Eksplorasi Pembandingan Karakteristik Termal Ruang Dalam Bangunan Tradisional Raja Thie Dan Limbadale Di Kabupaten Rote Ndao

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Eksplorasi Pembandingan Karakteristik Termal Ruang Dalam Bangunan Tradisional Raja Thie Dan Limbadale Di Kabupaten Rote Ndao"

Transkripsi

1 Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Eksplorasi Pembandingan Karakteristik Termal Ruang Dalam Bangunan Tradisional Raja Thie Dan Limbadale Di Kabupaten Rote Ndao Desak Putu Damayanti (1), I Ketut Suwantara (2) (1) Peneliti Pertama Balai Pengembangan Teknologi Pebangunanan Tradisional Denpasar, Puslitbang Permukiman Kementerian PU. (2) Peneliti Pertama Balai Pengembangan Teknologi Pebangunanan Tradisional Denpasar, Puslitbang Permukiman Kementerian PU. Abstrak Kajian termal untuk daerah iklim tropis lembab membuktikan bahwa selubung bangunan memegang peran vital untuk pengendalian termal dalam bangunan (pengendalian pasif). Mengacu pada hal tersebut, maka tulisan ini bertujuan untuk menganalisa sejauh mana kinerja selubung bangunan tradisional Limbadale dan Raja Thie, Kabupaten Rote Ndao-Provinsi NTT dalam mengendalikan pengaruh iklim terhadap kondisi termal dalam bangunan. Mengingat bahwa karakter iklim di setiap lokasi adalah berbeda, serta tidak ada satu sistem bangunan yang dapat berkerja dengan baik (kinerja termal) di lokasi yang berbeda-beda. Sebagai penelitian eksplorasi, maka pengukuran lapangan terfokus pada parameter iklim (suhu selubung bangunan dan suhu ruang bangunan) selama 3x24 jam pada kondisi saat suhu sedang tinggi (bulan April). Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kinerja 2 buah bangunan berbeda fasade (Bangunan Raja Thie dan Limbadale), dengan melihat karakter kondisi ruang dalam yang tercipta. Diperoleh hasil bahwa kinerja atap bangunan memang memberikan pengaruh yang lebih signifikan dalam membentuk kondisi termal ruang dalam bangunan dibandingkan kinerja dinding dengan selisih hingga.51 o C. Kata Kunci : Rote Ndao, Kondisi termal, Komparasi Keberpihakan pada Perancangan Pasif Manusia sebagai penghuni bangunan, umumnya menginginkan agar kondisi di dalam ruang nyaman digunakan sesuai aktivitasnya. Faktor luar yang mempengaruhi kondisi tersebut meliputi suhu, kelembapan udara, kecepatan angin, hingga radiasi/tingkat penyinaran. Jika kondisi di luar sangat menyimpang, maka diperlukan usaha yang lebih besar untuk mengendalikan pengaruhnya terhadap kondisi di dalam bangunan. Usaha pengendalian yang saat ini marak dilakukan adalah dengan pengendalian aktif, salah satunya dengan penggunaan Air Conditioner. Maraknya pengendalian aktif, lebih dikarenakan oleh tingkat kepraktisannya, karena dengan penggunaan AC maka satu sistem bangunan akan menghasilkan kondisi termal ruang yang nyaman menurut penghuni, tanpa terikat pada kondisi iklim makro sekitar. Fenomena ini pada akhirnya memberi dampak negatif terhadap lingkungan secara global yang memicu terjadinya pemanasan global (Global Warming). Karena secara alami idealnya adalah satu sistem bangunan hanya akan bekerja dengan baik pada lokasi tertentu, sedangkan modernisasi identik dengan kepraktisan daripada harus penyesuaian sistem rancang bangun terhadap iklim. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli 213 5

2 Penguasaan Teknologi struktur dan konstruksi Rumah Tradisional Manggarai Sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. Di sisi lain pengendalian pasif yang terfokus pada konsep perancangan banguanan, semakin terpinggirkan. Pengendalian pasif merupangan setingan rancang bangunan dengan mempertimbangkan faktor iklim, sifat fisika bahan bangunan, dan variabel perancangan bangunan lainnya (Soegijanto, 1999a). Kondisi seimbang ini merupakan hubungan saling keterkaitan built environment dan alam yang sejalan dengan lokalitas dan sejarah (Broomberek, 2). Ekspresi hubungan yang ideal antara sistem rancang bangunan dengan lingkungan yang natural terwujud pada bangunan tradisional (Santosa, 21). Penelitian terkait karakteristik termal bangunan tradisional pun masih jarang dilakukan. Bahakan umunya hanya terfokus pada keberterimaan termal penghuni, dan belum membahas lebih jauh tentang bagianbagian dari suatu sistem bangunan yang berpengaruh terhadap kondisi termal di dalam bangunan. Sehingga penelitian ini menjadi sangat menarik karena terfokus pada pembahasan bagaimana karakteristik termal bangunan tradisional di Kabupaten Rote Ndao (Bangunan Raja Thie dan Limbadale), dilihat dari kinerja selubung bangunannya. Temuan penelitian ini idealnya dapat dijadikan dasar modifikasi pada desain perancangan pasif pada bangunan modern. Pengumpulan Data Perubahan temperatur bahan selubung didapat dari selisih suhu selubung bagian luar dan dalam (misalnya suhu atap bagian luar dan bagian dalam), yang diukur dengan meletakkan sensor Termokopel tipe T pada bahan bangunan. Suhu luar suhu dalam dan luar ruangan yang menjadi fokus pengukuran, diukur secara bersamaan selama 3x24 jam dengan rentang waktu pengukuran-nya adalah 1 jam. Alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) QUESTemp 34, alat ini digunakan untuk mengukur Globe Temperature (T globe ), Suhu udara/dbt (Dry Bulb Temperature), Suhu bola basah/wbt (Wet Bulb Temperature), data Kelembaban udara (RH). Alat ukur tersebut dapat mengukur besaran-besaran di atas sekaligus. Data yang diperoleh berupa data digital (Gambar 1a). b) Data Logger, data Logger yang digunakan untuk akuisisi data adalah MEMORY HiLOGGER dari HIOKI (Gambar 1b). Data yang diperoleh berupa angkaangka per-satuan, atau berupa grafik temperatur per satuan waktu (sesuai dengan setting). Metode Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dan komparasi (Experimental and comparation research). Metode komparasi adalah suatu penyelidikan yang dilaksanakan dengan meneliti hubungan dari fenomena sejenis dengan menunjukkan unsur-unsur perbedaan dan persamaannya (Winarno, 199). Variabel yang dikomparasi adalah : a) Kondisi termal ruang dalam kedua bangunan sebagai refleksi perambatan panas akibat suhu luar bangunan. b) Kinerja bahan sulubung atap kedua bangunan a) b) Gambar 1. Alat ukur : a) Questemp 34; b) Hilogger Pengolahan Data Data hasil pengukuran disusun dan diolah untuk mendapatkan tren kinerja selubung masing-masing bangunan. Pengolahan data dilakukan dengan mencari rata-rata suhu, maksimum, dan minimum. Time lag dianalisis dengan menghitung jeda waktu suhu maksimum sisi dalam bahan kembali pada 51 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli 213

3 suhu yang normal. Sedangkan decrement factor (µ) dicari dengan membandingkan temperatur luar relatif terhadap temperatur rata-rata ( t pi max) dengan temperatur maksimum permukaan dalam relatif terhadap temperatur rata-rata ( t po max) (Soegijanto, 1999b). Analisa Data Hasil pengolahan data kemudian dideskripsikan dengan membandingkan suhu dalam dengan luar ruangan, sehingga diperoleh pengaruh suhu luar terhadap suhu dalam ruangan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa analisa data difokuskan untuk membandingkan kinerja selubung bangunan terhadap suhu ruang yang tercipta. Analisa kinerja selubung dilihat besarnya time lag yang terjadi, dibandingkan dengan suhu ruang yang tercipta. Selain itu juga perlu di membandingkan faktor pengurangan (decrement factor) kedua bangunan. Perbandingan mengenai decrement factor kedua bangunan merupakan deskripsi bagaimana kondisi kinerja selubung bangunan terhadap suhu udara di dalam ruangan. Kajian teori Kondisi Termal Dalam Bangunan 54% waktu dalam setahun merupakan waktu dimana bangunan di iklim tropis harus menanggung beban termal untuk pendinginan, dan 28% untuk menghangatkan bangunan. Pendinginan dengan pengendalian pasif mampu meminimalkan aliran panas yang masuk ke dalam bangunan, sisa panas yang harus dikurangi dapat dikeluarkan melalui pergantian udara. Hal ini dikarenakan karakteristik iklim tropis yang umumnya memiliki kelembaban (RH) yang tinggi, T globe yang juga tinggi, sedangkan kecepatan angin (V a ) rendah (Szokolay, 1981a). Usaha pengendalian pasif memang tidak dapat selalu diharapkan dapat menghasilkan kondisi termal dalam bangunan sesuai yang diinginkan sepanjang hari. Dimana pengendalian pasif disini adalah pengendalian yang menggunakan bangunannya sendiri dalam menghasilkan Desak Putu Damayanti kondisi ruang dalam yang diinginkan. Pengendalian pasif sangat bergantung pada elemen bangunan dan lingkungan sekitar (Soegijanto, 1999c). Maka kondisi termal di dalam bangunan sangat ditentukan oleh kinerja termal dari bangunan tersebut, salah satunya adalah kinerja selubung bangunan. Kajian penelitian sebelumnya sudah membuktikan bahwa kinerja selubung pada bangunan tradisional memegang peran penting dalam mewujudkan pengkondisian ruang dlaam. Hunian tradisional Toraja dan Minangkabau bentuk dan konstruksi atapnya mampu menerima dan menahan panas > 6% total panas yang diterima bangunan (Santosa, 2) Aliran Panas Periodik Aliran panas yang dimaksud adalah aliran panas yang masuk atau keluar ruangan. Dimana perubahannya rata-rata menunjukkan pengulangan secara periodik dalam waktu 24 jam. Dimana dalam waktu 24 jam terjadi aliran panas ke dalam bangunan pada siang hari dan ke luar bangunan pada malam hari. Pada bangunan, aliran panas yang masuk dan keluar secara konduksi melalui selubung bangunan dapat dipantau dari perubahan temperatur bahan selubung. Bahan selubung utama pada bangunan tradisional didominasi oleh atap bangunan dan kini dilengkapi oleh dinding. Kajian terdahulu membuktikan bahwa atap merupakan komponen utama bangunan dalam mewujudkan pendinginan pasif (Malama and Sharples, 1996). Perambatan panas tersebut tentu tidak terjadi secara bersamaan, melainkan memerlukan waktu rambat tertentu (waktu tunda / time lag) karena massa termal bahan selubung (jenis, tebal, konduktivitas). Dimana semakin tebal dan resistif suatu bahan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk merambatkan panas/kalor. Lamanya time lag mengakibatkan terjadinya pengurangan temperatur selama masa perambatan. Untuk mengetahui time lag bahan selubung bangunan menggunakan pendekatan selisih antara suhu maksimum permukaan luar bahan dengan suhu Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli

4 Penguasaan Teknologi struktur dan konstruksi Rumah Tradisional Manggarai Sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. maksimum permukaan dalam dengan pendekatan fungsi sinusoida seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4 (Suwantara, dkk, 212) kemiringan atap 45. Karakteristik rumah Raja Thie terlihat pada Gambar 2 dan Tabel 1. To : Suhu luar Ti: Suhu dalam a) B Gambar 1. Grafik untuk mengukur Time Lag bahan Sumber : ermal/buildings/ RUANG TIDUR UTAMA +.2 Selain melihat lamanya waktu rambat tertentu (waktu tunda / time lag) karena massa termal bahan, perlu juga melihat faktor pengurangannya (decrement factor). Faktor pengurangan adalah perbandingan antara selisih temperatur maksimum permukaan dalam relatif terhadap temperatur rata-rata ( t pi.max ) dengan selisih temperatur maksimum permukaan luar relatif terhadap temperatur rata-rata ( t po.max ). Besarnya faktor pengurangan dipengaruhi oleh konduktifitas bahan, tebal bahan, dan kepadatan massa tersebut (Szokolay, 1981b). Bangunan Tradisional Raja Thie Arsitektur rote merupakan salah satu dari 1 (sepuluh) ragam arsitektur NTT (Suprijanto, dkk, 21). Penelitian ini mengambil 2 (dua) objek bangunan yaitu Rumah Adat Raja Thie rumah Limbadale. Rumah Raja Thie terletak pada koordinat LS dan 122 o BT. Rumah Adat Raja Thie terletak di atas perbukitan, pinggir jalan raya dengan ketinggian 11 meter dpl. Secara administrasi Rumah Adat Raja Thie ini termasuk kedalam wilayah Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat daya. Rumah Limbadale merupakan bangunan panggung 3 lantai dengan luasan 3 m2, dan 53 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli 213 A U 1-6 KOLONG +.2 RUANG KELUARGA +.2 RUANG TAMU +.2 RUANG TIDUR B b) Gambar 2. Bangunan Tradisional Raja Thie: a) Fasade; b) Denah Tabel 1. Bahan bangunan yang digunakan Rumah Raja Thie Kompo nen Atap Dinding Lantai Bahan Alangalang Papan jati tebal 3-5 cm Papan jati tebal 3-5 cm Konduktivitas (W/m K) Alang-alang Bangunan Tradisional Limbadale TERAS A Resistivitas (cm C/W) Alang-alang ,6 656,6 Rumah Tradisional Limbadale terletak pada koordinat 1º5,38 LS dan 122º58,4 BT dengan ketinggian 117 meter dpl. Secara administratif, Rumah Adat Limbadale terletak

5 di Desa Meoain, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao. Rumah Limbadale merupakan bangunan panggung 2 lantai dengan luasan 86 m 2, dan kemiringan atap 45. Karakteristik rumah Limbadale terlihat pada Gambar 3 dan Tabel 2. Desak Putu Damayanti Terdapat perbedaan signifikan pada luasan ruang. Dimana perbandingan luasan ruang bangunan Limbadale dan Raja Thie adalah 4:1. Artinya bangunan Raja Thie memiliki luasan hampir 4x luasan bangunan Limbadale. Penggunaan bahan juga berbeda pada bagian penutup atap. Hal ini akan menjadi input data dalam analisa data di lapangan. Data Iklim Kabupaten Rote Ndao a) Data iklim di Kabupaten Rote Ndao digunakan untuk mengetahui gambaran umum dari kondisi makro di lingkungan objek penelitian (BMKG, 212). Data yaang dijadikan acuan yaitu data penyinaran matahari dan data rataan suhu makro (Gambar 4 dan 5). Max B 153 A 2-12 A Min UMA DULU +.75 UMA DULU UP RAO DALE Gambar 4. Fluktuasi penyinaran matahari di rote Ndao 1 tahun terakhir U DENAH LANTAI 1 B Max SKALA 1 : 1 b) Min Gambar 3. Bangunan Tradisional Limbadale: a) Fasade; b) Denah Tabel 2. Bahan bangunan yang digunakan Rumah Limbadale Kompo nen Atap Dinding Lantai Bahan Daun Lontar (2-3 cm) Papan jati tebal 3-5 cm Papan jati tebal 3-5 cm Konduktivitas (W/mK) Daun Lontar Resistivitas (cm C/W) Daun Lontar ,6 656,6 Sumber : Balai PTPT DPS, 212 (tidak diterbitkan) Gambar 5. Fluktuasi suhu makro di rote Ndao 1 tahun terakhir Dari data iklim pada Gambar 4 dan 5 terlihat bahwa meskipun intensitas penyinaran tertinggi terjadi pada pertengahan tahun, namun suhu mengalami kenaikan signifikan dari bulan November hingga April. Penelitian ini idealnya melakukan pengukuran di waktuwaktu dimana suhu makro sedang berada pada suhu tinggi (bulan ke-11). Namun pada Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli

6 Penguasaan Teknologi struktur dan konstruksi Rumah Tradisional Manggarai Sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. waktu tersebut curah hujan juga sedang tinggi, sehingga menghalangi proses penyebrangan laut dan udara jika dilakukan survey lapangan. Sehingga survey lapangan pada penelitian ini dilakukan pada bulan April disamping karena masuk dalam rentang waktu bulan dengan suhu yang mulai hangat (27,4 ) juga dengan tingkat penyinaran 76,4%. Selain atap juga dilakukan pengukuran pada dinding bangunan (Gambar 7). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Termal Bangunan Raja Thie Pengolahan data dengan menggunakan HiLoger untuk pengukuran kinerja atap bangunan pada bangunan Raja Thie menunjukkan hasil seperti pada Gambar 6. Gambar 6. Kinerja atap Raja Thie Dari Gambar 5 terlihat bahwa kinerja atap rumah Limbadale dapat menghangatkan suhu,2 C pada siang hari (14 jam) dan mampu mendinginkan pada malam hari sebesar,3 C (1 jam). Sehingga jika dirata-ratakan maka kinerja atap rumah Limbadale dapat menghangatkan suhu,2 C pada siang hari (14 jam) dan mampu mendinginkan pada malam hari sebesar,3 C (1 jam). Time lag bahan adalah, dimana suhu tertinggi atap bagian dalam dan suhu tertinggi atap bagian luar terjadi pada waktu yang bersamaan. Sedangkan decrement factor (µ) pada atap berbahan alang-alang dengan konduktivitas sebesar,38 W/m K adalah : µ atap = ( t pi max ) / ( t po max ) = (28,25-26,57) / (29,1-26,76) =,75 Gambar 7. Kinerja dinding Raja Thie Dari Gambar 7 terlihat bahwa kinerja dinding bagian dalam baik dinding sebelah Barat maupun untuk dinding sebelah Timur, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun secara keseluruhan kinerja dinding rumah Raja Thie hanya mampu menghangatkan suhu.4 C pada siang hari (13,5 jam) dan mampu mendinginkan pada malam hari sebesar,4 C (1,5 jam). Time lag bahan sebesar 4 jam, Sedangkan decrement factor (µ) pada dinding berbahan papan jati dengan konduktivitas sebesar,153 W/m K adalah : µ dinding = ( t pi max ) / ( t po max ) = (28,31 26,86) / (28,43 26,88) =,93 Kondisi ruang dalam sebagai pengaruh dari kinerja atap dan dinding bangunan terlihat pada Gambar ) ( C u 27 h S u : : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : : : : : : : : : : : : : : : : : : Waktu pengukuran (Pukul - ) Udara luar Udara dalam Gambar 8. Komparasi suhu luar dan dalam bangunan Raja Thie 55 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli 213

7 Dari gambar 8, terlihat fluktuasi yang menonjol antara suhu udara dalam dan suhu udara luar. Jika dirata-ratakan maka kinerja bangunan mampu menghangatkan 1 C dibandingkan udara luar selama 6 jam dan lebih rendah,75 C dibandingkan udara luar selama 12 jam. Waktu pendinginan lebih panjang dibandingkan waktu untuk menghangatkan ruang dalam. Karakteristik Termal Bangunan Limbadale Kinerja atap bangunan Limbadale terlihat pada Gambar 9. Gambar 9. Kinerja atap Limbadale Dari Gambar 9 terlihat bahwa kinerja atap menunjukkan selisih yang lebih besar antara suhu atap bagian luar dengan suhu atap bagian dalam pada waktu suhu puncak, dibandingkan dengan kinerja atap bagian Timur. Namun secara keseluruhan kinerja atap rumah Limbadale dapat menghangatkan suhu,78 C pada siang hari (22 jam) dan mampu mendinginkan pada malam hari sebesar,72 C (2 jam). Time lag bahan sebesar 1 jam, sedangkan decrement factor (µ) pada atap berbahan daun lontar dengan konduktivitas sebesar,153 W/m K adalah : Gambar 1. Kinerja dinding Limbadale Desak Putu Damayanti Dari Gambar 1 terlihat bahwa kinerja dinding bagian dalam baik dinding sebelah Barat maupun untuk dinding sebelah Timur, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun secara keseluruhan kinerja dinding dapat menghangatkan suhu,12 C pada siang hari (16 jam) dan mampu mendinginkan pada malam hari sebesar,14 C (8 jam). Time lag bahan sebesar 1 jam, sedangkan pengukuran decrement factor (µ) pada dinding berbahan papan jati dengan konduktivitas sebesar,153 W/m K adalah : µ dinding = ( t pi max ) / ( t po max ) = (26,77 26,23) (26,92 26,35) =,94 Kondisi ruang dalam sebagai pengaruh dari kinerja atap dan dinding bangunan terlihat pada Gambar 11. µ atap = ( t pi max ) / ( t po max ) = (26,55 26,15) (27,31 25,77) =,26 Sedangkan kinerja dinding terlihat pada Gambar 1. Gambar 11. Komparasi suhu luar dan dalam bangunan Limbadale Dari gambar 11, tidak terlihat fluktuasi yang menonjol antara suhu udara dalam dan suhu udara luar. Jika dirata-ratakan maka kinerja bangunan mampu menghangatkan,23 C Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli

8 Penguasaan Teknologi struktur dan konstruksi Rumah Tradisional Manggarai Sebagai Kunci Keberhasilan Kegiatan Pelestariannya. dibandingkan udara luar selama 6 jam dan mendinginkan,25 C dibandingkan udara luar selama 18 jam. Waktu pendinginan lebih pendek dibandingkan waktu untuk menghangatkan ruang dalam. Pembahasan Jika dilihat dari komparasi tersebut waktu pendinginan pada bangunan Raja Thie hanya berlangsung selama 6 jam, sedangkan waktu pendinginan pada bangunan Limbadale terjadi selama 18 jam. Hal ini menjadi indikator bahwa meskipun penurunan suhu di rumah Limbadale tidak sebesar bangunan Raja Thie, namun rentang penurunan suhu terjadi selama 18 jam (3/4 hari). Sesuai dengan kajian teori, bahwa bangunan iklim tropis sudah seyogyanya harus bekerja lebih lama untuk mendinginkan bangunan terlepas dari seberapa besar derajat pendinginannya. Jadi lebih lama waktu pendinginan maka akan lebih baik, meskipun besaran selisih suhunya kecil. Disamping itu, hasil komparasi decrement factor (µ) antara 2 (dua) objek tersebut terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bahan bangunan yang digunakan Rumah Limbadale Bangunan Penutup Atap Dinding Raja Thie Limbadale Berbahan alangalang µ =,75 Time lag = jam Berbahan daun lontar µ =,26 Time lag = 1 jam Berbahan papan jati µ =,93 Time lag = 4 jam Berbahan papan jati µ =,94 Time lag = 1 jam Dari hasil pada Tabel 3 terlihat bahwa faktor pengurangan bahan penutup atap umumnya lebih kecil dibanding bahan dinding. Semakin kecil faktor pengurang maka indikasinya adalah semakin baik. Dimana kecilnya faktor pengurang menujukkan suhu relatif ruang dalam lebih kecil dibandingkan suhu relatif ruang luar. Selisih perbandingan tersebut merupakan hasil kinerja bahan selubung. Maka dapat dikatakan bahan penutup atap 57 Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli 213 bekerja lebih baik daripada bahan dinding dalam pengurangan panas. Namun jika dilihat lebih detail lagi, kinerja daun lontar pada rumah Limbadale bekerja lebih baik dibandingkan alang-alang sebagai penutup atap rumah Raja Thie. Aspek lain yang mempengaruhi pengkondisian ruang dalam yaitu bukaan/ventilasi. Dari hasil pengukuran masih sebatas menemukan bahwa bukaan kedua bangunan berkisar 1-2% luasan dinding (Balai PTPT DPS, 212). Dimana kajian ini terbatas hanya mengkaji tentang pengaruh kinerja selubung bangunan. Kesimpulan Dan Saran Dari hasil penelitian didapat bahwa kinerja atap kedua bangunan lebih besar pengaruhnya terhadap pembentuhan suhu ruang dalam bangunan, dibandingkan kinerja dinding bangunan. Dibandingkan bangunan Raja Thie, maka kinerja bangunan Limbadale dapat dikatakan lebih baik jika dilihat dari hasil analisa yang didapat. Hal ini membuktikan bahwa kinerja selubung bangunan dapat dijadikan salah satu indikator dalam menganalisa kinerja bangunan tersebut. Kinerja selubung bangunan sangat erat kaitannya dengan bahan yang digunakan. Ditemukan bahwa kinerja daun lontar sebagai penutup atap rumah Limbadale bekerja lebih baik daripada alang-alang sebagai penutup atap rumah Raja Thie. Hasil penelitian ini akan lebih baik jika diperdalam pada studi tentang pengaruh aspek ventilasi dalam bangunan. Bantuan simulasi terkait pengukuran termal ruang maupun pengaruh bukaan ruang akan lebih menajamkan kajian lanjutannya. Sehingga kajian awal ini dapat dijadikan dasar untuk meneliti lebih jauh tentang pengembangan maupun rekayasa bahan baru yang dapat diterima masyarakat saat ini, namun memiliki kinerja selayaknya material alam. Ucapan Terima Kasih Ucapkan terima kasih disampaikan kepada Balai PTPT Denpasar - Pusat Penelitian dan

9 Pengembangan Permukiman - Kementerian Pekerjaan Umum yang telah membiayai penelitian ini dengan sumber dana dari APBN Tahun Anggaran 212. Ucapkan terima kasih disampaikan kepada Bapak Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D, Lab. Sains Bangunan ITS sebagai narasumber kegiatan penelitian ini, yang telah dengan sabar membimbing selama pelaksanaannya. Daftar Pustaka Soegijanto, Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau dari Aspek Fisika Bangunan, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Hal : 2;124) Broomberek, ZA. Question of Sustainability Tourist Resort In The Tropics. In Santosa Proceedings International Seminar On Sustainable Environment Architecture (SENVAR - 2) ITS, Surabaya. Santosa, Mas. 21. Harmoni di Lingkungan Tropis Lembab : Keberhasilan Bangunan Kolonial. Jurnal Dimensi Teknis Arsitektur, Vol. 29, No.1 ( hp/ars) Szokolay, SV Cooling Problems and Responses in Predominantly Overheat Region in Bowen. International Passive and Hybrid Cooling Conference. Miami Beach, Florida. American Section of The International Solar Energy Conference. Santosa, Mas Environmentally Responsible Architecture : The Intelegent of Traditional Buildings in Hot Humid of Indonesia. The First International Symposium on Asia Pasific Architecture. The East West Encounter, March. Honolulu, The University of Hawaii at Manoa. Malama, A and Sharples. S Thermal and econmic implications of passive cooling strategies in low cost housing in tropical upland climate. Architecture Science Review, Vol. 39. No. 2; hal Suwantara, I Ketut, Desak Putu Damayanti, dan Iwan Suprijanto Karakteristik Termal Pada Uma Lengge Di Desa Mbawa Nusa Tenggara Barat. DIMENSI (Journal of Desak Putu Damayanti Architecture and Built Environment), Vol. 39, No. 1, July 212, mal/buildings/building_fabric/ Suprijanto, Iwan, Deak Putu Damayanti, Muhajirin. 21. Inventarisasi Dan Identifikasi Desa-Desa Tradisional Indonesia Dalam Siati (Sistem Informasi Arsitektur Tradisional Indonesia), Proseding Kolokium 21, Puslitbang Permukiman. Bandung Balai PTPT DPS, 212. Laporan Survey Lapangan Kajian Karakteristik Termal Arsitektur Rote, Provinsi NTT (Intern report). Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum. Tidak diterbitkan. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol.2 No.2 Juli

KARAKTERISTIK TERMAL PADA UMA LENGGE DI DESA MBAWA NUSA TENGGARA BARAT

KARAKTERISTIK TERMAL PADA UMA LENGGE DI DESA MBAWA NUSA TENGGARA BARAT DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), Vol. 39, No. 1, July 2012, 5-14 ISSN 0126-219X KARAKTERISTIK TERMAL PADA UMA LENGGE DI DESA MBAWA NUSA TENGGARA BARAT SUWANTARA, I Ketut 1, DAMAYANTI,

Lebih terperinci

KINERJA TERMAL RUMAH TRADISIONAL UMA KBUBU THERMAL PERFORMANCE OF TRADITIONAL HOUSE UMA KBUBU

KINERJA TERMAL RUMAH TRADISIONAL UMA KBUBU THERMAL PERFORMANCE OF TRADITIONAL HOUSE UMA KBUBU KINERJA TERMAL RUMAH TRADISIONAL UMA KBUBU THERMAL PERFORMANCE OF TRADITIONAL HOUSE UMA KBUBU Rini Nugrahaeni dan I Ketut Suwantara Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar Puslitbang

Lebih terperinci

Diterima : 10 Oktober 2012; Disetujui : 15 Juli 2013

Diterima : 10 Oktober 2012; Disetujui : 15 Juli 2013 Kinerja Termal pada Rumah (I Ketut Suwantara, Desak Putu Damayanti) KINERJA TERMAL PADA RUMAH TRADISIONAL SAO RIA DI DESA NGALUPOLO DAN NGGELA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT) Thermal Performance of

Lebih terperinci

Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya

Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya Arsitektur Nusantara yang Tanggap Iklim: Paradigma dalam Penentuan Potensi Keberlanjutannya Jurnal Sumber: Nur Endah Nuffida Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, Jurusan Arsitektur nuffida@arch.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA (Studi kasus Tongkonan dengan material atap Seng) Muchlis Alahudin E-mail: muchlisalahudin@yahoo.co.id Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat di garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Dipengaruhi letaknya ini, matahari

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD Suhendri, M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB

PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB UJIAN TESIS PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB HATIFAH 3211 204 702 DOSEN PEMBIMBING Ir. I Gusti Ngurah Antaryama,

Lebih terperinci

KINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI

KINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI KINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI P. Jhon Alfred D.D 1, I Gusti Ngurah Antaryama 2, Sri Nastiti N.E 3 1. Program Studi Arsitektur, Universitas Flores, Ende

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA TERMAL BANGUNAN RUMAH TINGGAL PEDESAAN

OPTIMASI KINERJA TERMAL BANGUNAN RUMAH TINGGAL PEDESAAN OPTIMASI KINERJA TERMAL BANGUNAN RUMAH TINGGAL PEDESAAN FX Teddy Badai Samodra Arsitektur Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: fxteddybs@plasa.com

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai kerangka pemikiran dari studi ini, metode dan pelaksanaan penelitian, Penetapan lokasi penelitian, rumah uji, penentuan variable penelitian, Pengujian

Lebih terperinci

Kebijakan Pembangunan Perumahan Dan Dampak Lingkungan Studi kasus: Lingkungan thermal kota Bandung

Kebijakan Pembangunan Perumahan Dan Dampak Lingkungan Studi kasus: Lingkungan thermal kota Bandung Kebijakan Pembangunan Perumahan Dan Dampak Lingkungan Studi kasus: Lingkungan thermal kota Bandung Surjamanto Wonorahardjo, Suwardi Tedja, Dina Olivia, B. Edward KK Teknologi Bangunan Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. RUMAH TINGGAL PERUMAHAN YANG MENGGUNAKAN PENUTUP ATAP MATERIAL GENTENG CISANGKAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. RUMAH TINGGAL PERUMAHAN YANG MENGGUNAKAN PENUTUP ATAP MATERIAL GENTENG CISANGKAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. RUMAH TINGGAL PERUMAHAN YANG MENGGUNAKAN PENUTUP ATAP MATERIAL GENTENG CISANGKAN Perumahan Bukit Rivaria terletak di Sawangan. Perumahan Bukit Rivaria termasuk salah

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA

MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA MENDEFINISIKAN KEMBALI ARSITEKTUR TROPIS DI INDONESIA Tri Harso Karyono Desain Arsitektur, vol. 1, April, 2000, pp.7-8. Satu di antara sederet alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Sebagai langkah awal penelitian, penulis berupaya menelusuri berbagai studi literatur yang terkait dengan hal yang akan diteliti, yaitu mengenai atap.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR

KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR KENYAMANAN TERMAL ADAPTIF PADA RUMAH TRADISIONAL SAO PU U DI KAMPUNG WOGO, NUSA TENGGARA TIMUR ADAPTIVE THERMAL COMFORT ON SAO PU U TRADITIONAL HOUSE IN WOGO VILLAGE, EAST NUSA TENGGARA I Ketut Suwantara,

Lebih terperinci

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB

STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB H.1 STUDI FASADE RUMAH SUSUN UNTUK OPTIMASI ENERGI ALAM PADA BANGUNAN DI TROPIS LEMBAB Mufidah *, Farida Murti, Benny Bintarjo DH, Hanny Chandra Pratama, Yunantyo Tri Putranto Prodi Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual,

Lebih terperinci

MODEL VENTILASI ATAP PADA PENGEMBANGAN RUMAH SEDERHANA DI LINGKUNGAN BERKEPADATAN TINGGI

MODEL VENTILASI ATAP PADA PENGEMBANGAN RUMAH SEDERHANA DI LINGKUNGAN BERKEPADATAN TINGGI Model Ventilasi Atap pada Pengembangan Rumah Sederhana... (Sukawi dkk.) MODEL VENTILASI ATAP PADA PENGEMBANGAN RUMAH SEDERHANA DI LINGKUNGAN BERKEPADATAN TINGGI Sukawi 1*, Agung Dwiyanto 1, Gagoek Hardiman

Lebih terperinci

Foam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal Pada Rumah Hunian

Foam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal Pada Rumah Hunian Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2015 Foam Concrete Sebagai Alternatif Material Dinding Terkait Perencanaan Kenyamanan Termal

Lebih terperinci

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan Variasi bahan dan warna atap bangunan untuk Menurunkan Temperatur Ruangan akibat Pemanasan Global Nasrul Ilminnafik 1, a *, Digdo L.S. 2,b, Hary Sutjahjono 3,c, Ade Ansyori M.M. 4,d dan Erfani M 5,e 1,2,3,4,5

Lebih terperinci

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney Moch Fathoni Setiawan (1), Eko Budi Santoso (1), Husni Dermawan (1)

Lebih terperinci

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone Sofyan Surya Atmaja, Agung Murti Nugroho, Subhan Ramdlani

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN FX Teddy Badai Samodra Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: franxatebas@yahoo.com Abstrak Aplikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati

SOLAR ENVELOPE Lingkungan Penerangan Ernaning Setiyowati Kompleks bangunan ini adalah kompleks perumahan modern yang menawarkan konsep desain minimalis. Antar unit bangunannya tidak memiliki jarak sama sekali. Open space yang ada hanyalah pada halaman depan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam

Lebih terperinci

KEPADATAN BANGUNAN TERHADAP

KEPADATAN BANGUNAN TERHADAP PENGARUH TATA LETAK MASSA DAN KEPADATAN BANGUNAN TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI PADA PERMUKIMAN NELAYAN Studi dikasus : Cumpat dan Greges Barat Krisna Dwi Handayani 320 820 4005 DOSEN PEMBIMBING Ir. I Gusti

Lebih terperinci

Mahasiswa Tri Woro Setiati / Dosen Pembimbing Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, PhD Dr.Eng.Ir.Dipl-Ing. Sri Nastiti N Ekasiwi, MT

Mahasiswa Tri Woro Setiati / Dosen Pembimbing Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, PhD Dr.Eng.Ir.Dipl-Ing. Sri Nastiti N Ekasiwi, MT P O L A P E N ATA A N M A S S A B A N G U N A N T I N G G I U N T U K E F E K T I F I TA S A L I R A N U D A R A P E R K O TA A N D I D A E R A H B E R I K L I M T R O P I S L E M B A B Mahasiswa Tri Woro

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA

PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA PENGARUH LUAS BUKAAN VENTILASI TERHADAP PENGHAWAAN ALAMI DAN KENYAMANAN THERMAL PADA RUMAH TINGGAL HASIL MODIFIKASI DARI RUMAH TRADISIONAL MINAHASA Novan H. Toisi 1 dan Kussoy Wailan John 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS 209 PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Sahabuddin 1, Baharuddin Hamzah 2, Ihsan 2 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Potensi Ventilasi Atap terhadap Pendinginan Pasif Ruangan pada Pengembangan Rumah Sederhana Studi Kasus di Perumnas Sendang Mulyo Semarang

Potensi Ventilasi Atap terhadap Pendinginan Pasif Ruangan pada Pengembangan Rumah Sederhana Studi Kasus di Perumnas Sendang Mulyo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Potensi Ventilasi Atap terhadap Pendinginan Pasif Ruangan pada Pengembangan Rumah Sederhana Studi Kasus di Perumnas Sendang Mulyo Semarang Sukawi (1), Agung Dwiyanto (2), Haryanto

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

KAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim

KAJIAN VENTILASI ATAP RUMAH BERBASIS RUMAH JOGLO MANGKURAT. Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim Mohammad Pranoto S. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim ABSTRACT Thermal comfort is specific issue in damped tropical climate region. It emerged from in this region highly moist

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam kenyamanan penggunaan bangunan tersebut oleh penghuni. Peletakan ventilasi yang baik dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

B A B 1 P E N D A H U L U A N

B A B 1 P E N D A H U L U A N B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fungsi utama dari arsitektur adalah mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsurunsur iklim yang

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

KINERJA SUHU PADA RUMAH TINGGAL KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLESTER

KINERJA SUHU PADA RUMAH TINGGAL KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLESTER KINERJA SUHU PADA RUMAH TINGGAL KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLESTER Aulia Fikriarini Muchlis Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Abstract Every single

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

1 KONDISI IKLIM RATA-RATA DAN ANALISA IKLIM

1 KONDISI IKLIM RATA-RATA DAN ANALISA IKLIM 1 KONDISI IKLIM RATA-RATA DAN ANALISA IKLIM Kota Surabaya terletak antara 7.21 Lintang Selatan sampai dengan 112.54 Bujur Timur. wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m di atas permukaan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS

PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS PEMANFAATAN POTENSI ANGIN BAGI VENTILASI ALAMI GEDUNG BARU FAKULTAS KEDOKTERAN UMS Muhammad Siam Priyono Nugroho 1 1 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya G96 Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya Putu Dera Lesmana Prawibawa dan Happy Ratna Santosa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur http://lasiana.ntt.bmkg.go.id/publikasi/prakiraanmusim-ntt/ Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun

Lebih terperinci

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA

BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN BALAI KOTA SURABYA Diajukan oleh : LUTHFI HARDIANSYAH 0951010022 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2012 Balai Kota Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek BAB I PNDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Seni adalah bagian yang sangat penting dari sebuah kebudayaan yang mana memiliki suatu peran terhadap kondisi mental dan spiritual manusia. Salah satu bentuknya

Lebih terperinci

PENGARUH THERMAL PROPERTIES MATERIAL BATA MERAH DAN BATAKO SEBAGAI DINDING, TERHADAP EFISIEN ENERJI DALAM RUANG DI SURABAYA

PENGARUH THERMAL PROPERTIES MATERIAL BATA MERAH DAN BATAKO SEBAGAI DINDING, TERHADAP EFISIEN ENERJI DALAM RUANG DI SURABAYA PENGARUH THERMAL PROPERTIES MATERIAL BATA MERAH DAN BATAKO SEBAGAI DINDING, TERHADAP EFISIEN ENERJI DALAM RUANG DI SURABAYA V. Totok Noerwasito dan Mas Santosa Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Institut

Lebih terperinci

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor Nasrullah (1), Ramli Rahim (2), Baharuddin (2), Rosady Mulyadi (2), Nurul Jamala (2), Asniawaty Kusno (2) (1) Mahasiswa Pascasarjana,

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Arsitektur Landhuizen sebagai cikal bakal arsitektur Indis...13

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Arsitektur Landhuizen sebagai cikal bakal arsitektur Indis...13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Arsitektur Landhuizen sebagai cikal bakal arsitektur Indis...13 Gambar 2.2. Rumah Indis tipe awal (Indishe Empire Style, 1896)...13 Gambar 2.3. Gambar 2.4. Rumah Indis Tahap Lanjut

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi Penelitian Perkembangan dan pembangunan yang terjadi di perkotaan membuat kawasan kota menjadi semakin padat. Salah satu penyebabnya adalah pertambahan jumlah

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA Lustyyah Ulfa, Ridho

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Data Pengumpulan data di maksudkan untuk mendapatkan gambaran dalam proses perhitungan beban pendingin pada ruang kerja lantai 2, data-data yang di perlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan suhu akibat pemanasan global menjadi faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 28). Isu pemanasan

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal Bab 14 Kenyamanan Termal Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 172 Kenyaman termal Kenyaman termal adalah suatu kondisi yang dinikmati oleh manusia. Faktor-faktor kenyamanan termal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / 3210204003 Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (2013) LATAR BELAKANG 1 Permasalahan

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

ANALISA LUASAN LUBANG VENTILASI FACADE TERHADAP LUASAN LANTAI (Studi Kasus Rumah Susun Sier Dan Rumah Susun Grudo Surabaya)

ANALISA LUASAN LUBANG VENTILASI FACADE TERHADAP LUASAN LANTAI (Studi Kasus Rumah Susun Sier Dan Rumah Susun Grudo Surabaya) JHP17 Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya September 2016, Vol. 01, No. 02, hal 195-208 ANALISA LUASAN LUBANG VENTILASI FACADE TERHADAP LUASAN LANTAI (Studi Kasus Rumah Susun Sier Dan Rumah Susun

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI I. INFORMASI METEOROLOGI I.1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER I.1.1 MONITORING DAN PRAKIRAAN FENOMENA GLOBAL a. ENSO ( La Nina dan El Nino ) Berdasarkan pantauan suhu muka laut di Samudra Pasifik selama bulan

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN Oleh Nur Fitriyani, S.Tr Iwan Munandar S.Tr Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Aji

Lebih terperinci

HARMONI DI LINGKUNGAN TROPIS LEMBAB: KEBERHASILAN BANGUNAN KOLONIAL

HARMONI DI LINGKUNGAN TROPIS LEMBAB: KEBERHASILAN BANGUNAN KOLONIAL HARMONI DI LINGKUNGAN TROPIS LEMBAB: KEBERHASILAN BANGUNAN KOLONIAL Mas Santosa Staf Pengajar Program Pascasarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur FTSP ITS, Surabaya ABSTRAK Interaksi antara phenomena sosio-kultural-pisikal

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bangunan terdiri dari 3 (tiga) pelindung; yaitu atap, dinding, dan lantai. Atap merupakan bagian terpenting pada sebuah bangunan karena atap merupakan bidang yang paling

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci