MODEL PELARUTAN U 3 O 8 UNTUK PENYIAPAN UMPAN PROSES GELASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PELARUTAN U 3 O 8 UNTUK PENYIAPAN UMPAN PROSES GELASI"

Transkripsi

1 170 ISSN Ariyani Kusuma Dewi, dkk. MODEL PELARUTAN U 3 O 8 UNTUK PENYIAPAN UMPAN PROSES GELASI Ariyani Kusuma Dewi dan Moch. Setyadji Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Yogyakarta Telp , my24dewi@yahoo.com ABSTRAK MODEL PELARUTAN U 3 O 8 UNTUK PENYIAPAN UMPAN PROSES GELASI telah disusun. Proses Pelarutan U 3 O 8 tersebut dilakukan pada suhu kamar (30 o C) dan suhu 60 o C, dengan pelarut menggunakan asam nitrat (HNO 3 ). Dengan menentukan persamaan neraca massa yang terjadi pada pelarutan U 3 O 8, maka didapat model matematika yang dapat diselesaikan menggunakan program Basic. Model matematika proses pelarutan yang didapat adalah: (dr/dt) = - k x.(x s x)/ρ s dan (dx/dt) = 4π.ρ s. N b. r 2.(x s x)/m dengan kondisi batas t = 0; X = 0; r = R, sehingga selanjutnya dihitung ralat kesalahan dari hasil perhitungan model matematika menggunakan program Q-BASIC dan hasil percobaan di lapangan. Dari percobaan pada suhu kamar didapat ralat rerata sebesar 19,65 % sedangkan pada suhu 60 o C didapat ralat rerata sebesar 16,32 %. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan persamaan model matematika di atas lebih sesuai jika memperhatikan faktor suhu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pelarutan maka semakin besar laju kelarutan yang berakibat pada semakin besarnya kadar U yang dihasilkan. Kata Kunci : Pelarutan U 3 O 8, Model Pelarutan, Proses Gelasi ABSTRACT DISSOLUTION MODELS OF U 3 O 8 AS GELATION FEEDSTOCK LIQUID has been compiled. Dissolution process of U 3 O 8 was performed at room temperature (30 o C) and at 60 o C, using nitric acid (HNO 3 ) as solvent. By determining the mass balance equation which occurs in dissolution of U 3 O 8, the importance of the mathematical model which then can be solved using the program Basic. Mathematical models dissolution process obtained were: (dr/dt)=-k x.(x s x)/ρ s and (dx/dt)= 4π.ρ s. N b. r 2.(x s x)/m, with the boundary conditions t = 0; X = 0; r = R. So that would be calculated the corrected error from the calculation using the mathematical model of the Q-BASIC program and the results of experiments in the field. From the experiments at room temperature obtained corrected average of 19,65% while the temperature of 60 o C obtained corrected average of 16,32%. This indicates that the mathematical model equations were appropriate if. It concluded that the higher of the temperature, the greater the dissolution rate of solubility which generates in greater levels of Uranium. Keywords : U 3 O 8 Dissolution, Dissolution Model, Gelation Process PENDAHULUAN U nsur uranium pada sistem periodik dikelompokan dalam golongan logam-logam transisi dalam dan termasuk pada deret aktinida. Unsur uranium ini memiliki nomor atom 92, nomor massa 238 dan mempunyai kerapatan 19,7 g/ml serta titik leleh 1132 C [1]. Uranium merupakan salah satu unsur yang dapat dijumpai dalam batuan di kerak bumi. Di kerak bumi, kadar uranium berkisar antara 0,2x10-6 g/g atau rata-rata 4x10-6 gram uranium dalam setiap gram batuan. Hingga kedalaman 20 km dalam kerak bumi, dapat ditemukan sekitar 1,3x10 14 ton uranium. Kelimpahan uranium di kerak bumi adalah sekitar 800 kali kelimpahan emas (Au) atau 40 kali kelimpahan perak (Ag). Selain itu, uranium juga termasuk ke dalam kelompok radionuklida alamiah yaitu suatu jenis radionuklida yang terjadi secara alamiah bersamaan dengan terbentuknya alam semesta [2]. Senyawa-senyawa uranium yang memegang peranan penting dalam proses pembuatan bahan bakar nuklir adalah senyawa uranil (terutama uranil nitrat dan urnil klorida) dan senyawa uranat (terutam amonium diuranat). Uranium nitrat [UO 2 (NO 3 ) 2 ] dapat dibuat dengan melarutkan logam uranium atau oksida-oksida uranium dalam asam

2 Ariyani Kusuma Dewi, dkk. ISSN nitrat. Larutan uranil nitrat berwarna kuning kehijauan dan bersifat asam karena adanya proses hidrolisis yang biasanya juga disertai dengan pembentukan ion-ion polimer [3]. Larutan uranil nitrat pekat dapat mengkristal membentuk uranil nitrat hidrat [UO 2 (NO 3 ) 2.xH 2 O] yang mengandung dua sampai enam molekul air tergantung pada konsentrasi asam nitrat dalam larutan [4]. Dewasa ini reaktor yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber panas dan sebagai sumber listrik (cogeneration ), mempunyai prospek yang sangat baik. Reaktor yang dikembangkan ke arah itu antara lain adalah jenis reaktor temperatur tinggi (High Temperature Reactor = HTR) Ada dua jenis elemen bakar yang dikembangkan untuk HTR yaitu berbentuk bola dan berbentuk prisma. Keduanya dapat menggunakan bahan bakar uranium atau campuran uranium thorium sebagai senyawa oksida atau karbida dalam bentuk partikel berlapis. Elemen bakar HTR bentuk bola, yang dikembangkan pertama di Jerman Barat berdiameter 6 cm. Kulit bola berupa grafit yang bebas bahan bakar setebal 5 mm. Bagian dalam bola berisi partikel berlapis dengan pengkayaan tinggi atau dengan menggunakan campuran bahan pembiak, misalnya pada tiap bola elemen bakar HTR terdapat sekitar 1 gram U-235 dan 10 gram thorium. Daya spesifik tiap bola sekitar 2,5 kw, suhu dalam bola sekitar 1150 o C. [5] Secara umum proses pembuatan bahan bakar dibagi menjadi dua yaitu: Proses kimia kering (Dry chemical process) misalnya proses granulasi dan proses kimia basah (Wet chemical process) antara lain proses sol-gel. Secara garis besar proses pembuatan kernel UO 2 melalui proses sol-gel dilakukan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut : pembuatan umpan gelasi, proses gelasi, pencucian, pengeringan, kalsinasi, reduksi, dan sintering [6]. Dalam pembuatan umpan gelasi akan dilakukan pelarutan padatan uranium. Proses pelarutan merupakan proses kimia yang mengakibatkan terjadinya perubahan fisis dan kimia dari zat yang dilarutkan. Oleh karena itu, perlu diketahui sifat fisis serta kimia dari senyawa yang akan dilarutkan sehingga dapat diperkirakan hasil yang akan didapat. Pelarutan uranium mengunakan asam nitrat (HNO 3 ) pada suhu tertentu. Dari reaksi tersebut diperoleh larutan uranil nitrat dengan kadar uranium, ion nitrat, dan asam tertentu, sehingga pada proses gelasi akan diperoleh gel dan butiran oksida U 3 O 8 yang mempunyai sifat fisis tertentu pula sesuai dengan komposisi uranil nitrat hasil pelarutan. Sebagai bahan dasar pembuatan butiran uranium oksida diperlukan larutan uranil nitrat (UNH) dengan kadar uranium dan tingkat keasaman tertentu sebagai umpan proses gelasi. Bahan yang biasa digunakan sebagai sumber uranium : a. Konsentrasi uranium 40 % - 60 % b. Serbuk atau butiran U 3 O 8 Dalam penelitian ini digunakan serbuk U 3 O 8 berwarna hijau kehitaman. Pertama kali serbuk U 3 O 8 dilarutkan dengan asam nitrat dengan konsentrasi yang bervariasi yaitu dari 5 N dan dipanaskan pada suhu titik didihnya. U 3 O 8 akan bereaksi dengan HNO 3 dan menghasilkan Uranil Nitrat. Reaksi antara keduanya bersifat eksotermis (mengeluarkan panas) sambil mengeluarkan gas NO 2 berwarna merah kecoklatan, kemudian larutan berubah menjadi hijau kehitaman (warna hitam berasal dari senyawa karbon). Adapun reaksi yang berjalan adalah : U 3 O 8 + 4HNO 3 3UO 2 (NO 3 ) 2 + 2NO 2 + 4H 2 O (1) Dalam larutan uranil nitrat yang terbentuk tersebut terdapat asam nitrat bebas dan pengotor yang terbentuk selama pemanasan. Setelah larutan didiamkan selama 24 jam larutan yang awalnya berwarna kuning kemerahan berubah menjadi kuning jernih. Larutan uranil nitrat yang dihasilkan tersebut masih belum diketahui kadar keasamannya, untuk mengetahuinya dilakukan analisis baik untuk U, NO 3 total maupun asam bebasnya. [7] Dalam larutan uranil nitrat, analisa kadar uranium digunakan metode Titan. Dalam sampel UN terdapat uranium bervalensi IV (tetra valence) dan bervalensi VI (heksa valence), agar dapat dianalisa pertama kali uranium bervalensi VI direduksi dengan Ti +3 menjadi uranium bervalensi IV. Uranium bervalensi IV dioksidasi menggunakan K 2 Cr 2 O 7 menjadi uranium bervalensi VI, sebagai indikator digunakan barium diphenil sulfanat dan FeCl 3 sebagai katalisator. Kelebihan titan (III) dinetralisir dengan ion nitrat dan udara. Kadar uranium dapat dihitung dari volume kalium bikromat yang digunakan. Setelah itu perubahan warna tidak terjadi karena tidak ada lagi U (IV) yang dapat dioksidasi oleh K 2 Cr 2 O 7, reaksinya seperti berikut : UO Ti +3 2TiO +2 + U +4 (2) 3U +4 (total)+cr 2 O H + 3UO Cr +3 + H 2 O (3) Model Matematika Proses Pelarutan

3 172 ISSN Ariyani Kusuma Dewi, dkk. Proses pelarutan oksida-oksida uranium dalam asam nitrat akan berlangsung lebih sempurna, serta kelarutan uranil nitrat akan semakin besar sesuai dengan peningkatan konsentrasi asam nitrat dalam larutan. Akan tetapi, proses gelasi membatasi besarnya konsentrasi nitrat dalam umpan, yaitu dengan perbandingan NO - 3 /U < 2. Serbuk padatan A berupa bola jari-jari R, berjumlah Nb butir, dimasukkan ke dalam tangki berpengaduk yang berisi solven murni dengan massa m. Padatan A melarut dengan laju: NA= kx (Xs-X) (4) Dengan N A dalam (kg A )/(waktu x luas) dan X adalah kadar A dalam larutan (kg A )/(kg solven ), sedangkan Xs adalah kelarutan jenuh A dalam solven. Rapat massa padatan A : ñs. Jika suhu sistem dapat dianggap tetap, ingin disusun persamaan-persamaan matematis yang bisa dipakai untuk mencari jari-jari butir (r) dan kadar A dalam larutan (X) pada berbagai waktu (t). Pada proses pelarutan U 3 O 8 dapat disusun neraca massa sebagai berikut: R. In R. Out = R. Acc k x. (Xs-X).. Nb 0 = m. (9) (10) Perhitungan neraca komponen A dalam tangki : (A padatan + A di larutan) saat t = (A padatan + A dilarutan) awal (11) + m.x = + m.0 (12) X = ( ) (13) Keadaan Batas (Boundary Conditions): t = 0; X = 0; r = R (14) Persamaan 8 dan 10 atau 8 dan 13 dengan keadaan batas 14 dapat diselesaikan. Lebih sederhana tentunya memakai persamaan 8 dan 13. [8] Serbuk U 3 O 8 sangat halus, sehingga jumlah butiran (Nb) ditentukan dengan pendekatan massa dan densitas U 3 O 8. Dengan asumsi porositas =0 maka dapat dituliskan persamaan volume serbuk : V = Nb. 4/3.πR 3 (15) (16) Nilai densitas (ρ) dan massa (m) dari U 3 O 8 diketahui, sehingga nilai Nb dapat dihitung. Koefisien perpindahan massa (k x ) ditentukan dengan simulasi, sampai didapat data yang paling mendekati dengan data eksperimen. Gambar 1. Pelarutan padatan Neraca massa A di padatan : Rate of Input Rate of Output = Rate of Accumulation (5) 0-k x.(xs - X).. Nb = ( 6) -k x (Xs-X).. Nb =. (7) (8) Persamaan differensial 8 mengandung 3 variabel (x, r, t) jadi belum dapat diselesaikan, perlu satu persamaan lagi. Ada 2 cara untuk mencari persamaan pelengkap tersebut. Perhitungan Neraca komponen A di larutan : TATA KERJA Bahan Penelitian ini menggunakan bahan-bahan antara lain serbuk U 3 O 8 hasil proses di P3TM BATAN, dan bahan-bahan kimia dari Merck seperti HNO 3, H 2 SO 4, TiCl 3 kristal, FeCl 3 kristal, Barium difenilsulfonat kristal, asam sulfamat kristal, larutan titrisol K 2 Cr 2 O 7 0,1 N, Urea kristal, heksametilentetramin (C 6 H 12 N 4 ) kristal, NH 3 pekat, aceton, dan ABM. Alat Alat-alat yang digunakan antara lain : Alatalat gelas (gelas beker, erlenmeyer, corong gelas, pipet volume, pipet tetes, pipet mikro, labu takar, gelas arloji), sendok, cawan porselin, lumpang porselin, neraca analitik, termometer, kertas saring, muffle furnace, piknometer, tungku reduksi, pengaduk magnet, buret. Cara Penelitian Larutan medium disiapkan untuk analisa kadar uranium yang terdiri atas H 2 SO 4 pekat (95-97

4 Ariyani Kusuma Dewi, dkk. ISSN %), HNO 3 pekat (65 %) dan 19,4 g asam amido sulfonat (HSO 3 NH 3 ) yang telah diencerkan dulu masing-masing dalam labu takar 1 ml dan dicampurkan ketiganya hingga homogen. Disamping larutan medium, juga dibuat larutan indikator Barium Diphenil Sulfonat yang dilarutkan ke dalam ABM dan dipanaskan, serta indikator FeCl 3 yang dilarutkan dalam ABM tanpa pemanasan. Setelah larutan medium dan indikator telah siap, dilakukan pelarutan U 3 O 8 ke dalam HNO 3 5 N dengan cara menambahkan 2,5 g serbuk U 3 O 8 ke dalam 25 ml solven HNO 3 5 N, diaduk dengan magnetik stirer dengan variasi lama pengadukan 24 menit, 48 menit, 72 menit, 96 menit, dan 120 menit. Suspensi yang telah terbentuk yang selanjutnya disebut dengan ADUN, didiamkan selama 15 menit dan dilakukan analisis kadar uranium. Selain variabel waktu, dilakukan juga varibel suhu, dimana pelarutan pertama pada suhu kamar, sedangkan yang kedua menggunakan suhu 60 ºC. Larutan ADUN dianalisis kadar uraniumnya untuk setiap variabel waktu dan suhu seperti yang telah dilakukan di atas dengan cara mengambil 50µL larutan ADUN menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam beaker glass, lalu ditambahkan 20 ml larutan medium serta 1 ml larutan TiCl 3 dan diaduk selama sekitar 5 menit. Kemudian ditambahkan 2 tetes indikator FeCl 3 dan 2 tetes indikator Barium diphenil sulfonat. Larutan dititrasi menggunakan larutan standar K 2 Cr 2 O 7 0,1 N sampai titik ekivalen (warna larutan berubah menjadi ungu). Data yang dihasilkan dari kadar uranium yang terlarut dimasukkan ke dalam program Q- BASIC untuk mencari ralat rerata kesalahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelarutan U 3 O 8 dengan larutan HNO 3 5 N pada suhu 30 o C Dalam proses perancangan model pelarutan U 3 O 8, dilaksanakan proses pelarutan serbuk U 3 O 8 dengan larutan HNO 3 sehingga dihasilkan larutan uranil nitrat {UO 2 (NO 3 ) 2 }. Kadar uranium dari data eksperimen yang didapatkan, akan digunakan sebagai pembanding data perhitungan model matematis menggunakan program Q-BASIC. Proses eksperimen dilakukan dengan melarutkan 2,5 gr U 3 O 8 dalam pelarut HNO 3 5 N sebanyak 25 ml, sehingga didapatkan data kadar U yang terlarut. Perhitungan analisis kadar U terlarut dapat dilihat pada lampiran. Tabel 1. Kadar U pada pelarutan 2,5 gr U 3 O 8 dalam 25 ml HNO 3 5N secara eksperimen pada variasi waktu pada suhu 30 o C. No Waktu (menit) Kadar (Kg U/L) , , , , , Gambar 2. Kurva hubungan antara kadar uranium dengan waktu pelarutan pada suhu 30 o C. Dari Gambar 2 tersebut diatas dapat dilihat bahwa waktu pelarutan sangat berpengaruh terhadap kadar uranium yang dihasilkan. Reaksi antara uranium dengan HNO 3 bersifat eksotermis (mengeluarkan panas) sambil mengeluarkan gas NO 2 berwarna merah kecoklatan, kemudian larutan berubah menjadi hijau kehitaman (warna hitam berasal dari senyawa karbon). Makin lama waktu kontak, maka reaksi antara U 3 O 8 dan HNO 3 semakin bagus, sehingga kadar uranium yang terukur pun semakin tinggi. Sebagaimana terlihat pada persamaan (8) : (8) Dari persamaan 8 diatas dapat terlihat bahwa semakin besar waktu yang digunakan untuk melarut, maka semakin kecil jari-jari butiran uranium (r) dalam pelarut. Hubungan antara kadar uranium dengan jari-jari butiran uranium dapat dilihat pada persamaan (10) : (10) Pelarutan U 3 O 8 dalam solven HNO 3 mengakibatkan jari-jari butiran U 3 O 8 semakin kecil, sehingga kadar U yang dapat diukur pun semakin tinggi. Sedangkan Xs (kadar jenuh) dapat diperoleh apabila dengan penambahan U 3 O 8 sudah tidak larut

5 174 ISSN Ariyani Kusuma Dewi, dkk. lagi dalam solven HNO 3, sehingga kadar U yang terukur telah konstan. Serbuk U 3 O 8 sangat halus, sehingga jumlah butiran (Nb) ditentukan dengan pendekatan massa dan densitas U 3 O 8. Dengan asumsi porositas =0 maka persamaan 15 dan 16 menjadi: V = Nb. 4/3.πR 3 (15) (16) Berdasarkan penelitian didapat ρ U 3 O 8 = 4,598 kg/l dan m U 3 O 8 = 2, kg sehingga didapat 0, L =0, dm 3 Jika asumsi Nb=1 maka R = 0, dm. Koefisien perpindahan massa (k x ) ditentukan dengan simulasi, sampai didapat data yang paling mendekati dengan data eksperimen. Kadar kelarutan U 3 O 8 jenuh (X s ) = 0,062 kg/l, sedangkan massa solven HNO 3 5 N (M) = (Volume x ρ) HNO 3 5 N = 0,025 L x 1,4 kg/l = 0,035 kg. Data-data tersebut menjadi masukan dalam program Q-BASIC, untuk kemudian dihitung ralat rerata antara hasil eksperimen dengan hasil perhitungan dari model matematika. Tabel 2. Ralat Data Eksperimen Dengan Data Perhitungan pada suhu 30 o C Dengan ralat rerata 19,65 %. No Waktu Data Data Ralat (menit) Eksperimen Perhitungan (%) , , , , , , , ,0189 0, , ,0232 8, , ,027 13,3 Dari data yang telah dimasukkan dalam program Q-BASIC menghasilkan ralat rerata sebesar 19,65 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu kamar, proses pelarutan yang terjadi kurang optimal, dimana U 3 O 8 banyak yang belum larut dalam HNO 3. Disamping harus memperhatikan faktor suhu, reaksi kimia yang terjadi pada proses pelarutan juga perlu diperhitungkan sehingga ralat kesalahan antara hasil perhitungan dan hasil eksperimen bisa seminimal mungkin. Pelarutan U 3 O 8 dengan larutan HNO 3 5 N pada suhu 60 o C Proses selanjutnya ialah pelarutan padatan 2,5 gr U 3 O 8 pada pelarut HNO 3 5N 25 ml pada suhu 60 o C. Proses pelarutan ini digunakan sebagai pembanding pelarutan pada suhu 30 o C. Dari proses tersebut didapatkan data-data sebagai berikut: Tabel 3. Kadar U pada pelarutan 2,5 gr U 3 O 8 dalam 25 ml HNO 3 5N secara eksperimen pada variasi waktu pada suhu 60 o C. No Waktu (menit) Kadar (Kg U/L) , , , , ,03808 Jika dibuat kurva akan menjadi: Gambar 3. Kurva perbandingan antara hasil percobaan dan perhitungan terhadap waktu pelarutan pada suhu 30 o C Gambar 4 : Kurva hubungan antara kadar uranium dengan waktu pelarutan pada suhu 60 ºC. Pada gambar 4 tersebut diketahui bahwa semakin lama waktu pelarutan maka akan semakin sempurna pelarutannya. Dari data yang didapatkan, dimasukan ke dalam program Q-BASIC dan mendapatkan hasil sebagai berikut:

6 Ariyani Kusuma Dewi, dkk. ISSN Tabel 4. Ralat Data Eksperimen Dengan Data Perhitungan pada suhu 60 o C. No Waktu Data Data Ralat (menit) Eksperimen Perhitungan (%) , , , , , , , ,0287 0, , , , , ,0379 0,4 Dari data tersebut dihasilkan ralat rerata sebesar 16,32 %. Kurva perbandingan antara data perhitungan dengan data eksperimen dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Kurva perbandingan antara hasil percobaan dan perhitungan terhadap waktu pelarutan pada suhu 60 o C. Dari gambar 5 tersebut di atas dapat diketahui bahwa perbandingan antara data perhitungan dengan data eksperimen tidak terlalu jauh, dengan menghasilkan ralat rerata sebesar 16,32 % dan lebih kecil nilainya dari ralat rerata pada pelarutan U 3 O 8 suhu 30 o C sebesar 19,65%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu pelarutan maka semakin besar laju kelarutan yang berakibat pada semakin besarnya kadar yang dihasilkan. Ralat rerata tersebut telah sesuai dengan ketentuan yaitu harus dibawah 30 %, Sehingga pelarutan pada suhu 30 o C maupun 60 o C telah sesuai untuk menggunakan persamaan (8) : (dr/dt) = - k x.(x s x)/ρ s dan persamaan (13) : (dx/dt) = 4π.ρ s. N b. r 2.(x s x)/m. KESIMPULAN Ralat rerata yang diperoleh melalui perbandingan hasil di lapangan dengan program Q- BASIC menunjukkan bahwa penggunaan persamaan model matematika; (8) : (dr/dt) = - k x.(x s x)/ρ s dan persamaan (13) : (dx/dt) = 4π.ρ s. N b. r 2.(x s x)/m sesuai untuk proses pelarutan U 3 O 8, akan tetapi lebih baik jika memperhitungkan reaksi kimia yang terjadi disamping faktor konsentrasi dan suhu. DAFTAR PUSTAKA 1. COTTON, F.A. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press GALKIN N.P, et al Technology of Uranium (Translated from Russian). Washington DC: The US Atomic Energi Comission and The National Science Foundation GREENWOOD, N.N., Chemistry of The Element, Pergamon Press, Oxford BUSRON MASDUKI dan WARDOYO. Pabrikasi Elemen Bakar Reaktor Suhu Tinggi (RST), Pemilihan Proses Sol gel dan Penelitian Pembuatan Kernel. dalam Seminar Teknologi dan Aplikasi Reaktor Temperatur Tinggi: Jakarta PPkTN BATAN NICKEL, H. Development of coated Fuel Partikel, KFA contribution within the frame of the Germany High Temperature reactor Fuel Development Program, Julich. Kernforschungsanlage SOLEH, Pengaruh Waktu Pelarutan Uranium dari Oksida U 3 O 8 dengan asam Nitrat 2M, SMTI, Yogyakarta : WAHYUDI B.S., AGUS PRASETYA. Pemodelan Matematis dan Penyelesaian Numeris dalam Teknik Kimia. Yogyakarta: Penerbit ANDI TANYA JAWAB Dyah S.R. Program yang dipakai apa saja? Dari kurva, parameter yang optimum apa? Ariyani Kusuma Dewi Program Q Basic saja. Parameter yang dipakai suhu dan waktu. Untuk membuktikan apakah model matematika yang dipakai berlaku atau tidak. Terlihat di kurva, semakin tinggi suhu ralat kesalahan semakin kecil, tapi untuk suhu optimumnya tidak ditentukan.

7 176 ISSN Ariyani Kusuma Dewi, dkk. Prof. Dr. Ir. Agus Taftazani Pada kesimpulan terdapat reaksi kimia, apa ada di model? Saran : Bandingkan dengan penelitian sebelumnya yang serupa, akan semakin baik. Apa kelebihan atau kekurangan dari tulisan terdahulu dengan sekarang. Ariyani Kusuma Dewi Reaksi kimia belum dimasukkan dalam model, masih menggunakan 2 parameter (suhu dan waktu). Reaksi kimia (kecepatan reaksi, transfer massa) akan dilakukan untuk penelitian selanjutnya. Terima kasih sarannya.

8 Ariyani Kusuma Dewi, dkk. ISSN LAMPIRAN Program Q-BASIC untuk pelarutan pada suhu 60 o C REM MENGHITUNG KECEPATAN PELARUTAN PADATAN SUHU 60C REM LATIHAN DARI PERSAMAAN YANG DIBERIKAN READ XS, K, RHO, R0, T0, M, Nb, X0, PHI, DELT DATA.062,.53,4.598, ,0,.035,1,0,3.14,.4 READ XDAT(1), XDAT(2), XDAT(3), XDAT(4), XDAT(5) DATA , , , , CLS INPUT "JUMLAH DATA ="; N 'DIM XDAT(N), XHIT(N) 'FOR I = 1 TO N STEP 2 ' "XDAT("; I; ")="; : INPUT XDAT(I) 'NEXT I "DATA PERHITUNGAN" " " " NO. T R X " " " I = DEF FNR (R0, X0) = -K * (XS - X0) / RHO DEF FNX (R0, X0) = 4 * PHI * Nb * K * R0 ^ 2 * (XS - X0) / M TAB(7); I; TAB(15); T0; TAB(25); R0; TAB(38); X0 R = R0 + DELT * FNR(R0, X0) X = X0 + DELT * FNX(R0, X0) IF T0 >= 2 THEN 1000 T0 = T0 + DELT X0 = X R0 = R XHIT(I) = X0 T(I) = T0 I = I + 1 GOTO " " "MEMBANDINGKAN DATA PERCOBAAN DENGAN HITUNGAN" "======================================================" " NO. WAKTU (JAM) CAEXP CAHIT RALAT,%" " " A$ = " ## ##.# ##.## ##.#### ##.#" FOR I = 1 TO N RALAT = ABS(XDAT(I) - XHIT(I)) / XDAT(I) * 100 SRALAT = SRALAT + RALAT USING A$; I; T(I); XDAT(I); XHIT(I); RALAT NEXT I "======================================================" RERATA = SRALAT / N USING "RALAT RERATA = ##.##"; RERATA END

9 178 ISSN Ariyani Kusuma Dewi, dkk. Hasil Pada Layar Akan Terlihat JUMLAH DATA =? 5 DATA PERHITUNGAN NO. T R X E E E E E E E E E E MEMBANDINGKAN DATA PERCOBAAN DENGAN HITUNGAN ======================================= NO. CAEXP CHIT RALAT,% ======================================= RALAT RERATA : 16.32

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PEMBUATAN LARUTAN SOL URANIUM PADA PROSES GELASI EKSTERNAL

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PEMBUATAN LARUTAN SOL URANIUM PADA PROSES GELASI EKSTERNAL PENGARUH SUHU DAN WAKTU PEMBUATAN LARUTAN SOL URANIUM PADA PROSES GELASI EKSTERNAL Sri Widiyati, Ratmi Herlani, Triyono -BATAN, Jl Babarsari Nomor 21, Kotak pos 6101 Ykbb 55281 Yogyakarta, e-mail : ptapb@batan.go.id

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM Torowati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PENGARUH KANDUNGAN URANIUM

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN. 100 ISSN Sri Rinanti Susilowati, dkk.

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN. 100 ISSN Sri Rinanti Susilowati, dkk. 100 ISSN 0216-3128 Sri Rinanti Susilowati, dkk. PENGARUH KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL (PVA) DAN KEASAMAN URANIL NITRAT (UN) DENGAN PENSTABIL TETRA HIDRO FURFURAL ALKOHOL (THFA) TERHADAP SIFAT FISIS KERNEL

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 27 Juli 2011 PENGARUH KONSENTRASI URANIUM DAN WAKTU PERENDAMAN DALAM TCE TERHADAP LUAS MUKA, JARI- JARI RERATA DAN VOLUME TOTAL PORI KERNEL U 3 O 8 PADA GELASI INTERNAL Sri Rinanti Susilowati, Hidayati BATAN, Babarsari

Lebih terperinci

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT ISSN 1979-2409 Proses Re-Ekstraksi Uranium Hasil Ekstraksi Yellow Cake Menggunakan Air Hangat dan Asam Nitrat (Torowati, Pranjono, Rahmiati dan MM. Lilis Windaryati) PRSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT

logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT B.48 logo l RANCANG-BANGUN AKUISISI DATA DAN KONTROL UNTUK OPTIMASI PROSES PEMBUATAN GEL AMONIUM DIURANAT Ir. Moch. Setyadji, MT. Prof. Drs. Sahat Simbolon, M.Sc. Drs. Damunir Aryadi, ST. Wijiono, SP.

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

PENENTUAN EFISIENSI EKSTRAKSI URANIUM PADA PROSES EKSTRAKSI URANIUM DALAM YELLOW CAKE MENGGUNAKAN TBP-KEROSIN

PENENTUAN EFISIENSI EKSTRAKSI URANIUM PADA PROSES EKSTRAKSI URANIUM DALAM YELLOW CAKE MENGGUNAKAN TBP-KEROSIN PENENTUAN EFISIENSI EKSTRAKSI URANIUM PADA PROSES EKSTRAKSI URANIUM DALAM YELLOW CAKE MENGGUNAKAN TBP-KEROSIN Torowati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PENENTUAN EFISIENSI EKSTRAKSI URANIUM

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK Ngatijo, Rahmiati, Asminar, Pranjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK. Telah dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Modul 3 Ujian Praktikum KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Disusun oleh: Sandya Yustitia 10515050 Fritz Ferdinand 10515059 Maulinda Kusumawardani 10515061 Muhammad

Lebih terperinci

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR URANIUM DALAM YELLOW CAKE DENGAN TITRASI SECARA POTENSIOMETRI

ANALISIS KADAR URANIUM DALAM YELLOW CAKE DENGAN TITRASI SECARA POTENSIOMETRI ISSN 1979-2409 Analisis Kadar Uranium Dalam Yellow Cake Dengan Titrasi Secara Potensiometri (Torowati, Ngatijo, Lilis Windaryati, Banawa Sri Galuh) ANALISIS KADAR URANIUM DALAM YELLOW CAKE DENGAN TITRASI

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang

Lebih terperinci

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM Syamsul Fatimah, Rahmiati, Yoskasih Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM. Telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012

PROSIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 26 September 2012 PENGARUH KONSENTRASI URANIUM DALAM LARUTAN URANIL NITRAT DAN PANJANG JARUM PENETES TERHADAP BENTUK FISIK GEL PADA PROSES GELASI EKSTERNAL DENGAN PENSTABIL THFA Sri Rinanti Susilowati, Ratmi Herlani, Sri

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN

PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN ISSN 14106957 Akreditasi No. 129/AkredLIPI/P2MBI/06/2008 PENGARUH KONSENTRASI MEDIA NH 4 OH TERHADAP BENTUK FASE GEL DAN KARAKTERISASI SETELAH PEMANASAN Indra Suryawan, Sri Rinanti Susilowati Pusat Teknologi

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

Pupuk super fosfat tunggal

Pupuk super fosfat tunggal Standar Nasional Indonesia Pupuk super fosfat tunggal ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O Dody H. Dwi Tiara Tanjung Laode F. Nidya Denaya Tembaga dalam bahasa latin yaitu Cuprum, dalam bahasa Inggris yaitu Copper adalah unsur kimia yang mempunyai simbol

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian Percobaan ini melewati beberapa tahap dalam pelaksanaannya. Langkah pertama yang diambil adalah mempelajari perkembangan teknologi mengenai barium ferit dari berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan, 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam karya tulis ini adalah jenis penelitian eksperimen yang didukung dengan studi pustaka. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

Pupuk dolomit SNI

Pupuk dolomit SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik PERMANGANOMETRI A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik B. TUJUAN Menentukan normalitas KMnO 4 sesungguhnya. C. DASAR TEORI Permanganometri merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTHERM ADSORPSI Oleh : Kelompok 2 Kelas C Ewith Riska Rachma 1307113269 Masroah Tuljannah 1307113580 Michael Hutapea 1307114141 PROGRAM SARJANA STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III )

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III ) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III ) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI AMONIAK SEBAGAI MEDIUM AGING PADA PROSES GELASI EKSTERNAL TERHADAP DIAMETER GEL ADU DAN KERNEL U 3 O 8

PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI AMONIAK SEBAGAI MEDIUM AGING PADA PROSES GELASI EKSTERNAL TERHADAP DIAMETER GEL ADU DAN KERNEL U 3 O 8 PENGARUH WAKTU DAN KONSENTRASI AMONIAK SEBAGAI MEDIUM AGING PADA PROSES GELASI EKSTERNAL TERHADAP DIAMETER GEL ADU DAN KERNEL U 3 O 8 Ratmi Herlani, Sri Widiyati, Sri Rinanti S -BATAN-Yogyakarta Jl Babarsari

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI Tujuan: Menerapkan analisis gravimetric dalam penentuan kadar klorida Menentukan kadar klorida dalam MgCl 2 Widya Kusumaningrum (1112016200005),

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu: Tahap : Tahap Perlakuan Awal ( Pretreatment ) Pada tahap ini, biji pepaya dibersihkan dan dioven pada suhu dan waktu sesuai variabel.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf

BAB V METODOLOGI. Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Alat yang digunakan pada praktikum penelitian, meliputi alat autoklaf 24 L yang merupakan alat hasil rancangan tugas akhir angkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang didukung dengan studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : BAB V METODOLOGI Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji nyamplung dari cangkangnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN

PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN PEMUNGUTAN URANIUM DARI LIMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN Torowati ABSTRAK PEMUNGUTAN URANIUM DARI LlMBAH URANIUM CAIR HASIL PROSES DENGAN TEKNIK PENGENDAPAN. Dalam proses di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. LARUTAN Larutan merupakan campuran yang homogen,yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

PENGARUH UNSUR Al, Mg, DAN Na PADA ANALISIS URANIUM SECARA POTENSIOMETRI

PENGARUH UNSUR Al, Mg, DAN Na PADA ANALISIS URANIUM SECARA POTENSIOMETRI PENGARUH UNSUR Al, Mg, DAN Na PADA ANALISIS URANIUM SECARA POTENSIOMETRI Boybul dan Iis Haryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK PENGARUH UNSUR Al, Mg, DAN Na PADA ANALISIS URANIUM

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN. 108 ISSN Ratmi Herlani, dkk.

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN. 108 ISSN Ratmi Herlani, dkk. 108 ISSN 0216-3128 Ratmi Herlani, dkk. PENENTUAN ANGKA BANDING NO 3 /U DALAM LARUTAN URANIL NITRAT DEFISIEN ASAM UNTUK UMPAN GELASI DENGAN METODE TITRASI SPEKTROFOTOMETRI MENGGUNAKAN SPECTRONIC GENESYS

Lebih terperinci

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik Modul 1: Reaksi-Reaksi Logam Transisi & Senyawanya TUJUAN (a) Mempelajari reaksi-reaksi logam transisi dan senyawanya, meliputi reaksi

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel. BAB V METODOLOGI 5. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :. Tahap Perlakuan Awal (Pretreatment) Tahap perlakuan awal ini daging kelapa dikeringkan dengan cara

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PENENTUAN KADAR KLORIDA Selasa, 1 April 2014 EKA NOVIANA NINDI ASTUTY 1112016200016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH

Lebih terperinci

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014 Disusun oleh : AMELIA DESIRIA KELOMPOK: Ma wah shofwah, Rista Firdausa Handoyo, Rizky Dayu utami, Yasa Esa Yasinta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN BABffl METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Baban dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO {Crude Palm Oil), Iso Propil Alkohol (IPA), indikator phenolpthalein,

Lebih terperinci