PENERAPAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK PT. PUPUK ISKANDAR MUDA KEPADA MASYARAKAT KORBAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
|
|
- Liani Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Marlio Sastro No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012), pp PENERAPAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK PT. PUPUK ISKANDAR MUDA KEPADA MASYARAKAT KORBAN PENCEMARAN LINGKUNGAN THE IMPLEMENTATION OF ABSOLUTE RESPONSIBILITY OF PUPUK ISKANDAR MUDA LTD. COMPANY ON ENVIRONMENTAL POLLUTION VICTIMS Oleh: Marlia Sastro *) ABSTRACT Article 88 of Law Number 32 Year 1997 on the Protection and Environmental Management governing strict liability. PT PIM is a company that produces urea, in addition, it also produces waste that can pollute the environment. Environmental pollution has been detrimental to the public around the plant, thus PT. PIM must be responsible directly and immediately. Form of strict liability conducted by PT. PIM to the victims of pollution in the form of compensation and treatment. While the efforts undertaken by public law in the settlement of pollution disputes through out of court settlement involving Muspika Dewantara district, while the settlement is done through the courts. Keywords: Absolute Responsibility, Environmental Victim. A. PENDAHULUAN Kegiatan pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh individu ataupun sekelompok individu harus didukung dengan adanya sumber daya alam dalam jumlah besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat. Perusahaan sebagai agen ekonomi yang virtual mempunyai peran penting dalam perekonomian, proses produksi, distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat melalui pengelolaan faktorfaktor produksi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan kapital yang terdapat dalam masyarakat. Proses produksi yang tidak sesuai dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan dan masyarakat seperti tercemarnya lingkungan akibat penggunaan bahan berbahaya dan beracun 1. Berdasarkan Pasal 1 butir 14 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut dengan UUPPLH) dinyatakan bahwa: *) Marlia Sastro, Dosen Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh. 1 Marlia Sastro, 2009, Pertanggungjawaban Perdata Perseroan Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup, Unimal Pres, Lhokseumawe, hlm 2. ISSN:
2 No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Penerapan Tanggung Jawab Mutlak PT. PIM kepada Masyarakat Korban Pencemaran Marlio Sastro Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaaanya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Selanjutnya, pertanggungjawaban (responsibility) terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat dibebankan kepada pelaku baik secara individu maupun badan hukum. Tanggung jawab (liability) yang dilakukan dapat berupa ganti kerugian terhadap kerusakan yang ditimbulkan maupun upaya perbaikan terhadap lingkungan (compensation for pollution damage) 2. Selanjutnya, dalam Pasal 88 UUPPLH dinyatakan bahwa: setiap orang yang tindakannya, usahanya dan/atau kegiatannya mengunakan B3, menghasilkan dan/atau mengolah limbah B3 dan/atau menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggungjawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, setiap orang dan badan hukum yang melakukan kegiatan menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) harus bertanggungjawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu melakukan pembuktian. Keberadaan zona industri di Lhokseumawe merupakan permasalahan yang perlu diperhatikan karena industri-industri tersebut di samping mempunyai limbah-limbah yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, namun disisi lain juga merupakan asset pemerintah dalam meningkatkan devisa negara. PT. Pupuk Iskandar Muda adalah salah satu industri yang berlokasi di Lhokseumawe, industri yang menggunakan bahan kimia untuk dijadikan pupuk. Di dalam proses produksi juga menghasilkan tiga macam limbah yang terdiri dari limbah padat, cair dan gas yang dapat mencemarkan lingkungan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan sejak bulan Januari sampai dengan April tahun 2010 telah terjadi beberapa kasus yang disebabkan kebocoran amoniak dan 970 jiwa korban 2 Syamsul Arifin, 1993, Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, USU Press, Medan, hlm
3 Marlio Sastro No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). yang berada disekitar pabrik. Pihak PT. PIM telah berupaya memberikan ganti rugi berupa uang pengganti dan pengobatan bagi masyarakat yang menjadi korban, walaupun uang pengganti yang diberikan oleh PT. PIM masih belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan oleg masyarakat korban pencemaran lingkungan. Penerapan tanggung jawab mutlak yang dilakukan PT PIM merupakan tanggung jawab langsung dan seketika kepada korban sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti ingin menganalisis tentang penerapan prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) yang telah dilaksanakan oleh PT. PIM ditinjau dari UUPPLH. Adapun yang menjadi menjadi permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan tanggung jawab mutlak yang dilakukan oleh PT. Pupuk Iskandar Muda kepada masyarakat korban pencemaran? 2. Bagaimanakah upaya hukum yang dilakukan oleh masyarakat terhadap pencemaran yang dilakukan oleh PT. Pupuk Iskandar Muda? B. PEMBAHASAN 1. Penerapan Tanggung Jawab Mutlak yang dilakukan PT. PIM kepada Masyarakat Korban Pencemaran. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) merupakan prinsip pertanggungjawaban hukum (liability) yang diterapkan dalam kasus-kasus lingkungan hidup. Prinsip tanggung jawab mutlak diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa setiap orang yang tindakannya, usahanya dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilakan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan. Berdasarkan ketentuan tersebut jelas bahwa setiap tindakan dan kegiatan yang menggunakan dan/atau menghasilkan B3 yang dapat 325
4 No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Penerapan Tanggung Jawab Mutlak PT. PIM kepada Masyarakat Korban Pencemaran Marlio Sastro menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup wajib bertanggungjawab apabila terjadi kerugian bagi masyarakat tanpa harus membuktikannya. Penerapan tanggung jawab mutlak (strict liability) sangatlah penting dalam memberikan ganti kerugian kepada masyarakat yang menjadi korban pencemaran yang dilakukan oleh suatu kegiatan yang berdampak lingkungan. Perusahaan yang melakukan pencemaran akan memberikan ganti kerugian seketika atau langsung atas kerugian yang diderita masyarakat tanpa adanya pembuktian. Selanjutnya, penerapan prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) dalam kasus lingkungan terkait dengan salah satu asas yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 yaitu asas pencemar membayar yang bermakna setiap kegiatan yang berdampak lingkungan yang merugikan masyarakat diwajibkan memberikan ganti kerugian langsung tanpa harus membuktikannya. Hal ini berbeda pula dengan kesalahan yang terdapat dalam Pasal 1365 KUHPerdata yaitu adanya unsur perbuatan melawan hukum (onrechtsmatigedaad) yang meliputi pertama, perbuatan itu harus bersifat melawan hukum; kedua, terdapat kesalahan pada pelaku;, ketiga, timbul kerugian; keempat, terdapat hubungan kausalitas antara perbuatan dengan kerugian. Berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, jelas bahwa setiap tuntutan ganti rugi dalam kasus lingkungan harus dilakukan pembuktian terlebih dahulu sebelum memberikan ganti kerugian kepada korban. PT. Pupuk Iskandar Muda merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi pupuk urea dan menghasilkan limbah berupa gas amoniak. Dalam melakukan kegiatannya PT. PIM telah melakukan pencemaran lingkungan pada tahun 1986 berupa kebocoran gas amoniak yang diakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan yang merugikan masyarakat sekitar perusahaan. Akibat gas beracun yang dikeluarkan maka gas tersebut menyebar ke lokasi pemukiman penduduk yang mengakibatkan masyarakat menghirup langsung sehingga mengakibatkan jatuh pingsan, mualmual, muntah, mabuk, pening dan mata terasa pedih. 3 3 Op cit, hlm
5 Marlio Sastro No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Selanjutnya pada tahun 2010, PT. PIM beberapa kali melakukan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar perusahaan. Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka PT. PIM harus bertanggungjawab langsung dan seketika (Strict Liability), artinya PT. PIM tidak harus melakukan pembuktian terlebih dahulu. Bentuk tanggung jawab mutlak yang dilakukan oleh PT. PIM kepada masyarakat sebagai korban pencemaran berupa uang pengganti dan penggobatan langsung kepada korban di beberapa desa antara lain Desa Blang Naleung Mameh, Desa Tambon Baroh, Desa Tambon Tunong, Desa Paloh Gadeng dan Desa Krueng Geukueh 4. Namun pemberian ganti kerugian yang dilakukan oleh PT. PIM terhadap masyarakat korban pencemaran berupa uang pengganti dan pengobatan langsung pada saat itu tidak sesuai dengan tuntutan yang diajukan oleh masyarakat, sehingga masyarakat melakukan upaya-upaya hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Upaya hukum masyarakat terhadap pencemaran yang dilakukan oleh PT. Pupuk Iskandar Muda Pemberian ganti kerugian yang telah diberikan oleh PT. PIM kepada korban pencemaran secara langsung tidak berdasarkan kesepakatan bersama sehingga korban mengajukan tuntutan sesuai dengan kerugian yang diderita. Salah satu upaya hukum untuk mendapatkan ganti kerugian atas pencemaran lingkungan dilakukan melalui penyelesaian di luar pengadilan, hal ini diatur dalam Pasal 85 (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa: penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai: a. Bentuk dan besar ganti rugi; b. Tindakan pemuliahan akibat pencemaran dan/atu perusakan; 4 Rizwan R, 2011, Penyelesaian Sengketa Lingkungan Yang Dilakukan Oleh PT. PIM, Skripsi, hlm
6 No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Penerapan Tanggung Jawab Mutlak PT. PIM kepada Masyarakat Korban Pencemaran Marlio Sastro c. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau; d. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negative terhadap lingkungan hidup. Berdasarkan ketentuan tersebut jelas apabila korban keberatan atas ganti kerugian yang telah diberikan oleh PT. PIM dapat melakukan tuntutan melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak memihak 5. Selanjutnya penyelesaian di luar pengadilan dimaksudkan untuk mencari kesepakatan antara PT. PIM dengan korban pencemaran untuk menentukan besar kecilnya ganti kerugian yang akan diberikan, untuk dilakukannya kesepakatan tersebut dibantu oleh jasa pihak ketiga. Adapun proses penyelesaian di luar pengadilan adalah sebagai berikut: 1) Negosiasi Pada kasus pencemaran, pihak yang tercemar mengajukan tuntutan kepada pihak pencemar untuk meminta pertanggungjawaban kepada pihak pencemar. Dalam hal ini negosiasi dilakukan untuk membicarakan berapa besar ganti kerugian yang harus dibayar oleh pihak PT PIM kepada masyarakat yang mengalami kerugian atas pencemaran yang dilakukan. Negosiasi dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa pencemaran lingkungan agar cepat terlaksana sehingga tidak merugikan kedua belah pihak dan memakan waktu yang sangat lama. 2) Mediasi (mediation) Penyelesaian yang dilakukan antara pihak tercemar dengan pihak pencemar dapat menggunakan sistem mediasi sehingga tidak menimbulkan ketidakpuasan bagi para pihak. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan ganti kerugian bagi pihak tercemar dalam waktu singkat. Keterlibatan mediator sangat diperlukan untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan, yang bertindak sebagai mediator dalam penyelesaian sengketa pencemaran ini adalah Muspika Kecamatan Dewantara (Rizwan R, 2011:47). 5 Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 328
7 Marlio Sastro No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). 3) Arbitrase (Arbiration) Penyelesaian perkara pencemaran PT PIM dan masyarakat dapat menggunakan arbitrase, hal ini dilakukan karena proses arbitrase sangat singkat dan keputusannya juga bersifat final. Dengan demikian tidak akan merugikan kedua belah pihak, namun belum dapat dilaksanakan mengingat di daerah Nanggroe Aceh Darussalam sendiri belum ada badan arbitrase yang terbentuk. Hal ini sangat menghambat proses penyelesaian sengketa pencemaran yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam khususnya di Kabupaten Aceh Utara. Pada saat ini arbitrase merupakan penyelesaian sengketa alternatif yang paling banyak digunakan dibanding dengan penyelesaian sengketa alternatif yang lainnya 6. Selanjutnya, apabila penyelesaian di luar pengadilan belum mendapatkan putusan yang final maka penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat dilakukan dilakukan melalui pengadilan, hal ini sesuai dengan Pasal 87 Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gugatan atas sengketa pencemaran dapat dilakukan oleh setiap individu, masyarakat, atau organisasi lingkungan terhadap pihak pencemar, hal ini terkait dengan hak setiap orang yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, dan kewajiban setiap orang memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Gugatan sengketa lingkungan dapat dilakukan bersama-sama (class action) atau gugatan perwakilan ke pengadilan. Gugatan ini dilakukan oleh sekelompok korban pencemaran mewakili sejumlah korban pencemaran lainnya untuk bertindak mengajukan gugatan ke pengadilan atas kerugian yang diderita, yang memiliki sifat kesamaan masalah, fakta hukum dan tuntutan. 7 Lebih lanjut, dalam hal pembuktian sengketa lingkungan di pengadilan, pembuktian dibebankan kepada pihak tergugat dalam hal ini pihak pencemar. Dengan demikian PT PIM sebagai tergugat harus dapat membuktikan apakah PT PIM telah melakukan kesalahan atau tidak yang menyebabkan pencemaran lingkungan hidup sehingga merugikan orang lain. 6 Loc Cit, hlm NHT.Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm
8 No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Penerapan Tanggung Jawab Mutlak PT. PIM kepada Masyarakat Korban Pencemaran Marlio Sastro Berdasarkan kedua penyelesaian sengketa lingkungan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian apapun yang nantinya diambil oleh kedua belah pihak, PT PIM sebagai pihak pencemar yang telah merugikan masyarakat (lingkungan), maka PT PIM harus bertangungjawab langsung dan seketika kepada pihak tercemar baik secara materiil maupun immateriil. 8 (Marlia Sastro, 2009: 133). C. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan tersebut di atas adalah: 1. Prinsip Tanggung jawab mutlak (strict liability) merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam sengketa lingkungan, PT PIM sebagai pihak pencemar telah memberikan ganti kerugian secara langsung dan seketika kepada masyarakat korban pencemaran. 2. Upaya hukum masyarakat dalam menyelesaikan sengketa pencemaran adalah melalui penyelesaian di luar pengadilan dengan melibatkan mediator sebagai penengah antara korban pencemaran dengan PT. PIM. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan cara yakni: negosiasi, mediasi. Sedangkan penyelesaian melalui pengadilan tidak dilakukan oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Alvin Syahrin, 2003, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan. Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam, UI Press, Jakarta. Koesnadi Koesnadi, 1999, Hukum Tata Lingkungan, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Marlia Sastro, 1999, Pertanggungjawaban Perseroan Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup, Unimal Press, Lhokseumawe. 8 Loc Cit, hlm
9 Marlio Sastro No. 57, Th. XIV (Agustus, 2012). Munir Fuady, 2000, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Citra Aditya, Bandung. N.H.T Siahaan, 2004, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Joko P Subagyo, 1999, Hukum Lingkungan Masalah dan Panggulangannya, Rineka Cipta, Jakarta. Otto Soemarwoto, 1997, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Bandung. PT.PIM, 2003, PT.PIM 21 Tahun, Perjalanan, Tantangan dan Masa Depan, Jakarta: Lourney Challenge and Future. Rahmadi Usman, 2003, Pembaharuan Hukum Lingkungan Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung. Syamsul Arifin, 1993, Perkembangan Hukum Lingkungan di Indonesia, USU Press, Medan. Peraturan Perundang-undangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 331
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA Oleh Made Nikita Novia Kusumantari I Made Udiana Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This writing is titled Enforcement
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENGADILAN (The Environmental Dispute Settlement Through Ligitation) Oleh : Cut Era Fitriyeni
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PENGADILAN (The Environmental Dispute Settlement Through Ligitation) Oleh : Cut Era Fitriyeni ABSTRACT Kata Kunci : Sengketa Lingkungan hidup, Pengadilan
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP Pasal 30 Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB MUTLAK ( STRICT LIABILITY ) DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA LINGKUNGAN DI INDONESIA
1 TANGGUNG JAWAB MUTLAK ( STRICT LIABILITY ) DALAM PENEGAKAN HUKUM PERDATA LINGKUNGAN DI INDONESIA Oleh Ade Risha Riswanti Pembimbing : 1. Nyoman A. Martana. 2. I Nym. Satyayudha Dananjaya. Program Kekhususan
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 Oleh HM. Hartoyo A. PENDAHULUAN Berdasrkan Pasal 1 butir 14 jo. butir 16 UU Nomor 32
Lebih terperinciMEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN
MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN Oleh : I Gede Agus Satrya Wibawa I Nengah Suharta Bagian Hukum Bisnis Fakultas
Lebih terperinci1 Sodikin, 2007, Penegakan Hukum Lingkungan, Djambatan, Jakarta, hal. 1
UPAYA MASYARAKAT DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN AIR SUNGAI AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH Oleh Made Lia Pradnya Paramita Gde Made Swardhana Bagian Hukum Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa beberapa
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus
GANTI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI ORANG LAIN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 1 Oleh: Bryan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perlindungan Konsumen Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dan bukan Undang-Undang tentang Konsumen. menyebutkan pengertianpengertian
Lebih terperinci2 masyarakat sekitarnya akan sangat berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan baru diantaranya tetanus, infeksi, pencemaran udara dan pencemaran air
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa
Lebih terperinciOleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA BERBAHAYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang
No.28, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEREKONOMIAN. Kawasan Ekonomi Khusus. Arun Lhokseumawe. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6021). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciAndria Luhur Prakoso Universitas Muhammadiyah Surakarta
Prosiding Seminar Nasional ISBN: 978-602-361-036-5 PRINSIP PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciKerangka Hukum & Regulasi Kesehatan Lingkungan Yang Berorientasi Pada Pembangunan Berkelanjutan
Kerangka Hukum & Regulasi Kesehatan Lingkungan Yang Berorientasi Pada Pembangunan Berkelanjutan Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat Oleh : Dr. Dinarjati
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH YANG DISIMPAN PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH YANG DISIMPAN PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) Oleh Putu Hartawiguna Yasa Dewa Gde Rudy A.A. Gede Agung Dharma Kusuma Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORPORASI DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP. A. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Lingkungan Hidup
BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORPORASI DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP A. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Lingkungan Hidup Untuk membahas tindak pidana lingkungan perlu diperhatikan konsep dasar tindak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR
PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR Oleh : I Gst. Ayu Asri Handayani I Ketut Rai Setiabudhi Bagian Hukum
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI
GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciUNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Oleh Ni Kadek Ayu Wistiani I Made Tjatrayasa
Lebih terperinciUPAYA PENGHAPUSAN BENSIN BERTIMBAL MELALUI INSTRUMEN HUKUM
UPAYA PENGHAPUSAN BENSIN BERTIMBAL MELALUI INSTRUMEN HUKUM Pendahuluan Keberadaan bensin bertimbal sebagai bahan yang berbahaya (mengandung neurotoksin racun penyerang syaraf ) disadari memiliki implikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusional Negara kita telah mengamanatkan, bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanasan global (global warming), pencemaran udara, pencemaran air, mahkluk hidup lain yang mengisi ruang di atas bumi ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan serta kualitas lingkungan hidup saat ini semakin menunjukkan angka penurunan, fenomena ini sesungguhnya dapat mengancam kehidupan manusia dan mahkluk hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah kegiatan manusia dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi air, udara, tanah
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERUSAHAAN (PERSEROAN TERBATAS) TERHADAP KESALAHAN KARYAWAN YANG MERUGIKAN KONSUMEN Ni Luh Dewi Pratiwi 1410121293 DR. I Nyoman Sujana, SH.M.hum. A.A SG Laksmi Dewi, SH.MH. ABSTRACT
Lebih terperinciANALISIS HUKUM TERHADAP PENJATUHAN SANKSI ADMINISTRASI KASUS LUMPUR LAPINDO DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA. Tri Dara Pamungkas ABSTRAK
ANALISIS HUKUM TERHADAP PENJATUHAN SANKSI ADMINISTRASI KASUS LUMPUR LAPINDO DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA Tri Dara Pamungkas 1187024 ABSTRAK Penyusunan skripsi dengan judul Analisis Hukum Terhadap Penjatuhan
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.Hum Yogyakarta, 21 Maret 2016 Penegakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mengembangkan
Lebih terperinciDisusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C
TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DENGAN JALUR MEDIASI OLEH PENGADILAN BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
LAMPIRAN 392 LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP 393 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Penegakan Hukum Administratif Lingkungan Hidup
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penegakan Hukum Administratif Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup memiliki peran penting dalam proses penyelesaian perkara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup Indonesia
Lebih terperinciPertemuan 1
1 ASAS ASAS HUKUM LINGKUNGAN 2 TIM PENGAJAR HUKUM LINGKUNGAN @ FHUP 1. ASAS LEGALITAS Asas umum di bidang Ilmu Hukum Pasal 1 ayat (3) UUD 45 Segala kebijakan yang dilakukan berdasarkan atas hukum ( Reschstaat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciEmilda Kuspraningrum dan Mahendra Putra Kurnia. (Dosen UP. Fakultas Hukum Universitas Mulawarman) ABSTRACT
16 TINJAUAN ATAS UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP DI LUAR PENGADILAN SESUAI UNDANG - UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Emilda Kuspraningrum dan Mahendra Putra
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dilingkungan hidup adalah merupakan
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/68; TLN NO.3699 Tentang: PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan di bidang perekonomian. Pembangunan ini dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Banyak sekali pembangunan-pembangunan yang masih dilakukan di negara ini. Salah satunya adalah pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS ARUN LHOKSEUMAWE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperincitermasuk manusia dan prilakunya
Pasal 1 UUPLH Menjelaskan: Pengertian-pengertian dalam UUPLH Lingkungan Hidup Kesatuan Ruang dg semua: - benda - daya dan makhluk hidup termasuk manusia dan prilakunya mempengaruhi - kelangsungan prikehidupan
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN SEKURITAS TERHADAP INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SECARA ELEKTRONIK
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN SEKURITAS TERHADAP INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SECARA ELEKTRONIK Oleh Gusti Ayu Putu Leonita Agustini I Ketut Westra Desak Putu Dewi Kasih Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 16 2000 SERI.D KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 32 TAHUN 2000 T E N T A N G PEDOMAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat
Lebih terperinciPartisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Studi Penelitian pada Rumah Sakit di Kota Lhokseumawe)
JURNAL NANGGROE ISSN 2302-6219 Volume 4 Nomor 1 (April 2015) Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh HASIL PENELITIAN Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Dokumen Analisis Dampak
Lebih terperinciABSTRAK. Ardi Arifin Hasoloan Purba ( )
ABSTRAK Pengawasan Pemerintah Terhadap Perseroan Terbatas Dalam Meminimalisir Pencemaran Air Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang
Lebih terperinciPENERAPAN ASAS PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN DALAM KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN
PENERAPAN ASAS PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN DALAM KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN (Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Dinamika Hukum, FH Unisma Malang, ISSN: 0854-7254, Vol. VII No. 14, Agustus 2001, h. 44-51)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JUNCTO UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciPEMBERIAN GANTI RUGI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN DALAM TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIS
PEMBERIAN GANTI RUGI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN DALAM TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIS I Gede Andika Putra I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrac
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang
Lebih terperinciKukuh Subyakto Hakim Pengadilan Negeri Demak
AZAS ULTIMUM REMEDIUM ATAUKAH AZAS PRIMUM REMEDIUM YANG DIANUT DALAM PENEGAKAN HUKUM PIDANA PADA TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP PADA UU NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM T ERHADAP KONSUME N AKI BAT PERSAING AN CURANG
PERLINDUNGAN HUKUM T ERHADAP KONSUME N AKI BAT PERSAING AN CURANG Oleh : Amalia Rani Anak Agung Ngurah Wirasila Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Writing has the title "Legal Protection
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE, Menimbang
Lebih terperinciJURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta
JURNAL Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta Diajukan oleh : Edwin Kristanto NPM : 090510000 Program Studi : Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perlindungan oleh hukum (protection by law) yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah perlindungan oleh hukum (protection by law) yang bertujuan untuk melindungi hak-hak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian pada era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang melibatkan pihak-pihak
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB DISTRIBUTOR DALAM CACAT PRODUK PADA TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI FACEBOOK
TANGGUNG JAWAB DISTRIBUTOR DALAM CACAT PRODUK PADA TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI FACEBOOK ABSTRACT oleh Nessya Nindri Sari I Ketut Westra Dewa Gede Rudy Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciDengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sengketa adalah suatu pertentangan atas kepentingan, tujuan dan atau pemahaman antara dua pihak atau lebih. Sengketa akan menjadi masalah hukum apabila pertentangan
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DALAM HAL TERJADINYA PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
PERTANGGUNGJAWABAN PERUSAHAAN INDUK TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DALAM HAL TERJADINYA PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP Miranda Chairunnisa Alvi Syahrin Tan Kamello Mahmul Siregar (chairunnisa_miranda@yahoo.com)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG Menimbang : a. bahwa Lingkungan Hidup di Kabupaten Subang sebagai
Lebih terperinciPENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UMUM (1) Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT Oleh Ni Komang Ayu Noviyanti I Wayan Wiryawan Dewa Gede Rudy Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciPENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN. Oleh : Nopyandri 1. Abstrak
PENGATURAN WEWENANG PEMERINTAH DAERAH DALAM PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI LINGKUNGAN Oleh : Nopyandri 1 Abstrak Dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan
Lebih terperinciRINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL
RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL DiajukanOleh : JATMIKO YUWONO NPM :070509637 Program Studi
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA KETENTUAN PIDANANYA DALAM UU No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH) Oleh : Ariella Gitta Sari *) Abstrak
TINJAUAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA KETENTUAN PIDANANYA DALAM UU No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH) Oleh : Ariella Gitta Sari *) Abstrak Dewasa ini lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Peluang Mengajukan Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) Konsumen Apartemen atas Kerugian akibat Kebakaran ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK Oleh Bella Citra Ramadhona Anak Agung Gede Agung Dharmakusuma Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN YANG DIPASARKAN PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN YANG DIPASARKAN PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 oleh I Dewa Gede Eka Dharma Yuda Dewa Gde Rudy Suartra Putrawan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan mengenai pengamanan pasir, kerikil, dan batu di lingkungan sungai dan pesisir di Kabupaten Bantul diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2003.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola, dan dikembangkan dengan baik
Lebih terperinciLEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 LINGKUNGAN HIDUP. WAWASAN NUSANTARA. Bahan Berbahaya. Limbah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699). UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciLex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016
MEKANISME GANTI RUGI AKIBAT PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 1 Oleh: Ignatius K. Janis 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciTINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG)
TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG) Oleh : Kadek Setia Budiawan I Made Tjatrayasa Sagung Putri M.E Purwani
Lebih terperinciBAB II PROSES PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MENURUT UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999
BAB II PROSES PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MENURUT UU NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 1. Latar belakang UU nomor 8 tahun 1999 UUPK ibarat oase di
Lebih terperinciSISTEMATIKAN PEMBAHASAN I. ENVIRONMENTAL DISPUTE RESOLUTON SECARA UMUM 11/10/2011
ENVIRONEMNTAL DISPUTE RESOLUTION Wiwiek iek Awiati SISTEMATIKAN PEMBAHASAN Environmental Dispute Resolution (EDR) secara umum Environmental Dispute Resolution (EDR) dalam sengketa Lingkungan Hak Gugat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO
PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Lingkungan
Lebih terperincikarena harus mengorbankan aspek lingkungan hidup.
BAB I 13 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam usaha dilakukan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Salah satunya adalah melalui kegiatan industri, kegiatan ini
Lebih terperinciKEDUDUKAN POLLUTER DALAM KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN. Oleh : RISDALINA, SH Dosen Tetap STIH Labuhan Batu ABSTRAK
KEDUDUKAN POLLUTER DALAM KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN Oleh : RISDALINA, SH Dosen Tetap STIH Labuhan Batu ABSTRAK Dalam permasalahan lingkungan hidup merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PIHAK RETAILTERHADAP PRODUK YANG TELAH KADALUWARSA YANG MENIMBULKAN KERUGIAN PADA KONSUMEN DI KELURAHAN SANUR KOTA DENPASAR
TANGGUNG JAWAB PIHAK RETAILTERHADAP PRODUK YANG TELAH KADALUWARSA YANG MENIMBULKAN KERUGIAN PADA KONSUMEN DI KELURAHAN SANUR KOTA DENPASAR I Wayan Ari Mertha Sedana I Wayan Suardana Hukum Bisnis, Fakultas
Lebih terperinciKONSUMEN DAN PROMOSI KARTU DEBET:
KONSUMEN DAN PROMOSI KARTU DEBET: Studi terhadap Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Surakarta Nomor 01-02/Jk/II/2014/Bpsk.Ska dalam Sengketa Konsumen Tentang Kartu BPD Card Gold SKRIPSI Disusun
Lebih terperinciOleh : Made Dwi Pranata A.A. Sri Indrawati Dewa Gede Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
KEKUATAN HUKUM PUTUSAN SECARA MEDIASI DALAM KASUS ALAT PIJAT (SLIMING DIGIT) YANG MENGALAMI KERUSAKAN DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN KOTA DENPASAR Oleh : Made Dwi Pranata A.A. Sri Indrawati Dewa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan suatu perkara pidana dalam suatu proses peradilan pada hakekatnya adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal ini
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan pada BAB 3, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Implementasi Pemberian Izin Lingkungan di Kota Surakarta telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi salah satu dari aktivitas dasar manusia pada umumnya. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi salah satu dari aktivitas dasar manusia pada umumnya. Di kehidupan sehari-harinya, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik secara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, mereka harus
1 BAB I PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, baik dalam segi sosial maupun segi ekonomi. Untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya,
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Absori, dkk Jurnal Ilmu Hukum: Model Penyelesaian Sengketa. Melalui Pengadilan Dengan Pendekatan Partisipatif,
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku dan Jurnal Hukum: Absori, dkk. 2006. Jurnal Ilmu Hukum: Model Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui Pengadilan Dengan Pendekatan Partisipatif, Fakultas Hukun Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH
BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya pengendalian
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI
SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI Oleh Fery Bernando Sebayang I Nyoman Wita Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Sales Returns
Lebih terperinciEksistensi Lembaga Class Action (Gugatan Perwakilan Kelompok) Dalam Hukum Positif di Indonesia
Eksistensi Lembaga Class Action (Gugatan Perwakilan Kelompok) Dalam Hukum Positif di Indonesia Mutia Ch. Thalib Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Gugatan Class Action melalui proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia mencari pekerjaan.
Lebih terperinciPERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI
PERAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI MEKANISME MEDIASI Oleh : Made Yudha Wismaya I Wayan Novy Purwanto Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract
Lebih terperinciImplementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan
Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat Oleh : Dr. Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.Hum
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG Menimbang NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN TABALONG
Lebih terperinci