BAB2. Data dan Analisis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB2. Data dan Analisis"

Transkripsi

1 4 BAB2 Data dan Analisis 2.1. Sumber Data Metodologi Pengumpulan Data dan Informasi Buku Kedhaton Mangkunegaran dikembangkan melalui penelitian untuk mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan berbagai metode, yaitu: (1) Data primer dikumpulkan melalui: (a) wawancara mendalam dengan nara sumber ahli dan nara sumber kunci (b) pengamatan dan penelusuran artefak dan situs peninggalan kerajaan Mangkunegaran di Solo dan sekitarnya (c) pengamatan (2) Data sekunder dikumpulkan melalui: (a) kajian literatur untuk mengumpulkan informasi dan grafis (b) kajian dokumen untuk menyeleksi foto-foto yang relevan (c) pengambilan gambar Penelitian dan penyelesaian skripsi dan tugas akhir ini dilakukan secara bertahap sejak bulan Februari hingga April 2009 dengan tahapan sebagai berikut: (1) Tahap pre-proposal. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2009 di Solo dan sekitarnya, Yogyakarta, dan Semarang untuk menyusun proposal skripsi dan tugas

2 5 akhir. Pada tahap ini, berbagai informasi yang berkaitan dengan rencana proposal. Informasi yang dikumpulkan adalah data dan informasi yang sangat umum mengenai obyek yang akan digunakan untuk menyusun skripsi dan tugas akhir. (2) Tahap pengembangan media. Tahap ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari jurusan mengenai obyek dari skripsi dan tugas akhir yang dilakukan pada bulan Februari April Data dan informasi yang dikumpulkan pada tahap ini lebih terarah dan fokus yaitu yang berkaitan dengan Mangkunegaran. Wawancara mendalam dengan nara sumber ahli dan kunci seperti dengan budayawan, dengan Orang Dalam istana, dan masyarakat umum dilakukan untuk mempertajam skripsi dan tugas akhir. Pengamatan dan kajian dokumen juga dilakukan pada tahap ini, selain menelusuri situs peninggalan Mangkunegaran yang tidak diketahui secara umum. Data dan informasi yang diperoleh, diproses melalui bimbingan dosen pembimbing, sehingga secara bertahap skripsi dan tugas akhir menjadi lebih fokus dan lebih berkualitas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan hasil kegiatan yang dilakukan secara rinci dapat dilihat pada lampiran skripsi yaitu catatan harian ringkas (3) Tahap visualisasi. Tahap ini dilakukan pada bulan April Agustus 2009 yang meliputi visualisasi dalam bentuk buku dan pameran Sumber Data dan Informasi Sumber data dan informasi dibedakan menurut bentuknya, yaitu:

3 6 (1) elektronik. Sumber data elektronik dikumpulkan dengan mengakses website, google dan wikipedia berupa text dan foto. (2) Cetakan. Sumber data cetakan dikumpulkan dengan mengakses perpustakaan Binus, Mangkunegaran, dan perpustakaan dan koleksi pribadi dalam bentuk buku, skripsi, laporan penelitian maupun foto serta toko buku yang menjual buku sejenis sebagai rujukan. (3) Verbal. Sumber data ini dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan. Sumber data dan informasi utama akan diuraikan lebih lanjut pada sub bab berikutnya Sumber Data dan Informasi Utama (1) Buku Pandangan Dunia KGPAA Hamengkoenagoro I dalam Babad Tutur, karya Zainuddin Fananie, Semasa hidupnya, Mangkunegara I dikenal sebagai ahli strategi perang dan pujangga. Ia juga dikenali sebagai inovator. Salah satu karya inovasi Mangkunegara I adalah pembuatan catatan harian yang kemudian dikaji oleh Zainuddin Fananie dalam buku ini. Buku ini merupakan studi baru dalam kajian Surakarta mengenai Mangkunegara I dilihat dari sejarah dan latar kehidupan Mangkunegara I. Pura Mangkunegaran, landasan dan filosofi perjuangan Mangkunegara I dan kehidupan sosial ekonomi politik pada masa penguasaan Mangkunegara I diuraikan secara rinci dalam buku ini.

4 7 (2) Buku Kehidupan Dunia Keraton Surakarta , karya Darsiti Soeratman, Buku ini menguraikan keraton sebagai entitas sosial yang berinteraksi dengan entitas sosial lain, baik secara individu maupun kolektif. Sebagai suatu komunitas, keraton mengadakan hubungan dengan komunitas lain di luar dunia keraton. Hubungan sosial ke luar ini makin banyak dilakukan, sesudah Sunan yang berkuasa bersikap menerima pendidikan Barat. Pada masa pemerintahan Baku Buwana X ( ) peradaban keraton Surakarta dikenal sangat halus, rumit dan terinci. Perkembangan yang diistilahkan Barokisasi peradaban ini yang menjadi masalah utama yang dikaji dalam buku ini. Walaupun kekuasaan raja dalam konsep politik telah sangat merosot, namun di mata rakyatnya Sunan adalah seorang yang memiliki kekuasaan yang amat besar, sakral, magis yang dianggap memiliki beberapa wahyu. Di dalam keraton, melemahnya kekuasaan politik raja secara kultural tidak ikut pudar. Hal ini dapat dilihat pada penyelenggaraan upacara yang kian megah, sehingga fungsi upacara berubah menjadi lambang untuk menunjukkan kebesaran. Maka, Barokisasi peradaban yang merupakan kompensasi terhadap lenyapnya kekuasaan politik condong untuk disebut sebagai pelarian dari kenyataan. Buku ini menggambarkan kekuasaan raja-raja Jawa, kehidupan di keraton, struktur fisik keraton, upacara dan etika. (3) Buku Sri Mangkunegara IV sebagai Penguasa dan Pujangga, karya W E Soetomo Siswokartono, 2006

5 8 Dari dinasti Mangkunegara, Mangkunegara I dan IV adalah raja yang paling kuat dan terkenal. Bila Mangkunegara I lebih dikenal sebagai ahli perang dan pujangga, maka Mangkunegara IV dikenal sebagai pujangga yang pemikirannya yang dituangkan dalam berbagai serat. Di antara serat-serat yang dihasilkan, Serat Wedhatama merupakan serat yang terkenal dan menurut salah satu nara sumber serat itu menjadi dasar dari Pancasila. Serat-serat yang ditulis oleh Mangkunegara IV banyak memuat ajaran moralitas dan spiritualitas serta jatidiri manusia. Karya-karyanya dapat menjadi pegangan hidup dan masih relevan hingga masa kini. Mangkunegara IV yang bisa disetarakan dengan Raja Ali Haji pencipta karya terkenal Gurindam 12 bersama-sama dengan Ranggawarsita mengembangkan sastra Jawa pada abad 19. Buku ini juga menggambarkan perjuangan Mangkunegara IV untuk mengangkat kesejahteraan rakyatnya yang tercermin dalam langkah-langkah pembaharuan dan penataan pemerintahan serta perekonomian. (3) Buku Melacak Jejak Bijak Masa Lampau: Perspektif KGPAA Mangkunegoro I (Pangeran Sambernyowo), editor Tim UMS dan Tim Mangkunegaran, 1989 Buku ini dikembangkan dari simposium yang diselenggarakan oleh Universitas Muhamadiyah. Melalui simposium yang diselenggarakan untuk mengkaji Mangkunegara I, terungkaplah dimensi menarik yang pandangannya, falsafah hidupnya terkristalisasi dalam sikap hidup dalam berbagai aspek (5) Buku Pangeran Sambernyowo (KGPAA Mangkunegoro I) ringkasan sejarah perjuangan, Yayasan Mangadeg, 1989

6 9 Mangkunegara I mendapat anugerah dari Pemerintah sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan mendapat bintang Mahaputra Adipurna. Perjuangannya yang tak kenal takut itu memberi inspirasi pada banyak orang. Buku ini menggambarkan perjuangannya dan beberapa perjanjian, diantaranya perjanjian Gianti, Salatiga sebagai konsekuensi perjuangannya. (6) Skripsi Fungsi Bedhaya Anglir Mendhung Sebagai Legitimasi Kekuasaan di Mangkunegaran, karya Budi Sulistyowati, 1989 Mangkunegara adalah kerajaan yang memperoleh kekuasaannya dengan berjuang seperti Indonesia memperoleh kemerdekaan bukan karena hadiah melainkan karena perjuangan. Sebagai kerajaan yang memberontak, Mangkunegara dibatasi kewenangannya. Satu di antaranya, Mangkunegara tidak boleh memiliki tarian kerajaan yang dikenal sebagai tari bedhaya ketawang oleh Belanda. Namun, Mangkunegara diperbolehkan mempunyai karya tari lain. Karya tari yang dikenali sebagai tari sakral yang adalah pusaka kerajaan adalah tari Bedhaya Anglir Mendung. Tari ini semula berupa tari bedhaya, kemudian berubah menjadi tari serimpi yang diuraikan secara detil dalam skripsi ini. Tari yang juga mengandalkan syair ini dibuat oleh Mangkunegara I yang menggambarkan pengalaman peperangan Mangkunegara I. (7) buku Karya Budaya KGPAA Mangkunegara I-VIII, karya Prof Drs. Suwaji Bastomi, 1995 Buku ini mengisahkan raja-raja Mangkunegara dan karya-karyanya.

7 10 (8) Buku Bahasan dan Wawasan atas Serat WEDHATAMA karya Mangkunegoro IV, 2000 Wedhatama adalah petuah yang ditembangkan yang hingga kini masih dirawat oleh para pendukung budayanya dengan berbagai cara. Diantaranya adalah diselenggarakannya mancapatan pada setiap malam jumat. (9) Buku Ragam Hias Pendapa Istana Mangkunegaran, karya S Ilmi Albiladiyah, 1999 Sesuai dengan judulnya, buku ini memuat ragam hias pendapa istana Mangkunegaran. (10) Buku Puspita Warni himpunan pencinta kain tenun dan batik, 1980 Selain tidak memiliki tari bedhaya, Mangkunegaran juga tidak memiliki benda seni yang berwujud batik. Batik dikembangkan di luar istana oleh para pedagang Laweyan yang notabene pesaing keraton. Buku ini menguraikan motif baik yang merupakan koleksi Ratu Mangkunegara VIII yang kaya ragam hias dan indah (11) Laporan Kuliah Kerja Jawa Tengah, Fakultas Teknik Arsitektur, 1972 Laporan Kuliah Kerja ini menggambarkan desain arsitektur kerajaan. (12) Buku Konflik Berdarah di Tanah Jawa, karya Raka Revolta, Buku ini menggambarkan raja-raja pemberontak dan pemberontakan raja pada masa pendudukan Belanda. Secara khusus, pada bagian Raden Mas Said yang dikenal

8 11 sebagai Mangkunegara I selain menguraikan pemberontakan juga menguraikan filosofi raja pemberontak yang terutama bersumber pada masa peperangan. (13) Buku Partini, karya Buku ini menceritakan tentang kehidupan dari seorang putri Mangkunegaran yang paling terkenal diantara putrid-putri Mangkunegaran lain yang memberi gambaran tentang istana Mangkunegaran dan kehidupan di istana. 2.2.Data Umum Kota Solo Gambar 2.2. Mangkunegaran dan Kasunanan yang menjadi fokus dari skripsi dan tugas akhir ini terletak di Surakarta yang juga dikenal dengan nama Solo. Kota Solo terletak sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang. Lokasi kota ini berada di dataran rendah (hampir 100 m di atas permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di sebelah timur mengalir Bengawan Solo dan di bagian utara mengalir Kali Pepe yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Solo.

9 12 Tanah di Solo bersifat pasiran dengan komposisi mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik kedua gunung api yang telah disebutkan di atas. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu. Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk kegiatan industri dan perumahan penduduk. Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan dimulai pembangunan Keraton Mataram sebagai ganti keraton di Kartasura yang hancur akibat pemberontakan orang-orang Tionghoa melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II yang bertakhta di Kartasura pada tahun Pemberontakan ini bahkan mengakibatkan PB II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur. VOC menumpas pemberontak dan Kartasura direbut kembali. Ketika itu keraton hancur dan dianggap "tercemar". Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi ibu kota Kesultanan Mataram yang baru. Untuk itu dibangunlah keraton baru 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, tepatnya di Desa Sala di tepi Bengawan Solo. Kelak namanya berubah menjadi Surakarta. Pembangunan kraton baru ini menurut catatan menggunakan bahan kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri Kota dan kayunya dihanyutkan melalui sungai. Secara resmi, keraton mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745 (atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan Jawa, Wuku Landep, Windu Sancaya).

10 13 Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya PB III. Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta, dengan rajanya Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono (HB) I). Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755, dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu dibangun. Perjanjian Salatiga 1757 memperluas wilayah kota ini, dengan diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada pihak Pangeran Sambernyawa (Mangkunagara I). Sejak saat itu, Sala merupakan kota dengan dua sistem administrasi, yang berlaku hingga 1945, pada masa Perang Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2003 adalah jiwa terdiri dari laki-laki dan wanita, tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000 yang sebesar jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan sebanyak jiwa. Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah penduduk jiwa. Jika wilayah penyangga Surakarta juga digabungkan secara keseluruhan (Soloraya - Surakarta + Kartasura, Colomadu, Baki, Grogol, Palur), maka luasnya adalah 130 km². Penduduknya berjumlah jiwa. Arsitektur, dan Peninggalan Sejarah. Sebagai kota yang sudah berusia hampir 250 tahun, Surakarta memiliki banyak kawasan dengan situs bangunan tua bersejarah. Selain bangunan tua yang terpencar dan

11 14 berserakan di berbagai lokasi, ada juga yang terkumpul di lokasi tertentu sehingga membentuk kawasan kota tua, dengan latar belakang sosialnya masing-masing. Kraton Kasunanan Surakarta tentu saja adalah bangunan paling pokok dalam konsep penataan ruang Solo. Perencanaan kraton ini mirip dengan konsep yang digunakan dalam pembangunan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Solo merupakan salah satu kota pertama di Indonesia yang dibangun dengan konsep tata kota modern. Kraton yang dibangun berdekatan dengan Bengawan Solo selalu terancam banjir. Karena itu dibangunlah tanggul yang hingga kini masih dapat dilihat membentang dari selatan wilayah Jurug hingga kawasan Solo Baru. Boulevard yang memanjang lurus dari arah barat laut menuju ke depan alun-alun istana (sekarang Jalan Slamet Riyadi) dirancang untuk mengarahkan pandangan ke arah Gunung Merbabu. Terdapat pula pengelompokan pemukiman untuk warga pendatang. Kawasan Pasar Gede (Pasar Gedhe Hardjonagoro) dan Pasar Balong merupakan tempat perkampungan orang Tionghoa, sementara kawasan pemukiman orang Arab (kebanyakan dari Hadramaut) terletak di kawasan Pasar Kliwon. Pedagang batik Jawa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 banyak mendirikan usaha dan tempat tinggal di kawasan Laweyan (sekarang mencakup Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Tegalrejo, Sondakan, Batikan, dan Jongke). Di kawasan ini juga didirikan pertama kali organisasi bercorak Islam-nasional yang pertama di Indonesia oleh Haji Samanhudi, Syarikat Dagang Islam pada tanggal 16 Oktober Bekas kejayaan para pedagang batik pribumi tempo doeloe ini bisa dilihat

12 15 dari sejumlah rumah mewah di Jalan Dr. Rajiman. Di kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba membangun rumah besar yang mewah dengan arsitektur cantik namun terlindungi oleh pagar-pagar yang tinggi dengan gerbang ("regol") yang besar. Di dalam kompleks kraton terdapat perkampungan Kauman yang dulunya merupakan kompleks tempat tinggal para kaum ulama kerajaan dan kerabatnya. Kompleks ini terletak di belakang (barat) Masjid Agung keraton. Beberapa nama kampung di kawasan ini masih menunjukkan jejak tersebut, seperti Pengulon (dari kata "penghulu"), Trayeman, Sememen, Kinongan, Modinan, serta Gontoran. Perkampungan ini dipenuhi beragam arsitektur rumah gedung dengan ornamen hiasan dan model rumah gaya campuran Eropa-Jawa-Tiongkok. Awalnya, Kampung Kauman yang berada di sisi barat depan Keraton Kasunanan ini diperuntukkan bagi tempat tinggal (kaum) ulama kerajaan dan kerabatnya. Kawasan Solo utara, yang ditata oleh pihak Mangkunagaran, juga memiliki jejak arsitektur yang banyak mendapat sentuhan Eropa. Bagian utara kota Solo dilewati oleh Kali Pepe, yang seperti Bengawan Solo juga berkali-kali menimbulkan bencana banjir. Pembangunan tanggul kali dan pintu air, saluran drainasi, MCK (mandi-cuci-kakus, yang pertama kali diterapkan), serta penempatan kantor kelurahan yang selalu berada pada perempatan jalan, merupakan beberapa jejak yang masih dapat dilihat sekarang, yang pembangunannya dilakukan pada masa pemerintahan Mangkunagara IV.

13 16 Bahasa Bahasa daerah yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa dialek Surakarta. Dialek ini berbeda sedikit dengan dialek-dialek Jawa yang digunakan di kota-kota lain seperti di Semarang maupun Surabaya. Perbedaannya berupa kosakata yang digunakan, ngoko(kasar)-krama(halus)nya, dan intonasinya. Bahasa Jawa dari Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname) Keraton Mangkunegaran Praja Mangkunagaran (atau Mangkunegaran) dibentuk berdasarkan Perjanjian Salatiga yang ditandatangani pada tahun 1757 sebagai solusi atas perlawanan yang dilakukan Raden Mas Said (atau Pangeran Sambernyawa, kelak menjadi Mangkunagara I) terhadap Sunan Pakubuwana III. Raden Mas Said mendapat wilayah yang mencakup sebagian dari bekas Mataram sisi sebelah timur, berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755). Wilayah itu kini mencakup bagian utara Kota Surakarta (Kecamatan Banjarsari, Surakarta), seluruh wilayah Kabupaten Karanganyar, seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri, dan sebagian dari wilayah Kecamatan Ngawen dan Semin di Kabupaten Gunung Kidul. Penguasa Mangkunegaran, berdasarkan perjanjian pembentukannya, berhak menyandang gelar Pangeran (secara formal disebut Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Arya, mirip dengan Fürst di Jerman) tetapi tidak berhak menyandang gelar Sunan atau pun Sultan. Status yang berbeda ini tercermin dalam beberapa tradisi yang masih berlaku hingga sekarang, seperti jumlah penari bedaya yang tujuh, bukan sembilan seperti pada

14 17 Kasunanan Surakarta. Setelah kemerdekaan Indonesia, Mangkunegara VIII (penguasa pada waktu itu) menyatakan bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara tradisional penguasanya disebut Mangkunagara (baca: 'Mangkunagoro'). Raden Mas Said merupakan Mangkunagara I. Saat ini yang memegang kekuasaan adalah Mangkunagara IX. Penguasa Mangkunegaran berkedudukan di Pura Mangkunegaran, yang terletak di Kota Surakarta. Para penguasa Mangkunegaran tidak dimakamkan di Astana Imogiri melainkan di Astana Mangadeg dan Astana Girilayu, yang terletak di lereng Gunung Lawu. Perkecualian adalah lokasi makam dari Mangkunegara VI, yang dimakamkan di tempat tersendiri. Warna resmi Mangkunagaran adalah hijau dan kuning emas serta dijuluki "pareanom" ('padi muda'), yang dapat dilihat pada lambang, bendera, pataka, serta sindur yang dikenakan abdi dalem atau kerabat istana. Pura Mangkunegaran Pura (Puro) Mangkunegaran adalah istana tempat kediaman Sri Paduka Mangkunagara di Surakarta dan dibangun setelah tahun 1757 dengan mengikuti model keraton yang lebih kecil. Secara arsitektur bangunan ini memiliki ciri yang sama dengan keraton, yaitu pada pamedan, pendopo, pringgitan, dalem, dan kaputran, yang seluruhnya dikelilingi oleh tembok yang kokoh.

15 18 Seperti bangunan utama di keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta, Puro Mangkunegaran mengalami beberapa perubahan selama puncak masa pemerintahan kolonial Belanda di Jawa Tengah. Perubahan ini tampak pada ciri dekorasi Eropa yang popular saat itu. Mangkunegara yang didirikan oleh R.M Said terletak di tengah-tengah kota Solo dengan luas kurang lebih 2800 hektar atau 49% dari luas Kasunanan. Praja Mangkunegaran ini terbagi atas: (1) Pamedan yaitu halaman luas sebelum memasuki istana. Dulu, pamedan berfungsi sebagai tempat latihan militer (2) Reksa Wahana, letaknya di sebelah kanan halaman untuk menempatkan kuda dan kereta (3) Pendopo Ageng, merupakan ruangan terbuka yang berbentuk joglo yang terletak di tengah. Pendopo Ageng ini berfungsi sebagai tempat jamuan dan upacara resmi serta tempat pertunjukan kesenian dan tempat menyimpan gamelan (4) Paretan, adalah jalan yang terletak antara pendopo dengan pringgitan yang berfungsi sebagai jalan untuk kereta-kereta tamu (5) Pringgitan, merupakan bagian muka dari dalem agung untuk menerima tamu resmi dan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit (6) Dalem Ageng, tempat untuk menyelenggarakan upacara adat resmi. Kini Dalem Ageng juga berfungsi sebagai museum (7) Dimpil dan Sentong, tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka dan tempak untuk meditasi

16 19 (8) Bale Warni, terletak di sebelah kiri atau sebelah barat Dalem Ageng merupakan tempat tinggal permaisuri dan putra-putrinya serta tempat untuk menerima tamu perempuan. Dalam perkembangannya tamu laki-laki dapat duduk di Bale Warni (9) Bale Peni, yang terletak di sebelah timur Dalem Ageng, merupakan tempat tinggal Mangkunegara dan tempat menerima tamu laki-laki (10) Pracimusana, tempat untuk menerima tamu sehari-hari (11) Purwasana (Kaputren) terletak di dalam seputar Bale Warni hingga Bale Peni tempat para perempuan (12) Panti Putra, tempat para keraba lelaki (13) Prangwedanan, tempat tinggal putra mahkota terletak antara perkantoran Mandrapura dengan Panti Putra. (14) Mandrapura, terletak di sebelah timur dan sebelah barat pendopo untuk perkantoran (15) Reksa Pustaka, terletak di sebelah timur pendopo sebagai tempat perpustakaan Mangkunegaran Masjid Mangkoenegaran Pendirian Masjid Mangkunagaran diprakarsai oleh Mangkunegara I sebagai Lambang Panotogomo. Masjid ini dinilai cukup unik karena kaligrafinya yang dapat dijumpai di beberapa tempat seperti pada pintu gerbang, pada markis/kuncungan, soko dan Maligin. Masjid yang dulunya terletak di Kauman Pasar Legi ini bernama Al-Wustho, diberi nama demikian pada tahun 1949 oleh Penghulu Pura Mangkunagaran Raden

17 20 Tumenggung K.H. Imam Rosidi. Pemindahan mesjid dilakukan oleh Mangkunegara II ke Banjarsari dengan pertimbangan letak masjid yang strategis dan dekat kepada Pura Mangkunagaran. Pengelolaan masjid dilakukan oleh para abdi dalem Pura Mangkunagaran, sehingga status masjid merupakan Masjid Pura Mangkunagaran. Pemugaran besar-besaran atas Masjid Mangkunagaran terjadi pada saat Mangkunegara VII, pada saat itu Mangkunagara VII meminta seorang arsitek dari Prancis untuk ikut serta mendesain bentuk masjid ini. Luas kompleks masjid sekitar meter persegi dengan batas pagar tembok keliling sebagian besar di muka berbentuk lengkung. Masjid Mangkunagaran terdiri dari: (1) Serambi: merupakan ruangan depan masjid dengan saka sebanyak 18 yang melambangkan umur Raden Mas Said (Mangkunagara I) ketika keluar dari Keraton Kasunan Surakarta untuk dinobatkan sebagai Adipati Mangkunegaran. Di serambi Adipati Mangkunagaran. Di serambi terdapat bedug yang bernama Kanjeng Kyai Danaswara. (2) Maligin: dibangun atas prakarsa Mangkunegara V digunakan untuk melaksanakan khitanan bagi putra kerabat Mangkunagaran. Sejak pemerintahan Mangkunagara VII Maligin diperkenankan untuk digunakan oleh Muhammadiyah sebagai tempat khitanan masyarakat umum. (3) Ruang sholat utama. Merupakan ruang dalam dengan 4 soko guru dan 12 penyangga pembantu yang berhias huruf kaligrafi Alquran.

18 21 Pawasteren, merupakan bangunan tambahan yang dipergunakan untuk tempat sholat khusus wanita. Menara, dibangun tahun 1926 pada masa Mangkunagara VII. Digunakan untuk menyuarakan adzan, pada saat itu dibutuhkan 3-4 orang muadzin untuk adzan bersamasama dalam menara ke 4 arah yang berbeda Kraton Jogja Kraton Jogja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta dikenal secara umum oleh masyarakat sebagai bangunan istana salah satu kerajaan nusantara. Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Yogyakarta sampai tahun 1950 ketika pemerintah Negara Bagian Republik Indonesia menjadikan Kesultanan Yogyakarta (bersama-sama Kadipaten Paku Alaman) sebagai sebuah daerah berotonomi khusus setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta. Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2] yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

19 22 Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta Teori Buku Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online). Ada berbagai sumber yang menguak sejarah tentang buku. Buku pertama disebutkan lahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah orang Mesir menciptakan kertas papirus. Kertas papirus yang berisi tulisan ini digulung dan gulungan tersebut merupakan bentuk buku yang pertama. Ada pula yang mengatakan buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja karena pada saat itu Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun dan kemudian membacanya berulang-ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menuliskan ilmu-ilmunya di atas lidi yang diikatkan menjadi satu. Hal tersebut mempengaruhi sistem penulisan di Cina di mana huruf-huruf Cina dituliskan secara vertikal yaitu dari atas ke bawah.

20 23 Buku yang terbuat dari kertas baru ada setelah Cina berhasil menciptakan kertas pada tahun 200-an SM. Kertas membawa banyak perubahan pada dunia. Pedagang muslim membawa teknologi penciptaan kertas dari Cina ke Eropa pada awal abad 11 Masehi. Disinilah industri kertas bertambah maju. Apalagi dengan diciptakannya mesin cetak oleh Gutenberg perkambangan dan penyebaran buku mengalami revolusi. Kertas yang ringan dan dapat bertahan lama dikumpulkan menjadi satu dan terciptalah buku.pecinta buku biasanya dijuluki sebagai seorang bibliofil atau kutu buku Data Khusus Konsep Buku Kategori Buku yang pada intinya menggambarkan secara garis besar kehidupan Mangkunegara ini merupakan buku sejarah budaya yang disajikan secara populer yang memberi inspirasi dan memenuhi rasa keingintahunan pembaca yang bukan penggemar sejarah. Judul Sub Judul Penulis/Editor Desainer Kontributor Pura Mangkunegara Nilai dan pandangan hidup Adriani S Soemantri Adhika Yehezkiel Samuel Sumampouw Data: Murtijono, Nugroho Hari Sasongko, KPHAR Sosronegoro, Tutuko, Christine Foto: Adhika YS Sumampouw, dokumentasi Mangkunegara

21 24 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Bagian Pendopo Pura Mangkunegaran - Solo Emblem Kerajaan Mangkunegara Gambar 2.5 Kereta Kerajaan Mangkunegara Gambar 2.6

22 25 Ilustrasi: Adhika YS Sumampouw Penerbit Red and White Publisher Tahun Agustus, 2009 Tempat Jakarta Harga Rp Distribusi Didistribusikan ke seluruh Indonesia melalui toko buku seperti: Gramedia, TGA, Aksara, Kinokuniya, Periplus, galeri dan penjualan langsung USP/Manfaat buku Merupakan buku Pictograph pertama yang membahas secara lengkap mengenai Mangkunegara I & Mangkunegara IV serta kontribusi apa yang telah mereka ciptakan,dan bertahan hingga saat ini, Selain Buku yang penyajiannya secara khas melalui penggabungan komposisi modern dan local content dengan alur penyampaian deskriptif naratif atau dengan gaya bertutur diharapkan dapat memikat pembaca sehingga pembaca memperoleh pengetahuan dan mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam buku Spesifikasi Buku Ukuran 30 x 35 cm Jumlah hal 150 halaman, dengan perbandingan antara text dan foto, 60 foto, 20% teks, dan 20 % illustrasi. Kertas Cover Hard Cover

23 26 Kertas isi Binding Cetak Spesifikasi khusus Nettuno 140 gr, Kattern Offset 4 warna Cetak Plat kuningan Logo Mangkunegara untuk kesan mewah Struktur Isi (a) Sinopsis Pada intinya, buku ini menceritakan raja-raja Jawa yang mempunyai nilai dan falsafah hidup tertentu yang masih relevan dalam kehidupan modern sehingga perlu dirawat dan direproduksi. (b) Daftar Isi buku I. Pura Mangkunegaran 1.1. Pengantar 1.2. Berdirinya Pura Mangkunegaran 1.3. Raja-raja Jawa dan Kekuasaan Raja 1.4. Jenjang dan gelar 1.5. Pengaruh dan kekuasaan II. Raja-raja Mangkunegara 2.1. Mangkunegara I 2.2. Mangkunegara II

24 Mangkunegara III 2.4. Mangkunegara IV 2.5. Mangkunegara V 2.6. Mangkunegara VI 2.7. Mangkunegara VII III.Mangkunegara I 3.1. Busana dan asesoris 3.2. Makanan 3.3. Permainan 3.4. Tari, wayang, tembang 3.5. Senjata IV. Mangkunegara IV Khalayak Sasaran Target pembaca dari buku Kedhaton Mangkunegaran ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Demografi Umur Jenis kelamin tahun Laki dan perempuan

25 28 Pendidikan Mahasiswa perguruan tinggi S 1, dan S 2. Tingkat sosial Psikografi Personality Golongan B+ - A 1. Sanguine Melancholic aktif, fleksibel, cerdas, berpikiran positif, dan terbuka, yang berkeinginan merawat dan mereproduksi budaya Jawa 2.Ambivert Tipe karakter yang memiliki keseimbangan psikologi antara introvert dan extrovert. tipe ambivert seperti karakter extrovert, suka bersosialisasi dan berkumpul dengan banyak orang dan membicarakan banyak hal, disisi lain mereka juga suka menyendiri dan menjauh dari lingkungan, seperti tipe introvert. Tipe ini umumnya dapat bergaul akrab dengan lebih dari satu lingkup saja. Karena memiliki banyak lingkup akrab, golongan ambivert sering menjadi renggang perlahan dengan lingkup akrabnya yang memiliki kadar introvert. Sifatnya yang perasa kadang membuatnya jadi moody. Namun sifat easy going membuatnya jadi pribadi yang menyenangkan. 3. Behavior Fokus kepada sekelompok orang yang memiliki hobby traveling, yang memiliki jiwa petualang, tertarik akan kehidupan arsitektural jaman dahulu berserta dengan sejarahnya, mempunyai keinginan untuk merawat dan mereproduksi budaya Jawa. Pergaulan luas dengan fokus pada budaya lokal

26 29 4. Life Style Orang orang yang memiliki lifestyle modern atau posmodern yang menghargai warisan budaya atau menyukai budaya klasik yang gemar hang out di coffee Shop pada sore hari sesudah kerja, sering pergi ke Gym di malam hari untuk fitness, Jalanjalan ke Mall, pada malam minggu pergi party, Shoping jika ZARA sedang Sale, senang makan di Sushi Tei, jika harus nonton harus pergi ke XXI, keharusan untuk datang ke toko buku Kinokuniya tiap bulan untuk mengetahui buku-buku terbaru yang menarik untuk dibaca pada waktu istirahat makan siang, dan sebelum tidur Data Penerbit Red, and White Publiher Didirikan dalam semangat untuk berperan serta dalam membina kembali rasa percaya diri manusia Indonesia untuk bersyukur dan berbangga sebagai bangsa yang hidup dalam wilayah dan negara Indonesia. Membangun kembali rasa percaya diri dan kebanggaaan ini mutlak diperlukan, karena akhir-akhir ini tampak adanya kecenderungan bahwa bangsa dan negara Indonesia mulai mendapat citra yang kurang menggembirakan dari dunia internasional. Hal ini terutama disebabkan oleh berbagai perbuatan perorangan atau kelompok dalam beberapa aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, Jadi bukanlah merupakan perbuatan, sikap dan sifat Indonesiawi secara keseluruhan. Sejarah panjang berdirinya negara kesatuan yang diawali dari

27 30 berdirinya kerajaan pertama di Kutai, berlanjut melalui kejayaan Majapahit, hingga penjajahan Belanda dan Jepang, merupakan proses yang unik dan membanggakan. Keragaman budaya Indonesia, misalnya: situs manusia Sangiran, candi Borobudur dan Prambanan sudah dimasukkan ke dalam World Heritage List. Pada tahun 2003, Wayang Kulit Indonesia ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Manusia. Gamelan juga berkembang di berbagai negara Eropa dan Amerika. Bahkan, pada tanggal 25 Nopember 2005 yang lalu UNESCO juga telah memproklamirkan Keris Indonesia sebagai: A Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Oleh karena itu kita perlu mengubah persepsi tentang Indonesia menjadi lebih objektif, dan dimulai dari diri sendiri untuk bangga menjadi bangsa Indonesia.Atas dasar pemikiran itulah Red, and White Publiher didirikan, untuk mempromosikan hal-hal yang merupakan kebanggaan Indonesia melalui penerbitan buku, atau kegiatan-kegiatan lainnya. Sebagai langkah awal, bersama ini kami terbitkan buku: KERIS JAWA, ANTARA MISTIK DAN NALAR. Penerbitan buku ini bermaksud agar dapat memupuk rasa bangga terhadap karya bangsa sendiri. Semoga upaya ini mendapat sambutan semua pihak, sehingga kita bersama-sama dapat mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata dunia Data Pembanding Data pembanding yang mendekati dengan pembuatan tugas akhir ini adalah buku Kraton Jogja Sejarah dan warisan budaya yang menggambarkan bagaimana kehidupan kraton jogjga dilihat dari segi budaya, kuliner, dan perekonomianya Analisis

28 31 Strength (kekuatan): 1. Dilihat dari data-data yang sudah tersedia saat ini dapat diketahui potensi kekuatan yang dimiliki oleh buku ini diantara lain adalah menceritakan tentang kehidupan di Pura Mangkunegaran yang sifatnya selain informatif dan edukatif, dari buku tersebut juga menceritakan tentang pandangan-pandangan hidup dari seorang Mangkunegaran yang juga disajikan dengan layout, dan illustrasi yang membantu penyampaian dari informasi, dan cerita tersebut. 2. Penyajiannya yang dipadukan dengan kehidupan modern saat ini tetapi tidak melupakan unsur Local contentagar masih tetap melekat dengan tradisi dan budaya setempat. 3. Sebagai prasarana untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia melalui pengetahuan dan sejarahnya, yang berikutnya adalah menghidupkan kembali eksistensi Bangsa Indonesia melalui kebudayaan yang telah dimiliki. Weakness (kelemahan): 1. Pengumpulan data yang kurang karena ketersediaan data yang bisa dibilang pas-pasan sehingga pencapain sebenarnya dari pembuatan buku ini masih apa adanya. Opportunity (Kesempatan): 1. Semakin banyak orang mempunyai minat membaca, stimulasi dengan cara penyampaian yang berbeda.

29 32 2. Menyadari bahwa Kebudayaan kita tidak lahir satu malam tetapi melalui turun temurun dan pengakuan itu terlahir dari perjuangan yang tidak biasa, lebih melalui perjuangan yang hebat, jadi hendaknya kita menghargai hasil kebudayaan yang telah kita miliki, dipertahankan, terlebih dikembangkan oleh penerus-penerusnya. 3. Untuk Keluarga adanya kebanggaan tersendiri untuk mengetahui siapa pendahulu kita, dan terlebih mencontoh kegigihan mereka untuk mengerjakan dan menyelesaikan segala suatunya. Threat (Ancaman): 1. Minat baca yang kurang sehingga banyak orang yang pada akhirnya berujung tidak baik karena adanya anggapan bahwa bisnis buku adalah bisnis yang mati. 2. Kurangnya minat dari percetakan untuk mempublikasikan, dan menghidupkan lagi buku yang bertemakan kerajaan, karena menurut mereka jauh lebih menguntungkan memproduksi banyak Novel dan buku cerita lainnya dibandingkan dengan ensiklopedia. 3. Banyaknya lapisan masyarakat yang lebih tertarik akan tokoh-tokoh buatan yang berasal dari negri luar, yang menjadikan tokoh-tokoh luar ini sebagai trend setter sehingga mempunyai potensi untuk menggeser tokoh pahlawan Indonesia yang sebenarnya tidak kalah menarik. Tokoh-tokoh asing itu bisa dicontohkan seperti Samurai, Olympus, Valhalla dan lainnya yang sangat lekat di kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya.

30 33 4. Kurangnya minat dari masyarakat untuk mengetahui kebudayaan lokal dan lebih cenderung cuek, sehingga banyak dari kebudayaan tersebut yang berujung hilang dari Bangsa Indonesia ini. Karena dianggap sudah usah dan ketinggalan jaman Analisis SWOT Analisis Data dan informasi yang terkumpul menunjukkan bahwa Mangkunegaran sebagai dinasti yang tua mempunyai peninggalan yang sangat banyak dalam berbagai bentuk. Peninggalan tersebut pada intinya adalah nilai dan filosofi yang berlaku secara universal yang berwujud macam-macam, seperti kesenian, kesusasteraan, seni ukir. Peninggalan tersebut yang sesungguhnya mendapat pengaruh dari luar terutama Belanda sangat berguna bagi kita, karena peninggalan itu disesuaikan dengan konteks lokal yang dapat menjadi jatidiri kita sebagai bangsa. Karena itu, peninggalan-peninggalan tersebut perlu dirawat dan direproduksi. Peninggalan tersebut dapat membentuk karakter bangsa dengan merancang masa depan dengan mempelajari masa lalu. Dengan demikian, kita hidup dan merancang hidup ke masa depan, bukan fokus pada masa lalu.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian judul DP3A Revitalisasi Kompleks Kavallerie Sebagai Hotel Heritage di Pura Mangkunegaran Surakarta yang mempunyai arti sebagai

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran

TUGAS AKHIR. KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran TUGAS AKHIR Penelitian (Riset) Arsitektur KARAKTERISTIK BENTUK MASJID KERAJAAN DI SURAKARTA Kasus : Masjid Agung Surakarta dan Masjid Al-Wustho Mangkunegaran Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1-3 Gambar 1. Geger Pecinan Tahun 1742 Gambar 2. Boemi Hangoes Tahun 1948 Gambar 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Solo telah banyak mengalami bencana ruang kota dalam sejarah perkembangannya. Setidaknya ada tiga peristiwa tragedi besar yang tercatat dalam sejarah kotanya

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik BAB VI KESIMPULAN Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah historiografi komunitas yang terhempas dalam panggung sejarah kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA

BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA BAB II SELAYANG PANDANG KOTA SURAKARTA A. Riwayat Pemerintahan Kota Surakarta Kota Surakarta didirikan tahun 1745, yang ditandai dengan dimulainya pembangunan Keraton Kasunanan sebagai ganti keraton di

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah keberadaan kota Surakarta tidak bisa terlepas adanya keraton Surakarta yang secara proses tidak dapat terlepas pula dari kerajaan pendahulunya yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal yang begitu lekat dengan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya kebudayaan di Indonesia merupakan hasil dari kelakuan masyarakat yang sudah

Lebih terperinci

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 km 2 dan terletak di Propinsi Jawa Tengah (central java) yang terdiri ata satu) kelurahan, 606 (enam ratus enam) Rukun Warga (RW) serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

MEMORIAL PARK & FUNERAL HOMES DI MOJOSONGO SURAKARTA

MEMORIAL PARK & FUNERAL HOMES DI MOJOSONGO SURAKARTA TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MEMORIAL PARK & FUNERAL HOMES DI MOJOSONGO SURAKARTA Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang disertai dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Keraton Kasunanan Surakarta

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Keraton Kasunanan Surakarta 3 BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Profil Keraton Kasunanan Surakarta 1. Kejayaan Kasunanan Surakarta Kasunanan Surakarta Hadiningrat ialah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yg berdiri tahun 1755 sebagai hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap budaya merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam dari waktu ke waktu (Plachter dan Rossler, 1995). Lanskap budaya pada beberapa negara di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Candi Cetho 1. Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astana Mangadeg merupakan makam keturunan Kerajaan Mangkunegaran. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Girilayu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk memahami maksud dari judul Wedding Center di Surakarta dengan mengadopsi gaya arsitektur Bangsal Pracimayasa Pura Mangkunegaran, maka perlu diuraikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Judul: MONUMEN BATIK SOLO di Surakarta Sebagai wahana edukasi, rekreasi dan pelestarian budaya batik serta landmark kota Solo sesuai dangan visi kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam bentuk kesenian tradisional. Keberagaman kesenian tradisional tersebut adalah bagian dari kebudayaan setempat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa melalui pemilihan

Lebih terperinci

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama sebagai tempat bernaung. Pada tahap selanjutnya, bangunan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama sebagai tempat bernaung. Pada tahap selanjutnya, bangunan berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya, manusia mendirikan bangunan untuk memenuhi fungsi utama sebagai tempat bernaung. Pada tahap selanjutnya, bangunan berfungsi melindungi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA :

KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10. NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA : KHM 203 ONLINE PR SEKSI 10 NAMA : SRI CICI KURNIA NIM : 2010 52 047 TEMA BLOG : WARNA WARNI YOGYAKARTA LINK : http://cicikurn1a.weblog.esaunggul.ac.id UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2013 LATAR BELAKANG YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini pembangunan sedang berkembang. Terbukti dengan banyaknya pembangunan yang makin banyak dalam hal pembangunan Mall, Hotel, dan Pemukiman. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibangun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang pencipta. Tak heran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari uraian hasil penelitian mengenai aspek pewarisan Tari. Klasik Gaya Yogyakarta (TKGY) yang dilakukan oleh Kraton

BAB V KESIMPULAN. Dari uraian hasil penelitian mengenai aspek pewarisan Tari. Klasik Gaya Yogyakarta (TKGY) yang dilakukan oleh Kraton 387 BAB V KESIMPULAN 1. Kesimpulan Dari uraian hasil penelitian mengenai aspek pewarisan Tari Klasik Gaya Yogyakarta (TKGY) yang dilakukan oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, lembaga formal, dan lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini menjadi fokus utama yang sangat ramai dibicarakan masyarakat karena dengan mengembangkan sektor pariwisata maka pengaruh pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan keaslian penelitian. 1.1. Latar belakang Ruang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo berdiri tahun 1745. Kota Solo pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram. Setelah perpecahan Mataram, Solo menjadi pusat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal. dan sebagainya (Wikipedia, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pusat : Pokok pangkal atau yang menjadi tumpunan (berbagai urusan, hal dan sebagainya (Wikipedia, 2015). Informasi : Sekumpulan data/ fakta yang diorganisasi atau

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 1. Data dari literatur buku seperti buku buku resep jajanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sangat kaya dengan seni pertunjukan tradisional, setiap daerah memiliki beragam seni pertunjukan tradisi, dan ini merupakan ritual yang bermakna kultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota batik dengan julukan keindahan Asia yang tiada akhir pernah menjadi destinasi dunia yang harus dikunjungi menurut New York

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber :  diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Pariwisata Kabupaten Sleman Kabupaten Sleman merupakan sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi DIY sendiri dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Proyek Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Bengawan Solo Tree House Resort (Pengembangan Urban Forest III Surakarta). Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Umum Penulis akan membuat sebuah buku yang berisi tentang museum sejarah jakarta. Buku tersebut akan membahas mengenasi sejarah bangunan, fungsi bangunan pada saat

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA

BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA 30 BAB III UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PRAMUWISATA DI PURO MANGKUNEGARAN SURAKARTA A. Etika Dan Tata Cara Pemanduan Wisata Di Puro Mangkunegaran Surakarta 1. Etika dan tata cara pemanduan wisata di Puro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, negara maritim sekaligus negara agraris dengan segala macam keanekaragaman di dalamnya. Mulai dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia

Lebih terperinci