George Leonard Lalamentik Hukum Agraria ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "George Leonard Lalamentik Hukum Agraria ABSTRAK"

Transkripsi

1 SENGKETA PENGGUNAAN LAHAN TRANSMIGRASI SWAKARSA MANDIRI UNTUK KEGIATAN PERTABANGAN BATUBARA PT. JEMBAYAN MUARA BARA (Studi di Desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara) George Leonard Lalamentik Hukum Agraria ABSTRAK Dalam pertambangan batu bara yang dilakukan PT. Jembayan Muara Bara di Desa Bhuana Jaya telah terjadi sengketa penggunaan lahan dimana lahan tersebut adalah milik warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang di berikan oleh pemerintah melalui program Transmigrasi dengan di keluarkannya SK Nomor 801.RP Tentang Penetapan Status Transmigrasi Swakarsa Mandiri di Desa-Desa Kabupaten Kutai Provinsi Kalimantan Timur dan di perkuat dengan adanya SK dari Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur dengan Nomor : 24/HM-KUT.08/BPN-/SPK-TSM tentang pemberian Hak Milik Kepada 105 persil yang terletak di Desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana cara menyelesikan sengketa penggunaan lahan Transmigrasi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan untuk mengetahui penyebab terjadinya sengketa den upaya penyelesaian sengketa oleh PT. Jembayan Muara Bara yang terjadi di Desa Bhuana Jaya. Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah Deskriptif-Kualitatif yang di Kualitatifkan artinya menganalisis dan memberikan gambaran apa yang di peroleh penulis dari lapangan yang diambil dari metode pengumpulan data, kemudian data-data yang di peroleh di lapangan tadi dianalisis dan diberikan gambaran sesuai dengan data hasil kajian pustaka serta data-data dari lapangan tadi baik itu dari hasil observasi, dan wawancara. Berdasarkan penelitian, peneliti menyarankan sengketa pertanahan seharusnya di mediasi oleh Badan Pertanahan Nasional karena lebih mempunyai wewenang dalam penyelesaian sengketa lahan. Kata Kunci : Warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri, PT. Jembayan Muara Bara, Badan Pertanahan Nasional. 1

2 PENDAHULUAN Dengan fakta yang terjadi di Kalimantan timur khususnya di Desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Posisi ini sangat strategis karena terletak di antara ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara (Tenggarong) dengan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur (Samarinda). Tenggarong seberang merupakan penghasil batu bara di Kutai Kartanegara dengan berdirinya perusahaan tambang batu bara di Tenggarong Seberang menimbulkan berbagai macam konflik agraria terutama dalam hal pembebasan lahan yang di gunakan untuk kegiatan pertambangan. Dalam SK penempatan TSM dari NAKERTRANS Nomor 801.RP.01.98,Tanggal 6 maret 1998, Tentang penetapan status transmigrasi swakarsa mandiri (TSM) pada desa-desa di kabupaten Kutai Kartanegara dan surat Nomor 475/823/SETDIS/DTKT/2012 Tentang pengesahan nama-nama TSM di Desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, Di Desa Buana Jaya terjadi konflik tanah yang dimana tanah warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) telah diselewengkan oleh pihak lain atas tanah yang mereka miliki sebanyak kurang lebih 38 Hektar yang terdiri dari 19 KK, lahan tersebut merupakan lahan transmigrasi, akan tetapi tanah tersebut diklaim oleh PT. Jembayan Muara Bara, karena perusahaan tersebut juga memiliki sertifikat yang sama dengan milik warga transmigrasi tetapi perbedaan yang terlihat pada realita mengenai sertifikat tanah tersebut adalah letak desa yang berbeda, karena kesalahan penulisan dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kutai Kartanegara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Penelitian hukum empiris (empirical law research) adalah penelitian hukum positif tidak tertulis mengenai perilaku (behavior) anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat. Adapun pendekatan yuridis empiris menurut Bahdar Johan Nasution adalah dengan cara : a. Mengidentifikasi masalah sosial secara tepat agar dapat menyusun hukum formal yang tepat atau mengaturnya. b. Memahami kurangnya partisipasi masyarakat dalam melakukan kontrol sosial secara spontan terhadap pelanggaran hukum formal tertentu. c. Memahami proses pelembagaan suatu hukum formal di dalam suatu konteks kebudayaan tertentu. d. Memahami sebab-sebab banyaknya terjadi pelanggaran pada hukum formal tert e. entu. f. Mengidentifikasi pola hubungan antara penegak hukum dan pemegang kekuasaan di satu pihak serta masyarakat umum di lain pihak, secara faktor-faktor sosial yang mempengaruhinya. g. Mengidentifikasi hukum formal yang masih dapat berlaku, apakah diperlukan adanya penyesuaian atau perlu dihapus sama sekali dalam suatu konteks masyarakat tertentu. 1 19Nasution, Bahdar Johan, Metode Penelitian Hukum, (Penerbit Mandar Maju, Bandung,2008), halaman

3 Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dengan menyesuaikan pada jenis penelitian yang ditentukan pada skripsi ini yaitu yuridis Empiris. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan adalah studi kasus hukum. Studi kasus hukum langsung (legal-live case study) dengan karakteristik studi kasus tunggal ataupun studi kasus ganda. Sesuai dengan jenis penelitian dan pendekatan penelitian yang digunakan, maka lokasi penelitian oleh penulis tentukan di Desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Sebrang Kabupaten Kutai Kartanegara. Data yang digunakan dalam penyusunan proposal bersumber dari data primer, dan data sekunder menurut Abdulkadir Muhammad yaitu: a. Data Primer Data primer yaitu data atau informasi yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan narasumber yang dilakukan di: 1. Kepala Badan Pertanahan Nasional Kutai Kartanegara. 2. Kepala Dinas Transmigrasi Kabupaten Kutai Kartanegara. 3. Kepala Desa Bhuana Jaya. 4. Dinas Pertambangan Kabupaten Kutai Kartanegara 5. Ketua Kelompok Transmigrasi Bhuana Jaya b. Data Sekunder 1. Peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah. 3. Konsep-konsep hukum yang penulis peroleh dari literatur-literatur dan sumber lainnya. a. Populasi Populasi menurut Bambang Sunggono adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda, kejadian, kasus-kasus, waktu, atau tempat, denagan sifat atau ciri yang sama. Populasi yang penulis maksud adalah daerah transmigrasi swakarsa mandiri di desa Bhuana jaya kecamatan tenggarong seberang. 2 b. Sampel Sampel menurut Soerjono Soekanto bahwa setiap orang atau unit dalam populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih dalam sampel. 3 Berdasarkan jumlah masyarakat yang ada, maka untuk menentukan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat polpulasi yang sudah diketahui sebelumnya. 4 Dalam penelitian hukum terdapat beberapa yang dapat digunakan oleh peneliti hukum. Menurut Abdulkadir Muhammad pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah: 2 Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006) hlm Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2006) hlm 28 4 Amiruddin, H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grafinda, 2012, hlm 106 3

4 a. Nonjudicial Case Study, yaitu pendekatan studi kasus hukum tanpa konflik. Kalaupun ada konflik, diselesaikan oleh pihak-pihak sendiri secara damai, tanpa campur tangan pengadilan. b. Judicial Case Study, yaitu pendekatan studi kasus hukum karena konflik yang diselesaikan melalui putusan pengadilan (yurisprudensi). c. Live Case Study, yaitu pendekatan studi kasus pada peristiwa hukum yang dalam keadaan berlangsung atau belum berakhir. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Live Case Study yaitu pendekatan studi kasus pada peristiwa hukum yang dalam keadaan berlangsung atau belum berakhir. Pada tipe pendekatan ini peneliti melakukan pengamatan (Observation) langsung terhadap proses berlakunya hukum pada peristiwa tertentu. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Mandiri merupakan program dari dinas Tansmigrasi yang di biayai melalui dana APBN, program Transmigrasi Swakarsa Mandiri pertama kali dilakukan pada tahun 1998 melalui keputusan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Republik Indonesia dengan nomor SK 801.RP Tentang Penetapan Status Transmigrasi Swakarsa Mandiri di Desa-Desa Kabupaten Kutai Propinsi Kalimantan Timur SK tersebut diperkuat dengan adanya surat keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara dengan Nomor surat /2002/Trans Tentang Pemberian Hak Milik atas Nama-Nama (293 orang) Atas Tanah yang terletak di desa Buana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara dan SK Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur dengan Nomor SK : 24/HM-KUT.08/BPN-16/SPK-TSM.96-97/1997 tentang pemberian hak milik kepada 105 persil yang terletak di desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara setiap kepala keluarga menerima bangunan rumah dan tanah garapan berupa lahan yang kira-kira memiliki luas antara sekitar Lahan Pekarangan : 2500 M 2, Lahan Usaha I : M 2 dan Lahan Usaha II : M 2 yang diberikan pemerintah kepada warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri untuk melakukan kegiatan pertanian. Dimana pada tahun 2004 lahan Transmigrasi Swakarsa Mandiri tersebut di pergunakan sebagai lahan pertambangan batu bara oleh PT. Jembayan Muara Bara dimana dalam melakukan alih fungsi lahan tersebut warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri belum pernah mendapatkan ganti rugi dari pihak perusahaan, dalam penelitian yang dilakukan penulis di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang di sampaikan oleh kepala bidang Transmigrasi mengatakan tidak mengetahui kronologi alih fungsi lahan tersebut karena Dinas Transmigrasi tidak punya hak dalam pengalih fungi tanah tersebut. 5 Lahan warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri pertamakali di tambang oleh PT. Jembayan Muara Bara pada tahun 2004, menurut pihak perusahaan mereka telah melakukan pembebasan lahan secara baik sebelum melakukan kegiatan operasinya, namun keterangan dari pihak warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri mereka belum pernah mendapatkan ganti rugi atas tanah yang di kuasai oleh pihak perusahaan sampai 5 Wawancara tanggal 22 mei

5 sekarang ini. Data pemilik lahan Transmigrasi Swakarsa Mandiri berdasarkan SK keputusan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan RI Nomor 801.RP , Tanggal 6 Maret 1998 dan nama tersebut di perkuat dengan SK dari Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur dengan Nomor SK : 24/HM-KUT.08/BPN-16/SPK-TSM.96-97/1997 tanggal 19 pebruari 1997 Tentang Pemberian Hak Milik Kepada 105 persil yang terletak di Desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. PEMBAHASAN 1. Tinjauan yuridis terhadap sengketa penggunaan lahan Transmigrasi Swakarsa Mandiri untuk kegiatan pertambangan batubara PT. Jembayan Muara Bara Pada tahun 1998, pemerintah memberi SK Nomor 801.RP.01.98,Tanggal 6 maret 1998, Tentang penetapan status transmigrasi swakarsa mandiri (TSM) pada desa-desa di kabupaten Kutai Kartanegara penetapan status Transmigrasi Swakarsa Mandiri di Desa-desa Kabupaten Kutai Provinsi Kalimantan Timur, bahwa penempatan sebagai Transmigran / Transmigrasi Swakarsa Mandiri di Desa Bhuana Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara oleh pemerintah Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan R.I Provinsi Kalimantan Timur dengan Target Penetapan Transmigrasi Swakarsa Mandiri T.A 1996 / 1997, T.A 1997/1998 dan T.A 1998/1999 telah terpenuhi yaitu : 355 Kepala Keluarga. Penetapan status Transmigrasi Swakarsa Mandiri di Desa-desa Kabupaten Kutai Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2002 Badan Pertanahan Nasional mengeluarkan SK pemberian hak milik dengan Nomor /2002/Trans Tentang Pemberian Hak Milik Atas 293 orang atas tanah yang terletak di Desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. PT. Jembayan Muara Bara pertama kali melakukan pertambangan pada tahun 2004 yang di lakukan oleh managemen yang lama dan di lanjutkan oleh managemen yang baru pada tahun 2008 dengan nomor IUP 540/2541/IUP-OP/MB-PBAT/IX/2010 tanggal 27 September 2010 di kabupaten Kutai Kartanegara seluas Ha dan Nomor 540/2542/IUP-OP/MB-PBAT/IX/2010 tanggal 27 September 2010 seluas Ha. Pada tanggal 10 mei 2011 Kementrian tenaga kerja dan Transmigrasi RI mengeluarkan teguran tertulis kepada PT.Jembayan Muara Bara untuk menghentikan sementara kegiatan di tanah HPL Transmigrasi dan segera meminta ijin kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan pada tanggal 19 Agustus 2011 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengeluarkan surat teguran tertulis yang ditujukan kepada pihak PT. Jembayan Muara Bara untuk menghentikan seluruh aktivitas yang berada di lokasi lahan HPL Transmigrasi sebelum mendapatkan persetujuan dari kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi. Pemberian izin kepada pihak perusahaan yang tidak mengindahkan hak masyarakat telah menimbulkan konflik lahan yang berkepanjangan. Kondisi ini juga yang menyebabkan perusahaan tidak dapat beroperasi secara optimal karena warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri melakukan aksi damai pada Tanggal 7 September 2011 di areal PT. Jembayan Muara bara yang di kawal oleh Aparat kepolisian di polsek Tenggarong Seberang, aksi damai warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri di lakukan di lahan-lahan yang tumpang tindih dengan lahan yang diklaim warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri sebagai lahan mereka. 5

6 PT. JMB Selama 9 tahun beroperasi, perusahaan ini dari lahan yang telah dimiliki adalah diklaim sebagai milik warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri, karena para warga memiliki sertifikat tanah yang lengkap sesuai dengan dokumen-dokumen yang dimiliki. Sengketa lahan kembali muncul ketika warga yang memiliki status tanah diwilayah PT. JMB ingin meminta ganti rugi atas tanah yang digarap oleh PT. JMB, akan tetapi dari pihak PT. JMB sudah melakukan ganti rugi terhadap warga yang dikira sebagai pemilik hak atas tanah tersebut. Dari hasil wawancara dari warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang didapat adalah bahwa: 1. Warga belum pernah mendapatakan ganti rugi atas tanah yang mereka kuasai 2. PT. JMB tidak mau melakukan ganti rugi karena sudah pernah membayar, akan tetapi pembayaran yang dilakukan bukan kepada warga transmigrasi swakarsa mandiri yang dimaksud. 3. Warga meminta kepastian hukum kepada Dinas Transmigrasi Provinsi Kalimantan Timur dan Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mendapatkan penyelesaian terhadap konflik yang terjadi, akan tetapi belum ada realisasi sampai sekarang Upaya penyelesaian sengketa penggunaan lahan warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri untuk kegiatan pertambangan Batubara PT. Jembayan Muara Bara Warga Transmigrasi yang namanya tercantum di dalam SK Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur Nomor 24/HM-KUT.08/BPN-16/SPK-TSM.96-97/1997 hingga saat ini belum pernah mendapatkan ganti rugi oleh pihak perusahaan PT. Jembayan Muara Bara, pada tanggal 21 juni 2011 pihak warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri melayangkan surat dengan perihal meminta ganti rugi kepada pihak PT. Jembayan Muara Bara dalam menanggapi surat dari pihak warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri, pihak perusahaan menolak memberikan ganti rugi kepada warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri karena menganggap mereka telah melakukan pembebasan lahan sebelum melakukan kegiatan pertambangan. Pada hari kamis tanggal 11 Agustus 2011 sekitar jam wita yang bertempat di kantor Polisi sektor Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara pihak perusahaan melakukan pertemuan dengan warga Transmigrasi Swakarrsa Mandiri dimana dalam pertemuan tersebut menghasilkan keputusan dimana kedua belah pihak sepakat membentuk sebuah team untuk melakukan inventarisasi dan indentifikasi dilapangan terhadap sertipikat yang terletak di desa Bhuana Jaya. Pada tanggal 5 september 2011 pihak warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri mengirimkan surat kepada Kapolsek Teluk Dalam kecamatan Tenggarong Seberang dengan prihal pemberitahuan pembekuan/pembubaran Team yang telah di bentuk pada tanggal 11 Agustus 2011 karena menurut warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri team tersebut tidak berfungsi dikarenakan pihak PT. Jembayan Muara Bara tidak memenuhi kesepakatan dan melanggar aturan yang telah di sepakati. Pada tanggal 15 September 2011 sekitar WITA pihak wargatransmigrasi Swakarsa Mandiri dan PT. Jembayan Muara Bara melakukan pertemuan kembali di polsek teluk dalam yang membahas tentang komplain warga terhadap pihak perusahaan, dalam pertemuan tersebut pihak warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri dan pihak Perusahaan sama-sama menyampaikan argumentasi mereka dan tidak menemukan kata sepakat 6 Wawancara Tanggal 23 mei

7 maka dalam pertemuan tersebut pihak warga dan pihak perusahaan bersepakat permasalahan tersebut di bawa ke DPRD tingkat I Kalimantan Timur di Samarinda. Berdasarkan data yang diperoleh adapun SK Nomor 801.RP tentang penetapan status transmigrasi Swakarsa Mandiri di Desa-desa Kabupaten Kutai Provinsi Kalimantan Timur. Dari data Perkembangan sifat dan substansi sengketa tanah di Desa Bhuana jaya tidak hanya persoalan administrasi yang harus diselesaikan melalui hukum administrasi, akan tetapi telah merambah keranah sosial, oleh karena itu dalam penyelesaiannya menjadi tanggung jawab bersama untuk menangani secara konprehensif, cepat, tepat dan tidak menimbulkan akses negatif. Masuknya perusahaan PT Jembayan Muara Bara, persoalan tanah telah menjadi pokok permasalahan utama mengingat perusahaan pertambangan memerlukan lahan bagi pengembangan usahanya dalam ukuran sangat luas dan tidak mungkin dipenuhi oleh penduduk secara perorangan. Dengan dimulainya pertambangan swasta ini, maka sejak itu persoalan sengketa hak penguasaan atas tanah selalu terjadi secara periodik. Sengketa ini berkisar tentang siapa yang berhak menyewakan, menggarap, mengolah dan memiliki tanah tersebut. Di satu sisi terdapat warga transmigrasi yang memegang teguh prinsip bahwa tanah mereka yang sah, di sisi lain pengusaha pertambangan merasa berhak menguasai tanah karena mereka telah membuat sertifikat tanah. Dalam kasus sering terjadi dalam masyarakat dengan berbagai masalah, diantaranya yang paling menonjol adalah persoalan sengketa pertanahan antara masyarakat versus pertambangan yaitu tentang sertipikat tanah. Dalam upaya penyelesaian masalah pertanahan itu ada yang diupayakan dengan pemberian ganti rugi lahan oleh pihak pertambangan pada petani penggarap, rakyat penunggu, maupun penggarap liar. Konflik juga terjadi antara pemerintah dengan masyarakat, dalam hal ini pemerintah dianggap kurang koordinasi dengan pihak transmigrasi Swakarsa mandiri. Adapun surat dengan Nomor 595/120/TRANS/DTKT bahwa adanya penyampaian Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengenai penetapan nama-nama peserta Transmigrasi Desa Mulawarman, Kecamatan Tenggarong Sebrang, pola Transmigrasi Swakarsa mandiri Tahun Anggaran Kecenderungan pemerintah mengabaikan faktor-faktor juridis dalam pembebasan atau pelepasan hak-hak atas tanah masyarakat, disebabkan instansi pemerintah tersebut lebih mementingkan target pemasukan produksi ekonomi sesuai dengan tahap-tahapnya. Oleh karena kuota produksi yang lebih diutamakan, maka pemerintah cenderung tidak teliti dalam memeriksa dokumen-dokumen kepemilikan dan hak-hak masyarakat yang memiliki tanah, misalnya bukti kepemilikan. Disamping itu selalu terjadi pemaksaan kehendak, sehingga musyawarah tidak berjalan dan bentuk penyelesaian sengketa hanya ditetapkan secara sepihak oleh pemerintah dengan pendekatan kekuasaan. Dengan adanya berbagai peraturan dan kebijakan mengenai tanah, seharusnya dapat dijadikan patokan dalam dua hal yaitu : di satu pihak peraturan itu merupakan landasan bagi pihak pemerintah untuk membuat larangan pemakaian tanah tanpa ijin yang berhak, sedangkan di lain pihak ia merupakan suatu jaminan hukum bagi rakyat agar tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh pemerintah atau penguasa. Tetapi ternyata keberadaan peraturan itu tidak dapat menjamin adanya perlindungan bagi rakyat dari tindakan sewenang-wenang oleh pihak pemerintah. Menurut hasil penelitian yang penulis dapatkan Di Desa Bhuana jaya ada tiga hal utama yang menyebabkan terjadinya sengketa tanah yang di sampakan oleh warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri : 7

8 a. Persoalan administrasi sertipikasi tanah yang tidak jelas dimana pihak Badan Pertanahan Nasional telah mengeluarkan sertipikat hak milik atas nama warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri akan tetapi kenyataan di lapangan warga Transmigrasi Swakarsa Madiri sampai sekarang belum pernah menerima sertipikat tersebut, akibatnya menimbulkan dugaan pihak perusahaan melakukan penyerobotan, pengerusakan lahan dan bangunan rumah warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri, sehingga warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri meminta pertanggung jawaban kepada pihak PT. Jembayan Muara Bara untuk melakukan ganti rugi terhadap bangunan rumah, lahan pekarangan, lahan usaha I, lahan usaha II kepada warga TRansmigrasi Swakarsa Mandiri, terjadinya kesalahan-kesalahan dalam penerbitan sertipikat hak milik dan pembagian sertipikat hak milik yang tidak transparan di Desa bhuana jaya, bahwa pemberian hak milik dari pemerintah untuk warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri sesuai denga isi surat Menteri Transmigrasi Nomor : 801.RP Tentang Penetapan Status Transmigrasi Swakarsa Mandiri pada desa-desa di Kabupaten Kutai melalui Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur, ternyata Sertipikat haknya telah di terbitkan oleh Badan Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara dan faktanya dilapanagn sampai saat ini sebagian besar sertipikat belum diserahkan kepada warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang berhak. Ganti rugi yang tidak jelas dimana pihak perusahaan menyatakan telah melakukan ganti rugi akan tetapi kenyataannya di lapangan warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri hingga sampai sekarang belum pernah mendapatkan ganti rugi dari pihak perusahaan yang mengakibatkan kerugian bagi warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri karena menurut pihak perusahaan mereka telah melakukan ganti rugi sebelum menjalankan kegiatan pertambangan tetapi warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri sampai sekarang belum merasa pernah menerima ganti rugi dari pihak perusahaan, karena dari hasil penelitian yang penulis dapatkan dilapanagan bahwa benar lahan tersebut adalah milik warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang diperkuat dengan adanya SK dari kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur dengan Nomor SK. 24/HM-KUT.08/BPN-16/SPK-TSM.96/97/1997 Tentang Pemberian Hak Milik Kepada 105 orang yang terletak di desa Bhuana Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Dalam Penyelesaian sebuah sengketa dapat dilakukan dengan cara penyelesaian sengketa melalui litigasi (di dalam pengadilan) dan non-litigasi (di luar pengadilan). KESIMPULAN 1. Transmigrasi Swakarsa Mandiri merupakan Program dari dinas Transmigrasi yang di biayai melalui dana APBN, program Transmigrasi Swakarsa Mandri pertama kali dilakukan pada Tahun 1998 melalui Keputusan Menteri Transmigrasi dan Perambah Hutan Republik Indonesia dengan Nomor SK 801.RP Tentang Penetapan Status Transmigrasi Swaarsa Mandiri di Desa-Desa Kabupaten Kutai Propinsi Kalimantan Timur dan diperkuat dengan keluarnya SK Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur dengan Nomor SK : 24/HM-KUT.08/BPN-16/SPK-TSM.96-97/1997 Tentang Pemberian Hak Milik Kepada 105 Persil yang Terletak di desa Bhuana Jaya Kecamatan Tnggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuan dari dibentuknya Transmigrasi adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan peran serta masyarakat, pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa melalui 8

9 prsebaran penduduk yang seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan serta nilai budaya dan adat istiadat masyarakat. Dalam undang-undang Transmigrasi Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian menyatakan bahwa lahan yang diberikan kepada peserta Transmigrasi diberikan lahan dengan status Hak Milik dimana diatur dalam Pasal 24 ayat 3 yang menyebutkan : " Tanah yang diperuntukkan bagi transmigrasi diberikan dengan status hak milik" Pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan menyataan bahwa setiap pemegang kuasa pertambangan diwajibkan melakukan ganti rugi kepada pemegang hak milik atas tanah yang terkena usaha pertambangan tersebut yang diatur dalam Pasal 25 ayat 1 dan 2, pada undang-undang pertambangan Nomor 11 Tahun 1967 juga menyebutan bahwa apabila telah mendapatkan izin kuasa pertambangan maka pemegang izin pertambangan tersebut wajib melakukan ganti rugi kepada pemegang hak atas tanah tersebut dimana diatur dalam pasal 26 yang menyebutkan : "Apabia telah didapat izin kuasa pertambangan atas sesuatu daerah atau wilayah menurut hukum yang berlaku, maka kepada mereka yang berhak atas tanah diwajibkan memperbolehkan pekerja pemegang kuasa pertambangan atas tanah yang bersangkutan atas dasar mufakat kepadanya. Dari ketentuan diatas maka seharusnya pihak PT. Jembayan Muara Bara memberikan ganti rugi kepada warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri karena dari hasil penelitian yang didapat dilapangan lahan tersebut adalah benar milik warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang di peroleh dari program Tranmigrasi. 2. Upaya nonlitigasi yang dlakukan warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri dan PT. Jembayan Muara Bara berdasarkan peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 ada ketidak sesuaian dimana: a) Dalam pasal 1 Ayat 5 Huruf C menyatakan bahwa Gelar mediasi adalah gelar yang menghadirkan para pihak yang berselisih untuk memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan melalui musyawarah. Dengan adanya mediasi yang dilakukan, dalam hal ini yang melakukan mediasi adalah Polres Kutai Kartanegara, hasil yang diperoleh tidak ada kesepakatan, karena menurut penulis bahwa yang seharusnya melakukan mediasi adalaha BPN karena menyangkut sengketa pertanahan dan BPN juga yang mempunyai tugas dan wewenang dalam penyelesaian. Sedangkan pada kasus antara warga Transmigrasi Swakarsa Mandiri dan PT. Jembayan Muara Bara yang melakukan mediasi adalah Polres Kutai Kartanegara bukan pihak yang berwenang untuk menyelesaikan masalah pertanahan ini, seharusnya yang melakukan mediasi adalah pihak Badan Pertanahan Nasional karena permasalahan ini adalah masalah sengketa pertanahan. b) Dalam Pasal 2 Ayat 1 Huruf B Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, menyebutkan bahwa: menyelesaikan kasus pertanahan yang disampaikan kepada Kepala BPN RI agar tanah dapat dikuasai, dimiliki, dipergunakan dan dimanfaatkan oleh pemiliknya serta dalam rangka kepastian dan perlindungan hukum. Oleh karena itu dalam kasus tersebut adalah agar warga yang telah direbut hak atas tanahnya dapat memperoleh kepastian dan perlindungan hukum. 9

10 SARAN 1. Berdasarkan dari hasil di atas maka untuk menyelesaiakan konflik antara warga Transmigrasi Swakarsa mandiri dengan PT. Jembaya Muara Bara pemerintah dalam hal ini khususnya Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kutai Kartanegara harus ikut campur dalam hal penyelesaian yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, karena terkait dengan hak milik dan agar tidak terjadi intimidasi pihak-pihak masyarakat lemah terhadap perusahaan, sehingga hak-hak warga dalam Undang-undang tidak terpenuhi. 2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang ketransmigrasian, seharusnya direvisi kembali dengan memasukan larangan pengalihan fungsi lahan transmigrasi dari lahan pertanian menjadi lahan pertambangan karena tidak sesuai dengan tujuan dibentuknya Transmigrasi yang bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa melalui persebaran penduduk yang seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan serta nilai budaya dan adat istiadat masyarakat. DAFTAR PUSTAKA A. Literatur Ali Achmad, H. Chomzah, 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia), Prestasi Pustaka; Jakarta. Amiruddin, H. Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafinda; Jakarta. Cristine S.T, 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Agraria, Sinar Grafika; Jakarta. D. Soetrisno, 2008, Tata cara perolehan tanah untuk Industri, PT. Rineka cipta; Jakarta. Dirdjosisworo, Soedjono, 1983, Pengantar Ilmu Hukum, Fajar Intrepratama; Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, Kamus Besar bahasa Indonesia, Balai Pustaka; Jakarta H.Amnudin, Salleh, 2009, Hukum Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum, PT. Kreasi Total Media; Yogyakarta. Muhammad, Abdul Kadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Aditya Citra Bakti; Bandung. Nasution, Bahdar Johan,2008, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Mandar Maju; Bandung. Rusmadi Murad, 1991, penyelesaian sengketa hukum atas tanah, Mandar Maju; Bandung. Simorangkir, J.C.T, 2008, kamus Hukum, Sinar Grafika; Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta, Raja Grafindo Persada; Jakarta. Supriadi, 2008, Hukum Agraria,Sinar Grafika; Jakarta. Sunggono, Bambang, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada; Jakarta. 10

11 B. Peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan. Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 Pertanahan Nasional. tentang Badan Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah. Republik Indonesia, Keputusan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1993 tentang Tata Cara Memperoleh Izin lokasi dan Hak Atas Tanah Bagi Perusahaan dalam rangka penanaman modal. Republik Indonesia, Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. 11

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar, salah satunya adalah bahan galian tambang. Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan tanah yang jumlahnya tetap (terbatas) mengakibatkan perebutan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara Konstitusional dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa: Bumi dan air dan kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang artinya sektor pertanian memegang peran penting dalam perekonomian negara. Hal ini dapat dilihat dari

Lebih terperinci

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN DISAMPAIKAN OLEH PROF. DR. BUDI MULYANTO, MSc DEPUTI BIDANG PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM KEMENTERIAN AGRARIA, TATA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang lain, dengan menitikberatkan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN. Al Ulum Vol.53 No.3 Juli 2012 halaman 30-34 30 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN Noor Azizah* PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI ANAK NEGERI DI KELURAHAN SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI ANAK NEGERI DI KELURAHAN SUNGAI KAPIH KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 1 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 STATUS TANAH GARAPAN KELOMPOK TANI ANAK NEGERI DI KELURAHAN SUNGAI KAPIH KECAMATAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 2 Nomor 11 (2013) Copyright 2013

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 2 Nomor 11 (2013)  Copyright 2013 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 2 Nomor 11 (2013) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2013 SENGKETA TANAH PERKEBUNAN PT. MUNTE WANIQ JAYA PERKASA DENGAN MASYARAKAT KAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha, yang meliputi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan kehidupannya pada manfaat tanah dan

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI TRANSPORTASI AIR TANPA ADANYA SUATU PERJANJIAN TERTULIS ( STUDI DI KOTA SAMARINDA )

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI TRANSPORTASI AIR TANPA ADANYA SUATU PERJANJIAN TERTULIS ( STUDI DI KOTA SAMARINDA ) JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 5 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI TRANSPORTASI AIR TANPA

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu

III.METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu 1 III.METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Masalah Untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, maka peneliti perlu mengadakan pendekatan masalah. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan masalah yaitu langkah-langkah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (normative law research), yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek,

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN ALIH DAYA (OUTSOURCING) ANTARA PDAM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

Lebih terperinci

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1. Analisis Pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang Pertanyaan penelitian sekunder ke-satu yaitu apakah pemberian HPL kepada PT. PELINDO II Cabang Panjang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia dan memiliki nilai yang tak terbatas dalam melengkapi berbagai kebutuhan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup agraria, tanah merupakan bagian dari bumi, yang disebut permukaan bumi. 1 Tanah sebagai sumber utama bagi kehidupan manusia yang telah dikaruniakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu diharapkan segala tindakan dan perbuatan harus berdasarkan atas hukum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP TENAGA KERJA HARIAN LEPAS PADA PT. TAMBANG DAMAI DI SAMARINDA

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP TENAGA KERJA HARIAN LEPAS PADA PT. TAMBANG DAMAI DI SAMARINDA IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP TENAGA KERJA HARIAN LEPAS PADA PT. TAMBANG DAMAI DI SAMARINDA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan 35 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu sedangkan metode penelitian hukum artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan dari berbagai dinamika masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan terhadap pembangunan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 7 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 7 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 7 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERTAMBANGAN PASIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang merdeka di dalam wadah Negara Republik Indonesia sudah berumur lebih dari setengah abad, tetapi setua umur tersebut hukum nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan adanya dua satuan ukur yaitu panjang dan lebar. Tanpa disadari oleh manusia, tanah mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan dipadukan dengan data yang diperoleh dari kepustakaan, kemudian dianalisis dengan cara kualitatif penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai lahan untuk memperoleh pangan. untuk pertanian, maupun perkebunan untuk memperoleh penghasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia hidup, tumbuh besar, dan berkembangbiak, serta melakukan segala aktivitas di atas tanah, sehingga manusia selalu berhubungan dengan tanah. Manusia hidup dengan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik dan ekologis. BAB I PENDAHULUAN Tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting karena Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar rakyatnya hidup dari mengolah tanah untuk mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat kepentingan terdiri dari kebutuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.292, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. Penyelengaraan. Kewenangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601) UNDANG UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah adalah permukaan bumi yang merupakan suatu kebutuhan fundamental bagi setiap warga Negara Republik Indonesia, keberadaan tanah dalam kehidupan manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Bagi rakyat Indonesia tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari begitu juga penduduk yang bertempat tinggal di pedesaan yang mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha di sektor jasa keuangan pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan kemajuan, hal itu dapat terlihat dari besarnya antusias masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah diperlukan manusia sebagai ruang gerak dan sumber kehidupan. Sebagai ruang gerak, tanah memberikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan. dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan. dapat disimpulkan sebagai berikut : 123 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Proses Pendaftaran Peralihan dari Pemisahan Hak Guna Bangunan Induk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengupahan merupakan masalah yang sangat krusial dalam bidang ketenagakerjaan bahkan apabila tidak profesional dalam menangani tidak jarang akan menjadi potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti dalam pasal 1457 jo 1458 KUH Perdata Indonesia. Jual-beli tanah diatur

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Kalimat ini tercantum dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, dan alinea ke-4 (empat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia adalah Negara yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya masih bercorak agraris sehingga tanah mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup dengan saling berdampingan satu dengan yang lainnya, saling membutuhkan dan saling

Lebih terperinci

Dewi Hasmawaty Simanjuntak

Dewi Hasmawaty Simanjuntak PENYELESAIAN SENGKETA PERBEDAAN DATA FISIK DALAM SERTIPIKAT DENGAN HASIL UKUR TERHADAP GANTI RUGI KEPADA MASYARAKAT DI KELURAHAN PADANGSARI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG (Dalam Rangka Pengadaan Tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah

BAB I PENDAHULUAN. segala aspeknya melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup bumi menurut UUPA adalah permukaan bumi dan tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air. Permukan bumi sebagai dari bumi disebut tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat dilakukan secara sendiri tanpa orang lain. Setiap orang mempunyai

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 9 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PENGAWASAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA SAMARINDA TERHADAP USAHA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan manusia untuk mencukupi kebutuhan, baik langsung untuk kehidupan seperti bercocok tanam atau tempat tinggal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat dengan UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-sendiri. Namun di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong

Lebih terperinci

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot 74 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA NO.5 TAHUN 1960 PASAL 44 AYAT 3 TERHADAP TANAH HIJAU (Studi Kasus Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Bersertifikat Ijo Antara Pemkot Surabaya Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting baik untuk kehidupan maupun untuk tempat peristirahatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24 III. METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli tanah merupakan suatu perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah (penjual) berjanji dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka sudah sewajarnya peraturan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PERALIHAN ASET DAERAH MENJADI HAK PRIBADI DI KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA.

TINJAUAN YURIDIS PERALIHAN ASET DAERAH MENJADI HAK PRIBADI DI KECAMATAN SAMBUTAN KOTA SAMARINDA. JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 7 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PERALIHAN ASET DAERAH MENJADI HAK PRIBADI DI KECAMATAN SAMBUTAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebagaimana besar kehidupan manusia bergantung pada tanah. Tanah dinilai sebagai suatu harta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan perekonomian Indonesia baik dibidang perbankan, industri, real estate, properti, eksport import dan lain sebagainya menumbuhkan banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya penggunaan tanah sehingga nilai ekonomis juga meningkat. Peningkatan kebutuhan manusia akan tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, oleh karenanya manusia tidak bisa terlepas dari tanah. Tanah sangat dibutuhkan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strafbeerfeit dapat diartikan dengan perkataan delik, sebagaimana yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAH DESA DI DESA PANCA JAYA KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SKRIPSI

PENGELOLAAN TANAH DESA DI DESA PANCA JAYA KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SKRIPSI PENGELOLAAN TANAH DESA DI DESA PANCA JAYA KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum Diajukan

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara yang corak kehidupan serta perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, sebagian besar kehidupan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam usaha memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, penelitian hukum merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan adagium ini nampaknya biasa saja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih jauh akan kelihatan

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PT. KUTAI BALIAN NAULI DALAM MELAKUKAN PERLUASAN LAHAN

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PT. KUTAI BALIAN NAULI DALAM MELAKUKAN PERLUASAN LAHAN BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PT. KUTAI BALIAN NAULI DALAM MELAKUKAN PERLUASAN LAHAN Baik dalam lembaga pembebasan tanah maupun pengadaan tanah, tanah yang dibutuhkan pihak pemerintah untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu unsur yang utama dalam pembangunan menuju terbentuknya masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) memberikan pengertian mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, meliputi permukaan bumi,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993.

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993. 112 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Di Indonesia, Bandung : PT. Citra

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2014 T E N T A N G PENANGANAN DAN PENYELESAIAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci