Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017 KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017 KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu`alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memudahkan kami dalam menyusun Modul Mata Kuliah Penulisan Ilmiah Kami berharap, semoga Allah Swt. melimpahkan keberkahan pada aktivitas penyusunan dan pemanfaatan modul ini. Semoga Allah Swt. juga senantiasa melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw., Keluarga, Sahabat, serta seluruh pengikutnya yang mencintai dan meniti jejak langkah beliau. Amin. Kami mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pelatihan Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya kepada Bapak Tri Wahyono, M.Pd. dan Bapak Toriq Pratama, M.Pd. atas kesediaan kerja sama dalam menyusun modul ini. Modul (buku panduan) MK. Penulisan Ilmiah ini disusun untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan penulisan ilmiah. Selain memuat ringkasan teori, buku ini menampilkan contoh-contoh praktis sehingga mahasiswa mempunyai gambaran konkret untuk menulis sebuah tulisan ilmiah. Besar harapan kami, buku ini dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai bahan dalam mempersiapkan perkuliahan, pegangan dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan di Program Studi Agribisnis, dan acuan dalam menyusun karya tulis ilmiah, khususnya tugas akhir (skripsi). Wassalamu`alaikum Wr. Wb. Retno Wulandari, S.P., M.Sc. Ketua Tim Penyusun ii

3 Modul MK. Penulisan Ilmiah 2017 DAFTAR ISI Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I SEKILAS TENTANG KARYA TULIS ILMIAH... 1 BAB II TATA PENULISAN... 3 A. HURUF... 3 B. TANDA BACA... 8 C. ANGKA D. IMBUHAN E. KATA BAKU DAN SERAPAN F. ILUSTRASI LATIHAN BAB III KALIMAT EFEKTIF A. DEFINISI KALIMAT EFEKTIF B. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF C. MENATA KALIMAT EFEKTIF LATIHAN BAB IV PARAGRAF A. SYARAT PARAGRAF B. JENIS PARAGRAF C. TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF D. MENYUSUN PARAGRAF YANG PADU LATIHAN BAB V KEPUSTAKAAN A. PENGUTIPAN B. PENGACUAN C. PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

4 Bab I. Sekilas Tentang Karya Ilmiah BAB I SEKILAS TENTANG KARYA TULIS ILMIAH Sejak sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah atas (SMA), kita telah menemukan banyak jenis karya tulis: puisi, sajak, artikel koran, laporan akhir mata pelajaran, dan lain-lain. Di antara karya tulis tersebut ada yang bersifat ilmiah dan non ilmiah. Hari ini, kita dituntut untuk menghasilkan karya tulis ilmiah: artikel (paper) seminar, skripsi, penelitian mandiri, artikel jurnal, dan lain-lain. Karya tulis ilmiah merupakan salah satu jenis karya tulis yang disusun berdasarkan proses pengamatan dan analisis yang mendalam terhadap suatu objek. Untuk dapat menyusun karya tulis yang baik, seorang penulis harus mampu memenuhi komponen-komponen dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Penyusunan karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan berbagai model: karya tulis ilmiah sederhana (makalah/paper) dan karya tulis ilmiah lengkap yang ditulis berdasarkan hasil penelitian dengan penerapan metode penelitian baik untuk tujuan skripsi, tugas akhir, atau penelitian mandiri. Setidaknya, karya tulis ilmiah dapat diidentifikasi melalui tiga aspek: sistematika, bahasa, dan isi. Dari aspek sistematika, struktur dan komponen-komponen yang terdapat dalam karya tulis bersifat baku dan dapat diidentifikasi. Misalnya artikel seminar hasil penelitian, sistematikanya dimulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, simpulan, dan daftar pustaka. Dari aspek bahasa, tata tulis karya tulis ilmiah baku, pengungkapan impersonal, dan kata yang digunakan menggunakan makna sebenarnya. Coba bandingkan antara artikel jurnal dengan artikel koran atau puisi. Kita akan menemukan bahwa artikel jurnal memenuhi ketiga indikator bahasa tersebut. Aspek yang terakhir adalah isi. Isi sebuah karya tulis ilmiah berupa fakta yang dibangun dari data empiris. Di antara ketiga aspek tersebut, aspek bahasa merupakan aspek yang menjadi konsentrasi (fokus) mata kuliah ini. Melalui mata kuliah ini, kita akan mengenali kaidah bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah. Kaidah- Modul MK. Penulisan Ilmiah

5 Bab I. Sekilas Tentang Karya Ilmiah kaidah yang meliputi tata penulisan, penyusunan kalimat efektif, pengembangan paragraf, dan kepustakaan. Pemahaman mengenai kaidahkaidah tersebut seharusnya dapat diterapkan oleh mahasiswa dalam penyelesaian tugas-tugas perkuliahan, terlebih penyelesaian tugas akhir (skripsi). Output yang diharapkan dalam mata kuliah ini, mahasiswa mampu menerapkan kaidah bahasa Indonesia dalam mulis ilmiah khususnya Proposal Program Kreativitas Mahasiswa. Modul MK. Penulisan Ilmiah

6 Bab II. Tata Penulisan BAB II TATA PENULISAN Karya tulis ilmiah ditulis menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dan mengikuti kaidah penulisan yang telah disepakati bersama. Bahasa Indonesia ragam ilmiah selalu menggunakan kata bermakna tunggal (tidak mendua), kalimat berbentuk pasif dengan penataan paragraf yang efektif. Isi bab ini mengenai kata dari sisi ejaan (huruf dan tanda baca), imbuhan, dan diksi (pilihan kata). Penyusunan kalimat efektif dan penataan paragraf dijelaskan pada bab-bab selanjutnya. Tata penulisan ejaan didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Berikut dipaparkan kaidah pemakaian huruf, tanda baca, imbuhan, dan kata baku dalam bahasa Indonesia. A. HURUF 1. Huruf Kapital a. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh: Petani menanam melinjo di lahan pekarangan dan tegalan. b. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh: Mahasiswa berargumen, Jika mulai sekarang pupuk organik digunakan mulai oleh petani, keberlanjutan lahan dapat terjaga. c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Ketika seorang hamba bersungguh-sungguh mempelajari agama Islam, Allah akan senantiasa membimbingnya. d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh: Nabi Muhammad Saw., Imam Malik, Kiai Haji Ahmad Dahlan Modul MK. Penulisan Ilmiah

7 Bab II. Tata Penulisan Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Contoh: Bapaknya baru saja dilantik menjadi menteri. e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu. Contoh: Menteri Amran Sulaiman, Gubernur Jawa Tengah Catatan: 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya. Contoh: Program subsidi benih tetap dilanjutkan oleh Kementerian Pertanian. 2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Contoh: Sebagian besar menteri yang hadir menggunakan seragam batik. f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh: Gunawan Budiyanto, Sarjiyah, Eni Istiyanti, Innaka Ageng Rineksane Catatan: 1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal) Contoh: H. van der Vaart, Pedro da Silva. 2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Contoh: Abdullah bin Abbas 3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contoh: N (Newton) 4) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Contoh: 5 volt, 10 ampere g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh: bahasa Indonesia, suku Jawa Modul MK. Penulisan Ilmiah

8 Bab II. Tata Penulisan Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan. Contoh: pengindonesiaan kata asing, kejawa-jawaan h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Contoh: tahun Hijriah, bulan Ramadan, hari Jumat Catatan: 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah. Contoh: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Hari Tani 2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Contoh: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi. Contoh: Yogyakarta, Asia, Timur Tengah Catatan: 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi. Contoh: Gunung Merapi, Selat Sunda 2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya. Contoh: kerajinan Manding, asinan Bogor, tari Aceh, sarung Mandar 3) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi. Contoh: menerjang laut, berenang di teluk 4) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis. Contoh: apel malang, garam madura j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmu negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Contoh: Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 Modul MK. Penulisan Ilmiah

9 Bab II. Tata Penulisan Catatan: 1. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Contoh: Kerjasama antara pemerintah dan rakyat menjadi sebuah republik. 2. Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital. Contoh: Penenggelaman kapal di perbatasan sudah disetujui Menteri. k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Contoh: Rancangan Undang-Undang Kelautan, Dasar-Dasar Ilmu Pertanian l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Saya telah membaca buku Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Pertanian. m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Contoh: S.P. (sarjana pertanian), Sdr. (saudara) Catatan: Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993. n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan. Contoh: Kakak bertanya, "Nilai ulanganmu berapa, Dik?" Catatan: Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan dan penyapaan. Contoh: Kita harus saling menghargai kakak dan adik kita. Modul MK. Penulisan Ilmiah

10 Bab II. Tata Penulisan o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. Contoh: Siapa nama Anda? p. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. 2. Huruf Miring a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh: surat kabar Kedaulatan Rakyat. b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata. Contoh: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. 3. Huruf Tebal Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Contoh: Judul : LINGUISTIK UMUM Bab : BAB I PENDAHULUAN Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Daftar, indeks, dan lampiran: DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA INDEKS LAMPIRAN Modul MK. Penulisan Ilmiah

11 Bab II. Tata Penulisan B. TANDA BACA 1. Pemakaian Tanda Titik (.) a. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Contoh: Ayahku tinggal di Solo. b. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, iktisar, atau daftar. Contoh: III. Kementerian Pertanian A. Direkorat Jenderal Tanaman Pangan B. Direktorat Jenderal Peternakan c. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan waktu. Contoh: pukul (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) d. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Contoh: jam (20 menit, 30 detik) e. Dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Contoh: Rianse, U. dan Abdi Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung: Alfabeta. f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Contoh: Desa Citandui berpenduduk jiwa. g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Contoh: Lihat halaman dan seterusnya. h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya. Contoh: BAB I. PENDAHULUAN i. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat/ nama dan alamat penerima surat. Contoh: Yth. Senja Ratnasari Jalan Kenari 143 Surabaya 2. Pemakaian Tanda Koma (,) a. Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Modul MK. Penulisan Ilmiah

12 Bab II. Tata Penulisan b. Dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Contoh: Saya ingin datang, tetapi hari ini hujan. c. Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Contohnya: Kalau hari ini hujan, saya tidak akan datang. d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari ini hujan. e. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Oleh karena itu,... Jadi,... Lagi pula,... Meskipun begitu,... Akan tetapi,... f. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Contoh: O, begitu? g. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: Kata Ibu, Saya gembira sekali. h. Dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. i. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh: Tarigan, R Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. j. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh: W.J.S Poerwadrminta, Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia.1967), hlm. 4 k. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh: Rohandi Aziz, S.P. l. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Contoh: 12,5 m m. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: Hindun, sahabatku, tinggal di Palembang. Modul MK. Penulisan Ilmiah

13 Bab II. Tata Penulisan n. Dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh: Di mana Saudara tinggal? tanya Karim. 3. Pemakaian Tanda Titik Koma (;) a. Dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. b. Dapat dipakai sebagai kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Contoh: Ayah mengurus tanaman di kebunnya; Ibu sibuk memasak di dapur. 4. Pemakaian Tanda Titik Dua (:) a. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh: Sebagian mahasiswa lupa membawa alat tulis: kertas, pensil, dan penghapus. b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh: Sebagian mahasiswa lupa membawa kertas, pensil, dan penghapus. c. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh: Tempat : Gedung Pascasarjana UMY, Lantai 3 Pengantar Acara : Oki Wijaya Hari, Tanggal : Kamis, 17 Agustus 2017 Waktu : WIB d. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh: Ibu : (meletakkan beberapa kopor) Bawa kopor ini, Mir! Amir : Baik, Bu. (mengangkat kopor dan masuk) Modul MK. Penulisan Ilmiah

14 Bab II. Tata Penulisan e. Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Contoh: Tempo, I (1971), 8: 17 Surat Yasin: Pemakaian Tanda Hubung (-) a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Contoh: a. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Contoh: b. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak-anak, kehitam-hitaman, dll. c. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal. Contoh: p-a-n-i-t-i-a, d. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan penghilangan bagian kelompok kata. Contoh: berevolusi Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru. Kini ada cara yang lebih mudah untuk mengukur panas. e. Dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan an, singkatan berbentuk huruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap. Contoh: se-indonesia, hadiah ke-2, era 2000-an, ber-ktp f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Contoh: di-smash, men-support 6. Pemakaian Tanda Pisah ( ) a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Contoh: Modul MK. Penulisan Ilmiah

15 Bab II. Tata Penulisan Kemerdekaan itu saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. b. Tanda pisah ini menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Contoh: Rangkaian temuan ini evolusi, teori kenisbian, dan juga pembelahan atom telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai. Contoh: Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. 7. Pemakaian Tanda Elipsis ( ) a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Contoh: Kalau begitu ya, marilah kita bergegas. b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Contoh: Bahasa merupakan sistem tanda yang dan konvensional. Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks, dan satu untuk menandai akhir kalimat. Contoh: Bahasa merupakan sistem tanda yang arbitrer dan. 8. Pemakaian Tanda Tanya (?) a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Contoh: Kapan kamu berangkat? b. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1786 (?). 9. Pemakaian Tanda seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu! Modul MK. Penulisan Ilmiah

16 Bab II. Tata Penulisan 10. Pemakaian Tanda Kurung ( ( ) ) a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor. c. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh: Sajak Tranggono yang berjudul Ubud (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun d. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Contoh: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. e. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Contoh: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, (c) modal. 11. Pemakaian Tanda Kurung Siku ([ ]) a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini). 12. Pemakaian Tanda petik ( ) a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh: Saya belum siap, kata Wati, tunggu sebentar! b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau ban buku yang dipakai dalam kalimat. Contoh: Sajak Berdiri Aku terdapat pada halaman 5 buku itu. Modul MK. Penulisan Ilmiah

17 Bab II. Tata Penulisan c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan ralat saja. d. Tanda petik penutup mengakhiri tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh: Kata Markum, Saya juga minta satu. e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Contoh: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan Si Hitam. Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. 13. Pemakaian Tanda Petik Tunggal ( ) a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Contoh: Tanya Basri, Kau dengar bunyi kring-kring tadi? b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Contoh: Ada trouble kerusakan yang parah pada mesin itu. 14. Pemakaian Tanda Garis Miring (/) a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh: 125/PANSEL/OSIS/VIII/2016 Jalan Kramat II/10 Jakarta b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, tiap. Contoh: mahasiswa/mahasiswi, harganya Rp /meter 15. Pemakaian Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ) Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh: 1 Januari 89 ( 89= 1989) Modul MK. Penulisan Ilmiah

18 Bab II. Tata Penulisan C. ANGKA Angka Arab lebih banyak digunakan dalam teks, dibandingkan angka Romawi. Angka Romawi digunakan untuk menunjukkan urutan yang tidak diawali dengan ke-, seperti Kongres Wanita X atau penomeran bab utama. Sementara itu, angka Arab digunakan untuk hal-hal berikut. 1. Menyatakan jumlah yang mendahului satuan (24 g, 19 m, 13 jam, 300 ha, 37 C) 2. Menyatakan nilai uang, tanggal, waktu, halaman, penunjukan urutan yang diawali ke-, persentase (Rp500,00; 13 Januari; pukul 11.15; halaman 209; abad ke-21; 80%) 3. Menunjukkan satuan pada bilangan kisaran ( 5 10 cm, C) Selain keadaan di atas, kata selalu dipakai untuk menunjukkan bilangan satu sampai sembilan yang disebut dalam teks, bilangan yang ditulis di awal kalimat, dan untuk menyatakan bilangan yang besar ( ditulis 3,2 juta). Bilangan yang lebih dari sembilan atau bilangan yang tersusun dalam suatu deret, misalnya penelitian melibatkan 3 orang teknisi, 5 orang asisten dan 2 orang peneliti, selalu ditulis dengan angka. D. IMBUHAN Imbuhan merupakan salah satu aspek penting pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia, selain kata dasar dan kata serapan. Proses pengimbuhan dalam pembentukan kata juga dipengaruhi oleh jenis imbuhan yang sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia terdiri atas imbuhan asli, imbuhan asing, dan imbuhan daerah. 1. Imbuhan Asli Imbuhan asli merupakan imbuhan yang berasal dari imbuhan yang terikat, yang biasa disebut afiks. Afiks memiliki beberapa jenis yang didasarkan pada letak penempatan imbuhan tersebut, di antaranya prefiks (awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (awalan dan akhiran). Modul MK. Penulisan Ilmiah

19 Bab II. Tata Penulisan Macam-macam imbuhan terikat tersebut masing-masing di antaranya sebagai berikut. Tabel 1. Jenis dan contoh imbuhan asli Prefiks Infiks Sufiks menberdipenpeseperterdll... -el- -em- -er- -in- -kan -an -i -nya -wan -wati -is -man Dalam pembentukan kata, jenis imbuhan akan sangat berpengaruh terhadap terbentuknya sebuah kata. Salah satu jenis imbuhan yang sangat memengaruhi proses pembentukan kata adalah imbuhan men- dan pen-. Mengapa demikian? Hal tersebut disebabkan oleh proses pembentukan kata yang mendapat imbuhan men- dan pen- akan mengalami proses peluluhan. Proses peluluhan tersebut terjadi ketika imbuhan men- dan pen- bertemu dengan kata dasar yang huruf awalnya (K, T, S, dan P). Contoh: men- + konsumsi : mengonsumsi (pen- + konsumsi : pengonsumsi) men- + telaah : menelaah (pen- + telaah : penelaah) men- + survei : menyurvei (pen- + survei : penyurvei) men- + pelihara : memelihara (pen- + pelihara : pemelihara) Berdasarkan penjelasan tersebut, pembentukan kata yang dipengaruhi imbuhan dan melalui proses peluluhan hanya dimiliki oleh kata dasar yang berawalan huruf (K, T, S, dan P). Oleh sebab itu, selain kata dasar yang diawal oleh keempat huruf tersebut tidak mengalami proses peluluhan, kecuali imbuhan men- dan pen- bertemu dengan keempat huruf tersebut, tetapi terdapat dua huruf konsonan berurutan sehingga keempat huruf awal tersebut tidak luluh/hilang. Contoh: men- + kritik : mengkritik (pen- + kritik : pengkritik) men- + transfer : mentransfer (pen- + transfer : pentransfer) men- + sponsor + -i : mensponsori (pen- + sponsoran : pensponsoran) men- + protes : memprotes (pen- + protes : pemrotes* Modul MK. Penulisan Ilmiah

20 Bab II. Tata Penulisan 2. Imbuhan Asing Jenis ini merupakan jenis imbuhan yang berasal dari imbuhan asing yang diserap menjadi imbuhan dalam bahasa Indonesia. Macam imbuhan asing tersebut antara lain multi-, semi-, non-, pra-, infra-, ultra-, bi-, ekstra-, dan intra-. 3. Imbuhan Daerah Jenis ini merupakan jenis imbuhan yang berasal dari bahasa daerah yang diserap menjadi imbuhan dalam bahasa Indonesia. Macam imbuhan daerah tersebut antara lain tuna-, nara-, pasca-, swa-, anti-, antar-, panca-, dasa-, sapta- dan catur-. Catatan: Penulisan imbuhan asing dan daerah disambung (tanpa spasi) dengan kata dasarnya. Contoh: nonaktif ekstrakurikuler subsektor pascasarjana pancasila caturdharma E. KATA BAKU DAN SERAPAN Kata baku merupakan jenis kata yang sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia. Kata baku dapat berupa kata dasar yang penulisannya (pemakaian hurufnya) tepat. Selain itu, kata baku juga dapat berupa kata berimbuhan yang penulisannya sesuai dengan kaidah penulisan imbuhan dalam bahasa Indonesia. Selain kata baku, bahasa Indonesia juga memiliki kata serapan yang didapatkan dari bahasa asing yang kemudian diadopsi dan diadaptasi menjadi kosakata bahasa Indonesia. Kata serapan bisa didapatkan dari bahasa Inggris, Arab, dan Belanda. Pembakuan kata asing tersebut telah melewati proses adaptasi sehingga penetapan penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Berikut beberapa contoh kata baku dan kata serapan yang sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Tabel 2. Contoh kata baku dan tidak baku Kata Baku Kata Tidak Baku Kata Baku Kata Tidak Baku aktif aktiv Nasihat nasehat aktivitas aktifitas November Nopember asas azas Objek obyek besok besuk, esok Paham faham cendekia cendikia Provinsi propinsi Modul MK. Penulisan Ilmiah

21 Bab II. Tata Penulisan Kata Baku Kata Tidak Baku Kata Baku Kata Tidak Baku devaluasi defaluasi Risiko resiko deviasi defiasi Saksama seksama dividen deviden Sistem sistim ekspor eksport Teknik tehnik frasa frase Telantar terlantar hierarki hirarki Terampil trampil hipotesis hipotesa Ubah rubah ijazah ijasah Valid falid jadwal jadual Varietas varitas kaidah kaedah Wakaf waqaf komoditas komoditi Walikota wali kota konkret kongkrit Yogyakarta Jogjakarta lokakarya loka karya Zaman jaman miliar milyar Zikir dzikir Informasi ke-baku-an sebuah kata dapat diperiksa pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Saat ini, KBBI dapat ditemukan pada aplikasi-aplikasi smartphone. Hal ini tentu memudahkan kita dalam mengenali kata baku. Namun, terkait kata serapan, beberapa penulisan kata serapan berikut ini perlu mendapat perhatian. a. Berhati-hatilah dalam memakai huruf f dan v yang kadangkala dipertukarkan atau diganti dengan huruf p, seperti pada kata negatif, aktivitas, provinsi. b. Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal adanya konsonan rangkap. Perhatikan ejaan kata-kata berikut : klasifikasi, efektif, massa, masa. c. Huruf y yang dibaca i diganti dengan huruf i, seperti pada : hipotesis, analisis, sistem. d. Huruf x hanya dipakai diawal kata ditempat lain diganti dengan ks seperti pada : xilem, ekspor, kompleks. e. Beberapa kata sulit yang sering ditulis secara salah, antara lain metode, jadwal, kualitas, automatis, mikrob, atmosfer, varietas, standardisasi, standar. f. Nama-nama ilmu tertentu berakhiran ika, seperti matematika, statistika, sistematika; nama-nama bukan ilmu dibakukan tanpa akhiran a, seperti kosmetik, antibiotik, tropik. Modul MK. Penulisan Ilmiah

22 Bab II. Tata Penulisan F. ILUSTRASI Selain kelima hal di atas, tata penulisan karya tulis ilmiah biasanya dilengkapi dengan tata penulisan ilustrasi: tabel, grafik, diagram alir, dan gambar. Berbeda dengan kelima hal sebelumnya yang sifatnya baku, tata penulisan ilustrasi (tabel, grafik) dan daftar pustaka (Bab VI) tidak tertutup kemungkinan terjadi perbedaan tata penulisan antar lembaga. Dalam kasus demikian, perlu diperhatikan tata penulisan yang dianut oleh lembaga yang dituju untuk digunakan secara konsisten. Berikut ini penjelasan tata penulisan ilustrasi di Program Studi Agribisnis UMY. 1. Jenis Ilustrasi Tabel. Tabel digunakan untuk menginformasikan hasil penelitian, bila peubah yang digunakan cukup banyak dengan satuan berbeda. Penyajian tabel yang terlalu rumit dengan data terlalu banyak perlu dihindari karena akan mengganggu pembahasan. Data yang akan disajikan dalam tabel hanya data yang dapat memperjelas pembahasan, data lain dapat dimasukkan dalam lampiran. Semua data yang tercantum dalam tabel harus jelas satuannya. Satuan ditempatkan pada kepala tabel. Grafik. Grafik terdiri atas tiga bentuk, yakni histogram, diagram lingkar dan grafik garis. Histogram biasanya digunakan untuk membandingkan hasil atau nilai. Diagram lingkar digunakan jika besaran komponen tidak perlu dipentingkan. Sementara grafik garis digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara dua peubah. Diagram alir. Ilustrasi ini digunakan untuk menunjukkan tahapan kegiatan atau hubungan sebab akibat suatu aktivitas atau keterkaitan antara suatu kegiatan atau proses dengan proses lainnya (analisis sistem). Foto atau gambar. Ilustrasi digunakan untuk memberi gambaran yang konkret kepada pembaca tentang proses yang berlangsung. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ilustrasi, pilihlah foto atau gambar yang memang perlu untuk ditonjolkan. Dalam pembuatan foto hal yang perlu diperhatikan ialah penyajian informasi skala karena foto yang ditampilkan umumnya sudah tidak mempunyai skala yang sama dengan obyek aslinya. Caranya ialah dengan meletakkan penggaris ataupun petunjuk lainnya yang ukurannya sudah umum diketahui di dekat contoh atau obyek foto. Modul MK. Penulisan Ilmiah

23 Proporsi luas tanam (%) Bab II. Tata Penulisan 2. Judul dan Keterangan Judul diletakkan diatas tabel dengan diawali huruf kapital tanpa diakhiri tanda titik, sedangkan judul gambar (ilustrasi selain tabel) diletakkan dibawah gambar diakhiri tanda titik. Judul yang kurang dari satu baris diletakkan simetris, sedangkan judul yang lebih dari satu baris diketik mulai dari tepi kiri, baris selanjutnya diketik sejajar dengan awal judul (bukan awal nomor). Baik gambar maupun tabel diberi nomor untuk keseluruhan bab dengan angka Arab (1,2,3, dst.). Pada umumnya, tabel memerlukan 3 garis horizontal, yakni garis pembatas atas yang diketik dibawah judul, garis pembatas kepala tabel, dan garis pembatas bawah. Antara garis dengan teks diberi jarak satu spasi. Garis vertikal sebaiknya tidak digunakan, tetapi data antar kolom terpisah secara jelas. Selain 3 garis pembatas, garis lain hanya digunakan jika benar-benar diperlukan untuk memperjelas tabel. Adapun gambar tidak perlu disajikan dalam kotak pembatas. Keterangan perlu dicantumkan untuk menginformasikan keterbatasan data, tingkat signifikansi, singkatan atau lambang yang digunakan atau sumber data sekunder. Tidak perlu ditulis keterangan, catatan atau sumber dalam menginformasikan keterangan. Keterangan tabel ditulis 1 spasi dibawah garis pembatas bawah, dimungkinkan untuk menggunakan font yang lebih kecil, tetapi tidak kurang dari font 8 pt. Keterangan gambar ditulis dalam satu kesatuan dengan judul, sedangkan sumber ditulis di belakang judul setelah titik atau diantara tanda kurung (Gambar 1) '01 '02 '03 '04 Tahun Gambar 1. Perkembangan luas tanam komoditas tembakau (-- --) dan hortikultura (-- --) tahun di Desa Tuksari, Kecamatan Temanggung. Diolah dari Soekirno (2005) Modul MK. Penulisan Ilmiah

24 Bab II. Tata Penulisan Petunjuk keterangan tabel biasanya menggunakan simbol non numerik seperti *,,,, dan lain-lain. Petunjuk keterangan diletakkan pada bagian tabel yang memerlukan tambahan. Petunjuk yang diletakkan pada judul tabel berlaku untuk seluruh data, sedangkan petunjuk yang diletakkan pada bagian tertentu hanya berlaku untuk bagian yang bersangkutan. Keterangan tentang sumber data dituliskan seperti pengacuan pustaka. Jika data yang disajikan sudah dimodifikasi atau diolah, maka digunakan kata: Menurut atau Diolah dari diikuti nama penulis dan tahun penulisan. Data yang bersumber dari hasil analisis data primer tidak perlu dicantumkan sumbernya. 3. Perujukan dan Interpretasi Setiap tabel atau gambar yang ada dalam karya ilmiah harus dirujuk dalam teks yang ditulis sebelum tabel atau gambar dan diletakkan pada halaman yang sama. Jika tidak memungkinkan tabel dan gambar dapat muncul pada halaman berikutnya. Upayakan tidak ada bagian halaman yang kosong dan tidak ada pemenggalan tabel. Perujukan yang tidak disertai keterangan sedapat mungkin dihindari. Perbedaan kinerja petani nasabah BMT dan non nasabah dapat dilihat pada Tabel 6, bukan perujukan yang baik. Walaupun sudah ada tabel atau gambar, teks yang menjelaskan apa yang diinformasikan tabel atau gambar harus tetap ada. Prinsipnya, tabel harus dapat dibaca tanpa teks dan teks harus dapat dibaca tanpa tabel. Akan tetapi hati-hati jangan sampai mengulang informasi yang ditampilkan tabel dalam arti menyebut kembali semua angka yang ada dalam tabel. Perlu diingat bahwa tidak semua angka dalam tabel penting. Dalam hal ini, teks berfungsi menguatkan aspek penting dari tabel yang dibahas. Sebagai contoh, dalam menjelaskan perbedaan produktivitas sebagaimana ditampilkan Tabel 6, tidak perlu diungkap bahwa: Produktivitas modal sendiri (53%) lebih tinggi dari produktivitas petani nasabah BMT (45%), tetapi produktivitas modal nasabah BMT (89%) lebih tinggi dari produktivitas modal nasabah lembaga keuangan lain (92%). Modul MK. Penulisan Ilmiah

25 Bab II. Tata Penulisan Dalam teks lebih baik dikemukakan pernyataan sebagai berikut: Walaupun tidak berbeda secara signifikan, produktivitas modal sendiri lebih tinggi dari produktivitas modal nasabah BMT, tetapi produktivitas modal nasabah BMT cenderung lebih tinggi dari produktivitas modal nasabah lembaga keuangan lain. Penafsirkan tabel dilakukan melalui tiga langkah, yaitu mendeskripsikan angka atau pola pada gambar, menginterpretasikan data dengan memahami kecenderungan atau pola data, dan menarik kesimpulan. Dengan ilustrasi Tabel 6, proses penafsiran dimulai dari mencemati data yang ditampilkan satu per satu. Nilai signifikansi tidak ada yang kurang dari 5% atau 10%, berarti tidak terdapat perbedaan signifikan dalam kinerja usahatani antar kelompok. Selanjutnya, amati satu persatu angka pendapatan, keuntungan dan produktifitas, lakukan perbandingan antar kelompok. Akan nampak kecenderungan yang sama, yaitu angka-angka pada non nasabah modal sendiri lebih besar dari nasabah BMT (Kelompok I) dan angka-angka pada nasabah BMT lebih besar dari nasabah lembaga keuangan lain (Kelompok II). kesimpulan yang menjadi bahan uraian interpretasi tabel. Tabel 6 dapat diinterpretasikan dalam pernyataan berikut. Dari proses tersebut akan dihasilkan Dengan demikian, Walaupun tidak berbeda secara signifikan, kinerja usahatani petani yang menggunakan modal sendiri cenderung lebih baik dari petani nasabah BMT, tetapi kinerja petani nasabah BMT lebih baik dari kinerja petani nasabah lembaga keuangan non- BMT. Pernyataan tersebut barulah interpretasi hasil. Pembahasan lebih lanjut didukung dengan informasi lain --mungkin hasil pengamatan atau data yang sudah diungkapkan lebih awal--, perlu diberikan khususnya untuk menjelaskan sejauhmana hasil analisis menjawab tujuan dan mengapa hal tersebut terjadi. Tabel 6. Kinerja usaha tani padi petani nasabah dan non nasabah BMT Kelompok I Kelompok II Kinerja N MS Sign N LK Sign Pendapatan *) 3,8 4,2 0,17 5,1 5,0 0,85 Keuntungan *) 2,0 2,1 0,69 3,7 3,5 0,71 Produktivitas modal (%) , ,75 *) dalam juataan rupiah per ha N : nasabah BMT MS : nonnasabah modal sendiri LK : nasabah lembaga keuangan non- BMTlain Modul MK. Penulisan Ilmiah

26 Bab II. Tata Penulisan LATIHAN Hitunglah berapa jumlah kesalahan tata penulisan pada paragraf di bawah ini! Kabupaten Gunungkidul dengan kondisi alam yang ekstrim dan masuk dalam kategori lahan marjinal, menyebabkan beberapa wilayah masuk dalam kategori rawan pangan. Salah satu Kecamatan yang masuk kategori rawan pangan pada tahun 2013 adalah Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui tingkat kerawanan pangan; dan hubungan luas lahan, pendapatan dan tingkat pendidikan terhadap tingkat kerawanan pangan. Metode penelitian dilakukan menggunakan tekhnik deskriptif dengan memberikan penjelasan dari statistik data (percentage, mean, data range, frequency distribution, cross tabulation) dan untuk mengukur tingkat kerawanan pangan dengan menggunakan rumus perbandingan antara jumlah penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan dengan angka kecukupan gizi sebesar kalori. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata konsumsi kalori harian individu adalah sebesar kalori, dan termasuk dalam kategori penduduk sangat rawan pangan. Kalori tersebut sebagian besar diperoleh dari konsumsi beras, jagung dan tempe, sehingga hal tersebut menjadi pola konsumsi harian. tingkat pendapatan petani, luas lahan pertanian dan tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan tingkat kerawanan pangan. Tuliskan perbaikan tata penulisan pada paragraf di atas! Modul MK. Penulisan Ilmiah

27 Bab III. Kalimat Efektif BAB III KALIMAT EFEKTIF A. DEFINISI KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif juga merupakan kalimat yang padat, singkat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Jelas berarti mudah dipahami, singkat artinya hemat dalam pemakaian kata, dan tepat berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Sebuah kalimat juga dikatakan efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang benar, baik dari segi tata bahasa maupun makna. B. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF Berikut beberapa hal yang dapat memengaruhi suatu kalimat dapat dikatakan efektif. 1. Kesepadanan Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Contoh: Bagi semua mahasiswa UMY harus membayar uang kuliah. (Tidak Efektif) Ahmad (S) pulang (P) bekerja (O) ke daerah asalnya (KT). (Efektif) Catatan: Kehadiran kata yang di depan predikat akan membuat kalimat menjadi tidak efektif. Contoh: Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Merdeka. (Tidak Efektif) 2. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata Kalimat efektif tidak boleh ambigu (menimbulkan makna atau tafsiran ganda). Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah undian mobil dari salah satu bank swasta nasional. (Tidak Efektif) Modul MK. Penulisan Ilmiah

28 Bab III. Kalimat Efektif Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah undian mobil dari salah satu bank swasta nasional. (Efektif) 3. Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini disebabkan penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu menghilangkan pengulangan subjek dan menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Contoh: Karena dia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (Tidak Efektif) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (Efektif) 4. Kelogisan Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kami lanjutkan acara ini. (Tidak Efektif) Untuk menghemat waktu, kami lanjutkan acara ini. (Efektif) 5. Keparalelan atau Kesajajaran Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-. Contoh: Pak Guru menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (Tidak Efektif) Pak Guru menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (Efektif) 6. Ketegasan Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut. a. Meletakkan Kata yang Ditonjolkan di Awal Kalimat. Contoh: 1) Harapan kami adalah agar persoalan ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain. (Tidak Tegas) Modul MK. Penulisan Ilmiah

29 Bab III. Kalimat Efektif 2) Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi persoalan ini. (Tegas) b. Membuat Urutan Kata yang Bertahap. Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, melainkan berjuta-juta rupiah telah disumbangkan kepada anak-anak telantar. (Tidak Tegas) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, melainkan berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak telantar. (Tegas) c. Melakukan Pengulangan Kata (Repetisi). Contoh: Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan. d. Melakukan Pertentangan Terhadap Ide yang Ditonjolkan. Contoh: Anak itu bodoh, tetapi baik hati. e. Mempergunakan Partikel Penegasan (-lah, -pun, dan kah). Contoh: Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini. C. MENATA KALIMAT EFEKTIF Penataan kalimat dimulai dari pemilihan kata dan istilah yang tepat. Menemukan kata yang tepat sebagai kendala utama dalam menulis dapat diatasi dengan memperbanyak penguasaan kosakata. Oleh karena itu, seorang peneliti seyogyanya menguasai kosakata umum dan istilah yang biasa digunakan di bidang yang ditekuninya. Pengembangan penguasaan kosakata dan istilah dapat dilakukan dengan banyak membaca, dan merujuk pada kamus umum maupun kamus istilah ketika menghadapi keragu-raguan. Dalam memilih kata, juga perlu diperhatikan dalam konteks apa kata tersebut digunakan. Sebagai contoh, pemaparan, perincian, pembahasan mengandung pengertian proses, sedangkan paparan, rincian, bahasan mengandung arti hasil. Ingat! Kalimat dalam bahasa Indonesia mempunyai ciri pendek, sederhana, dan pasif. Kalimat yang baik adalah kalimat yang koheren dan mudah dipahami maksudnya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keefektifan sebuah kalimat, yakni: i) menempatkan kata pada posisi yang tepat, ii) melakukan pengulangan, iii) mempertentangkan, dan iv) menggabungkan beberapa kalimat pendek. Modul MK. Penulisan Ilmiah

30 Bab III. Kalimat Efektif Berdasarkan ciri-ciri kalimat efektif di atas, cermati beberapa hal berikut dalam menyusun kalimat. a. Perhatikan kelengkapan subjek-predikat. b. Hindari kalimat yang rancu atau tidak logis. c. Hindari kalimat yang terlalu panjang, terlalu pendek atau mengandung emosi. d. Gunakan kata penghubung yang tepat dan bervariasi. e. Hindari penggunaan dialek, variasi bahasa Indonesia dan bahasa asing yang belum dibakukan sebagai unsur bahasa Indonesia. f. Hindari penggunaan bentuk dimana, dalam mana, di dalam mana, darimana, dan yang mana sebagai kata penghubung. g. Jika tidak ada perbandingan jangan gunakan kata depan daripada. Kalimat rancu dan boros kata sering ditemui dalam penulisan karya ilmiah. Kerancuan terjadi akibat dari penambahan kata yang tidak perlu atau penggunaan dua kata dalam sebuah kalimat secara bersama-sama (Tabel 3). Di samping itu boros kata sering dijumpai dalam kasus penggunaan dua kata yang mempunyai makna hampir sama. Sebagai contoh: sebab karena, oleh sebab karena, agar supaya, adalah merupakan, lalu kemudian, mulai sejak, karena maka, meskipun namun. Tabel 3. Contoh kalimat rancu dan pembenarannya Rancu Seharusnya Dengan penelitian ini dapat Penelitian ini dapat meningkatkan meningkatkan Berdasarkan uraian di atas menunjukkan Menurut Saleh (2002) menyatakan Berdasarkan uraian di atas Uraian di atas menunjukkan Menurut Saleh (2002) Saleh (2002) menyatakan bahwa. LATIHAN Efektifkan kalimat-kalimat berikut ini! 1. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang. 2. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. 3. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. 4. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. 5. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. 6. Kantor dimana dia bekerja tidak jauh dari rumahnya. 7. Banyak pemikiran-pemikiran yang dilontarkan dalam pertemuan tersebut. Modul MK. Penulisan Ilmiah

31 Bab IV. Paragraf BAB IV PARAGRAF A. SYARAT PARAGRAF Paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran. Paragraf terdiri dari sebuah kalimat topik dan satu atau lebih kalimat pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang mengandung ide pengontrol. Dalam sebuah paragraf, ide pengontrol merupakan pusat ide yang berfungsi meringkas semua informasi yang terkandung dalam paragraf. Di samping itu, ide pengontrol berfungsi sebagai pembatas ide-ide pendukung yang masuk dalam suatu paragraf. Dengan kata lain, kalimat pendukung merupakan kalimat yang mengandung ide-ide lain yang mendukung ide pengontrol. Untuk menjadi satu bagian yang utuh, sebuah paragraf harus memenuhi tiga persyaratan, yaitu kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan. 1. Kepaduan Paragraf Kepaduan adalah kekompakan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam membentuk paragraf itu (setiap kalimat dalam paragraf itu berhubungan). Kepaduan dapat dibentuk dengan unsur-unsur berikut. a. repetisi kata kunci b. penggunaan kata ganti c. pengggunaan kata transisi d. urutan isi paragraf 2. Kesatuan Paragraf Semua kalimat yang ada dalam paragraf itu mendukung satu pikiran utama atau bisa dikatakan memiliki satu pikiran utama yang menjiwai isi seluruh paragraf. 3. Kelengkapan Paragraf Kelengkapan yang dimaksud di sini adalah ketuntasan pembicaraan dalam suatu paragraf. Hal ini bisa dilakukan dengan menghadirkan kalimatkalimat penjelas yang cukup menunjang kalimat topik (memiliki beberapa pikiran penjelas yang mendukung pikiran utama). Modul MK. Penulisan Ilmiah

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN 1. Tulisan merupakan karya orisinal penulis (bukan plagiasi) dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses publikasi pada media lain yang

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti KALIMAT EFEKTIF Karina Jayanti DEFINISI KALIMAT EFEKTIF kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Syarat-syarat Kalimat efektif

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

Pengertian Kalimat Efektif

Pengertian Kalimat Efektif MENULIS EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. 1 Syarat-syarat secara tepat mewakili

Lebih terperinci

PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016

PENGANTAR. Denpasar, Juni 2016 1 2 PENGANTAR Skripsi merupakan salah satu komponen utama dalam proses dan evaluasi akhir pembelajaran mahasiswa. Pada skripsi ini mahasiswa diharapkan dapat menerapkan seluruh kemampuan akademik yang

Lebih terperinci

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 1 Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 1 memuat materi EYD. EYD adalah materi ejaan yang disempurnakan. Materi ini menampilkan ketentuan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan EYD pada surat pribadi untuk saat ini belum ada. Namun, penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini telah

Lebih terperinci

EYD dan TANDA BACA. Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O

EYD dan TANDA BACA. Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O EYD dan TANDA BACA Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O STMIK CIC CIREBON- 2016 Penulisan Bentuk Ulang Bentuk ulang dalam bahasa Indonesia ditulis ulang dengan menggunakan tanda hubung (-), bukan angka dua (2).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, maka kehidupan manusia akan kacau. Sebab dengan bahasalah manusia

Lebih terperinci

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Oleh : Nama : Dian Ratna Sari NPM : 12111039 Kelas : 3KA34 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salahsatu alat komunikasi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II DASAR-DASAR DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR Dra.Hj.Rosdiah

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SKRIPSI. Bagi Mahasiswa Program Studi Agrobisnis

PANDUAN PENYUSUNAN SKRIPSI. Bagi Mahasiswa Program Studi Agrobisnis PANDUAN PENYUSUNAN SKRIPSI Bagi Mahasiswa Program Studi Agrobisnis JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013 KATA PENGANTAR Lamanya menyelesaikan skripsi

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI Membaca Suatu proses yang dilakukan Tata bahasa dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD merupakan standar umum yang ditetapkan oleh Pemerintah,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANDA BACA

PENGGUNAAN TANDA BACA PENGGUNAAN TANDA BACA A. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) STIBA SARASWATI DENPASAR HALAMAN SAMPUL DEPAN Halaman Sampul Depan memuat judul, tempat, logo STIBA Saraswati Denpasar, nama mahasiswa dan nomor pokok

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGGUNAAN EJAAN. Oleh: Yayah Churiyah

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGGUNAAN EJAAN. Oleh: Yayah Churiyah ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGGUNAAN EJAAN Oleh: Yayah Churiyah Abstrak Selama ini menulis dianggap suatu keterampilan yang sulit. Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANDA BACA. Oleh AHMAD WAHYUDIN

PENGGUNAAN TANDA BACA. Oleh AHMAD WAHYUDIN PENGGUNAAN TANDA BACA Oleh AHMAD WAHYUDIN TANDA TITIK (.) 1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. 2. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam satu

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA

KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA YULINA Guru SD Negeri 002 Muara Lembu Kecamatan Singingi anayuli.teacher@gmail.com ABSTRAK Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

2/2/2015 KEBAHASAAN DALAM KTI 1

2/2/2015 KEBAHASAAN DALAM KTI 1 2/2/2015 KEBAHASAAN DALAM KTI 1 RAGAM BAHASA BAHASA LISAN: 1. SANTAI, 2. BERBUNGA-BUNGA, 3. INTONASI, 4. LICENCIA POETICA, 5. MENGACU PADA KEBUTUHAN SOSIAL. BAHASA TULIS ILMIAH: 1. TEPAT, 2. JELAS, 3.

Lebih terperinci

mengungkapkan gagasan secara tepat, mudah dipahami

mengungkapkan gagasan secara tepat, mudah dipahami Kalimat Efektif Kalimat Efektif Kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara/penulis secara tepat, sehingga mudah dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. 1 Kesepadanan Struktur, 2 Keparalelan

Lebih terperinci

TATA TULIS KARYA TULIS ILMIAH

TATA TULIS KARYA TULIS ILMIAH TATA TULIS KARYA TULIS ILMIAH 1.Ukuran kertas dan ruang pengetikan Pengetikan karya tulis ilmiah menggunakan kertas HVS atau duplikator putih ukuran kuarto (21,00 x 28,50). Ruang pengetikan pada setiap

Lebih terperinci

TATA CARA PENULISAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR

TATA CARA PENULISAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR TATA CARA PENULISAN BUKU LAPORAN PROYEK AKHIR A. Bahan dan ukuran Bahan dan ukuran mencakup : naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada sampul dan ukuran. 1. Naskah Naskah dibuat pada kertas A5 (8,27

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1

TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR. Fakultas Teknik Elektro 1 TATA TULIS BUKU TUGAS AKHIR Fakultas Teknik Elektro 1 Kertas Jenis kertas : HVS A4 (210 mm x 297 mm) dan berat 80 g/m2 (HVS 80 GSM), khusus untuk gambar yang tdk memungkinkan dicetak di kertas A4 dapat

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia Riwayat Fakta Berasal dari bahasa Melayu yang diperkaya oleh berbagai sumber Lahir pada

Lebih terperinci

PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017

PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017 PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017 PROGRAM STUDI D3 OTOMASI SISTEM INSTRUMENTASI DEPARTEMEN TEKNIK FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jalan Srikana 65 Surabaya 60286 Telp:

Lebih terperinci

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1 FORMAT LAPORAN KULIAH MAGANG KERJA MAHASISWA PROGRAM S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA A. KANDUNGAN ISI LAPORAN Secara umum, laporan Kuliah Magang Kerja Mahasiswa terdiri dari tiga

Lebih terperinci

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul EJAAN BAHASA INDONESIA Ruang lingkup Ejaan 1. Pemakaian Huruf 2. Penulisan Huruf 3. Penulisan kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5 DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3 1. Penggunaan tanda koma yang tidak tepat Terdapat dalam kalimat... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3 Saya akan menolongnya,walaupun hal itu cukup sulit hay,apa kabar?

Lebih terperinci

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER/INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 DAFTAR ISI I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 2 1.1. Bahasa Penulisan...

Lebih terperinci

Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam

Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam Satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik (.) sebagai pembatas. Sifat Predikatif dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsur subyek, predikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN ) BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Skripsi, tesis, dan disertasi hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Ditinjau dari

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang

Lebih terperinci

THE ERROR ANALYSIS OF THE USE CAPITAL LETTERS AND PUNCTUATION ON SUMMARY THESIS OF PGSD STUDY PROGRAMS FORCE 2012

THE ERROR ANALYSIS OF THE USE CAPITAL LETTERS AND PUNCTUATION ON SUMMARY THESIS OF PGSD STUDY PROGRAMS FORCE 2012 1 THE ERROR ANALYSIS OF THE USE CAPITAL LETTERS AND PUNCTUATION ON SUMMARY THESIS OF PGSD STUDY PROGRAMS FORCE 2012 Hidayah Sari, Otang Kurniaman, Mahmud Alpusari hidayah.ksari@student.unri.ac.id, otang.kurniaman@lecturer.unri.ac.id,

Lebih terperinci

Bahasa, Tanda Baca & Pencetakan Karya Ilmiah. #Sesi 7, Selasa 1 April 2014

Bahasa, Tanda Baca & Pencetakan Karya Ilmiah. #Sesi 7, Selasa 1 April 2014 Bahasa, Tanda Baca & Pencetakan Karya Ilmiah #Sesi 7, Selasa 1 April 2014 Kaidah Selingkung Kaidah selingkung adalah aturan-aturan yang sifatnya berlaku dalam lingkungan tertentu, misalnya departemen satu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6 DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.

Lebih terperinci

Penyusunan Skripsi dengan Tata Cara Penulisannya

Penyusunan Skripsi dengan Tata Cara Penulisannya Penyusunan Skripsi dengan Tata Cara Penulisannya I. Penyusunan Skripsi Penyusunan skripsi, meliputi: A. Bagian Awal, meliputi: 1. Halaman sampul depan Halaman sampul depan memuat: a. Judul skripsi, dibuat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yg efisien: bhs yg mengikuti kaidah yg dibakukan atau yg dianggap baku, dg mempertimbangkan kehematan kata dan ungkapan. Bahasa yg efektif: bhs yg mencapai

Lebih terperinci

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 1 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KORESPONDENSI DI LINGKUNGAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2014 ARTIKEL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XII EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XII EJAAN YANG DISEMPURNAKAN YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF KALIMAT EFEKTIF Pengertian Kalimat Efektif Ciri-ciri Kalimat Efektif Penggunaan Kalimat Efektif Syaratsyarat Kalimat Efektif Penerapan Kalimat Efektif PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif ialah kalimat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 KETENTUAN UMUM: 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan.

Lebih terperinci

PANDUAN PENULISAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH ALQURAN FESTIVAL ILMUWAN MUSLIM

PANDUAN PENULISAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH ALQURAN FESTIVAL ILMUWAN MUSLIM PANDUAN PENULISAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH ALQURAN FESTIVAL ILMUWAN MUSLIM Perkembangan Ilmu Pengetahuan Membuktikan Kebenaran Alquran KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala puji hanya bagi Allah

Lebih terperinci

Ekonomi TATA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ekonomi TATA EJAAN BAHASA INDONESIA Modul ke: TATA EJAAN BAHASA INDONESIA 13 Fakultas 1. Mampu memahami sejarah ejaan 2. Mampu memahami ruang lingkup ejaan 3. Mampu menerapkan kaidah tata ejaan dalam praktik penulisan Ekonomi Program Studi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI Garis Besar Tata Cara Penulisan Skripsi Jenis

Lebih terperinci

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH Murniyati Gobel Dakia N. Djou Asna Ntelu JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

Penulisan Huruf Kapital

Penulisan Huruf Kapital Syarat penulisan huruf kapital: Huruf pertama kata pada awal kalimat Huruf pertama petikan langsung Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR Enung Siti Nurjanah, Aan Kusdiana, Seni Apriliya Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus

Lebih terperinci

I. PENGANTAR UNSUR POKOK RANCANGAN USULAN PENELITIAN

I. PENGANTAR UNSUR POKOK RANCANGAN USULAN PENELITIAN I. PENGANTAR Rancangan usulan penelitian untuk disertasi, usulan penelitian untuk disertasi, dan disertasi sebenarnya menunjuk pada satu hal yang sama, yaitu disertasi. Oleh karena itu, hal-hal yang dituntut

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN X Peningkatan Kemampuan Menggunakan Tanda Baca Titik, Koma, Dan Titik Dua Dalam Kalimat Melalui Metode Diskusi Di Kelas IV SDN I Ogotua Kec. Dampal Utara Sri Dewi Astuti A., Gazali, dan Efendi Mahasiswa

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia UMB TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH. Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

Bahasa Indonesia UMB TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH. Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem Bahasa Indonesia UMB Modul ke: TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

PANDUAN KERJA PRAKTEK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

PANDUAN KERJA PRAKTEK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG PANDUAN KERJA PRAKTEK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG Kode Dokumen : D41.001.012 Revisi : 3 Tanggal : 01 Pebruari 2011 Dikaji ulang oleh : Sekretaris Prodi Sistem Informasi

Lebih terperinci

TATA CARA PENULISAN ILMIAH. Oleh : YAYA SUNARYA

TATA CARA PENULISAN ILMIAH. Oleh : YAYA SUNARYA TATA CARA PENULISAN ILMIAH Oleh : YAYA SUNARYA Tujuan Session ini Setelah pelatihan selesai, Anda diharapkan dapat menjawab.. Tata cara penulisan ilmiah 1. Perlukah kecermatan penggunaan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR TAHUN AKADEMIK 2012/2013

PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR TAHUN AKADEMIK 2012/2013 PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR TAHUN AKADEMIK 2012/2013 PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER INTeL COM GLOBAL INDO KISARAN 2013 KATA PENGANTAR Setiap lulusan

Lebih terperinci

PANDUAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI PROGRAM SARJANA TINGKAT FAKULTAS PERTANIAN TAHUN 2015

PANDUAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI PROGRAM SARJANA TINGKAT FAKULTAS PERTANIAN TAHUN 2015 PANDUAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI PROGRAM SARJANA TINGKAT FAKULTAS PERTANIAN TAHUN 2015 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2015 A. Persyaratan Umum I. PERSYARATAN Persyaratan umum adalah

Lebih terperinci

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Juli Membedakan berbagai bunyi bahasa Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dengan bahasa yang santun nyaring suku kata dengan lafal Menyalin berbagai

Lebih terperinci

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI NSPK TATA NASKAH Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Norma,

Lebih terperinci

Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir

Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir Pedoman Penulisan Laporan Tugas Akhir Abstrak Abstrak merupakan ikhtisar suatu tugas akhir yang memuat permasalahan, tujuan, metode penelitian, hasil, dan kesimpulan. Abstrak dibuat untuk memudahkan pembaca

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

PROSIDING SEMNAS KBSP V

PROSIDING SEMNAS KBSP V TEKS CERITA INSPIRATIF SEBAGAI SALAH SATU BAHAN AJAR ALTERNATIF PEMBELAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) Irma Fika Nurfajar Mahasiswa

Lebih terperinci

Veterinary Scientific Competition 2016

Veterinary Scientific Competition 2016 I. MEKANISME PENDAFTARAN 1. Pendaftaran abstrak diadakan 2 Gelombang, yaitu : Gelombang I pada tanggal 1 Agustus 12 Agustus 2016 dan Gelombang II pada tanggal 15 Agustus 29 Agustus 2016 yang bersifat free

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR.../IT3/TU/2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2014 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang

Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2014 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2014 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang A. Persyaratan Umum I. PERSYARATAN Persyaratan umum adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta sebagai

Lebih terperinci

KOMPONEN PENILAIAN URAIAN KOMPONEN PENILAIAN

KOMPONEN PENILAIAN URAIAN KOMPONEN PENILAIAN Page1 KOMPONEN PENILAIAN Pemilihan Mahasiswa Berprestasi merujuk pada kinerja individu mahasiswa yang memenuhi kriteria pemilihan dengan menggunakan beberapa macam unsur. Penilaian mencakup unsur prestasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ejaan Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis yang telah distandardisasi. Standardisasi ini meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan

Lebih terperinci

Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum

Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum Tata Cara Penulisan Laporan Praktikum 1) Bahan dan Ukuran Bahan dan ukuran mencakup naskah, ukuran dan sampul. a. Naskah dibuat di atas kertas HVS 70 gram dan tidak bolak-balik b. Ukuran naskah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Akan tetapi,

Lebih terperinci

Di susun oleh: IRENG. Tugas Mata Kuliah KAPITA SELEKTA. Karya ini di buat oleh : MENU

Di susun oleh: IRENG. Tugas Mata Kuliah KAPITA SELEKTA. Karya ini di buat oleh : MENU Tugas Mata Kuliah KAPITA SELEKTA Di susun oleh: Karya ini di buat oleh : IRENG CECEP ALI NURDIN (0801569 / 04) DENY FERDIANSYAH B. (0803220 / 05) DIAN RATNASARI (0802116 / 06) TANDA BACA SEJARAH JANJI

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO, bahwa

Lebih terperinci

Catatan: J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama

Catatan: J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama F. Huruf Kapital 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Dia membaca buku. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA KARYA TULIS MAHKAMAH KONSTITUSI 2009 PENYELENGGARA SEKRETARIAT JENDERAL DAN KEPANITERAAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 13 JULI

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Kalimat Efektif. Sri Rahayu Handayani, SPd. MM. 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: 10Fakultas Ekonomi dan Bisnis BAHASA INDONESIA Kalimat Efektif Sri Rahayu Handayani, SPd. MM Program Studi Akuntansi Kalimat Efektif kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pembicara/penulis

Lebih terperinci

Tugas Bahasa Indonesia

Tugas Bahasa Indonesia 2013 Tugas Bahasa Indonesia Pentingnya EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Ratna Fitrianingsih 18111837 3KA34 Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya,

Lebih terperinci

Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar TABEL ILUSTRASI TABEL TABEL. Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB

Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar TABEL ILUSTRASI TABEL TABEL. Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB K10-MPPI Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar Alfiasari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, FEMA IPB 2012 Pedoman Penulisan Tabel dan Gambar sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah di IPB ILUSTRASI

Lebih terperinci

Tutorial Penyusunan Skripsi

Tutorial Penyusunan Skripsi Tutorial Penyusunan Skripsi A. Bagian Awal Bagian awal mencakup halaman sampul depan, halaman judul, halaman pengesahan, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, arti lambang

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI

BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI BUKU PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 BAB I PENDAHULUAN Skripsi adalah tugas akhir yang harus ditulis oleh mahasiswa dalam Program

Lebih terperinci

ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1) oleh Wahya 2)

ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1) oleh Wahya 2) ASPEK KEBAHASAAAN DALAM PENULISAN ARTIKEL ILMIAH 1) oleh Wahya 2) 1. Pendahuluan Dunia pendidikan tinggi identik dengan dunia keilmuan. Berbagai penelitian ilmiah dalam berbagai disiplin, baik untuk kepentingan

Lebih terperinci

Muhammad Hambali. Disampaikan dalam Pelatihan Tata Naskah Dinas Universitas Brawijaya Malang, 30 November 2016

Muhammad Hambali. Disampaikan dalam Pelatihan Tata Naskah Dinas Universitas Brawijaya Malang, 30 November 2016 Muhammad Hambali Disampaikan dalam Pelatihan Tata Naskah Dinas Universitas Brawijaya Malang, 30 November 2016 BAKU SESUAI KAIDAH LOGIS SANTUN HEMAT DAN CERMAT TIDAK BERTELE-TELE FORMAL TIDAK MENGANDUNG

Lebih terperinci

SISTEMATIKA KULIAH KERJA PAMONG (KKP)

SISTEMATIKA KULIAH KERJA PAMONG (KKP) SISTEMATIKA KULIAH KERJA PAMONG (KKP) A. Bagian-Bagian Laporan KKP Laporan KKP terdiri dari: 1) Bagian Awal, 2) Bagian Utama, dan 3) Bagian Akhir, dengan jumlah halaman 20 halaman. 1. Bagian Awal Bagian

Lebih terperinci

Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2016 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang

Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2016 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2016 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang A. Persyaratan Umum I. PERSYARATAN Persyaratan umum adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta sebagai

Lebih terperinci

Kriteria Kontributor. Materi Naskah dan Proses Seleksi

Kriteria Kontributor. Materi Naskah dan Proses Seleksi Kriteria Kontributor 1. Kontributor adalah individu atau kelompok dengan jumlah anggota 2 sampai 3 orang. 2. Mahasiswa Universitas Indonesia program S1 dan vokasi. 3. Masih berstatus mahasiswa aktif pada

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN LKTI FASILKOM UNSRI 2016

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN LKTI FASILKOM UNSRI 2016 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN LKTI FASILKOM UNSRI 2016 Lomba Karya Tulis Ilmiah Fasilkom Unsri Tahun 2016dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Peserta merupakan usulan dari masing-masing jurusan

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK SISWA. PETUNJUK UMUM: 1) Jawaban kamu pada kuesioner ini tidak dimaksudkan untuk menentukan nilai atau kemampuan kamu dalam belajar.

KUESIONER UNTUK SISWA. PETUNJUK UMUM: 1) Jawaban kamu pada kuesioner ini tidak dimaksudkan untuk menentukan nilai atau kemampuan kamu dalam belajar. LAMPIRAN KUESIONER UNTUK SISWA PETUNJUK UMUM: 1) Jawaban kamu pada kuesioner ini tidak dimaksudkan untuk menentukan nilai atau kemampuan kamu dalam belajar. 2) Kuesioner ini dimaksudkan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas menulis tidak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari di berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan bentuk kesalahan dalam

Lebih terperinci

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN A. PENGERTIAN EJAAN Ejaan dalam bahasa Inggris disebut spelling, to spell mengeja. Hornby mengatakan, spelling (i) the act writing or naming the letters of a word in order, (ii)

Lebih terperinci

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Universitas Maritim Raja Ali Haji A. Persyaratan Umum Persyaratan umum adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta sebagai kelengkapan pemilihan mahasiswa beprestasi, yaitu: 1. Terdaftar di PD-Dikti dan aktif sebagai mahasiswa

Lebih terperinci

STUDI KASUS KESALAHAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING PADA ARTIKEL ILMIAH : OPINI 1

STUDI KASUS KESALAHAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING PADA ARTIKEL ILMIAH : OPINI 1 STUDI KASUS KESALAHAN PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING PADA ARTIKEL ILMIAH : OPINI 1 Fifeka Onanda Wahid 2 NIM 1210963011 PENDAHULUAN Artikel ilmiah adalah karangan ilmiah yang digunakan atau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No.215, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran 1. Pengantar Makalah ini merupakan salah satu upaya untuk membantu pemahaman mengenai kalimat dalam bahasa Indonesia, khususnya

Lebih terperinci