1 KONDISI IKLIM RATA-RATA DAN ANALISA IKLIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1 KONDISI IKLIM RATA-RATA DAN ANALISA IKLIM"

Transkripsi

1 1 KONDISI IKLIM RATA-RATA DAN ANALISA IKLIM Kota Surabaya terletak antara 7.21 Lintang Selatan sampai dengan Bujur Timur. wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m di atas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian 25-5 m di atas permukaan air laut. Batas wilayah Surabaya: Sebelah Utara : Selat Madura Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo Sebelah Barat : Kabupaten Gresik. Analisa iklim berikut berdasarkan dari data iklim Surabaya tahun 25. Desain Lingkungan Termal 1

2 TEMPERATURE ( o C) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rata2 min max ratarata Table 1. Data temperatur satu tahun temperature bulan min max rata-rata Figure 1. grafik temperatur satu tahun Dari grafik temperature di atas dapat dilihat bahwa kecenderungan temperature tahunan di iklim tropis adalah rata. Temperatur tiap bulannya tidak mengalami fluktuasi yang besar, dengan nilai diurnal 12.58C. Nilai yang kecil bila dibandingkan dengan di iklim yang lain. Pada Bulan Agustus, nilai rata-rata temperaturnya adalah yang paling dingin dibandingkan dengan bulanbulan yang lain dalam satu tahun, yaitu 26.88C. Sedangkan Bulan Oktober dan November tercatat sebagai bulan yang paling panas dalam satu tahun, dengan suhu 28.98C. Tetapi suhu minimum terendah terdapat pada Bulan Juli, yaitu 19.88C, dan suhu maksimum tertinggi terdapat pada Bulan November, yaitu 38C. Dari sini dapat dilihat bahwa Bulan Agustus adalah bulan terdingin, dan Bulan November adalah bulan terpanas. Desain Lingkungan Termal 2

3 KELEMBABAN (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rata2 min max ratarata Table 2. Data kelembaban dalam satu tahun kelembaban 6 4 min max rata-rata bulan Figure 2. Grafik Kelembaban dalam satu tahun Dari data dan grafik Kelembaban di atas, dapat dilihat bahwa kecenderungan kelembaban dalam satu tahun tidak jauh beda dengan temperatur, yaitu rata, tidak mengalami fluktuasi yang berarti. Hal ini terutama dilihat dari kelembaban rata-rata tiap bulan dalam satu tahun. Ratarata kelembaban tertinggi adalah di Bulan Maret, yaitu 83%, sedangkan ratarata kelembaban terendah adalah di Bulan Oktober, yaitu 73.3%. Yang terlihat memiliki fluktuasi yang sedikit lebih besar adalah pada grafik kelembaban minimum, di mana kelembaban terendah terdapat pada Bulan November, yaitu 31%. Sedangkan pada kelembaban maksimum, yang memiliki nilai paling tinggi adalah di Bulan April yang mencapai 1%. Desain Lingkungan Termal 3

4 ANGIN (knot) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rata2 max rata-rata arah utama frekuensi barat laut barat laut barat timur timur timur timur timur timur timur timur timur Table 3. Data angin dalam satu tahun 45 kecepatan angin bulan min max rata-rata Figure 3. Grafik Kecepatan angin dalam satu tahun Kondisi angin tahunan bila dilihat dari kecepatan rata-rata tiap bulan dalam satu tahun, cenderung cukup rata terutama pada Bulan Januari sampai Maret hanya berkisar di 6.1 sampai 6.4 knot, atau 3.5 sampai 3.2 m/s. Memasuki Bulan Mei kecepatan angin bertambah dan mencapai puncaknya pada Bulan Juni, yaitu 1.9 knot atau 5.45 m/s. Sedangkan kecepatan rata-rata angin yang paling rendah adalah pada Bulan November, yaitu sebesar 4.4 knot atau 2.2 m/s. Sedangkan bila diperhatikan pada grafik kecepatan angin maksimum, terdapat fluktuasi yang besar dari kecepatan angin tiap Bulannya kecuali Bulan Oktober sampai Desember. Bahkan terdapat satu kondisi khusus yang terjadi di Bulan April, di mana terdapat hari tertentu yang kondisi anginnya sangat kencang, yaitu mencapai 4 knot, atau 2 m/s. Desain Lingkungan Termal 4

5 LAMA PENYINARAN MATAHARI (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rata2 sunshine duration Table 4. Data lama penyinaran matahari dalam satu tahun 12 1 sunshine duration sunshine duration Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des bulan Figure 4. Grafik lama penyinaran matahari dalam satu tahun Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa lama penyinaran matahari di iklim tropis adalah sepanjang hari, meskipun terdapat bulan-bulan tertentuk yang lama penyinaran mataharinya sedikit terganggu dengan adanya awan, yaitu terjadi di Bulan Desember dan Januari, dengan angka 42.8% dan 45%. Sedangkan durasi penyinaran matahari yang paling lama adalah pada Bulan Agustus dan September, yaitu 95.7% dan 93.8%. Jadi bisa dipastikan bahwa pada Bulan Agustus dan September kondisi langit sangat cerah, hanya sedikit sekali awan yang menutupi. Desain Lingkungan Termal 5

6 CURAH HUJAN Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rata2 hari mm Table 5. Data curah hujan dalam satu tahun curah hujan hari mm 1 5 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des bulan Figure 5. Grafik curah hujan dalam satu tahun Dari grafik curah hujan di atas, dapat dilihat bahwa hujan terjadi hampir sepanjang tahun di iklim tropis. Setiap bulan di tahun 25 terjadi hujan. Hanya 4 bulan dalam satu tahun yang memiliki curah hujan sedikit, yaitu Bulan Agustus sampai November. Curah hujan yang paling sedikit ada pada Bulan Agustus dengan nilai 4.5 mm. Sementara pada bulan-bulan yang lain memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan yang paling tinggi ada pada Bulan Desember dengan nilai 393 mm. Desain Lingkungan Termal 6

7 ANALISA IKLIM SATU TAHUN Gambar di samping adalah temperature kelembaban kecepatan angin bulan bulan bulan 12 1 min max rata-rata min max rata-rata min max rata-rata grafik dari seluruh data iklim yang dibutuhkan untuk memprediksi kondisi lingkungan termal di dalam bangunan. Dari grafik di samping, tercatat Bulan Terdingin adalah Bulan Agustus dengan suhu rata-rata 26.88C dan Bulan terpanas adalah Bulan November dengan suhu ratarata 28.98C. Pada Bulan terdingin yaitu Agustus terdapat potensi dari temperatur itu sendiri yang paling dingin, kelembaban rata-rata, dan kecepatan angin rata-rata. Yang jadi masalah pada bulan ini adalah sunhine duration yang sangat besar, jadi matahari menyinari sepanjang sunshine duration sunshine duration hari hampir tanpa awan, bangunan terkena radiasi yang cukup besar. 2 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des bulan Curah hujan yang sedikit juga menjadi masalah di bulan ini Dengan sinar matahari yang tinggi curah hujan hari mm dan curah hujan yang sedikit, akan menyebabkan keadaan iklim di luar 1 5 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des bulan bangunan panas dan kering. Panas dalam hal ini adalah panas dari radiasi sinar matahari langsung, Figure 6. Grafik iklim dalam satu tahun untuk temperatur udaranya, Bulan Agustus adalah yang paling dingin dan paling nyaman. Desain Lingkungan Termal 7

8 Untuk bulan yang paling panas adalah Bulan November. Masalah yang ada pada bulan ini adalah temperatur udaranya yang tinggi, kecepatan angin rendah, sunshine duration yang masih tinggi, dan curah hujan yang rendah. Potensi yang ada pada bulan ini hanyalah terletak pada kelembabannya yang rendah. Untuk sunshine duration memang masih lebih rendah dan curah hujan masih lebih tinggi daripada Bulan Agustus. Hanya saja, dalam hitungan satu tahun, sunshine duration masih tinggi, dan curah hujan masih sangat rendah. Yang dirasakan di Bulan ini adalah suhu yang tinggi, radiasi matahari yang tinggi, kondisinya kering karena jarang hujan, dan kecepatan angin yang sangat rendah tidak mampu mengurangi hawa panas yang ada. Jadi kondisi paling tidak nyaman terjadi di Bulan November. Dari data iklim di atas bisa DEGREEHOUR IKLIM didapat degree hour iklim yang 5 diambil dar suhu udara luar. Di sini 4 dapat dilihat bahwa overheating dan 3 underheating hampir sama tingginya. 2 Bahkan dari gambar 8 bisa dilihat AGT NOV C-Kh H+Kh bahwa batang underheating lebih tinggi daripada nilai overheating. Hal ini menunjukkan bahwa iklim tropis pada dasarnya masih memberi kenyaman bagi manusia. Tetapi -3 desain dari bangunan merubah -4 kondisi tersebut. 12 Figure 7. Degree hour dari data iklim NYAMAN OVERHEATING UNDERHEATING 2 AGT NOV Figure 8. kondisi kenyamanan iklim DATA IKLIM : TEMPERATURE DAN 24 JAM Desain Lingkungan Termal 8

9 BULAN AGUSTUS Temperature min : 2.28C Temperataure max : 33.28C Temperature rata-rata : 26.88C To (Wh/m 2 ) HOUR agt ( C) HORISONTAL NORTH EAST SOUTH WEST Table 6. Data temperature dan Global Irradiance tiap jam pada Bulan terdingin (Bulan Agustus) Desain Lingkungan Termal 9

10 BULAN NOVEMBER Temperature min : 2.18C Temperataure max : 358C Temperature rata-rata : 28.98C To (Wh/m 2 ) HOUR nov ( C) HORISONTAL NORTH EAST SOUTH WEST Table 7. Data temperature dan Global Irradiance tiap jam pada Bulan terpanas (Bulan November) KONDISI IKLIM AGUSTUS To agt 1 Desain HORISONTAL Lingkungan Termal NORTH

11 Figure 9. Kondisi Iklim Bulan Agustus KONDISI IKLIM NOVEMBER To nov HORISONTAL NORTH EAST SOUTH WEST HOUR Figure 1. Kondisi Iklim Bulan November Dari dua grafik kondisi iklim tersebut, bisa dilihat bahwa global irradiance untuk bulan panas lebih besar daripada di bulan dingin. Kejadian ini Desain Lingkungan Termal 11

12 berlaku di sisi horizontal, barat, dan timur. Dari sisi selatan sama untuk bulan panas dan dingin, sedangkan dari sisi utara bulan dingin justru memilki global irradiance yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan panas. Desain Lingkungan Termal 12

13 2 DESKRIPSI BANGUNAN Bangunan yang akan diprediksi lingkungan termalnya adalah bangunan pendidikan IAIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya gedung perkuliahan klas B Fakultas Tarbiyah yang lokasinya terletak di dalam kompleks IAIN Sunan Ampel di Jalan A. Yani Surabaya. Bangunan ini terdiri dari tiga lantai dengan bentuk denah persegi panjang dengan rasio 1:2, tepatnya berukuran 12 x 24 m 2. Bangunan ini memilki 1 ruang kelas yang disekat sempurna. Di bawah ini adalah gambar denah dari gedung perkuliahan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel beserta deskripsi bangunan berupa data dimensi, material, dan thermal properties. Untuk gambar yang lebih jelas dan lebih lengkap bisa dilihat di lampiran. Figure 11. Denah lantai 1 Figure 12. Denah lantai 2 Figure 13. Denah lantai 3 Figure 14. Potongan AA Desain Lingkungan Termal 13

14 NGUNAN P (m) NORTH EAST SOUTH WEST TOTAL L A P L P L A P L A (m) (m) % (m) (m) A (m) % (m) (m) (m) % (m) (m) (m) % AREA Table 8. Data dimensi bangunan RTISI I 1 LANTAI 2 LANTAI 3 TOTAL L A (m) % P (m) L (m) JML A (m) % P (m) L (m) JML A (m) % AREA & 8 & & 8 & ,12,8,8,8, ,12,8, Table 9. Data dimensi partisi 14 Desain Lingkungan Termal

15 AN THERMAL PROPERTIES rial U Y sgf abs asg tlg dcr Rso sc sgfxsc on ground exposed kin 12 mm ides 15 mm e single ar glass tiles,sarking oard ceiling Table 1. Data material dan thermal properties AIN HOUR TOTAL Wh Wh Wh Table 11. Internal Heat Gain sehingga internal heat gain yang berasal dari tubuh manusia hanya berada pada jam-jam tersebut. Sedangkan lampu gan memiliki jendela yang menyebabkan semua ruangan tersebut mendapatkan cahaya matahari. Ketika malam hari lampu juga tidak dinyalakan karena bangunan tidak digunakan. 15 Desain Lingkungan Termal

16 3 LINGKUNGAN TERMAL BANGUNAN Untuk memprediksi lingkungan termal bangunan, setelah data iklim, data bangunan, dan internal heat gain didapat, terlebih dahulu dilakukan perhitungan air change per hour (N) untuk siang dan malam. Pada siang hari diasumsikan jendela dibuka mulai pukul Pada malam hari diasumsikan jendela ditutup pada pukul Untuk perhitungan air change per-hour digunakan rumus: N = V Q 36 Equation 1. air change per hour Untuk menghitung air change per-hour dibutuhkan nilai Q (air flow rate). Untuk perhitungan Q (air flow rate) digunakan rumus 1 : Q 1 2 =.827 s ()Τϕ p m /Φ Τφ ()Τϕ A + A /Φ Τφ A A 2 Equation 2. air flow rate Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai air change per-hour yang berbeda untuk bulan panas dan dingin, siang dan malam. o Agustus siang : 18.4 o Agustus malam : 2.62 o November siang : 11.5 o November malam : 2 Perbedaan ini disebabkan oleh kecepatan angin yang berbeda di bulan yang berbeda. Kecepatan angin digunakan untuk menghitung p (tekanan). Sedangkan perbedaan yang terjadi antara siang dan malam adalah karena luasan bukaan yang berbeda. 1 Markus dan Morris, 198, Building, Climate and Energy, London:Pitman Publishing Limited Desain Lingkungan Termal 16

17 Setelah nilai air change per-hour didapatkan, maka perhitungan prediksi lingkungan termal dalam bangunan sudah bisa dilakukan. Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan pada bulan terdingin dan terpanas. Rumus-rumus 2 yang digunakan dalam perhitungan tersebut antara lain: Qs (opaque) = (A x U) x abs x Rso x G Qs (transparent) = A x Sgf x G Qv =.33 x N x V Tiav = Toav + Q s+ i ()Τϕ qc + qv /Φ Τφ sqv =.33 x N x V x (Tot Tav) sqc g =A x U x (Tot Tav) sqc s =A x U x dcr x (To t-tlg Tav) sqs g =A x asg x (Gt Gav) sqs s =A x U x dcr x abs x Rso x (G t-tlg Gav) sqt Ti t = Tiav + + ()Τϕ qa qv /Φ Τφ Τµ Dengan menggunakan rumus-rumus di atas didapatkan lingkungan termal bangunan. Untuk perhitungan lebih detail dapat dilihat di lampiran, yaitu perhitungan pukul 6., 14., 2., 24. untuk bulan terdingin dan terpanas. Dari perhitungan ini didapatkan profil temperatur selama 24 jam yang akan dianalisa kenyamanan termalnya dengan menggunakan degree hours. 2 Szokolay, 1987, Thermal Design of Building, Canberra: RAIA Education Division. Desain Lingkungan Termal 17

18 PROFIL TEMPERATUR BULAN AGUSTUS Toav = 26,8 C Tn = Toav = 25.9 To (Wh/m 2 ) HOUR agt ( C) Ti( C) Tn- 2 Tn+2 H+Kh C-Kh HORISONTAL NORTH EAST SOUTH WEST Table 12. profil temperature 24 jam Bulan Agustus Desain Lingkungan Termal 18

19 PROFIL TEMPERATURE AGUSTUS HOUR To agt Ti Tn-2 Tn+2 HORISONTAL NORTH EAST SOUTH WEST Figure 15. Profil Temperature Agustus Dari grafik profil temperature Bulan Agustus dapat dilihat kondisi termal di dalam bangunan pada bulan tersebut. Temperatur di dalam bangunan hampir sepanjang tahun berada di atas temperatur di luar bangunan, atau dengan kata lain suhu di dalam lebih panas daripada di luar. Tetapi hal ini tidak berlaku pada pukul 16., 17., dan 18.. Pada jam-jam tersebut suhu udara luar adalah 32.2 C, 31 C, 29.1 C, sedangkan suhu di dalam bangunan adalah 31.4 C, 3.3 C, 28.8 C. Hal ini disebabkan karena pada pukul 16. dan 17., aktivitas di dalam bangunan sudah tidak ada, sementara kondisi jendela masih terbuka sehingga air change per-hour masih besar. Sedangkan pada pukul 18., internal heat gain =, tetapi jendela sudah ditutup sehingga air change per hour kecil, yaitu Tetapi suhu di dalam bangunan tetap lebih rendah. Ini disebabkan karena pada pukul 18. matahari sudah tidak bersinar sehingga nilai G=. Secara umum, suhu di dalam bangunan tidak berbeda terlalu jauh dengan suhu di luar bangunan. Dari grafik tersebut juga bisa dilihat bahwa kenyamanan sempat dirasakan pada pukul dan pukul sedangkan pada pukul Desain Lingkungan Termal 19

20 6. dicapai keadaan underheating dengan suhu 22.6 C. Hal ini disebabkan karena pada pukul 6. aktivitas masih belum berjalan sehingga Qi =, jendela sudah terbuka sehingga air change per-hour besar, yaitu 18.4, dan suhu di luar bangunan mencapai suhu minimum, yaitu 2.2 C. Selebihnya keadaan underheating yang terjadi. Suhu terpanas dicapai pada pukul 14., yaitu 36 C. Hal ini disebabkan karena suhu udara luar pada jam tersebut juga mencapai titik tertinggi yaitu 33.2 C. Keadaan ini juga diperkuat oleh global irradiance dari sisi barat yang mencapai puncaknya pada pukul 15., tetapi sudah tinggi pada pukul 14.. PROFIL TEMPERATUR BULAN NOVEMBER Toav = 28,9 C Tn = Toav = 26.6 C To NOV Tn- (Wh/m 2 ) HOUR ( C) Ti( C) 2 Tn+2 H+Kh C-Kh HORISONTAL NORTH EAST SOUTH WEST Table 13. profil temperature 24 jam Bulan November Desain Lingkungan Termal 2

21 PROFIL TEMPERATURE NOVEMBER HOUR To NOV Ti Tn-2 Tn+2 HORISONTAL NORTH EAST SOUTH WEST Figure 16. Profil Temperature November Dari grafik profil temperature Bulan November dapat dilihat kondisi termal di dalam bangunan pada bulan tersebut. Temperatur di dalam bangunan hampir sepanjang tahun berada di atas temperatur di luar bangunan, atau dengan kata lain suhu di dalam lebih panas daripada di luar. Tetapi hal ini tidak berlaku pada pukul 16., 17., dengan selisih yang tipis antara suhu luar dan dalam. Pada jam-jam tersebut suhu udara luar adalah 33.8 C, 32.4 C, sedangkan suhu di dalam bangunan adalah 33.3 C dan 32.2 C. Hal ini disebabkan karena pada pukul 16. dan 17., aktivitas di dalam bangunan sudah tidak ada, sementara kondisi jendela masih terbuka sehingga air change per-hour masih besar. Dari grafik tersebut juga bisa dilihat bahwa kenyamanan sempat dirasakan pada pukul dan pukul sedangkan pada pukul 6. dicapai keadaan underheating dengan suhu 24.4 C. Hal ini disebabkan karena pada pukul 6. aktivitas masih belum berjalan sehingga Qi =, jendela sudah terbuka sehingga air change per-hour besar, yaitu 11.5, dan suhu Desain Lingkungan Termal 21

22 di luar bangunan mencapai suhu minimum, yaitu 2.1 C. Selebihnya keadaan underheating yang terjadi. Suhu terpanas dicapai pada pukul 14., yaitu 39.4 C. Hal ini disebabkan karena suhu udara luar pada jam tersebut juga mencapai titik tertinggi yaitu 35 C. Keadaan ini juga diperkuat oleh global irradiance dari sisi barat yang mencapai puncaknya pada pukul 15., tetapi sudah tinggi pada pukul 14.. DEGREE HOUR DEGREE HO UR C-Kh H+Kh 2 1 A GT NO V -1 Figure 17. Degree hour Dari grafik degree hour di atas dapat dilihat bahwa kondisi yang paling banyak adalah kondisi overheating, di mana overheating di Bulan November jauh lebih tinggi daripada di Bulan Agustus. Keadaan underheating sempat dirasakan, tetapi sangat kecil dibandingkan dengan overheating, dan keadaan underheating lebih besar di Bulan Agustus daripada Bulan November. Desain Lingkungan Termal 22

23 D EG R EE H O U R IK L IM C- K h A G T NO V H+ K h Figure 18. Degree hour iklim Bila dibandingkan antara Degree hour bangunan dan degree hour iklim, terdapat perbedaan yang cukup besar. Keadaan overheating pada degree hour bangunan lebih tinggi daripada degree hour iklim, dan keadaan underheating pada bangunan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan degree hour iklim. Dari sini dapat dilihat bahwa desain bangunan sangat mempengaruhi kondisi termal. Dalam hal ini membuat suhu udara menjadi lebih panas. WAKTU DAN DURASI KENYAMANAN BULAN JAM AGT NYAMAN 1-5, 7-9 OVER 9 s/d 19 UNDER 6 NOV NYAMAN 24-5, 7-9 OVER 1 s/d 1 UNDER 6 Table 14. waktu kenyamanan. Desain Lingkungan Termal 23

24 AGT NOV NYAMAN 12 9 OVERHEATING UNDERHEATING 1 1 Table 15. durasi kenyamanan NYAMAN OVERHEATING UNDERHEATING 4 2 AGT NOV Figure 18. durasi kenyamanan Dari grafik durasi kenyamanan dapat dilihat bahwa pada Bulan Agustus, kondisi nyaman lebih banyak dirasakan daripada kondisi overheating dan underheating. Sementara itu pada Bulan November, kondisi nyaman berkurang, sementara kondisi overheating bertambah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa AC lebih banyak dibutuhkan di Bulan November daripada Agustus NY A M A N OVE RHEATING UNDE RHE A TING 2 A GT NOV Figure 19. durasi kenyamanan iklim Desain Lingkungan Termal 24

25 Bila dibandingkan antara kondisi kenyamanan bangunan dan kondisi kenyamanan iklim, sangat jauh berbeda. Kondisi nyaman di iklim lebih sedikit daripada dalam bangunan. Kondisi overheating juga mengalami hal yang sama. Sedangkan untuk kondisi underheating pada iklim jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam bangunan. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa desain bangunan sangat mempengaruhi kondisi termal dan membuat suhu udara jauh lebih panas sehingga AC sangat dibutuhkan. Desain Lingkungan Termal 25

26 4 PERAIN DESAIN DALAM KAITANNYA DENGAN KENYAMANAN TERMAL Bila dilihat dari analisa grafik profil temperatur dan degree hour, dapat disimpulkan bahwa kondisi termal di dalam bangunan berbeda dengan di luar bangunan, di mana keadaannya yaitu di dalam bangunan jauh lebih panas daripada di luar bangunan. Di atas sudah disebutkan bahwa pada waktu-waktu tertentu terjadi hal sebaliknya di mana disebabkan oleh aktivitas di dalam bangunan dan air change per hour. Lalu bagaimana dengan peran desain bangunan itu sendiri dalam memodifikasi iklim? Pada tabel 16 disebutkan mateial pada setiap elemen bangunan. Tabel 17 dan figure 2 menunjukkan BUILDING ELEMENT FLOOR WALL WINDOW ROOF material cncrte slab on ground 4 edges exposed brick single skin 12 mm plastrd both sides 15 mm wood frame single 6 mm clear glass pitched roof,tiles,sarking attic,plastrd board ceiling Table 16. material bangunan panas yang disumbangkan oleh tiaptiap elemen bangunan dan orientasinya. bangunan Area Agt Nov % U Q Q area Floor N. wall window E. wall window S. wall window W. wall window roof Table 17. panas yang disumbangkan oleh elemen bangunan dan orientasi Desain Lingkungan Termal 26

27 PERAN DESAIN DAN ORIENTASI Floor N. wall window E. wall window S. wall window W. wall window roof Area U Agt Q Nov Q Figure 2. grafik peran desain dan orientasi Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa panas terbesar pada Bulan Agustus disumbangkan oleh atap bangunan, kemudian jendela juga berperan tapi tidak terlalu banyak, sedangkan dinding tidak terlalu berarti menyumbang panas. Jendela yang paling banyak menyumbang panas adalah yang berada di sisi utara, sementara sisi selatan merupakan penyumbang panas yang paling kecil. Dinding sebelah utara juga yang menyumbang panas paling besar bila dibandingkan dengan dinding di sisi-sisi yang lain. Hal ini disebabkan radiasi di sisi utara pada Bulan Agustus memiliki nilai yang besar. Pada Bulan November, penyumbang panas yang paling besar justru pada jendela di sisi timur dan barat. Radiasi di kedua sisi ini memiliki nilai yang tinggi dibanding kedua sisi lainnya. Penyumbang panas terbesar berikutnya adalah dari atap. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sisi yang paling panas dari bangunan adalah atap serta jendela di sisi barat dan timur. Di sini jendela di sisi barat dan timur memiliki peran yang paling besar menyumbang panas. Sedangkan sisi yang terdingin terletak pada sisi selatan. Hal ini juga disebabkan oleh area jendela pada dinding. Di sisi timur, jendela memiliki area 41,3%. Hampir seluas dinding. Hal ini juga terjadi di sisi barat. Sedangkan di sisi selatan, jendela Desain Lingkungan Termal 27

28 memiliki area 25,8%. Merupakan area yang paling kecil dari seluruh sisi. Hal inilah yang menyebabkan area ini menyumbangkan panas yang paling kecil. bangunan Area U Agt Nov Q Q Floor wall window roof Table 18. panas yang disumbangkan oleh total area elemen bangunan PERAN DESAIN Floor wall window roof 5 Q Q Area U Agt Nov Figure 21. grafik peran desain Bila dilihat dari total area keseluruhan, dapat dipastikan bahwa jendelalah yang menjadi penyumbang panas terbesar, terutama pada Bulan November. Yang menduduki peringkat kedua adalah atap, dan penyumbang terakhir adalah dinding. Jendela berperan paling banyak dalam membuat bangunan menjadi lebih panas karena di antara semua elemen, nilai u dari jendela memiliki nilai yang paling tinggi, yaitu 5. Atap menduduki peringkat kedua dengan nilai u 2,59, sedangkan dinding hanya 1,78. dari sini dapat dilihat bahwa jendela mempunyai kemampuan menyalurkan panas paling besar. Desain Lingkungan Termal 28

29 5 DAFTAR PUSTAKA Markus dan Morris, 198, Building, Climate and Energy, London:Pitman Publishing Limited Szokolay, 1987, Thermal Design of Building, Canberra: RAIA Education Division Surabaya dalam Angka 25, Surabaya: Badan Pusat Statistik Desain Lingkungan Termal 29

30 6 LAMPIRAN BUILDING ELEMENT FLOOR WALL WINDOW ROOF material cncrte slab on ground 4 edges exposed brick single skin 12 mm plastrd both sides 15 mm wood frame single 6 mm clear glass pitched roof,tiles,sarking attic,plastrd board ceiling Desain Lingkungan Termal 3

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PENGHUNI BAGI RUMAH KOLONIAL DI KALIANGET. Abstrak

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PENGHUNI BAGI RUMAH KOLONIAL DI KALIANGET. Abstrak PENGARUH ELEMEN BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PENGHUNI BAGI RUMAH KOLONIAL DI KALIANGET Rahminindari Utami 1, Krisna Dwi Handayani 2 1 Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya 2 Dosen Teknik

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / 3210204003 Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (2013) LATAR BELAKANG 1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB I PENDAHULUAN Pengaruh pemanasan global yang sering didengungkan tidak dapat dihindari dari wilayah Kalimantan Selatan khususnya daerah Banjarbaru. Sebagai stasiun klimatologi maka kegiatan observasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Parameter Curah Hujan model REMO Data curah hujan dalam keluaran model REMO terdiri dari 2 jenis, yaitu curah hujan stratiform dengan kode C42 dan curah hujan konvektif dengan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan Menjadi bagian dari negara Kepulauan Indonesia, Surabaya dikaruniai oleh iklim tropis dengan kelembaban udara cukup tinggi sepanjang tahun, yakni antara 70-90%. Secara geografis, Kota Pahlawan ini berada

Lebih terperinci

KINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI

KINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI KINERJA TERMAL RUMAH NIANG DI DATARAN TINGGI TROPIS LEMBAB DI DISTRIK MANGGARAI P. Jhon Alfred D.D 1, I Gusti Ngurah Antaryama 2, Sri Nastiti N.E 3 1. Program Studi Arsitektur, Universitas Flores, Ende

Lebih terperinci

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri 1 Evapotranspirasi adalah. Evaporasi (penguapan) didefinisikan sebagai peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya

Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya 30 Surabaya adalah kota Pahlawan yang secara astronomis terletak diantara 07 9-7 21 Lintang Selatan dan 112 36-112 54 Bujur Timur. Wilayah kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,

Lebih terperinci

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi). 1. Klasifikasi Iklim MOHR (1933) Klasifikasi iklim di Indonesia yang didasrakan curah hujan agaknya di ajukan oleh Mohr pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan

Lebih terperinci

Telaah Desain Arsitektur Berkelanjutan sebagai Aplikasi Konsep Ergonomi dengan Pendekatan Model Simulasi Lingkungan

Telaah Desain Arsitektur Berkelanjutan sebagai Aplikasi Konsep Ergonomi dengan Pendekatan Model Simulasi Lingkungan Telaah Desain Arsitektur Berkelanjutan sebagai Aplikasi Konsep Ergonomi dengan Pendekatan Model Simulasi Lingkungan FX Teddy Badai Samodra 1* Laboratorium Sains Arsitektur dan Teknologi Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN

SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN SIMULASI PENERANGAN ALAM BANGUNAN PENDIDIKAN FX Teddy Badai Samodra Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 E-mail: franxatebas@yahoo.com Abstrak Aplikasi

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah

Lebih terperinci

PENGARUH THERMAL PROPERTIES MATERIAL BATA MERAH DAN BATAKO SEBAGAI DINDING, TERHADAP EFISIEN ENERJI DALAM RUANG DI SURABAYA

PENGARUH THERMAL PROPERTIES MATERIAL BATA MERAH DAN BATAKO SEBAGAI DINDING, TERHADAP EFISIEN ENERJI DALAM RUANG DI SURABAYA PENGARUH THERMAL PROPERTIES MATERIAL BATA MERAH DAN BATAKO SEBAGAI DINDING, TERHADAP EFISIEN ENERJI DALAM RUANG DI SURABAYA V. Totok Noerwasito dan Mas Santosa Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Institut

Lebih terperinci

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11 BAB II IKLIM Climate Berau Dalam Angka 2013 Page 11 Beraua dalam Angka 2013 Page 12 Kondisi iklim di Berau sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di Samudra Pasifik. Secara umum iklim akan dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Maksimum dan Minimum di Perak I Relative Humidity, Atmospheir Pressure and Temperature at Perak I Kelembaban/ Tekanan Udara/ Temperatur/

Maksimum dan Minimum di Perak I Relative Humidity, Atmospheir Pressure and Temperature at Perak I Kelembaban/ Tekanan Udara/ Temperatur/ Tabel : 01.00.01 Kelembaban, Tekanan Udara dan Temperatur Maksimum dan Minimum di Perak I Relative Humidity, Atmospheir Pressure and Temperature at Perak I 2010 Kelembaban/ Tekanan Udara/ Temperatur/ B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop)

PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) PRAKTIKUM RSDAL II PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL (ETo) DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN (ETCrop) Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut

Lebih terperinci

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS Oleh : LAURA SUNDARION 2107 030 075 Dosen Pembimbing : Ir. Denny M.E SOEDJONO, MT LATAR BELAKANG Sistem pengkondisian udara

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Agroklimat Wilayah Penelitian Dari hasil analisis tanah yang dilakukan pada awal penelitian menunjukan bahwa tanah pada lokasi penelitian kekurangan unsur hara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

Pengukuran dan Pengolahan Data Komponen Iklim di Makassar

Pengukuran dan Pengolahan Data Komponen Iklim di Makassar TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengukuran dan Pengolahan Data Komponen Iklim di Makassar Triyatni Martosenjoyo, Baharuddin, Yoenus Osman, Dahri Kuddu, Rahma Hiromi Lab. Sains dan Teknologi Bangunan, Departemen,

Lebih terperinci

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ; 5 yang telah tersedia di dalam model Climex. 3.3.3 Penentuan Input Iklim untuk model Climex Compare Location memiliki 2 input file yaitu data letak geografis (.LOC) dan data iklim rata-rata bulanan Kabupaten

Lebih terperinci

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor Nasrullah (1), Ramli Rahim (2), Baharuddin (2), Rosady Mulyadi (2), Nurul Jamala (2), Asniawaty Kusno (2) (1) Mahasiswa Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen untuk merumusan kombinasi material yang efisien pada bangunan perkantoran bertingkat menengah dengan bentuk tertentu

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Arsitektur Landhuizen sebagai cikal bakal arsitektur Indis...13

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Arsitektur Landhuizen sebagai cikal bakal arsitektur Indis...13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Arsitektur Landhuizen sebagai cikal bakal arsitektur Indis...13 Gambar 2.2. Rumah Indis tipe awal (Indishe Empire Style, 1896)...13 Gambar 2.3. Gambar 2.4. Rumah Indis Tahap Lanjut

Lebih terperinci

Strategi Konservasi Energi: Pendekatan Geometri Skyscraper sebagai Respon Iklim Tropis Lembab

Strategi Konservasi Energi: Pendekatan Geometri Skyscraper sebagai Respon Iklim Tropis Lembab Prosiding Seminar Nasional XII - FTI-ITS FTI-ITS 2005 Surabaya, 29-30 Maret 2005 ISBN : 979-545-037-9 Strategi Konservasi Energi: Pendekatan Geometri Skyscraper sebagai Respon Iklim Tropis Lembab FX Teddy

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 Bulan mengelilingi Bumi dalam bentuk orbit ellips sehingga pada suatu saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut perigee, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yang nantinya berupa angka hasil dari pencapaian suhu ruangan yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif, yang nantinya berupa angka hasil dari pencapaian suhu ruangan yang BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan penelitian Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif, yang nantinya berupa angka hasil dari pencapaian suhu ruangan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

SELISIH RERATA RADIASI MATAHARI BULANAN MUSIM PANAS DAN HUJAN HASIL OBSERVASI TAHUN 2015 DI BALAILAPAN PASURUAN

SELISIH RERATA RADIASI MATAHARI BULANAN MUSIM PANAS DAN HUJAN HASIL OBSERVASI TAHUN 2015 DI BALAILAPAN PASURUAN SELISIH RERATA RADIASI MATAHARI BULANAN MUSIM PANAS DAN HUJAN HASIL OBSERVASI TAHUN 2015 DI BALAILAPAN PASURUAN Toni Subiakto, ST. Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pasuruan. Jln. Raya Watukosek,

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA

PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA Dian Pramita 1 1 Jurusan TeknikArsitektur, FakultasTeknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Fasad selubung ganda merupakan fasad yang terbentuk dengan adanya penambahan kaca eksternal dari fasad kaca internal yang terintegrasi pada dinding tirai. Fasad

Lebih terperinci

KEADAAN GEOGRAFI DAN IKLIM Geographycal and Climate

KEADAAN GEOGRAFI DAN IKLIM Geographycal and Climate Keadaan Geografi Dan Iklim/Geographycal and Climate 3 BAB 1 KEADAAN GEOGRAFI DAN IKLIM Geographycal and Climate 1.1. KEADAAN GEOGRAFIS Kota Jayapura terletak antara 137 0 27 1 141 0 41 1 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/01/81/Th. VIII, 3 Januari 2017 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU NOVEMBER TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER MENCAPAI 38,23 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Iklim, karakternya dan Energi Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Cuaca Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer atau planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

KINERJA THERMAL PADA MASJID AMAL BAKTI MUSLIM PANCASILA

KINERJA THERMAL PADA MASJID AMAL BAKTI MUSLIM PANCASILA Kinerja Thermal Pada Masjid Didiek Suharjanto /Bambang J.W.U. Soeranto D.S. KINERJA THERMAL PADA MASJID AMAL BAKTI MUSLIM PANCASILA 1) Didiek Suharjanto; 1) Bambang Joko Wiji Utomo; 1) Soeranto D.S. 1)

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian Bab 3 Deskripsi Daerah Penelitian 25 III.1. Pengantar Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dengan mengambil studi kasus praktik pendidikan dan pembelajaran

Lebih terperinci

GEOGRAFIS. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012

GEOGRAFIS. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012 IKLIM Sepanjang tahun 2011 ratarata kelembaban udara di Kabupaten Banyuwangi diperkirakan mencapai82 persen. Kelembaban terendah terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata kelembaban udara sebesar 78

Lebih terperinci

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN AR-3121: SISTEM BANGUNAN & UTILITAS Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN 12 Oktober 2009 Dr. Sugeng Triyadi PENDAHULUAN Penghawaan pada bangunan berfungsi untuk mencapai kenyamanan thermal. Dipengaruhi:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ). KATA PENGANTAR Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua jenis prakiraan musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap bulan Maret dan Prakiraan Musim Hujan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISUSUN OLEH : Nama : Winda Novita Sari Br Ginting Nim : 317331050 Kelas : B Jurusan : Pendidikan Geografi PEDIDIKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta

Figur Data Kota Surakarta KEADAAN GEOGRAFI Geographycal Situation Figur Data Kota Surakarta 2014 1 Kota Surakarta terletak antara 110 45 15 dan 110 45 35 Bujur Timur dan antara 7 36 dan 7 56 Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Data Pengumpulan data di maksudkan untuk mendapatkan gambaran dalam proses perhitungan beban pendingin pada ruang kerja lantai 2, data-data yang di perlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Lokasi Studi PDAM kota Subang terletak di jalan Dharmodiharjo No. 2. Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Untuk mencapai PDAM Subang dapat ditempuh melalui darat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Letak Kabupaten Majalengka secara geografis di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108 0 03-108 0 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 0 12-108 0 25 Bujur Timur, Sebelah Utara antara

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/11/81/Th. VII, 1 November 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER MENCAPAI 29,30 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney

Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Climate Responsive Building Design pada Gedung Perkuliahan di FT UNNES dengan Menggunakan Tabel Mahoney Moch Fathoni Setiawan (1), Eko Budi Santoso (1), Husni Dermawan (1)

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB

PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB UJIAN TESIS PENGARUH SISTEM VEGETASI VERTIKAL TERHADAP KELEMBABAN DAN ALIRAN UDARA PADA HUNIAN TINGKAT RENDAH DI DAERAH TROPIS LEMBAB HATIFAH 3211 204 702 DOSEN PEMBIMBING Ir. I Gusti Ngurah Antaryama,

Lebih terperinci

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2015

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2015 FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2015 adalah benda langit yang mengorbit Bumi. Karena sumber cahaya yang terlihat dari Bumi adalah pantulan sinar Matahari, bentuk yang terlihat dari Bumi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pembahasan perilaku termal dan pembangkitan energi mengkonfirmasi beberapa hasil riset terdahulu. Kebaruan dari riset ini adalah dihasilkannya optimalisasi kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Data Siklon Tropis Data kejadian siklon tropis pada penelitian ini termasuk depresi tropis, badai tropis dan siklon tropis. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak 13 Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak TAHUN PERIODE JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 25 I 11 46 38 72 188 116 144 16 217

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur, BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah sebagai tempat menerima pendidikan dan mengasah keterampilan yaitu mengambil

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM Syavir Latif (1), Nurul Jamala (2), Syahriana (3) (1) Lab.Perancangan, Studio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM

BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM BAB IV ANALISIS KUAT MEDAN PADA PENERIMAAN RADIO AM 4.1 ANALISIS PERHITUNGAN KUAT MEDAN PADA PROPAGASI GROUND WAVE Langkah yang pertama kali dilakukan dalam analisis ini ialah mencari nilai s 1 dan s 2

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.48/08/35/Th. X, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI Selama bulan Juni jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013 5 Jan Jul 2 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.49/8/35/Th. XI, 1 Agustus 213 PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 213 Selama bulan Juni 213 jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK hotel berbintang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu banyak serta bisa disesuaikan dengan waktu mereka. Seiring perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. waktu banyak serta bisa disesuaikan dengan waktu mereka. Seiring perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitness centre adalah salah satu tempat kebugaran yang sedang berkembang saat ini. Baik dari remaja hingga lansia tertarik ketempat ini, karena di tempat ini

Lebih terperinci

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Herwina Dewani, Sobirin, Djoko Harmantyo Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEBERANGKATAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA FITRI SETYOWATI 2110 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No.62/10/35/Th. X, 1 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS Selama bulan Agustus jumlah wisman dari pintu masuk Juanda dan TPK Hotel Berbintang di Jawa Timur masing-masing

Lebih terperinci