DAFTAR ISI. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN TESIS... v
|
|
- Yandi Makmur
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN KEASLIAN TESIS... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x RINGKASAN... xi DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA Goal Setting Theory Pendekatan Kontinjensi Teori Motivasi Kompetensi Kepemimpinan Lingkungan Kerja Kinerja Penelitian Sebelumnya ii
2 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Hipotesis Penelitian Peran Motivasi dalam Memoderasi Pengaruh Kompetensi Pada Kinerja Bendahahara Desa Peran Motivasi dalam Memoderasi Pengaruh Kepemimpinan Pada Kinerja Bendahahara Desa Peran Motivasi dalam Memoderasi Pengaruh Lingkungan Kerja Pada Kinerja Bendahahara Desa BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Penentuan Sumber Data Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian Uji Instrumen Penelitian Uji Reliabilitas dan Validitas Pengujian Asumsi Klasik Analisis Data Moderated Regression Analysis (MRA) Uji Kelayakan Model BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Karakteristik Responden Hasil Analisis Data Deskripsi Variabel Penelitian Hasil Uji Instrumen Penelitian Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis Pembahasan Moderasi Motivasi terhadap Pengaruh Kompetensi pada Kinerja Bendahara Moderasi Motivasi terhadap Pengaruh Kepemimpinan pada Kinerja Bendahara Moderasi Motivasi terhadap Pengaruh Lingkungan Kerja pada Kinerja Bendahara iii
3 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN -LAMPIRAN iv
4 DAFTAR TABEL Halaman 4.1 Populasi Penelitian Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Profil Responden Statistik Deskriptif Variabel Penilaian Responden Mengenai Variabel Kinerja Penilaian Responden Mengenai Variabel Kompetensi Penilaian Responden Mengenai Variabel Kepemimpinan Penilaian Responden Mengenai Variabel Linkungan Kerja Penilaian Responden Mengenai Variabel Motivasi Hasil Uji Validitas Hasil Uji Reliabilitas Hasil Uji Normalitas Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil Uji Multikolonieritas Hasil Analisis Moderasi v
5 DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Kerangka Berpikir Konsep Penelitian Rancangan Penelitian vi
6 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Penelitian Sebelumnya Kuesioner Penelitian Daftar Nama Desa di Kabupaten Tabanan Profil Responden Statistik Deskriptif Data Uji Validitas Instrumen Reliabilitas Instrumen Uji Normalitas Uji Heterokedastisitas Uji Multikolinearitas Regresi Moderasi vii
7 ABSTRAK KEMAMPUAN MOTIVASI MEMODERASI PENGARUH KOMPETENSI, KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA PADA KINERJA BENDAHARA DESA DI KABUPATEN TABANAN Pengelolaan keuangan desa tidak dapat dilepaskan dari fungsi bendahara, terutama dalam penyusunan laporan keuangan desa. Kinerja Bendahara Desa menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti karena banyak faktor yang memengaruhinya. Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa kompetensi, kepemimpinan dan lingkungan kerja tidak selalu berpengaruh pada kinerja pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan motivasi memoderasi pengaruh kompetensi, kepemimpinan dan lingkungan pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilaksanakan pada seluruh Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Sampel dipilih adalah sampel jenuh sehingga diperoleh sebanyak 133 orang responden. Analisis data dilakukan dengan analisis Moderated Regression Analysis (MRA) yang didahului dengan uji validitas dan reliabilitas serta uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) motivasi tidak mampu memoderasi pengaruh kompetensi pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan; (2) motivasi mampu memperkuat pengaruh kepemimpinan pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan dan (3) motivasi tidak mampu memoderasi pengaruh lingkungan kerja pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan. Kata kunci : kompetensi, kepemimpinan, lingkungan kerja, motivasi, kinerja Bendahara Desa ii
8 ABSTRACT ABILITY MOTIVATION EFFECT OF COMPETENCE MODERATING LEADERSHIP AND PERFORMANCE WORK ENVIRONMENT IN VILLAGE IN THE DISTRICT TREASURER TABANAN Management of village finances can not be separated from the function of treasurer, particularly in the preparation of financial statements village. Village Treasurer performance becomes an interesting phenomenon to study because many of the factors that influence it. Results of previous studies stating that competence, leadership and work environment does not necessarily affect the performance of employees. This study aims to determine the ability to moderate the effect of competence motivation, leadership and environmental performance of Treasurer village in Tabanan. The research was conducted on the entire Treasurer village in Tabanan using primary data obtained from questionnaires distributed to respondents. The sample was selected is a saturated sample in order to obtain as many as 133 respondents. Data analysis was performed by analysis Moderated Regression Analysis (MRA), preceded by a test of validity and reliability and classic assumption test. The results showed (1) the motivation is not able to moderate the influence of competence in the performance of Treasurer village in Tabanan; (2) motivation to be able to strengthen leadership influence on the performance Treasurer village in Tabanan and (3) the motivation is not able to moderate the influence of the working environment on the performance Treasurer village in Tabanan. Keywords: competence, leadership, work environment, motivation, performance Treasurer Village iii
9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa merupakan satuan terkecil dalam struktur pemerintahan di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan secara formal Undang-undang (UU) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai dasar hukum untuk mengatur segala sesuatu yang penting dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa. Berdasarkan ketentuan itu, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam menyelenggarakan pemerintahannya desa diserahi berbagai hak, wewenang dan kewajiban tertentu untuk menentukan sikap dalam berbagai pengambilan keputusan, melakukan penetapan maupun pertanggungjawaban (Suwignjo, 1985:15). Hak, wewenang dan kewajiban tersebut tumbuh dan berkembang sejak terbentuknya desa dan adat-istiadat yang melingkupnya. Pembangunan desa merupakan seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di pedesaan, meliputi seluruh aspek kehidupan dari seluruh masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. Indikator keberhasilan pembangungan desa pada dasarnya adalah perbaikan riil dalam kondisi kehidupan masyarakat secara keseluruhan, karena 1
10 2 pembangunan senatiasa merupakan proses perbaikan dari suatu proses keadaan ke keadaan yang lebih baik. Adanya paradigma pembangunan Desa telah mengalami perubahan konsep dan spirit dari era-era sebelumnya. Yakni, dari spirit Membangun Desa menjadi Desa Membangun. Desa Membangun menempatkan desa sebagai subjek pembangunan, dimana Desa dapat merencanakan sendiri, melaksanakan sendiri, dan memberdayakan sendiri masyarakatnya. Sedangkan, pemerintah yang lebih tinggi bertugas memperkuat, memonitor dan mengawasi. Keberadaan Desa dimasa lalu hanya dijadikan sebagai obyek penguasa. Keberadaan Desa dan masyarakatnya seolah-olah selalu lemah dan jauh dari sikap yang mandiri. Pemberian Dana Desa langsung dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dikelola masyarakat desa adalah salah suatu bukti konkrit Pemerintahan untuk membangun dari pinggiran dan desa-desa. Dana desa yang diterima merupakan salah satu pendapatan Desa yang dikelola dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). APBDes terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan Desa. Pendapatan desa yang dikelola bersama masyarakat desa bersumber dari (a) Pendapatan Asli Desa (PADes), (b) Transfer; dan (c) Pendapatan lain-lain. PADes terdiri dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, serta lain-lain pendapatan asli desa. Sedangkan pendapatan transfer yang dimaksud adalah Dana Desa, bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota, Alokasi Dana Desa (ADD), Bantuan Keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Bantuan Keuangan dari APBD
11 3 Kabupaten/Kota. Dan yang terakhir Pendapatan lain-lain meliputi, Hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat dan pendapatan Desa yang sah (Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2014). Desa-desa yang ada di KabupatTen Tabanan sebagian besar perekonomian bertumpu pada sektor pertanian, namum beberapa desa pada sektor perdagangan dan ada pula yang di sektor pariwisata. Dana Desa dan Alokasi Dana Desa merupakan pendapatan terbesar mereka jika dibandingkan dengan PADes sendiri. Penetapan prioritas Dana Desa, mengacu pada PP Nomor 60 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, yang telah diubah menjadi PP Nomor 22 Tahun Dalam PP tersebut dijelaskan, bahwa mengingat Alokasi Dana Desa bersumber dari belanja pemerintah pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan Dana Desa, pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas penggunaan Dana Desa untuk mendukung program pembangunan Desa dan Pemberdayaan masyarakat Desa. Pemerintah Desa sesuai UU no 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah Kepala Desa atau Perbekel yang dibantu oleh Perangkat Desa (Sekretaris Desa, Kepala Seksi dan Bendahara). Dalam rangka mewujudkan terwujudnya tata kelola yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan desa, pengelolaan Keuangan Desa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 113 Tahun 2014 adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa, dan dalam tata kelola keuangan desa tetap
12 4 mengacu pada prinsip transparan, akuntabel dan partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Bendahara Desa tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan keuangan desa serta mempunyai tugas: menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDes (Permendagri No 113 Tahun 2014). Selain itu seorang Bendahara Desa harus mampu merencanakan kas yang baik, memungut dan menyetorkan pajak, mencegah terjadinya penyimpangan dan kebocoran dana serta mengupayakan agar keuangan desa berputar sesuai dengan kebutuhan sehingga roda pemerintahan desa berjalan lancar. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur (Permendagri No 13 Tahun 2006) Mengelola keuangan desa yang cukup besar membuat beberapa Bendahara Desa belum bisa melaksanakan tata kelola keuangan yang baik seperti transparan, akuntabel serta tertib administrasi. Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi Bali melihat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan antara lain: (1) penatausahaan keuangan desa oleh Bendahara Desa belum tertib yang beresiko terjadinya penyalahgunaan keuangan desa; (2) Bendahara Desa tidak mencatat setiap transaksi sehingga tidak dapat ditelusuri perbedaan antara saldo bank dengan kas tunai pada akhir periode; (3) Tata keuangan desa belum dikelola secara baik seperti uang yang diterima dipakai langsung tanpa melalui mekanisme
13 5 APBDes.; dan (4) Sistem Pengendalian Intern (SPI) kurang efektif, seperti Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Tabanan belum menetapkan peraturan dan petunjuk pelaksaaan dana desa, bimbingan teknis dan pendampingan belum maksimal. Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa telah mensyaratkan bahwasanya semua penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa; harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah; Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap transaksi serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI Perwakilan Provinsi Bali, Nomor: 29/LHP/XIX.DPS/12/2015, tanggal 31 Desember 2015 menyimpulkan bahwa: pemeriksaan BPK terhadap kinerja Bendahara Desa di 30 Desa yang menjadi sampel ditemukan beberapa penyimpangan sebagai berikut: (1) Pengelolaan penerimaan asli desa di luar mekanisme APBDes; (2) Buku pencatatan transaksi keuangan belum semua dibuat; (3) Pencatatan Buku Kas Umum (BKU) tidak tertib dan tidak sesuai dengan tanggal transaksi; (4) Bendahara menyimpan uang lebih dari 10 juta Rupiah. Rekomendasi yang diberikan oleh BPK RI terkait permasalahan Dana Desa terutama menyangkut kinerja Bendahara Desa adalah: (1) Bupati Tabanan agar memerintahkan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa untuk menyusun panduan penatausahaan keuangan desa untuk memudahkan pemahaman para Bendahara Desa dalam penatausahaan keuangan;
14 6 (2) Mengadakan bimbingan teknis kepada Perbekel dan Perangkat Desa guna meningkatkan pengetahuan agar pengelolaan keuangan desa dapat berjalan dengan ketentuan perundang-undangan. Melihat rekomendasi yang diberikan BPK RI terhadap berbagai temuan Dana Desa, kinerja seorang Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan merupakan fenomena sangat menarik untuk diteliti. Kompetensi yang dimiliki seorang Bendahara Desa merupakan kemampuan yang dimiliki untuk bekerja sesuai dengan tujuan yang diinginkan organisasi. Kompetensi dapat meningkatkan kinerja Bendahara Desa karena dengan kompetensi tinggi berdampak pada kepercayaan diri dalam bekerja. Kompetensi yang dimaksud adalah pendidikan, pengalaman dan pelatihan. Pendidikan yang tinggi menyebabkan seorang pegawai mampu menyerap pengetahuan yang diterima, semakin lama menduduki posisi Bendahara Desa membuat pengalaman dalam menyelesaikan tugas akan lebih baik, cepat dan akurat. Serta banyaknya pelatihan yang diikuti Bendahara Desa akan membuat keterampilannya bertambah. Ketiga indikator tersebut dapat tercermin dari kompetensi karyawan yang dapat memotivasi dalam bekerja. Penelitian terdahulu yang membuktikan adanya hubungan kompetensi dengan kinerja pegawai antara lain: Rahman, dkk (2014), Safwan, et al (2015), Emmayah (2009), Suryadana, dkk (2014) yang menyatakan kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Namun demikian, di lain sisi ada penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda seperti Dhermawan dkk (2012) yang melakukan penelitian pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, menunjukkan
15 7 bahwa kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Demikian pula dengan penelitian Linawati dan Suhaji (2011) yang menyatakan bahwa variabel kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Herculon Carpet Semarang. Faktor lain yang memengaruhi kinerja Bendahara Desa adalah kepemimpinan. Kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang atasan dapat dipersepsikan oleh setiap individu bersifat negatif atau positif. Persepsi yang berbeda-beda ini dipengaruhi faktor kebutuhan karyawan/bawahan. Kebutuhan merupakan dorongan yang muncul dalam diri maupun luar individu, salah satunya kebutuhan perhatian dari atasan dengan kata lain pegawai mengharapkan kepemimpinan secara teratur dan sesuai dengan atasan. Bendahara Desa akan semangat dan bergairah dalam kerja bila atasan yang dijadikan panutan mereka memberikan contoh yang baik sehingga dapat meningkatkan kinerja dari Bendahara Desa. Penelitian yang menerangkan bahwa kepemimpinan berpengaruh pada kinerja pegawai antara lain: Suryadana, dkk (2014), Henarathgoda (2016), Thao, et al (2015), Jankingthong (2012), Munparidi (2012), Wahyuni (2015) Penelitian lain yang mengungkapkan bahwa kepemimpinan berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai: Brahmasari dan Suprayetno (2008), Melati (2011) ini berarti hasil dari manajerial kepemimpinan belum tentu mempunyai dampak yang selalu positif. Pemimpin yang lebih menekan bawahan/karyawan justru akan menurunkan kinerja karyawan. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian
16 8 tersebut terlihat ada perbedaan pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sehingga diduga ada faktor lain yang dapat memoderasi hubungan kepemimpinan dan kinerja adalah motivasi. Lingkungan kerja yang kondusif juga dapat memengaruhi kinerja Bendahara Desa. Kondisi lingkungan yang baik memberikan suasana dan kondisi kerja yang baik pula. Lingkungan kerja dapat dilihat melalui hubungan kerja karyawan dan pimpinan, hubungan antar karyawan, kebersihan, sirkulasi udara, penerangan, dll. Hal tersebut diungkap dalam penelitian Sukmasari (2011) dan Munparidi (2012) mengatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang segar dan nyaman serta memenuhi standar kebutuhan layak akan memberikan kontributsi terhadap kenyamanan karyawan dalam melakukan tugasnya. Perbedaan hasil penelitian tersebut, Govindarajan (1988) menyatakan bahwa pendekatan kontijensi (contingency approach) dapat dipergunakan sebagai solusi atas ketidakkonsistenan hasil-hasil riset sebelumnya. Pendekatan kontigensi dapat dipakai untuk semua pengetahuan yang mutakhir tentang organisasi dengan cara yang paling tepat, karena tindakan yang tepat bergantung pada variabel situasional (Davis dan Newstrom, 1985). Pendekatan kontijensi ini mempunyai pandangan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan varibel terikat dipengaruhi oleh variabel yang bersifat kondisional, seperti motivasi. Selain ketiga variabel bebas diatas yaitu kompetensi, kepemimpinan dan lingkungan kerja, terdapat variabel lain sebagai pemoderasi yang juga diduga
17 9 memengaruhi peningkatan kinerja Bendahara Desa yaitu motivasi. Festinger (dalan Kluvers dan Tippet, 2009) karyawan dengan motivasi tinggi tetapi tidak mencapai harapan yang diinginkan, maka karyawan tersebut akan melakukan pembenahan aktivitasnya guna mencapai harapannya. Demikian sebaliknya karyawan dengan motivasi rendah, ketika tidak dapat mencapai harapannya, karyawan tersebut beranggapan sebatas itulah kemampuan yang dimilikinya. Sejalan dengan pendapat Festinger, beberapa penelitian menunjukkan bahwa karyawan dengan motivasi tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula yaitu: Munparidi (2012), Rahman (2014) dan Sawitri (2011) yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Penelitian lain menjelaskan motivasi sebagai moderasi terhadap kinerja adalah Sulistyawati (2012) menyatakan bahwa motivasi signifikan memoderasi pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dan penelitian Wasasih (2015) menyatakan motivasi memperkuat pengaruh pendidikan terhadap kinerja Bendahara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Tabanan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah motivasi mampu memoderasi pengaruh kompetensi pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan? 2) Apakah motivasi mampu memoderasi pengaruh kepemimpinan pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan?
18 10 3) Apakah motivasi mampu memoderasi pengaruh lingkungan kerja pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk memberikan bukti empiris kemampuan motivasi memoderasi pengaruh kompetensi pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan. 2) Untuk memberikan bukti empiris kemampuan motivasi memoderasi pengaruh kepemimpinan pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan. 3) Untuk memberikan bukti empiris kemampuan motivasi memoderasi pengaruh lingkungan kerja pada kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan. 1.4 Manfaat Penelitian Apabila tujuan penelitian seperti tersebut diatas dapat diwujudkan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dan memberikan kontribusi pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Tabanan khususnya Kepala Desa selaku Pengelola Keuangan Desa dalam penunjukan pegawai yang bertugas sebagai Bendahara Desa perlu memperhatikan faktor-
19 11 faktor yang memengaruhi kinerjanya antara lain: (a) kompetensi meliputi pendidikan, keterampilan dan pengalaman; (b) kepemimpinan meliputi memberikan arahan, pembagian tugas, kecepatan mengatasi masalah serta pengawasan; (c) lingkungan kerja meliputi kondisi fisik kerja, hubunga kerja yang harmonis dan komunikasi yang efektif; dan (d) motivasi meliputi kelayakan kompensasi, penghargaan prestasi serta otonomi dalam melaksanakan tugas. 2) Manfaat Teoritis yang berhubungan dengan motivasi Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan Goal Setting Theory dalam mencapai tujuan organisasi harus melakukan perencanaan yang berkaitan dengan kompetensi, kepemimpinan dan lingkungan kerja agar kinerja Bendahara Desa dapat maksimal. Pendekatan kontijensi salah satunya adalah motivasi bertindak sebagai variabel moderasi yang berkaitan dengan kinerja Bendahara Desa di Kabupaten Tabanan serta memberikan dukungan konseptual pada pengembangan akuntansi sektor publik.
PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI
TESIS PENGARUH PENDIDIKAN PADA KINERJA BENDAHARA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN TABANAN DENGAN PELATIHAN DAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI \ NI MADE WASASIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Lebih terperinciKEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT
KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 4 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI HALAMAN ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Manfaat Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik terdiri dari beberapa wilayah (daerah) provinsi, kabupaten/kota, di bawah kabupaten/kota terdiri
Lebih terperinciBUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan Menteri
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : Budgeting participation, government officials performance, organizational commitment. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT The influence of budgetary participation on the managerial performance has attracted researchers attention. However, the results of previous studies often show inconsistent results. Therefore
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan amanat Undang-Undang
Lebih terperinciBUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA
BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pengaturan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Budgetary Participation, Managerial Performance, Organizational Commitment. vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT This study aimed to analyze the relationship between budgetary participation and managerial performance moderated by organizational commitment. The data research collection using questionnaires.
Lebih terperinciBUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciKEPALA DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
KEPALA DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 2 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciBUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG
BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PEKON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui bahwasannya desa secara formal diakui dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperincipenduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 280 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Anggaran, Budgetary Goal Characteristics, Self-Efficacy, Kinerja Manajerial. iii
Judul : Pengaruh Budgetary Goal Characteristics pada Kinerja Manajerial dengan Self-Efficacy sebagai Variabel Moderasi (Studi empiris pada pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng) Nama : Kadek Dias Prayoga
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN 201515 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan
Lebih terperinciPengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016 Dr. Bambang Pamungkas, MBA., Ak., CA. Tortama V BPK DASAR HUKUM PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci: motivasi kerja, kepemimpinan, budaya organisasi, kepuasan kerja. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, kepemimpinan, dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan di HARRIS Hotel & Conventions Ciumbuleuit Bandung. Data penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi baik organisasi publik maupun organisasi non publik dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai dari susunan terkecil suatu organisasi, dalam pemerintahan organisasi ini tidak lain adalah desa
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN
NOMOR 18 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,
Lebih terperinci(Studi pada SKPD Kabupaten Temanggung) TESIS. Oleh PAMUDJI SANTOSO C4C PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
PENGARUH PARTISIPASI DAN PROFESIONALISME APARAT TERHADAP EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANGGARAN DENGAN STRUKTUR ORGANISASI DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada SKPD Kabupaten Temanggung) TESIS
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan
BAB I INTRODUKSI Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. Introduksi tersebut terdiri atas latar belakang, konteks riset, rumusan masalah, pertanyaan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci: total quality management, kinerja operasional, kinerja keuangan, dan keunggulan bersaing. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja operasional dan kinerja keuangan dengan keunggulan bersaing sebagai variabel moderating.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa sebagai penyangga utama pelaksanaan
Lebih terperinciNama : Ni Ketut Ayu Mike Ratnasari NIM : Abstrak
Judul : Komitmen Organisasi Dan Desentralisasi Sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Pada Kinerja Manajerial PT. PLN (Persero) Distribusi Bali Nama : Ni Ketut Ayu Mike Ratnasari NIM
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN FAKFAK NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN KAMPUNG BUPATI FAKFAK, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci: gaya kepemimpinan demokratis, motivasi, kinerja
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan demokratis dan motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT Bina Adidaya Padalarang secara parsial. Data penelitian ini merupakan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciBUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang :a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang : a.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam. pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa sebagai pemerintahan yang bersentuhan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan pemerintah, hal ini dikarenakan
Lebih terperinciPemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008
Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG, a. bahwa kedudukan Keuangan Desa merupakan salah
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: senjangan anggaran, partisipasi penganggaran, kepercayaan diri, komitmen organisasi
Judul : Kepercayaan Diri dan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Partisipasi Penganggaran pada Senjangan Anggaran (Studi pada Pemerintah Kabupaten Badung) Nama : Ni Wayan Putri Adnyani NIM
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN KATINGAN
PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN KATINGAN PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN SALINAN BUPATI KATINGAN PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, Desa
Lebih terperinciB U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162
B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162 PERATURAN BUPATI SIMALUNGUN NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NAGORI KABUPATEN SIMALUNGUN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : sistem penilaian kinerja, sistem penghargaan, kinerja karyawan.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem penilaian kinerja dan sistem penghargaan terhadap kinerja karyawan. Data penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan cara
Lebih terperinciJudul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating
Judul : Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Manajerial Dengan Self Efficacy dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Bank Perkreditan Rakyat Kota Denpasar) Nama
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SE-KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI KAMPAR NOMOR 8 TAHUN 2016
BUPATI KAMPAR PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI KAMPAR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN ALOKASI DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN KAMPAR TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciIMPLEMENTASI UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
IMPLEMENTASI UU NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA disampaikan oleh KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA PROVINSI JAWA TENGAH Pada Rapat Kerja Daerah Program Kependudukan, Keluarga Berencana, Dan Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, lahir dari perjuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, lahir dari perjuangan panjang untuk mendirikan negara kesatuan. Wilayahnya mencakup dari Sabang sampai Merauke
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat (Mardiasmo, 2009). Hal ini ditandai oleh
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciBUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
9 BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PERUBAHAN, PERHITUNGAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. pada kinerja Bendahara SKPD Kabupaten Tabanan dengan pelatihan dan motivasi
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel pendidikan pada kinerja Bendahara SKPD Kabupaten Tabanan dengan pelatihan dan motivasi sebagai
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 dan
Lebih terperinciPENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN
TESIS PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN NI LUH MADE HERAWATI NIM 1391661043 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI
BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit yaitu organisasi yang sifatnya tidak mengejar laba. Organisasi pemerintah daerah merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan akan menjadi salah satu bahan penilaian yang penting, karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran tersebut tercantum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa (UU No. 06 Tahun 2014) pada tanggal 15 Januari tahun 2014, pengaturan tentang Desa mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam reformasi dibidang keuangan negara, perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintah yang transparan dan akuntabel menjadi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 737 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinci5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENETAPAN BESARAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA BAGI
Lebih terperinciUniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
Pelatihan Dan Pendampingan Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Serta Laporan Keuangan Desa Untuk Pertanggungjawaban Dan Pelaporan Perangkat Desa Pada Desa Di Kecamatan Busungbiu Ni Luh Gede Erni
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau village diartikan sebagai a groups of hauses or shops in a country area,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Desa Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,
Lebih terperinciABSTRACT. perseptions taxpayer, knowledge taxpayer, sanctions land and building tax, and obedience to pay in land and building tax.
ABSTRACT This study aims to analyze the factors that affect the taxpayer awareness of land and building tax towards obedience to pay in land and building tax at Nyengseret Village. Samples in this study
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017
BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci(Studi pada SKPD Kabupaten Pati)
Pengaruh Kejelasan Tujuan, Gaya Kepemimpinan, Kinerja Keuangan Pemerintah dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi pada SKPD Kabupaten Pati) Skripsi ini
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.
Judul : Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Individu dengan Motivasi Kerja sebagai Pemoderasi (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG
-1- BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA KEPADA DESA
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA KEPADA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR :11 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR :11 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARAPENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN ALOKASI DANA DESA (ADD)YANG BERSUMBER DARIANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan
Lebih terperinciPENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. INTRACO ADHITAMA SURABAYA SKRIPSI
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. INTRACO ADHITAMA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Oleh : ANDRIE KUSUMA WARDHANI 0513010019 / FE /
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang Mengingat BUPATI GARUT,
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Leadership style, financial compensantion, and employee performance. viii
ABSTRACT Employee performance variable (Y) is an important aspect in an organization, because it can determine the capability, productivity and service levels that can in target them. Leadership style
Lebih terperinciSkripsi Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial
Skripsi Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Kota Semarang) Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi dalam keuangan negara. Sejak disahkannya UU No 22 tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dampak adanya otonomi daerah di Indonesia adalah terjadinya reformasi dalam keuangan negara. Sejak disahkannya UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciBUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinci