KAMUS INDIKATOR BLU REVISI AREA KLINIS (15 INDIKATOR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAMUS INDIKATOR BLU REVISI AREA KLINIS (15 INDIKATOR)"

Transkripsi

1 KPI-1 : Kematian Pasien di IGD KAMUS INDIKATOR BLU REVISI AREA KLINIS (15 INDIKATOR) Customer kegawat daruratan berbasis mutu dan keselamatan pasien Judul IKT Kematian pasien di IGD (RS Umum dan RS khusus lainnya) Efektivitas dan keselamatan pasien Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat yang ditangani di IGD Kematian di IGD adalah kematian pasien yang terjadi dalam periode 8 jam sejak pasien datang ke IGD RS Umum dan RS khusus lainnya : pasien meninggal di AK IGD = seluruh IGD 8 jam pasien X di 100% IGD Bobot IKT 2 Standar 2.5 % (RS Umum dan RS Khusus lainnya) Kriteria Penilaian hasil 2,5% --> skor = 2 hasil = 2,6% - 3% --> skor = 1,5 hasil = 3,1% - 3,5% --> skor = 1 hasil = 3,6% - 4% --> skor = 0,5 hasil > 4% --> skor = 0 Ka. IGD KPI-2 : Nett Death Rate (NDR) Periode Analisa Denominator Customer rawat inap berbasis mutu dan keselamatan pasien Nett Death Rate Kematian Pasien > 48 jam Efektivitas dan keselamatan pasien Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif serta mampu menyelamatkan pasien yang ditangani di ruang perawatan Nett Date rate adalah kematian pasien yang terjadi sesudah periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit. 1 bulanan Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam dalam 1 bulan Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan

2 Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam (1 bulan) x 1000 Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan Bobot KPI 3 Standar 24/1000 atau 25/1000 Kriteria Penilaian hasil 24 --> skor = 3 hasil = > skor = 2,25 hasil = > skor = 1,5 hasil = > skor = 0,75 hasil >70 --> skor = 0 Ka. Instalasi Rawat Inap KPI-3 : Kepatuhan terhadap Clinical Pathway (CP) Proses bisnis internal Terwujudnya penyelenggaraan sistem manajemen klinik(good clinical governance) berbasis mutu dan keselamatan pasien : Kepatuhan terhadap clinical pathway Kesinambungan pelayanan (continuoum of care) dan keselamatan pasien Terselenggaranya standarisasi proses asuhan klinis, mengurangi risiko proses suhan klinis, mengurangi adanya variasi asuhan klinis dan memberikan asuhan klinis yang tepat waktu serta penggunaan sumber daya yg efisien serta konsisten sehingga menghasilkan mutu pelayanan yang tinggi dengan menggunakan praktek klinik yang berbasis bukti. Kepatuhan terhadap clinical pathway adalah kepatuhan para staf medis/ DPJP dalam menggunakan clinical pathway dalam memberikan asuhan klinis pasien secara terstandarisasi sehingga dapat meminimalkan adanya variasi proses asuhan klinis. Setiap RS memilih/menetapkan paling sedikit 5 area prioritas dengan fokus penggunaan clinical pathway dari 5 penyakit terbanyak dengan ketentuan high volume, high cost, high risk. Selanjutnya ke 5 Clinical pathway tsb diimplementasikan kemudian di monitor indikator proses (kepatuhan pelaksanaan asuhan klinis) dan indikator output (LOS). Periode Analisa 3 bulanan Bobot KPI 4 1. Ada CP 2. Ada CP yang diimplementasikan terintegrasi di Rekam Medik 3. Ada CP yang diimplementasikan dan dievaluasi

3 Standar Ada 5 CP sudah diimplementasikan terintegrasi di Rekam Medik dan sudah dievaluasi Kriteria Penilaian Ada 5 CP yang diimplementasikan di Rekam Medik dan dievaluasi --> skor = 4 Ada 5 CP yang diimplementasikan, tapi belum dievaluasi --> skor = 3 Ada CP, belum diimplementasikan --> skor = 2 Belum ada CP --> skor = 1 Ka. SMF, Ka Instalasi rawat inap, Ka. Komite Medik, Ka.Komite Mutu KPI. 4 : Tidak adanya kejadian pasien jatuh Periode Analisa Proses Bisnis Internal keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien Tidak adanya kejadian pasien jatuh Efektivitas dan keselamatan pasien Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan sasaran keselamatan pasien internasional (IPSG 6) Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh selama pasien mendapatkan perawatan di ruang perawatan, baik akibat jatuh dari tempat tidur, dikamar mandi dsb. Ketika pasien baru pertama kali masuk perawatan maka dalam 24 jam telah dilakukan asesmen awal keperawatan dimana dalam asesmen tsb dapat diketahui kemungkinan pasien berisiko jatuh dengan skoring tertentu menggunakan instrumen penilaian risiko jatuh. Pada anakanak menggunakan skala Humpty Dumpty, pada pasien dewasa menggunakan skala Morse dan skala jatuh untuk pasien geriatri. Dilakukan intervensi jatuh sesuai derajat skor jatuh. Harus dilakukan re asesmen jatuh dengan waktu sesuai derajat skornya. Jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut dikurangi jumlah pasien jatuh Denominator Jumlah pasien dalam bulan tersebut Jumlah pasien yang dirawat jumlah pasien jatuh x 100% Jumlah pasien rawat bulan tersebut Bobot KPI 2 Standar 100% Kriteria Penilaian 100 % : 2 (tidak ada pasien jatuh) < 100% : 0 (Ada pasien jatuh) Ka. Instalasi Rawat Inap KPI-5 : Angka kejadian dekubitus Proses Bisnis internal

4 Periode Analisa keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien Tidak adanya kejadian dekubitus Efektivitas dan keselamatan pasien Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif Kejadian dekubitus adalah terjadinya pasien mengalami dekubitus selama dalam perawatan di RS. A. Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda berikut, yang tidak diketahui penyebab lainnya : kemerahan sakit atau pembengkakan ditepian luka dekubitus dan B. Minimal ditemukan 1 dari bukti berikut : a. Hasil kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar b. Hasil kultur darah positif. 3 bulanan Jumlah pasien yang dirawat pada bulan tersebut yang mengalami dekubitus Denominator jumlah pasien lama tirah baring pada bulan tsb Jumlah pasien yang mengalami dekubitus x 1000 Jumlah hari tirah baring pada bulan tsb Bobot KPI 2 Standar 1,5 Kriteria Penilaian hasil 1,5 --> skor = 2 hasil >1,5-5 --> skor = 1,5 hasil > > skor = 1 hasil >10-15 skor = 0,5 hasil >15 --> skor = 0 Ka. Instalasi Rawat Inap KPI-6 : Infeksi Daerah operasi (IDO) Proses Bisnis internal Terwujudnya pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit Infeksi Daerah Operasi (IDO) keselamatan pasien Menurunkan kejadian infeksi Daerah operasi (IDO) Operasi bersih adalah operasi yang dilakukan pada daerah/ kulit pada kondisi prabedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus respiratorius/ gastrointestinal/ orofaring/ urinarius/ biliar, operasi berencana dengan penutupan kulit primer dengan atau tanpa pemakaian drain tertutup. Infeksi Daerah Operasi adalah Infeksi yang terjadi pada daerah insisi daerah operasi dalam waktu 30 hari tanpa implan dan satu tahun dengan implan pasca bedah terdapat paling sedikit satu keadaan berikut : Pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasang diatas

5 fascia, biakan positif dari cairan yang keluar dari luka atau jaringan yang diambil secara aseptic,sengaja dibuka oleh dokter karena terdapat tanda peradangan kecuali hasil biakan negatif (paling sedikit terdapat satu dari tanda tanda infeksi berikut ini : nyeri, bengkak lokal, kemerahan dan hangat lokal) dan dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi IDO superficial : infeksi pada luka insisi pada luka insisi dalam waktu 30 hari paska bedah tanpa implan,areanya meliputi kulit, subkutan atau jaringan lain di atas fascia.keluar cairan purulen dari luka insisi atau drain di atas fascia, kultur cairan/jaringan yang di ambil secara aseptik (+),jaringan sengaja di buka oleh dokter karena terdapat tanda peradangan (kecuali bila hasil biakan negatif), IDO superficial di tegakkan oleh dokter. Jumlah pasien yang terinfeksi Daerah Operasi (IDO) Denominator Jumlah pasien yang di operasi Jumlah pasien IDO dibagi Jumlah pasien yang dioperasi x 100 % Bobot KPI 4 Standar 2 % Kriteria Penilaian hasil 2 %--> skor = 4 hasil > 2-3% --> skor = 3 hasil > 3 4% --> skor = 2 hasil > 4 5% --> skor = 1 hasil > 5 %--> skor = 0 Ka. Instalasi Bedah sentral dan ketua komite/ panitia/tim PPI KPI-7 : Infeksi Saluran Kencing (ISK) Proses Bisnis internal keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasiendalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit Infeksi saluran Kencing Efektivitas dan keselamatan pasien Menurunkan angka infeksi saluran kencing Infeksi Saluran Kencing (ISK) adalah Infeksi yang terjadi sebagai akibat dari pemasangan kateter > 48 jam Pyuria > 10 leukosit/lpb sedimen urin atau >10 leukosit/ml atau > 3 leukosit/lpb dari urine tanpa dilakukan sentrifus Nitrit dan/atau leukosit esterase positip dengan carik celup (dipstick) Terdapat koloni mikroorganisme pada hasil pemeriksaan urine kultur > 105 cfu / ml

6 Dokter yang merawat menyatakan adanya ISK dan diberi pengobatan antimikroba. Kriteria : Pengelompokan ISK terdiri dari: 1. Infeksi Saluran Kemih Simptomatis 2. Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis 3. Infeksi Saluran Kemih lainnya Tanda dan gejala ISK: Demam ( > 38ºC ) Urgensi Disuria, atau Nyeri Supra Pubik Tanda dan gejala ISK anak 1 tahun: Demam > 38 ⁰C rektal Hipotermi < 37 ⁰C rektal Apnea Bradikardia Letargia Muntah-muntah Tes Diagnostik Tes carik celup (dipstick) positif untuk lekosit esterase dan/atau nitrit. Piuri (terdapat ± 10 lekosit per ml atau terdapat 3 lekosit per LPB (mikroskop kekutan tinggi/1000x) dari urin tanpa dilakukan sentrifugasi). Ditemukan kuman dengan pewarnaan Gram dari urin yang tidak disentrifugasi. Paling sedikit 2 kultur urin ulangan didapatkan uropatogen yang sama (bakteri gram negatif atau S. saprophyticus) dengan jumlah 102 kononi per ml dari urin yang tidak dikemihkan (kateter atau aspirasi suprapubik). Kultur ditemukan 105 koloni/ml kuman patogen tunggal (bakteri gram negatif atau S.saprophyticus) pada pasien yang dalam pengobatan antimikroba efektif untuk ISK. Dokter mendiagnosis sebagai ISK. Dokter memberikan terapi yang sesuai untuk ISK. ISK Simptomatis harus memenuhi paling sedikit 1 kriteria : - Demam ( temp > 38. c ) - Nikuria ( anyang anyangan ) - Polakisuria - Dysuria -Nyeri supra pubik -Biakan urin porsi tengah (midstream) > 105cfu/mL dengan jenis tidak > 2 jenis. - Kuman positif dari urin,pungsi supra pubik tanpa melihat jumlah kuman pada pasien 1 th di dapat paling sedikit satu gejala sebagai berikut,tanpa ada penyebab lainnya : -Demam ( 38⁰C) -Hipotermi (< 37⁰) -Bradikardi < 100x/menit -Letargi

7 -Vomitus ISK asimptomatis : Harus memenuhi paling sedikit 1 kriteria : -Riwayat menggunakan urine kateter < 7 hari yang lalu -Terdapat maksimal 2 spesies jenis kuman dalam biakan urin -Tidak terdapat gejala - gejala dan salah satu dari hasil di bawah ini : -Hasil urin kultur 105 cfu / ml dengan tidak > 2 jenis kuman -Kultur urin 2x berturut-turut terdapat kuman flora normal yang sama mis. S.saprophyticus, S.epidermidis dengan jumlah kuman > 105 cfu/ ml Infeksi Saluran Kemih lainnya : Harus memenuhi salah satu kriteria: -Ditemukan kuman yang tumbuh dari cairan -Ada abses atau tanda infeksi lain yang dapat dilihat, pemeriksaan langsung selama pembedahan atau histopatologi -Ada 2 tanda berikut: demam (>38⁰c), nyeri lokal, nyeri tekan pada daerah yang dicurigai infeksi Inklusi : kateter terpasang > 48 jam Eksklusi :Semua pasien yang terpasang kateter urin < 48 jam Jumlah pasien yang terinfeksi saluran kemih (ISK) Denominator Jumlah lama hari pasien yang terpasang kateter urine Jumlah pasien yang terinfeksi saluran kemih dibagi Jumlah lama hari pasien yang terpasang kateter urine x 1000 Bobot KPI 4 Standar 4.7 Kriteria Penilaian hasil > skor = 4 hasil > > skor = 3 hasil > > skor = 2 hasil > > skor = 1 hasil > > skor = 0 Ka unit pelayanan rawat inap/ketua Komite/panitia/Tim PPI KPI-8 : Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) Judul IKT Proses Bisnis internal keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) (RS Umum dan RS Khusus lainnya) Efektivitas dan keselamatan pasien Menurunnya kejadian infeksi aliran darah Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah infeksi akibat

8 pemasangan kateter intra vena central (CVL), > 48 jam terpasang kateter intra vena central (CVL). Kriteria : (a) Kriteria 1: terdapat patogen dari satu atau lebih kultur darah dan patogen tersebut tidak berhubungan dg infeksi di tempat lain. (b) Kriteria 2: Terdapat setidaknya satu tanda dan gejala sbb: demam (>38⁰C), menggigil, atau hipotensi dan setidaknya satu dari berikut: Kontaminan kulit umum (misal: Diphtheroids, Bacillus spp., Propionibacterium spp., Coagulase Negative Staphylococcus aureus, or micrococci) terkultur dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada waktu yg berbeda. Kontaminan kulit umum terkultur dari setidaknya satu kultur darah pasien dengan line intravena dan dokter memberikan terapi antibiotik yang sesuai. Tes antigen darah positif (misal: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis, atau grup B Streptococcus). Tanda dan gejala dengan hasil positif laboratorium tidak berkaitan dengan infeksi di tempat lain (c) Kriteria 3: Pasien umur <1 tahun dengan setidaknya satu tanda dan gejala berikut: demam (>38 ⁰C), hipotermi (<37⁰ C), apneu, atau bradikardi dan setidaknya satu dari berikut: Kontaminan kulit umum terkultur dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada waktu yang berbeda. Kontaminan kulit umum terkultur dari setidaknya satu kultur darah pasien dengan kateter intravena dan dokter memberikan terapi antibiotik yang sesuai. Inklusi : Semua pasien yang terpasang kateter intravena Eksklusi : Pasien yang terpasang kateter intravena kurang dari 48 jam RS umum dan RS khusus lainnya : pasien yang terinfeksi aliran darah Primer (IADP) IADP = lama hari Pasien yang terpasang Central X 1000 Venous Line (CVL) Bobot IKT 4 Standar IADP : 3.5 Kriteria Penilaian hasil < > skor = 4 hasil > skor = 3 hasil > > skor = 2 hasil > > skor = 1 hasil > 5 --> skor = 0

9 Ka. Instalasi Pelayanan/Ketua Komite/Panitia/Tim PPI KPI-9 : Ventilator Associated pneumonia ( VAP ) Proses Bisnis Internal keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit Ventilator Associated pneumonia ( VAP ) Efektivitas dan keselamatan pasien Menurunkan kejadian infeksi Ventilator Associated pneumonia ( VAP ) Ventilator-Associated Pneumonia (VAP) : adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran napas. Kriteria : Ditemukan minimal dari tanda dan gejala klinis : Demam ( 38⁰C) tanpa ditemui penyebab lainnya. Leukopenia (< WBC/mm3) atau Leukositosis ( SDP/mm3). Untuk penderita berumur 70 tahun, adanya perubahan status mental yang tidak ditemui penyebab lainnya. Minimal disertai 2 dari tanda berikut: Timbulnya onset baru sputum purulen atau perubahan sifat sputum. Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau dyspnea (sesak napas) atau tachypnea. Ronki basah atau suara napas bronchial. Memburuknya pertukaran gas, misalnya desaturasi O2 (PaO2/FiO2 240), peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator. Dasar diagnosis : Adanya bukti secara radiologis adalah jika ditemukan > 2 foto serial - Infiltrat baru atau progresif yang menetap - Konsolidasi - Kavitasi - Pneumatoceles pada bayi berumur < 1 tahun Inklusi : Semua pasien yang dirawat dengan Ventilator > 48 jam Eksklusi : Pasien dengan riwayat Pneumonia sebelumnya Periode Analisa Jumlah pasien yang terinfeksi Ventilator Associated pneumonia ( VAP ) Denominator Jumlah lama hari terpasang Ventilator Jumlah pasien yang terinfeksi Ventilator Associated Pneumonia ( VAP ) dibagi Jumlah lama hari terpasang

10 ventilator x 1000 Bobot KPI 2 Standar 5.8 Kriteria Penilaian hasil < > skor = 2 hasil 5,8-8,3 --> skor = 1,5 hasil 8,4-10,8 --> skor = 1 hasil 10,9-13,6 --> skor = 0,5 hasil > 13,6 --> skor = 0 Ka. Instalasi Pelayanan/Ketua Komite/panitia/Tim PPI KPI-10 : Kepatuhan penggunaan rium Nasional Judul IKT Periode Analisa Denominator Proses Bisnis Internal kefarmasian berbasis mutu dan keselamatan pasien Kepatuhan penggunaan rium Nasional (Fornas) Efektivitas dan keselamatan pasien Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien JKN Kepatuhan penggunaan rium Nasional (Fornas) adalah kesesuaian penulisan resep oleh DPJP dengan rium Nasional pada pasien JKN 3 bulanan Jumlah resep yang sesuai Fornas dalam bulan berjalan Jumlah total resep dalam bulan berjalan resep yang sesuai FORNAS dalam bulan berjalan KPF = total resep dalam bulan berjalan dokter yg membuat peresepan Bobot IKT X 100% tidak sesuai FORNAS Standar 90% Kriteria Penilaian hasil > % --> skor = 3 hasil > 50-75% --> skor = 2,25 hasil > 25-50% --> skor = 1,5 hasil 25%--> skor = 0,75 hasil 0 --> skor = 0 Ka. Instalasi Farmasi KPI-11 : Kejadian Nyaris Cidera Peresepan Obat Pencegahan Adverse Drug Event (usulan untuk uji coba) Proses Bisnis Internal kefarmasian klinik berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan kesalahan obat Pencegahan Adverse Drug Event Efektivitas dan keselamatan pasien Menurunkan kesalahan peresepan

11 Pencegahan Adverse Drugs Event adalah perbandingan jumlah adverse drug event yang dapat dicegah dengan jumlah kesalahan obat yang teridentifikasi Inklusi : kesalahan obat (KNC/KTC/KTD) yang terjadi dalam tahap peresepan, penyiapan (dispensing), pemberian (administrasion) yang dilaporkan oleh instalasi farmasi Eksklusi : keadaan yang berpotensi menimbulkan kesalahan obat (KPC) Jumlah kesalahan yang terjadi dalam tahap peresepan yang dapat teridentifikasi sebelum pasien terpapar akibat dari kesalahan tersebut. Denominator --- Menghitung jumlah kesalahan peresepan yang ditemukan sebelum pasien terpapar akibat dari kesalahan peresepan Bobot KPI 3 Standar 90% Kriteria Penilaian Hasil 90 % skor = 3 Hasil % skor = 2,25 Hasil % skor = 1,5 Hasil % skor = 0,75 Hasil <60 % skor = 0 Ka. Instalasi Farmasi KPI-12 : Waktu tunggu pelaporan hasil pemeriksaan radiologi kritis Proses Bisnis Internal radiologi rumah sakit berbasis mutu dan keselamatan pasien Waktu tunggu hasil pelaporan pemeriksaan radiologi kritis Efisiensi pelayanan radiologi Peningkatan mutu pelayanan radiologi, mempercepat pelayanan/tindakan yang akan diberikan oleh DPJP Waktu Tunggu pelaporan hasil pemeriksaan radiologi kritis adalah Waktu yang diperlukan untuk memberikan jawaban kepada dokter yang mengirim setelah pasien selesai diperiksa dan mulai dibaca oleh dokter spesialis radiologi sampai hasilnya diterima oleh dokter yang mengirim (lisan atau tulisan). Yang dimaksud dengan kritis adalah hasil pemeriksaan terdapat kelainan radiologi yang dilaporkan dan diterima oleh dokter yang mengirim dalam waktu kurang dari 60 menit (lisan atau tulisan). RED Category Condition adalah keadaan yang masuk dalam kondisi kategori kritis atau yang memerlukan penatalaksanaan segera

12 Waktu tunggu yang memanjang dapat berakibat: menurunkan kepercayaan terhadap radiologi Memperpanjang diagnosa dan terapi penderita Kriteria : Inklusi : Semua hasil pemeriksaan radiologi Cito/ STAT/ Emergency yang sesuai dengan RED Category Condition Eksklusi : Semua pemeriksaan dan hasil pemeriksaan radiologi yang bukan Cito/ STAT/ Emergency dan tidak termasuk RED Category Condition Seluruh pemeriksaan radiologi kritis yang dilaporkan dalam waktu kurang dari 60 menit Denominator Seluruh pemeriksaan radiologi Jumlah pemeriksaan radiologi Kritis dilaporkan dalam waktu kurang dari 60 menit dibagi Seluruh pemeriksaan radiologi cito emergency X 100 % Bobot KPI 2 Sumber Data Catatan data Standar 100% Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2 hasil 90-99% --> skor = 1,5 hasil 80-89% --> skor = 1 hasil 70-79% --> skor = 0,5 hasil <70% --> skor = 0 Ka. Instalasi Radiologi KPI-13 : Waktu tunggu Pelaporan hasil pemeriksaan kritis Laboratorium Proses Bisnis Internal laboratorium rumah sakit berbasis mutu dan keselamatan pasien Waktu tunggu Pelaporan hasil pemeriksaan kritis Laboratorium Patologi Klinik Efisiensi, efektivitas dan kesinambungan pelayanan Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium Waktu Tunggu pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium Patologi Klinik Kritis adalah Waktu yang diperlukan untuk memberikan jawaban kepada dokter yang mengirim setelah pasien selesai diperiksa dan mulai dibaca oleh dokter spesialis patologi klinik sampai hasilnya diterima oleh dokter yang mengirim (lisan atau tulisan). Yang dimaksud dengan Kritis adalah hasil pemeriksaan terdapat kelainan dilaporkan dan diterima oleh dokter yang mengirim dalam waktu kurang dari 30 menit (lisan atau tulisan). RED Category Condition adalah keadaan yang masuk dalam kondisi kategori kritis atau yang memerlukan penatalaksanaan segera

13 Waktu tunggu yang memanjang dapat berakibat: menurunkan kepercayaan terhadap layanan laboratorium Memperpanjang diagnosa dan terapi penderita Kriteria : Inklusi : Semua hasil pemeriksaan kritis, cito emergency yang sesuai dengan RED Category Condition Eksklusi : Semua pemeriksaan dan hasil pemeriksaan laboratorium yang bukan Cito/ STAT/ Emergency dan tidak termasuk RED Category Condition Seluruh pemeriksaan laboratorium kritis yang dilaporkan dalam waktu kurang dari 30 menit Denominator Seluruh pemeriksaan laboratorium Cito/ STAT/ Emergency Seluruh pemeriksaan laboratorium kritis yang dilaporkan dalam waktu kurang dari 30 menit dibagi Seluruh pemeriksaan laboratorium Cito/ STAT/ Emergency X 100 % Bobot KPI 2 Sumber Data Catatan data Standar 100% Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2 hasil 90-99% --> skor = 1,5 hasil 80-89% --> skor = 1 hasil 70-79% --> skor = 0,5 hasil <70% --> skor = 0 Ka. Instalasi laboratorium KPI-14 : Penggunaan antibiotik profilaksis dlm waktu 30 menit - 1 jam sebelum insisi bedah Proses Bisnis Internal pembedahan berbasis mutu dan keselamatan pasien melalui pengendalian resistensi antimikroba/ antibiotika Penggunaan antibiotik profilaksis dlm waktu 30 menit - 1 jam sebelum insisi bedah Efisiensi, efektivitas dan kesinambungan pelayanan Penurunan dan pencegahan kejadian infeksi luka operasi b. Penurunan morbiditas dan mortalitas pascaoperasi c. Mencegah munculnya flora normal resisten d. Meminimalkan biaya pelayanan kesehatan. Penggunaan Antibiotik Profilaksis adalah pemberian antibiotik sebelum atau selama operasi hingga 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak memperlihatkan tanda infeksi. Saat pemberian antibiotik profilaksis yang tepat adalah di ruang bedah, menit sebelum insisi kulit Kriteria : Ketentuan pemberian antibiotik profilaksis mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 2406 tahun 2011

14 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di kamar operasi antara 30 menit-1 jam sebelum operasi Denominator Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di kamar operasi sebelum operasi Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di kamar operasi antara 30 menit-1 jam sebelum operasi dibagi Jumlah pemberian AB profilaksis pada operasi bersih di kamar operasi sebelum operasi x 100 % Bobot KPI 2 Sumber Data Catatan data; rekam medis Standar 100 % Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2 hasil 90-99% --> skor = 1,5 hasil 80-89% --> skor = 1 hasil 70-79% --> skor = 0,5 hasil < 70% --> skor = 0 Ka. Instalasi Bedah sentral KPI-15 : Penerapan keselamatan operasi Judul IKT Periode Analisa Denominator Proses Bisnis Internal pembedahan di rumah sakit berbasis mutu dan keselamatan pasien Penerapan keselamatan operasi Efisiensi, efektivitas dan kesinambungan pelayanan Tergambarnya kecepatan pelayanan pembedahan Penerapan keselamatan operasi (PKO) adalah pengisian checklist keselamatan operasi pada form yang dilakukan oleh petugas meliputi tahapan Sign-in (dilakukan sebelum induksi anestesi minimal dilakukan oleh perawat dan dokter anestesi), tahapan Time-out (dilakukan sebelum insisi kulit, diisi oleh perawat, dokter anestesi dan operator), dan tahapan Sign-out (dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi/ok, di isi oleh perawat, dokter anestesi dan operator) Kriteria : sesuai kriteria WHO (JCI) 3 bulanan Jumlah pasien pembedahan di ruang operasi yang Checklist keselamatan pasien telah diisi lengkap sesuai tahapan oleh petugas yang tertentu disertai tandatangan dan penulisan jam pengisian pada bulan berjalan Total pasien pembedahan di ruang operasi pada bulan itu

15 PKO = Bobot IKT 2 Sumber Data Catatan data Standar 100 % Kriteria Penilaian hasil 100% --> skor = 2 hasil 90-99% --> skor = 1,5 hasil 80-89% --> skor = 1 hasil 70-79% --> skor = 0,5 hasil < 70% --> skor = 0 Ka. Instalasi Bedah sentral

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017 LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING TRIWULAN I TAHUN 2017 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5.00 4.60 4.00 3.50 3.50 2.00 1.00 1.50 Jan-17 Feb-17 Mar-17 TW I 2016

Lebih terperinci

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UNTUK WEBSITE DAN MADING TRIWULAN III TAHUN 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 4,6 3,5 3,5 3,06 1,64 1,41 1,47 0,50 0,00

Lebih terperinci

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 2017 LAPORAN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT UPDATE WEBSITE DAN MADING SEMESTER I TAHUN 7 Angka Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dalam 5 4.6 4.5.5.64.......6 Jan Feb Mar Apr May Jun SM I 6 SM I 7 Semester Target

Lebih terperinci

Ventilator Associated Pneumonia

Ventilator Associated Pneumonia Ventilator Associated Pneumonia Area Kategori Indikator Perspektif Sasaran Strategis Dimensi Mutu Tujuan Klinis Tindakan pengendalian infeksi RS Proses Bisnis Internal Terwujudnya penyelenggaraan sistem

Lebih terperinci

KAMUS INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT DAN BALAI

KAMUS INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT DAN BALAI KAMUS INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT DAN BALAI KAMUS INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT A. AREA KLINIS (49 INDIKATOR) A. 1 Kepatuhan Terhadap Standart A.1.1 Kepatuhan terhadap Clinical Pathway... 4 A.1.2 Persentase

Lebih terperinci

KAMUS INDIKATOR KINERJA BADAN LAYANAN UMUM UNIT PELAKSANA TEKNIS VERTIKAL

KAMUS INDIKATOR KINERJA BADAN LAYANAN UMUM UNIT PELAKSANA TEKNIS VERTIKAL KAMUS INDIKATOR KINERJA BADAN LAYANAN UMUM UNIT PELAKSANA TEKNIS VERTIKAL DITJEN PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KAMUS INDIKATOR KINERJA BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM AREA KLINIS Kepatuhan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan,

PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT. Halaman 1 dari 5. No. Dokumen... No. Revisi... RS ADVENT MANADO. Ditetapkan, PELAKSANAAN SURVEILANS INFEKSI RUMAH SAKIT RS ADVENT MANADO STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN No. Dokumen... No. Revisi... Ditetapkan, Halaman 1 dari 5 Kepala RS Advent Manado Tanggal Terbit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Ventilator dapat juga berfungsi untuk

Lebih terperinci

INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT RSUD dr. SOEDONO MADIUN TRIBULAN III TAHUN 2017

INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT RSUD dr. SOEDONO MADIUN TRIBULAN III TAHUN 2017 INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT RSUD dr. SOEDONO MADIUN TRIBULAN III TAHUN 17 A. INDIKATOR AREA KLINIS 1. Kepatuhan melakukan asesmen ulang pada pasien a. Asesmen Medis 15. 1. 95. 9. 85. 8. 75. Dari pengumpulan

Lebih terperinci

Trend Angka Infeksi Triwulan III Tahun 2017

Trend Angka Infeksi Triwulan III Tahun 2017 Persentase/permill LAPORAN PPI SURVAILANS TRIWULAN III TAHUN 27 Trend Angka Infeksi Triwulan I, II, dan III tahun 27 Bulan IDO ISK IADP VAP Dekubitus Phlebitis TW I,3% 3, TW II,8% 7,3 TW IIII,% 2,5 Trend

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan

Lebih terperinci

Tindakan/Operasi 1 Diagnosa. 2 Tanggal Operasi 1 Lama Operasi Jam.. Menit. 2 Lama Operasi Jam.. Menit

Tindakan/Operasi 1 Diagnosa. 2 Tanggal Operasi 1 Lama Operasi Jam.. Menit. 2 Lama Operasi Jam.. Menit V Tindakan/Operasi 1 Diagnosa.. 2 Tanggal Operasi 1 Lama Operasi Jam.. Menit 2 Lama Operasi Jam.. Menit 3 Jenis Operasi : Bersih Bersih Tercemar Tercemar 4 Tindakan Operasi 5 ASA Score VI Komplikasi/Infeksi

Lebih terperinci

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya 2017-2018 1. Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan bulan Efisiensi dan Keselamatan Tipe Indikator Input Pelaksanaan rapat dokter umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien

Lebih terperinci

Kamus Indikator. Mutu. RSUD Lasinrang Kabupaten Pinrang. Kode Dokumen: PMKP-8/014/2017

Kamus Indikator. Mutu. RSUD Lasinrang Kabupaten Pinrang. Kode Dokumen: PMKP-8/014/2017 Kode Dokumen: PMKP-8/0/2017 Kamus Indikator 2017 Mutu Untuk meningkatkan mutu pelayanannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat maka dibentuklah Komite Mutu Rumah Sakit. Kegiatan

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN

PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PANDUAN TEKNIS PESERTA DIDIK KEDOKTERAN DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN KOMITE MEDIK RSUD DR. SAIFUL ANWAR KESALAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT BAKORDIK RSSA/FKUB MALANG 2015 BILA BERHADAPAN DENGAN PASIEN,

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE JULI S.D SEPTEMBER 2016

LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE JULI S.D SEPTEMBER 2016 KESEHATAN DAERAH MILITER III / SILIWANGI RUMAH SAKIT TK. II 3.5.1 DUSTIRA LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE JULI S.D SEPTEMBER 216 Jl. Dr. Dustira No.1 Cimahi Telp. 665227 Faks. 665217 email : rsdustira@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU BULAN APRIL S.D JUNI 2016

PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU BULAN APRIL S.D JUNI 2016 KESEHATAN DAERAH MILITER III / SILIWANGI RUMAH SAKIT TK. II 3.5.1 DUSTIRA PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU BULAN APRIL S.D JUNI 216 Jl. Dr. Dustira No.1 Cimahi Telp. 665227 Faks. 665217 email : rsdustira@yahoo.com

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN NOMOR : HK.02.03/I/0173/2016

PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN NOMOR : HK.02.03/I/0173/2016 LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN Nomor : HK.02.03/I/2630/2016 Tanggal : 29 Agustus 2016 PERUBAHAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN NOMOR : HK.02.03/I/0173/2016

Lebih terperinci

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta pola kuman 3. Program pendidikan dan pelatihan PPI 4. Program penggunaan antimikroba rasional N0 KEGIATAN MONITORING

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU BULAN JANUARI-MARET 2016

PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU BULAN JANUARI-MARET 2016 KESEHATAN DAERAH MILITER III / SILIWANGI RUMAH SAKIT TK. II 3.5.1 DUSTIRA PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU BULAN JANUARI-MARET 216 Jl. Dr. Dustira No.1 Cimahi Telp. 665227 Faks. 665217 email : rsdustira@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA TERPILIH (IKT) RUMAH SAKIT

INDIKATOR KINERJA TERPILIH (IKT) RUMAH SAKIT Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor : HK.02.03/I/2642/2016 anggal : 31 Agustus 2016 INDIKAOR KINERJA ERPILIH (IK RUMAH AKI 1 A. 4 INDIKAOR EAP 1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN 37 BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE APRIL S.D JUNI 2017

LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE APRIL S.D JUNI 2017 KESEHATAN DAERAH MILITER III / SILIWANGI RUMAH SAKIT TK. II 3.5.1 DUSTIRA LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE APRIL S.D JUNI 217 Jl. Dr. Dustira No.1 Cimahi Telp. 665227 Faks. 665217 email : rsdustira@yahoo.com

Lebih terperinci

LAPORAN DATA INDIKATOR MUTU PELAYANAN RSUD KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

LAPORAN DATA INDIKATOR MUTU PELAYANAN RSUD KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 A. INDIKATOR KLINIK LAPORAN DATA INDIKATOR MUTU PELAYANAN RSUD KABUPATEN PACITAN TAHUN 25 NO JUDUL INDIKATOR FORMULA DATA. Pengkajian awal Jumlah tindakan pengkajian pasien baru < 24 jam awal yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN TRIWULAN INDIKATOR MUTU PERIODE JULI S.D SEPTEMBER 2017

LAPORAN TRIWULAN INDIKATOR MUTU PERIODE JULI S.D SEPTEMBER 2017 KESEHATAN DAERAH MILITER III / SILIWANGI RUMAH SAKIT TK. II 3.5.1 DUSTIRA LAPORAN TRIWULAN INDIKATOR MUTU PERIODE JULI S.D SEPTEMBER 217 Jl. Dr. Dustira No.1 Cimahi Telp. 665227 Faks. 665217 email : rsdustira@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Healthcare Acquired Infections (HAIs) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak didapatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat menggambarkan mutu rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016

HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016 HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU RSUD AL IHSAN PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III (BULAN JULI SEPTEMBER) TAHUN 2016 A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Visi Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Propinsi Jawa Barat,

Lebih terperinci

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt Press Release Implementasi Standar Akreditasi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan & Keselamatan Pasien RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang, merupakan rumah sakit

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO TAHUN 2016 INDIKATOR KINERJA RSUP dr SOERADJI TIRTONEGORO TAHUN 2016 DASAR HUKUM: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instalasi Pemerintah, bahwa Penyusunan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48

BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48 BAB 6 PEMBAHASAN VAP (ventilatory acquired pneumonia) adalah infeksi nosokomial pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48 jam. 4,8,11 Insiden VAP bervariasi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB I INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT AMAL SEHAT WONOGIRI. Indikator Mutu RS. Amal Sehat Wonogiri terdiri atas 5 Indikator Mutu yaitu :

BAB I INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT AMAL SEHAT WONOGIRI. Indikator Mutu RS. Amal Sehat Wonogiri terdiri atas 5 Indikator Mutu yaitu : BAB I INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT AMAL SEHAT WONOGIRI Indikator Mutu RS. Amal Sehat Wonogiri terdiri atas 5 Indikator Mutu yaitu : 1; Indikator Mutu Klinis 1.1; Assesment pasien 1.2; Pelayanan laboratorium

Lebih terperinci

90 Januari Februari Maret Target Capaian

90 Januari Februari Maret Target Capaian Kepatuhan Pemasangan Gelang Identitas Pasien Sebelum Dilakukan Kateterisasi Jantung 98 96 94 92 9 Target Capaian 98.5.. Penyampaian Nilai Kritis Hasil Laboratorium Tepat Waktu 3 Menit 95 9 85 8 Target

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA, MONITORING, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT 26 INDIKATOR MUTU PRIORITAS RS. ERNALDI BAHAR

LAPORAN ANALISA, MONITORING, EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT 26 INDIKATOR MUTU PRIORITAS RS. ERNALDI BAHAR PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR Jln. Tembus Terminal Km. 12 No. 2 Kelurahan Alang-alang Lebar Kecamatan Alang-alang Lebar Palembang, Provinsi Sumatera Selatan Email : rs_ernaldibahar@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PERFORMANCE BOARD RSCM INDIKATOR PRIORITAS RUMAH SAKIT (HOSPITAL WIDE MEASUREMENT)

PERFORMANCE BOARD RSCM INDIKATOR PRIORITAS RUMAH SAKIT (HOSPITAL WIDE MEASUREMENT) PERFORMANCE BOARD RSCM INDIKATOR PRIORITAS RUMAH SAKIT () Presented by: Komite Mutu, Keselamatan, dan Kinerja keterangan (CAPAIAN RSCM: CAPAIAN APRIL 2015-MARET 2016) (CAPAIAN PER UNIT KERJA: CAPAIAN JANUARI-MARET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017 dalam menit dalam persen LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 217 1. Indikator Mutu Klinik a. Asesmen terhadap area klinik:ketidaklengkapan pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin pesatnya ilmu dan teknologi di bidang medis masa kini, maka semakin kompleks pula pelayanan kesehatan di rumah sakit, ditandai dengan meningkatnya prosedur-posedur invasive baik

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan

Lebih terperinci

INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum Setelah mengikuti materi ini mahasiswa diharapkan memahami tentang indikator mutu pelayanan rs Tujuan khusus, mahasiswa memahami: Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan konstributor penting pada morbiditas dan mortalitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Nosokomial menjadi masalah yang cukup berdampak di negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi nosokomial ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN Sesuai dengan misi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, untuk dapat memberikan pelayanan bermutu dengan

Lebih terperinci

LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017

LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2017 DALAM MENIT DALAM MENIT LAPORAN INDIKATOR MUTU KUNCI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 27. Indikator Mutu Klinik a. Asesmen terhadap area klinik:ketidaklengkapan pengkajian awal

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SATUAN KERJA RSUP DR. SARDJITO

PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SATUAN KERJA RSUP DR. SARDJITO KEMENTERIAN KESEHATAN RI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR SARDJITO YOGYAKARTA PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SATUAN KERJA RSUP DR. SARDJITO RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Jl. Kesehatan 1 Sekip Yogyakarta,

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

LAPORAN EVALUASI PROGRAM LAPORAN EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN S.D 217 KOMITE PMKP RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI MALUKU PENINGKATAN MUTU & KESELAMATAN PASIEN PERIODE S.D 217 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 LAPORAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INDIKATOR AREA KLINIS 1. Assesmen awal medis lengkap dalam 24

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISK 2.1.1 Definisi ISK adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih bagian traktus urinarius terinfeksi oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11 Kriteria ISK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG - 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE JANUARI-MARET 2017

LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE JANUARI-MARET 2017 KESEHATAN DAERAH MILITER III / SILIWANGI RUMAH SAKIT TK. II 3.5.1 DUSTIRA LAPORAN BULANAN INDIKATOR MUTU PERIODE JANUARI-MARET 217 Jl. Dr. Dustira No.1 Cimahi Telp. 665227 Faks. 665217 email : rsdustira@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN 1. Jenis penelitian penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik non eksperimental dengan menggunakan rancangan kuantitatif observasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ========================== I. STANDAR PMKP A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehataan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, baik itu yang dimiliki oleh pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh

PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS KESEHATAN UPT.PUSKESMAS MENGWI II Alamat : Jl. Raya Tumbak Bayuh Email : KEPUTUSAN KEPALA UPT. PUSKESMAS MENGWI II NOMOR : T E N T A N G SASARAN-SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Lebih terperinci

PENILAIAN MUTU - INDIKATOR MUTU 1

PENILAIAN MUTU - INDIKATOR MUTU 1 APA ITU MUTU? Mutu bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal. Penilaian indikator dapat digunakan untuk menilai mutu berbagai kondisi.

Lebih terperinci

URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI

URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 10 TAHUN 2014 TANGGAL : 3 FEBRUARI 2014 I. Pelayanan Gawat Darurat URAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI a. Presentase life

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

PERFORMANCE BOARD RSUP FATMAWATI JANUARI S/D SEPTEMBER TAHUN 2016 DAN 2017

PERFORMANCE BOARD RSUP FATMAWATI JANUARI S/D SEPTEMBER TAHUN 2016 DAN 2017 JANUARI S/D SEPTEMBER TAHUN 6 DAN 7 : Kepatuhan Penggunaan Gelang Identitas Pasien Rawat Inap : Jumlah pasien yang menggunakan gelang dengan identitas yang sesuai ketetapan dibagi jumlah pasien rawat inap

Lebih terperinci

Jumlah alat yang dimiliki di UGD dalam rangka penyelamatan jiwa

Jumlah alat yang dimiliki di UGD dalam rangka penyelamatan jiwa LAMPIRAN : URAIAN INDIKATOR. a. Pelayanan gawat Darurat 1. Kemampuan Menangani Life Saving. Kemampuan menangani life saving Dimensi Mutu Keselamatan Operasional Pengumpulan Data Periode Analisa Denominator

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik, Ilmu Obstetri, dan Ilmu Penyakit Infeksi.

Lebih terperinci

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum

Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum INFEKSI NIFAS PRINSIP DASAR Infeksi melalui traktus genital pasca persalinan suhu 38 C terjadi antara hari 2-10 post partum PREDISPOSISI - Malnutrisi - Anemia - Higiene jelek - Persalinan macet / bermasalah

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat tinggi. Pneumonia merupakan penyakit radang akut paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

Lebih terperinci

Kepatuhan Menerapkan Clinical Pathway Pneumonia pada Anak, Jan Juni 2014

Kepatuhan Menerapkan Clinical Pathway Pneumonia pada Anak, Jan Juni 2014 LIMA AREA PRIORITAS Kepatuhan Menerapkan Clinical Pathway Pneumonia pada Anak, Jan Juni 214 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Capaian 6 63,41 Target 8 8 8 8 8 8 Kepatuhan Menerapkan Clinical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan di antaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia, dan menjadi masalah utama bagi keselamatan pasien. Infeksi nosokomial merupakan penyebab utama kematian dan peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017

LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017 LAPORAN LAPORAN DAFTAR ISI INDIKATOR MUTU PMKP TRIWULAN 1 TAHUN 2017 1. Pendahuluan X 2. Latar belakang X 3. Tujuan umum dan tujuan khusus X 4. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan X 5. Cara melaksanakan

Lebih terperinci