Benarkah program land reform yang dicanangkan Badan Pertanahan Nasional (BPN)saat ini tak lebih dari proyek bagi-bagi tanah?
|
|
- Agus Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Sumber Berita Tempo, 41/XXXV Desember 2006 Wawancara Joyo Winoto: Reforma Agraria Tak Boleh Sembrono Kepala Badan Pertanahan Nasional, Joyo Winoto, rela wayangan semalam suntuk untuk menjelaskan program reforma agraria di Medan, pertengahan November lalu. Padahal, paginya ayah dua anak ini harus kembali ke Jakarta. Saya harus berkeliling Indonesia untuk mensosialisasi program reforma agraria, kata pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur, ini. Joyo menemui, antara lain, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, para ahli di universitas, sampai petani di dusun-dusun. Joyo Winoto memang harus bergegas melaksanakan proyek besar reforma agraria. Akhir tahun ini, BPN harus sudah bisa mendapatkan model reforma agraria yang pas untuk Indonesia sebelum dilaksanakan dalam lima tahun ke depan. Program ini akan mencakup pembagian lahan seluas 8,15 juta hektare atau 114 kali Singapura bagi sekitar empat juta keluarga. Tapi, ini bukan sekadar program bagi-bagi tanah, kata doktor ekonomi lulusan Universitas Michigan, Amerika Serikat, ini. Menurut Joyo, reforma agraria sudah mendesak dilaksanakan untuk memotong laju kemiskinan yang makin mengkhawatirkan. Sebagian besar tanah di Indonesia kini dikuasai para pemilik modal, sementara kepemilikan tanah para petani semakin ciut. Badan Pusat Statistik mencatat, tanah sawah di pedesaan Jawa berkurang sampai 30 ribu hektare setiap tahun dalam kurun waktu Tak mengherankan jika kemiskinan hebat melanda pedesaan. Saat ini, 67 persen orang miskin ada di pedesaan. Kerumitan soal tanah semakin me-nemukan bentuknya saat ia digenggam spekulan. Tak jarang tanah membusuk sebagai jaminan bank. Kondisi ini yang membuat ribuan bidang tanah telantar. Joyo Winoto menjelaskan persoalan ini dengan fasih kepada M. Taufiqurohman, Cahyo Junaedy, dan fotografer Ramdani dari Tempo di kantornya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pertengahan November lalu. Benarkah program land reform yang dicanangkan Badan Pertanahan Nasional (BPN)saat ini tak lebih dari proyek bagi-bagi tanah? Saya harus meluruskan bahwa program reforma agraria bukanlah program bagi-bagi tanah. Program yang dicanangkan ini adalah reforma agraria yang didefinisikan sebagai land reform plus, artinya land reform yang sesuai dengan kerangka undang-undang, ditambah dengan access reform. Maksud land reform plus? Sejak 1960-an Indonesia sudah melakukan redistribusi tanah seluas 1,15 juta hektare. Tapi pada kenyataannya penerima tanah itu hidupnya tidak menjadi lebih sejahtera. Fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa setelah mereka memperoleh sertifikat, pemilik tanah ini tidak memiliki akses ke finansial, usaha, pasar, hingga teknologi pertanian. Nah, di sinilah bedanya. Land reform yang kami cetuskan ini membuka akses kepada masyarakat pada sumber-sumber ekonomi tanah dalam satu paket.
2 Mengapa baru sekarang? Karena saat ini kami menyadari ada ketimpangan dalam pemanfaatan, penggunaan, dan penguasaan tanah yang parah di Indonesia. Selain itu, ada kenyataan bahwa rakyat miskin 67 persen ada di pedesaan dan di sektor pertanian. Padahal, 90 persen dari mereka bekerja. Lalu kenapa mereka tetap miskin? Setelah kami pelajari, masyarakat ternyata tidak punya akses pada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah. Pola pewarisan dalam masyarakat cenderung makin mendorong fragmentasi lahan sehingga penguasaan lahan oleh petani semakin kecil. Akibatnya, banyak petani yang kehilangan lahan. Nah, karena itulah kami melakukan penataan tanah lewat reforma agraria. Berapa luas tanah yang dapat dijadikan obyek reforma agraria? Pemerintah telah mengalokasikan 8,15 juta hektare tanah atau setara dengan 114 kali luas Singapura. Ini pekerjaan besar pemerintahan sekarang. Agar mulus, saat ini saya sebagai pelaksana lapangan reforma agraria sedang mengkampanyekan program ini kepada pemangku kepentingan (stake holders) di seluruh pelosok Tanah Air untuk mencari desain terbaik. Angka 8,15 juta hektare ini dari mana? Tanah ini ada yang berasal dari tanah negara, tanah absentee (tanah kelebihan dari batas maksimum), atau tanah partikelir. Luas 8,15 juta hektare ini berasal dari lahan hutan konversi yang diperuntukkan bagi penggunaan lain yang telah disaring dan layak digunakan (lahannya tidak berbukit) dan bersih dari penguasaan pihak-pihak tertentu. Petanya sudah kami miliki. Saat ini BPN sedang mengirimkan tim ke lapangan untuk menguji peta tersebut alhamdulillah, benar. Mekanisme program ini seperti apa? Sebenarnya banyak model yang bisa dijadikan contoh. Untuk itu, saat ini BPN sedang mengirim tiga tim ke Venezuela, Thailand, dan Taiwan untuk melihat bagaimana reforma agraria di sana, karena ketiga negara ini menggunakan pendekatan dan model berbeda. Taiwan menggunakan mekanisme pasar ada voluntary exchange di antara anggota masyarakat. Di Venezuela menggunakan mekanisme negara, sedangkan Thailand memakai mekanisme campuran. Yang perlu dicatat adalah, model-model yang berhasil di negara lain tidak otomatis berhasil di Indonesia. Proses historis dan peta sosial masyarakat Indonesia harus juga menjadi pertimbangan. Katanya BPN sedang membuat proyek percontohan land reform? Betul. Ada dua lokasi yang sedang kami uji sejak Pertama, di Ban-ten dan Jawa Tengah. Di Banten, kita terapkan di Pandeglang di atas tanah negara seluas 300 hektare. Di sana sudah ada masyarakat yang turun-menurun mengelola tanah itu dengan baik dan kami sedang mempertimbangkan untuk memberikan hak sekaligus akses pada pengembangan ekonominya. Di Jawa Tengah membentuk model dengan bekerja sama dengan pihak yang memiliki teknologi nonpertanian pangan di atas tanah yang telah disiapkan. Hingga saat ini belum ada hasilnya karena masih dalam proses. Tahun depan kami telah menganggarkan dana untuk menggelar proyek percontohan di dua-tiga lokasi di setiap provinsi di Indonesia. Jadi, modelnya tidak tunggal.
3 Jadi, model land reform ini belum final? Belum. Justru sekarang kami sedang mencari desain terbaik, karena kami tidak ingin mengulang kegagalan land reform sebelumnya. Ini adalah kesempatan besar dan belum tentu akan datang lagi. Toh, dalam sejarah Indonesia yang 50 tahun ini, pemerintah baru memberikan tanah seluas 1,15 juta hektare dan itu pun tidak diikuti dengan program lanjutannya, pascareforma agraria. Saya sendiri melihat, mood masyarakat menyambut ini cukup baik. Berapa target masyarakat miskin yang akan dijangkau lewat program ini? Kami memperkirakan 8,15 juta hektare itu, paling tidak, akan dapat dinikmati oleh 4 juta keluarga. Kalau satu keluarga terdiri dari sekurang-kurangnya tiga jiwa, maka jumlah orang yang terlibat dalam proyek ini mencapai 12 juta orang. Ini sudah signifikan untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran. Harapannya dengan program ini nanti jumlah pengangguran (10,8 persen) dapat diturunkan di bawah enam persen. Apakah program ini solusi tepat untuk menebas pengangguran? Saya pikir tepat. Ini merupakan salah satu mekanisme untuk menata kembali ketimpangan. Meski kepemilikan tanah di Indonesia terserak, konsentrasi aset cukup tinggi dimiliki oleh sekelompok orang. Ini yang perlu ditata. Yang paling jelas dapat dilihat dari data besaran masyarakat miskin yang berada di pedesaan tadi. Ketimpangan itu perlu dibenahi. Berapa luas tanah yang dimiliki satu keluarga petani di Indonesia saat ini? Di Jawa, sebagian besar petani hanya memiliki tanah 0,2 hektare (2.000 meter persegi). Luas ini tidak dapat menopang kehidupan keluarga petani dengan layak. Di luar Jawa, kepemilikan tanah rakyat juga kian susut sampai di bawah 0,5 hektare. Idealnya setiap keluarga petani di Jawa memiliki 1-2 hektare. Kenapa hal itu terjadi? Karena tanah di Indonesia kerap dijadikan (obyek) spekulasi. Tanah yang dulunya dimiliki rakyat ini banyak yang pindah tangan. Yang sering terjadi tanah ini dikuasai oleh sekelompok tertentu, terutama oleh developer yang mendapat informasi bahwa lokasi tersebut akan dikembangkan. Persoalan lain di Indonesia adalah banyak sekali kepemilikan lahan berskala besar yang dijadikan collateral (jaminan bank). Akibatnya, tidak semua tanah tersebut termanfaatkan dengan baik, bahkan telantar. Pada saat yang sama masyarakat tidak dapat memiliki akses untuk menggunakan lahan tersebut karena sudah bukan haknya lagi. Ini yang akan ditata. Saya sendiri akan mengajukan revisi peraturan pemerintah mengenai pengendalian dan penggunaan tanah-tanah telantar. Kesuksesan reforma agraria di sejumlah negara karena diikuti oleh program penunjang. Bagaimana Indonesia? Proyek ini lebih ideal dari itu, karena reforma agraria yang kita kembangkan berusaha memberikan akses seluas-luasnya kepada para petani pada sumber-sumber ekonomi untuk mengembangkan lahannya. Proyek ini kalau berhasil sekaligus akan merevitalisasi pertanian dan pedesaan serta mendiversifikasi ekonomi di pedesaan. Jadi, selain
4 pertanian, sektor nonpertanian juga berkembang, juga industri pertanian, jasa pertanian, hingga teknologi. Diharapkan para petani bisa mandiri, bisa hidup berkelanjutan dan berkembang. Kapan reforma agraria selesai? Diharapkan tiga tahun ke depan hasilnya harus sudah signifikan. Saya sendiri melihat program ini baru selesai pada tahun kelima, karena reforma agraria ini tidak boleh sembrono. Lebih baik berjalan lambat asal matang. Apa syarat kesuksesan reforma agraria? Ya, kalau sekadar membagi lahan me-mang mudah. Karena itu, syarat reforma agraria kali ini harus serius mencermati program pascareforma, khususnya akses petani kepada sumber ekonomi. Selain itu, yang mengakibatkan kegagalan land reform pada masa lalu lantaran petani tidak memiliki kepastian akan hak mereka. Maka, tak mengherankan jika belakangan meretas menjadi sengketa. Ini yang harus diantisipasi sejak awal. Sebenarnya apa penyebab tidak mulusnya reforma agraria pada era 60-an? Dalam analisis yang kita lihat mengenai retribusi lahan: setelah petani dapat penetapan tanah, lahan itu banyak yang dijual. Yang menarik malah sejak awal mereka sudah memprakondisikan bahwa nanti setelah mendapat tanah dengan hak yang jelas, lahanlahan itu langsung beralih kepemilikannya kepada pemilik uang. Nah, ini tidak boleh terjadi. Karena itu, kami akan mempersiapkan mekanisme hukum, apakah obyek reforma ini hingga sekian tahun tidak boleh dipindahtangankan atau dipecah. Saya melihat harus ada penataan ulang atas sistem politik dan hukum pertanahan di Indonesia. Jadi, sistem politik dan hukum pertanahan di Indonesia belum berjalan baik? Di Indonesia hingga saat ini terdapat 24 undang-undang yang terkait soal pertanahan. Belum lagi peraturan-peraturan di bawahnya seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden, hingga keputusan menteri. Kami melihat banyak aturan itu yang tumpang-tindih sehingga penataan tanah belum memberikan kontribusi mendasar bagi kesejahteraan rakyat. Inilah yang akan kita tata kembali. Padahal, Indonesia memiliki sistem politik pertanahan yang kuat yang bersumber pada UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat 3, UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria, Tap MPR Nomor 9 Tahun 2001 soal reforma dan penguatan agraria, serta Keppres 10 Tahun 2006 soal penataan kembali substansi pertanahan. Jika Indonesia memiliki sistem dan politik hukum pertanahan yang kuat, mengapa pelaksanaan reforma agraria di Indonesia beringsut bagai siput? Inilah pertanyaan saya pertama kali saat menjabat kepala BPN. Setelah saya dalami ada beberapa hal, yang perta-ma saya melihat peraturan pelaksanaan tidak dibuat sehingga tidak ada mekanisme untuk operasionalisasi prinsip-prinsip itu. Kalaupun peraturannya ada, tidak konsisten dengan UU Pokok Agraria, bahkan tumpang-tindih. Penyebab lain adalah komitmen si penyelenggara pemerintahan dan yang terakhir ada degradasi proses penyelenggaraan pertanahan menjadi sekadar soal administrasi pertanahan.
5 Ini pula yang membuat BPN tak lebih dari badan sertifikasi tanah? Seolah-olah begitu. Kami sendiri menyadari ada degradasi fungsi BPN seperti itu. Karena itu, pada awal menjabat Kepala BPN saya melakukan penataan kelembagaan dan organisasi pertanahan karena saya tahu persis banyak sengketa dan konflik pertanahan di Indonesia. Tapi, di BPN sendiri tidak ada lembaga khusus yang menangani masalah konflik tanah. Saya juga tahu baru 11 persen dari tanah Indonesia yang terpetakan di BPN. Bahkan BPN tidak memiliki lembaga khusus dan sistematika untuk memetakan tanah di Indonesia. Maka itu BPN harus berubah total. Berubah jadi seperti apa? Secara internal dan struktural, BPN berubah wajah. Misalnya, sekarang ada deputi yang menangani sengketa dan konflik pertanahan. Kita juga memperluas fungsi Deputi pengendalian dan pemberdayaan masyarakat yang tugasnya mengontrol kebijakan dan menangani tanah telantar. BPN juga akan membentuk komite pertanahan pada akhir tahun ini untuk mendalami persoalan politik dan hukum pertanahan. Jadi, masyarakat yang bersengketa tanah bisa langsung melapor ke BPN? Betul. Mekanismenya ada dua, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 10, pertama lewat pengadilan dan mediasi. Artinya, BPN memiliki portofolio untuk melakukan mediasi mengatasi konflik pertanahan. Langkah ini dapat mengatasi mafia tanah masih banyak beroperasi di Indonesia. Berapa jumlah konflik tanah yang tercatat di BPN? Hingga saat ini tercatat kasus besar yang belum tertangani. Ini membuktikan ada persoalan tanah yang begitu besar dan tidak tertangani dengan baik. Saya juga melihat kasus konflik tanah semakin membengkak karena banyak lembaga yang tidak berwenang turut campur, seperti mengeluarkan surat kepemilikan tanah. Ini memperumit persoalan. Contohnya dalam pelayanan pengurusan sertifikat gratis untuk rakyat. Ternyata di lapangan tidak gratis. Banyak kepala desa mengutip uang administrasi. Ini kan harus disisir dan ditata ulang. Berapa luas bidang tanah yang sudah terdaftar? Dari 85 juta bidang tanah di Indonesia, baru disertifikatkan 30 persen. Yang terpetakan baru 11 persen. Jika skema lama organisasi BPN dipertahankan, maka kita butuh 100 tahun untuk membuat sertifikasi tanah di Indonesia. Ini harus dipotong. Caranya? Ada tiga skema percepatan. Pertama untuk rakyat miskin dan usaha kecil dan menengah yang dulunya berasal dari Prona (Program Nasional) sebanyak 80 ribu bidang tanah ditingkatkan menjadi 350 ribu bidang tanah. Kedua melalui ajudikasi sebanyak 650 ribu bidang tanah. Jadi, pada 2007 akan ada satu juta bidang tanah yang telah disertifikasi untuk rakyat miskin dan UKM. Biaya pendaftaran dan sertifikasinya gratis. Seluruh anggarannya sudah ada dan program ini sudah disetujui oleh DPR. Program kedua SMS (sertifikat massal swadaya) yang bekerja sama dengan lembaga keuangan dengan target 1,5 juta tanah pada Program terakhir program khusus untuk merespons pemerintah
6 pusat dan pemerintah daerah di kabupaten dan provinsi (seperti transmigrasi dan pembangunan perumahan rakyat) targetnya 600 ribu bidang tanah. Total ada tiga juta bidang tanah yang akan disertifikasi pada Kalau ini terus dilaksanakan atau malah bertambah, maka kita hanya butuh 18 tahun untuk melakukan sertifikasi tanah. Joyo Winoto Lahir: Mojekerto, 16 November 1961 Pendidikan: Karir: Doktor untuk ekonomi kebijakan pengembangan pembangunan regional Fakultas ekonomi Universitas Michigan, Amerika Direktur Senior Brighten Institute, Bogor, Indonesia (2005-sekarang) Direktur Brighten Institute, Bogor, Indonesia ( ) Kepala bagian bidang pangan, pertanian dan irigasi Bappenas ( ) Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen di IPB (2001-sekarang) Pengajar program paska sarjana di Universitas Borobudur (2000-sekarang)
I. PENDAHULUAN. Sudah disadari bersama bahwa masalah agraria adalah masalah yang rumit dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sudah disadari bersama bahwa masalah agraria adalah masalah yang rumit dan peka, menyangkut berbagai aspek kehidupan. Hal ini terjadi dikarenakan masalah agraria sudah
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi persoalan-persoalan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi persoalan-persoalan struktural yang terwujud dalam bentuk tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat kemiskinan, tingginya
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL. A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional
24 BAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional Setelah pergulatan selama 12 tahun, melalui prakarsa Menteri Pertanian Soenaryo,
Lebih terperinciPERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor
Lebih terperinci[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara
Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reforma agraria merupakan jawaban yang muncul terhadap masalah ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan pembangunan pedesaan di berbagai belahan
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM GUNAWAN SASMITA DIREKTUR LANDREFORM ALIANSI PETANI INDONESIA JAKARTA 10 DESEMBER 2007 LANDASAN FILOSOFI TANAH KARUNIA TUHAN
Lebih terperinciPengantar Presiden - Ratas Tentang Reforma Agraria, Kantor Presiden Jakarta, 24 Agustus 2016 Rabu, 24 Agustus 2016
Pengantar Presiden - Ratas Tentang Reforma Agraria, Kantor Presiden Jakarta, 24 Agustus 2016 Rabu, 24 Agustus 2016 TRANSKRIP PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RAPAT TERBATAS KABINET KERJA TENTANG REFORMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ideologi kanan seperti : Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Filipina dan Brazil, maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reforma Agraria merupakan penyelesaian yang muncul terhadap masalah ketimpangan struktur agraria, kemiskinan ketahanan pangan, dan pengembangan wilayah pedesaan di
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI AGRARIA NASIONAL DAN PERINGATAN HUT UUPA KE-48 JAKARTA, 24 SEPTEMBER
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai penegasan Kepala BPN RI: Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) bukanlah sekedar proyek bagi-bagi tanah, melainkan suatu program terpadu untuk mewujudkan keadilan sosial dan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Profil Pertanahan Provinsi Kalimantan Barat Kementerian PPN / Bappenas
KATA PENGANTAR Tanah atau agraria berasal dari beberapa bahasa. Istilah agraria berasal dari kata akker (Bahasa Belanda), agros (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, agger (Bahasa Latin) berarti tanah
Lebih terperinciRoad Map Pembaruan Agraria di Indonesia
Road Map Pembaruan Agraria di Indonesia Agraria di Indonesia merupakan persoalan yang cukup pelik. Penyebabnya adalah karena pembaruan agraria lebih merupakan kesepakatan politik daripada kebenaran ilmiah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2006 yang lalu, program penanggulangan
Lebih terperinciDekade Berbagi Akses Penyediaan Lahan Untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan
Ombudsman Republik Indonesia Dekade Berbagi Akses Penyediaan Lahan Untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan ALAMSYAH SARAGIH Pontianak, 20-21 Januari 2017 Beberapa masalah klasik masih relevan Mulai dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah merupakan tempat di mana manusia berada dan hidup. Baik langsung
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan tempat di mana manusia berada dan hidup. Baik langsung maupun tidak manusia hidup dari tanah. Bahkan bagi mereka yang hidup bukan dari tanah pertanian,
Lebih terperinciSabutan Presiden RI pada Peresmian Program Strategis Pertahanan, 15 Januari 2010 Jumat, 15 Januari 2010
Sabutan Presiden RI pada Peresmian Program Strategis Pertahanan, 15 Januari 2010 Jumat, 15 Januari 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PROGRAM-PROGRAM STRATEGIS PERTANAHAN UNTUK
Lebih terperinciAssalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Omswastiastu (untuk Provinsi Bali)
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PADA UPACARA PERINGATAN HARI AGRARIA NASIONAL TAHUN 2017 Assalamu
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PERMASALAHAN PENYEDIAAN TANAH MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
KEBIJAKAN DAN PERMASALAHAN PENYEDIAAN TANAH MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN Iwan Isa Direktur Penatagunaan Tanah, BPN-RI PENDAHULUAN Produksi pangan dalam negeri menjadi unsur utama dalam memperkuat ketahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2006 yang lalu, program penanggulangan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda pembaruan agraria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 TAP MPR Nomor IX/MPR/2001 salah satunya adalah melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan kemakmuran masyarakat telah menempuh berbagai cara diantaranya dengan membangun perekonomian yang kuat, yang
Lebih terperinciRENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Tabel I. Alokasi Anggaran Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) KODE PROGRAM
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Mendorong Pengakuan, Penghormatan & Perlindungan Hak Masyarakat Adat di Indonesia Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Devi Anjarsari NIM : 11.12.5833 Kelompok : Nusa Jurusan : S1 SI SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciCATATAN KRITIS TERHADAP RUU PERTANAHAN
Chalid Muhammad & Hariadi Kartodihardjo CATATAN KRITIS TERHADAP RUU PERTANAHAN Pada saat ini DPR RI melalui Komisi II sedang menyiapkan RUU Pertanahan untuk dibahas bersama dengan Pemerintah RI. DPR RI
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
42 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Gambaran Umum Desa Pangradin Desa Pangradin adalah salah satu dari sepuluh desa yang mendapatkan PPAN dari pemerintah pusat. Desa Pangradin memiliki luas 1.175 hektar
Lebih terperinciSiaran Pers Kemenko Perekonomian: Kebijakan Pemerataan Ekonomi Untuk Atasi Ketimpangan Sabtu, 22 April 2017
Siaran Pers Kemenko Perekonomian: Kebijakan Pemerataan Ekonomi Untuk Atasi Ketimpangan Sabtu, 22 April 2017 Perekonomian nasional yang berasaskan demokrasi dan berbasis ekonomi pasar yang adil harus diperkuat.
Lebih terperinci21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL Pontianak, 21 Januari 2017 SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA RAPAT KERJA NASIONAL TAHUNAN PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) TAHUN
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR STUDI PROSPEK DAN KENDALA PENERAPAN REFORMA AGRARIA DI SEKTOR PERTANIAN
LAPORAN AKHIR STUDI PROSPEK DAN KENDALA PENERAPAN REFORMA AGRARIA DI SEKTOR PERTANIAN Oleh: Henny Mayrowani Tri Pranadji Sumaryanto Adang Agustian Syahyuti Roosgandha Elizabeth PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki keterkaitan dengan berbagai perspektif, yang beberapa diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena keterkaitannya dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah menunjukkan terdapat berbagai permasalahan muncul terkait dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah menunjukkan terdapat berbagai permasalahan muncul terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria. Baik sebelum maupun sesudah masa kemerdekaan,
Lebih terperinciTotal Tahun
RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN
Lebih terperinciPENDAFTARAN TANAH DAN PPAT
BAHAN KULIAH PENDAFTARAN TANAH DAN PPAT Oleh : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH.,MS.,CN Abd. Rahim Lubis, SH.,M.Kn MAGISTER KENOTARIATAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 9 2
Lebih terperinciTanah Untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat. Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun
Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun 2010-2014 Tanah Untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat TANAH UNTUK KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 KATA PENGANTAR KEPALA BPN RI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki keterkaitan dengan berbagai perspektif, yang beberapa diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena keterkaitannya dengan berbagai
Lebih terperinciREFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN
REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN Krisis ekonomi yang sampai saat ini dampaknya masih terasa sebenarnya mengandung hikmah yang harus sangat
Lebih terperinciLaporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN 50 TAHUN AGRARIA TANGGAL 24 SEPTEMBER 2010
SAMBUTAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN 50 TAHUN AGRARIA TANGGAL 24 SEPTEMBER 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Yang kami hormati, Para Gubernur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.
Lebih terperinciKebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo
Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan Lukita Dinarsyah Tuwo Solo, 26 Agustus 2017 DAFTAR ISI 1. LATAR BELAKANG 2. KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI 3. PRIORITAS QUICK WIN Arah Kebijakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Pertanian Sumberdaya lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti sebagai tempat hidup, tempat mencari nafkah. Lahan merupakan
Lebih terperinciTERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)
TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pokok manusia adalah sandang, pangan, dan papan. Maka perumahan termasuk kebutuhan dasar disamping pangan dan sandang. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan
Lebih terperinciSISTEM BARU PENGADAAN TANAH DAN TANTANGAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRESIDEN BARU Oleh: Chairul Umam *
SISTEM BARU PENGADAAN TANAH DAN TANTANGAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRESIDEN BARU Oleh: Chairul Umam * Pendahuluan Sebentar lagi kita akan memiliki presiden baru hasil pemilihan presiden 2014. Banyak visi dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciAnalisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan
Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Lebih terperinciPELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI KECAMATAN JASINGA
26 PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA DI KECAMATAN JASINGA Riwayat Status Tanah di Jasinga Program reforma agraria yang dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini yang berwenang adalah Badan Pertanahan Nasional
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 50 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG PERTANAHAN MELALUI GERAKAN MASYARAKAT
Lebih terperinciPENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN
PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN Oleh : Ir. Iwan Isa, M.Sc Direktur Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional PENGANTAR Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan bangsa
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak. juga merupakan modal utama pembangunan karena semua kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah bagi manusia merupakan sumber penghidupan dan kehidupan, karena didalamnya menyangkut kepentingan hajat hidup orang banyak sehingga mempunyai kedudukan yang penting
Lebih terperinciSolusi Penyediaan Lahan untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan?: Meneraca Ulang Program Injeksi Tanah dan Konversi Lahan
Solusi Penyediaan Lahan untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan?: Meneraca Ulang Program Injeksi Tanah dan Konversi Lahan Endriatmo Soetarto & DwiWulan Pujiriyani Seminar Nasional Solusi Penyediaan Lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi, air dan ruang angkasa atau kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia. Dan oleh
Lebih terperinciRAPAT KOORDINASI. Pilot Project Reforma Agraria. Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013
1 RAPAT KOORDINASI Pilot Project Reforma Agraria Kasubdit Pertanahan Rabu, 30 Oktober 2013 Rencana Lokasi Pilot Project 2 Koordinasi lintas K/L untuk kegiatan Access Reform Lokasi yang diusulkan: Prov.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
I. A. Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI Tahun 2010-2014. PENDAHULUAN Latar Belakang S ebagaimana diketahui bahwa tahun 2009 adalah tahun terakhir pelaksanaan visi, misi dan program prioritas Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat
Lebih terperinciKERANGKA PRIORITAS NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan. sebagai berikut :
115 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan perndaftaran tanah pertanian hasil redistribusi tanah Absentee dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperincibahan sajian dalam Lokakarya Nasional Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan
Hotel Akmani, Jakarta, 6 Desember 2013 bahan sajian dalam Lokakarya Nasional Background Study RPJMN 2015 2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan disajikan oleh Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri
Lebih terperinciII. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan
Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI Tahun 2010-2014. II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN A. Visi Pembangunan Pertanahan R encana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun
Lebih terperinciBAB VI LANGKAH KE DEPAN
BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PEMBARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN): LANDASAN HUKUM, KONSEPSI IDEAL DAN REALISASINYA DI KABUPATEN CIAMIS
85 BAB VI PROGRAM PEMBARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN): LANDASAN HUKUM, KONSEPSI IDEAL DAN REALISASINYA DI KABUPATEN CIAMIS 6.1. Landasan Hukum Bersamaan dengan lengsernya rezim Orde Baru pada tahun 1998,
Lebih terperinciIdham Arsyad Sekretaris Jendral Konsorsium Pembaruan Agraria
Idham Arsyad Sekretaris Jendral Konsorsium Pembaruan Agraria Reforma Agraria, Jalankeluardarisejumlahpersoalanagrariayang mendasaryang menjadipangkaldarikemiskinanrakyat Indonesia, yang dilakukan dengan
Lebih terperinciSERTIFIKASI LAHAN PERTANIAN MENDORONG PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN
SERTIFIKASI LAHAN PERTANIAN MENDORONG PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN Nur K. Agustin, Julia F. Sinuraya, dan Sahat M. Pasaribu Masalah lahan pertanian akan menentukan berbagai program pemerintah dalam rangka
Lebih terperinciArah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia
Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia Kebijakan Penguasaan Lahan (Land Tenure) : Pentingnya kebijakan land tenure bagi pertanian Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR
- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29
SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 Juli 2008 Pukul : 08.30 WIB Tempat : Balai Petitih Kantor
Lebih terperinciSTRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA
STRATEGI NASIONAL PELAKSANAAN REFORMA AGRARIA 2016-2019 Arahan dari Kantor Staf Presiden Jakarta, 28 APRIL 2016 1 DAFTAR ISI Halaman Ringkasan Eksekutif II BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2.
Lebih terperincioleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Seminar Transmigrasi Dalam Perspektif Pengembangan Wilayah, Kependudukan dan Ekonomi Pedesaan Jakarta, 4 Desember 2013 OUTLINE PAPARAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspek sosial, politik serta aspek pertahanan dan keamanan. Kenyataan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era pembangunan dewasa ini, arti dan fungsi tanah bagi negara Indonesia tidak hanya menyangkut kepentingan ekonomi semata, tetapi juga mencakup aspek sosial,
Lebih terperinciINSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 INSENTIF EKONOMI DAN ASPEK KELEMBAGAAN UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Oleh : Benny Rachman Amar K. Zakaria
Lebih terperinciPRESS KIT. #HariTani 2015
Serikat Petani Indonesia (SPI), Aliansi Petani Indonesia (API), Wahana Masyarakat Tani dan Nelayan Indonesia (WAMTI), Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI) bekerja sama dengan LSM: Yayasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia, sejak lahir sampai meningggal dunia manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah yang dihadapi pada saat ini. Masalah pertama yaitu kemampuan lahan pertanian kita
Lebih terperinciBAB 25 PEMBANGUNAN PERDESAAN
BAB 25 PEMBANGUNAN PERDESAAN Sebagian besar penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan permukiman perdesaan (sekitar 60 persen, data Sensus Penduduk tahun 2000). Selama ini kawasan
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan rakyatnya. Tujuan tersebut juga mengandung arti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara hukum yang pada dasarnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Tujuan tersebut juga mengandung arti untuk segenap aspek penghidupan
Lebih terperinciBadan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Sapta Tertib Pertanahan Daftar Isi Daftar Tabel, Grafik dan Gambar Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif i ii iv vii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabinet Indonesia Bersatu tahun 2005 mencanangkan strategi Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK), yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR I. UMUM Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi rakyat, bangsa
Lebih terperinciCommunity Development di Wilayah Lahan Gambut
Community Development di Wilayah Lahan Gambut Oleh Gumilar R. Sumantri Bagaimanakah menata kehidupan sosial di permukiman gambut? Pertanyaan ini tampaknya masih belum banyak dibahas dalam wacana pengembangan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pemilikan hak yang bertahap berupa Hak Erfpacht, HGU hasal Konversi Hak
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pola penguasaan oleh masyarakat Desa Alasbuluh dan Desa Wongsorejo Pola penguasaan tanah oleh Masyafakat Petani Kampung Bongkoran yang dikenal dengan Petani OPWB adalah penguasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang pokok dan bersifat mendesak. Tanpa hal-hal tersebut, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan primer manusia adalah sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan primer berarti kebutuhan manusia yang pokok dan bersifat mendesak.
Lebih terperinciBAB VII PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL DI DESA PANGRADIN TERHADAP PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)
83 BAB VII PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL DI DESA PANGRADIN TERHADAP PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN) 7.1 Persepsi Masyarakat Umum Desa Pangradin Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)
Lebih terperinciPersentase Jumlah Penduduk yang Tinggi, versus Lahan yang Terbatas
Dalam pembukaan UUD 1945, tiap-tiap warga negara berhak atas penghidupan yang layak. Dalam perjalanannya, kita hampir melupakan aspek pemerataan atau cita-cita keadilan sosial yang begitu mendasar dalam
Lebih terperinciPERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN LANDREFORM Perkataan Landreform berasal dari kata: land yang artinya tanah, dan reform yang artinya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG ALIH FUNGSI LAHAN DARI EKS KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI (HPK) SELUAS + 145.125 HEKTAR MENJADI KAWASAN BUKAN HPK DALAM RANGKA
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan
Lebih terperinciAPLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1
APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH Budiman Arif 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada
Lebih terperinciKEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PENGELOLAAN REFORMA AGRARIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh masyarakat Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air dan ruang angkasa, serta segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada umat manusia.tanah merupakan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk ditinjau dari segi kuantitatif maupun kualitatif dapat dikategorikan sangat tinggi. Pertumbuhan tersebut akan menyebabkan peningkatan kebutuhan lahan
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah
8 BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Tanah Obyek Landreform 2.1.1 Pengertian Tanah Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali;
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya tanah merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai salah satu modal dasar tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan dan penghidupan manusia, bahkan
Lebih terperinci