ANALISIS KLESESUAIAN LAHAN TAMBAK TERHADAP PRODUKTIFITAS UDANG DI DESA KALAPAGENEP KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KLESESUAIAN LAHAN TAMBAK TERHADAP PRODUKTIFITAS UDANG DI DESA KALAPAGENEP KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA"

Transkripsi

1 ANALISIS KLESESUAIAN LAHAN TAMBAK TERHADAP PRODUKTIFITAS UDANG DI DESA KALAPAGENEP KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA Andri Nugraha Dr. Siti Fadjaradjani, Dra., M.T (sfadjarajani Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT ANDRI NUGRAHA LAND SUSTAINABILITY ANALYSIS OF PRODUCTIVITY SHRIMP POND IN VILLAGE KALAPAGENEP DISTRICT DISTRICT Cikalong TASIKMALAYA. Geography Education Study Program Faculty of Teacher Training and Education Siliwangi University Tasikmalaya. This problem in the background backs with land sustainability where a relative assessment of land for a specific use. Land capability is seen as the capacity of the land to the level of general use, while the land sustainability is seen as a possible adjustment for a particular purpose use. Land sustainability assessment can basically be the selection of sustainability land for cultivation. This can be done by observing and testing parameters in the field, which contains information about the condition of the land in relation to the sustainability of land for cultivation and determine the necessary management measures.the main issue discussed was the analysis of the sustainability of land to be used as the location of manufacture of shrimp farms and land sustainability influence on productivity shrimp, because there are many factors that need to be noticed in making the cultivation of shrimp farms in rural sub-district Kalapagenep Cikalong Tasikmalaya district, where land is appropriate for manufacture of shrimp farming will support the productivity of shrimp that can improve people's income.the method used by the researchers is a qualitative survey research methods, qualitative survey method is descriptive date in the form of words written or spoken by the field survey. Date collection techniques used were observation, interviews, documentary studies, and literature. The population of the whole of farmers and owners of shrimp farms in the village kalapagenep Cikalong District of Tasikmalaya District. Results of the analysis showed that factors into land suitability requirements weeks to aquaculture shrimp like, within the range of freshwater, slope, soil texture, soil type, soil depth epektif, reaction / ph soil, distance from shore, and water parameters, has proven at the appropriate level which includes the class (S1), so that the land suitability shrimp ponds in the village Kalapagenep Cikalong District of Tasikmalaya District shrimp is capable of producing very high in the market, and can improve the economics of farmers in the village Kalapagenep Cikalong District of Tasikmalaya District. Keywords: farm land sustainability, productivity shrimp,kalapagenep Village

2 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang berpotensi besar dalam menyediakan sumberdaya kehidupan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar, kondisisumberdaya ikan di sekitar Perairan Indonesia, Sebagai alternatif usaha perikanan rakyat selain penangkapan adalah melalui usaha budidaya yang memanfaatkan kawasan pesisir sebagai lahan bagi usaha budidaya perikanan. Salah satu kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang dapat dilakukan dan dioptimalkan adalah budidaya tambak. Awalnya usaha perikanan tambak di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong di kelola oleh perusahaan, namun pada tanggal 17 juli 2006 lokasi tempat budidaya tambak udang tersebut terkena bencana alam (tsunami) yang dampaknya sangat merugikan terhadap pengelola usaha tambak, kemudian pada tahun 2014 dikembangkan lagi oleh masyarakat setempat yang terbagi menjadi dua kelompok (Sauyunan) dan (Pokda). Sebelum membuka usaha tambak masyarakat pesisir pantai berprofesi sebagai nelayan, namun pada kenyataannya hasil tangkapan ikan para nelayan hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesesuaian lahan merupakan penilaian relatif lahan bagi penggunaan tertentu. Kemampuan dipandang sebagai kapasitas lahan untuk tingkat penggunaan umum, sedangkan kesesuaian lahan dipandang sebagai kemungkinan penyesuaian untuk tujuan pengunaan tertentu. Penilaian kelayakan lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk budidaya. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta yang memuat informasi-informasi tentang 2

3 kondisi lahan dalam kaitannya dengan kelayakan untuk kegiatan budidaya dan menentukan tindakan pengelolaan yang diperlukan. Pemilihan lokasi yang baik dan cocok memegang peranan penting dalam keberhasilan produktivitas budi daya udang, lokasi untuk mendirikan usaha budidaya tambak udang di tentukan setelah di lakukan studi atau analisis terhadap data atau informasi tentang tofografi lahan, tanah, sumber pengairan, ekosistem (hubungan lingkungan dengan kehidupan flora dan fauna), dan iklim atau tofografi. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor geografi yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dan tingkat kesesuaian lahan tambak udang terhadap produktifitas udang di Desa Kalapa genep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey kualitatif, Bog dan Tylor mendefinifisikan metode survey kualitatif merupakan metode yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. Populasi dan sampel yang digunakan adalah populasi tunggal atau populasi jenuh, yaitu mengambil secara keseluruhan informasi tentang kesesuaian lahan tambak udang di desa kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya, dalam hal ini ada beberapa faktor-faktor geografi yang menjadi syarat untuk kesesuaian lahan tambak udang Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan adalah studi pustaka, observasi lapangan, teknik wawancara, studi dokumentasi. Peneliti juga melakukan pengamatan dan pengujian mengenai faktor-faktor geografi untuk menentukan kesesuaian lahan tambak udang 3

4 3. PEMBAHASAN 3.1.Deskripsi Budidaya Tambak Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Budidaya udang adalah kegiatan pemeliharaan/pembesaran udang secara khusus dengan penebaran benur ditambak air payau yang terdapat di hamparan pesisir. Sampai dengan tahun 60-an hanya ada 4 negara di dunia yang memiliki areal tambak cukup luaas, yaitu Filipina, Indonesia, Taiwan dan Thailand. Budidaya tambak di Indonesia sendiri sudah mulai dikembangkan semenjak ratusan tahun yang lalu, Tambak tersebut dibangun di wilayah lahan pasang surut (Zona Internidal) karena untuk pengairannya tergantung penuh pada pergerakan air pasang surut, Petakan tambak yang sampai sekarang masih mirip dengan tambak sederhana jaman dulu, hanya berupa satu petakan tunggal berbentuk persegi panjang, seluas 0,5 sampai 2 hektar. Sumber: Observasi Lapangan Gambar 1 Lokasi penelitian tambak udang Tambak demikian paling banyak ditemukan di Jawa Barat sehingga sering disebut tipe Jawa Barat, tiap petakan mempunyai satu pintu air dan sudah merupakan satu unit operasional, petakan yang dikelilingi oleh 4

5 pematang itu juga dilengkapi dengan parit keliling yang digali sepanjang tepian pematang bagian dalam, tiap petakan tunggal mempunyai sebuah petakan kecil (luas beberapa meter persegi), yang biasanya dibangun di bagian tengah, untuk menghindari gangguan dari luar yang biasanya melanda daerah tepian. Sistem budidya udang di tambak yang berkembang sekarang dikenal ada tiga tingkatan menurut kategori penerapan tekhnologi, yaitu tingkat budidaya sederhana (Tradisional, Ekstensif), tingkat budidaya madya (Semi Instensif) dan tingkat budidaya maju (intensif). a. Tingkat Budidaya Sederhana (tradisional) Tingkat budidaya sederhana atau tradisional dilakukan oleh para petani tambak tradisional dengan modal usaha yang minimal. Kemampuan manajemen petani juga masih sederhana, ditandai dengan penerapan tekhnologi yang belum sempurna dan produksi yang dicapai masih rendah. Bentuk dan petakan tambak berukuran tidak teratur, luasnya antara 3-10 Ha/petak. Biasanya, setiap petakan mempunyai saluran keliling (caren) selebar 5-10m disepanjang keliling petakan sebelah kanan. Kadang kadng dibagian tengah (pelataran) dibuat saluran (caren) dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren Cm. bagian pelataran hanya dapat berisi air Cm saja. Di daerah yang pasang surut nya rendah, pelataran tidak dapat menampung air sehingga udang yang dipelihara dibagian produktif hanya di dalam caren saja, kebanyakan udang dipelihara dengan kepadatan rendah, antara 1-5 ekor/m2 lantaran pakan nya hanya tergantung pada pakan alami 5

6 Sumber: Observasi Lapangan Gambar2 Tambak Udang Sederhana (tradisional) b. Sistem Budidaya Semi Intensif Metode atau sistem budidaya ini merupakan peningkatan atau perbaikan dari sistem tradisional, yaitu dengan memperkenalkan bentuk petakan yang teratur agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya. Umumnya, bentuk petakan empat persegi panjang dengan luas 1-3 Ha per petak. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran air (outlet) yang terpisah untuk keperluan pergantian air, persiapan kolam sebelum penebaran benih, dan pemanenan, dalam sistem semi juga diperlukan beberapa kincir untuk sirkulasi air dan pmberian oksigen pada udang, untuk kolam semi intensif mampu menampung benur atau benih udang sebanya sampai ekor/ha per musim tanam. Pemberian pakannya bias menggunakan pangan yang mudah diperoleh disekitar pedesaan seperti ikan rucah, rebon, siput dicampur dengan dedak halus. Produksi tambak udang semi intensif bisa mencapai Kg/Ha/ musim tanam. 6

7 Sumber: Observasi Lapangan Gambar 3 Tambak Udang sistem Budidaya Semi Intensif c. Sistem Budidaya Intensif Sistem tambak intensif dilakukan dengan tekhnik yang canggih dan memerlukan masukan (input) biaya yang besar. Sebagai imbalan dari masukan yang tinggi maka akan dicapai produksi yang tinggi juga. Petakan tambak intensif umumnya kecil-kecil, sekitar 0,2-1 Ha per petak. Tujuannya, supaya pengelolaan air dan pengawasan lebih mudah. Kolam nya pun dapat dibuat dari tanah yang kedap air, dapat juga dilapisi dengan dasar dan dinding beton seluruhnya. Cirri khas dari tambak intensif adalah padat penebarannya tinggi yaitu ekor per m2, pakannya harus menggunakan formula lengkap dengan komposisi yang ideal bagi pertumbuhan udan, jenis tambak intensif biasanya dibuat atau dikelola oleh perusahaan (Suyanto dan Enny, 2009) 7

8 Sumber: Pengamatan Lapangan Gambar 4 Tambak Udang sistem Budidaya Intensif 3.2 Faktor-faktor geografi yang digunakan dalam mengevaluasi tingkat Kesesuaian Lahan Tambak Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Dalam penelitian ini setiap parameter kesesuaian lahan di bagi dalam tiga kelas yaitu sangat sesuai, cukup sesuai, sesuai dan tidak sesuai a. Kelas S1 (Sangat sesuai) : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. b. Kelas S2 Cukup sesuai) : Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. c. Kelas S3 (Sesuai) : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, 8

9 memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. d. N1 (Tidak sesuai) : Lahan mempunyai pembatas yang lebih besar, masim memumngkinkan diatasi, tetapi tidak dapat di perbaiki dengan tingkat pengelolaan dengan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. Adapun sifat-sifat fisik dalam mengevaluasi kesesuaian lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong seperti di bawah ini : 1. Sifat fisik kesesuaian lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya a. Jarak Jangkauan Air Tawar Tambak tentunya memerlukan air dalam jumlah besar untuk media hidup udang yang akan dibudidayakan. Dalam memudahkan dalam proses pengisian tambak maka tambak harus terletak dekat dengan sumber air, baik air tawar maupun air asin. Hal ini menyebabkan jarak tambak dari sumber air menjadi sangat penting sebagai salah satu parameter kesesuaian lahan tambak. Jarak tambak yang paling baik untuk dibangun tambak adalah meter dari tepi sungai. Jarak yang cukup dekat ini akan memudahkan dalam pengisian air tawar untuk tambak. Sedangkan jarak meter dari sungai masih memungkinkan untuk mendapatkan air tawar, tetapi harus didukung oleh teknologi, sehingga akan membutuhkan biaya produksi tambahan. Namun, tambak yang ada di lokasi penelitian berada pada interval jarak 0 50 meter sehingga tambak tersebut termasuk wilayah yang tidak sesuai. 9

10 Setelah saya melakukan pengukuran langsung lokasi tambak udang di Desa Kalapagenep Jarak jangkauan air tawar tidak terlalu jauh dari lokasi tambak udang yaitu sekitar 400 meter dengan menggunakan sumur buatan. Pembuatan sumur untuk penyediaan air tawar tersebut dilakukan dengan cara pengeboran ketersediaan air tawar nya pun cukup banyak dan sangat membantu ketika musim kemarau datang dan tidak menyulitkan ketika dibutuhkan untuk pengontrolan salinitas karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. b. Kemiringan lereng Kemiringan lereng (topografi) sangat mempengaruhi pengelolaan lahan tambak. Lahan yang curam memerlukan banyak biaya untuk konstruksi, untuk kemiringan lereng lokasi penelitian tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya tergolong pada tingkat sesuai dimana merupakan daerah yang tidak terlalu curam ataupun tinggi, adapun klasifikasi kemiringan lahan dinyatakan dalam satuan % dan perbedaan vertikal untuk tiap jarak horisontal 100 satuan yang sama. Klasifikasi kelerengan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Kemiringan Lereng Lereng (%) Unit relief 0-3 Datar 3-8 berombang lerenglandai 8-16 Bergelombang lereng miring Berbukit lereng sedang Curam >65 Sangat curam Sumber: Buku Analisis Kesesuaian Lahan Lahan tambak dengan kemiringan berkisar 0-1 % merupakan lahan tambak yang bernilai ekonomis tinggi karena 10

11 merupakan lahan dengan ciri relief datar yang memudahkan dalam pengelolaan air sehingga biaya operasional relatif lebih murah. Sedangkan lahan tambak dengan kemiringan lebih dari 2% relatif berombak sehingga membutuhkan pengelolaan lahan lebih intensif yang berujung pada meningkatnya biaya operasional untuk memenuhi pasokan air laut dan air tawar, dan lahan tambak di Desa Kalapagenep termasuk pada tingkat yang sesuai. c. Tekstur tanah Tekstur tanah memegang peranan penting dalam menentukan sesuai tidaknya suatu lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertambakan.lahan tembak berdasarkan paket teknologi (input) yang dapat dilakukan adalah seperti yang tercantum pada tabel berikut : TINGKAT PENGELOLAAN Tabel 2 Tesktur Tanah JENIS TANAH KOMPOSISI (%) Clay/Liat Silt/Lanau Sand/Pasir Ekstensif Lempung Semi Intensif Liat Intensif Liat berpasir dan lempung berpasir Sumber: Buku Analisis Kesesuaian Lahan

12 Sumber : Pengamatan Lapangan Gambar 5 Tekstur Tanah Setelah melakukan pengamatan langsung dilapangan, tekstur tanah yang dijadikan lokasi tambak udang di desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah lempung liat berpasir sehingga mampu menahan air dan dapat menyediakan unsur hara bagi makanan alami untuk udang.sedangakan tekstur tanah pematang tambak udang adalah lempung berpasir dimana ketika kering tanah tersebut tidak retak karena teksturnya yang sangat keras. d. Jenis Tanah Jenis tanah sangat penting untuk mengidentifikasi sifat-sifat tanah hubungannya dengan tingkat kesuburan dan kemampuan tanah. Setelah melakukan pengamatan langsung dilapangan jenis tanah lokasi tambak udang merupakan jenis tanah aluvial Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang lebih dipengaruhi oleh bahan induk dan topografinya daripada pengaruh iklim dan vegetasi dan mampu meningkatkan produksi pertanian dan pemeliharaan perikanan atau pertambakan. Dengan memperhatikan cara terbentuknya secara fisiografi terbentuknya tanah aluvial 12

13 terbatas pada : lembah sungai, dataran pantai, dan bekas danau. Semuanya mempunyai relief datar atau cekungan. e. Kedalaman Efektif Tanah Kedalaman tepian tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sekitar 3 meter dengan tinggi air 2,5 metersehingga suplay oksigen akan merata ke seluruh areal tambak baik pada siang maupun malam hari. Kedalaman nya juga sudah disesuaikan dengan tingginya pasang surut air laut guna untuk mencegah terjadinya banjir akibat tingginya pasang surut. f. Reaksi Tanah Reaksi tanah (ph tanah) merupakan parameter penting dalam menilai kesesuaian suatu lahan untuk budidaya tambak. Khusus untuk udang Ph tanah yang baik adalah antara 7,0 8,0 sedangkan >10 tidank baik untuk pertumbuhan udang. Setelah melakukan uji lab mengenai PH tanah lokasi tambak udang di desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong kabupaten Tasikmalaya adalah 6,70 ph Oleh karena itu, dapat dikatakan lokasi tambak udang di Desa Kalapagenep termasuk sesuai berdasarkan parameter derajat keasaman (ph) dan sangat baik bagi pertumbuhan udang. 13

14 Sumber : Pengamatan Lapangan Gambar 6 Pengujian PH Tanah g. Jarak dari Pantai Air laut diperlukan untuk mengatur salinitas air pada tambak. Apabila salinitas tambak terlalu rendah maka air laut akan ditambahkan. Oleh karena itu, seperti halnya jarak dari sungai ke tambak, jarak dari pantai ke tambak juga perlu diperhitungkan sehingga tambak akan lebih mudah dalam memperoleh air laut. Jarak lokasi tambak dari pantai yang masih sesuai adalah meter. Pada interval jarak ini, tambak masih terjangkau pasang surut sehingga pengelola tambak akan mudah memperoleh air asin untuk menaikan salinitas tambak. Jarak yang kurang dari 300 meter tidak sesuai untuk dibangun tambak karena tempat tersebut lebih sesuai digunakan untuk sempadan pantai sehingga pantai akan terlindung dari abrasi. Selain itu, jarak tambak yang terlalu dekat dengan pantai akan mempunyai salinitas yang tinggi dan sulit diturunkan karna tergenang air laut saat pasang. Tambak yang ada di sekitar muara sungai Cimedang terletak pada jarak antara 300 m, dengan fluktuasi pasang surut air laut 2 3 m, dan sudah di sesuaikan dengan kedalaman efektif tanah tambak udang sehingga aman dari ancaman banjir yang terjadi 14

15 akibat tingginya pasang surut air laut. maka tambak tersebut dapat dikatakan sesuai. h. Parameter air Parameter air merupakan ukuran yang digunakan untuk menetapkan keadaan, dan merupakan parameter penting dalam menilai kesesuaian suatu lahan untuk budidaya tambak.tambak yang dibangun di lokasi penelitian ini, hampir seluruhnya merupakan lahan pesawahan, sehingga air dalam tambak pun tidak terlalu asam asam. Salah satu cara pengelola tambak untuk menaikan derajat keasaman air pada tambak ini dilakukan dengan pemberian kapur. Nilai ph air yang sesuai untuk budidaya tambak udang berada pada kisaran 7-8 ph, setelah melakukan uji lab mengenai ph air tambak udang di Desa Kalapagenep dapat dapat diketahui yaitu 6,98 ph dan sangat baik untuk pertumbuhan udang di tambak.dikatakan lokasi tambak udang termasuk sesuai berdasarkan parameter derajat keasaman. Sumber :Pengamatan Lapangan Gambar 7 Pengujian ph Air 15

16 3.3 Pengaruh Tingkat Kesesuaian Lahan Tambak Terhadap Produktifitas Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Setelah melekukan pengamatan dan pengujian mengenai faktor-faktor geografi untuk kesesuaian lahan ternyata lahan tambak udang sudah sesuai dan layak untuk dijadikan lokasi budidaya tambak udang dan pengaruh terhadap produksi udang sangat tinggi dimana mampu menghasilkan kualitas yang bagus di pasaran, dan sangat membantu untuk meningkatkan ekonomi petani tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Faktor-faktor geografi 1. Jarak jangkauan air tawar 2. Kemiringan lereng 3. Tekstur tanah 4. Jenis tanah 5. Kedalaman efektif tanah 6. Reaksi tanah 7. Jarak dari pantai 8. Parameter air kesesuaian lahan tambak terhadap produktifitas udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Kesesuaian Lahan untuk tambak udangdi Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi udang dimana semakin tinggi tingkat kesesuaian lahan maka semakin tinggi tingkat produksi udang Gambar 8 Diagram hubungan antara faktor faktor geografi dengan kesesuaian lahan terhadap produktifitas udang 16

17 4. SIMPULAN Faktor-faktor Geografi Tingkat Keseuaian Lahan Lahan tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya dikatakan sudah sangat sesuai untuk dijadikan loksi budidaya tambak udang dan di buktikan oleh beberapa kriteria lahan yang menjadi persyaratan dalam menentukan kesesuaian lahan sehingga tidak adanya faktor-faktor pembatas dalam lahan yang dijadikan lokasi tambak udang tersebut. Tambak udang di Desa Kalapagenep juga didukung dengan parameter kesesuaian lahan yang mamapu meningkatkan produksi udang yang tinggi. Semua ini didukung dengan kriteria dan parameter lahan seperti: Jarak jangkauan air tawar Jarak jangkauan air tawar tidak terlalu jauh dari lokasi tambak udang yaitu sekitar 400 meter dengan menggunakan sumur buatan. ketersediaan air tawar nya pun cukup banyak dan sangat membantu ketika musim kemarau datang dan tidak menyulitkan ketika dibutuhkan untuk pengontrolan salinitas karena jaraknya yang tidak terlalu jauh Kemiringan lereng Kemiringan lereng lokasi penelitian tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya tergolong pada tingkat sesuai dimana merupakan daerah yang tidak terlalu curam ataupun tinggi, Tekstur tanah Tekstur tanah yang dijadikan lokasi tambak udang di desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya adalah lempung liat berpasir sehingga mampu menahan air dan dapat menyediakan unsur hara bagi makanan alami untuk udang Jenis Tanah 17

18 Jenis tanah lokasi tambak udang merupakan jenis tanah aluvial. Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang lebih dipengaruhi oleh bahan induk dan topografinya daripada pengaruh iklim dan vegetasi dan mampu meningkatkan produksi pertanian dan pemeliharaan perikanan atau pertambakan Kedalaman Efektif Tanah Kedalaman tepian tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sekitar 3 meter dengan tinggi air 2,5 meter sehingga suplay oksigen akan merata ke seluruh areal tambak baik pada siang maupun malam hari. Kedalaman nya juga sudah disesuaikan dengan tingginya pasang surut air laut guna untuk mencegah terjadinya banjir akibat tingginya pasang surut Reaksi tanah Walaupun petani tambak udang di Desa Kalapagenep masih menggunakan cara konvensional untuk menentukan keasaman tanah dan air namun setelah peneliti melakukan pengujian keasaman maka dapat di tentukan keasaman tanah 6,70 dan sudah sesuai untuk budidaya udanga Jarak Dari Pantai Tambak yang ada di sekitar muara sungai Cimedang terletak pada jarak antara 300 m, dengan fluktuasi pasang surut air laut 2 3 m, dan sudah di sesuaikan dengan kedalaman efektif guna mencegah terjadinya banjir ketika pasang surut Parameter Air Untuk mengetahui tingkat keasaman air tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya petani masih menggunakan cara yang tradisional, namun setelah peneliti melakukan pengujian 18

19 tingkat keasaman dapat ditentukan 6,98 ph dan sudah sesuai untuk lokasi tambak udang Pengaruh Tingkat Kesesuaian Lahan Terhadap Produktifitas Udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya Kesesuaian Lahan untuk tambak udang di Desa Kalapagenep Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi udang dimana semakin tinggi tingkat kesesuaian lahan maka semakin tinggi tingkat produksi udang. 19

20 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Dadang. (2014). FAO Kesesuaian Lahan. (2009). [online]. Tersedia:. Hardjowigeno dan Widiatmaka. (2011). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nasa. (2014). [online]. Tersedia: Prima, Akbar. (2012). [online]. Tersedia: DJAKARIA_M_NUR/PERENCANAAN_WILAYAH.pdf Bahan_ajar_Perenca naan_wilayah.pdf Rahman, Ipan Fauzi. (2006). Evaluasi Penggunaan Lahan di Kelurahan Cilembang Kecamatan Cihideung Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi tidak di terbitkan. 20

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Budidaya Tambak Kegiatan budidaya tambak merupakan pemanfaatan wilayah pesisir sebagai lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. ujung paparan benua (continental shelf) atau kedalaman kira-kira 200 m. Pulau-Pulau Kecil diantaranya adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir LIPI (2007), menyatakan daerah pesisir adalah jalur tanah darat atau kering yang berdampingan dengan laut, di mana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung

Lebih terperinci

Widi Setyogati, M.Si

Widi Setyogati, M.Si Widi Setyogati, M.Si Pengertian Tambak : salah satu wadah budidaya perairan dengan kualitas air cenderung payau/laut, biasanya terdapat di pesisir pantai Tambak berdasarkan sistem pengelolaannya terbagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi dan

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124 DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Persetujuan Kata Pengantar Pernyataan Keaslian Tulisan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Peta Daftar Lampiran Intisari Abstract i ii iii iv v ix xi xii xiii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya PENGETAHUAN RAWA RAWA adalah sumber air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah merupakan satu kesatuan jaringan sumber air dan mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik,

Lebih terperinci

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Udayana, Denpasar. Alamat   (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 8,No. 2, Oktober 2017 ISSN: 2086-3861 E-ISSN: 2503-2283 KAJIAN KUALITAS AIR DAN PENILAIAN KESESUAIAN TAMBAK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2015 TENTANG EKSPLOITASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi (Paiman dan

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi (Paiman dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan kritis atau sering disebut juga lahan marginal merupakan lahan bermasalah yang dalam pemanfaatanya memerlukan teknologi khusus. Lahan kritis atau marginal menurut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 16/PRT/M/2011 Tentang PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TAMBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai mencapai 104.000 km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2 (Pusat Data, Statistik dan

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet ARAHAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TAMBAK DI PESISIR KABUPATEN KENDAL (EVALUASI KESESUAIAN

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak

Lebih terperinci

KONSEP EVALUASI LAHAN

KONSEP EVALUASI LAHAN EVALUASI LAHAN KONSEP EVALUASI LAHAN Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1.

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN 1. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... I. PENDAHULUAN II. 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 3 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA Nurul Ikhsan Alfazary 1 (n.ikhsanalfazary@gmail.com) Nedi Sunaedi

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

Pemetaan Tanah.

Pemetaan Tanah. Pemetaan Tanah nasih@ugm.ac.id Peta Geologi dan Fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta Peta : alat pemberita visual suatu wilayah Peta ilmu bumi (geografi) Peta topografi Peta geologi dan sebagainya Peta

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian di Pulau Jawa dihadapkan pada masalah konversi lahan untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh karena itu, tantangan

Lebih terperinci

saat suhu udara luar menjadi dingin pada malam dan pagi hari. (Mengakibatkan kematian pada Udang)

saat suhu udara luar menjadi dingin pada malam dan pagi hari. (Mengakibatkan kematian pada Udang) POKOK-POKOK PENTING DALAM PENGELOLAAN TAMBAK TRADISIONAL BUDIDAYA PERIKANAN AIR PAYAU DAN AIR ASIN / TAMBAK TEPI PANTAI TAMBA K ORGANIK INTENSIF "By Sari Tambak Suraba ya" Syarat-Syarat Utama Tambak Produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK. SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN ANALISIS KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK TAMBAK SITI YULIAWATI DOSEN KOPERTIS WILAYAH I Dpk UNIVERSITAS DHARMAWANGSA MEDAN LAHAN RAWA PASANG SURUT Merupakan lahan yang dipengaruhi oleh gerakan

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga memiliki kawasan pesisir yang luas dari tiap wilayah pulaunya. Kawasan pesisir ini digunakan oleh penduduk Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BANYUPUTIH TERHADAP LIMBAH TAMBAK UDANG BERDASARKAN VOLUME AIR YANG TERSEDIA DI PERAIRAN

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BANYUPUTIH TERHADAP LIMBAH TAMBAK UDANG BERDASARKAN VOLUME AIR YANG TERSEDIA DI PERAIRAN Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 6, No. 1, Februari 2015 ISSN :2086-3861 ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BANYUPUTIH TERHADAP LIMBAH TAMBAK UDANG BERDASARKAN VOLUME AIR YANG TERSEDIA DI PERAIRAN ASSESSMENT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan basah memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung seperti

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image. Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK DI PESISIR KENDAL Dwi Ristiyani Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, selain beberapa desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, dan presipitasi yang jatuh di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala

Lebih terperinci

Kata kunci: lahan kering, kedelai

Kata kunci: lahan kering, kedelai EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KERING UNTUK BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI DI DESA PUCUNG, KECAMATAN GIRISUBO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL DRY LAND SUITABILITY EVALUATION FOR CULTIVATION OF SOYBEAN IN PUCUNG VILLAGE, GIRISUBO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN

POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN 1 POTENSI LAHAN DI DESA KAHUKU KECAMATAN LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN Maya Pinamangung 1, Joice M. J. Supit 2, Jeanne Lengkong 2, Tommy D. Sondakh 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

Geo Image 1 (10) (2012) Geo Image.

Geo Image 1 (10) (2012) Geo Image. Geo Image 1 (10) (2012) Geo Image http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage KESESUAIAN LAHAN UNTUK TEMPAT PERKEMAHAN DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Ali Mahmudi, Erni Suharini, Sriyono

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA HIBRIDA DI PESISIR SELATAN DESA SIDOHARJO KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA HIBRIDA DI PESISIR SELATAN DESA SIDOHARJO KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA HIBRIDA DI PESISIR SELATAN DESA SIDOHARJO KECAMATAN PURING KABUPATEN KEBUMEN THE SUITABILITY OF HYBRID COCONUT CROP IN SOUTHERN COASTAL SIDOHARJO VILLAGE PURING DISTRICT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekayaan sumberdaya alam wilayah kepesisiran dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangat beragam. Kekayaan sumberdaya alam tersebut meliputi ekosistem hutan mangrove,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, mulai dari tempat hidup, hingga sumber mata pencaharian. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. manusia, mulai dari tempat hidup, hingga sumber mata pencaharian. Pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu hal vital yang menjadi penopang hidup bagi manusia, mulai dari tempat hidup, hingga sumber mata pencaharian. Pertanian misalnya

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Geografi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang Menurut Rustiadi et al. (2009) ruang terdiri dari lahan dan atmosfer. Lahan dapat dibedakan lagi menjadi tanah dan tata air. Ruang merupakan bagian dari alam yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 & 2 REKLAMASI TEKNIK PENGAIRAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JADFAN SIDQI FIDARI Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Reklamasi Pengertian reklamasi : Istilah reklamasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan tumpuan harapan yang diandalkan oleh pemerintah untuk ikut berperan dalam upaya pemulihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling

I. PENDAHULUAN. dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara laut dan daratan yang dibentuk oleh berbagai komponen biotik dan abiotik, komponen-komponen ini saling berkaitan membentuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. WILAYAH. NASIONAL. Pantai. Batas Sempadan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BANGUNAN TEMPAT TINGGAL DI KECAMATAN PLAYEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BANGUNAN TEMPAT TINGGAL DI KECAMATAN PLAYEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BANGUNAN TEMPAT TINGGAL DI KECAMATAN PLAYEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Brita Martasari bmartasari@gmail.com Djati Mardiatno djati.mardiatno@ugm.ac.id ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI HIDROSFER Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI Disampaikan dalam Kegiatan Pendalaman Materi Geografi SMP Bandung, 7 September 2007 Peserta workshop: Guru Geografi SMP Siklus Air Dari

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : RAHMADI RABUN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan salah satu peluang untuk kegiatan budidaya tambak baik yang dilakukan secara tradisional maupun intensif.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Geographic Information System application to determine the potential area of aquaculture in

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Menurut sejarah, peradaban manusia telah mengikuti perkembangan irigasi. Kekunoan irigasi tercatat dengan baik dan secara tertulis dalam sejarah umat manusia. Kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci