kegunaannya Kayu dari jenis ini dipergunakan untuk kayu lapis merupakan kegunaan yang utama. Disamping itu juga digunakan sebagai bahan bangunan, mebel, hingga bahan baku pulp ( bubur kertas ). Untuk keperluan bangunan seperti balok, galar, kaso, pintu dan jendela, kayu meranti termasuk mudah dikerjakan sampai halus. Sedangkan damarnya untuk menambah menjadi bahan penerangan (lampu).

26 25 a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Soekotjo (1979), menyatakan bahwa tempat tumbuh hanya berbeda dengan alam vegetasi yang dihasilkan, namun berbeda juga dalam faktor iklim, tanah dan faktor lainnya. Semua faktor ini menyebabkan perbedaan-perbedaan di dalam vegetasi yang tumbuh pada bermacam-macam tempat tumbuh. Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerlukan hal-hal yang menunjang, menurut Danaatmadja (1989), hal yang menunjang tersebut yaitu: a. Faktor genetik (internal) Faktor genetik ini adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari induknya seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk, banyaknya cabang dan lainlain, di sini termaksud juga kematangan biji atau buah, sebagai sifat bawaan hal ini bersifat internal. b. Faktor lingkungan (eksternal) Tumbuhan-tumbuhan tumbuh teratur di bawah pengaruh lingkungan hidup yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh dan bentuk serta letak lapangan (relief). Menurut Abidin (1984) yang dikutip Susanti (1996), faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain : 1. Air, adalah faktor penting yang sangat diperlukan dalam tumbuhan, kehadiran air di sini sangat penting untuk aktifitas enzim serta penguraiannya, traslokasi serta kebutuhan lainnya. 2. Udara juga merupakan faktor luar yang penting untuk pernafasan atau transpirasi pada pertumbuhan organ-

27 26 3. Tempat tumbuh Soetrisno (1996), menyatakan tempat tumbuh berpengaruh pada kehidupan tumbuh tumbuhan. Faktor-faktor tersebut yaitu : a. Faktor klimatis Cahaya matahari, kelembaban dan temperatur merupakan elemenelemen dari faktor klimatis. Cahaya sangat berperan dalam menentukan pertumbuhan suatu tumbuhan demikian pula dengan kelembaban serta temperatur. Faktor klimatis ini sangat menentukan iklim suatu daerah yang berperan penting dalam pertumbuhan terutama proses metabolisme yang terjadi pada tumbuhan. b. Faktor fisiografis Menggambarkan bentuk permukaan tanah dan sejarah bentuk biologinya (ketinggian tempat, kelerengan dan aspek konfigurasi bumi). Faktor-faktor ini sangatlah menentukan pertumbuhan suatu tanaman. c. Faktor edafis Faktor edafis menggambarkan sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologi tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan beragam dari partikel mineral anorganik, hasil rombakan bahwa organik dan berbagai jenis mikro organisme, bersama-sama dengan udara dan air yang di dalamnya terlarut berbagai garam-garam anorganik dan senyawa anorganik. Tanah juga merupakan tempat tumbuh dan tumbuhan itu sendiri untuk berkembang biak.

28 27 d. Faktor biotis Manusia, hewan dan tumbuhan (lingkungan biotik) merupakan elemen-elemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kegiatan penebangan, pembakaran hutan serta aktifitas lainnya seperti pengelolaan tanah, pencemaran udara dan air, yang merupakan aspek-aspek biotik yang berpengaruh terhadap penyerbukan, penyebaran biji dan buah juga persaingan antara parasit dan simbiosis dengan tumbuhan lainnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. E. Hubungan Tinggi dan Diameter Diameter dan panjang pohon atau tanaman seumur dan sejenis dapat dijelaskan dengan menggunakan metode regresi (Anonim, 1992 ) yaitu dengan menghitung atau mengetahui nilai persamaan regresi, sehingga dapat diketahui besarnya korelasi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pertunbuhan seumur dan murni dipengaruhi oleh tahap umur, kualitas tempat tumbuh, jenis, kerapatan dalam arti luas bidang dasar dalam jumlah pohon, dan satuan-satuan yang menyatakan pertumbuhan. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biasanya saling tergantung prinsip-prinsip pertumbuhan, harus dikembangkan dengan mengamati interaksi faktor-faktor. F. Regresi dan Korelasi. Definisi regresi menurut Anonim (1992) adalah mempelajari hubungan yang ada diantara variabel-variabel sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir variabel yang satu apabila harga variabel yang lainnya deketahui.

29 28 Bentuk umum dari persamaan regresi dengan meggunakan metode Least Square adalah sebagai berikut : Y = a + b X Dimana : Y = Variabel terkait ( Dependen Variabel ) X = Variabel bebas ( Independen Variabel ) a = bilangan konstan b = koefisien regresi Untuk menghitng koefisien-koefisien a dan b, dapat menggunakan rumus : n( b = n(? XY)? (? X )? 2? X )? (? X ) Y) 2? X? X a =? b n n dimana : n = Jumlah Variabel G. Korelasi Korelasi berarti cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih (Anonim, 1992). Jika terdapat hubungan diantara variabelnya, maka perubahan yangterjadi pada salah satu variabel yang lainnya, disamping itu dengan analisa korelasi dapatlah diketahui apakah hubungan yang tejadi antara variabel-variabel tersebut adalah suatu kebetulan atau memang hububungan benar-benar (Anonim, 1992) Menurut Anonim (1992) ada beberapa cara untuk menunjukan korelasi (hubungan) antara dua variabel, salah satu diantaranya dengan menghitung

30 29 koefisien korelasi, damana koefisian korelasi tersebut tidak hanya menunjukan apakah hubungan (korelasi) antara dua variabel tetepi juga seberapa erat korelasinya. Menurut anonim (1992) koefisien korelasi dapat di hitung dengan menggunakan rumus : r = ( n n? XY?? X.? Y 2 2 2? X? (? X) ( n? Y? (? Y) 2 dimana : r = koefisien korelasi X= Variabel bebas Y= Variabel terikat Pada prinsipnya nilai r bervariasi dari -1 melalui 0 hingga +1, dengan kriteria sebagai berikut: a. bila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangatlah lemah atau tidak terdapat hubungan sama seakli b. bila r = +1 mendekati 1 maka korelasi antara dua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali. c. Bila r = -1 atau mendekati -1 maka korelasi antara dua variabel dikatakan negatif dan sangat kuat sekali Tanda + dan pada koefisien korelasi sebenarnya memiliki arti khas, yaitu bila r positif maka korelasi antara dua vriabel bersifat searah dimana kenaikan atau penurunan nilai-nilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau

31 30 penurunan nilai-ilai Y, dan sebaliknya bila r negatif berarti kenaikan nilai-nilai X terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai-nilai Y (Anonim, 1992).

32 31 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian Lokasi kegiatan pengamatan ini di laksanakan di Balai Penelitian Teknologi Pembenihan, kacamatan Samboja. Waktu pelaksanaan dilakukan selama 2 (dua) bulan meliputi persiapan alat dan bahan, perijinan, pengambilan data dan penulisan laporan ilmiah. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah : a. Clinometer, untuk mengukur tinggi pohon. b. Phiband, untuk megukur diameter pohon. c. Alat tulis menulis, untuk mencatat hasil penelitian. d. Kamera,untuk dokumentasi di lapangan. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman meranti merah (Shorea leprosulla) yang di tanam tahun 1994.

33 32 C. Prosedur kerja a Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi tempat penelitian agar memudahkan dalam mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan tersebut. b. Penyelesaian administrasi dilakukan untuk permohonan ijin melaksanakan penelitian. c. Persiapan Alat. Menyiapkan semua alat-alat yang akan dilakukan pada pengamatan Phiband, Meteran, Clinometer, tongkat, Alat tulis menulis dan lainlain. d. Pengambilan data. - Menentukan pohon yang akan diamati/diukur. - Mengukur diameter pohon setinggi dada yaitu pengukuran diameter yang dilakukan pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. - Pengukuran tinggi yang dilakukan adalah tinggi total, yaitu tinggi puncak pohon. Pengukuran tinggi digunakan alat clinometer dengan dibantu dengan tongkat dengan ketinggian 4 meter. - Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif 1. Pengolahan Data Pengolahan data diameter dan tinggi rata-rata dengan mengunakan rumus : 1. Rata-rata Hitung:

34 33? x X= n Keterangan X : Rata-rata (diameter/tinggi)? : Jumlah dari X (diameter/tinggi) n : Jumlah Pohon 2. Standard Deviation (simpamg Baku) Standar deviation (Simpang Baku) merupakan suatu nilai untuk mengetahui penyimpangan nilai-nilai individu terhadap rata-rata diameter dan tinggi tanaman. Dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut : Sd=? x 2 (?? n? 1 x)2 n Keterangan Sd : Standar Deviation (simpang baku)? : Jumlah Nilai Individu? X 2 :Jumlah kuadrat Individu n : Jumlah Pohon 3. Coefficient of Variation (koefisien Variasi) Mengingat ukuran dispresi absolut mudah menimbulkan kekaburan, maka sering digunakan ukuran dispersi relatif. Diantara berbagai macam ukuran dispresi relatif yang terkenal ialah yang bernama koefisien Variasi (Coefficient of Variation), yaitu presentasi standar

35 34 deviation terhadap nilai rata-rata X (diameter/tinggi) dan klasifikasi dari koefisien variasi ialah sebagai berikut: Rumus : Sd C.V= X 100% x Keterangan : C.V Sd x = Coefficient Of Variation (koefisien Variasi) = Standard Deviation (simpang Baku) = Rata-rata C.V = 0 10% (dikatakan kecil/seragam) C.V = 10 20% (dikatakan besar) C.V = > 30% (dikatakan sangat besar) 4. Menghitung Hubungan Diameter dengan Tinggi Tinggi pohon kemudian dihubungkan dengan peubah bebas untuk membentuk persamaan. Dalam penelitian ini persamaan tinggi yang digunakan di pilih adalah persamaan tinggi: Y = a + b X atau H = b 0 + b 1 D di mana : H D b 0, b 1 = tinggi pohon taksiran = diameter setinggi dada = konstanta regresi

36 35 untuk persamaan tinggi diatas diolah dalam bentuk regresi linier. Konstanta dari regresi (b 0, b 1 ) untuk persamaan-persamaan volume di atas diperoleh dengan rumusan : n( b1 = n(? XY)? (? X )? 2? X )? (? X ) Y) 2? X? X bo =? b n n bo = Y b1. X Untuk mengetahui apakah peubah bebas x mempengaruhi peubah terikat y maka digunakan analisis sidik ragam dengan menggunakan uji F seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Sidik Ragam Sumber Keragaman Regresi Derajat Bebas K Jumlah Kuadrat JKR Kuadrat Rataan KRR F hitung KRR/KRG Galat (n-k-1) JKG KRG T o t a l (n-1) JKT di mana : k = jumlah peubah bebas n = jumlah seluruh pasangan data JKR = Jumlah kuadrat regresi JKG = jumlah kuadrat regresi

37 36 Kriteria pengujian : Jika F hitung > F tabel berarti ada peranan x terhadap y pada taraf signifikansi 5% dan 1 % Jika F hitung < F tabel berarti tidak ada peranan x terhadap y. Anonim (1992), menerangkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) dapat digunakan sebagai salah satu kriteria untuk menentukan persamaan yang tepat. Besarnya nilai koefisien determinasi dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : r = ( n n? XY?? X.? Y 2 2 2? X? (? X) ( n? Y? (? Y) 2

38 37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengukuran dilakukan terhadap dimensi pohon meliputi diameter setinggi dada (1,30 m) dan tinggi. Pengukuran tinggi yang dilakukan adalah tinggi total, yaitu tinggi puncak pohon. Pengukuran tinggi digunakan alat clinometer dengan dibantu dengan tongkat dengan ketinggian 4 meter. Pengukuran tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Tabulasi hasil pengukuran diameter dan tinggi pohon jenis Meranti Merah (shorea leprosulla) pada Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja diperoleh seperti pada tabel 2. Tabel 2. Tabulasi Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Meranti Merah (shorea leprosula) Diameter T i n g g i ( Meter) Jumlah (cm) Jumlah

39 38 Untuk lebih jelasnya penyebaran data hasil pengukuran diameter dan tinggi tanaman meranti merah dituangkan dalam gambar diagram pencar seperti terlihat pada Gambar 3. berikut ini: Gambar 3. Diagram pencar untuk data Diameter dan Tinggi

40 39 B. PEMBAHASAN Hasil pengukuran Tanaman Meranti Merah di areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja menunjukan bahwa diameter terbesar 26,20 cm dan diameter terkecil 15,30 cm, dengan rata-rata 19,44 cm dan standar deviation 2,79 cm dan koefisien variasi 14,34 %. Sedangkan hasil pengukuran tingginya diketahui bahwa, tanaman Meranti Merah tertinggi adalah 19,37 m dan tanaman terendah 11,09 m dengan nilai rata-rata sebesar 15,51 m, standar deviatiom 2,11 m dan koefisien variasi 13,62 %. Dilihat dari hasil pengukuran dilapangan dan pengolahan data maka diperoleh hubungan antara peubah terikat dengan peubah bebas yaitu diameter setinggi dada (1,30 m). Adapun persamaan regresi yang terbentuk sebagai berikut : Y = 3, , X atau H = 3, , D Untuk mengetahui tingkat ketelitian persamaan regresi yang telah terbentuk apakah peubah bebas diameter (D) mempengaruhi peubah terikat tinggi (H) digunakan analisis keragaman.

41 40 Tabel 3. Analisis Keragaman Regresi Sumber df Jumlah Kuadrat F hitung Keragaman Kuadrat Tengah Regresi 1 107, , ,8084* Galat 37 61,6409 1,6660 Total ,6097 Signifikan pada taraf 5 % Hasil analisis keragaman regresi seperti pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa F hitung regresi pada tignkat kepercayaan 5 % berbeda nyata ini artinya bahwa regresi yang terbentuk dari diameter dan tinggi mempunyai hubungan. Persamaan regresi tersebut memiliki koefisien korelasi (r) = 0, Nilai koefisien korelai tersebut menunjukan bahwa hubungan antara diameter setinggi dada volumenya erat dan berkorelasi positif. Hal ini didukung oleh pendapat Prayitno (1981) yang mengatakan bahwa nilai korelasi (hubungan) yang mendekati r = + 1, ini menunjukan bahwa hubungan antara dua variable (terikat dan bebas) kuat dan positif. Berdasarkan nilai-nilai tersebut menunjukan bahwa persamaan regresi yang terbentuk mempunyai hubunganya yang sangat erat antara peubah bebas dan peubah terikat dimana peubah bebas sebagai diameter dan peubah terikat sebagai tinggi. Sejalan dengan perkembangan dibidang inventarisasi hutan dan untuk mencapai tujuan efisien dan efektif dalam kegiatan inventarisasi hutan, maka telah dilakukan penyederhanaan tanpa mengurangi ketelitian yang berarti. Penyederhanaan tersebut adalah untuk membantu dan mempermudahkan pekerjaaan di lapangan, terutama yang berhubungan dengan pengukuran tinggi.

42 41 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan hubungan diameter setinggi dada dengan tinggi jenis meranti merah (Shorea leprosulla) dapat diambil beberapa kesimpulan : A. Hubungan diameter setinggi dada dengan tinggi jenis meranti merah (Shorea leprosulla) di Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja. mempunyai Nilai Koefisien Korelasi sebesar 0, dengan persamaan regresi H =3, , D B. Dilihat dari keeratan hubungannya jenis meranti merah (Shorea leprosulla) memiliki hubungan antara diameter dan tinggi sangat kuat dan positif. B. Saran Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan diameter dengan tinggi jenis meranti merah (Shorea leprosulla) dan lainnya diwaktu mendatang pada tempat yang berbeda agar dapat diperoleh kesimpulan yang bersifat konfrehensif.

43 43 DAFTAR PUSTAKA ANONIM, Jenis-jenis kayu terpenting dalam perdagangan kayu di Indonesia. Direktorat jendral Kehutanan Jakarta. ANONIM, Vadenicum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jendral kehutanan, Jakarta. ANONIM Diptercarpaceae Vol. 6, No. 1,2002. ISSN Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor-Indonesia ANONIM,1992. Manual Kehutanan. Depertemen kehutanan Republik Indonsia.Jakarta. ANONIM 1991, Sistem Ekploitas Dan Pengukuran Kayu. Politeknik Pertanian Unipesitas Mulawarman. Samboja ANONYMOUS Manual Kehutanan. Deperteman Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta. BAKER, F.S Prinsip-prinsip Silvikultur (terjemahan). Gaja Madah Universitas Press. Yogjakarta BENU, H, S Cara-cara pengukuran kayu bulat. Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta. DANAATMADJA, OH. M, Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II dan III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Universitas Padjajaran Bandung DIPODININGRAT, B.S manajemen Hutan. Organisasi dan Tata Laksana Pengusahaan. Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan Unuversitas Gajahmada. ENDANG Manajemen Hutan. Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Tinggi Universitas Padjadjaran. Bandung. HARYANTO Beberapa Cara Pengukuran Kayu Dan Cacat Kayu. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Jogyakarta. HITAM, H Dasar-dasar Teori Dan Pengunaan Teknik Pengambilan Contoh Dalam Inventarisasi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.

44 44 HUSCH, B Foret Mensuration Third Editon. John Wiley & Son. New York LOETSCH, F. HALLER Forest Inventory Volume II. BLV Verlogsgesel Scharft. Munchen. PARIADI, H. M, Ilmu Ukur Kayu. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Jakarta SIAHAYA, J Dasar-dasar Inventarisasi Hutan. Departemen Management Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda SOEKOTJO, W Diktat Silvika. Pusat Pendidikan Cepu. Direksi Perum Perhutani. SOETRISNO, K Silvika. Bahan Kuliah Silvika Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. SUHARLAN, A Dan J. SOEDINO Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan Bogor. Bogor SUSANTI, Studi Tentang Tinggi dan Diameter Tanaman Acacia mangium willd Umur 1 Tahun di Arboretum POLITANI Unmul samarinda. Karya Ilmiah Mahasiswa (Tidak di Terbitkan). SYMINGTON Forester Manual of Dipterocarp. Malaysia Forest Record

45 45 Lampiran 1. Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi No. Diameter Pengukuran Tinggi Tinggi (cm) H-top H-pole H-base (m) Keterangan

46 46 Lampiran 2. Hasil Diskripsi dari Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Diskripsi Statistik data diameter Mean Standard Error Median 18.5 Mode 20.2 Standard Deviation Sample Variance Kurtosis Skewness Range 10.9 Minimum 15.3 Maximum 26.2 Sum 758 Count 39 Confidence Level(95.0%) Diskripsi Statistik data tinggi Mean Standard Error Median Mode Standard Deviation Sample Variance Kurtosis Skewness Range Minimum Maximum Sum Count 39 Confidence Level(95.0%)

47 47 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Regresi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0, R Square 0, Adjusted R Square 0, Standard Error 1, Observations 39 ANOVA df SS MS F Regression 1 107, , ,80839 Residual 37 61, , Total , Coefficients Standard Error b0 3, , b1 0, ,

RINGKASAN. sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume. Juni 2009 dilokasi TPK PT. Inhutani I unit Malinau, Kabupaten Malinau.

RINGKASAN. sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume. Juni 2009 dilokasi TPK PT. Inhutani I unit Malinau, Kabupaten Malinau. RINGKASAN HAMIDAH, Penerapan Rumus Volume Smalian dan Brereton Pada Log Merah (Shorea leprosula miq) PT. Inhutani I Semendurut Kabupaten Malinau. (Di bawah bimbingan Hasanudin). Adapun tujuan dari pengamatan

Lebih terperinci

PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.

PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. 1 PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.LOAJANAN SAMARINDA Oleh ASRIANI HAMZAH P. NIM.070.500.006 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENENTUAN VOLUME KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq) DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS BRERETON. Oleh: INDRA NIM:

PENENTUAN VOLUME KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq) DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS BRERETON. Oleh: INDRA NIM: 1 PENENTUAN VOLUME KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq) DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS BRERETON Oleh: INDRA NIM: 080 500 042 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Pinus 2.1.1. Habitat dan Penyebaran Pinus di Indonesia Menurut Martawijaya et al. (2005), pinus dapat tumbuh pada tanah jelek dan kurang subur, pada tanah

Lebih terperinci

HUBUNGAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) UMUR 4 TAHUN DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA OLEH:

HUBUNGAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) UMUR 4 TAHUN DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA OLEH: HUBUNGAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN ULIN (Eusideroxylon zwageri T. et B.) UMUR 4 TAHUN DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA OLEH: MUHDIANSYAH NIM. 090 500 159 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN

Lebih terperinci

KETELITIAN PENGUKURAN TINGGI POHON DENGAN MENGGUNAKAN HAGAMETER

KETELITIAN PENGUKURAN TINGGI POHON DENGAN MENGGUNAKAN HAGAMETER KETELITIAN PENGUKURAN TINGGI POHON DENGAN MENGGUNAKAN HAGAMETER Oleh : ZAINAL ABIDIN NIM. 090 500 162 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA S A

Lebih terperinci

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15 TABEL ISI POHON JENIS BINTANGUR (Callophyllum sp.) DI KPH SANGGAU, KALIMANTAN BARAT (Tree Volume Table of Bintangur (Callophyllum sp.) in the Forest District of Sanggau, West Kalimantan) Oleh/By: Sofwan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) adalah sistem silvikultur yang digulirkan sebagai alternatif pembangunan hutan tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan di petak 209 dan 238 pada RKT 2009 di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH PENYUSUNAN TABEL VOLUME LOKAL JABON ( Anthocephalus cadamba) DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH (Development of Local Volume Tabel of Jabon ( Anthocephalus cadamba)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian tentang Perkembangan Tegakan Pada Hutan Alam Produksi Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) dilaksanakan di areal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua pada bulan Mei sampai dengan Juli 2012. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Agathis loranthifolia R. A. Salisbury 2.1.1 Taksonomi dan Tata Nama Agathis loranthifolia R. A. Salisbury termasuk famili Araucariaceae dengan memiliki nama lokal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Inventarisasi Hutan Menurut Dephut (1970), inventarisasi hutan adalah pengumpulan dan penyusunan data mengenai hutan dalam rangka pemanfaatan hutan bagi masyarakat secara lestari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Biomassa Biomassa merupakan bahan organik dalam vegetasi yang masih hidup maupun yang sudah mati, misalnya pada pohon (daun, ranting, cabang, dan batang utama) dan biomassa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dengan keanekaragaman spesies tumbuhan yang sangat tinggi dan formasi hutan yang beragam. Dipterocarpaceae

Lebih terperinci

KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK

KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK 11/1/13 MAKALAH SEMINAR/EKSPOSE HASIL PENELITIAN TAHUN 13 BALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARPA SAMARINDA KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK Oleh: Asef

Lebih terperinci

PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King) DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King) DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA PERTAMBAHAN TINGGI DAN DIAMETER ANAKAN MAHONI (Swietenia macrophylla King) DI AREAL POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : ERIS AWANG NIM. 070500009 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Model Pendugaan Isi Pohon Agathis (Bambang E. Siswanto; Rinaldi I.) MODEL PENDUGAAN ISI POHON Agathis loranthifolia Salisb DI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN KEDU SELATAN, JAWA TENGAH (Tree Volume Estimation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Hutan Inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya.

Lebih terperinci

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT PENENTUAN HUBUNGAN TINGGI BEBAS CABANG DENGAN DIAMETER POHON MERANTI PUTIH (Shorea bracteolata Dyer) DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by EDILA YUDIA PURNAMA 1) ;

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODOLOGI PE ELITIA 10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan

Lebih terperinci

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Persamaan Regresi Penaksiran Volume (Bambang E. Siswanto; Rinaldi I.) PERSAMAAN REGRESI PENAKSIRAN VOLUME POHON SONOKELING (Dalbergia latifolia Roxb) DI KEDIRI, JAWA TIMUR (Regression Equation of Tree

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di Indonesia. Hutan rawa gambut mempunyai karakteristik turnbuhan maupun hewan yang khas yaitu komunitas

Lebih terperinci

BAB VII TEKNIK INVENTARISASI

BAB VII TEKNIK INVENTARISASI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK INVENTARISASI DAN PEMETAAN HUTAN BAB VII TEKNIK INVENTARISASI DR IR DRS H ISKANDAR MUDA PURWAAMIJAYA, MT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Metode survei

II. METODOLOGI. A. Metode survei II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK IMANUEL pengkuran tinggi dan diameter rataan anakan mahoni (Swietenia Macrophylla King). Di areal politeknik pertanian negeri samarinda. ( di bawah bimbingan Hasanudin) Untuk mencapai tujuan ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

GARIS-GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN GARIS-GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Silvika Kode MK/SKS : 209M1123 /3 Semester : 3 (tiga) Mata Kuliah Prasyarat

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER TANAMAN JATI SUPER (Tectona grandis, L.f) UMUR 6 TAHUN DI DESA MARGASARI, KUTAI KARTANEGARA. Oleh :

PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER TANAMAN JATI SUPER (Tectona grandis, L.f) UMUR 6 TAHUN DI DESA MARGASARI, KUTAI KARTANEGARA. Oleh : PENGUKURAN TINGGI DAN DIAMETER TANAMAN JATI SUPER (Tectona grandis, L.f) UMUR 6 TAHUN DI DESA MARGASARI, KUTAI KARTANEGARA Oleh : M. RASYID RIDHA NIM. 100500016 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 14 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Hasil Penelitian.1.1 Pertumbuhan diameter S. leprosula Miq umur tanam 1 4 tahun Hasil pengamatan dan pengukuran pada 4 plot contoh yang memiliki luas 1 ha (0 m x 0 m) dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membandingkan teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees)

PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees) PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees) MutiahMarhamah/E34130118 2) 1) Judul Makalah 2) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam hal ini adalah kayu dan modal produksi. Untuk itu maka terbentuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam hal ini adalah kayu dan modal produksi. Untuk itu maka terbentuk BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sistem Dinamika Potensi Pendapatan Hutan dapat dikatakan sebagai alat produksi sekaligus hasil produksi. Hutan sebagai alat produksi artinya hutan menghasilkan yang boleh

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

D. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3

D. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3 D. 9 Produksi Kayu Bulat dan Nilai Harapan Lahan Hutan Tanaman Rakyat Gaharu (Aquilaria microcarpa) Di Desa Perangat Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 49 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penentuan Data Pohon Contoh Untuk penyusunan tabel volume pohon sebagai alat bantu IHMB di PT. Ratah Timber ini diperlukan data-data dimensi pohon dari setiap pohon contoh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Areal Kerja perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi , II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Eucalyptus di TPL Tanaman Eucalyptus sudah dikenal sejak abad 18 dan perkembangan pembangunan tanaman ini maju pesat pada tahun 1980 setelah kongres Kehutanan Sedunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu adalah suatu material yang merupakan produk hasil metabolisme organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil sumber daya alam

Lebih terperinci

PENGAMATAN DIAMETER RATAAN POHON MERANTI

PENGAMATAN DIAMETER RATAAN POHON MERANTI PENGAMATAN DIAMETER RATAAN POHON MERANTI (Shorea spp) PADA KELAS KELERENGAN YANG BERBEDA DI AREAL PT. BATU KARANG SAKTI KECAMATAN MENTARANG KABUPATEN MALINAU Oleh : ARDIANSYAH NIM. 080 500 004 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA STUDI TENTANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAHONI DI AREAL KAMPUS POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA Oleh : ERWIN NIM: 090500003 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan (Soerianegara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KARYA TULIS NILAI ph DAN ANALISIS KANDUNGAN KIMIA ZAT EKSTRAKTIF BEBERAPA KULIT KAYU YANG TUMBUH DI KAMPUS USU, MEDAN Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP. 132 296 841 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM KARYA TULIS KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM OLEH : DIANA SOFIA H, SP, MP NIP 132231813 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. 3.2 Alat dan bahan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 143 BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) deskripsi data; b) uji prasyarat analisis; dan c) pengujian hipotesis penelitian. A. Deskripsi Data Penyajian statistik deskripsi hasil penelitian

Lebih terperinci

PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica, D.) UMUR 7 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS)

PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica, D.) UMUR 7 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) PENGUKURAN DIAMETER DAN TINGGI TANAMAN KAPUR (Dryobalanops aromatica, D.) UMUR 7 TAHUN DI KEBUN RAYA UNMUL SAMARINDA (KRUS) Oleh : GULIAMUS SULA NIM. 100500011 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di perkebunan rakyat Desa Huta II Tumorang, kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Schima wallichii Jenis pohon puspa atau Schima wallichii Korth., termasuk ke dalam famili Theaceae. Terdiri dari empat subspecies, yaitu Schima wallichii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. independen dari listrik adalah satuan kilowatt (kwh), untuk minyak adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. independen dari listrik adalah satuan kilowatt (kwh), untuk minyak adalah 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengolahan Data Data yang diambil untuk varibel dependen adalah produk domestic bruto di Jakarta period 1995 2005 dalam satuan rupiah. Sedangkan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat selama satu minggu pada bulan Februari. 3.2 Alat dan Objek Penelitian Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon

Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon Pengukuran Diameter (DBH) Diameter atau keliling merupakan salahsatu dimensi batang (pohon) yang sangat menentukan luas penampang lintang batang pohon saat berdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2011 di IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandiri, Provinsi Papua. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 83-89 KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT (Residual Stand Damage Caused by Timber Harvesting in Natural Peat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berdasarkan nilai pada masing-masing variabel dapat diketahui nilai penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean dan standard deviasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon dilakukan di PT. MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii Jung et de Vriese) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT NURKHAIRANI DEPARTEMEN HASIL

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 41 Hasil Uji Statistik 411 Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil pengolahan data statistik deskriptif dari variabel-variabel yang diteliti Langkah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan FKIP-UKSW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan FKIP-UKSW BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini diuraikan tentang Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Prestasi Belajar terhadap Minat Menjadi Guru Ekonomi pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat 11 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009. Pelaksanaan meliputi kegiatan lapang dan pengolahan data. Lokasi penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dari dalam hutan. Menurut Suparto (1979) pemanenan hasil hutan adalah serangkaian

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO 1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Krui (Kecamatan Pesisir Utara, Pesisir tengah, dan Pesisir Selatan) Kabupaten Lampung Barat, Propinsi Lampung. Analisis

Lebih terperinci