TUGAS MATERNITAS GANGGUAN MENSTRUASI (OLIGOMENOREA) DISUSUN OLEH : IIS SRI PATMAWATI. Kelas IB Program Transfer

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS MATERNITAS GANGGUAN MENSTRUASI (OLIGOMENOREA) DISUSUN OLEH : IIS SRI PATMAWATI. Kelas IB Program Transfer"

Transkripsi

1 TUGAS MATERNITAS GANGGUAN MENSTRUASI (OLIGOMENOREA) DISUSUN OLEH : IIS SRI PATMAWATI Kelas IB Program Transfer PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TAHUN AKADEMIK KATA PENGANTAR

2 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Oligomenore. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada Tri Lestari Handayani, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku dosen mata kulia Keperawatan Komunitas yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat bergunadalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Oligomenore. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disususn ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan DAFTAR ISI

3 ii KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi... 3 B. Penyebab 3 C. Tanda dan Gejala D. Patofisiologi... 4 E. Prosedur Diagnostik... 5 F. Penatalaksanaan. 5 BAB III TINJAUAN KASUS A. Contoh Kasus. 6 B. Asuhan Keperawatan.. 6 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian B. Diagnosa Keperawatan C. Perencanaan.. 12 D. Implementasi 13 E. Evaluasi BAB V PENUTUP A. Simpulan.. 14

4 B. Saran DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. Tidak semua wanita mengalami siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya. Ada beberapa wanita yang mengalami kelainan pada siklus menstruasi salah satunya yaitu oligomenorea. Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder. Menurut laporan WHO (2008) prevalensi oligomenore pada wanita sekitar 45%. Penelitian Bieniasz J et al, dalam Sianipar et al (2011) mendapatkan prevalensi gangguan menstruasi di dunia ditaksirkan amenorea primer sebanyak 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, oligomenorea 50%, polimenorea 10,5%, dan gangguan campuran sebanyak 15,8%. Berdasarkan kasus di atas maka penulis mengambil kasus oligomenore

5 B. Tujuan 1. Tujuan Umum Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi oligomenore 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan definisi oligomenorea b. Menjelaskan penyebab oligomenorea c. Menjelaskan patofisiologi dari oligomenorea d. Menjelaskan manifestasi klinis oligomenorea e. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari oligomenore f. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan oligomenore

6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodic siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (sarwono prawirohardjo, 2000) kamus kedokteran mendefinisikan Oligomenore sebagai haid yang datang tidak teratur atau haid yang sedikit sekali. Oligomenorea merupakan salah satu kelainan siklus menstruasi dimana siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari (Sarwono prawirohardjo,2009). olligomenorrhea atau oligomenore yaitu tidak mendapat haid padahal sudah masuk ke periode biasnya. Pada saat itu dia sudah beberapa kali mengalami menstruasi, dan tidak sedang mengalami hamil (Andri Priyatna, 2009). B. Penyebab Berikut ini beberapa penyebab haid yang tidak teratur (Oligomenore) : 1. Adanya kista indung telur, fibfinoid atau masalah Rahim lainya Wanita yang mengalami PCOS (polysyctic ovary syndrome), yaitu dimana indung telur berisi kista, mengakibatkan haid yang tidak teratur berupa oligomenorea, amenore atau bahkan haid yang sangat banyak. Kondisi ini berkaitan dengan kadar hormon androgen yang berlebih didalam tubuh. 2. Penyakit hipotiroid/ hipertiroid 3. Penyakit Cushing 4. Stress Wanita yang mengalami stres, biasanya juga akan mengalami gangguan hormonal. Hipothalamus saat stres akan mensekresi CRF (corticotropin releasing factor) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH (adenocorticotrophic hormone). Pelepasan ACTH menyebabkan kelenjar adrenal mensekresi hormon kortisol. Adanya sekresi hormon kortisol menimbulkan respon kewaspadaan yang merupakan salah satu respon tubuh terhadap stres. Akibatnya produksi seks hormon (estrogen dan progesteron) ditekan sedemikian rupa sehingga tidak berkompetisi mendapatkan energi. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi (oligomenore) (Hager, 2002). 5. Disfungsi kelenjar pituitary Kelenjar pituitary berfungsi merangsang produksi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi, sehingga bila kelenjar pituitary mengalami malfungsi

7 maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan hormon, terutama hormon yang berperan dalam reproduksi, sehingga terjadilah oligomenore. 6. Stres emosional. pada saat stres, hormone stres yaitu hormon kortisol sebagai produk dari glukokortioid korteks adrenal yang disintesa pada zona fasikulata bisa mengganggu siklus menstruasi karena mempengaruhi jumlah hormon progesterone dalam tubuh. Jumlah hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi. 7. Sakit kronis. Akibat menderita penyakit kronis, tubuh mengalami kekurangan nutrisi. Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan untuk berovulasi (Iskandar, 2007). 8. Adanya ketidakseimbangan hormon Olligominore dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas dan pada saat menjelang menopause. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbaangan hormon dalam tubuh. 9. Nutrisi, adanya kelainan makan seperti pada penderita anorexia nervosa dan latihan fisik berlebih (atlit) Tubuh yang sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus haid, karena sistim metabolisme di dalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan untuk berovulasi sehingga siklus haid pun terganggu (Agus, 2008). 10. Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen. 11. Penggunaan terlarang obat anabolik steroid untuk mendongkrak kemampuan atletis Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih jarang terjadi C. Tanda dan Gejala 1. Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya terdapat 4 9 periode dalam 1 tahun 2. Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu. 3. Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang juga mengalami kesulitan untuk hamil.

8 D. Patofisiologi Oligominorea biasanya terjadi akibat gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus hipofisis ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang. Sehingga menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3 5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menoupose. Oligomenorea yang terjadi pada masa masa ini merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menoupose, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh. E. Prosedur Diagnostik 1. Rontgen : mengetahui adanya penyakit TBC 2. Sitologi vagina 3. Pemeriksaan metabolism basal atau T3 dan T4 4. Pemeriksaan kromatin seks 5. Pemeriksaan kadar hormon 6. Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofisis F. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan pada pasien denga oligomenore tergantung pada penyebabnya, yaitu: a. Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi. b. Pada oligomenore yang disebabkan oleh gangguan nutrisi maka perlu memperbaiki status nutrisinya c. Oligomenore yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon, maka diperlukan hormon untuk menyeimbangkannya, untuk pemberian jenis terapi tergantung dari jenis hormon yang dibutuhkan, misalnya ; 1) Pada oligomenore yang disebabkan estrogen yang terlalu rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : Lynoral, Premarin, Progynova, dll. 2) Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu rendah maka terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti : postinor 3) Pada oligomenore yang disebabkan ketidakseimbangan hormonal yang sama untuk jumlah estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat dilakukakn terapi dengan pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron dengan jumlah seimbang seperti : Mycrogynon 50, Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon, Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette, dll. d. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen, maka tumor ini perlu di tindaklanjuti seperti dengan operasi, kemoterapi, dll 2. Penatalaksanaan Keperawatan Mengkaji dan Perbaiki status nutrisi klien Berikan pendidikan kesehatan mengenai masalah masalah gangguan menstruasi BAB III TINJAUAN KASUS

9 A. Pengkajian OLIGOMENORE PADA Ny. D, 52 th, DALAM MASA PREMENOPAUSE DI DESA TEGALLURUNG, BULU, TEMANGGUNG 1. Biodata Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. S Umur : 52 tahun Umur : 63 tahun Pendidikan : SD Pendidikan : SD Pekerjaan : Pedagang Pekerjaan : Petani Agama : Islam Agama : Islam Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat : Tegallurung Alamat : Tegallurung 2. Keluhan Utama Ibu merasa siklus dan lama menstruasinya mulai tidak teratur, ibu tidak pasti mengalami menstruasi tiap bulannya tetapi lamanya menstruasi tetap sama. Ibu juga merasa sering gerah atau panas pada malam hari, mudah capek, dan susah tidur pada malam hari. 3. Riwayat Haid Menarche Siklus Lamanya : 17 tahun : 28 hari : 7 hari Mulai menstruasi tidak teratur umur : 49 tahun Siklus Lamanya Ganti pembalut : hari : 7 hari :Hari 1-7 : 2x sehari, tidak penuh 4. Riwayat Penyakit Ibu menyatakan belum pernah menderita : a. Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS) b. Tumor c. Kelainan pada struktur rahim atau serviks d. Depresi 5. Pola Pemenuhan nutrisi a. Makan Ibu makan sehari 3X, dengan porsi normal. Makanannya lengkap terdapat nasi, sayur, dan lauk setiap harinya. Ibu juga sering mengonsumsi buah-buahan. Ibu ada alergi terhadap telur dan ikan, tetapi ibu mengaku sering mengganti lauk dengan tempe atau tahu, kadang juga sesekali ibu mengonsumsi lauk berupa daging ayam. Ibu tidak pernah melakukan diet ketat. Sehingga berat badan ibu termasuk normal yaitu 50 kg dengan tinggi badan 157 cm. b. Minum Ibu minum 5-6 gelas air putih sehari, masih di tambah dengan teh tiap pagi. 6. Pola Aktivitas

10 Aktivitas tidak terlalu berat, setiap hari ibu berdagang dirumah dan tiap pagi berbelanja ke pasar. Istirahat ibu masih bisa terpenuhi dengan baik. Ibu membiasakan tidur siang selama 2 jam dalam sehari, sedangkan tidur malam hari kurang lebih 5-6 jam. 7. Konsumsi obat-obatan Ibu tidak pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dikonsumsi secara rutin setiap harinya. Obat yang dikonsumsi hanya pil KB yang masih secara rutin dikonsumsi oleh ibu. 8. Koping Pergi dengan penyakitnyake pelayanan kesehatan 9. Status emosi Merasa takut dan selalu khawatir tentang penyakitnya, merasa tidak ada kekuatan, merasa tidak berguna. B. Diagnosa Keperawatan 1. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi 2. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi C. Rencana Tindakan Diagnosa No Keperawatan Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubunga n dengan kurang informasi 1 Tujuan Intervensi Rasional Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan klien dapat memahami tentang perubahan yang terjadi pada tubunya (oligominorea) di tandai dengan : Klien dapat menyebutkan jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala dan penangannya. Klien tampak tidak cemas lagi TTV dalam batas normal Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan, penyebab, gelaja dan penanganannya Jelaskan mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan, penyebab, gelaja dan penanganannya Beri kesempatan klien untuk bertanya Kaji tanda tanda vital Mengidentifikas i luasnya masalah klien dan perlunya intervensi Dengan meningkatkan pengetahuan klien, klien mampu mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasi Cemas yang berlebihan dapat menggangu TTV

11 Resiko Setelah dilakukan Bina hubungan Klien mudah gangguan tindakan saling percaya mengungkapkan 2 citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi keperawatan 1 x 24 jam diharapkan citra diri klien akan meningkat KH : Klien menerima apa yang sedang terjadi Klien mengatakan tidak malu dengan klien Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya Libatkan klien pada setiap kegiatan kelompok masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya Meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian Meningkatkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri klien D. Implentasi Keperawatan No. Dx Tgl/ Jam Tindakan Paraf 20 maret 2015 Membina hubungan teurapetik (memperkenalkan nama dan 1 dan 2 menjelaskan tujuan tindakan) Melakukan pengukuran TTV Rh : TD 130/90 mmhg N : 80 x/m, teraba kuat dan teratur RR : 18 x/m S : 36,5 0 C Mengkaji pengetahuan klien tentang oligomenore Rh : Klien merasa cemas dan tidak mengetahui apa yang terjadi padanya dan belum pernah mendengar

12 tentang oligomenore Menjelaskan tentang pengertian oligomenore, penyebab, tanda gejala dan penanganannya dan menganjurkan klien untuk aktif dalam kegiatan masyarakat (pengajian, arisan dll) Rh : Klien aktif dalam bertanya ketika perawat menjelaskan oligomenore dan klien paham mengenai masalahnya. Klien terlihat rileks E. Evaluasi Tgl/ jam 20 maret NO. DX Catatan Perkembangan S : Klien dapat menyebutkan pengertian, Paraf 2014 tanda gejala dan penangan tentang penyakitnya 1 O : Klien tampak tidak cemas tentang penyakitnya TD : 130/90 N : 80 x/m RR : 18 x/m S : 36,5 0 A : Masalah teratasi P : Pertahankan intervensi S : Klien mengatakan merasa rilek dan tidak malu terhadap penyakitnya O : klien tampak berinteraksi dan berbagi 2 pengalamannya dengan pasien lain A : Masalah teratasi P : Pertahankan intervensi

13 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab pembahasan ini penulis membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek, analisa factor factor pendukung dan penghambat serta alternative pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan dalam setiap tahapan. A. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dari tahap pemberian asuhan keperawatan. Dalam pelaksanaannya data diperoleh melalui wawancara, observasi langsung, pemeriksaan fisik dan mempelajari catatan medis serta catatan keperawatan untuk dapat menegakan masalah. 1. Biodata Pasien Ny D berumur 52 tahun, berdasarkan pada teori sebagian besar wanita pada tahun ini ibu sudah mengalami menopause. Tapi pada kasus yang terjadi pada Ny. D, beliau masih mengalami menstruasi hanya siklusnya tidak teratur seperti dulu. 2. Keluhan Utama Keluhan Ibu yaitu menstruasinya tidak teratur, sering merasa gerah atau panas pada malam hari, mudah capek dan susah tidur (insomnia). Dari keluhan ibu yang dikaitkan dengan usia, ibu mengalami sindrom premenopause yaitu hot flushes, fatigue, insomnia dan ketidakteraturan siklus haid. 3. Riwayat Haid Ibu mulai mengalami perpanjangan siklus menstruasi yaitu yang tadinya 28 hari menjadi lebih dari 35 hari (50-60 hari). Ibu mengalaminya mulai umur 49 tahun. Berkaitan dengan hal ini berdasarkan teori di atas ibu sedang mengalami oligomenorea yang merupakan tanda ibu memasuki masa premenopause dan tidak lama lagi akan memasuki masa menopause. 4. Riwayat Penyakit

14 Berkaitan dengan riwayat penyakit, ibu belumpernah menderita penyakit seperti Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), Tumor, Kelainan pada struktur rahim atau serviks, dan Depresi. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa oligomenorea yang dialami ibu bukan disebabkan oleh penyakit-penyakit yang telah disebutkan tersebut. Karena dalam teori disebutkan bahwa oligomenorea juga dapat muncul pada wanita yang menderita penyakit tersebut. 5. Pola Pemenuhan Nutrisi Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, pemenuhan nutrisi ibu termasuk cukup baik. Ibu makan 3X sehari dengan nasi, sayur dan lauk yang mencukupi kebutuhan. Meskipun ibu ada alergi terhadap ikan dan telur, tapi ibu bisa menggantinya dengan protein yang bersumber dari tahu,tempe dan ayam. Selain itu ibu juga sering mengonsumsi buah-buahan dan minum ibu sehari-hari tercukupi dengan baik. Ibu juga tidak sedang melakukan suatu diet ketat. Berat badan ibu juga termasuk normal. Berkaitan dengan pola pemenuhan nutrisi ini, dapat diketahui bahwa ibu tidak mengalami gangguan makan (anorexia nervosa, bulimia), dan ibu juga tidak mengalami penurunan berat badan yang berlebih. Hal ini dikaji karena oligomenorea pada wanita bisa terjadi pada wanita dengan gangguan makan dan gangguan dalam pemenuhan nutrisi. Kemudian oligomenorea juga bisa terjadi pada wanita yang mengalami penurunan berat badan berlebih akibat diet ketat. Sehingga pada kasus ini dapat disimpulkan ibu mengalami oligomenorea bukan disebabkan oleh gangguan makan, gangguan pemenuhan nutrisi dan penurunan berat badan yang berlebih. 6. Pola Aktivitas Aktivitas ibu tidak terlalu berat yaitu hanya berdagang di rumah dan berbelanja ke pasar tiap paginya. Istirahat ibu juga tercukupi dengan baik. Pola aktivitas ini dikaji untuk mengetahui seberapa berat aktivitas yang dilakukan ibu. Hal ini perlu dikaji karena oligomenorea juga dapat terjadi pada wanita dengan aktivitas yang berat, misalnya atlit. Sehingga dari pola aktivitas ini dapat diketahui bahwa ibu mengalami oligomenorea bukan karena aktivitas yang berat. 7. Konsumsi obat obatan Ibu tidak sedang rutin mengonsumsi suatu obat-obatan tertentu. Ibu hanya rutin mengonsumsi pil KB setiap harinya. Hal ini dikaji karena dalam teori disebutkan bahwa oligomenorea dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu. Sehingga dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa ibu mengalami oligomenorea bukan karena konsumsi obat-obatan tertentu. B. Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan pengkajian maka tahap selanjutnya adalah perumusan prioritas diagnosa keperawatan yang dibuat berdasarkan pengkajian dan analisa data, pada kasus Ny. D penulis hanya menemukan 2 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan prioritas masalah yang terdapat pada Ny. D yaitu : 1. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi 2. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi 3. Rencana Tindakan

15 Tahap ini adalah kelanjutan dari tahapan pengkajian yang diakhiri dengan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan ini terlebih dahulu di tentukan prioritas masalah keperawatan, tahap perencanaan, tujuan, kriteria hasil, dan rencana tindakan kebutuhan dasar manusia. Pada tahap perencanaan ini tidak terdapat perbedaan yang berarti antara perencanaan teori dengan perencanaan yang terdapat pada kasus. Fakto pendukung yang terdapat pada perencaan ini adalah tersedianya literature buku buku keperawatan yang membahas tentang oligomenore. 4. Pelaksanaan Pada tahap ini dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. D yang berdasarkan dari rencana keperawatan yang telah dibuat. Agar pelaksanaan ini dapat berjalan dengan baik maka diperlukan adanya kerjasama antar tim kesehatan lain. 5. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan adalah bagaimana respon ibu terhadap hal-hal yang telah disampaikan pada saat implementasi. Dari evaluasi didapat bahwa ibu mulai sedikit mengerti tentang apa itu oligomenorea, ibu mengerti tentang sindrom premenopause, terutama sindrom yang sudah beliau alami, dank lien mulai dapat berinteraksi serta berbagi pengalaman penyakitnya dengan klien yang lain.

16 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Oligomenorea merupakan salah satu tahap yang terjadi pada masa premenopause. Panjangnya siklus bisa melebihi 42 hari. Premenopause terjadi pada usia sekitar 40-an. Siklus menstruasi memanjang, mulai 2 sampai 8 tahun sebelum menopause. Gejala yang menyertai sindrom pre menopause meliputi : Hot flushes, Night sweat, Dryness vaginal, Penurunan daya ingat, Insomnia, Depresi, Fatigue, Penurunan libido, Dyspareunia, Incontinence urinary, Ketidakteraturan siklus haid, dan Gejala kelainan metabolism mineral. Terapi untuk menangani sindrom premenopause terdiri dari : terapi hormone pengganti (terapi sulih hormone), Fitoestrogen, Psikofarmakologi dan Medical herbal. B. Saran Petugas kesehatan harusnya lebih rajin untuk memberikan penyuluhan tentang masa premenopause ini pada wanita usia tahun agar ketika wanita memasuki masa premenopause mereka tidak bingung atau khawatir terhadap kondisi mereka. Hal tersebut juga berguna agar wanita yang memasuki masa premenopause yang mengalami sindrom premenopause dapat menangani sindrom itu dengan tepat, karena tanpa penyuluhan wanitawanita tersebut akan menganggap sindrom itu sebagai penyakit dan tentu saja pengobatannya akan tidak tepat.

17 DAFTAR PUSTAKA Jones.Derek Llewellyn.1995.Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC Manuaba.Ida Bagus Gde.1998.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta:Arcan Prawirohardjo.Sarwono,dkk.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Manuaba.Ida Bagus Gde.1998.Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana, Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre menopause. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Haid atau menstruasi dalam Islam didefinisikan sebagai suatu kotoran atau sesuatu yang tidak suci, sesuai Q.S Al-Baqarah ayat 222 tentang definisi haid yang berbunyi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam siklus kehidupan setiap manusia terdapat suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Setiap anak ketika memasuki masa remaja akan mengalami perubahan fisik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap perempuan sebagai tanda bahwa organ reproduksi sudah berfungsi matang (Kusmiran, 2014). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita Organ-organ reproduksi wanita membentuk suatu sistem kompleks yang dapat menimbulkan berbagai masalah atau gangguan pada setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) Sri Utami, Keilmuan Dasar Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia, Staf Akademik Departemen Keperawatan Maternitas

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Wanita yang mulai memasuki usia pubertas normalnya dalam perjalanan hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah pengeluaran darah yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb) KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN WANITA PRE MENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI DUSUN WONOLOPO RW 6 KECAMATAN MIJEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan dari beberapa masa yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat lebih dari 70 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak

Lebih terperinci

KUISIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN LEDENG RW 01 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2009

KUISIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN LEDENG RW 01 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2009 Lampiran 1 KUISIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE DI KELURAHAN LEDENG RW 01 KOTAMADYA BANDUNG TAHUN 2009 Identitas responden : 1. Nama : 2. Alamat : 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tanda seorang perempuan memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanggal masuk : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta No. Register : 00015748 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya usia harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya usia harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat, antara lain dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi tua merupakan suatu proses bagian dari kehidupan seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan hingga berlangsung terus sepanjang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah sumber mengatakan sekitar 85% wanita mengalami gejala fisik dan emosi menjelang masa ini. Gejala paling mudah dilihat dari sindrom pra menstruasi ini adalah mudah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menstruasi 2.1.1. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program KB (Keluarga Berencana) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo, 2004). Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang Indonesia yang diselenggarakan secara terstruktur dan menjadi tanggung jawab Kemendiknas. Tingkat pendidikan dibagi kedalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG A. Definisi Ca ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel cepat disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tanggal Masuk : 26 Maret 2013 Pukul : 09.15 WIB Tempat : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo No Register : 015113 1. Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami suatu tahap perkembangan dalam kehidupannya, dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa dalam tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB. BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam 10.30 WIB. 1. Biodata a. Identitas Pasien Nama Klien Ny. S, umur 35 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Kalisegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi menjelang usia 50 tahun. Menopause adalah fase terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menopause merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen dan dianggap sebagai suatu bagian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada BAB V PEMBAHASAN Data yang terkumpul dari penelitian telah dilakukan pengolahan yang diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, tepatnya umur antara 40-55. Kondisi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian ini memperkenalkan beberapa istilah untuk menyebutkan orang dengan disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah lainnya.

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit ganas pada serviks uterus yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan 18.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan di pengaruhi oleh hormon reproduksi, yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi Normal Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologispancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja putri merupakan salah satu bagian dalam program kesehatan reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu harus mandapatkan perhartian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol.1 No. 2 Juni 2017

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol.1 No. 2 Juni 2017 GAMBARAN INDEX MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GANGGUAN HAID PADA KARYAWATI IRFAN DARFIKA LUBIS DOSEN TETAP FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU MEDAN ABSTRACT Objective: To find out the Mass Body Mass Index (IMT) with Menstrual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15

Lebih terperinci

1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan

1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan 1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan Ini adalah review dari panduan The Best Fertility Herbs & Superfoods Jika anda tertarik untuk mendapatkan panduan ebook ini dalam versi yang lengkap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga senam sudah sedemikian maju, khususnya senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota besar maupun di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu tahun. Berhentinya

Lebih terperinci

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya

Lebih terperinci

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010 PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS Muslim, MPH Blog: www.muslimpinang.wordpress.com Blog: www.akbidanugrahbintan.wordpress.com Email: muslimmph@yahoo.co.id Hp: 081 277 69269 Fertilitas (kesuburan) yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakan Menjadi tua merupakan hal yang menakutkan bagi manusia, terutama kaum wanita.hal-hal yang biasanya dikhawatirkan adalah menjadi tidak lagi cantik, tidak lagi bugar dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dalam perjalanan hidup seorang perempuan dan suatu proses alamiah sejalan dengan bertambahnya usia. Menopause bukanlah

Lebih terperinci

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, menopause merupakan masa yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal seorang wanita dan suatu proses alamiah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu kejadian yang hanya dialami oleh wanita saja yaitu terlapasnya dinding rahim yang diikuti dengan perdarahan. Peristiwa ini terjadi satu kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada urutan kelima penyebab kematian di Indonesia. Lebih dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker ginekologi yang paling

Lebih terperinci

Sugiarti* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya

Sugiarti* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya GAMBARAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI (DISMENORHOE, AMENORHOE, OLIGOMENORHOE) PADA MAHASISWA TINGKAT I AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA Sugiarti* *Akademi Kebidanan Griya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada pertemuan International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, 1994, yang diadakan oleh WHO dan lembaga dunia lainnya, diperoleh kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penulisan ini, metode, waktu dan sistematika penulisan studi kasus ini. A. Latar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan mencapai 70 tahun meningkat terus seiring dengan perbaikan taraf ekonomi dan derajat kesehatan. Harapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium sebagai

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tahap kehidupan yang pasti dialami oleh setiap wanita adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan jenis alat kontrasepsi jenis suntik. a. Pengertian alat kontrasepsi suntik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan jenis alat kontrasepsi jenis suntik. a. Pengertian alat kontrasepsi suntik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Alat Kontrasepsi Suntik 1. Pengertian dan jenis alat kontrasepsi jenis suntik a. Pengertian alat kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikan

Lebih terperinci