RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI"

Transkripsi

1 Bidang Ilmu Rekayasa Tipe Penelitian Inovatif RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PEMANFAATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI SEBAGAI AGEN PEREDUKSI ION Hg (II) DAN DESINFEKSI BAKTERI E.coli SECARA FOTOKATALITIK Tim Peneliti: Rosyid Ridho, M.Sc Ibnatu Fajril Baiti, M.Pd Yushinta Aristina, M.P PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PGRI BANYUWANGI 2012

2 PEMANFAATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI SEBAGAI AGEN PEREDUKSI ION Hg (II) DAN DESINFEKSI BAKTERI E. Coli SECARA FOTOKATALITIK I. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu kesehatan air perlu diperhatikan. Kelayakan air sebagai sumber kebutuhan pokok ditentukan secara fisik, biologis dan kimia. Secara fisik air dilihat dari kenampakan fisik, bau, keasaman, tempeatur. Hal tersebut dapat dikenali dengan panca indea manusia, sehingga penangannya tidak ada begitu ada kendala. Secara Biologi dilihat dari banyaknya kandungan mikroba aerob maupun anaerob. Secara kimia dapat dilihat dari kandungan DO, COD, BOD TSS, TDS, senyawa organik, anorganik dan logam berat. Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm 3 (Sudarmaji, 2006). Merkuri (Hg) mempunyai densitas 13,55 gr/cm 3. Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Sudarmaji, 2006). Kenaikan konsentrasi merkuri di lingkungan disebabkan oleh pembuangan limbah industri yang masih mengandung merkuri dengan konsentrasi yang cukup tinggi (Mailman, 1980). Beberapa aktivitas manusia yang merupakan sumber tidak langsung pencemaran merkuri di lingkungan adalah pembakaran bahan bakar fosil, produksi baja, semen, fosfat dan peleburan logam dari biji sulfidanya (WHO, 1976). Sumber yang terkait secara langsung dengan pencemaran merkuri adalah penggunaan fungisida organomerkuri dan industri yang menggunakan merkuri seperti pabrik plastik, kertas, baterai, industri farmasi, katalis dan dari pertanian (Timbrell, 1989). Merkuri (Hg(II)) dan garamnya merupakan senyawa yang berbahaya yang dapat tersebar luas, baik di dalam air maupun di udara. Senyawa merkuri yang biasa ditemukan dalam perairan adalah HgCl 2 dan Hg 2+ yang larut, yang dapat mengalami metilasi oleh bakteri menjadi senyawa metal organik yaitu metil merkuri dan dimetil merkuri. Kedua senyawa tersebut dapat terakumulasi pada organisme perairan, seperti pada ikan. 2

3 Penyerapan HgCl 2 dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal (Darmono, 2001). Secara biologis, kelayakan air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ditinjau dari keberadaan mikroorganisme yang merugikan manusia, seperti bakteribakteri gram negatif, salah satu contohnya adalah E. Coli. Hal itu ditunjukkan dengan Kepmenkes No. 907, 2002 yaitu dari tidak adanya kandungan bakteri E. Coli dalam air minum merupakan parameter bakteriologis dari baku mutu air minum. Bakteri E. Coli merupakan mikroflora alami yang terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan. Beberapa galur E. Coli dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti diare (Astawan, 2007), yang hingga tahun 2001 diare merupakan penyebab kematian bayi ketiga di Indonesia (ISSDP, 2006). Sebagian besar masyarakat pedesaan masih melakukan MCK langsung ke sungai, danau dan ruang terbuka (ISSDP, 2006), sehingga kontaminasi yang dihasilkan pada air permukaan telah mengarah ke insidensi penularan penyakit lewat feaces sangat tinggi. Sebesar 33,34% sampel air minum perpipaan dan 54,16% sampel air minum non perpipaan yang terbukti mengandung bakteri E. coli (ISSDP, 2006). Metode pengolahan limbah kimia yaitu Hg(II) yang selama ini sudah diaplikasikan yaitu metode adsorpsi, pertukaran ion. Metode tersebut relatif sederhana dan efektif, tetapi memiliki kelemahan yaitu pada saat proses adsorbsi atau pertukaran ion, Hg(II) hanya berpindah dari larutan ke adsorben atau resin penukar ion. Selanjutnya diperlukan pengolahan limbah kembali Hg(II) yang terperangkap pada padatan adsorben atau resin penukar ion dan padatan adsorben atau bahan penukar ion yang sudah jenuh. Sedangkan untuk pengolahan Metode yang saat ini digunakan PDAM yaitu klorinasi dapat menyebabkan reaksi dengan dengan senyawa lain membentuk klorofenol yang dapat memunculkan radikal bebas (Media Indonesia, 2005). Untuk mengatasi hal tersebut peneliti mengembangkan metode fotoreduksi menggunakan cahaya dan serbuk fotokatalis yang dapat mereduksi Hg(II) dan dapat mendegradasi bakteri E. Coli yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Berdasar penelitian sebelumnya (Ridho, 2008) membuktikan bahwa dengan metode fotokatalitik menggunakan TiO 2 sebagai agen fotokatalitik dapat mereduksi ion Hg(II) dan (Huang dkk, 2000) menyatakan bahwa TiO 2 dapat mendisinfeksi bakteri 3

4 dengan mengoksidasinya menjadi karbon dioksida dan air yang aman untuk dilepaskan ke lingkungan. Radikal hidroksil dari agen fotokatalitik akan merusak membran sel bakteri, menyerang DNA and RNA dari bakteri termasuk merusak sistem respiratori dan meningkatkan permiabilitas membran sel, sehingga dinding sel bakteri akan pecah. Banyak ROS (Reactive Oxygen Spesies) yang dapat dijadikan sebagai agen fotokatalitik (Huang dkk, 2000). Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan asam oksalat (H 2 C 2 O 4 ) sebagai agen fotokatalitik untuk mereduksi ion Hg(II) dan mendegradasi bakteri E coli yang ada di perairan. Kandungan asam oksalat dalam sekam padi mencapai 15% dari berat sekam (Mastuti, 2005), oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji efektivitas asam oksalat (H 2 C 2 O 4 ) dari sekam padi sebagai fotokatalis dalam proses fotoreduksi Hg(II) menjadi Hg(0) dan fotodegradasi pada bakteri E. coli. Kabupaten Banyuwangi merupakan penghasil padi yang setiap tahunnya mengalami peningkatan (Dinas Pertanian, 2010). Produksi padi tersebut menghasilkan produk samping yang besarnya (15-20)% dari berat padi yaitu sekam padi (Widowati, 2001). Hingga saat ini masyarakat hanya menggunakan sekam padi sebagai bahan bakar produksi batu bata/gerabah, menghambat mencairnya es pada produksi es balok, media tanam, digunakan untuk dasar lantai kandang pada peternak unggas dan produksi sekam padi di banyuwangi menyebar hampir di seluruh kecamatan, sehingga jumlah sekam padi melimpah. Oleh karena itu nilai jual sekam sangat rendah. Dengan sekam padi menjadi sumber agen fotokatalitik yaitu asam oksalat, maka dapat meningkatkan nilai manfaat dari sekam padi (lampiran cost/benefit analysis). Sekam padi mengandung karbon dalam bentuk selulosa dalam jumlah yang cukup besar. Selulose merupakan senyawa karbon rantai panjang yang bisa direngkah menjadi senyawa karbon yang lebih sederhana menggunakan alkali kuat (Mastuti, 2005). Salah satu senyawa karbon yang dihasilkan dalam proses perengkahan adalah asam oksalat (Kirk, 1983). 4

5 BAB II STUDI PUSTAKA Mekanisme Fotoreduksi Ion Hg(II) dan Fotodegradasi Bakteri E. Coli Proses fotoreduksi ion Hg(II) dalam larutan dapat berlansung karena ion tersebut menangkap electron yang disediakan oleh molekul air maupun fotokatalis setelah menyerap cahaya atau energy foton. Ion Hg(II) dapat tereduksi karena memiliki potensial standar (E 0 ) positif sebesar 0,85 volt. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut (Chen dan Ray, 2001) H 2 O + hυ H + + OH + e - H 2 C 2 O 4 + hυ H 2 C 2 O 4 ( H + + e - ) Hg e - Hg 0 Efektivitas fotoreduksi ion Hg(II) yang dikatalis H 2 C 2 O 4 secara umum ditentukan oleh jumlah elektron yang terbentuk dan efektivitas interaksi antara elektron dengan ion Hg(II) tersebut. Jumlah elektron yang tersedia antara lain depengaruhi oleh efektivitas kontak antara molekul air dan fotokatalis dengan sinar. Efektivitas kontak antara molekul air dan fotokatalisis dengan sinar tergantung pada waktu kontak antara spesies-spesies tersebut. Semakin lama penyinaran maka semakin banyak energy foton yang diserap oleh molekul air dan fotokatalis sehingga akan semakin banyak jumlah elektron yang terbentuk untuk mereduksi Ion Hg (II). Selain elektron, H + yang dikeluarkan oleh asam oksalat merupakan oksidator kuat yang mampu untuk mengoksidasi air menjadi radikal hidroksil ( OH). Radikal hidroksil merupakan spesi pengoksidasi kuat yang dapat mengoksidasi kebanyakan zat organik menjadi air, asam mineral dan karbon dioksida (Gunzulardi, 2001; Slamet dkk, 2007). Penelitian fotokatalisis dikembangkan secara luas untuk menguji kemampuannya dalam membunuh virus, bakteri, fungi, alga, dan sel kanker (Huang dkk, 2000). Ketika diterangi dengan sinar ultraviolet-dekat, fotokatalis menunjukkan aktivitas anti bakteri yang baik (Huang dkk,2000; Lu dkk, 2003). Kematian sel bakteri oleh fotokatalisis disebabkan berkurangnya permeabilitas sel. Kontak pertama fotokatalis dengan sel terjadi pada dinding sel, dimana reaksi oksidasi oleh fotokatalis akan merusak dinding sel bakteri. Bakteri dengan dinding sel yang rusak masih merupakan bakteri yang sehat, namun tanpa perlindungan. Setelah 5

6 menghilangkan perlindungan dinding sel, selanjutnya reaksi oksidasi terjadi di membran sitoplasma, Kerusakan oksidatif yang terjadi akan semakin meningkatkan permeabilitas sel, dan menyebabkan isi dalam sel mengalir bebas keluar sel yang menyebkan kematian sel. Partikel fotokatalis yang bebas juga dapat mencapai membran sel yang sudah rusak, dan serangan langsung tersebut dapat mempercepat kematian sel. (Huang dkk, 2000) 6

7 BAB III METODELOGI PENELITIAN III.1 Alat dan Bahan Penelitian III.1.1 Alat Penelitian Reaktor yang dilengkapi dengan satu set alat pengaduk magnetik merk spinbar ukuran 2 cm dan lampu UV tipe black light blue (BLB) 40 Watt, 220 Volt dengan panjang gelombang nm, sebagaimana terlihat pada gambar III.1, alat gelas laboratorium seperti erlenmeyer, Labu leher 3, pipet volum, corong gelas, labu ukur, gelas beker, ph meter Orion Research Model 601, neraca analitik Mettler AE 200, Centrifuge IEC(International Equipment Company) AGIMATIC-N, Cold Vapor Atomic Absorption Spectrometry GBC HG Gambar III.1 Reaktor Fotokatalis III.1.2 Bahan-bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekam padi, CaCl 2, H 2 SO 4, NaOH yang semuanya buatan Merck. Pelet buffer ph 4 dan 7 buatan BDH Analar, kertas saring Whatman 42 (Φ = 110 nm), bakteri E. Coli, dan akuades. 7

8 III. 2 Cara Penelitian Penelitian ini terdiri dari sintesis Asam oksalat serta uji fotokatalitik untuk detoksi ion Hg(II) melalui reaksi fotoreduksi dan desinfeksi E. coli melalui reaksi fotodegradasi terkatalisis asam oksalat. III. 2.1 Pembuatan Asam Oksalat Pembuatan asam oksalat 1. Menimbang sekam padi sebanyak 15 g. 2. Memasukkan sekam padi dalam labu leher tiga kemudian menambah NaOH dengan konsentrasi 2 M tertentu sebanyak 250 ml. 3. Kemudian memanaskan labu leher dua yang sudah dilengkapi pengaduk yang dapat diatur kecepatannya konstan. Menghitung waktu mulai mendidih. 4. Setelah pemanasan selesai mendinginkan dan menyaring larutan, kemudian mencuci endapan dengan aquadest panas 5. Mencampur filrat hasil penyaringan dengan filrat hasil pencucian sampai 400 ml sebagai larutan induk. Pengkristalan Asam Oksalat 1. Mengambil 25 ml sampel larutan induk kemudian menambahakan (CaCl 2 ) jenuh sehingga akan terjadi endapan putih kalsium oksalat. 2. Menyaring endapan kemudian menambahkan H 2 SO 4 sebanyak 100 ml sehingga endapan akan terurai menjadi asam oksalat dan kalsium sulfat. 3. Menyaring hasil uraian dan mengambil filrat 25 ml kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 50 ml dan memanaskan sampai 70 ºC. 4. Kemudian didinginkan dalam air es 24 jam sehingga terbentuk endapan asam oksalat yang berupa kristal jarum berwarna putih. 5. Menyaring endapan dan mengeringkan dalam oven, kemudian menimbang dan mencatat hasilnya. III. 2.2 Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk fotoreduksi larutan Hg(II) Proses fotoreduksi ion Hg(II) dilakukan dengan sistem batch dalam reaktor yang dilengkapi dengan lampu UV 40 watt dan plate magnetic stirer. Untuk itu, campuran 8

9 yang terdiri dari larutan Hg(II) dan Asam Oksalat dimasukkan ke dalam reaktor dan disinari dengan lampu UV sambil diaduk dengan pengaduk magnet dalam waktu 24 jam. Pemisahan filtrat dari padatannya dilakukan dengan cara penyaringan dengan kertas Whatman 42. Filtrat yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan AAS teknik uap dingin (di Laboratorium Kimia Analitik UGM) untuk menentukan konsentrasi ion Hg (II) sisa atau tidak tereduksi. Langkah yang sama dilakukan untuk mempelajari pengaruh massa fotokatalis, konsentrasi ion Hg(II), dan ph larutan dengan waktu penyinaran tetap (24 jam), terhadap efektivitas fotoreduksi ion Hg(II). Untuk mempelajari pengaruh massa fotokatalis dilakukan proses dengan menggunakan sekam padi dengan massa yang bervariasi yaitu 5, 10, 25, 50, dan 75 mg untuk 50 ml larutan Hg(II) 5 ppm dengan waktu penyinaran selama 24 jam. Pengaruh konsentrasi larutan Hg(II) dipelajari dengan cara yang sama, konsentrasi larutan yang bervariasi yaitu 2,5; 5; 10; 20 dan 25 ppm pada waktu 24 jam dan massa fotokatalis optimum. III. 2.3 Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk fotodegradasi Bakteri E. Coli. Uji Fotokatalis asam oksalat dalam proses degradasi E. Coli dilakukan tiga tahapan: 1. Larutan yang mengandung E. Coli umur 24 jam dengan konsentrasi tertentu ditambah dengan fotokatalis asam oksalat dengan massa optimum dari percobaan II.2 yang disinari lampu UV selama 24 jam 2. Larutan yang mengandung E. Coli umur 24 jam dengan konsentrasi tertentu ditambah dengan fotokatalis asam oksalat dengan massa optimum dari percobaan II.2 yang tanpa disinari lampu UV selama 24 jam 3. Larutan yang mengandung E. Coli umur 24 jam dengan konsentrasi tertentu yang disinari lampu UV selama 24 jam, tanpa penambahan fotokatalis. 9

10 III. 3. Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk fotoreduksi Ion Hg dan desinfeksi bakteri E. Coli dalam skala semi makro dengan menggunakan sinar matahari sebagai alternatif pengganti UV Proses Uji fotokatalitik asam oksalat untuk fotoreduksi ion Hg(II) dan Desinfeksi Bakteri E. Coli Menggunakan sinar matahari (Gambar III. 2) dilakukan dengan tiga tahap percobaan yaitu: ml larutan Hg (II) 5 ppm direaksikan dengan Asam Oksalat 100 mg dan dipanaskan dengan sinar matahari selama 6-7 Jam ml Larutan Hg (II) 5 ppm dipanaskan dengan sinar matahari selama 6-7 jam tanpa penambahan Asam Oksalat ml Larutan yang mengandung Bakteri E. Coli dipanaskan dengan sinar matahari selama 6-7 jam dengan penambahan Asam Oksalat III. 4. Analisis Merkuri di Lingkungan Analisis merkuri di lingkungan dilakukan di tiga tempat yaitu: 1. Analisis Air di sungai Kaligonggo Hutan 56 kecamatan pesanggaran banyuwangi 2. Analisis Air di sumur dan tanah warga yang terletak didekat tempat pengolahan merkuri 10

11 %Hg Tereduksi BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk fotoreduksi larutan Hg(II) Pada proses fotoreduksi Ion Hg (II) terkatalisis asam oksalat dilakukan tiga macam variasi yaitu: pengaruh massa asam oksalat, pengaruh konsentrasi merkuri dan Uji fotokatalis asam oksalat secara semimakro menggunakan sinar matahari. IV.1.1 Pengaruh massa Asam Oksalat terhadap proses fotoreduksi Ion Hg(II) Pada penelitian ini dilakukan pengaruh massa asam oksalat pada proses fotoreduksi merkuri dengan konsentrasi Awal ion Hg (II) sebesar 5 ppm. Hasil kajian pengaruh massa fotokatalis asam oksalat terhadap fotoreduksi ion Hg(II) disajikan pada gambar VI. 3 berikut: Grafik Massa Asam Oksalat Vs Hg Tereduksi mg 10 mg 25 mg 50 mg 75 mg Massa As. Oksalat (mg) Gambar IV.1. Pengaruh variasi massa asam oksalat terhadap fotoreduksi Ion Hg (II) Gambar IV.1 memperlihatkan secara umum bahwa kenaikan massa asam oksalat yang digunakan, dapat meningkatkan jumlah ion Hg(II) yang tereduksi dari 47,54-74,77 %. Hal ini dikarenakan dengan semakin banyaknya massa oksalat maka jumlah elektron dalam larutan juga semakin besar, dengan semakin banyaknya elektron dalam larutan mengakibatkan terjadinya kontak antara elektron dengan Ion Hg 2+ sehingga mengakibatkan ion Hg 2+ tereduksi menjadi semakin tinggi. 11

12 Konsentrasi merkuri Pada penelitian ini efektifitas fotoreduksi tertinggi dicapai pada 75 mg asam oksalat dengan efektivitas fotoreduksi 74,77%. IV.1.2 Pengaruh Variasi konsentrasi Ion Hg (II) terhadap massa asam oksalat optimum dalam proses fotoreduksi ion Hg(II) Pengaruh konsentrasi awal larutan ion Hg(II) perlu dipelajari untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi ion Hg(II) maksimal yang dapat direduksi secara efektif dengan menggunakan sejumlah tertentu Asam Oksalat. Untuk menyelidiki pengaruh konsentrasi awal ion Hg(II) dilakukan dengan menyinari 50 ml larutan ion Hg(II) dengan konsentrasi bervariasi selama 24 jam dan berat Asam Oksalat 75 mg. Hasil penelitian disajikan pada gambar IV.2 Variasi Konsentrasi Vs Persen Hg Tereduksi ppb 5 ppb 10 ppb 20 ppb 25 ppb % Hg Tereduksi Gambar IV.2. Pengaruh variasi konsentrasi terhadap persen Hg (II) tereduksi Gambar IV.2 memperlihatkan secara umum bahwa kenaikan konsentrasi awal larutan Hg(II) dari 2,5 25 ppm menyebabkan penurunan % reduksi Hg(II). Penurunan ini terjadi karena persen tereduksi dihitung dengan cara membandingkan konsentrasi ion Hg(II) yang tereduksi dengan konsentrasi ion Hg(II) awal. Pada konsentrasi awal ion Hg(II) 2,5 10 mg/l terlihat bahwa ion Hg(II) tereduksi sangat tinggi yaitu sebesar 96,175% - 71,86 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada interval konsentrasi yang rendah kenaikan konsentrasi awal ion Hg(II) memberikan hasil fotoreduksi yang relatif besar terhadap jumlah ion Hg(II) mula-mula. 12

13 Persen Bakteri terdegradasi Namun untuk konsentrasi awal larutan ion Hg(II) yang cukup besar yaitu mg/l, ternyata kenaikan konsentrasi memberikan persen ion Hg(II) tereduksi yang lebih rendah, yaitu berkisar dari 63,05 % - 41,86 %. Pada konsentrasi yang relatif besar, kenaikan konsentrasi menyebabkan meningkatnya kekentalan yang diakibatkan kenaikan spesies Hg(II) dalam larutan, sehingga akan menghalangi tumbukan antara ion Hg(II) dengan elektron sehingga efektivitas fotoreduksi menjadi berkurang. Selain itu karena elektron yang tersedia pada sistem relatif tetap, maka meskipun jumlah ion Hg(II) dalam larutan meningkat, efektivitas fotoreduksi relatif tidak berubah (Ridho, 2008). Hal tersebut menyebabkan ion Hg(II) yang mengalami fotoreduksi relatif lebih kecil jika dibandingkan konsentrasi awal ion Hg(II), sehingga menghasilkan persen ion Hg(II) yang tereduksi relatif rendah. IV.2. Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk fotodegradasi Bakteri E. Coli. Hasil dari uji fotokatalitik asam oksalat untuk fotodegradasi E. Coli dengan penambahan massa optimum yaitu 75 mg/50 ml ditunjukkan pada gambar IV.3. Di bawah ini : Tanpa penambahan asam oksalat Penambahan asam oksalat di ruang gelap Perlakuan Penambahan asam oksalat dan sinar UV Gambar IV.3. Variasi Perlakuan pada asam oksalat dan larutan terhadap persen (%) Bakteri E. Coli yang terdegradasi Pada gambar IV.3. menunjukkan bahwa jumlah E. Coli yang terdegradasi hanya terjadi pada penambahan asam oksalat di ruang gelap dan yang disinari UV, sedangkan perlakuan dengan penyinaran saja (tanpa adanya asam oksalat) tidak menunjukkan adanya bakteri yang terdegradasi, hal ini dikarenakan pada proses penyinaran saja hanya 13

14 terjadi proses fotolisis, dimana jumlah elektron dan radikal hidroksil yang dilepaskan oleh air cukup kecil sehingga tidak mampu merusak dinding sel bakteri, yang mengakibatkan bakteri mampu bertahan dan proses fotodegradasi tidak terjadi. Pada penambahan asam oksalat di ruang gelap bakteri E. Coli yang terdegradasi sebesar cell/unit (80, 55 %) atau hanya sisa cell/unit dari konsentrasi awal yaitu sebesar cell/unit bakteri E. Coli. Dalam hal ini asam oksalat sebagai agen fotoatalitik untuk mendegradasi E. Coli tidak bekerja, melainkan sifat asam oksalat yang mempunyai gugus H + yang dapat merusak dinding sel bakteri. Perlakuan penambahan oksalat dan dengan penyinaran UV mendegradasi bakteri E. Coli sebesar 98,91 %. Apabila diberikan penyinaran dari lampu UV maka akan bekerja proses fotokimia pada bakteri yang menyebabkan kerusakan struktur DNA sel dan proses replikasinya akibat penetrasi sinar UV ke dalam inti sel bakteri E. Coli. Sedangkan apabila diberikan katalis asam oksalat lampu UV maka berlaku kombinasi proses fotokimia dan katalis pada bakteri dimana asam oksalat sebagai agen fotokatalitik yang tersinari oleh lampu UV akan melepaskan hole yang bereaksi dengan air membentuk radikal hidroksil. Radikal hidroksil tersebut menyerang dinding sel bakteri dan masuk ke dalam membran sitoplasma. Kerusakan oksidatif yang terjadi akan semakin meningkatkan permeabilitas sel, dan menyebabkan isi dalam sel mengalir bebas keluar sel sehingga terjadi kematian bakteri (Huang dkk, 2000). IV.3. Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk fotoreduksi Ion Hg(II) dan desinfeksi bakteri E. Coli dalam skala semi makro dengan menggunakan sinar matahari sebagai alternatif pengganti UV Uji fotokatalitik asam oksalat dalam sekala semi karo menggunakan cahaya matahari sebagai sumber UV dilakukan dengan dua tahap uji yaitu uji fotokatalitik asam oksalat untuk fotoreduksi ion Hg(II) dan desinfeksi E. Coli. IV.3.1 Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk fotoreduksi Ion Hg (II) dengan menggunakan sinar matahari sebagai alternatif pengganti UV Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan 75 mg asam oksalat dan larutan Hg(II) 5 ppm, yang menggunakan matahari sebagai sumber sinar dalam melakukan 14

15 proses fotoreduksi. Pada penelitian ini dilakukan variasi pada Larutan Hg (II) yang ditambahkan Asam Oksalat yang disinari dengan matahari selama 6-7 jam dengan proses pengadukan, tanpa disertai proses pengadukan, dan Larutan Hg (II) 5 ppm yang disinari dengan matahari tanpa penambahan asam oksalat. Hasil dari proses fotoreduksi menggunakan sinar matahari ditunjukkan pada gambar IV.4 berikut: % Hg Tereduksi Asam Oksalat + Sinar matahari Asam Oksalat + Sinar matahari tanpa diaduk Sinar Matahari tanpa asam oksalat Gambar IV.4. Pengaruh sinar matahari terhadap persen Hg (II) tereduksi Dari gambar di atas dapat ditunjukkan bahwa penambahan asam oksalat pada larutan Hg(II) yang disinari dengan matahari dengan pengadukan maupun tanpa pengadukan menunjukkan efektifitas fotoreduksi yang hampir sama, sedangkan pada perlakuan tanpa penggunaan asam oksalat menunjukkan penurunan efektifitas fotoreduksi yang sangat tajam yaitu hanya 26,225 % ion Hg(II) yang tereduksi. Hal ini dikarenakan dengan adanya penambahan asam oksalat maka sinar matahari mengenai permukaan asam oksalat dan air dalam larutan sehinga menghasilkan elektron dan hole pada permukaan asam oksalat dan air yang menghasilkan radikal bebas. Elektron yang dihasilkan dari asam oksalat dan H 2 O digunakan untuk mereduksi ion Hg (II), sehingga dengan adanya asam oksalat maka elektron yang dihasilkan akan semakin banyak, sehingga Hg(II) yang tereduksi semakin besar (74,063 %), sedangkan pada larutan Hg(II) yang tidak ditambahkan asam oksalat didalamnya, menunjukkan rendahnya hasil fotoreduksi, hal ini dikarenakan elektron yang terdapat pada larutan cukup sedikit untuk mereduksi Hg(II) sehingga pada larutan tersebut hanya terjadi proses reaksi fotolisis yaitu elektron dan hole hanya dihasilkan dari air, yang mengakibatkan efektivitas fotoreduksi relatif rendah. (26,225%). 15

16 VI.3.2 Uji fotokatalitik Asam Oksalat untuk desinfeksi bakteri E. Coli dengan menggunakan sinar matahari sebagai alternatif pengganti UV Hasil analisis penambahan asam oksalat sebagai agen pendegradasi dengan menggunakan sinar matahari ditunjukkan pada Gambar IV.5 berikut: Grafik Asam Oksalat untuk desinfeksi bakteri E. Coli dengan menggunakan sinar matahari sebagai alternatif pengganti UV % Bakteri Tereduksi Jumlah bakteri Awal Penambahan asam oksalat Perlakuan Gambar IV.5 Grafik Asam Oksalat untuk desinfeksi bakteri E. Coli dengan menggunakan sinar matahari sebagai alternatif pengganti UV Pada gambar IV.5 menunjukkan bahwa pada penambahan asam oksalat sebagai agen fotokatalitik dan penyinaran dengan sinar matahari selama 7 jam menunjukkan bakteri E. Coli teregradasi sebesar 98,06 %. Hal ini dikarenakan sinar matahari yang jatuh ke permukaan bumi juga merupakan sinar UV dengan panjang gelombang antara nm (Byrne et. al, 2011), sehingga mampu mengaktivasi asam oksalat sebagai agen fotokatalitik untuk menghasilkan elektron dan hole yang menghasilkan radikal hidroksil yang dapat merusak dinding sell bakteri. Efektivitas fotodegradasi E.Coli menggunakan asam oksalat sebagai agen fotokatalitik dengan sinar matahari (98,06%) hampir sama dengan penambahan asam oksalat yang disinari UV (98,9 %). Hal ini menunjukkan bahwa sinar matahari dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengganti UV dengan waktu fotodegradasi yang relatif singkat yaitu sekitar 7 jam dibandingkan dengan UV dengan waktu penyinaran 24 jam. 16

17 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN V.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses pembuatan Asam oksalalat optimum dari sekam padi didapatkan pada konsentrasi NaOH 2M, H 2 SO 4 2 M dan CaCl 2 0,9 M dengan massa asam oksalat 4 gram 2. Kenaikan massa fotokatalis asam oksalat dapat meningkatkan efektivitas fotoreduksi ion Hg(II), Efektivitas fotoreduksi optimum didapatkan pada massa asam oksalat 75 mg, dengan efektivitas fotoreduksi ion Hg(II) sebesar 74,77 %.. 3. Kenaikan konsentrasi awal ion Hg(II) pada proses fotoreduksi menggunakan asam oksalat menghasilkan efektivitas yang semakin rendah 4. Penambahan asam oksalat pada larutan Hg(II) yang disinari dengan matahari dengan pengadukan (74,063 %) maupun tanpa pengadukan (73,9%) menunjukkan efektifitas fotoreduksi yang hampir sama, sedangkan pada perlakuan tanpa penggunaan asam oksalat menunjukkan penurunan efektifitas fotoreduksi yang sangat tajam (26,225 %). 5. Proses desinfeksi E. Coli menggunakan asam oksalat dengan menggunakan sinar UV dan matahari mempunyai efektivitas fotodegradasi yang sangat tinggi yaitu sebesar 98 %, sedangkan mengalami penurunan efektivitas fotodegradasi pada ruang gelap yang ditambahkan asam oksalat sebesar 80%. Selain itu pada proses penyinaran sinar UV tanpa adanya asam oksalat tidak menunjukkan penurunan bakteri E. Coli (0%). 6. Kadar merkuri di badan sungai kali gonggo pada saat mengalir cukup baik yaitu sekitar 0,16 ppb, namun pada genangan air di badan sungai tersebut mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,28 ppb, sedangkan kadar merkuri di sumur warga juga masih cukup baik yaitu sebesar 2,64 ppb dan 2,52 ppb namun kadar merkuri masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh kementerian lingkungan hidup yaitu sebesar 5 ppb. 17

18 V.2 IMPLIKASI Berdasarkan kesimpulan yang ada maka dapat diambil beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Asam Oksalat dapat dibuat dari sekam padi 2. Asam oksalat dapat digunakan untuk mereduksi Ion Hg(II) 3. Secara umum tingkat pencemaran merkuri di sungai kaligonggo dan sumur warga masih relatif rendah 4. Proses Desinfeksi E. Coli dengan asam oksalat dapat dilakukan dengan dengan menggunakan UV atau Sinar matahari sebagai sumber cahaya V.3 SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa saran, antara lain: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembuatan asam oksalat dengan menggunakan bahan lain yang mempunyai kandungan polisakarida relatif tinggi 2. Perlu dilakukan penelitian tentang fotoreduksi merkuri yang tercampur dengan limbah lainnya seperti timbal, sianida, perstisida dan fenol 3. Diperlukan adanya kombinasi fotokatalis untuk mereduksi ion Hg(II) 18

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental. B. Tempat dan Waktu Pengerjaan sampel dilakukan di laboratorium Teknik Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar misalnya pencemaran oleh limbah industri dimana limbah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan OP-015 PENGARUH BERAT TiO 2 ANATASE, KECEPATAN PENGADUKAN DAN ph DALAM DEGRADASI SENYAWA FENOL Zulkarnaini 1, Yeggi Darnas 2, Nofriya 3 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Unversitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya peningkatan jumlah limbah

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar.

BAB I PENDAHULUAN. harus berkurang dikarenakan adanya sumber-sumber air yang tercemar. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan bagian tervital dari kehidupan. Hampir seluruh aspek kehidupan melibatkan air dalam prosesnya. Keberadaan air di bumi pun sangat besar jumlahnya,

Lebih terperinci

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 27, Hal. : 86- PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu) K. Haryani, Hargono dan C.S. Budiyati *) Abstrak Khitosan adalah

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

Pengaruh TiO 2 dan ph Pada Fotoreduksi Ion Hg(II) Dalam Larutan Yang Mengandung p-klorofenol

Pengaruh TiO 2 dan ph Pada Fotoreduksi Ion Hg(II) Dalam Larutan Yang Mengandung p-klorofenol Pengaruh TiO 2 dan ph Pada Fotoreduksi Ion Hg(II) Dalam Larutan Yang Mengandung p-klorofenol Devina Ingrid Anggraini 1, Endang Tri Wahyuni 2, Mudasir 2 1 Prodi Anafarma FKes Universitas MH. Thamrin 2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya adalah dengan mengembangkan industri tekstil (Achmad, 2004). Keberadaan industri tekstil selain menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri mempunyai pengaruh besar terhadap lingkungan, karena dalam prosesnya akan dihasilkan produk utama dan juga produk samping berupa limbah produksi, baik limbah

Lebih terperinci

Oleh: Mei Sulis Setyowati Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si

Oleh: Mei Sulis Setyowati Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si Kinetika Degradasi Fotokatalitik Pewarna Azoic dalam Limbah Industri Batik dengan Katalis TiO2 Oleh: Mei Sulis Setyowati 1410100031 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Endah Mutiara Marhaeni Putri, M.Si Latar Belakang

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Titanium Dioksida (TiO 2 ) Titanium merupakan salah satu unsur logam transisi golongan IV B, berbentuk padat yang berwarna putih keperakan. Titanium murni dapat larut dalam larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 11 (2) (2008) : 29 33 29 ISSN: 1410-8917 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 11 (2) (2008) : 29 33 Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan komponen alami yang terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi atau dihancurkan (Agustina, 2010). Logam dapat membahayakan bagi kehidupan

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand) Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan

Lebih terperinci

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Rhodamin B merupakan pewarna sintetis yang biasa digunakan dalam industri tekstil, kertas, kulit, plastik, cat, farmasi dan makanan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menunjukkan kecenderungan yang mengarah pada green science, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan yang membantu pelestarian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 3(C) 13307 Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka Fahma Riyanti, Puji Lukitowati, Afrilianza Jurusan Kimia

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

Imobilisasi TiO 2 ke dalam Resin Penukar Kation dan Aplikasinya sebagai Fotokatalis dalam Proses Fotoreduksi Ion Hg 2+

Imobilisasi TiO 2 ke dalam Resin Penukar Kation dan Aplikasinya sebagai Fotokatalis dalam Proses Fotoreduksi Ion Hg 2+ Valensi Vol. 3 No. 2, November 2013 (93-99) ISSN : 1978-8193 Imobilisasi TiO 2 ke dalam Resin Penukar Kation dan Aplikasinya sebagai Fotokatalis dalam Proses Fotoreduksi Ion Hg 2+ Rosyid Ridho*, Endang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan E.Coli dalam air dengan menggunakan elektroda platina-platina (Pt/Pt) dilakukan di Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya I. PENDAHULUAN Budidaya jamur pangan (edible mushroom) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan budidaya jamur ini, akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut

Lebih terperinci

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion

Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009). BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 13

Lebih terperinci

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

PENGARUH p-klorofenol TERHADAP EFEKTIVITAS FOTOREDUKSI ION Hg(II) YANG DIKATALISIS TiO 2

PENGARUH p-klorofenol TERHADAP EFEKTIVITAS FOTOREDUKSI ION Hg(II) YANG DIKATALISIS TiO 2 PENGARUH p-klorofenol TERHADAP EFEKTIVITAS FOTOREDUKSI ION Hg(II) YANG DIKATALISIS TiO 2 Devina Ingrid Anggraini 1, Endang Tri Wahyuni 2, Mudasir 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR) Yayasan Pharmasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alur penelitian, berikut merupakan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. STUDI LITERATUR

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental Murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest posttest control group

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air adalah semua air yang terdapat di alam atau berasal dari sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Sampel Buatan Pada prosedur awal membuat sampel buatan yang digunakan sebagai uji coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara yang cukup banyak. Sumber daya alam yang melimpah dapat dijadikan alternatif sebagai pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+ MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73).

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan

Lebih terperinci

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2. I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN II. TUJUAN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan oksigen kimia 3. Untuk mengoksidasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu atom oksigen (O) yang berikatan secara kovalen yang sangat penting fungsinya. Dengan adanya penyediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Standarisasi Larutan NaOH dan HCl 1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat (H 2 C 2 O 4 ) 0,1 M. a. Ditimbang 1,26 g H 2 C 2 O 4. 2 H 2 O di dalam gelas beker 100 ml, b. Ditambahkan

Lebih terperinci

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN STUDI PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN ph LIMBAH PABRIK TAHU MENGGUNAKAN METODE AERASI BERTINGKAT Fajrin Anwari, Grasel Rizka Muslim, Abdul Hadi, dan Agus Mirwan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik PERMANGANOMETRI A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik B. TUJUAN Menentukan normalitas KMnO 4 sesungguhnya. C. DASAR TEORI Permanganometri merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING Aris Kurniawan dan Haryanto Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

REKRISTALISASI REKRISTALISASI

REKRISTALISASI REKRISTALISASI REKRISTALISASI Dwi Yuli Prastika 2013 Telah dilakukan percobaan rekritalisasi dengan tujuan mempelajari teknik pemurnian senyawa berbentuk kristal, memurnikan vanilin dan menentukan titik lebur vanilin.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Karena penelitian ini dilakukan dengan cara pengujian prosentase daya larut kalsium oksalat (CaC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui

Lebih terperinci