QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG"

Transkripsi

1 QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2011

2 QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI PIDIE JAYA, Menimbang : a. bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 mengakui dan menghormati satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa dan dalam rangka pelaksanaan Mou Helsinki 15 Agustus 2005 antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang menegaskan komitmen untuk menyelesaikan konflik Aceh secara damai, menyeluruh, berkelanjutan dan bermartabat bagi semua, dan para pihak bertekat untuk menciptakan kondisi, sehingga pemerintahan rakyat Aceh dapat diwujudkan melalui suatu proses yang demokratis dan adil dalam negara kesatuan dan konstitusi Republik Indonesia; b. bahwa untuk melaksanakan Pasal 150 ayat (3) huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang mengamanatkan bahwa rancangan akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) disampaikan ke DPRD dalam Bentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam) bulan sebelum berakhir RPJPD yang sedang berjalan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu membentuk Qanun Kabupaten Pidie Jaya tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Pidie Jaya Tahun ; 3. Mengingat...

3 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 144); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47); 9. Undang-Undang Nomor 25 tentang Pelayanan Publik Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038) 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

4 Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN PIDIE JAYA dan BUPATI PIDIE JAYA MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia. 2. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan daerah provinsi dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dilaksanakan oleh pemerintah daerah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. 3. Daerah adalah Kabupaten Pidie Jaya. 4. Kabupaten adalah kabupaten Pidie Jaya yang merupakan bagian dari daerah provinsi Aceh yang dipimpin oleh seorang Bupati. 5.Pemenrintahan...

5 5. Pemerintahan Kabupaten adalah Pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya sebagai penyelenggaraan urusan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pidie Jaya sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. 6. Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan kabupaten yang terdiri atas bupati dan perangkat kabupaten. 7. Bupati adalah Kepala Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya yang dipilih sesuai dengan peraturan perundangundangan. 8. Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten yang selanjutnya disingkat DPRK adalah unsur penyelengaraan pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 9. Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang selanjutnya disingkat SKPK adalah unsur penyelengara Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya. 10. Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie. 11. Qanun adalah Peraturan Perundang-undangan sejenis peraturan daerah yang mengatur penyelenggaraan dan kehidupan masyarakat. 12. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan secara terus menerus dan terencana oleh seluruh komponen di daerah untuk mewujudkan visi daerah. 13. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 14. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 15. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 16. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Pidie Jaya. 17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pidie Jaya Tahun yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah rencana pembangunan daerah yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 18. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 19. Rencana...

6 19. Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra adalah rencana 5 (lima) tahunan SKPK yang menggambarkan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan. 20. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Kabupaten yang selanjutnya disebut Renja SKPK adalah rencana pembangunan tahunan SKPK yang merupakan dokumen perencanaan SKPK untuk periode 1 (satu) tahun. BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya merupakan: a. penjabaran visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah selama 20 tahun yang mengacu kepada RPJP Aceh dan RPJP Nasional; b. dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah sekaligus acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah yang berkesinambungan. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 (1) Maksud penetapan RPJP Daerah adalah merupakan dokumen perencanaan sebagai pedoman dalam : a. penyusunan RPJM Daerah dari Bupati dan Wakil Bupati Terpilih; b. penyusunan RKPD tahunan; c. penyusunan Renstra SKPK; dan d. penyusunan Renja SKPK. (2) Tujuan penetapan RPJP Daerah adalah untuk : a. melaksanakan visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang Daerah; b. menetapkan pedoman dalam penyusunan RPJMD, RKPD, Renstra SKPK, Renja SKPK, dan Perencanaan Penganggaran; dan c. mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan Kabupaten yang berbatasan. BAB IV

7 BAB IV SISTEMATIKA Pasal 4 Sistematika RPJP Daerah meliputi : BAB I Pendahuluan, memuat uraian tentang Latar Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya, Sistematika Penulisan, Maksud dan Tujuan; BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah, memuat penjelasan umum mengenai kondisi Geografi dan Demografi, Pelaksanaan Syariat Islam, Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Umum dan Daya Saing Daerah; BAB III Analisis Isu-isu Strategis, memuat uraian tentang Permasalahan Pembangunan Daerah dan Isu-isu Strategis baik di tingkat nasional, provinsi dan di Kabupaten Pidie Jaya; BAB IV Visi dan Misi Daerah, memuat visi pembangunan Kabupaten Pidie Jaya Tahun , dan misi pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi yang terbagi dalam 4 periode pembangunan 5 tahunan; BAB V Arah Kebijakan Pembangunan, memuat penjelasan tentang Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan serta Tahapan dan Skala Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Panjang; BAB VI Kaidah Pelaksanaan, memuat tentang Tatacara Pelaksanaan, Organisasi Pelaksana, Monitoring dan Evaluasi serta Bagian dan Mekanisme Pengawasan. BAB V ISI DAN URAIAN RPJM DAERAH Pasal 5 Isi beserta uraian RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Qanun ini. BAB VI

8 BAB VI PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 6 (1) Pemerintah Kabupaten melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah. (2) Tata cara pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB VII KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 7 RPJP Daerah dijadikan dasar evaluasi terhadap RPJMD setiap Bupati terpilih dalam jangka 20 tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 8 Dengan berlakunya Qanun ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan Qanun ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 9 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya akan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 10 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pidie Jaya.

9 Ditetapkan di Meureudu pada tangggal 2013 M 1434 H BUPATI PIDIE JAYA, Drs. H. M. GADE SALAM Diundangkan di Meureudu pada tanggal 2013 M 1434 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA, RAMLI DAUD, S.H, M.M LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 NOMOR.

10 PENJELASAN ATAS RANCANGAN QANUN PIDIE JAYA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN I. UMUM RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk kurun waktu 20 tahun, yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RPJMD Bupati Terpilih untuk 5 (lima) tahunan, acuan dalam penyusunan RKPD untuk setiap jangka waktu 1 (satu) tahun. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, RPJP Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan arah pembangunan daerah; RPJP Daerah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan RPJMD, acuan penyusunan RKPD, yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah, serta memuat prioritas pembangunan daerah, gambaran umum kondisi daerah, analisis dan arah kebijakan pembangunan. Kurun waktu RPJP Daerah adalah 20 tahun. Pelaksanaan RPJP Daerah Tahun terbagi dalam tahapan perencanaan pembangunan pada periodisasi perencanaan pembangunan 5 (lima) tahunan yang dituangkan dalam : a. RPJPD periode 5 Tahun Pertama Tahun ; b. RPJPD periode 5 Tahun Kedua Tahun ; c. RPJPD periode 5 Tahun Ketiga Tahun ; d. RPJPD periode 5 Tahun Keempat Tahun ; Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan RPJP Daerah, sangat tergantung dari kesepakatan, kesepahaman dan komitmen bersama antara Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Provinsi Aceh serta pemangku kepentingan di Pidie Jaya. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup Jelas

11 Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR

12 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, maka Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun ini dapat tersusun sesuai dengan amanat Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dokumen RPJP ini memuat rencana pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan yang memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Pidie Jaya dengan memperhatikan RPJP Aceh dan Nasional serta RTRWN, RTRW Aceh dan RTRW Kabupaten Pidie Jaya. Sesuai dengan amanat perundang undangan yang berlaku, penyusunan dokumen perencanaan ini dilakukan dengan menggali aspirasi masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang dijaring melalui kegiatan Fokus Grup Diskusi (FGD) pada tingkat desa, kecamatan, forum SKPD hingga diskusi dalam bentuk musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di tingkat kabupaten. Keseluruhan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat tersebut dilakukan oleh tim penyusun dari Bappeda Kabupaten Pidie Jaya bekerja sama dengan unsur Perguruan Tinggi Negeri di wilayah Provinsi Aceh. Dengan sistem pendekatan penyusunan Dokumen RPJP Kabupaten Pidie Jaya Tahun yang dilakukan, kiranya dokumen ini dapat memuat aspirasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya ke depan. Akhirnya, dengan telah tersusunnya Dokumen RPJPa Kabupaten Pidie Jaya Tahun ini, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada seluruh stake hoder, para tokoh masyarakat, Perangkat Pemerintah Gampong, Perangkat Pemerintah Kecamatan, Forum SKPD, serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah turut berpartisipasi dalam penyusunan dokumen ini. Semoga dokumen ini dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi pembangunan daerah Kabupaten Pidie Jaya dimasa mendatang. Sekian dan Terimakasih. Meureudu, November 2011 BUPATI PIDIE JAYA Drs. H. M. GADE SALAM i

13 DAFTAR ISI Rancangan Qanun Kabupaten Pidie Jaya... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Halaman i ii iv v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dasar Hukum Penyusunan Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya Sistematika Penulisan Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan... 5 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Kondisi Geografi dan Demografi Kondisi Geografi Kondisi Topografi Kondisi Klimatologi Kondisi Geologi Kondisi Hidrologi Pemanfaatan Lahan Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Rawan Bencana Demografi Pelaksanaan Syariat Islam Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kesejahteraan Sosial Seni Budaya dan Olahraga ii

14 2.4 Pelayanan Umum Layanan Urusan Wajib Pelayanan Penunjang Daya Saing Daerah Kemampuan Ekonomi Daerah Fasilitas Wilayah / Infrastruktur Sumberdaya Manusia Sumberdaya Energi dan Mineral BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Permasalahan Pembangunan Daerah Bidang Ekonomi Bidang Infrastruktur Bidang Sosial dan Budaya Isu Strategis Isu-isu Strategis di Tingkat Nasional Isu-isu Strategis di Tingkat Provinsi Isu-isu Strategis di Kabupaten Pidie Jaya BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Visi Kabupaten Pidie Jaya Misi Kabupaten Pidie Jaya... 4 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Tahapan dan Skala Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Periode RPJP 5 Tahun Pertama Tahun Periode RPJP 5 Tahun Kedua Tahun Periode RPJP 5 Tahun KetigaTahun Periode RPJP 5 Tahun Keempat BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN Pelaksanaan Organisasi Pelaksana Monitoring dan Evaluasi Bagian dan Mekanisme Pengawasan... 2 iii

15 DAFTAR TABEL Halaman TABEL 2.1 Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya... 8 TABEL 2.2 TABEL 2.3 TABEL 2.4 TABEL 2.5 TABEL 2.6 Luas Kawasan Lindung dan Budidaya Kabupaten Pidie Jaya Tahun Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan Dari Tahun 2004 s/d Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan Dari Tahun 2005 s/d Kepadatan Penduduk dan Prosentase Jumlah Jiwa/KK Kabupaten Pidie Jaya Tahun Jumlah Tempat Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun TABEL 2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009 Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Pidie Jaya TABEL 2.8 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya TABEL 2.9 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009 TABEL 2.10 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Pidie Jaya Tingkat Inflasi di Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Propinsi Aceh Dan Nasional selama TABEL 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006 s/d 2009 Kabupaten Pidie Jaya TABEL 2.12 Angka Melek Huruf Dewasa Tahun 2007 s/d 2009 TABEL 2.13 TABEL 2.14 Kabupaten Pidie Jaya Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun TABEL 2.15 Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Pidie Jaya Tahun TABEL 2.16 Luas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 dan TABEL 2.17 TABEL 2.18 Jumlah Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Pidie Jaya Tahun Jumlah Sentra Industri, Tenaga Kerja dan Produksi Di Kabupaten Pidie Jaya Tahun iv

16 DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 2.1 Pendapatan Regional per Kapita tahun (jutaan rupiah) GAMBAR 2.2 Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA GAMBAR 2.3 Perkembangan Nilai UAN dan UAS untuk SD/MI dan SMP/MTs GAMBAR 2.4 Grafik Produksi Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Pidie Jaya Tahun v

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi kewenangan kepada Kepala Daerah untuk melakukan koordinasi perencanaan, pengawasan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten/Kota yang berdasarkan pada kewenangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dimana terdapat urusan wajib dan urusan pilihan sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Sejalan dengan ditetapkannya Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pemerintah Daerah dituntut untuk melaksanakan perencanaan pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut RPJPD merupakan dokumen perencanaan pembangunan makro yang berisi visi, misi dan arah pembangunan jangka waktu 20 tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun Dokumen RPJP merupakan kesepakatan/komitmen kebijakan yang pasti namun fleksibel dalam tahapan pelaksanaannya. Tahapan RPJP seharusnya menjadi dasar bagi siapapun pelaku pembangunan termasuk para calon pemimpin dalam membuat visi dan misi yang akan dibawakan dalam kampanye periodeisasi politik. Dengan demikian melalui dokumen RPJP pelaksanaan pembangunan akan dapat terintegrasi dan secara jelas akan menunjukkan arah pembangunan yang pasti. Muatan RPJP akan diterjemahkan dalam penyusunan dokumen perencanaan yang lain, baik perencanaan jangka menengah (RPJM, 5 tahunan) maupun perencanaan jangka pendek (RKPD, 1 tahun). Selanjutnya pada akhir Tahun 2025 diharapkan dapat terwujud sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing antara lain ditandai oleh sumber daya manusia yang berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif dan berakhlak mulia. Kegiatan usaha yang berdaya saing antara lain ditandai oleh berkembangnya usaha dan investasi di Kabupaten Pidie Jaya, sejalan dengan itu pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan dapat dicapai sehingga pendapatan per kapita pada Tahun 2025 mencapai kesejahteraan setara dengan daerah berpendapatan menengah dengan tingkat pengangguran terbuka 1

18 yang semakin rendah dan jumlah penduduk miskin yang makin dapat ditekan, pelayanan pendidikan yang berkualitas dengan pelaksanaan manajemen pendidikan yang maju, peningkatan kualitas pendidikan secara kompetitif dan terpadu, pelayanan kesehatan yang berkualitas ditandai dengan meningkatnya pelayanan kesehatan pada semua akses serta pelayanan kesehatan yang dikekola secara profesional, terpadu dan kompetitif. Mewujudkan Kabupaten Pidie Jaya nyaman dan indah ditandai dengan dapat terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud Kabupaten/Kota tanpa permukiman kumuh. Untuk mewujudkan kondisi tersebut Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pidie Jaya Tahun yang disusun dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi serta RTRW Provinsi dan Kabupaten. Penyusunan RPJPD ini juga memperhatikan karakteristik dan potensi Kabupaten Pidie Jaya yang diwujudkan dalam visi, misi dan arah pembangunan sebagai cerminan cita-cita bersama yang akan dicapai yaitu terciptanya masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang Islami, Berkualitas, Adil, Makmur dan Sejahtera. Selanjutnya RPJP Daerah Kabupaten Pidie Jaya menjadi dasar bagi Bupati dan Wakil Bupati dalam membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah selama masa jabatan 5 (Lima) Tahun. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Dasar hukum penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2

19 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; 9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pidie Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4683); 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 12. Undang-Undang Nomor 25 tentang Pelayanan Publik Tahun 2009; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 21. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 22. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 3

20 1.3 Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Lainnya 1 Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Oleh karena itu, penyusunan RPJPD Kabupaten Pidie Jaya mengacu pada RPJP Nasional yang telah ditetapkan dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 dan Draft RPJPD Aceh Penyusunan RPJPD Kabupaten Pidie Jaya memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang telah disusun sebelumnya, agar sinergis dan konsisten dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya 20 tahun ke depan. 3 RPJPD sebagai dokumen perencanaan berwawasan dua puluh tahun, yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang yang di jabarkan dalam RPJMD yang memuat visi, misi, strategi, kebijakan, dan indikasi rencana program lima tahunan, yang selanjutnya dijadikan pedoman penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) masingmasing SKPD rangka memenuhi target capaian setiap SKPD. 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan RPJPD sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Hubungan antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Pembangunan Daerah Lainnya 1.4 Sistematika Penulisan 1.5 Maksud dan Tujuan Bab II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Kondisi Geografi dan Demografi 2.2 Pelaksanaan Syariat Islam 2.3 Kesejahteraan Masyarakat 2.4 Pelayanan Umum 2.5 Daya Saing Daerah Bab III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah 3.2. Isu-isu Strategis 4

21 Bab IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Kabupaten Pidie Jaya 4.2. Misi Kabupaten Pidie Jaya Bab V ARAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PAANJANG DAERAH 5.1 Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah untuk masing-masing misi 5.2 Tahapan dan Prioritas Periode RPJP 5 Tahun Pertama Periode RPJP 5 Tahun Kedua Periode RPJP 5 Tahun Ketiga Tahun Periode RPJP 5 Tahun Keempat Bab VI KAIDAH PELAKSANAAN 6.1 Pelaksanaan 6.2 Organisasi Pelaksana 6.3 Monitoring dan Evaluasi 6.4 Bagian dan Mekanisme Pengawasan 1.5 Maksud dan Tujuan Maksud Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Pidie Jaya Tahun , disusun dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Pidie Jaya dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama Tujuan Tujuan penyusunan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah didasarkan pada karakteristik Kabupaten Pidie Jaya, sinergis, koordinatif dan sustainable dalam pelaksanaan serta terarah menuju Masyarakat Kabupaten Pidie Jaya yang diinginkan selama 20 tahun ke depan adalah : 1. Menjadi acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah kabupaten Pidie Jaya, DPRK Pidie Jaya, dunia usaha, dan elemen masyarakat dalam menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan yang akan dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Pidie Jaya. 5

22 2. Menjadi pedoman berwawasan jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan yang sesuai potensi dan kondisi riil serta proyeksinya pada masa yang akan datang. 3. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar SKPK, antar pemerintahan, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintahan 4. Menjawab tantangan dan isu-isu strategis pembangunan daerah yang diperkirakan akan menghambat pelaksanaan good governance dan pembangunan daerah yang berkelanjutan. 5. Mewujudkan kehidupan yang demokratis, transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan sosial, melindungi hak asasi manusia, tidak dikriminatif, dan memberi perhatian kepada kelompok-kelompok rentan, mandiri, dan sejahtera dalam kerangka Islami. 6

23 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan kondisi geografis, perkembangan pembangunan Kabupaten Pidie Jaya di berbagai bidang kehidupan masyarakat, yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), hukum dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana, serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup. Pembangunan Kabupaten Pidie Jaya selain menunjukkan berbagai kemajuan yang telah dicapai, ternyata juga cukup banyak tantangan atau masalah yang belum sepenuhnya terselesaikan. Karenanya, masih diperlukan upaya untuk mengatasinya dalam pembangunan daerah 20 tahun ke depan. 2.1 Kondisi Geografi dan Demografi Kondisi Geografi Kabupaten Pidie Jaya terletak di 140 km arah tenggara ibu kota Provinsi Aceh, berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Bakosurtanal, luas wilayah 1.162,84 km2 yang terdiri dari luas wilayah darat 952,0 km2 dan luas wilayah laut 210,84 km2. Secara geografis Kabupaten Pidie Jaya terletak di 04, ,300 0 Lintang Utara dan 96, ,360 0 Bujur Timur. Batas wilayah Kabupaten Pidie Jaya dapat dirinci sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bireuen, c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Tangse, kecamatan Geumpang, dan kecamatan Mane), d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie (kecamatan Geuleumpang Tiga, kecamatan Geuleumpang Baro, dan kecamatan Keumbang Tanjong) Kondisi Topografi Kondisi topografi kabupaten Pidie Jaya relatif tidak datar dengan ketinggian bervariasi antara 0 8 mdpl (meter diatas permukaan laut) hingga >1500 mdpl. Luas dataran dengan ketinggian 0 8 mdpl 28,53% dari luas keseluruhan kabupaten, sedangkan sisanya berada di daerah selatan mempunyai kontur ketinggian permukaan tanah yang sangat variatif atau perbukitan dengan tingkat kemiringan lereng antara 25 40%. 1

24 Kemiringan lereng dan garis kontur merupakan kondisi fisik topografi suatu wilayah yang sangat berpengaruh dalam kesesuaian lahan dan banyak mempengaruhi penataan lingkungan alami. Untuk kawasan terbangun, kondisi topografi berpengaruh terhadap terjadinya longsor dan terhadap konstruksi bangunan. Kemiringan lerengmerupakan faktor utama yang menentukan suatu daerah apakah layak untuk dibudidayakan atau tidak. Penggunaan lahan untuk kawasan fungsional seperti persawahan, ladang dan kawasan terbangun membutuhkan lahan dengan kemiringan di bawah 15%, sedangkan lahan dengan kemiringan di atas 40% akan sangat sesuai untuk penggunaan perkebunan, pertanian tanaman keras dan hutan. Kemiringan lahan dikelompokkan kedalam 5 lereng yaitu: Kemiringan lereng 0 8 % (kelerengan tingkat I). Lahan dengan kemiringan seperti ini dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan yang kecil. Kemiringan lereng 8 15 % (kelerengan tingkat II/landai). Lahan dengan kemiringan lereng seperti ini dapat digunakan untuk kegiatan pemukiman dan pertanian, tetapi bila terjadi kesalahan dalam pengelolaan masih mungkin terjadi erosi. Kemiringan lereng % (kelerengan tingkat III/agak curam) kemungkinan terjadi erossi lebih besar. Kemiringan lereng % (kelerengan tingkat IV/curam), jika tumbuhan menutupi permukiman lahan ditebang, maka lereng akan mudah tererosi. Kemiringan lereng 45 % (kelerengan tingkat V/sangat curam), kelerengan yang sangat peka terhadap erosi, kegiatan harus bersifat nonbudidaya. Apabila terjadi penebangan hutan, akan membawa pengaruh yang besar terhadap lingkungan yang lebih luas. Gambaran kondisi kelerangan Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat melalui Table 2.1 Berikut ini. Tabel 2.1 Kondisi Kelerengan Kabupaten Pidie Jaya No Kecamatan Lereng Kelas (0 3)% (4 8)% (9 15)% (16-25)% (26-40)% >40% 1 Bandar Baru Panteraja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua

25 6 Ulim Jangka Buya 8 Bandar Dua Sumber : Atlas Pengembangan Kakao Kabupaten Pidie Jaya Tahun Kondisi Klimatologi Kondisi rata-rata curah hujan di Kabupaten Pidie Jaya mencapai mm/tahun dengan rata-rata hujan 98 hari/tahun, bulan kering (curah hujan 60 mm) rata-rata 1,7 bulan per tahun dan bulan basah (curah hujan 90 mm.bln) rata-rata 6.8 bulan per tahun. Berdasarkan jumlah bulan kering dan bulan basah maka tipe curah hujan di Kabupaten Pidie Jaya adalah tipe A sesuai rumus Schmidt dan Ferguson. Temperatur berkisar dari suhu minimum 19 C 22 C sampai dengan suhu maksimum 30 C 35 C. Menurut Atlas Curah Hujan Bakosurtanal, Kabupaten Pidie Jaya dibagi menjadi 4 kawasan curah hujan, yaitu : a. Wilayah pantai utara mempunyai curah hujan mm/tahun; b. Wilayah daratan rendah dengan ketinggian mdpl bercurah hujan mm/tahun; c. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian mdpl bercurah hujan mm/tahun; d. Wilayah dataran tinggi dengan ketinggian >400 mdpl bercurah hujan mm/tahun Kondisi Geologi Jenis Geologi yang menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari batuan sedimen kuarter dan tersier yang berada di bagian utara Pidie Jaya serta batuan sedimen pra tersier yang umumnya berada di bagian selatan Pidie Jaya. Susunan formasi batuan dan endapan yang menyusun wilayah Pidie Jaya terdiri dari aluvium, campuran estuarin dan marin yang masih muda, aluvium sungai muda, gambut yang berada di bagian tengah Pidie Jaya (di sepanjang jalan arteri), aluvium, endapan laut yang muda (pasir-pasir pantai, kerikil) yang berada di bagian utara Pidie Jaya serta formasi batuan basalt, andesit, tefra berbutir halus dan tefra berbutir kasar yang berada di bagian selatan Pidie Jaya Jenis tanah yang terdapat di Pidie Jaya sangat beragam. Sebagian besar merupakan jenis tanah kambisol yang bercampur dengan jenis tanah lainnya, seperti gleisol, regosol, andosol, aluvial dan podsolik. Tanah Gleisol, yang terdiri atas Gleisol Eutrin, Gleisol Fleirik, dan Gleisol Halik merupakan tanah yang mempunyai prosentase liat yang tinggi dengan pengaruh reduksi 3

26 unsur besi (fe). Umumnya dijumpai pada dataran datar. Umumnya dijumpai pada tanah datar. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng. Tanah Alluvial, merupakan jenis tanah timbunan sehingga belum mempunyai perkembangan horizon lebih lanjut. Lapisan atasnya masih selalu mendapat bahan tambahan yang kadang-kadang mengandung zat organik. Di Kabupaten Pidie Jaya, jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Trienggadeng, Panteraja dan Bandar Baru. Tanah Regosol, merupakan tanah yang terdiri dari lapisan gambut (bahan organik) di atas tanah mineral yang mengalami gleisasi. Ditemukan di daerah rawa-rawa yang terus menerus tergenang atau daerah yang lebih tinggi yang drainasenya sangat buruk dengan curah hujan yang tinggi. Jenis tanah ini dapat ditemukan di Kecamatan Meureudu. Tanah Podsolik, berwarna merah sampai kuning dengan perkembangan yang sedang dan kesuburan yang rendah. Jenis tanah ini umumnya ditemukan pada wilayah yang mempunyai ketinggian meter dari permukaan laut. Jenis tanah ini ditemukan di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Pidie Jaya. Tanah Latosol, adalah tanah yang mempunyai distribusi kadar liat yang tinggi dengan tingkat kelapukan yang telah lanjut. Stabilitas agregat adalah tinggi dengan tanah warna merah, coklat kemerahan, coklat kekuningan atau kuning. Tanah ini banyak ditemukan pada tanah yang mempunyai ketinggian meter di atas permukaan laut. Jenis tanah ini terdapat pada Kecamatan Meureudu dan Trienggadeng. Tanah Komplek Podsolik Merah Kuning dan Litosol, merupakan gabungan dari sifat-sifat tanah di atas. Jenis tanah ini dijumpai di wilayah tengah sampai pegunungan, seperti di Kecamatan Bandar Baru, Meuredu dan Bandar Dua. Tanah Komplek Rendzina dan Litosol, merupakan jenis tanah gabungan antara jenis tanah rendzina dan litosol. Tanah Rendzina merupakan tanah yang mempunyai horizon permukaan mollik dan dibawahnya langsung berupa batu kapur. Sedangkan jenis tanah litosol adalah tanah dangkal yang berada di atas batu keras sampai dengan kedalaman 20 cm dari permukaan tanah serta belum ada perkembangan profil lebih lanjut akibat pengaruh erosi yang kuat. Jenis tanah komplek rendzina dan litosol ini ditemukan di kecamatan Bandar Baru walaupun dalam luasan yang relatif kecil Kondisi Hidrologi Kabupaten Pidie Jaya mempunyai area konservasi air yang cukup luas yaitu di area hutan lindung atau hutan produksi yang berada pada sisi barat yaitu deretan pengunungan Bukit Barisan. Areal pertanian tanaman pangan atau persawahan ada di lembah atau bagian timur yang bertopografi datar. Area perkebunan ada di perbukitan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, oleh karena itu fungsi hutan sebagai penyangga sumber daya alam 4

27 dan sumber daya air bagi wilayah permukiman dan pertanian mempunyai arti yang sangat penting. Secara Geografis, potensi Sumber Daya Air di Kabupaten Pidie Jaya, sangat dimungkinkan untuk membangun satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), dan Tower air bersih untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat perkotaan/pedesaan, perumahan, perkantoran, dan zona Industri dalam kurun waktu 5 s.d 20 tahun ke depan. Pemanfaatan lahan dataran lereng pegunungan dan dataran tinggi untuk tanaman perkebunan yang mempunyai arti penting karena selain penghasil bahan industri atau bahan ekspor juga berperan dalam hidrologi wilayah. Sungai besar maupun kecil yang mengarah ke timur, mata airnya ada di areal hutang lindung. Adapun sungai-sungai yang berada di wilayah Kabupaten Pidie Jaya adalah sungai Krueng Kalla di Kecamatan Bandar Baru perbatasan dengan Kabupaten Pidie, sungai Krueng Cubo berada di Kecamatan Panteraja dan Kecamatan Trienggadeng, Krueng Beuracan yang membelah Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu, Krueng Meureudu yang membelah Kecamatan Meureudu dengan Kecamatan Meurah Dua, Krueng Ulim yang melintas Kecamatan Ulim dan Krueng Jeulanga yang melintas Kecamatan Bandar Dua dan Jangka Buya. Air permukaan yang terdapat di wilayah kota Meureudu adalah sungai Krueng Beuracan dan sungai Krueng Meureudu. Sungai Krueng Meureudu ini mempunyai panjang 45 Km, dengan luas DAS Km2. Dewasa ini penggunaan badan air tersebut hanya terbatas untuk menampung dan mengalirkan aliran drainase. Sejalan dengan rencana penerapan sempadan sungai dan perlakuan yang baik terhadap sungai diharapkan kualitas air sungai dapat diperbaiki. Daerah irigasi Pidie Jaya terbagi menjadi 4 lokasi: 1) Daerah Ulim seluas 115 ha; 2) Beuracan seluas 813 ha; 3) Meureudu dengan luas 1729 ha; dan 4) Cubo-Trienggadeng seluas ha. Irigasi ini di kategorikan tipe A1 tipe B. Sistem jaringan irigasi di Kabupaten Pidie Jaya yaitu berasal dari 5 aliran sungai besar yang masih alami, dan di daerah ini terdapat sebuah bangunan bendungan irigasi tepatnya di daerah Beuracan yang masih perlu untuk dikembangkan agar mampu mengairi seluruh daerah pertanian di wilayah Kabupaten Pidie Jaya guna terwujudnya percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Pemanfaatan daerah irigasi meliputi: 1. Daerah Irigasi lintas kabupaten kewenangan provinsi meliputi: a) Daerah Irigasi Cubo/Trienggadeng seluas kurang lebih seribu sembilan ratus sembilan (1.909) hektar; b) Daerah Irigasi Samalanga seluas kurang lebih dua ribu seratus empat belas (2.114) hektar; 5

28 2. Daerah irigasi kewenangan provinsi di kabupaten berupa Daerah Irigasi Meureudu seluas kurang lebih (seribu tujuh ratus dua puluh sembilan) hektar 3. Daerah irigasi di Kabupaten meliputi: a) Daerah Irigasi Alue Demam seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar; b) Daerah Irigasi Alue Sane seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar; c) Daerah Irigasi Beuracan seluas kurang lebih 863 (delapan ratus enam puluh tiga) hektar; d) Daerah Irigasi Blang Beurasan seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) hektar; e) Daerah Irigasi Blang Geulumpang seluas kurang lebih 60 (enam puluh) hektar; f) Daerah Irigasi Drien Bungong seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar; g) Daerah Irigasi Keumba seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) hektar; h) Daerah Irigasi Kiran seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar; i) Daerah Irigasi Kuta Krueng seluas kurang 300 (lebih tiga ratus) hektar; j) Daerah Irigasi Paya Trieng seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar; k) Daerah Irigasi Lhok Pisang seluas kurang lebih 28 (dua puluh delapan) hektar; l) Daerah Irigasi Paya Reulet seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar; m) Daerah Irigasi Alue Drien seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar; n) Daerah Irigasi Muka Blang seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar; o) Daerah Irigasi Lhok Puuk seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar; p) Daerah Irigasi Pante Breuh seluas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) hektar; q) Daerah Irigasi Tgk. Chik Disintheu seluas kurang lebih 233 (dua ratus tiga puluh tiga) hektar; r) Daerah Irigasi Uten Pantang seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar; s) Daerah Irigasi Lhok Ugop seluas kurang lebih 150 (seratus lima puluh) hektar; t) Daerah Irigasi Lueng Paya seluas kurang lebih 100 (seratus) hektar; u) Daerah Irigasi Lueng Paloh seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar; v) Daerah Irigasi Lueng Limeng seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar; 6

29 w) Daerah Irigasi Pulo Perlak seluas kurang lebih 70 (tujuh puluh) hektar; x) Daerah Irigasi Palong seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar; y) Daerah Irigasi Uten Bayu seluas kurang lebih 103 (seratus tiga) hektar; z) Daerah Irigasi Meugit seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) hektar; aa) Daerah Irigasi Ulee Glee seluas kurang lebih 596 (lima ratus sembilan puluh enam) hektar; bb) Daerah Irigasi Lhok Sandeng seluas kurang lebih 252 (dua ratus lima puluh dua) hektar; cc) Daerah Irigasi Blang Beudarah seluas kurang lebih 50 (lima puluh) hektar; dd) Daerah Irigasi Blang Lubok seluas kurang lebih 44 (empat puluh empat) hektar; ee) Daerah Irigasi Ulim seluas kurang lebih 324 (tiga ratus dua puluh empat) ff) hektar; Daerah Irigasi Panton Kulat seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar; gg) Daerah Irigasi Panton Pupu seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar; hh) Daerah Irigasi Teurace seluas kurang lebih 12 (dua belas) hektar; ii) jj) Daerah Irigasi Panton Limeng seluas kurang lebih 10 (sepuluh) hektar; Daerah Irigasi Paya Cirieh seluas kurang lebih 65 (enam puluh lima) hektar; kk) Daerah Irigasi Waduk Alue seluas kurang lebih 80 (delapan puluh) ll) hektar; Daerah Irigasi Tgk. Leman seluas kurang lebih 20 (dua puluh) hektar; mm) Daerah Irigasi Waduk Baro seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar; nn) Daerah Irigasi Waduk Weu seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar; oo) Daerah Irigasi Paya Baru seluas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar; pp) Daerah Irigasi Teupin Raya KR seluas kurang lebih 350 (tiga ratus lima puluh) hektar; qq) Daerah Irigasi Teupin Raya KN seluas kurang lebih 450 (empat ratus rr) lima puluh) hektar; Daerah Irigasi Ujong Leubat seluas kurang lebih 200 (dua ratus) hektar; 7

30 Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk dalam melangsungkan kegiatan sehari-hari, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/penduduk di Kabupaten Pidie Jaya harus dengan kapasitas yang optimum. Ketersediaan Air bersih sangat tergantung pada sumber air yang dapat di olah dan dimanfaatkan. Sistem distribusi dalam pengadaan air bersih di Kabupaten Pidie Jaya masih mengikuti pola lama yaitu pada saat masih dalam bagian wilayah Kabupaten Pidie, didistribusikan dengan 2 cara yaitu: melalui jaringan sistem perpipaan PDAM, dan sistem non perpipaan (swadaya masyarakat). Kondisi sekarang ini, pusat pelayanan PDAM di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di beberapa tempat yaitu: Meureudu, Panteraja, Ulim, dan PDAM Pidie. Sedangkan untuk daerah-daerah yang belum terlayani oleh PDAM, kebutuhan air bersih pada umumnya diambil dari sumur galian, mata air dan sungai. Sasaran akhir RPJP Kabupaten Pidie Jaya tahun 2025 dalam hal ini daerah perkotaan di Pidie Jaya dapat terlayani jaringan sistem perpipaan PDAM Pemanfaatan Lahan A. Rencana Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung merupakan kawasan hutan yang karena keadaan sifatnya diperuntukan guna pengaturan tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kriteria hutan lindung: a. kawasan hutan yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung; b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng > 65%; c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian >2000m dpl; d. kawasan yang memiliki ketinggian >2000 dan kelerangan >40% Kawasan Hutan Lindung yang berada di bagian selatan Kabupaten Pidie Jaya seluas ,08 hektar meliputi: 1) Kecamatan Ulim; 2) Kecamatan Meureudu; 3) Kecamatan Meurah Dua; 4) Kecamatan Bandar Dua; dan 5) Kecamatan Bandar Baru. 2. Kawasan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Pidie Jaya terdiri dari sempadan pantai, sempadan sungai. a. Sempadan pantai adalah kawasan di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Keserasian 8

31 dan keseimbangan lingkungan pantai berawal dari dukungan wilayah pesisir, dimana wilayah pesisir merupakan pergerakan aktivitas (atau peralihan) antara laut dan darat. Penentuan sempadan pantai di wilayah perencanan adalah daratan sepanjang tepian pantai dengan lebar proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Wilayah sempadan pantai di Kabupaten Pidie Jaya terdapat di sepanjang Pantai Timur seluas 120,70 hektar meliputi: 1) Kecamatan Ulim; 2) Kecamatan Trienggadeng; 3) Kecamatan Pante Raja; 4) Kecamatan Meureudu; 5) Kecamatan Meurah Dua; 6) Kecamatan Jangka Buya; dan 7) Kecamatan Bandar Baru. b. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai yang bermanfaat untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan lindung, atau sempadan sungai ini hampir ada di setiap kecamatan seluas 323,52 hektar, yaitu meliputi kawasan sekitar Krueng Cubo, Krueng Ulim, Krueng Meuredu, Krueng Pante Raja di Kecamatan: 1) Kecamatan Ulim; 2) Bandar Dua; 3) Kecamatan Trienggadeng; 4) Kecamatan Pante Raja; 5) Kecamatan Meureudu; 6) Kecamatan Meurah Dua; 7) Kecamatan Jangka Buya; dan 8) Kecamatan Bandar Baru. 3. Kawasan bencana alam meliputi rawan bencana banjir dan angin kencang. Kawasan rawan bencana berdasarkan kriteria sebagai berikut: a. wilayah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak; b. wilayah yang dilalui oleh patahan aktif; c. wilayah yang mempunyai catatan kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter; d. wilayah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk; 9

32 e. wilayah yang memiliki kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini; f. wilayah dengan kerentanan tinggi terkena gelombang pasang dan banjir. Berikut ini merupakan kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Pidie Jaya a. Kawasan bencana banjir meliputi: 1) Kecamatan Meureudu; 2) Kecamatan Panteraja; 3) Kecamatan Bandar Dua; 4. Kawasan cagar alam geologi a. kawasan rawan bencana alam geologi 1) kawasan rawan gerakan tanah/longsor meliputi: a) Kecamatan Bandar Baru b) Kecamatan Meurah Dua 2) kawasan bencana gunung berapi di Kecamatan Meurah Dua. 3) kawasan rawan bencana abrasi di kawasan pesisir B. Rencana Kawasan Budidaya Pengembangan kawasan pemanfaaatan ruang pada kawasan budidaya bertujuan untuk menjaga kualitas daya dukung Kabupaten Pidie Jaya di lingkungan wilayah perencanaan, menciptakan lapangan kerja, terciptanya keserasian dengan rencana struktur ruang yang dikembangkan. 1. Hutan Produksi Hutan Produksi seluas kurang lebih 4.738,52 hektar meliputi: a) Kecamatan Ulim; b) Kecamatan Meureudu; c) Kecamatan Meurah Dua; d) Kecamatan Bandar Baru; dan e) Bandar Dua. 2. Hutan Rakyat Hutan Rakyat seluas kurang lebih 1.391,76 meliputi: a) Kecamatan Meurah Dua; b) Kecamatan Bandar Dua; c) Kecamatan Bandar Baru; d) Kecamatan Meureudu; dan e) Kecamatan Ulim. 3. Kawasan peruntukan pertanian 10

33 Pemanfaatan ruang kawasan pertanian dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan sebagai berikut: tetap terjaganya kualitas lingkungan; terciptanya pertumbuhan perekonomian wilayah yang berbasiskan perekonomian lokal; pengembangan kualitas dan kuantitas produksi pertanian agar dapat mencapai hasil yang optimal. Pemanfaatan ruang kawasan pertanian ini meliputi pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Secara potensi, Kabupaten Pidie Jaya memiliki lahan yang potensial bagi kegiatan ekonomi (basis sector). Luas lahan untuk kegiatan ini direncanakan akan terus meningkat sampai akhir tahun perencanaan, selain karena merupakan kegiatan unggulan, lahan yang sesuai dengan kegiatan pertanian pangan (cadangan) masih sangat tersedia. a. Kawasan pertanian lahan basah seluas 7.167,63 hektar meliputi: 1) Kecamatan Bandar Baru 2) Kecamatan Pante Raja 3) Kecamatan Trienggadeng 4) Kecamatan Meureudu 5) Kecamatan Meurah Dua 6) Kecamatan Ulim 7) Kecamatan Jangka Buya 8) Kecamatan Bandar Dua b. Kawasan pertanian lahan kering seluas 601,53 hektar meliputi: 1) Kecamatan Bandar Baru 2) Kecamatan Pante Raja 3) Kecamatan Trienggadeng 4) Kecamatan Meureudu 5) Kecamatan Meurah Dua 6) Kecamatan Ulim 7) Kecamatan Jangka Buya 8) Kecamatan Bandar Dua 4. Kawasan peruntukan perkebunan Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan/tanaman tahunan adalah kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. kawasan dengan ketinggian >1000 m dpl; 11

34 b. kawasan dengan kemiringan 25-40%; c. kawasan dengan kedalaman efektif tanah >30cm; RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH d. memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan perkebunan serta kebutuhan lahan untuk menyerap tenaga kerja optimal. Berdasarkan pertimbangan tersebut, rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan/tanaman tahunan adalah ,94 hektar berupa peruntukan perkebunan rakyat di seluruh kecamatan. 5. Kawasan peruntukan peternakan Pemanfaatan ruang untuk kawasan peternakan memiliki kriteria sebagai berikut: Kawasan dengan ketinggian <1.000 m dpl; Kawasan dengan kemiringan 15 %; Kawasan dengan jenis tanah /iklim sesuai untuk padang rumput; Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan peternakan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal. Rencana penyedian ruang untuk kegiatan peternakan, diarahkan kepada lahan yang mempunyai kesesuaian sebagai peternakan sapi. Kawasan peternakan seluas 700,70 hektar berada di Kecamatan Trienggadeng (gampong tampui), Kecamatan Meureudu (gampong geuleumpang tutong), Kecamatan Ulim (gampong alue keumiki), Kecamatan Meurah Dua (gampong lhoksandeng), Kecamatan Bandar Baru (gampong langien), Kecamatan Panteraja (gampong panteraja tunong) dan Kecamatan Bandar Dua (gampong kumba). 6. Kawasan peruntukan perikanan Pemanfaatan ruang untuk kawasan perikanan baik di darat maupun di laut berdasarkan kriteria sebagai berikut: kawasan dengan kelerengan <8%; persediaan air cukup; memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan perikanan serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal. Sektor perikanan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya berpotensi dikembangkan baik budidaya perikanan tawar maupun laut. Budidaya tambak udang dan ikan dapat dikembangkan di sepanjang pantai di wilayah Kabupaten Pidie Jaya. Kawasan peruntukan perikanan tambak seluas kurang lebih 2.161,98 hektar, meliputi: 12

35 1) Kecamatan Ulim; 2) Kecamatan Trienggading; 3) Kecamatan Pante Raja; 4) Kecamatan Meureudu; 5) Kecamatan Meurah Dua; 6) Kecamatan Jangka Buya; dan 7) Kecamatan Bandar Baru. 7. Kawasan peruntukan pariwisata Kabupaten Pidie Jaya memiliki potensi pariwisata yang beragam. Perencanaan pariwisata hingga tahun 2031 akan mengembangkan potensi alam, budaya, dan minat khusus yang memiliki daya tarik untuk dikembangkan. Pengelolaan pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut: pengembangan infrastruktur yang mendukung terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Pidie Jaya; pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan obyek wisata di Kabupaten Pidie Jaya; pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Pidie Jaya dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatan pameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni, lomba-lomba wisata, dan lain-lain) untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten Pidie Jaya. Rencana peningkatan penambahan lokasi wisata di Kabupaten Pidie Jaya, adalah sebagai berikut: a. Objek wisata budaya meliputi: 1) Kecamatan Bandar Baru berupa Makam Tengku Abdullah Syafi ie; 2) Kecamatan Bandar Baru berupa Benteng Pertahanan Perang Belanda; 3) Kecamatan Bandar Baru berupa Makam Teungku Ja (Teungku Idris); 4) Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Lima; 5) Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Tumanah; 6) Kecamatan Trienggadeng berupa Makam Teungku Melayu; 7) Kecamatan Meureudu berupa Makam Teungku Di Pucok Krueng Beuracan; 8) Kecamatan Meureudu berupa Benteng Kuta Batee (Sultan Iskandar Muda); 13

36 9) Kecamatan Meureudu berupa Makam Meurah Pupok; RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 10) Kecamatan Meureudu berupa Makam Teungku Dayah U Paneuk; 11) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Japakeh; 12) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Julok; 13) Kecamatan Meurah Dua berupa Makam Teungku Sampurna; 14) Kecamatan Ulim berupa Makam Teungku Dipasi; 15) Kecamatan Ulim berupa Makam Malem Dagang; 16) Kecamatan Bandar Dua berupa Makam Teungku Pante Geulima; b. Objek wisata Buatan meliputi: 1) Kecamatan Bandar Baru meliputi: a) Irigasi Jim Jim b) Krueng Cubo c) Waduk Musa 2) Kecamatan Panteraja meliputi: a) Waduk Uteun Pantang 3) Kecamatan Trienggadeng meliputi: a) Waduk Peulandok b) Pantai Kuthang 4) Kecamatan Meureudu meliputi: a) Irigasi Leubok/Lhok Badeuk; b) Irigasi Beuracan; dan 5) Kecamatan Bandar Dua berupa Irigasi Lhok Gugob/Kumba c. Objek Wisata Alam meliputi: 1) Kecamatan Ulim meliputi berupa Air terjun Pucok Krueng Ulim; 2) Kecamatan Panteraja berupa pantai Panteraja Pasi 3) Kecamatan Jangka Buya meliputi : a) Pantai Pasi Aroen b) Pantai Pasi Kiran 4) Kecamatan Meureudu berupa Pantai Manohara (Meureudu) d. Objek wisata khusus atau minat meliputi: 1) Objek Wisata Religi Kecamatan Meureudu meliputi: a) Masjid Kuno Beuracan; b) Guci Keuramat; dan c) Masjid Iskandar Muda. 14

37 2) Objek Wisata Religi Kecamatan Meurah Dua meliputi: a) Mimbar Kuno Madinah; b) Masjid Kuno Madinah; dan c) Monumen Meurah Doe. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 3) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Bandar Baru berupa Rapa I Grimpheng 4) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Trienggadeng meliputi: a) Geudeu-Geudeu; b) Rapa I Bubee, Jeu Ee; c) PM Toh; dan d) Tari Seudati. 5) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Meureudu meliputi: a) Geudeu-Geudeu; b) Rapa I Dabus; c) Biola Aceh; d) Tari Seudati; dan e) Poh Katok. 6) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Meurah Dua berupa Meureukon. 7) Objek Wisata Atraksi Budaya di Kecamatan Bandar Dua berupa Rabbani Wahid. 8. Kawasan peruntukan permukiman Kawasan peruntukan permukiman seluas 7.437,99 Hektar terdiri atas: a. kawasan permukiman perkotaan seluas 3.279,57 Hektar meliputi kawasan pusat-pusat permukiman di seluruh kecamatan. b. kawasan permukiman perdesaan seluas 4.158,42 Hektar berupa desa-desa yang tidak termasuk kedalam ibukota kecamatan. 9. Kawasan peruntukan lainnya meliputi: a. Kawasan pertahanan dan keamanan seluas 23,470 hektar meliputi: 1) Polres di Kecamatan Trienggading; 2) Kodim seluas berada di Kecamatan Bandar Baru; 3) Koramil berada di seluruh kecamatan; b. Transmigrasi Lokal seluas 670,08 hektar meliputi: 1) Kecamatan Bandar Dua; 2) Kecamatan Bandar Baru; 3) Kecamatan Ulim; 15

38 4) Kecamatan Meurah Dua; dan 5) Kecamatan Trienggadeng Wilayah Pengembangan wilayah di Kabupaten Pidie Jaya sepenuhnya mengacu pada RTRW Kabupaten Pidie Jaya dan RTRW Provinsi Aceh. Sebagai upaya pengendalian terhadap perizinan pemanfaatan ruang, telah dibuat kriteria lokasi dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang yang menetapkan secara rinci aturan-aturan teknis berdasarkan jenis kegiatan dan peruntukan ruang di lokasi yang akan dimamfaatkan. Pola pemanfaatan ruang di Kabupaten Pidie Jaya mencakup pemanfaatan kawasan lindung dan budidaya. Sebagaian besar wilayah disebelah selatan sepanjang perbatasan Kabupaten Pidie menjadi kawasan lindung karena memiliki hutan yang cukup lebat, topografi, elevasi dan curah hujan yang tinggi. Sedangkan kawasan budidaya tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya. Secara umum, tata ruang Kabupaten Pidie Jaya terbentuk dengan struktur ruang wilayah yang menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan, merupakan bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Pidie Jaya. a. Sistem perdesaan yang meliputi pola penggunaan lahan budidaya yang terdiri atas penggunaan hutan, perkebunan, kebun campuran, semak/belukar, tanah kosong, pemukiman, sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Luasan untuk kegiatan kebun campuran Ha (49,61 %), pemukiman Ha (12.94 %), Pekarangan Ha (14,30 %), Sawah Irigasi Ha (12,11 %), sawah tadah hujan 594 Ha (0,96 %), Sawah terlantar 24 Ha (0,04 %), Hutan Ha (3.45 %), Industri 131 Ha (0.21 %) tanah kosong Ha (3,26 %), Lain lain Ha (3,13 %). Masalah yang dihadapi adalah meningkatnya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian yaitu alih fungsi lahan menjadi areal permukiman, pertokoan, terminal dan pusat perkantoran pemerintah. b. Sistem perkotaan, tingginya konversi lahan dari pertanian untuk menjadi perkotaan, pusat pemerintahan dan permukiman baru dalam kurun waktu 4 tahun sejak tahun 2007 sampai dengan c. Kondisi pelayanan transportasi darat, belum selesainya pembangunan terminal bus, sehingga aktivitas bongkar muat barang dan pemberhentian bus masih berada ditengah kota. Kondisi ini membuat pusat perkotaan sangat semrawut. 16

39 Di dalam RTRW Kabupaten Pidie Jaya telah merumuskan rencana kawasan startegis kabupaten, kawasan ini merupakan wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Perincian kawasan strategis Kabupaten Pidie Jaya adalah sebagai berikut : 1. Kawasan Kota Meureudu Raya Secara geografis Perkotaan Meureudu memiliki potensi cukup besar untuk berkembang di masa mendatang karena terkait dengan fungsi dan peranannya sebagai Ibukota Kabupaten Pidie Jaya. Kawasan perkotaan Meureudu diarahkan sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan skala kabupaten. Posisi Perkotaan Meureudu yang dilewati jalan arteri primer Banda Aceh Medan menjadi kekuatan utama perkembangan dan pertumbuhan perkotaan Meureudu. Untuk mendorong prioritas pembangunan, maka ditetapkan Meureudu sebagai kawasan strategis Kota Meureudu Raya. 2. Kawasan Perkotaan Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) dalam rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pidie Jaya harus ditetapkan juga sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL. Kawasan Strategis Kabupaten yang berupa kawasan perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) di wilayah Kabupaten Pidie Jaya, diantaranya meliputi: KSK Perkotaan Lueng Putu Kawasan Perkotaan Lueng Putu diarahkan sebagai sub pusat kegiatan di wilayah barat Kabupaten Pidie Jaya. KSK Perkotaan Ulee Gle Kawasan Perkotaan Ulee Gle diarahkan sebagai sub pusat kegiatan di wilayah timur Kabupaten Pidie Jaya. 3. Kawasan Strategis Agropolitan Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kota pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap 17

40 mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan kajian Kawasan Agropolitan di Kabupaten Pidie Jaya, Kawasan Agropolitan meliputi: Kawasan Agroplitan Bandar Baru Kawasan Agropolitan Bandar Dua 4. Kawasan Strategis Minapolitan Minapolitan merupakan konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis manajemen ekonomi kawasan dengan motor penggerak sektor kelautan dan perikanan. Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan pedesaan yang terjadi, pengembangan kawasan minapolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah (pedesaan). Kawasan minapolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat minapolitan dan desa-desa disekitarnya membentuk Kawasan Minapolitan. Berdasarkan hasil kajian minapolitan di Kabupaten Pidie Jaya, kawasan minapolitan meliputi: Kawasan Minapolitan Jabulbimbaraksa (Jangka Buya-Ulim-Lueng Bimba-Meuraksa) Kawasan Minapolitan Rajacanjong (Pante Raja-Lancang Paru-Njong) 5. Kawasan Agrowisata Agrowisata atau wisataagro adalah kegiatan wisata yang berlokasi atau berada di kawasan pertanian secara umum. Pengembangan agrowisata pada konsep umum dapat ditempuh melalui diversifikasi dan peningkatan kualitas. Objek wisataagro tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Kawasan Agrowisata di Kabupaten Pidie Jaya memiliki potensi buah-buahan yang kemudian dapat diolah sehingga bisa menghasilkan nilai tambah dari komoditas yang diunggulkan. Kawsan Agrowisata di Kabupaten Pidie Jaya meliputi: Kawasan Agrowisata Cariheu Gajah (Blang Cari Blang Rheue Lhok Gajah) Kawasan Agrowisata Cariheu Gajah diarahkan pada pengembangan komoditas Durian, Manggis, Rambutan, dan Nangka. Kawasan Agrowisata Cariheu Gajah terletak di Gampong Blang Cari, Blang Rheue, Lhok Gajah, Kecamatan Ulim. KS Agrowisata Paru Kawasan Growisata Paru diarahkan pada pengembangan Buah Duku dan Rambutan. Kawasan Agrowisata Paru terletak di Paru Keude. 18

41 6. Kawasan Gampong Terpadu Gampong binaan untuk pengembangan ekonomi kerakyatan. Gampong terpadu diarahkan menjadi kawasan mandiri energi, mandiri pangan dan mandiri generasi. Kawasan Gampong terpadu direncanakan di Kemukiman Nanggroe, Kecamatan Ulim. 7. Kawasan Historis Blang Raweue Kawasan wisata sejarah yang dahulu adalah kawasan militer Kerajaan Aceh. Lokasi Kawasan Historis Blang Raweue berada di Kecamatan Meurah Dua, dimana masuk kedalam Kawasan Strategis Provinsi Ulu Masen. 8. Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Pidie Jaya memiliki potensi wisata pesisir pantai di Kecamatan Trienggadeng. Posisi Kecamatan Trienggadeng di sepanjang pesisir pantai timur memiliki akses yang mudah karena dilewati jalan utama arteri primer Banda Aceh Medan. Pemandangan pantai yang indah dan area pantai berpasir yang luas menjadi kelebihan pantai di Kecamatan Trienggadeng. Pengembangan prasarana penunjang wisata di kawasan pantai tersebut menjadikan perkotaan Trienggadeng dan sekitarnya menjadi PKLp. Diharapkan kawasan ini dapat menjadi kawasan yang tumbuh cepat yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pidie Jaya Wilayah Rawan Bencana di Kabupaten Pidie Jaya 1. Gempa Bumi Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 25 Wilayah Rawan Gempabumi Indonesia dapat dilihat pada dibawah ini. 19

42 Gambar 3.2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Peta Sesar Aktif dan Sebaran Pusat Gempabumi Merusak di Indonesia Seluruh wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang terdiri dari 8 kecamatan, 222 desa dan 34 Kemukiman merupakan daerah potensi rawan bencana gempa bumi karena Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi. 2. Tsunami/ Gelombang Pasang Wilayah Propinsi Aceh merupakan salah satu dari 21 wilayah rawan bencana tsunami di Indonesia dapat dilihat

43 Gambar 3.3 Wilayah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Daerah/wilayah Kabupaten Pidie Jaya yang berada di pesisir pantai merupakan daerah/ wilayah potensi rawan bencana tsunami/ gelombang pasang dapat dirinci sebagai berikut: 1. Kecamatan Bandar Baru meliputi Desa : Cut Njong, Mns.Baro, Sawang, dan Lancang Paru 2. Kecamatan Penteraja meliputi Desa : Keude Pante Raja, Reudeup, Peurade dan TU. 3. Kecamatan Trienggadeng meliputi Desa : Mns. Keude, Meue dan Cot Lheue Rheng. 4. Kecamatan Meureudu meliputi Desa : Meuraksa dan Mns. Balek 5. Kecamatan Meurah Dua meliputi Desa : Mns Jurong, Lueng Bimbe 6. Kecamatan Ulim meliputi Desa : Tijien Husen, Gelanggang dan Buangan 7. Kecamatan Jangka Buya meliputi Desa : Gampong Cot Bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 menyebabkan banyaknya penduduk yang kehilangan tempat tinggal dan trauma untuk kembali ke tempat tinggal asalnya. akibatnya terjadi pengungsian yang jumlahnya mencapai orang tersebar di sekitar 55 titik, baik yang merupakan penduduk Kabupaten Pidie Jaya maupun penduduk yang mengungsi ke Kabupaten Pidie. Jumlah korban dan pengungsi wilayah Kabupaten Pidie Jaya pasca tsunami sebagaimana tabel 3.5 berikut ini: 21

44 No Tabel 3.5 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Jumlah Korban Jiwa dan Pengungsi Pasca Tsunami di Kabupaten Pidie Jaya Kecamatan Korban (jiwa) Meninggal Hilang Luka- Luka Pengungsi (jiwa) 1 Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Jangka Buya Bandar Dua Jumlah Sumber: Dinas Sosia Kab. Pidie Tahun Banjir dan Erosi Potensi Banjir dipicu oleh keadaan luapan debit air delapan ruas sungai besar yang bermuara di sepanjang garis pantai Pidie Jaya. Kedelapan sungai itu adalah Sungai Lueng Putu, Sungai Cubo, Sungai Trienggadeng, Sungai Beuracan-Pangwa, Sungai Meureudu, sungai Ulim, sungai Jeulanga, dan Sungai Kiran (untuk selanjutnya dalam kearifan lokal Pidie Jaya yang umumnya bersuku Aceh nama sungai dibahasakan sebagai Krueng ). Gambar 3.4 Peta delapan ruas sungai yang melintasi Pemukiman Penduduk di Pidie Jaya, yang bermuara di sepanjang garis pantai Pidie Jaya Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya 22

45 Krueng Lueng Putu, adalah sungai yang memilik hulu di daerah kabupaten tetangga Pidie, yang lintasan ruas sungainya sejajar/ di tepi jalan negara yang membelah ibukota Kecamatan Bandar Baru, Lueng Putu, ruasan sungai dilanjutkan pada desa Blang Glong dan berakhir di muara yang umumnya daerah tambak ikan di desa Udeng dan Baroh Lancok. Berdasarkan Rekam Jejak Bencana pada September-Desember 2008, November 2009, November 2010, dan Desember 2011 yang berlanjut pada Januari 2013, luapan air sungai ini telah menyebabkan genangan setinggi 0 sd 40 cm di desa Blang Glong, Ara, Udeung, dan memberikan dampak erosi pengikisan yang cukup parah sepanjang jalan negara yang menghancurkan pengaman tebing sungai di beberapa titik Kota Lueng Putu pada tahun 2010 dan Penanganan secara alamiah dengan penanaman kembali rumpun bambu dan pembangunan tebing pengaman dinding sungai telah dilakukan pada tahun 2009, dan dilanjutkan kembali dengan rekonstruksi ulang dinding pengaman tebing sungai pada tahun Gambar 3.5 Sungai Lueng Putu yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Bandar Baru dan bermuara di garis pantai Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Krueng Cubo, adalah sungai yang memiliki hulu di daerah pegunungan selatan Kabupaten Pidie dan Pidie jaya. Sungai ini pada ruasan terakhirnya merupakan gabungan dua sungai besar yaitu Krueng Inong dan Krueng Agam, yang ruasan sungai melintasi 23

46 pemukiman penduduk di dua kecamatan, yaitu mengairi ruas sungai di pemukiman Kecamatan Bandar Baru, dan Kecamatan Panteraja. Muara sungai ini berada di garis pantai Kecamatan Panteraja. Pada Bagian hulu sungai, erosi yang diakibatkan aliran sungai Cubo mengakibatkan ancaman pada fasilitas Irigasi, pengikisan tebing di komplek perumahan/fasilitas militer yang dimiliki kompi C Senapan Bhirawa Yudha, yang terjadi pada musim penghujan tahun 2009, 2010, dan Pada bagian ruas di sekitar desa Blang Sukon dan Kayee Jatoe, juga terjadi erosi sungai yang luar biasa karena dipicu galian C yang eksplorasinya telah dihentikan pada tahun Desa Sarah Panyang, Blang Sukon, Kayee jatoe adalah desadesa yang mengalami pengikisan tebing sungai terparah selama tiga tahun terakhir (2009 sd 2011) yang mengancam keberadaan perkebunan penduduk, terutama Kakao. Aliran sungai ini juga membawa dampak erosi pada pondasi jembatan rangka Baja yang terdapat di dua titik yaitu titik Blang Krueng dan titik Kaye Jatoe. Gambar 3.6 Sungai Cubo Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Bandar Baru dan Kecamatan Panteraja dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Panteraja Kabupaten Pidie Jaya. Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Pada daerah kecamatan Panteraja, sungai cubo melalui beberapa desa mulai dari desa Lhok Puuk sampai ke muara sungai di Keude Panteraja. Berdasarkan rekam jejak bencana tahun 2008 sampai dengan 2011, beberapa desa seperti Desa Mesjid, Muka Blang, Meunasah Teungoh, dan Hagu, pada musim penghujan sering terjadi genangan setinggi 50 24

47 cm pada badan jalan,lapangan Bola Desa Mesjid dan pemukiman penduduk. Sementara erosi tebing sungai Cubo di desa Lhok Puuk telah mengancam fasilitas olahraga masyarakat berupa Lapangan Sepakbola Lhok Puuk. Khusus untuk desa Lhok Puuk, erosi diperparah dengan adanya pengambilan rumpun bambu yang berfungsi menyangga keutuhan tebing sungai. Sungai Ketiga yang bermuara di garis pantai Pidie Jaya adalah Krueng Trienggadeng. Sungai ini terbentuk seperti alur kecil yang sumber mata airnya adalah embung (daerah tangkapan air) di daerah Tampui dan Panton Raya. Panjang ruas sungai ini relatif pendek (sekitara 4500 meter), namun erosi yang ditimbulkan telah mengakibatkan kerusakan badan jalan kabupaten dan tebing pengaman jalan kabupaten di beberapa desa dalam kecamatan Trienggadeng, seperti Desa Meunasah Sagoe, Mee Peuduk dan Keude Trienggadeng. Gambar 3.7 Sungai trienggadeng, yang melintasi pemukiman penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan bermuara di garis pantai Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Sungai Keempat adalah sungai Beuracan Pangwa, sungai ini berasal dari pegunungan selatan Pidie Jaya dan menjadi tapal batas antara Kecamatan Trienggadeng dan Kecamatan Meureudu. 25

48 Gambar 3.8 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Sungai Beuracan Pangwa Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Trienggadeng dan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Gerusan erosi yang diakibatkan aliran sungai Beuracan Pangwa in mengancam beberapa fasilitas mulai dari Bangunan Irigasi Alue Demam, Jembatan Gantung di Desa Lampoh Lada dan Buloh, Jembatan Beton di Jalan Negara di perbatasan Beuracan Pangwa. Aliran sungai juga mengancam kebun, pemukiman dan sawah penduduk di dua Kecamatan. Di Kecamatan Trienggadeng Desa Buloh, Meucat Panwa, Deah Pangwa, dan di Kecamatan Meureudu seperti Desa Rumpun, Grong-grong Krueng, Rambong, Kuta Trieng, Teupin Peuraho,sampai dengan Rhing Krueng. Muara sungai ini bersisian dengan tiga desa yaitu desa Rhing Krueng, Meuraksa, dan Rhing Blang di Kecamatan Meureudu. Sungai Kelima yang melintasi Pidie Jaya adalah Sungai Meureudu. Krueng Meureudu adalah sungai yang termasuk dalam empat sungai beraliran deras dibagian timur Kabupaten Pidie Jaya. Empat sungai di bagian Barat, seperti Putu, Cubo, Trienggadeng, dan Beuracan, memiliki ferhang (kemiringan aliran) yang lebih rendah dibanding dengan keempat sungai di Bagian Timur Pidie Jaya. Pada 19 Desember 2009, pukul WIB, keempat sungai di bagian Timur Pidie Jaya ini pernah mengakibatkan bencana banjir besar yang menggenangi 40 (empat puluh) desa, yang meliputi desa dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Meureudu, Meurah Dua, Ulim, Bandar Dua, dan Jangka Buya. 26

49 Gambar 3.9 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Sungai Meureudu Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua dan Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Meureudu dan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya. Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Gambar 3.10 Sungai Ulim dan Bandar Dua Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Ulim dan Bandar Dua Serta Bermuara di Garis Pantai Kecamatan Ulim dan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya. Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya 27

50 Krueng Jeulanga adalah Sungai yang memiliki hulu di daerahselatan pegunungan Pidie Jaya yang memiliki alur akhir bergabung dengan ruas sungai Ulim, pertemuan ruas sungai Jeulanga dan Ulim ini berimpitan di desa Babah Krueng, untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar Gambar 3.11 Sungai Jeulanga Yang Menjadi Ruas Anakan Dari Sungai Ulim Yang Melintasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Bandar Dua dan Ruas Akhirnya Bergabung Dengan Ruas Krueng Ulim di Desa Babah Krueng Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya. Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Krueng Kiran adalah sungai yang memiliki ruas hulu di pegunungan selatan kecamatan Bandar Dua dan bermuara ke garis pantai Kecamatan Jangka Buya, untuk ebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Gambar 3.12 Sungai Kiran Yang Memiliki Ruas Hulu di Pegunungan Selatan Kecamatan Bandar Dua dan Bermuara ke Garis Pantai Kecamatan Jangka Buya Kabupaten Pidie Jaya. Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya 28

51 4. Letusan Gunung Berapi RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Walaupun Pidie Jaya tidak memiliki gunung berapi yang aktif, namun dengan adanya Gunung Peut Sagoe yang berada 1 km dari perbatasan Kecamatan Meurah Dua (Pidie Jaya) dengan Kecamatan Geumpang (Pidie), telah memberikan ancaman potensi banjir lahar dan debu panas. Letusan gunung api ini dapat mengeluarkan/ menimbulkan: a. Awan Panas Campuran gas dan batuan vulkanik dalam berbagai ukuran, bergerak menuruni lereng gunung dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aliran awan panas sangat ditakuti karena biasanya bila melanda daerah pemukiman, maka tidak ada kesempatan untuk menghindar dan atau menyelamatkan diri. b. Aliran Lava Lelehan batu pijar yang meluncur turun menelusuri lereng gunungapi. Aliran lava ini biasanya bergerak lambat sehingga kita dapat dengan mudah menyelamatkan diri. Namun disisi lain lelehan ini dapat mengakibatkan kerusakan serius bila bangunan yang dilandanya disepanjang perjalanan. c. Lontaran Batu (bombs) Pecahan batuan vulkanik yang terlempar ketika terjadi letusan. Batuan dengan garis tengah 20 cm atau lebih dapat saja terlempar sejauh beberapa kilometer dari pusat letusan. Batuan kecil bahkan akan mencapai jarak lebih jauh lagi. d. Abu Vulkanik Akan menyembur setiap kali terjadi letusan gunungapi. Akibat-akibat yang ditimbulkan Abu Vulkanik: a). Udara tercemar yang bercampur abu dapat menyebabkan sakit pada saluran pernapasan, b). Air minum ikut tercemar dan tidak dapat diminum untuk selang beberapa waktu, c). Jalan raya tertutup abu dan mengganggu lalulintas, d). Membahayakan penerbangan karena dapat merusak sistem mesin pesawat terbang, e). Runtuhnya atap rumah apabila abu menumpuk dengan ketebalan beberapa centimeter. e. Lahar Aliran masa berupa campuran air dan material lepas dalam berbagai ukuran yang berasal dari letusan gunungapi. Banjir lumpur akan terjadi sangat cepat dan berkekuatan besar jika lerengnya semakin terjal, meluncur turun ke lembah-lembah dan aliran anak sungai sehingga mengancam pemukiman penduduk dan sarana umum. f. Longsor Terjadi di daerah sekitar kawah selama berlangsungnya letusan, biasanya mengancam daerah yang paling dekat dengan pusat letusan. Tercatat pada tahun 1974 Gunung Berapi Peut Sagoe yang berada pada Kabupaten tetangga Pidie Jaya (Kabupaten Pidie) pernah meletus dan mengirimkan lahar sampai 29

52 memasuki kawasan Pidie Jaya sejauh 35 Km, mengakibatkan banyaknya endapan lahar yang menggenangi lembah Blang Raweu, sehingga menimbulkan endapan komposit mineral andesit yang cukup banyak. Sementara debu dan awan panas yang ditimbulkan menyebabkan gangguan kenyamanan pada penduduk yang berada di beberapa desa seperti Sarah Mane, Lhok Sandeng di Kecamatan Meurah Dua, dan Lhok Gajah di Kecamatan Ulim. 5. Tanah Longsor Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Gejala Umum Terjadi: Muncul retakan yang memanjang atau melengkung pada permukaan tanah atau pada konstruksi bangunan. Terjadi penggelumbungan pada lereng atau tembok penahan. Secara tiba-tiba pintu atau jendela rumah sulit dibuka menandakan adanya perubahan permukaan bangunan yang terdorong oleh masa tanah yang mulai bergerak. Tiba-tiba muncul rembesan air atau mata air pada lereng bukit. Apabila sebelumnya sudah ada rembesan air atau mata air di lereng, air tersebut berubah menjadi keruh bercampur Lumpur. Pohon-pohon atau tiang pancang (listrik dan lainnya) miring searah dengan kemiringan lereng. Terdengar suara gemuruh atau ledakan dari atas suatu bukit. Terjadi runtuhan atau aliran butir tanah/ kerikil secara mendadak dari atas bukit. Daerah berpotensi hampir diseluruh Kecamatan Kabupeten Pidie Jaya, terutama pada desa yang beradadi daerah perbukitan dan pegunungan. 6. Kekeringan / Kemarau Pada musim kemarau yang melanda pidie Jaya sejak bulan maret sampai dengan Juli, BPBD Pidie Jaya melakukan pendataan titik desa yang dilanda kemarau pada delapan kecamatan. Dampak kemarau dirasakan cukup beragam, mulai dari mengeringnya sumur penduduk, kematian ternak, sampai dengan kegagalan panen. Berikut gambar desa-desa di tiap Kecamatan Kabupaten Pidie Jaya yang mengalami bencana kekeringan/kemarau. 30

53 Gambar 3.13 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Desa-Desa di Kecamatan Bandar Baru yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Gambar 3.14 Desa-Desa di Kecamatan Panteraja yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya 31

54 Gambar 3.15 Desa-Desa di Kecamatan Trienggadeng yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Gambar 3.16 Desa-Desa di Kecamatan Meureudu yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya 32

55 Gambar 3.17 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Desa-Desa di Kecamatan Meurah Dua yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Gambar 3.18 Desa-Desa di Kecamatan Ulim yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya 33

56 Gambar 3.19 Desa-Desa di Kecamatan Jangka Buya yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya Gambar 3.20 Desa-Desa di Kecamatan Bandar Dua yang Mengalami Musim kekeringan/kemarau Sumber : BPBD Kabupaten Pidie Jaya 34

57 7. Angin Kencang/Puting Beliung RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Kondisi kebencanaan angin puting beliung dipicu oleh kondisi pertemuan kondisi udara kering di pesisir lautan utara Pidie Jaya dengan kondisi kelembaban udara di daerah pegunungan bagian selatan. Catatan menunjukkan angin puting beliung tercatat pernah melanda daerah Ujong Leubat, Paru di Kecamatan Bandar Baru, kemudian daerah Peulandok Tengoh Kecamatan Trienggadeng. Kemudian daerah Jangka Buya, di Keudai Jangka Buya dan Jurong tengoh. 8. Kebakaran Pidie Jaya sebagai kabupaten pemekaran yang PDRBnya 68% tergantung dari Sektor Pertanian, umumnya memiliki pemukiman penduduk yang terbuat dari bahan bangunan yang mudah terbakar. Kota-kota di Kecamatan yang menjadi pasar lokal bagi penduduk sekitar juga memiliki bangunan pertokoan yang berbahan kayu (semi permanen). Kebakaran besar yang terjadi dalam PB di Pidie Jaya adalah pada tanggal 8 Agusutus 2012 yang menghanguskan 21 rumah penduduk di Kecamatan Panteraja 9. Abrasi Pengembangan budidaya di sepanjang pantai Kabupaten Pidie Jaya, kurang memperhatikan wilayah sempadan pantai, dan penebangan hutan bakau secara liar. Kondisi ini akan menyebabkan pengikisan pantai yang dapat merusak keseimbangan lingkungan. Abrasi pantai terutama terjadi pada wilayah sempadan pantai yang telah terpakai untuk kegiatan budidaya (pertambakan, industri pembuatan garam, industri arang kayu). Selain terjadi abrasi, sebagian wilayah di pantai Kabupaten Pidie Jaya telah terkena air laut (intrusi air laut) terutama di kecamatan Meureudu, Trienggadeng, Panteraja serta wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Pengaruh air laut ini telah merambah ke arah tengah, yang salah satunya di akibatkan terjadinya perambahan hutan bakau Demografi Potensi demografi adalah kondisi penduduk yang meliputi jumlah, kualitas, administrasi dan karakteristik pembangunan penduduk dalam suatu daerah. Pembangunan bidang kependudukan merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Karakteristik pembangunan dilakukan dengan pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga berencana dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk melalui keluarga sejahtera dan mandiri. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Pidie Jaya sempat menurun pada tahun 2005 dikarenakan musibah gempa bumi dan tsunami. Setelah tahun 2005, laju pertumbuhan 35

58 penduduk meningkat secara signifikan. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat melalui tabel di bawah ini. No Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan Dari Tahun 2004 s/d 2009 Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Bandar Baru Pante Raja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Jangka Buya Bandar Dua Jumlah Sumber: - Pidie Jaya dalam Angka, 2010 No - Dinas Kependudukan Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pidie Jaya Tabel 2.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya per Kecamatan Dari Tahun 2005 s/d 2009 Laju Pertumbuhan (%) Kecamatan Bandar Baru (2.46) (2.43) (21.30) Pante Raja (2.83) (9.30) (3.30) 3 Trienggadeng (8.73) (7.68) (2.28) Meureudu 2.75 (8.21) Meurah Dua (0.42) 2.29 (1.08) Ulim 5.22 (0.29) (5.69) (1.02) 7 Jangka Buya (12.51) Bandar Dua 8.58 (0.11) Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumber: - Pidie Jaya dalam Angka, 2010 (0.04) (2.85) Dinas Kependudukan Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pidie Jaya Tabel 2.1 memperlihatkan jumlah penduduk terbesar di kecamatan Bandar Baru yaitu jiwa, sedangkan kecamatan Pante Raja memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu dengan jumlah penduduk jiwa. Berdasarkan Tabel 2.2, pada tahun 2005 terjadi 36

59 penurunan jumlah penduduk, ini merupakan dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada 26 Desember Jumlah penduduk pada tahun 2007 meningkat 10.96% dari menjadi , hal ini berkaitan dengan lahirnya Kabupaten Pidie Jaya dari pemekaran Kabupaten Pidie yang mengundang banyak pendatang baru dan investor luar untuk ambil bagian dalam kegiatan pembangunan ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan perdagangan, jasa dan kegiatan disektor lainnya. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009 sebesar jiwa/km 2 yang menggambarkan bahwa Kabupaten Pidie Jaya masih belum padat. Sedangkan prosentase jumlah jiwa/kk adalah 3.69%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini : Tabel 2.5 Kepadatan Penduduk dan Prosentase Jumlah Jiwa/KK Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009 No Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Prosentase Jiwa/KK 1 Bandar Baru , , Pante Raja , , Trienggadeng , , Meureudu , , Meurah Dua , , Ulim , , Jangka Buya , , Bandar Dua , , Jumlah 1, , , Sumber: - Pidie Jaya dalam Angka, Dinas Kependudukan Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Pidie Jaya Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Jangka Buya, ini disebabkan karena luas wilayah yang tidak terlalu besar, sedangkan kepadatan penduduk terendah di Kecamatan Meurah Dua karena luas wilayahnya merupakan terbesar dari 7 kecamatan lainnya. Untuk kecamatan Meureudu yang merupakan ibu kota Kabupaten Pidie Jaya mempunyai kepadatan penduduk 139,68 jiwa/km 2. 37

60 2.2 Pelaksanaan Syariat Islam RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Syariat Islam merupakan urusan pilihan Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya yang berfungsi sebagai pelayanan umum dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh pasal 125 dan pasal 127(...). Oleh karenanya, Kabupaten Pidie Jaya sebagai salah satu kabupaten di Aceh telah memenuhi tuntutan undang-undang dimaksud, artinya dengan terbentuknya Dinas Syariat Islam sebagai salah satu dinas yang berdiri sendiri. Hal ini semakin memberi ruang gerak kepada aparatur Dinas Syariat Islam untuk melakukan berbagai kebijakan dalam penerapan Syariat Islam secara optimal (kaffah). Di Kabupaten Pidie Jaya, seratus pensen penduduknya memeluk agama Islam. Hal ini pelaksanaan Syariat Islam bukan sebatas pelaksanaan hukum cambuk bagi yang melanggarnya, akan tetapi pelaksanaannya lebih ditekankan bagaimana warga masyarakat dapat merasakan manfaatnya dengan berlakunya syariat Islam tersebut. Sebagai indikator untuk memenuhi pencapaian target tentang fasilitas keagamaan mulai tahun 2009 tempat peribadatan berupa masjid terdapat 68 unit, meunasah/mushala berjumlah 330 unit, dan balai pengajian 309 unit yang tersebar di 8 kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya. Tabel 2.6 Jumlah Tempat Fasilitas Peribadatan di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2009 No Kecamatan Mesjid Meunasah Balai pengajian 1 Bandar Baru Panteraja Trienggadeng Meureudu Meurah Dua Ulim Jangka Buya Bandar Dua Jumlah Sumber : Dinas Syariat Islam Kab.Pidie Jaya Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam hal ini Dinas Syariat Islam harus memperbanyak kerjasama dengan para ulama dan tokoh masyarakat serta para intelektual lainnya agar tidak terjadi pemurtadan, pendangkalan akidah agama yaitu dengan cara melaksanakan program dan kegiatan yang berkaitan langsung dengan peningkatan pemahaman dan pengetahuan agama Islam masyarakat secara menyeluruh. 38

61 Harapan yang diinginkan tentang kondisi Syariat Islam untuk 20 tahun ke depan adalah bahwa Kabupaten Pidie Jaya harus menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam hal pelaksanaan syariat Islam dan setiap penduduk Kabupaten Pidie Jaya harus berbudaya Islami yang dilandasi dengan amar makruf nahi munkar. Pelaksanaan Syariat Islam kedepan juga ditandai dengan berfungsinya berbagai lembaga adat dan Dayah sebagai penggerak pelaksanaan Syariat Islam, terbentuknya Badan Baitul Mal dan Bazis secara profesional, berkembangnya perekonomian syariah di kabupaten Pidie Jaya serta terbentuknya Qanun Syariat Islam yang diikuti dengan publikasi dan sosialisasi secara terus menerus serta terkoordinir sampai ketingkat bawah (gampong) disertai dengan penerapan sanksi, hukuman yang adil dan tidak diskriminatif. 2.3 Kesejahteraan Masyarakat Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan difokuskan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai hasil maksimal perlu percepatan pertumbuhan sektor-sektor pendukung perekonomian seperti sektor pertanian, pertambangan dan energi, industri pengolahan, konstruksi/bangunan perdagangan, transportasi dan jasa-jasa Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan dari beberapa indikator makro. Salah satu indikator makro yang sering dipakai untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah PDRB. Periode tahun 2006 hingga tahun 2009, struktur ekonomi Kabupaten Pidie Jaya relatif tidak mengalami perubahan. Dua sektor utama yang mendorong pertumbuhan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian sangat dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Pidie Jaya dengan kontribusi cukup besar yaitu 62,59 persen tetapi cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Perkembangan PDRB Kabupaten Pidie Jaya disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2.7 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009 Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Pidie Jaya No Sektor Rp. Rp. Rp. Rp. % % % (jutaan) (jutaan) (jutaan) (jutaan) % 1 Pertanian 332, , , , Pertambangan dan 3, , , ,

62 penggalian 3 Industri pengolahan 23, , , , Listrik, Gas dan Air Bersih 1, , , , Konstruksi/Bangunan 15, , , , Perdagangan, Hotel dan Restoran 38, , , , Pengangkutan dan Komunikasi 18, , , , Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 6, , , , Jasa - jasa 90, , , , PDRB 531, , , , Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun Pada tahun 2006 sektor pertanian memberikan konstribusi sebesar 62,59 persen terhadap total PDRB berdasarkan harga konstan. Kemudian secara bertahap terus menurun setiap tahunnya yaitu menjadi sebesar 60,73 persen pada tahun 2007 dan sebesar 58,68 persen di tahun Dan akhirnya pada tahun 2009 mencapai 56,26 persen. Tingginya peranan sektor pertanian sangat ditentukan oleh subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Pada tahun 2009 sumbangan subsektor tanaman bahan makanan mencapai 26,54 persen diikuti subsektor peternakan dengan sumbangan 20,47 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas ekonomi di Kabupaten Pidie Jaya dimotori oleh kegiatan di sektor pertanian. Hal ini juga berarti sebagian besar penduduk Kabupaten Pidie Jaya menggantungkan nafkah kehidupannya pada hasil kegiatan pertanian seperti bertani padi, palawija, buah-buahan, beternak, berkebun, budidaya ikan, menangkap ikan di laut dan mengambil hasil hutan. Hal ini sesuai dengan keadaan geografis dari Kabupaten Pidie Jaya yang terletak di dataran rendah dan pesisir laut. No Tabel 2.8 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pidie Jaya Sektor Rp. Rp. Rp. % % % Rp. (jutaan) % (jutaan) (jutaan) (jutaan) 1 Pertanian 521, Pertambangan dan 2 penggalian 5, , , , , , , Industri pengolahan 34, , , ,

63 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 2, , , Konstruksi/Bangunan 26, Perdagangan, Hotel 6 dan Restoran 60, , , , , , , Pengangkutan dan Komunikasi 31, , , , Keuangan, Real Estate dan Jasa 13, , , , Perusahaan 9 Jasa - jasa 106, , , , PDRB 891, , ,108, , Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun PDRB berdasarkan harga berlaku, Pada tahun 2006 sektor pertanian memberikan konstribusi sebesar 65,12 persen. Kemudian secara bertahap terus menurun menjadi sebesar 64,46 persen pada tahun 2007 dan sebesar 63,78 persen di tahun 2008, dan 62,05 persen pada tahun Perkembangan kontribusi sektor dalam PDRB tahun 2006 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.9 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s/d 2009 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kabupaten Pidie Jaya No Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk % % % % % % 1 Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa 8 Perusahaan Jasa - jasa Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun

64 Konstribusi sektor pertanian terjadi penurunan, PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2007 sampai 2009 terjadi penurunan berturut-turut sebesar 0,66 persen, 0,68 persen dan 1,73 persen. Penurunan signifikan terjadi dari tahun 2007 sampai dengan 2009 berturut-turut adalah 1,86 persen, 2,05 persen dan 2,42 persen. Penurunan di sektor pertanian ini bukan berarti terjadi penurunan produksi yang besar tetapi disebabkan karena sektor-sektor lainnya mulai bergerak mendukung nilai PDRB Tingkat Inflasi Tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh besaran pendapatan yang diperoleh dari aktivitas yang mereka lakukan. Salah satu faktor yang juga sangat menentukan kualitas kesejahteraan mereka adalah seberapa besar tingkat kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok yang harus dibeli setiap harinya. Semakin tinggi fluktuasi kenaikan harga-harga barang sembako, misalnya, akan mengakibatkan kualitas kesejahteraan hidup menjadi menurun, khususnya bagi mereka yang tergolong kedalam kelompok berpendapatan tetap seperti PNS, atau yang berpendapatan tidak pasti seperti buruh, pekerja lepas/harian, tukang becak, supir angkutan dan lain-lain. Oleh karenanya tingkat inflasi juga menjadi salah satu ukuran dalam menilai kinerja ekonomi makro, baik secara nasional maupun daerah (regional). Inflasi adalah tingkat kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum pada suatu tahun tertentu. Besaran inflasi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya dapat dicermati dari angka inflasi yang terjadi di Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh dan Nasional. No. Tabel 2.10 Tingkat Inflasi di Banda Aceh, Kota Lhokseumawe, Propinsi Aceh Dan Nasional selama Laju Inflasi Tahun Nasional Aceh Banda Aceh Lhokseumawe ,11 34,69 41,11 17, ,60 10,10 9,54 11, ,59 11,00 11,00 4, ,1 11,92 7,57 7, ,78 3,72 3,50 3, ,96 4,64 5,86 7,10 Sumber: - BPS Provinsi Aceh Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan harga konstan 2000, selama kurun waktu tahun pertumbuhan ekonomi Pidie Jaya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Seluruh sektor 42

65 ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif dengan level yang berbeda-beda. Pada tahun 2006 tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,36 persen, tahun 2007 meningkat cukup tinggi sampai 5,06 persen. Sementara tahun 2008 pertumbuhan ekonomi juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, namun tidak begitu besar yaitu naik menjadi 5,32 persen. Sedangkan pada tahun 2009 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,19 persen menjadi 6,51 persen. Tabel 2.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006 s/d 2009 Kabupaten Pidie Jaya No Sektor Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa jasa Pertumbuhan Ekonomi Pidie Jaya Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada tiga sektor yang angka pertumbuhannya di bawah angka pertumbuhan kabupaten yaitu sektor pertanian sebesar 2,11 persen, sektor industri pengolahan sebesar 1,61 persen serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 5,82 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sektor konstruksi/bangunan sebesar 5,23 persen, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan ekonomi terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya 0,35 persen Pendapatan per Kapita Pada tahun 2009 pendapatan regional per kapita penduduk Pidie Jaya berdasarkan harga berlaku tercatat sebesar 7,68 juta rupiah per tahun, atau mengalami peningkatan sebesar 8,4 persen dibandingkan tahun 2008 yang nilainya mencapai 7,08 juta rupiah. Secara riil (tanpa dipengaruhi oleh fluktuasi harga/inflasi) pendapatan per kapita dari PDRB harga konstan penduduk Pidie Jaya pada tahun 2006 sebesar 4 juta rupiah dan pada tahun 2009 sebesar 4,38 juta rupiah yang berarti selama kurun waktu empat tahun pendapata perkapita rata-rata hanya 3,99 juta rupiah atau tidak mengalami peningkatan yang berarti. 43

66 Perkembangan pendapata perkapita penduduk Pidie Jaya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 2.1 Pendapatan Regional per Kapita tahun (jutaan rupiah) Sumber: - Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pidie Jaya Tahun Dengan situasi seperti ini dapat disimpulkan walaupun terjadi peningkatan pendapatan per kapita secara harga berlaku, tetapi kenaikan harga pada tahun tersebut juga tinggi, maka kenaikan pendapatan perkapita tidak akan membantu terhadap perbaikan ekonomi masyarakat. Terlebih lagi apabila ketimpangan pendapatan antar penduduk semakin melebar, maka tingkat kesejahteraan penduduk yang lebih baik, semakin jauh dari harapan Kesejahteraan Sosial Permasalahan kesejahteraan sosial semakin beragam dan meningkat akibat terjadinya berbagai krisis sosial, seperti menipisnya nilai budaya dan agama, menurunkan ekses dan gejala sosial dampak dari disparitas kondisi sosial ekonomi masyarakat dan terjadinya bencana sosial dan bencana alam; dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan sosial dasar masyarakat. Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan anak, perempuan dan lanjut usia, keterlantaran, kecacatan, ketunasosialan, bencana alam dan bencana sosial. Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya fakir miskin yang tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas dan berdampak pada melemahnya ketahanan 44

67 sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial terutama bagi kelompok masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Di Kabupaten Pidie Jaya permasalahan kesejahteraan sosial ini telah dilaksanakan dengan beberapa kegiatan terfokus dan mencapai hasil yang cukup signifikan. Ini bisa dilihat indikator jumlah penyandang masalah sosial setiap tahunnya menurun. Jumlah anak terlantar pada tahun 2009 sebesar 403 orang turun menjadi 373 orang pada tahun 2010, untuk penyandang cacat yang belum disantuni terjadi penurunan dari 1487 orang pada tahun 2009 menjadi 1377 pada tahun Jumlah keluarga miskin KK (27.97%) pada tahun 2009 menjadi KK (22.55%) pada tahun 2010 dan penanganan anak panti asuhan pada tahun 2009 berjumlah 636 orang dan 313 orang pada tahun Untuk pengangguran sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi fluktuasi peningkatan, secara rinci tingkat pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya setiap tahunnya adalah sebagai berikut: tahun 2004 (11,23%), 2005 (12,75%), 2006 (12,77%), 2007 (14,05%), 2008 (14,95%), 2009 (6,28%). Meningkatnya pengangguran pada saat itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : krisis ekonomi yang menyebabkan banyak usaha tutup, terbatasnya lapangan kerja sektor primer, akan berakhirnya BRR dan banyaknya NGO asing yang tidak melanjutkan pekerjaannya akibat negara donor yang mulai berkurang. Secara riil pada tahun 2008 dari jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebanyak jiwa, tingkat partisipasi angkatan kerja sebanyak orang, penduduk usia kerja orang (62,63%), dan jumlah pengangguran sebanyak orang (14,95%). Sedangkan pada tahun 2009 angka pengangguran menurun cukup drastis yaitu sebesar 6,28% dan 3,60% pada tahun Penurunan yang cukup drastis ini disebabkan karena roda pemerintahan dan perekonomian Kabupaten Pidie Jaya mulai bergerak sehingga banyaknya lapangan kerja yang tercipta. Sedangkankan jumlah angkatan kerja meningkat pada tahun 2009 berjumlah orang menjadi orang pada tahun 2010, menandakan banyak pemuda yang telah siap untuk bekerja setelah adanya pendidikan dan pelatihan yang memadai. Indikator lainnya untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial Kabupaten Pidie Jaya bisa dilihat dari uraian berikut : Angka Melek Huruf Dilihat dari indikator angka melek huruf Kabupaten Pidie Jaya tahun 2009 yaitu sebesar 92,93 persen mengalami sedikit penurunan sebesar 0,9 persen dibandingkan tahun Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat dalam tabel berikut: 45

68 Tabel 2.12 Angka Melek Huruf Dewasa Tahun 2007 s/d 2009 Kabupaten Pidie Jaya Tahun Laki-Laki (L) Perempuan (P) L + P Sumber: - Katalog BPS : Statistik Daerah Kabupaten Pidie Jaya 2010 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka melek huruf laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan yang masing-masing nilainya 96,95 persen dan 90,02 persen. Hal yang serupa juga terjadi di tahun 2007 dan Indikator Pendidikan Angka Partisipasi Kasar untuk tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA tahun ajaran 2009/2010 masing-masing adalah 35,77 persen, 103,79 persen, 88,97 persen, 78,97 persen. Hasil ini mengindikasikan adanya peningkatan partisipasi anak usia sekolah untuk terus melanjutkan pendidikannya. Sedangkan Angka Partisipasi Murni untuk tingkat TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA tahun ajaran 2009/2010 masing-masing adalah 33,98 persen, 98,60 persen, 84,54 persen dan 75,02 persen. Angka lulusan mengalami perkembangan posotif dan negatif, hal ini dapat dilihat dalam grafik dibawah ini : Gambar 2.2 Angka Kelulusan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA 46

69 Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Dari grafik diatas dapat dilihat untuk tingkat SD/MI mengalami penurunan kelulusan siswa pada tahun ajaran 2008/2009 yang tidak terlalu besar yaitu 0.73%. Untuk tingkat SMP/MTs terjadi tren kenaikan jumlah siswa lulus sejak tahun ajaran 2006/2007 sampai dengan 2008/2009, tetapi pada tahun ajaran 2009/2010 terjadi penurunan sebesar 2.45%. Sedangkan tingkat SMA/MA/SMK mengalami dua kali tren penurunan yaitu pada tahun ajaran 2007/2008 terjadi penurunan yang cukup besar yaitu 9.81% dan pada tahun 2009/2010 sebesar 2.71%, dan pada tahun 2008/2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 12.77% Indikator Kesehatan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dan laporan jumlah kematian bayi yang disampaikan kecamatan, diasumsikan bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan dan dari laporan masyarakat atau kader. AKB di Kabupaten Pidie Jaya terjadi kenaikan dari tahun 2008 sebesar 41 bayi menjadi 46 bayi pada tahun AKB Provinsi Aceh adalah sebesar 37/1000 Lahir Hidup (LH) dengan kisaran (16/1000 LH 40/1000 LH). Sementara AKB Nasional sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Jadi AKB Pidie Jaya masih di atas Angka Nasional. Sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Perhitungan AKI disetiap puskesmas sulit dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai kelahiran dan masih ada kemungkinan under reported. AKI Kabupaten Pidie Jaya untuk tahun 2007, 2008 dan 2009 berturut-turut adalah 8/ LH, 5/ LH dan 5/ LH. AKI Provinsi Aceh pada tahun 2008 sebesar 238/ LH sedangkan AKI Nasional 228/ LH. Berdasarkan data tersebut, AKI Kabupaten Pidie Jaya menggambarkan kondisi yang masih bisa ditolerir berada dibawah angka Provinsi dan Nasional Seni Budaya dan Olahraga Kabupaten Pidie Jaya memiliki 241 group kesenian sampai dengan tahun 2011 yang tersebar di 8 kecamatan. Hal ini menggambarkan bahwa Kabupaten Pidie Jaya memiliki khasanah budaya yang tinggi dengan berbagai kesenian seperti PMTOH, Boh Katok, Biola Aceh, Rebana/Nasyid, Seudati, Seumapa Linto, Rapaie Daboh, Doda Idi Aneuk, Rapaie Bubbee, Geudeu-geudeu, Tari Kreasi, Likee Maulid, Tari Tradisi, Dalail Khairat dan Meurukon. 47

70 Semua kesenian yang ada di Kabupaten Pidie Jaya mengandung unsur-unsur islami yang melekat tidak terpisahkan. Kesenian yang ada juga membawa simbol kekompakan masyarakat, energik dalam artian bersemangat dalam melakukan aktivitas dan dinamis serta mengandung unsur nasehat yang baik bagi kehidupan masyarakat. Kabupaten Pidie Jaya mempunyai berbagai klub olah raga sesuai dengan jenis olah raga yang digemari oleh masyarakat seperti sepakbola, volly, badminton, dan tenis meja. Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pidie Jaya tahun 2011, klub sepak bola sudah terdaftar sebanyak 24 klub, bola volly sebanyak 9 klub, atletik 1 klub dan tenis meja 1 klub. Ini mencerminkan bahwa umumnya masyarakat Pidie Jaya menggemari olah raga bola kaki. Sedangkan jumlah lapangan olahraga yang ada di Kabupaten Pidie Jaya adalah 42 unit lapangan sepak bola dan 96 unit lapangan bola volly. 2.4 Pelayanan Umum Layanan Urusan Wajib Pendidikan Jumlah bangunan sekolah yang ada di Kabupaten Pidie Jaya hingga tahun 2010 adalah 90 unit SD; 24 unit MI; 21 unit SMP; 12 unit MTs; 8 unit SMA; 6 unit MA dan 3 unit SMK. A. Pendidikan Dasar 1. Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah Rasio ini memperlihatkan daya tampung setiap sekolah pada jenjang pendidikan dasar SD/MI dan SMP/MTs. Pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah rata-rata untuk SD/MI adalah 148, sedangkan untuk SMP/MTs adalah 251. Ini menggambarkan bahwa daya tampung sekolah masih berada dalam status mencukupi untuk menampung siswa jika semua penduduk usia sekolah masuk ke sekolah tingkat SD/MI dan SMP/MTs. 2. Rasio Siswa per Sekolah dan Rasio Guru Terhadap Siswa Rasio siswa per sekolah menggambarkan rata-rata jumlah siswa disetiap sekolah, sedangkan Rasio Siswa per Guru mengambarkan perbandingan jumlah siswa dengan jumlah guru. Pada tahun 2010, rasio siswa per sekolah untuk SD/MI adalah 156 dan 221 untuk SMP/MTs. Sedangkan Rasio guru terhadap siswa untuk SD/MI adalah 14 dan untuk SMP/MTs sebesar 10, ini menunjukkan bahwa SD/MI dan SMP/MTs telah kelebihan guru. Jika dibandingkan dengan standar nasional jumlah siswa perkelas yaitu 20 siswa/kelas untuk SD dan 25 siswa/kelas untuk SMP, maka dapat diambil kesimpulan dalam 1 ruang SD terdapat 2 guru dan 1 ruang kelas SMP 2,5 guru. 48

71 3. Perkembangan Hasil UN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Perkembangan nilai UAN sejak tahun ajaran 2006/2007 hingga 2009/2010 untuk SD/MI mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, sedangkan untuk SMP/MTs bisa dikatakan flat. Pada tahun ajaran 2007/2008 dan 2009/2010 nilai UAN SD/MI mengalami penurunan sebesar 0,25% dan 0,30%. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari gambar 2,3 berikut ini : Gambar 2.3 Perkembangan Nilai UAN dan UAS untuk SD/MI dan SMP/MTs Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya 2010 B. Pendidikan Menengah 1. Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap Penduduk Usia Sekolah Pada tahun 2010 rasio ketersediaan sekolah rata-rata untuk SMA/SMK/MA adalah 570. Ini menggambarkan bahwa daya tampung sekolah masih berada dalam status mencukupi untuk menampung siswa jika semua penduduk usia sekolah masuk ke sekolah. Daya tampung sekolah maksimal adalah 864 siswa menurut standar nasional. 2. Rasio Siswa per Sekolah dan Rasio Guru Terhadap Siswa Rasio siswa per sekolah untuk SMA/SMK/MA tahun 2010 adalah 407, angka ini menunjukkan bahwa jumlah siswa setiap sekolahnya masih bisa ditolerir karena berdasarkan standar nasional jumlah siswa maksimal setiap sekolah tidak boleh melebihi 864 siswa agar proses belajar mengajar lebih efektif. Rasio guru terhadap siswa untuk SMA/SMK/MA tahun 2010 adalah 14, jika jumlah siswa dalam satu kelas 35 siswa maka rasio perbandingan guru dengan siswa adalah 2,5. Hal ini masih dalam batas kewajaran karena di tingkat SMA banyak mata pelajaran dengan guru yang harus mempunyai pendidikan kejuruan. 49

72 3. Perkembangan Hasil UN Hasil UAN tingkat SMA/SMK/MA Kabupaten Pidie Jaya mengalami tren peningkatan, pada tahun ajaran 2006/2007 sebesar 6,28, tahun 2007/2008 meningkat menjadi 6,94 dan peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2008/2009 yaitu 7,86. Sedangkan pada tahun 2009/2010 terjadi penurunan sebesar 0,40% menjadi 7, Kesehatan A. Rasio Posyandu per Satuan Balita Pada tahun 2010 jumlah balita yang terdata di Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya sebanyak bayi dan jumlah posyandu yang tercatat 226. Rasio Posyandu per 1000 balita adalah 80,71, hal ini menggambarkan 80 posyandu melayani 1000 balita atau 1 posyandu berbanding 12 balita. B. Rasio Puskesmas Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan tahun 2010, Kabupaten Pidie Jaya memiliki puskesmas sebanyak 10 unit, pustu sebanyak 20 unit, poskesdes sebanyak 50 unit dan polindes sebanyak 32 unit. Jumlah total sarana kesehatan adalah 113 unit dengan total jumlah penduduk , rasio puskesmas, polindes dan pustu per 1000 penduduk adalah 0,77. Hal ini bermakna bahwa 0,77 puskesmas, polindes dan pustu melayani 1000 atau 1 puskesmas, polindes dan pustu berbanding 1300 penduduk. C. Rasio Kapasitas Rumah Sakit dengan Jumlah Penduduk Menurut Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat, maksud dari pasal ini adalah penyediaan rumah sakit didasarkan pada perhitungan rasio tempat tidur dan jumlah penduduk. Jumlah rumah sakit yang ada di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 hanya 1 unit dengan jumlah penduduk , maka rasio tempat tidur per penduduk adalah 146,96. Hal ini bermakna bahwa rumah sakit yang ada harus menyediakan 147 tempat tidur untuk memaksimalkan melayani masyarakat. D. Rasio Dokter per Satuan Penduduk Jumlah Dokter yang ada di Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 adalah 32 orang dengan jumlah penduduk , maka rasio dokter per penduduk adalah 0,22. Hal ini bermakna bahwa 0,22 dokter melayani penduduk atau 1 dokter berbanding penduduk. 50

73 E. Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Jumlah tenaga medis yang terdata di Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya tahun 2010 adalah 30 orang dengan jumlah penduduk , maka rasio tenaga medis per penduduk adalah 0,20. Hal ini bermakna bahwa 0,20 tenaga medis melayani penduduk atau 1 tenaga medis berbanding penduduk Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Permasalahan lingkungan hidup yang di akibatkan oleh faktor manusia adalah terkait dengan perilaku masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kelestarian dan kebersihan lingkungan, misalnya kurang disiplinnya masyarakat dalam hal membuang sampah, pembuangan limbah industri ke aliran sungai, pendirian rumah hunian di sepanjang daerah aliran sungai, dan pendirian bangunan liar yang tidak mentaati peraturan perundangan. Meskipun dana APBD yang di pergunakan untuk menangani pengelolaan persampahan dari tahun ke tahun semakin besar (ketika masih dalam wilayah kabupaten induk/pidie), tidak akan memberikan hasil yang optimal apabila tidak di barengi dengan meningkatnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk menjaga kebersihan dan lingkungan hidup. Prasarana pengelolaan sampah pemerintah Kabupaten Pidie Jaya kondisinya sampai dengan tahun 2008, antara lain : jumlah gerobak sampah 12 unit, transfer depo 26 unit, bak kontainer 18 unit, dump truck 10 unit, armroll truck 6 unit, pick up, buldozer dan wheel loader masing-masing 1 unit, TPA seluas 2,5 Ha dengan daya tampung ton. Meningkatnya kepadatan lalu lintas di Kabupaten Pidie Jaya sebagai akibat dari semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor secara langsung berpengaruh pada meningkatnya polusi udara di kabupaten Pidie Jaya. Masalah penurunan kualitas udara sehat dan bersih di Kabupaten Pidie Jaya di perparah dengan telah berkurangnya pepohonan kota akibat dari penggunaan lahan sebagai kebutuhan aktivitas manusia. Di samping itu, berkurangnya pepohonan di daerah penyangga yang berada di luar kewenangan Kabupaten Pidie Jaya akibat pengalihan lahan untuk perumahan dan industri juga memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara di kabupaten Pidie Jaya. Pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Pidie Jaya, faktor yang akan terjaga untuk 20 tahun ke depan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kualitas lingkungan bersih dan sehat, semakin banyaknya penerapan green belt di Kabupaten Pidie Jaya. Meningkatnya sosialisasi akan arti hidup sehat dan bersih oleh 51

74 berbagai lembaga, Di terapkannya uji kelaikan kendaraan bermotor untuk mengurangi tingkat polusi, selain itu, adanya pengembangan kawasan hijau kota. Prediksi kondisi lingkungan hidup untuk jangka 20 tahun ke depan, antara lain : meningkatnya kinerja pengelolaan persampahan, terkendalinya pencemaran dan perusakan lingkungan, meningkatnya perlindungan dan konservasi sumber daya alam, meningkatnya kualitas dan akses informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, terkendalinya polusi, berkembangnya ekowisata di kawasan-kawasan konservasi laut dan hutan, meningkatnya pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut, dan bertambahnya ruang terbuka hijau (RTH). Dalam memprediksi kebutuhan air bersih total, dalam analisisnya dibedakan menjadi kebutuhan air domestik dan non domestik. Kebutuhan Domestik adalah kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dengan standard kebutuhan air perkotaan sebesar 80 liter/orang/hari. Kebutuhan non Domestik adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan perdagangan, perkantoran, serta fasilitas sosial. Standard yang digunakan adalah 20 % s.d 25 % dari total kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik. Sedangkan untuk pelayanan umum 10 % dari kebutuhan domestik. Selain itu dalam perhitungan kebutuhan air bersih untuk Kabupaten Pidie Jaya harus mempertimbangkan kehilangan air (tingkat kebocoran) dan kebutuhan pada beban maksimum. Adapun proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2025 untuk rumah tangga adalah sebesar liter/hari, untuk pelayanan umum sebesar liter/hari, komersial liter/hari, dan cadangan air bersih sebesar liter/hari berada di kecamatan Bandar Baru, sementara proyeksi kebutuhan air bersih terendah di kecamatan Pante Raja, untuk kebutuhan rumah tengga sebesar liter/hari, sedangkan untuk pelayanan umum sebesar liter/hari, komersial sebesar liter/hari, dan cadangan air bersih sebesar liter/hari Sarana dan Prasarana Umum A. Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik Panjang jalan kabupaten seluruhnya adalah 330,13 km, dengan kondisi baik (pemeliharaan rutin) mencapai 271,92 km (82,37%); kondisi sedang/ rusak ringan (pemeliharaan periodik) sepanjang 47,35 km (14,34%) dan kondisi rusak berat (peningkatan) sepanjang 10,86 km (3,29%). Sedangkan panjang jalan Nasional yang ada di Kabupaten Pidie Jaya masing-masing sepanjang 37,9 km dan panjang jalan Provinsi adalah 9,8 km. 52

75 Panjang ruas jalan poros desa adalah 534,52 km sedangkan panjang jalan usaha tani adalah 182,3 km. B. Daerah Irigasi Kabupaten Pidie Jaya mempunyai 45 Daerah Irigasi (DI) yang langsung di bawah pengelolaan kabupaten dan 2 DI dibawah pengelolaan Provinsi yaitu DI Cubo Trienggadeng dan DI Meureudu. Luas potensi lahan pertanian sebesar Ha yang terdiri dari sawah irigasi teknis, semi teknis, dan daerah irigasi perdesaan. Luas potensi pelayanan daerah irigasi teknis adalah Ha; luas potensi pelayanan daerah irigasi semi teknis adalah Ha, Luas pelayanan daerah irigasi perdesaan 332 Ha dan jumlah embung yang ada sebanyak 4 buah. Panjang irigasi yang terbuat dari pasangan batu adalah m, dan panjang irigasi yang merupakan saluran tanah adalah m C. Persentase Rumah Tinggal Sehat dan Bersanitasi Baik Pada tahun 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie Jaya melakukan pemeriksaan terhadap rumah tangga secara acak atau 36,5% dari total rumah tangga dan diperoleh hasil rumah tangga sehat hanya berjumlah 548 rumah tangga atau 4,9%. Untuk rumah tangga yang memiliki akses air bersih dari Kepala Keluarga yang diperiksa, yang memiliki akses air PDAM sebanyak KK (4,62%), yang menggunakan air sumur galian sebanyak KK atau (94,62%) dan KK yang menggunakan air dari sumber lainnya sebanyak 237 KK (0,76%). Untuk kategori rumah tangga yang memiliki jamban sehat ditemukan bahwa hanya RT (46.97%) dari RT memiliki jamban yang diperiksa. Sedangkan dari 416 RT yang memiliki tempat pembuangan sampah yang diperiksa, hanya 248 RT (59,62%) dikategorikan sehat. Dan untuk RT yang melakukan pengelolaan limbah, dari RT yang diperiksa, hanya RT (44,55%) yang dikategorikan sehat Penataan Ruang Proses dalam melakukan identifikasi bentuk dan struktur ruang di Kabupaten Pidie Jaya, perlu di lakukan analisis struktur tata ruang yang ada. Hal ini di tujukan agar dapat mengangkat permasalahan-permasalahan pengembangan wilayah yang memiliki sisi ruang tertentu. Analisis ini di harapkan mampu memberikan gambaran tentang keadaan jenjang/hirarki pusat-pusat kegiatan dan jangkauan pelayanan serta hubungan atau interaksi dengan pusat-pusat kegiatan ini merupakan distribusi dan pengumpul untuk wilayah sekitarnya. Analisis struktur tata ruang dilakukan untuk mengetahui pola kecenderungan pemanfaatan lahan, penguasaan dan status pemanfaatan lahan, deliniiasi kawasan 53

76 perkotaan dan pedesaan serta sistem pusat-pusat permukiman. Sebagai pedoman dalam melakukan analisis ini perlu di perhatikan beberapa azas, di antaranya : a). Demokratisasi ruang, yaitu sebagai suatu sistem jaringan interaksi sosial, ekonomi dan fisik. Proses interaksi ini di bentuk oleh hubungan atau keterkaitan ini mempunyai peranan penting dalam pembangunan wilayah, karena pembangunan wilayah terjadi melalui atau bahwa perencanaan struktur ruang merupakan upaya untuk memberikan pemerataan tingkat kemudahan yang proporsional pada fasilitas dan pelayanan sosial bagi masyarakat, mampu menunjang serta mendorong perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor strategis. b). Pendekatan sinergi wilayah, merupakan sistem permukiman yang berbeda secara fungsional, juga di pandang sebagai pertumbuhan dan diversifikasi permukiman dan penciptaan keterkaitan yang baru dan lebih kuat di antara satuan permukimanpermukiman tersebut. Pola penggunaan lahan eksisting di kabupaten Pidie Jaya, dilihat dari perkembangan pemanfaatan lahan cenderung berorientasi ke bagian utara, terutama kegiatan budidaya pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan/tambak), permukiman penduduk, serta jasa dan perdagangan. Secara morfologi wilayah Pidie Jaya terbagi dalam tiga bagian yaitu : daratan rendah atau pesisir, daerah perbukitan, dan daerah pegunungan. Walaupun daerah pegunungan pada dasarnya telah memasuki wilayah administrasi Kabupaten Pidie. Kawasan permukiman perkotaan yang tumbuh dan berkembang di wilayah Kabupaten Pidie Jaya lebih terkonsentrasi di pusat-pusat ibu kota kecamatan, terutama yang telah dilintasi jalan negara dari barat sampai timur atau sebaliknya. Kawasan perkotaan tersebut antara lain di sekitar pusat kota Ulee Glee, Ulim, Meureudu, Trienggadeng, Pante Raja, dan Lueng Putu. Luas permukiman penduduk terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi, seperti kegiatan pertanian, perdagangan dan jasa. Pemerintah Kabupaten semakin serius untuk melakukan perubahan-perubahan dalam hal fungsi lahan, untuk di fungsikan sebagai lahan perkantoran, dan permukiman, hal ini terlihat dari perubahan lahan-lahan produktif menjadi lahan perkantoran yang di sertai dengan prasarana pendukungnya. Dari rencana yang telah di susun, pemerintah Kabupaten Pidie Jaya akan memanfaatkan lahan baru sebagai pusat pemerintahan. Pada penggunaan hutan wilayah ini, terdiri atas peruntukan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan konversi, serta hutan lindung. Dari berbagai fungsi peruntukan lahan tersebut terlihat adanya tumpang tindih fungsi lahan, terutama bila di bandingkan dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ada terhadap 54

77 pengelolaan/kebutuhan masyarakat. Bentuk penyimpangan yang sering terjadi antara lain : penyimbangan terhadap fungsi hutan lindung, dan fungsi pemanfaatan lahan pada kawasan budidaya serta penyimpangan daerah sempadan pantai/sungai. Kondisi ini dapat menimbulkan konflik pemanfaatan lahan (mix land use) Perhubungan Dalam pengembangan wilayah, transportasi mempunyai peranan yang sangat penting yaitu memudahkan interaksi antar wilayah. Dengan semakin mudahnya interaksi antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan wilayah (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya). Hubungan antar wilayah yang semakin baik dan mudah akan merangsang dan membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan sosial, yang pada akhirnya di harapkan akan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah tersebut. Jaringan tranportasi wilayah merupakan hal yang penting untuk mempermudah pergerakan barang dan orang. Disamping itu, pelayanan transportasi perlu di tingkatkan guna menciptakan keterkaitan spatial antar bagian-bagian wilayah di provinsi Aceh. Hal ini penting, karena di dasarkan pada asumsi bahwa suatu mekanisme perkembangan, dapat terjadi apabila terciptanya keterkaitan antar bagian wilayah. Berdasarkan sistem jaringan jalan terdapat tiga koridor utama dalam pelayanan jaringan jalan yaitu : koridor utara, tengah, dan koridor selatan. Kota-kota yang masuk ke dalam koridor utara adalah: kota Kuala simpang, Langsa, Peureulak, Lhokseumawe, Bireuen, Beureuneun, Sigli, dan Banda Aceh. Kota-kota yang masuk koridor tengah yaitu : Takengon, Blangkejeren, dan Kutacane. Sedangkan kota-kota yang masuk koridor selatan yaitu : Lamno, Meulaboh, Blang Pidie, Tapak Tuan, dan Subulussalam/Singkil. Dari koridor-koridor tersebut, koridor utara jauh lebih ramai lalu lintasnya di bandingkan dengan koridor tengah dan selatan. Karena koridor utara merupakan koridor jalur penghubung kota Banda Aceh dengan kota Medan, serta di tunjang dengan jaringan jalan yang kondisinya lebih baik, ketersediaan berbagai fasilitas pendukung yang lebih lengkap di bandingkan dengan koridor lainnya. Pesatnya perkembangan transportasi di jalur utara membawa dampak yang sangat baik bagi perkembangan wilayah Kabupaten Pidie Jaya. Dampak tersebut antara lain adalah : kemudahan pencapaian (aksesibilitas) yang tinggi dan menyebabkan berkembangannya kegiatan perdagangan, terutama kota-kota di sepanjang jalur regional tersebut. Jaringan jalan di kabupaten Pidie Jaya, hampir seluruhnya sudah dilakukan pengerasan. Jalan yang menghubungkan kecamatan, dan desa-desa sudah dapat di lalui oleh kendaraan roda empat. Tetapi seiring dengan waktu prasarana jalan tersebut kondisinya sudah rusak, bahkan tingkat kerusakannya sangat mengganggu bagi pengguna 55

78 jalan. Kondisi kerusakan jalan tersebut seperti pada jalan Kuta Rentang simpang empat Meuredu atau jalan yang menuju desa-desa lainnya di antaranya : desa Jiejiem atau desa Cot langien di kecamatan Bandar Baru. Jumlah penduduk secara garis besar merupakan pola pergerakan orang dan atau barang menggambarkan kekuatan/potensi di suatu wilayah, di mana kekuatan atau potensi itu dapat berupa angka yang tinggi, perekonomian yang kuat, pelayanan transportasi yang prima dan lain sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar/luas suatu daerah melayani pergerakan orang/barang, maka daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai potensi untuk membangkitkan dan atau menarik aktivitas masyarakat dalam segala bidang. Oleh sebab itu provinsi Aceh melalui Dinas Bina Marga akan merealisasi rencana yang telah di susun dalam pengembangan transportasi darat, sehingga dengan demikian setiap jalur lintas darat dapat saling terhubung, dan setiap daerah terbuka dan mudah di jangkau. Hal ini di perkuat dengan rencana highway yang melintasi kota Sigli, Pidie Jaya, Lhoksukon, Langsa, dan lainnya. Untuk pemerataan pergerakan orang/barang, maka daerah-daerah yang merupakan simpul-simpul bangkitan dan tarikan perjalanan membutuhkan prasarana transportasi untuk menghubungkan wilayah satu dengan yang lain dalam membuka wilayah potensial yang masih terisolas, sehingga tercapainya pemerataan pembangunan. Sejauh ini keadaan transportasi di Kabupaten Pidie Jaya belum dapat melayani seluruh wilayah yang ada. Kabupaten Pidie Jaya belum memiliki terminal antar kota dan terminal angkutan kota. Masih banyaknya sarana dan prasarana perhubungan yang belum di bangun dan di rehabilitasi akibat gempa dan tsunami. Timbulnya kesemerautan lalu lintas karena belum adanya traffic light pada persimpangan. Di samping itu, masih sering terjadinya kecelakaan lalu lintas, di mana pada tahun 2007 jumlah korban mencapai 32 orang luka berat dan ringan, dan 11 orang meninggal dunia. Pelanggaran lalu lintas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Keberhasilan perhubungan dari sektor pengangkutan merupakan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup memadai terhadap pembentukan PDRB dari tahun yaitu sebesar 4,01 % hingga 4,46 %, sub sektor pengangkutan jalan raya memiliki peranan penting dalam perekonomian Pidie Jaya yaitu mencapai 3,29 % pada tahun 2006, dan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu 5,71 %. Selain itru, fasilitas transportasi di Kabupaten Pidie Jaya merupakan hal penting, yang sangat perlu mendapat perhatian di seluruh provinsi Aceh. Perhubungan di Kabupaten Pidie Jaya sangat strategis, karena merupakan sentral bertemunya berbagai moda transportasi. Adanya rencana pembangunan jalan lingkar dan peningkatan ruas jalan yang menghubungkan Geumpang dan Kota Meuredu, sehingga akan semakin meningkatkan arus perhubungan, dan pergerakan ekonomi, terlebih lagi peran 56

79 strategis yang di emban sebagai wilayah baru berkembang di provinsi Aceh. Masih adanya bantuan berbagai lembaga donor dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sarana perhubungan terutama perluasan ruas jalan nasional, provinsi dan kabupaten, hal ini akan semakin meningkatkan arus pergerakan perhubungan yang ada Pelayanan Penunjang Penanaman Modal (Investasi) Pada tahun inflasi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya rata-rata 8%. Masih rendahnya kredit untuk modal usaha dan investasi jika di bandingkan untuk konsumsi, di mana komposisi pada tahun 2007 adalah kredit modal usaha sebesar 30,25%, kredit investasi 5,12%, dan untuk kredit konsumsi 34,78%. Investasi di kabupaten Pidie Jaya tidak dapat berkembang karena stabilitas politik dan keamanan belum stabil pasca konflik dan belum adanya profil investasi Kabupaten Pidie Jaya. Sejauh ini, capaian urusan penanaman modal adalah tercapainya angka inflasi sampai 4,6% pada tahun Meningkatnya lembaga perbankan dengan munculnya bankbank baru di Kabupaten Pidie Jaya, di mana jumlah total bank pada tahun 2008 sebanyak 2 unit dan total kantor bank sebanyak 8 unit. Pada tahun 2011 jumlah Bank Cabang atau Cabang Pembantu sebanyak 3 unit dan kantor bank unit pelayanan kecamatan sebanyak 8 unit. Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi membuka peluang bagi investor asing dan nasional untuk berinvestasi di Kabupaten Pidie Jaya. Adanya kesepakatan damai dan Undang-Undang Pemerintah Aceh merupakan jaminan untuk stabilitas keamanan dan politik serta adanya peluang untuk menjalin kerja sama secara langsung dengan negara lain. Lokasi strategis kabupaten Pidie Jaya sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan, di mana infrastruktur yang ada saat ini masih yang paling baik di Aceh merupakan peluang tersendiri untuk mendatangkan investor. Adanya potensi perikanan dan kelautan yang masih besar dan belum tergarap merupakan peluang satu-satunya yang berasal dari sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Pidie Jaya. Agro Industri merupakan sektor unggulan yang cukup potensial untuk dikembangkan dan sesuai dengan kondisi alam yang subur dan didukung oleh sumber daya air yang melimpah sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai investasi handal. Sektor yang cukup menjanjikan adalah sektor pertanian dengan lahan pertanian yang luas dan sistem irigasi yang mendukung, disektor perkebunan adalah Kakao, Kelapa dan Pinang. Tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Pidie Jaya adalah belum terbiasa mengelola bantuan keuangan secara profesional, sehingga banyak investasi yang tidak terkelola dengan baik akibat sifat masyarakat yang konsumtif dan bergaya hidup mewah. 57

80 Kendala lain yang dapat muncul adalah budaya birokrasi yang belum pro ke bisnis, sehingga akan menghambat investor yang akan masuk. Faktor keberhasilan dalam meningkatkan penanaman modal di kabupaten Pidie Jaya adalah adanya jiwa kewirausahaan yang kuat di masyarakat kabupaten Pidie Jaya. Adanya profil investasi yang memberikan berbagai informasi tentang investasi. Di samping itu, semakin membaiknya sarana dan prasarana kabupaten Pidie Jaya. Prediksi kondisi penanaman modal untuk jangka waktu 20 tahun ke depan, antara lain : meningkatnya jumlah investasi, promosi dan kerja sama investasi, iklim investasi dan realisasi investasi, adanya informasi penanaman modal, jangka waktu pengurusan ijin usaha yang semakin cepat, serta meningkatnya potensi sumber daya, sarana dan prasarana daerah Kependudukan dan Catatan Sipil Laju pertumbuhan penduduk berdasarkan dinas kependudukan, dan catatan sipil menunjukkan cenderung meningkat 4,17 % per tahun di Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan pertumbuhan penduduk tersebut, jumlah penduduk akan terus meningkat dalam kurun waktu 20 tahun ke depan. Berikut ini memperlihatkan tentang gambaran perkembangan penduduk Kabupaten Pidie Jaya selama 5 tahun terakhir dapat di cermati pada Tabel 2.13 Tabel 2.13 Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun No. Laki- laki Perempuan Jumlah Penduduk Perkembangan Penduduk Kepadatan Penduduk 1 60,997 70, ,397 0,28 112, ,941 69, ,636-1,95 111, ,567 65, ,953 9,72 116, ,912 70, ,779 8,64 120, ,152 71, ,949 0,83 122,07 Sumber : Dinas Kependudukan dan Cacatan Sipil Kabupaten Pidie Jaya Selama 5 tahun terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif kecil ( 3,51 %). Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan di harapkan laju pertumbuhan penduduk bisa mencapai 0,84 %. Jumlah penduduk di kelompokkan berdasarkan pekerjaan menurut lapangan usaha atau mata pencaharian yang tersedia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.14 di bawah ini. 58

81 Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Kabupaten Pidie Jaya Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun Tahun Petani Nelayan PNS Lain-Lain Jumlah Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie Jaya, 2008 Angka pengangguran cukup tinggi, sejak tahun 2004 hingga tahun 2008 terjadi fluktuasi tingkat pengangguran secara rinci, tingkat pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya meningkat setiap tahunnya dari tahun 2004 (11,23 %), tahun 2005 (12,77 %), tahun 2007 (14,05 %), dan tahun 2008 (14,95 %). Meningkatnya pengangguran dapat di sebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : krisis ekonomi yang menyebabkan banyak usaha yang tutup, terbatasnya lapangan kerja sektor primer, berakhirnya BRR dan banyaknya NGO asing yang tidak melanjutkan pekerjaannya akibat negara donor yang mulai berkurang. Secara riil pada tahun 2008 dari jumlah penduduk Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 141,949 jiwa, tingkat partisipasi angkatan kerja yaitu sebanyak 94,383 orang, penduduk usia kerja sebanyak 87,547 orang (62,63 %), dan jumlah pengangguran sebanyak 21,220 orang (14,95 %), berarti angka kemiskinan masih cukup tinggi. Dengan indikator pendataan kemiskinan menggunakan indikator baru (PKIB) tahun 2004 dan PSE 05 kondisi kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya tahun dapat di cermati pada Tabel 2.15 berikut ini. Tabel 2.15 Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2008 Kecamatan Jumlah Penduduk Miskin (KK) Pra Sejahtera Prasejahtera I Jumlah (KK) Bandar Baru 3,725 2,855 6,580 Pante raja ,347 Trienggadeng 2,035 1,378 3,413 Meureudu 1,645 1,393 3,038 Meurah Dua ,467 Ulim 1, ,022 Jangka Buya 337 1,651 1,988 Bandar Dua ,057 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pidie Jaya 59

82 Jumlah penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2008 adalah sebesar 19,4 %, tahun , rata-rata mengalami penurunan sebesar 8,27 %, tahun Sekandang rata-rata jumlah penurunan penduduk miskin Kabupaten Pidie Jaya selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar 229 RTM. Permasalahan demografi yang di alami pemerintah Kabupaten Pidie Jaya selama ini adalah terkait dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan tidak merata. Hal ini dapat dilihat angka kepadatan pada 5 kecamatan yang di atas rata-rata yaitu : 2,9 / km 2, di mana di kecamatan Baiturrahman dan kecamatan Banda Raya mencapai 7,4 dan 6,42 /km 2, antara lain : permasalahan lainnya yaitu tingkat urbanisasi yang semakin bertambah seiring dengan fungsi yang di emban Kabupaten Pidie Jaya, dan komposisi penduduk yang semakin menua (aging population). Pada tahun 2005 jumlah penduduk yang masuk Kabupaten Pidie Jaya sebanyak orang dan yang keluar orang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKN) merupakan salah satu sektor strategis dalam menyerap tenaga kerja. Namun sektor ini belum berkembang secara optimal. Permasalahan yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif seperti besarnya biaya transaksi akibat ketidakpastian dan persaingan pasar yang tinggi, terbatasnya akses sumberdaya produktif terutama bahan baku, permodalan sarana prasana serta informasi pasar. Terkait berbagai permasalahan tersebut, tantangan utama ke depan adalah masih rendahnya produktivitas UMKM dapat mengakibatkan produk yang dihasilkan kurang memiliki daya saing dan kualitas yang baik dalam memenuhi permintaan pasar. Masalah daya saing dan produktivitas ini disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia. Tantangan kedepan adalah bagaimana menumbuhkan wirausaha yang berbasis agro industry, industri kreatif dan inovasi. Menurut Data tahun 2010 dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Pidie Jaya, jumlah koperasi seluruhnya sebanyak 204 unit, koperasi aktif sebanyak 149 unit (73,04%) dan koperasi tidak aktif sebanyak 55 unit (26,96%). Sedangkan jumlah Usaha Mikro dan Kecil sebanyak 712 unit dan usaha menengah sebanyak 10 unit Ketenagakerjaan Pada tahun 2009 di Kabupaten Pidie Jaya persentase penduduk usia kerja sebesar 62,55 persen atau sekitar jiwa. Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2009 persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar 66,09 persen atau sekitar jiwa. Persentase penduduk Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2009 yang mencari pekerjaan 60

83 (pengangguran terbuka) sebesar 7,21 persen atau sekitar jiwa. Dengan demikian terdapat 92,09 persen angkatan kerja yang bekerja atau sekitar jiwa. Jika dibandingkan dengan persentase pengangguran di Provinsi Aceh, pada tahun 2009 angka pengangguran di Kabupaten Pidie Jaya hanya sebesar 7,21 persen dari total angkatan kerja sedangkan angka pengangguran di Provinsi Aceh mencapai 9,84 persen dari total angkatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran masyarakat Kabupaten Pidie Jaya sudah lebih rendah dibandingkan masyarakat kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh. Walaupun demikian angkatan kerja perlu terus ditingkatkan dengan upaya membuka peluang investasi dalam berbagai sektor seperti; perdagangan, jasa, koperasi, pertanian, perkebunan, kelautan dan lain-lainnya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Peran perempuan dalam pembangunan di kabupaten Pidie Jaya masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat masih sedikitnya perempuan yang menduduki jabatan strategis di berbagai instansi. Komposisi anggota DPRD Kabupaten Pidie Jaya yang hanya di isi oleh 2 orang perempuan dari jumlah total 25 orang. Sejauh ini, capaian urusan pemberdayaan perempuan, antara lain : terpilihnya wakil-wakil Kabupaten Pidie Jaya yang berasal dari kaum perempuan, rasio siswa SD antara laki-laki dan perempuan yaitu 1 : 17, rasio pencari kerja yang terdaftar antara laki-laki dan perempuan adalah 0,95, dilakukannya berbagai pelatihan mengenai gender oleh berbagai lembaga donor, sudah di bahasnya isu-isu gender dalam berbagai dokumen perencanaan. Pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi banyaknya lembaga donor yang mengangkat isu gender, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman masyarakat. Berbagai konsep pembangunan yang di kembangkan seperti pro poor development dan pemberdayaan ekonomi perempuan merupakan peluang bagi masyarakat untuk dapat mempengaruhi kebijakan publik yang ada melalui mekanisme yang di jamin dalam berbagai peraturan perundangan. Peraturan dan perundangan tersebut merupakan landasan hukum yang dapat dijadikan jaminan dalam rangka pemberdayaan perempuan, seperti undang-undang tentang HAM perempuan, anti diskriminasi terhadap perempuan dan pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Permasalahan internal yang mungkin muncul adalah adanya tekanan dari dalam rumah tangga sendiri dalam bentuk herarki kekuasaan tradisional, patriarki, kasta, maupun agama, termasuk praktik budaya. Kekerasan dalam rumah tangga yang tidak terekspose menyebabkan sulitnya dalam memberikan perlindungan kepada kaum perempuan dan anak. Sedangkan tingkat keberhasilan tentang pemberdayaan perempuan dapat dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya kesetaraan gender, 61

84 adanya kesadaran kolektif untuk menempatkan kemiskinan sebagai musuh bersama, dan adanya program-program pemerintah kabupaten Pidie Jaya untuk menanggulangi kemiskinan. Prediksi kondisi pemberdayaan perempuan dalam jangka waktu 20 tahun ke depan, antara lain : meningkatnya angka GDI (Gender Development Index) dan GEM (Gender Empowerment Index), meningkatnya kualitas anak dan perempuan, adanya penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak, meningkatnya kualitas hidup dan perlindungan perempuan, menurunnya jumlah kekerasan terhadap anak dan perempuan, meningkatnya peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan, dan meningkatnya akses perempuan terhadap layanan pendidikan dan kesehatan Keluarga Sejahtera dan Sosial Angka kemiskinan pada tahun 2005 cukup tinggi yaitu sebesar orang atau 40 % dari total penduduk. Meningkatnya kriminalitas khususnya perampokan, penodongan, dan penjarahan akibat akses dari konflik bersenjata yang terjadi di sebagian wilayah provinsi Aceh dan efeknya sampai ke Kabupaten Pidie Jaya. Banyaknya pengemis, yatim piatu, anak terlantar dan kelompok rentan lainnya akibat konflik bersenjata dan tsunami yang belum mendapat perhatian pemerintah Kabupaten Pidie Jaya secara serius. Penanganan penduduk yang mengalami permasalahan sosial telah menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah orang terlantar serta penyandang masalah kesejahteraan sosial yang dapat bantuan. Hal tersebut sejalan dengan berbagai upaya pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi masyarakat rentan termasuk bagi penyandang masalah kesejateraan sosial (PMKS). Tantangan yang muncul adalah adanya konflik horizontal dan vertikal yang dapat menimbulkan korban bagi masyarakat yang tidak berdosa, sehingga dapat menambah persoalan sosial lainnya. Arus globalisasi dan informasi yang menyebabkan pergerakan barang, modal, dan orang menyebabkan tingkat kompetensi hidup yang semakin meningkat. Jika hal ini tidak di antisipasi, maka sebagian masyarakat akan tersisih dan dapat menimbulkan masalah sosial. Secara internal, permasalahan yang muncul adalah adanya sikap malas dari sebagian masyarakat akibat ke tergantungan bantuan dari lembaga donor. Kurangnya tingkat kompetensi dan keterampilan hidup masyarakat untuk bersaing dalam kehidupan yang semakin kompleks. Faktor keberhasilan ke depan yaitu adanya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keterampilan hidup dan pendidikan yang memadai untuk bersaing di kehidupan kota. Meningkatnya keterampilan, pengetahuan dan etos kerja masyarakat sebagai akibat transfer pengetahuan dan keterampilan selama masa rehabilitasi dan 62

85 rekonstruksi Kabupaten Pidie Jaya. Semakin banyaknya program pemerintah untuk mengatasi persoalan sosial kemasyarakatan. Prediksi kondisi keluarga sejahtera dan sosial dalam jangka waktu 20 tahun ke depan, antara lain : meningkatnya pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) lainnya, meningkatnya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, meningkatnya pembinaan para penyandang cacat dan trauma, pembinaan panti asuhan/panti jompo, pembinaan eks penyandang penyakit sosial (ex.narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya), meningkatnya pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, dan di terapkannya standar pelayanan minimal kesejahteraan sosial Statistik, Kearsipan, Komunikasi dan Informasi Permasalahan statistik, kearsipan, komunikasi dan informasi di Pidie Jaya diantaranya adalah masih terbatasnya alokasi anggaran yang menyebabkan pembuatan data base Kabupaten Pidie Jaya belum maksimal, masih terbatasnya sosialisasi/publikasi dokumen publik ke masyarakat, belum terjaganya dokumen publik dalam penyimpanannya, belum optimalnya penggunaan teknologi informasi untuk tujuan administrasi dan pendataan, masih kurangnya penguatan media lokal sebagai aktor penyeimbang dalam demokrasi, belum kompetennya aparatur bagian hubungan masyarakat (humas) di pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dalam menjalankan perannya sebagai public relation. Pengembangan statistik, komunikasi dan informasi semakin gencar melalui penerapan teknologi untuk tujuan administrasi pemerintahan. Adanya undang-undang yang mengatur tentang pers, adanya tuntutan penerapan good governance terutama terkait dengan transparansi, adanya berbagai NGO dan lembaga donor yang memberi bantuan dalam updating data cara pengolahannya dengan menggunakan teknologi baru. Penggunaan teknologi informasi internet sebagai wadah promosi dengan membuka website untuk dapat diakses oleh berbagai pihak demi kemajuan Kabupaten Pidie Jaya. Dengan perkembangan arus globalisasi, komunikasi dan informasi dapat memunculkan banyak hal sehingga memberikan dampak terhadap kualitas dan validitas informasi yang akan dimanfaatkan oleh pihak lain, sehingga diperlukan filter sebelum menyajikan informasi. Kebebasan pers yang begitu tinggi dan kadang-kadang tanpa memperhatikan kaidah dan kode etik serta niklai-nilai budaya daerah. Perkembangan teknologi informasi menjadi pemicu pemanfaatan data secara negatif dan merusak sistem pelayanan publik. Kelemahan yang timbul dari penataan urusan statistik, kearsipan, komunikasi, dan informasi masih rendahnya ke profesionalan sumber daya komunikasi dan informasi. 63

86 Kurangnya pemahaman aparatur akan pentingnya transparansi. Belum terjaganya dokumen/arsip daerah secara profesional, dan kurangnya sosialisasi ke masyarakat dengan baik. Urusan statistik, kearsipan, komunikasi dan informasi semakin bagus seiring dengan keinginan yang kuat dari masyarakat agar penyelenggaraan pemerintah dilakukan secara transparan. Tingginya kebutuhan data dan informasi daerah yang valid dan mudah di akses oleh masyarakat. Peranan media elektronik dan media cetak dalam membangun kebijakan dan penegakan demokrasi. Ketersediaan data yang memadai dan akurat serta ditunjang oleh data kearsipan yang lengkap akan dapat meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah Pidie Jaya, sehingga kebijakan pembangunan dapat diambil secara tepat Ketertiban dan Keamanan Persoalan ketertiban dan keamanan sangat terikat dengan persoalan politik, penegakan hukum, kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat. Kebebasan politik sangat rawan/rentan terhadap ketertiban, apalagi dalam kenyataan adanya paksaan seperti pelaksanaan pemilu yang selalu di warnai dengan pemaksaan untuk memilih salah satu partai tertentu. Di samping itu, dengan konflik yang berkepanjangan dalam masyarakat Aceh, sehingga kebebasan berbicara dan berpendapat atau mengkritik menjadi sulit. Penegakan hukum yang belum adil dan transparan menyebabkan menurunnya kredibilitas aparat maupun institusi penegak hukum di mata masyarakat. Pemberlakuan sanksi terhadap pelaku yang terlibat, kriminalitas, korupsi dan pelanggar hukum lainnya tidak dilaksanakan secara murni, efektif dan adil. Meningkatnya kriminalitas khususnya perampokan, penodongan, pembunuhan dan penjarahan yang merupakan dampak dari akibat konflik bersenjata yang terjadi selama ini di sebagian wilayah Aceh yaitu : salah satunya adalah di wilayah Kabupaten Pidie Jaya. Belum maksimalnya peran dari satuan polisi pamong praja dalam menegakkan kedisiplinan aparatur pemerintah, dan belum optimalnya peran wilayatul hisbah dalam menjalankan penegakan hukum syariat dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Pidie Jaya. Setelah penandatanganan perdamaian antara pemerintah dan kelompok GAM di Helsinki Swedia, stabilitas politik dan keamanan mulai meningkat, hal ini berdampak pada penurunan gangguan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat, munculnya kebebasan berpolitik dan memberikan pendapat di depan umum oleh setiap warga masyarakat. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang berjalan aman, dan damai, terbentuknya polisi pamong praja dan wilayatul hisbah Kabupaten Pidie Jaya. 64

87 Dengan lahirnya Undang-Undang Pemerintah Aceh pasca kesepakatan perdamaian antara pemerintah dan kelompok GAM telah membuka peluang bagi masyarakat provinsi pada umumnya dan Kabupaten Pidie Jaya khususnya untuk bebas berpolitik dan memberikan pendapat di muka umum. Demikian pula dengan adanya Undang-Undanga No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, masyarakat dapat menggunakan haknya untuk memberikan aspirasinya dalam pilkada. Hal tersebut berimplikasi pada berkurangnya intervensi pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Aceh terhadap penentuan kepala pemerintahan Kabupaten Pidie Jaya. Pemberian tugas yang maksimal kepada polisi pamong praja dan wilayatul hisbah dalam menjalankan kedisplinan dan penegakan hukum syariat. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perdamaian dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran Pemuda dan Olah Raga Permasalahan yang ada belum di optimalnya kepemudaan dan olah raga, karena selama masa konflik, ruang gerak pemuda untuk berkreasi masih sangat terbatas, belum adanya lembaga dinas yang khsus mengurusi tentang kegiatan pemuda dan olah raga secara mandiri, karena selama ini masih di bawah dinas pendidikan. Banyaknya pemuda berkualitas lebih memilih untuk mencari peluang di bidang olah raga Pidie Jaya khusunya dan di luar Aceh pada umumnya. Belum adanya alokasi dana yang memprioritaskan terhadap kegiatan pemuda danolah raga, belum adanya fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan pemuda dan olah raga sebagai tempat pembinaan dan pengkaderan pemuda dan olahragawan. Capaian sejauh ini adalah sudah ada organisasi kepemudaan yang berdiri, oleh karena akses masuknya lembaga-lembaga donor, banyaknya lembaga donor yang membantu dalam memberikan pelatihan bagi pemuda, rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana olahraga yang sudah rusak akibat terjadinya tsunami, adanya klub olahraga dalam beberapa bidang tertentu. 2.5 Daya Saing Daerah Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Perkembangan kesejahteraan salah satunya dapat diukur melalui perkembangan tingkat pendapatan. Secara umum, selama periode tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Pidie Jaya mengalami peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan semakin meningkatnya tingkat pengeluaran per kapita sebagai proxy pendapatan. Pengeluaran per kapita sebulan terjadi peningkatan di tahun 2008 sebesar Rp ,- 65

88 yaitu menjadi Rp ,-. Namun, pengeluaran penduduk tersebut menurun di tahun 2009 sebanyak 9,76% menjadi Rp Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat diamati berdasarkan perubahan persentase pengeluaran yang dialokasikan untuk kebutuhan bukan makanan. Semakin tinggi persentase pengeluaran bukan makanan dapat mengindikasikan adanya perbaikan tingkat kesejahteraan. Berdasarkan data yang tersedia, pengeluaran bukan makanan terjadi peningkatan di tahun 2008 dan menurun di tahun Persentase pengeluaran untuk makanan tahun 2009 mengalami kenaikan sebanyak 7,4 persen menjadi 71,49 persen. Padahal sebelumnya terjadi penurunan sebesar 8,55 persen dibandingkan tahun 2007 yaitu menjadi 64,09 persen. Sebaliknya, persentase pengeluaran untuk bukan makanan menurun pada periode yang sama yaitu menjadi 28,51 persen. Padahal tahun sebelumnya meningkat sebesar 8,55 persen dibandingkan tahun 2007 yaitu menjadi 35,91 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi penurunan kesejahteraan penduduk selama periode 2009 dibandingkan tahun sebelumnya, Produktivitas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pidie Jaya merupakan salah satu kabupaten penyedia bahan pangan di provinsi Aceh bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu lumbung padi di Aceh. Produksi padi di Pidie Jaya tahun 2009 sebesar 79,015 ton dengan luas panen ha. Sedangkan untuk penghasil terbesar tanaman palawija adalah kacang kedelai dengan produksi sebesar 17,038 ton dimana luas panen ha. Posisi kedua adalah kacang tanah dimana luas panen sebesar 1400 ha dengan produksi 1,845 ton. Kemudian jagung dengan luas panen 720 ha dan produksi sebesar 3,933 ton. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini : Gambar 2.4 Grafik Produksi Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Pidie Jaya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir barat-selatan Provinsi Aceh. Kabupaten yang terbentuk secara

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ~ 1 ~ BUPATI BONDOWOSO Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 1. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN i ii iii vi BAB I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3. Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PIDIE JAYA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN

QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2005-2025 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU 5 SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BATU TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN

QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ACEH TAHUN 2012-2032 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Lebak mempunyai catatan tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada jaman kolonial, kabupaten ini sudah dikenal sebagai daerah perkebunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 13 ayat (2) bahwa pemerintah daerah wajib menyusun

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BALANGAN TAHUN

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2002 merupakan tahun awal lahirnya Kabupaten Gayo Lues sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tenggara sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 4 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KABUPATEN SUMBA TENGAH URAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG NA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

KABUPATEN SUMBA TENGAH URAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG NA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN PERATU URAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCAN NA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH TAHUN 2009 2029 DEN NGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Utara Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 ayat (1) menegaskan bahwa Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan Pemerintahan yang bersifat khusus atau bersifat istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 SERI E.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2010-2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2011 NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015 BUPATI PIDIE JAYA PERATURAN BUPATI PIDIE JAYA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN (RKPK) PIDIE JAYA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN PIDIE JAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci