BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan
|
|
- Devi Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia..Pemerintah maupun swasta dalam menjalankan usaha-usaha produksi guna pembangunan nasional, perlu mendapat dukungan dan peran serta masyarakat sebagai subyek pembangunan. Untuk itu guna tercapainya keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi perlu ada lembaga ekonomi yang dapat mengerahkan dana masyarakat yang bermanfaat dalam membiayai kegiatankegiatan pembangunan. Salah satunya adalah Lembaga Asuransi yang dapat menghimpun dana masyarakat untuk membiayai pembangunan sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap resiko yang dapat timbul dari peristiwa-peristiwa yang belum pasti waktunya. Resiko-resiko yang dimaksud adalah resiko atas kerugian, resiko atas kerusakan, resiko atas kehilangan keuntungan yang diharapkan, maupun resiko kematian dan hidup yang terlalu lama serta tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga. Mengenai Asuransi Jiwa secara khusus diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang {KUHD} pasal 302 s/d 308. sedangkan diluar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang {KUHD} adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian dimana di dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa :
2 Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa tidak pasti atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan 1 Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 membagi usaha perasuransian kedalam tiga jenis yaitu: 1. Usaha Asuransi Kerugian 2. Usaha Asuransi Jiwa 3. Usaha Reasuransi 2 Mengenai apa itu perjanjian atau persetujuan diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPER) yang menyebutkan bahwa Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dengan perjanjian menimbulkan perikatan pada orang-orang yang saling berkepentingan dan saling berhubungan. 3 Untuk sahnya suatu perjanjian termasuk pula perjanjian asuransi jiwa maka diperlukan 4 (empat) syarat seperti yang terkandung dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian 1 Undang-Undang No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian 2 Ibid. Pasal 3 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
3 3. Mengenai sutu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal 4 Demi kepastian hukum dalam mengadakan perjanjian maka keempat syarat tersebut diatas harus dipenuhi oleh penanggung maupun pemegang polis atau tertanggung. Dalam pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ditetapkan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya 5. Maka disini nampak bahwa dalam perjanjian yang sah hukum menjamin pihakpihak yang terlibat baik dari segi hak maupun kewajiban sehingga berjalan baik. Secara umum pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian asuransi adalah: 1. Pihak penanggung, yakni perusahaan asuransi 2. Pihak tertanggung sekaligus sebagai pemegang polis 3. Pihak penikmat / pihak yang ditunjuk sebagai ahli waris, atau Beneficiary Yang menjadi hak dari penanggung adalah menerima pembayaran premi dari tertanggung. Sedangkan kewajibannya adalah membayar sejumlah uang kepada tertanggung atas kerugian yang diderita akibat dari peristiwa yang belum pasti terjadi. Sementara dilain pihak yang menjadi kewajiban dari tertanggung adalah membayar uang premi setiap bulan sesuai kesepakatan perjanjian. Dan yang menjadi hak dari tertanggung adalah menerima sejumlah uang sebagai penggantian kerugian akibat peristiwa yang mungkin terjadi. Dalam prakteknya, pelaksanaan perjanjian dan proses berlangsungnya asuransi jiwa sangat ketat sama dengan jenis asuransi lainnya akan tetapi tidak berarti pelaksanaannya tidak mengalami hambatan. Berbicara mengenai faktor penghambat, dari pihak tertanggung misalnya akibat wanprestasi terhadap pelaksanaan pembayaran premi dan kurangnya pemahaman terhadap 4 Ibid Pasal 1320 KUHPer 5 Ibid pasal 1338 KUHPer
4 peraturan asuransi jiwa. Sedangkan dari pihak penanggung antara lain disebabkan karena kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi. Peran Agen sangat penting sebab Agen mempunyai tugas untuk melakukan penagihan atas pembayaran premi dari pihak tertanggung pada waktu yang telah disepakati antara penanggung dan tertanggung untuk selanjutnya disetorkan kepada penanggung yakni perusahaan asuransi dimana tempat Agen tersebut bekerja. Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka proses pelaksanaan dan berlangsungnya praktek asuransi jiwa dilakukan dengan sangat ketat. Namun peneliti menemukan adanya hambatan dalam proses pembayaran premi. Salah satu fenomena yang menjadi penghambat proses berlangsungnya asuransi jiwa yang menonjol akhir-akhir ini pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka adalah meningkatnya keluhan dan pengaduan dari tertanggung akibat kesalahan agen yang tidak menyetorkan kepada penanggung pembayaran premi yang telah diterimanya dari tertanggung. Realita yang demikian dapat mengakibatkan terjadinya kerugian baik dipihak tertanggung maupun dipihak penanggung (Perusahaan AJB Bumiputera). Dari data penelitian yang diperoleh peneliti, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukan adanya kasus tidak disetornya pembayaran premi yang dilakukan oleh agen yang nampak pada tabel berikut: Tabel 1 NO TAHUN WAKTU JUMLAH KASUS Januari Desember Januari Desember 4
5 Januari Agustus 5 Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis terdorong untuk meneliti dan membahas tentang tanggung jawab perdata pihak penanggung yakni perusahaan asuransi terhadap pihak tertanggung / pemegang polis atas kesalahan agen yang tidak menyetorkan pembayaran premi dari tertanggung kepada penanggung pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Kantor Cabang Kupang Merdeka, dengan menggunakan KUHPER sebagai acuan. Selain itu penulis juga menggunakan KUHD, UU No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Persuransian, dan UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: 1. Apa bentuk tanggung jawab pihak Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pertanggungjawaban pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. C. Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian
6 a. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pertanggungjawaban pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi. 2. Manfaat penelitian a. Sebagai masukan atau bahan informasi kepada masyarakat pada umumnya, serta khususnya tertanggung tentang tanggung jawab perdata pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi b. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian berikutnya. D.Kerangka Pemikiran Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian. Oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan yang relevan dengan penulisan ini. Pasal 1313 KUHPerdata merumuskan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih Di dalam pasal 1320 KUHPerdata menetapkan tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yaitu: a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
7 b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal Sri Rejeki Hartono mengemukakan secara umum pengertian perjanjian adalah : Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih yang lainnya juga merupakan hubungan hukum antara pihak, atas dasar mana pihak yang satu (yang berpiutang/kreditur) berhak untuk suatu prestasi dari yang lain (debitur) yang juga berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi. 6 Lebih lanjut Sri Rejeki Hartono mengatakan bahwa asuransi adalah alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit yang menyebabkan kerugian guna mengumpulkan taksiran kerugian yang mungkin terjadi 7 Berkaitan dengan pengertian asuransi sebagai suatu perjanjian, maka dalam pasal 246 KUHD dikatakan bahwa: Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dimana penanggung mengikatkan diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti 8. Mengenai asuransi jiwa, terdapat didalam ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, yang apabila dipersempit hanya melingkupi jenis Asuransi Jiwa, maka defenisinya adalah: Asuransi atau pertanggungan jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang. 6 Hartono, Sri Rejeki; Asuransi Dan hukum Asuransi; IKIP; Semarang; 1991, hlm 82 7 Ibid hlm 73 8 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
8 Dari pengertian diatas mengandung arti bahwa antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung terdapat keterikatan dimana pihak penanggung dalam hal ini perusahaan asuransi jiwa berkewajiban memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang. Dan sebaliknya pihak tertanggung berkewajiban membayar premi baik secara bulanan, tribulan, semesteran atau tahunan sesuai kesepakatan. Dalam hal ini tersirat perlindungan oleh penanggung terhadap tertanggung, dimana perusahaan asuransi jiwa bersedia menerima peralihan resiko atas kemungkinan yang diderita tertanggung akibat peristiwa yang belum pasti waktunya. Resiko yang dimaksud adalah resiko akibat meninggal atau hidup terlalu lama. Selain itu pihak penanggung, dalam hal ini perusahaan asuransi jiwa mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap keamanan dana pembayaran premi dari tertanggung (nasabah) saat proses asuransi jiwa berjalan/dilaksanakan, termasuk pula pada saat agen melakukan penagihan premi terhadap tertanggung (nasabah), di setiap waktu yang telah disepakati oleh pihak penanggung dan tertanggung. Ketentuan pasal 1367 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menegaskan bahwa Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka didalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakai 9..Menurut pendapat Shidarta, secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan unsur kesalahan Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum 9 Op. cit pasal 1367 KUHPer
9 Perdata khususnya Pasal 1365 prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang lazim dikenal sebagai pasal tentang Perbuatan Melawan Hukum (PMH) mengharuskan terpenuhinya 4 unsur pokok yaitu: 1) Adanya perbuatan 2) Adanya unsur kesalahan 3) Adanya kerugian yang diderita 4) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini menyatakan tergugat dianggap selalu bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan, ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat 3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas. 4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak Prinsip ini sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab Absolut. Kendati demikian ada yang menyatakan bahwa Strict Liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan Ibid, pasal 1365 KUHPer 11 Shidarta; Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia; Grasindo; Jakarta;2004,hlm52
10 Berkaitan dengan prinsip tanggung jawab maka di dalam ketentuan pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen atau disingkat UUPK menegaskan bahwa: 1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan 2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis dan setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi. 4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan. 5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen 12 Berkaitan dengan pengertian tanggung jawab maka tanggung jawab adalah suatu bentuk perbuatan oleh siapapun baik instansi pemerintah, swasta yang telah dipercayakan, agar dapat memberikan pertanggungjawabannya sebagai akibat dari kedudukannya dan pelaksanaan tugas dan kewajibannya serta apa akibat dari pertanggungjawaban tersebut Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen 13 Miru Ahmadi dan Sutarman Yodo; HukumPerlindungan Konsumen ; Rajawali Pers ; Jakarta; 2004 hlm 125
11 Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran maka dibawah ini akan diuraikan beberapa konsep yang berkaitan dengan penelitian yaitu : 1. Penanggung adalah Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka sebagai badan hukum yang menanggung resiko, apabila perstiwa atau musibah menimpa diri tertanggung atau tertanggung meninggal dunia. 2. Tertanggung adalah orang yang namanya tertera didalam polis dan wajib membayar premi kepada penanggung yang berhak menuntut sesuatu kepada penanggung bila kewajiban terpenuhi. 3. Premi adalah sejumlah uang yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian yang merupakan kewajiban tertanggung untuk dibayar kepada penanggung tepat pada waktunya. 4. Agen adalah seseorang atau badan hukum yang yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. Termasuk melakukan penagihan premi kepada tertanggung. 5. Kesalahan Agen yang tidak menyetor pembayaran premi adalah tindakan dimana agen tidak menyetor kepada penanggung dana pembayaran premi yang telah diterimanya dari tertanggung sehingga menyebabkan kerugian, baik di pihak tertanggung dan atau penanggung. 6. Tanggung Jawab adalah tanggung jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi, yang terwujud dalam sikap Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka setelah menerima pengaduan dari tertanggung.
12 E. MetodePenelitian 1. Metode pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, mengingat masalah yang diteliti adalah tanggung jawab perdata pihak penanggung asuransi jiwa terhadap nasabah akibat kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 cabang kupang merdeka. 2. Spesifikasi Penelitian Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian deskriptif, dengan menggunakan variabel tunggal yakni Tanggung Jawab Pihak Penaggung Asuransi Jiwa Terhadap Nasabah Akibat Kesalahan Agen Yang Tidak Menyetor Pembayaran Premi Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka. Adapun indikator yang diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka yaitu: 1) Bentuk Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi: Memberikan ganti rugi kepada nasabah jika ternyata benar agen tidak menyetorkan pembayaran premi. Klasifikasinya :
13 - Memberikan ganti rugi - Tidak memberikan ganti rugi 2). Proses pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi: a) Menerima keluhan atau pengaduan dari nasabah Klasifikasinya : - Menerima - Tidak menerima b) Memeriksa laporan penagihan pembayaran premi setiap agen. Klasifikasinya : - Memeriksa kembali - Tidak memeriksa c) Melaporkan hasil pemeriksaan kembali laporan penagihan pembayaran premi dari setiap agen kepada nasabah Klasifikasinya : - Melaporkan hasil - Tidak melaporkan hasil d) Memberikan ganti rugi kepada nasabah jika ternyata benar agen tidak menyetorkan pembayaran premi. Klasifikasinya : - Memberikan ganti rugi - Tidak memberikan ganti rugi
14 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dikantor Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka. 4. Populasi Yang diambil menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Pengurus ( Pimpinan dan Staf) Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka yakni 6 orang. 5. Sampel Berhubung jumlah populasi yang terjangkau maka tidak diadakan penarikan sampel. 6. Responden Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah : - Kepala Perusahaan AJB Bumi Putera Cabang Kupang Merdeka : 1 orang - Kepala administrasi keuangan : 1 orang - Supervisor : 2 orang - Korban / Pengadu : 13 orang - Agen Debit : 2 orang Jumlah : 19 orang 7. Teknik Pengumpulan Data: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung para responden
15 b. Data Sekunder adalah data diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan berupa publikasinya Data sekunder ini terdiri dari : 1). Bahan hukum primer, yaitu : Perundang-undangan yang terkait dengan rumusan masalah yang antara lain : KUHPER, KUHD, UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian & UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 2). Bahan hukum sekunder, yaitu : Catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang tersedia di kantor Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka, buku literatur ilmu hukum serta tulisan-tulisan lainnya yang relevan dengan rumusan masalah. 3). Bahan hukum tersier yaitu Kamus dan Ensiklopedi. 8. Teknik Pengolahan Data Dalam rangka pengolahan data maka data yang diperoleh akan dikumpulkan dan dikelola melalui tahap-tahap pemeriksaan (editing), penyusunan (rekonstruksi) dan sistematisasi berdasarkan pokok bahasan yang diidentifikasi dari rumusan masalah 9. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh atau data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil pembahasan maka diambil kesimpulan sebagai jawaban atas permasalaha yang diteliti.
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Tanggung Jawab Tanggung jawab pelaku usaha atas produk barang yang merugikan konsumen merupakan perihal yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi adalah
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada data-data yang diperoleh sebagai hasil dari penulisan ini, maka penulis menyimpulkan hasil penelitian tentang tanggung jawab AJB Bumi Putera 1912 Cabang Kupang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup, memberi arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu perkembangan dunia dewasa ini ditandai arus globalisasi disegala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha
Lebih terperinciDiajukan oleh; RAGOWO ADE KURNIAWAN C
AKIBAT WANPRESTASI PEMBAYARAN PREMI PADA ASURANSI BERSAMA BUMI PUTRA 1912 DI WILAYAH MADIUN SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha Hukum Perlindungan Konsumen menurut Az. Nasution adalah hukum konsumen yang memuat asas-asas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI 2.1 Asas Subrogasi 2.1.1 Pengertian asas subrogasi Subrogasi ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 Kitab Undang- Undang Hukum Dagang
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN ASURANSI MITRA BEASISWA PADA ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN ASURANSI MITRA BEASISWA PADA ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia pada kenyataannya adalah makhluk hidup yang tidak bisa hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus berinteraksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) merupakan badan yang menyelesaikan sengketa konsumen melalui cara di luar pengadilan. BPSK memiliki tujuan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN (PELAKU USAHA) DALAM UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengaturan Perlindungan Konsumen di Indonesia Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat terlepas dari resiko yang sewaktu-waktu datang. Resiko tersebut dapat berupa cacat tubuh atau mungkin juga karena kematian yang disebabkan
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)
TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD
17 BAB II TINJAUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN ASURANSI BERDASARKAN KUHD A. Pengertian Asuransi Dalam ketentuan Pasal 1774 KUHPerdata yang sudah dikemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diiringi pembangunan disegala bidang yang meliputi aspek ekonomi, politik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini Pembangunan Nasional Indonesia yang dilakukan bangsa Indonesia begitu pesat, hal ini dimaksudkan mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pada hakikatnya setiap kegiatan manusia selalu menghadapi berbagai macam kemungkinan atau dengan kata lain setiap manusia selalu menghadapi ketidakpastian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang kita laksanakan dewasa ini adalah suatu rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifatsifat hakiki yang dimaksud di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat pada saat ini diperlukan adanya perlindungan, salah satu nya dengan adanya perlindungan asuransi. Hal itu terjadi karena dampak dari adanya
Lebih terperinciA. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian perlindungan konsumen, konsumen dan pelaku usaha. menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian perlindungan konsumen, konsumen dan pelaku usaha menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 1 angka 1 pengertian perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat, saat ini hampir setiap orang dalam satu ruang lingkup keluarga memiliki
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini akan mengkaji dan membahas tentang hak dan kewajiban pihakpihak dalam perjanjian pelayanan jasa laundry, bentuk wanprestasi yang dilakukan pelaku usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran Yunani kuno yang dipimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perjanjian dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi dan lembaga asuransi sebagai lembaga peralihan resiko mempunyai peranan penting. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non Bank ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya jumlah populasi manusia semakin meningkatkan kebutuhan. Untuk itu mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia. Dalam menjalani hidup. keinginan untuk mengatasi ketidakpastian (uncertainty).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan asuransi dalam sektor asuransi jiwa di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard contract. Perjanjian baku merupakan perjanjian yang ditentukan dan telah dituangkan
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI
PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Dwi Afni Maileni Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA Batam Abstrak Perlindungan konsumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciIstilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17
Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan kegiatannya dapat berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi sebagai salah satu kegiatan sosial manusia juga perlu diatur oleh hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan kegiatannya dapat berjalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa macam bahaya yang mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh peristiwa yang timbul secara
Lebih terperinciTENAGA KERJA DAN ASURANSI. ( Studi Tanggung Jawab Karyawan Terhadap Tertanggung Di Perusahaan. AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Sukoharjo ) SKRIPSI
TENAGA KERJA DAN ASURANSI ( Studi Tanggung Jawab Karyawan Terhadap Tertanggung Di Perusahaan AJB BUMIPUTERA 1912 Kantor Cabang Sukoharjo ) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperinciDokumen Perjanjian Asuransi
1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai
Lebih terperinciBAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUGIAN BAGI PENGGUNA JASA POS EXPRESS DI PT. POS INDONESIA (PERSERO) MEDAN
BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUGIAN BAGI PENGGUNA JASA POS EXPRESS DI PT. POS INDONESIA (PERSERO) MEDAN D. Pengertian Kerugian Penggunaan jasa Pos Express sebagai layanan pengiriman barang disatu pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1945 hingga sekarang, banyak hal telah terjadi dan berubah seiring dengan perkembangan zaman. Bangsa Indonesia menjadi
Lebih terperinciPROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA)
PROPOSAL TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA DI BIDANG PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SUDUT HUKUM PERDATA) 1.1.Latar Belakang Masalah Dalam dunia medis yang semakin berkembang,
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI
PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) KHATULISTIWA LUBUKSIKAPING DENGAN ASURANSI JIWA BERSAMA BUMIPUTERA 1912 DALAM ASURANSI JIWA PENERIMA KREDIT SKRIPSI Diajukan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya resiko yang harus dihadapi. Resiko semakin dekat dengan hidup manusia, baik resiko
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanggungjawaban Pidana 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi a. Peranan korporasi menjadi penting dalam tindak pidana karena sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah
Lebih terperincisebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1792 Bab XVI Buku III Kitab
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan pertanggungan atau perusahaan asuransi adalah suatu badan hukum yang sanggup mengambil alih risiko seseorang berdasarkan perjanjian pertanggungan. 1 Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar Pembangunan Nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar juga ditandaskan bahwa pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya jangkau dan daya atur yang universal, artinya meliputi segenap aspek kehidupan umat manusia dan
Lebih terperinciMAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8
MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : ------- Disusun oleh : Kelompok 8 Dickxie Audiyanto (125020305111001) Gatra Bagus Sanubari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu langkah yang ditempuh adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan dan perkembangan Ekonomi di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya laju perekonomian di
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS INFORMASI SUATU PRODUK MELALUI IKLAN YANG MENGELABUI KONSUMEN Oleh: Ni Putu Shinta Kurnia Dewi I Nyoman Gatrawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan memegang peranan yang penting. Salah satu pemicu keberhasilan perusahaan dikarenakan oleh sumber daya manusia,
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA
PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas
Lebih terperinciSOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000
SOAL JAWAB 110 : HUKUM DAN ASURANSI 26 SEPTEMBER 2000 BAGIAN I 1. Uraikan 2 (dua) bidang usaha perasuransian menurut UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dalam Bab II yang berjudul Bidang Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Resiko atau kerugian bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja walaupun tidak ada yang menginginkan kehadirannya. Dampak dari kerugian atas suatu resiko
Lebih terperinciIstilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014
Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA
AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA Oleh Gek Ega Prabandini I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This study, entitled "Effects Against
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini oleh Pemerintah Indonesia merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan tempat berpijak manusia dimana diatasnya dapat dibangun sebuah rumah sebagai tempat berteduh ataupun dibangun sebuah kantor atau pabrik sebagai
Lebih terperinciPELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA
PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Hukum
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN
BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN 2005 A. Analisis Implementasi Hak Keamanan Konsumen
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA LAUNDRY DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA LAUNDRY DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Oleh : LINDA PRATIWI NIM: 12100091 ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan di antaranya : 1. Kedudukan para pihak : a. Hubungan hukum antara
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. penelitian hukum normatif-empiris/terapan. Penelitian hukum normatif-empiris
36 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai analisis perjanjian koasuransi kapal laut ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-empiris/terapan. Penelitian hukum normatif-empiris
Lebih terperinciBAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit
BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk perawatan kecantikan yang mampu menarik hati konsumen. jenis usaha inipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini saja di Indonesia semakin marak munculnya berbagai macam klinik kecantikan sebagai contoh natasya skin care dan sebagainya yang
Lebih terperinciPemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan jangka panjang yang dilakukan bangsa Indonesia mempunyai sasaran utama yang dititik beratkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan pengembangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Asuransi merupakan kegiatan usaha dimana perusahaan menanggung
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asuransi merupakan kegiatan usaha dimana perusahaan menanggung kerugian yang diderita nasabahnya ketika terjadi suatu musibah baik itu kecelakan, kebakaran, dan juga segala
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015
TANGGUNG JAWAB HUKUM DEVELOPER TERHADAP PEMILIK RUMAH DI PERUMAHAN CITRALAND MANADO 1 Oleh : Vindy Makakombo 2 ABSTRAK Dilakukannya penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai dan mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. 1 Kestabilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat merupakan sesuatu yang mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah Indonesia, karena kesehatan masyarakat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat menjamin secara mutlak dan memberi kebahagiaan bagi manusia namun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat,kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih dan modern tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Konsumen Pengertian konsumen menurut Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sebelum berlakunya
Lebih terperinciI. METODE PENELITIAN
I. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode sistematika dan pemikiran-pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK Kesehatan merupakan hal yang harus dijaga oleh setiap manusia, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA
TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK
43 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN
Lebih terperinciANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI
ANALISA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO. 226/PDT.G/2005/PN. JKT. PST TENTANG WANPRESTASI DALAM PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas tugas dan Syarat syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. mengenai produk pangan. Namun hal tersebut telah diatur dalam Peraturan
BAB IV PEMBAHASAN A. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Restoran Terhadap Makanan yang Sudah Melewati Masa Kedaluwarsa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memang tidak mengatur secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN ASURANSI JIWA DAN PENOLAKAN KLAIM ASURANSI AKIBAT TERTUKARNYA REKAM MEDIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN ASURANSI JIWA DAN PENOLAKAN KLAIM ASURANSI AKIBAT TERTUKARNYA REKAM MEDIS A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Asuransi Pengertian Asuransi pada awalnya tercantum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman maka semakin tinggi tingkat problematika sosial yang terjadi. Di zaman yang yang semakin berkembang bukan hanya masalah hukum yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara hukum. Hal ini tertera pada Undang-Undang Dasar 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara hukum. Hal ini tertera pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 angka 3 yang berbunyi Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum terbagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN, PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN, TANGGUNG JAWAB DAN PENGIKLANAN
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN, PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN, TANGGUNG JAWAB DAN PENGIKLANAN 2.1 Perlindungan Konsumen 2.1.1 Pengertian Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999
Lebih terperinci