PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG,"

Transkripsi

1

2 PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta untuk mewujudkan program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun yang dijabarkan dalam kegiatan, maka perlu menetapkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2013; Mengingat : Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

3 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4503); Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tatalaksana Pemerintahan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815); Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816); Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2005 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 11); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Banten Tahun ;

4 Memperhatikan : Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2008, Tentang Pembentukan, Susunan Oraganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah tahun 2004 Nomor 12 Seri D.1). Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 7) Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2012 Nomor 8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; Peraturan Bupati Pandeglang Nomor Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupat en Pandeglang Tahun ; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; Menetapkan MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI PANDEGLANG TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Pandeglang; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang yang selanjutnya disebut DPRD adalah DPRD Kabupaten Pandeglang; 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas, Badan, Kantor, Kecamatan dan Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pandeglang;

5 6. Tim Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut TAPD diketuai oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang; 7. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut BAPPEDA adalah Koordinator Pembangunan Kabupaten Pandeglang; 8. Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset yang selanjutnya disebut DPKA adalah Bendahara Umum Daerah Kabupaten Pandeglang; 9. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Pandeglang adalah pengawas penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten; 10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun yang selanjutnya disebut dengan RPJM Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung s ejak Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2016; 11. Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) Tahun; 12. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD; 13. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk kurun waktu 1 (satu) tahun; 14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah. Pasal 2 1. RKPD Tahun 2013 adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk kurun waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2013; 2. RKPD Tahun 2013 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat evaluasi p elaksanaan RKPD Tahun 2013, rancangan kerangka ekonomi dan rancangan keuangan daerah, prioritas dan sasaran pembangunan daerah, indikasi program dan kegiatan beserta pendanaannya; 3. RKPD Tahun 2013 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) berfungsi sebagai : a. Pedoman bagi Pemerintahan Daerah melalui TAPD untuk penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara sebagai tahapan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran b. Pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk menyusun RKA SKPD Tahun Anggaran 2013.

6 BAB II RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH Pasal 3 RKPD Tahun 2013 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut dalam lampiran Peraturan Bupati ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I BAB II : PENDAHULUAN : EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB III : RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB IV : PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB VI : PENUTUP LAMPIRAN BAB III LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Pasal 4 1. Satuan Kerja Perangkat Daerah wajib membuat laporan triwulan dan akhir Tahun Anggaran 2013 atas pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun Anggaran 2013 baik yang berasal dari APBD Kabupaten Pandeglang, APBD Provinsi Banten, APBN, PHLN, serta dari pihak swasta; 2. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Bappeda, DPK PA, dan Inspektorat, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah akhir bulan, triwulan, dan akhir tahun anggaran 2013; 3. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bahan evaluasi, pengendalian pembangunan, pelaporan keuangan serta pengawasan penyelengaraan Pemerintahan Daerah yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 5 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang wajib menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD Tahun Anggaran 2013 dengan RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013.

7 Pasal 6 Dalam hal Program dan Kegiatan RKPD Tahun 2013 yang ditetapkan sebagaimana dimaksud Pasal 2 Peraturan Bupati ini berbeda dengan hasil pembahasan TAPD dengan Tim Anggaran DPRD, maka yang dipergunakan adalah Program dan Kegiatan hasil pembahasan dengan DPRD. Pasal 7 Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pandeglang. Ditetapkan di Pandeglang Pada tanggal 31 Mei 2012 BUPATI PANDEGLANG H. ERWAN KURTUBI Diundangkan di Pandeglang Pada Tanggal : SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG, DODO DJUANDA BERITA DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2012 NOMOR 23

8 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat Rahmat- Nya, Alhamdulillahh Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 dengan tema PENGUATAN INFRASTRUKTUR DAN SUPRASTRUKTUR WILAYAH GUNA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DAN PARIWISATA telah tersusun sesuai jadwal yang ditetapkan. Adapun substansi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ini, meliputi hasil evaluasi pencapaian kinerja, proyeksi anggaran pendapatan tahun 2013, prioritas pembangunan, rencana kerja beserta pagu indikatif. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun Anggaran 2013 disusun berdasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun serta dalam penyusunannya telah melalui tahapan dan tata cara sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang- Pembangunan Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaann Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencanaa Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 yang selanjutnya akan dibahas secara demokratis, partisipatif dan dialogis bersama stakeholders pada musrenbang RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun Semoga RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 ini setelah disempurnakan dapat bermanfaat sebagai pedoman bagi semua pihak dalam melaksanakan pembangunan daerah di Kabupaten Pandeglang. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. Pandeglang, Mei 2012 BUPATI PANDEGLANG, H. ERWAN KURTUBI v

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Dasar Hukum Penyusunan...DAS I Hubungan Antar Dokumen... I Sistematika Dokumen RKPD... I Maksud dan Tujuan... I - 6 BAB II BAB III EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... II Gambaran Umum Kondisi Daerah... II Aspek Geografi dan Demografi... II Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II Aspek Pelayanan Umum... II Aspek Daya Saing Daerah... II Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan II 37 dan Realisasi RPJMD Permasalahan Pembangunan Daerah... II - 42 RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH... III Arah Kebijakan an Ekonomi Daerah... III Arah Kebijakan an Keuangan Daerah... III - 9 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH... IV Tujuan dan Sasaran Pembangunan... IV Prioritas dan Pembangunan... IV - 16 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH... V - 1 BAB VI PENUTUP... VI-1 Kabupaten Pandeglang g 2012 v

10 DAFTAR TABEL Tabel Penggunaan n Lahan... II - 2 Tabel Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun II - 3 Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 5 Tabel PDRB adhk dan Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 7 Tabel Indeks Implisit dan inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun II - 9 Tabel Persentasi Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang... II - 10 Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang... II 11 Tabel Angka Melek ek Huruf di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 11 Tabel Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun II 12 Tabel Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 13 Tabel Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 14 Tabel Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 15 Tabel Angka Kelangsungan Hidup Bayi di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 15 Tabel Angka Harapan apan Hidup di Kabupaten Pandeglang Tahun II - 16 Tabel Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang Tahun II Tabel Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah Penduduk II - 17 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel APM dan APK Kabupaten Pandeglang Menurut Jenjang II - 18 Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid-Guru Menurut II - 18 Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk II - 19 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Angka Kesakitan dan Rata-Rata Lamanya Sakit Penduduk II - 19 Kabupaten Pandeglang Tahun Tabel Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang II - 20 Tahun Tabel Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pandeglang Tahun II Tabel Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di II - 24 Kabupaten Pandeglang Tahun Kabupaten Pandeglang g 2012 v

11 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan dan II - 27 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang Tahun Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri II - 31 di Kabupaten Pandeglang Tahun Aspek Dayaa Saing Bidang Kemampuan Ekonomi Daerah... II - 34 Nilai Capaian Per Misi Per Sasaran Kabupaten Pandeglang Tahun II Identifikasi Keterkaitan Isu dan Masalah Mendesak Pembangunan Tahun II - 47 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan usaha Tahun 2010 dan Proyeksi Tahun III - 5 PDRB adhk dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 dan proyeksi Tahun III - 6 Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun III - 7 Prioritas Pembangunan, Agenda Pokok dan Sasaran... IV - 5 Pemetaan Prioritas ke dalam Urusan dan SKPD Penanggungjawab beserta Pagu Indikatifnya Tahun IV - 10 Hubungan Visi/Misi dan Tujuan/Sasaran Pembangunan... IV - 13 Prioritas Pembangunan Daerah... IV - 16 Penjelasan Program Prioritas Pembangunan Daerah... IV - 19 v

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Grafik Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglangg Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005, `II - 5 Grafik Perkembangan Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Secara Sektoral Tahun II - 6 Grafik PDRB adhk dan Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun II - 8 v

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undangdalam rangka Undang Nomor 12 Tahun 2008, mengamanatkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Ketiga dokumen perencanaan tersebut satu sama lain saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Terkait dengan amanat tersebut, Pemerintah Kabupaten Pandeglang telah menyusun Rencanaa Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010 dan menyusunn Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tersebut dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaanya dengann mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Banten. Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 merupakan penjabaran tahun Ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun , dengan memperhatikan hasil kinerja pembangunan yang dicapai pada tahun sebelumnya. Fenomena yang ada dan isu strategis yang akan dihadapi pada tahun pelaksanaan RKPD, mempertimbangkan sinergitas antar sektor dan antar wilayah serta penjaringan aspirasi secara bertahap melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang secara partisipatif dilakukan mulai dari Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten yang selanjutnya diformulasikan melalui Forum SKPD, Forum Gabungan SKPD dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. I-1

14 Pagu indikatif yang menjadi substansi penting pada RKPD ini merupakan gambaran investasi Pemerintah yang dalam penjabarannya diinteraksikan dengan komponen sumberdaya yang lain, seperti dekonsentrasi maupun tugas pembantuan. Terhadap kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, dokumen RKPD ini merupakan sub sistem penting sebagai input dalam penyusunan program dan penganggaran SKPD. Dokumen RKPD ini merupakan dokumen publik, sehingga pelibatan semua stakeholders dalam proses penyusunan rencana program dan kegiatan menjadi pengarusutamaan (mainstreaming) dalam proses penyusunan dokumen RKPD. Dengan prinsip tersebut, diharapkan dokumen RKPD ini dapat diakses oleh semua stakeholders baik dalam tahap pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Landasan Hukum Penyusunan RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun 2013 mengacu pada sejumlah peraturan yang digunakan sebagai rujukan, antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4400); 4. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; I-2

15 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraann Pemerintahan Daerah (Tambahan Lembara n Negara Republik Indonesia Nomor 4124); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Strukturr Organisasi dan Tatalaksana Pemerintahan; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraann Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negaraa Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang. 17. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2008, Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pandeglang; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 7 tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun ; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun ; 21. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013; 22. Peraturan Gubernur Banten Nomor 8 Tahun 2012 Tentang RKPD Provinsi Banten Tahun 2013; 23. Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 3 Tahun 2011, tentang Petunjuk Pelaksanaan Rangkaian Musrenbang RKPD dan Tata Cara Penyusunan Rencana Kerja SKPD. I-3

16 1.3. Hubungan Antar Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang 2013 memiliki hubungan dengan berbagai dokumen perencanaan lainnya, yakni disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun Selain itu juga mempertimbangkan asas kesinambungan dari penjabaran program-program pembangunan yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Pandeglang (Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011) juga mempertimbangkan arah pembangunan kewilayahan yang telah dimuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang, serta mempertimbangkan pula hasil kajian dan konsepsi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pandeglang (Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 8 Tahun 2010). Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang 2013 yang berisi sasaran, arah kebijakan, program, dan prioritas kegiatan, menjadi rujukan sekaligus landasan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), dan Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta penyusunan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) kepala daerah, sekaligus menjadi tolok ukur kinerja kepalaa daerah. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa RKPD merupakan rencana pembangunan tahunan dari RPJMD Kabupaten yang selanjutnya akan menjadi pedoman penyusunan RKUA dan RPPAS yang dijadikan dasar penyusunan RAPBD dan APBD Kabupaten. Sedangkan Renja SKPD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyusunan RKPD yang dalam penyusunannya harus mengacu pada RKPD Sistematika Dokumen RKPD RKPD ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini memuat tentang latar belakang penyusunan dokumen RKPD, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika dokumen RKPD, serta maksud dan tujuan penyusunan dokumen RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun Latar Belakang Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, proses penyusunan RKPD, kedudukan RKPD tahun dalam periode dokumen RPJMD, keterkaitan antara dokumen RKPD dengan dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD serta tindak lanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD. I-4

17 1.2. Dasar Hukum Penyusunan Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD, baik yang berskala nasional, maupun lokal Hubungan Antar Dokumen Bagian ini menjelaskan hubungan RKPD dengann dokumen lain yang relevan beserta penjelasannya Sistematika Dokumen RKPD Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD serta garis besar isi setiap bab didalamnya Maksud dan Tujuan Memberikan uraian ringkas tentang tujuan penyusunan dokumen RKPD dan sasaran penyusunan dokumen RKPD Kabupaten Pandeglang Tahun BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikann tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu, selain itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dokumen RKPD tahun berjalan sebagai bahan acuan. Capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan menguraikan tentang kondisi geografi demografi, pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan, dan permasalahan pembangunan daerah di Kabupaten Pandeglang Gambaran Umum Kondisi Daerah Bagian ini menjelaskan dan menyajikan gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah Aspek Geografi dan Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Aspek Daya Saing Daerah 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun 2011 dan Realisasi RPJMD Mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah tahun lalu Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah berisi uraian rumusan umum permasalahan pembangunan daerah Permasalahan Daerah Yang berhubungann Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah I-5

18 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGANN DAERAH Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan 2011 dan Perkiraan Tahun Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2012 dan Tahun Arah Kebijakan Keuangan Daerah Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Arah Kebijakan Belanja Daerah Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH.TAHUN 2013 Mengemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaann RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2. Prioritas Pembangunan Daerah BAB V RENCANA DAERAH KERJA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD. BAB VI PENUTUP Menguraikan pelaksanaannya Maksud dan Tujuan tentang pedoman pelaksanaan dan kaidah Maksud penyusunan RKPD ini untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta I-6

19 mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan daerah. Tujuan dari penyusunan RKPD ini sebagai pedoman dalam penyusunan perencanaan pembangunan tahunan daerah Kabupaten Pandeglang yang bersumber dari danaa APBD maupun dana non APBD, dan merupakan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan bagi : 1. Penyusunan Renja SKPD, RKUA dan RPPAS, serta RAPBD; 2. Memfasilitasi berbagai potensi sumber daya masyarakat/ swasta/ institusi non pemerintah dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Kabupaten Pandeglang Tahun I-7

20 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2013, disusun berdasarkan Evaluasi hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2011 dan Perkiraan Capaian Pelaksanaan RKPD Tahun Kegiatan evaluasi kinerja pada dasarnya dapat dipandang dari dua fungsi utamanya yakni: (1) bagi keperluan eksternal pemerintah, menjadikan evaluasi sebagai sarana pertanggungjawabann pemerintah atas capaian kinerja yang berhasil diperoleh selama ini. Esensi capaian kinerja tersebut merujuk kepada sampai sejauhmana visi, misi, tujuan dan sasaran strategis telah dicapai. (2) bagi keperluan internal pemerintah, menjadikan evaluasi sebagai sarana monitoring pencapaian kinerja oleh manajemen pemerintah bagi upaya-upaya perbaikan kinerja dimasa datang. Untuk setiap celah kinerja yang ditemukan, manajemen pemerintah dapat merumuskan strategi pemecahan masalahnya sehingga capaian kinerja pemerintah dapat ditingkatkan dimasa mendatang secara berkelanjutan Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografi dan Demografi Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten yang berada di ujung Barat Pulau Jawa, memiliki luas wilayah Km 2 ( ,91 ha) atau sebesar 29,98% dari luas Provinsii Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km. Secara geografis terletak antara Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan batas wilayah: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang; 2. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda; 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; dan 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak Sumberdaya alam dan lingkungan hidup memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan, untuk itu pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam haruslah bijaksana dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Wilayah Kabupaten Pandeglang memilikii potensi sumberdaya alam yang mendukung pembangunan pertanian, kehutanan, pertambangan, perikanan dan kelautan, serta pariwisata. Penggunaann lahan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 didominasi sektor pertanian. Hal tersebut sebanding dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari hektar luas Pandeglang, hektar (87,44 persen) diantaranya digunakan untuk usaha pertanian seperti persawahan, ladang, kebun, empang, kolam tambak, kolam/tebat/empang, lahan II-1

21 untuk tanaman, hutan rakyat dan negara. Sedangkan sisanya digunakan untuk pekarangan/lahan, untuk bangunan dan halaman sekitarnya, lahan yang sementara tidak diusahakan dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya gambaran penggunaan lahan di Kabupaten Pandeglang dapat dilihat sebagaimana Tabel 2.1. Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) Irigasi Non Irigasi Ladang/Huma Tegal/Kebun Kolam/Tabat/Empang Tambak Pengembalaan/Padang Rumput Perkebunan Besar Hutan Rakyat Lain-lain Bangunan dan Halaman Sementara Tidak Diusahakanan Hutan Negara Rawa Tidak Ditanami Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang Sementara itu pengembangan sumberdaya hutan didukung oleh keberadaan hutan rakyat dan hutan negara yang relatif luas diantaranya Kawasan Konservasi si Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kawasan AKARSARI (Gunung Aseupan, Gunung Karang, Gunung Pulosari) serta beberapa Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Pandeglang guna pemanfaatan hasil hutan. Kabupaten Pandeglang juga memiliki potensi kawasan pertambangan yang cukup besar, baik dari jenis, maupun kandungannya. Jenis bahan galian yang ada di Kabupaten Pandeglang seperti lempung, bentonit, kaolin, zeolit, tosekifeldspar, batu pasir kuarsa, batu gamping, kalsit-marmer, batu sempur, tras, batu belah, sirtu, opal, batu pasir, batubara, emas dan perak. Pengelolaan sumberdaya alam juga dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata melalui pengembangan Kawasan Pariwisata Gunung Karang, Kawasan Pariwisata Cikedal, Kawasan Pariwisata Carita, Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung, Kawasan Pariwisata Taman Nasional Ujung Kulon, dan Kawasan Pariwisata Pantai Selatan. II-2

22 Kabupaten Pandeglang dialiri oleh 18 aliran sungai dengan panjang total sekitar 835 km. Sungai-sungai tersebut dikelompokan ke dalam 2 Satuan Wilayah Sungai (SWS), yaitu SWS Ciujung dan SWS Ciliman. Sement ara itu Kabupaten Pandeglang ang terbagi menjadi 6 Daerah Aliran Sungai (DAS) terdiri DAS Cibaliung, DAS Cibungur, DAS Cidanau, DAS Ciliman, DAS Ciujung dan DAS Ujung Kulon. Keberadaan SWS dan DAS tersebut selain memiliki fungsi pelestarian lingkungan gan hidup khususnya pelestarian sumberdaya air sekaligus berfungsi sebagai penyedia air bersih bagi masyarakat maupun untuk pengairan. Keberadaan SWS dan DAS tersebut juga memberikan berkah untuk pengembangan sektor perikanan air tawar. Di lain pihak, sektor kelautan dan perikanan juga ditopang oleh panjang pantai yang mencapai 307 km, yang memungkinkan penggalian potensi perikanan air laut. Di perairan yang cukup luas ini hidup beraneka eka ragam sumberdaya hayati yang berpotensi sebagai lahan budidaya ikan juga terdapat potensi hutan mangrove dengan jenis bakau, serta jenis lainnya yang sangat potensial untuk menjaga kondisi pantai dari erosi air laut. Jumlah penduduk di Kabupaten Pandeglang sampai dengan tahun 2010 berdasarkan Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 tercatat sebanyak orang Adapun rincian jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun , dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun No Kecamatan Sumur 21,354 21,696 21,813 22,173 22,747 22,754 2 Cimanggu 36,243 36,923 37,121 37,496 36,745 36,634 3 Cibaliung 25,486 25,894 26,033 26,342 28,876 28,781 4 Cikeusik 48,604 49,382 49,647 50,199 51,223 51,012 5 Cibitung 19,484 19,796 19,903 20,163 21,227 21,180 6 Cigeulis 37,987 38,595 27,724 33,722 33,922 33,856 7 Panimbang 77,227 78,463 46,686 47,283 49,024 48,910 8 Sobang 37,735 38,117 35,125 35,034 9 Munjul 22,355 22,713 22,836 23,182 22,187 22, Angsana 26,562 26,987 27,124 27,522 25,633 25, Sindangresmi 21,073 21,410 21,527 21,863 21,402 21, Picung 33,305 33,838 34,023 34,513 35,214 35, Bojong 33,094 33,623 33,804 34,209 33,785 33, Saketi 39,614 40,248 40,465 41,056 43,057 42, Cisata 31,007 31,503 22,150 22,481 23,403 23, Pagelaran 33,169 33,700 33,882 34,409 33,997 33,943 Kabupaten Pandeglang g 2012 II-3

23 No Kecamatan Patia 27,033 27,466 27,612 28,136 27,358 27, Sukaresmi 32,969 33,496 33,674 34,181 33,865 33, Labuan 50,814 51,627 51,903 52,786 54,534 53, Carita 31,408 31,911 32,086 32,412 32,103 32, Jiput 32,765 33,289 29,795 30,186 28,472 28, Cikedal 30,076 30,557 30,721 30,997 30,522 30, Menes 48,065 48,834 35,692 36,084 35,423 35, Pulosari 26,599 26,960 27,593 27, Mandalawangi 43,968 44,671 44,910 45,343 45,851 46, Cimanuk 36,951 37,542 37,745 38,235 38,309 38, Cipeucang 27,517 27,957 28,107 28,387 27,955 28, Banjar 29,831 30,308 30,463 30,927 29,855 29, Kaduhejo 33,169 33,700 33,880 34,505 34,626 34, Mekarjaya 20,334 20,659 20,769 21,492 18,958 19, Pandeglang 85,197 86,560 38,590 39,291 39,759 41, Majasari 42,153 42,379 44,714 46, Cadasari 32,775 33,300 30,936 31,377 31,413 31, Karangtanjung 37,253 37,849 29,799 30,285 32,419 32, Koroncong 17,069 17,374 17,768 17,643 Jumlah 1,106, ,130,514 1,146,067 1,149, Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan hasil sensus penduduk tahun sebesar 2,71 persen, periode sebesar 2,15 persen, periode sebesar 2,14 persen, dan periode sebesar 1,64 persen. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 sampai dengan 2010 mencapai 1,30 persen. Semakin menurunnya laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pandeglang dari periode tahun 60-an sampai dengan sekarang tahun 2010 menunjukkan wujud keberhasilan dalam menjalankan program Keluarga Berencana (KB) Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Perekonomian Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 dapat dilihat pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kabupaten Pandeglang merupakan cerminan perolehan nilai tambah atas proses produksi atau jasa di wilayah Kabupaten Pandeglang pada Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pandeglang atas dasar harga berlaku Tahun 2010 sebesar 8,424 triliun rupiah (atau senilai juta rupiah), nilai ini meningkat sebesar 72,36 persen dari PDRB adhb pada Tahun 2005 yang nilainya Kabupaten Pandeglang g 2012 II-4

24 4,887 triliun rupiah. Sektor dominan yang memberi andil dalam perkembangan nilai PDRB adhb Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 berturut-turut adalah Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan,Hotel dan Restoran, serta Sektor Jasa-jasa (seperti terlihat pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.1). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku & Kontribusi PDRB Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha, Tahun LAPANGAN USAHA Pertanian ,54 30,32 8,01 Pertambangan & Penggalian ,11 0,07 3,03 Industri Pengolahan ,39 10,47 9,64 Listrik, Gas dan Air Bersih ,81 2,66 41,30 Bangunan ,32 4,83 14,02 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Komunikasi dan Bank & Lembaga Keuangan lainnya Tabel 2.3 PDRB ADHB (Jutaan Rupiah) Kontribusi (%) ,89 23,49 12, ,29 7,90 16, ,32 5,81 18,31 Jasa-jasa ,32 14,45 11,71 KABUPATEN ,00 100,00 11,50 BANTEN ,78 5,65 11,98 Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Gambar Grafik Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005, 2010 Rata-rata Pertumbuhan Th (%) Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-5

25 Dari Grafik tersebut, tergambar bahwa perekonomian di wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 didominasi oleh Sektor Pertanian dengan kontribusi 30,32 persen (atau menyumbang sebesar 2,555 triliun rupiah) yang berarti bahwaa sektor pertanian masih menjadi sektor andalan dalam menggerakan perekonomian di wilayah Kabupaten Pandeglang. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi menonjol bagi perekonomian daerah adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 23,49 persen serta Sektor Jasa-jasa sebesar 14,45 persen. Sembilan kelompok sektor PDRB adhb menurut lapangan usaha seperti tersebut di atas, menggambarkan struktur perekonomian di suatu wilayah. Struktur perekonomian tersebut dikelompokan ke dalam tiga sektoral, yaitu Sektor Primer (meliputi Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian), Sektor Sekunder (meliputi Sektor Industri Pengolahan, Listrik Gas dan Air, serta Sektor Bangunan), dan Sektor Tersier (meliputi Sektor Perdagangan, hotel dan restoran, Sektor Angkutan dan komunikasi, Sektor Keuangan, serta Sektor Jasa-jasa). Apabila dilihat ke dalam tiga kelompok tersebut, terlihat bahwa Sektor Tersier memberikan andil terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang dalam kurun waktu Tahun , disusul oleh Sektor Primer dan Sektor Sekunder (Gambar 2.2). Gambar 2.2 Grafik Perkembangan Kontribusi PDRB Atas Dasar Hargaa Berlaku Kabupaten Pandeglang Secara Sektoral, Tahun Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Sementara dalam periode tahun , jika dilihat berdasarkan rata- rata laju pertumbuhan sektor PDRB adhb, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih II-6

26 mempunyai laju pertumbuhan terbesar yaitu 41,30 persen per tahun, kemudian diikuti oleh Bank & Lembaga Keuangan lainnya sebesar 18,31 persen per tahun, Pengangkutan dan Komunikasi 16,69 persen per tahun, Bangunan 14,02 persen per tahun, Perdagangan Hotel dan Restoran sebesar 12,08 persen per tahun serta jasa-jasa sebesar Rp. 11,71 persen per tahun. Dengan demikian laju pertumbuhan total PDRB adhb Kabupaten Pandeglang selama kurun waktu sebesar 11,50 persen per tahun dengan nilai PDRB adhb tahun 2010 sebesar Rp.8,42 Trilyun. Produk domestik Regional Bruto Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar Rp. 3,40 trilyun dan pada tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 0,86 trilyun. Kontribusi PDRB adhk terbesar disumbang oleh sektor pertanian yaitu sebesar 36,07 persen pada tahun 2005 dan 32,18 persen pada tahun 2010, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan hotel dan restoran, jasa-jasa dan industri pengolahan. n. Gambaran PDRB adhk lebih lanjut dalam Tabel 2.4 dan Gambar 2.3. Tabel 2.4 PDRB adhk & Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha, Tahun LAPANGAN USAHAA PDRB adhk Kontribusi (%) (Jutaan Rupiah) Rata-rata Pertumbuhan Th (%) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan ,07 0,11 11,73 0,70 4,43 32,18 0,08 11,12 2,51 4,95 2,24 (3,12) 3,48 35,19 6,95 Perdagangan, Hotel dan Restoran ,19 24,79 Pengangkutan dan Komunikasi Bank & Lembaga Keuangan lainnya ,55 4,79 6,32 5,29 5,12 7,34 6,69 Jasa-jasa KABUPATEN BANTEN ,43 100,00 5,85 12,77 100,00 5,58 5,17 4,60 5,56 Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang g 2012 II-7

27 Gambar 2.3 Grafik PDRB adhk & Kontribusi PDRB adhk Tahun 2000 Kabupaten Pandeglang Menurut Lapangan Usaha Tahun Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Sementara dalam periode tahun , jika dilihat berdasarkan ratamempunyai laju rata laju pertumbuhan PDRB adhk, Listrik, Gas dan Air Bersih pertumbuhan terbesar yaitu 35,19 persen per tahun, kemudian diikuti oleh Pengangkutan dan Komunikasi 7,34 persen per tahun, Bangunan sebesar 6,95 persen per tahun, Bank & Lembaga Keuangan lainnya 6,69 persen per tahun, serta Jasa-jasa sebesar 5,17 persen per tahun. Laju pertumbuhan PDRB adhk Kabupaten Pandeglang selama kurun waktu sebesar 4,60 persen per tahun dengan nilai PDRB adhk tahun 2010 sebesar Rp.4,26 Trilyun. B. Laju Inflasi Inflasi merupakan ukuran yang menunjukkan kenaikan harga. Inflasi merupakan hal penting karena terkait dengan tingkat daya beli masyarakat yang berimplikasi langsung terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi semakin berkurang daya beli masyarakat sehingga akan mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat inflasi di suatu wilayah pada suatu tahun selain dihitung dengan metode IHK (Indeks Harga Konsumen), dapat juga dilihat dari besarnya perubahan Indeks Harga Implisit PDRB tahun berjalan dari tahun sebelumnya. Inflasi ini merupakan perubahan harga yang terjadi dari sudut produsen atau yang lebih dikenal dengan Inflasi Sektoral. Inflasi tersebut digambarkan oleh masing-masing sektor dan bersumber dari perbandingan antara PDRB adhb dengan PDRB adhk. Indeks harga yang diturunkan dari perhitungan PDRB disebut sebagai PDRB Deflator atau yang dikenal dengan Indeks Implisit (Indeks Harga Produsen). II-8

28 Seberapa jauh terjadinya perubahan harga secara makro dari masing- Dengan masing sektor dapat digambarkan melalui besaran Inflasi Sektoral. menggunakan berbagai jenis input disertai harga yang berbeda pada suatu sektor, maka harga tertimbangnya digambarkan oleh perubahan indeks implisit setiap tahunnya. Tabel 2.5 Indeks Implisit dan Inflasi Sektoral Kabupaten Pandeglang Tahun Sektor Rata-rata laju pertumbuhan (%) PDRB adhb (Milyar Rp) PDRB (Milyar) adhk Indeks Implisit/Deflator PDRB Inflasi Tingkat Produsen di ,81 159,35 166,94 181,43 187,49 8,20 10,81 4,77 8,68 3, , ,60 197,95 6,60 5,58-7,40 Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang dan Hasil Analisis Pada Tabel 2..5 di atas terlihat bahwa inflasi sektoral berfluktuasi. Inflasi sektoral tahun 2005 sebesar 8,20 persen, dan tahun 2007 menjadi 4,77 persen sedangkan pada tahun 2008 menjadi 8,68 persen. Hal tersebutt terjadi seiring dengan meningkatnya harga BBM yang berpengaruh terhadap kenaikan harga barang lainnya. Sementara pada tahun 2009, dan 2010 mengalami penurunaan kembali masing-masing sebesar 3,34 persen dan 5,58 persen. Sementara rata-rata laju petumbuhan inflasi sektoral tahun sebesar minus -7,40 persen per tahun. C. Angka Kemiskinan Perkembangan kesejahteraan masyarakat dapat tercermin juga dalam angka kemiskinan yang merupakan salah satu persoalan serius dan tidak diharapkan oleh semua orang. Ukuran kemiskinan dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin atau prosentase penduduk miskin/angka garis kemiskinan. Selama kurun waktu tahun prosentase penduduk miskin di Kabupaten Pandeglang cenderung mengalami penurunan, hal ini menunjukkan ada keberhasilan pemerintah dalam penanganan kemiskinan. Pada tahun 2005 persentasi penduduk miskin sebesar 13,89 persen dan pada tahun 2010 menjadi II-9

29 11,14 persen atau secara persentasi berkurang 2,75 persen. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka kemiskinan di kabupaten pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. No Uraian Tabel 2.6 Persentasi Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 2 Jumlah Rumah Tangga (KK) 3 Angka Kemiskinan (%) 13,89 15,82 15,64 14,49 12,01 11,14 4 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Sumber : Hasil Analisis dan Susenas II-10

30 Tabel 2.7 Laju Pertumbuhan Penduduk Miskin Kabupaten Pandeglang No Uraian Laju Pertumbuhan Rata-rata Pertumbuhan Th Jumlah Penduduk (Jiwa) 1,60 0,54 1,38 0,26 0,55 0,76 2 Jumlah Rumah Tangga (KK) 1,6 0,44 0,91-1,44-9,45-1,67 3 Jumlah Penduduk duk Miskin (%) 15,72-0,61-6,54-16,48-7,39-3,63 Sumber : Hasil Analisis dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Fokus Kesejahteraan Sosial A. Angka Melek Huruf Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis. Angka melek huruf Partiipasi di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 95,50 persen dan pada tahun 2010 menjadi 96,35 persen atau meningkat sebesar 0,18 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,85 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka melek huruf di kabupaten pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel 2.8. Tabel 2.8 Angka Melek Huruf di Kabupaten Pandeglang Tahun N O URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Melek Huruf (%) Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-11

31 B. Angka rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 6,40 tahun dan pada tahun 2010 menjadi 6,47 tahun atau meningkat sebesar 0,07 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,22 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai rata-rata lama sekolah di kabupaten pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel 2.9. Tabel 2.9 Rata-rata lamaa sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka rata-rata lama sekolah 6,40 6,80 6,50 6,40 6,44 6,47 (tahun) 0,22 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang C. Angka Partisipasii Kasar (APK) Angka partisipasi kasar adalah persentase penduduk yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia pendidikan tertentu. Angka partisipasi kasar tingkat SD sederajat di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 103,75 persen dan pada tahun sebesar 109,37 persen atau meningkat sebesar 5,62% dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 1,06 persen per tahun. Angka partisipasi kasar tingkat SMP sederajat pada tahun 2005 sebesar 51,56 persen dan pada tahun 2010 sebesar 63,,28 persen atau meningkat sebesar 11,72 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,18 persen per tahun. Sementara angka partisipasi kasar tingkat SMA sederajat pada tahun 2005 sebesar 22,20 persen dan pada tahun 2010 sebesar 53,27 persen atau meningkat sebesar 23,07 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 19,13 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka partisipasi kasar di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel II-12

32 Tabel 2.10 Angka Partisipasi Kasar di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Partisipasi Kasar (%) : a.sd Sederajat 103,75 109,01 112,54 114,71 114,96 109,37 1,06 b.smp Sederajatat 51,56 66,83 68,43 54,64 57,07 63,28 4,18 c.smu Sederajatat 22,20 28,89 28,80 29,86 33,04 53,27 19,13 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang D. Angka Partisipasi Murni (APM) APM merupakan persentase penduduk usia sekolah tertentu yang bersekolah pada jenjang sekolah tersebut terhadap jumlah penduduk usia sekolah dimaksud. Angka partisipasi murni tingkat SD sederajat di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 91,48 persen dan pada tahun 2010 sebesar 93,18 persen atau meningkat sebesar 1,70% dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,37 persen per tahun. Angka partisipasi murni tingkat SMP sederajat pada tahun 2005 sebesar 42,51 persen dan pada tahun 2010 sebesar 53,51 persen atau meningkat sebesar esar 11,00 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,71 persen per tahun. Sementara angka partisipasi murni tingkat SMA sederajat pada tahun 2005 sebesar 19,90 persen dan pada tahun 2010 sebesar 34,02 persen atau meningkat sebesaresar 14,12 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 11,32 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka partisipasi murni di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel II-13

33 Tabel 2.11 Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Partisipasi Murni (%) : a.sd Sederajat 91,48 96,12 95,61 97,10 97,21 93,18 0,37 b.smp Sederajat 42,51 55,00 58,55 46,08 48,49 53,51 4,71 c.smu Sederajat 19,90 25,90 25,94 21,55 24,93 34,02 11,32 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang E.Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran dayaa serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah Angka. Partiipasii sekolah tingkat SD sederajat di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 92,13 persen dan pada tahun sebesar 96,42 persen atau meningkat sebesar 4,29% dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,91 persen per tahun. Angka partisipasi sekolah tingkat SMP sederajat pada tahun 2005 sebesar 61,89 persen dan pada tahun 2010 sebesar 70,54 persen atau meningkat sebesar 8,65 persen. Semetara angka partisipasi sekolah tingkat SMA sederajat pada tahun 2005 sebesar 26,85 persen dan pada tahun 2010 sebesar 31,34 persen atau meningkat sebesar 14,49 persen dengan rata-ratlebih jelasnya gambaran umum mengenai angka partisipasi sekolah di laju pertumbuhan sebesar 9,01 persen per tahun. Untuk Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel II-14

34 Tabel 2.12 Angka Partisipasi asi Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Partisipasi Sekolah (%) a.sd Sederajat b.smp Sederajatat c.smu Sederajatat 92,13 61,89 26,85 96,80 80,07 36,34 98,00 74,78 33,74 97,95 74,94 32,28 98,36 77,72 37,49 96,42 70,54 41,34 0,91 2,65 9,01 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang F. Angka Kelangsungan Hidup Bayi Angka kelangsungan hidup bayi adalah adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun, dalam kurun waktu setahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 942 orang per 1000 Kelahiran Hidup dan pada tahun 2010 menjadi 948 orang per 1000 Kelahiran Hidup atau meningkat sebesar 0,01 persen dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,13 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka kelangsungan hidup bayi di Kabupaten aten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel Tabel 2.13 Angka Kelangsungan Hidup Bayi di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Kelangsungan Hidup Bayi (1000KH) ,13 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang g 2012 II-15

35 G. Angka Harapan Hidup Angka harapan hidup adalah adalah peluang lama hidup atau umur seseorang pada waktu dilahirkan. Angka harapan hidup di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2005 sebesar 62,7 tahun dan pada tahun 2010 menjadi 63,77 tahun atau meningkat sebesar 1,07 tahun dengann rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,34 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya gambaran umum mengenai angka harapan hidup di Kabupaten Pandeglang dapat terlihat sebagaimana Tabel Tabel 2.14 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Pandeglang Tahun NO URAIAN Laju pertumbuhan rata-rata Tahun (%) Angka Harapan Hidup (tahun) 62,70 62,80 62,90 63,30 63,52 63,777 0,34 Sumber : Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum merupakan kondisi yang sangat penting untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik melalui program dan kegiatan yang dijalankan. Program kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah terbagi kedalam urusan wajib dan pilihan dimana masing-masing urusan mempresentasikan sejauh mana keberhasilan pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap masyarakat Pendidikan Untuk mensukseskan program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun di Kabupaten Pandeglang diperlukan kerja keras, konsistensi, kemauan yang tulus (political will) serta sinergi yang baik antar stake holder dalam menjalankan berbagai kebijakan yang terkait dengan program Wajar Dikdas 9 tahun. Program ini dikatakan berhasil apabila angka partisipasi sekolah anak usia 7 15 tahun mencapai 100 persen. Atau dengan kata lain seluruh anak usia SD dan SMP di Pandeglang dalam keadaan bersekolah. Melihat perkembangan tahun tahun sebelumnya, untuk mencapai rata rata lama sekolah 9 tahun akan memerlukan waktu yang cukup panjang. II-16

36 Pada intinya kebijakan yang dibutuhkan adalah bagaimana mempermudah akses masyarakat ke sarana pendidikan setingkat SMP, baik dari segi lokasi geografis maupun biaya pendidikan. Sarana pendidikan perlu dibangun dengan mempertimbangkan kebutuhan, yaitu dengan memperhatikan banyaknya penduduk usia sekolah di suatu wilayah. Hal lain yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat di wilayah pedesaan bahwa pemerintah membebaskan biaya pendidikan dasar seperti dijamin dalam UUD 1945, sekaligus menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya pendidikan dalam rangka memutus rantai kemiskinan sehingga mereka termotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berikut disajikan tabel capaian pelayanan umum di bidang pendidikan yang telah di capai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang : Tabel Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Laki laki Perempuan Total Tidak/Belum SD/MI/Sederajat SD/MI/Sederajat SMP/Sederajat SMA/SMK/Sederajatat Universitas J U M L A H Tamat 28,1 39,6 15,8 12,8 3,7 100,00 30,4 43,4 14,5 9,1 2,6 100,00 29,3 41,5 15,1 11,0 3,2 100,00 Tabel Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah Pendudukduk Kabupaten Pandeglang, Tahun Kelompok ok Umur Usia 7 12 tahun Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan Usia tahun Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan Usia tahun Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan ,48 97,36 97,95 70,65 79,16 74,94 34,79 28,42 32, ,82 96,95 96,36 71,02 73,22 72,09 46,49 47,62 46, ,99 96,95 96,42 68,89 71,17 70,54 36,93 47,12 41,34 II-17

37 Tabel APM dan APK Kabupaten Pandeglang menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis KelaminTahun Kelompok Umur APM APK APM APK SD/MI/Sederajat Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan SMP/Sederajat Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan SMA/SMK/Sederajat Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan 92,01 90,96 91,51 59,25 60,14 59,68 31,46 32,98 32,09 103,91 108,93 106,28 75,45 79,97 77,65 41,29 52,41 45,91 93,79 92,41 93,18 53,88 53,15 53,51 28,81 41,26 34,20 108,92 109,92 109,37 63,47 63,1 63,28 42,95 66,77 53,27 Tabel 2.18 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Rasio Murid Guru Menurut Jenjang Sekolah di Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 Jenjang Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Murid Guru Rasio Murid Sekolah SD/MI/Sederajat , SMP/Sederajat , SMA/SMK/Sederajat , Kesehatan Pembangunan n bidang kesehatan yang digariskan dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan agar jangkauan pelayanan kesehatan lebih luas dan merata sehingga dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih produktif, baik secara a ekonomi maupun sosial. Masalah kesehatan ehatan merupakan persoalan penduduk selama hidup, oleh karenanya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan sangatlah penting. Bahkan pemerintah telah mengarahkan agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) lebih diprioritaska n ke sektor kesehatan selain pendidikan dasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan Kabupaten Pandeglang g 2012 II-18

38 masyarakat antara lain tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai dan mutuu makanan yang dikonsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang terkait. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah angka kematian bayi (AKB) dan angka harapan hidup (AHH). Selain itu aspek penting lain nya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan, yang antara lain diukur melalui angka kesakitan atau tingkat keluhan kesehatan. Tabel 2.19 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun Indikator Derajat Kesehatan Angka Kematian Bayi Angka Harapan Hidup (tahun) ,4 63, ,8 63, ,8 63,77 Tabel 2.20 Angka Kesakitan dan Rata rata Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Pandeglang, Tahun Indikator Kesehatan 2009 L P Total L Angka Kesakitan (%) 20,69 24,82 22,74 46,26 Rata rata Lamanya Sakit 6,25 7,38 6,86 5,09 (hari) 2010 P Total 49,95 48,06 4,95 5, Ketenagakerjaan Pembangunann bidang ketenagakerjaan memegang peranan penting dalam mewujudkan masyarakat sejahtera sesuai dengan yang apa yang dicita citakan oleh pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan. Masalah ketenagakerjaan di Pandeglang masih cukup memprihatinkan, ditandai antara lain dengan jumlah pengangguran yang cukup besar dan pendapatan pekerja yang relatif rendah. Tingkat pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya. Selain itu, potensi yang ada akan menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan dan dapat mendorong pada peningkatan keresahan sosial dan kriminal. Hal tersebutt pada akhirnya akan menghambat proses pembangunan dalam jangka panjang. Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang digambarkan melalui beberapa indikator karakteristik ketenagakerjaan. Indikator ketenagakerjaan tersebut diantaranyaa adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat II-19

39 kesempatan kerja (TKK) dan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Indikator ketenagakerjaan tersebut merupakan gambaran kegiatan penduduk yang termasuk sebagai penduduk usia kerja (PUK) dalam bekerja memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2010, penduduk Kabupaten Pandeglang yang masuk kategori usia kerja sebanyak jiwa. Angka ini meningkat 9,17 persen dibandingkan tahun Meningkatnya jumlah penduduk usia kerja akan mempengaruhi karakteristik ketenagakerjaan di Kabupaten Pandeglang. Diharapkan dari setiap penambahan penduduk usia kerja akan diikuti juga dengan peningkatan partisipasinya untuk masuk dalam angkatan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), pada tahun 2010 persentase penduduk Kabupaten Pandeglang yang masuk dalam usia kerja dan aktif dalam bekerja dan mencari pekerjaan (TPAK) tercatat sebesar 63,76 persen atau mengalami penurunan bila dibandingkann dengan tahun sebelumnya yang mencapai 65,44 persen. Angka tersebut sekaligus memberikan gambaran bahwa hanya sekitar 63,76 persen dari penduduk usia kerja di Kabupaten Pandeglang yang berpotensi untuk mendapatkan pendapatan/penghasilan, walaupun di dalamnya masih termasuk mereka yang mencari pekerjaan. Tabel 2.21 Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Pandeglang Tahun Karakteristik 2008*) 2009*) Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pengangguran Bukan Angkatan Kerja : a. Sekolah b. Mengurus RT c. Lainnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 65,44 63,52 63,76 5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 11,13 10,98 11,34 6. Tingkat Kesempatan Kerja (%) 88,87 89,02 88,66 Sumber : Bappeda dan Biro Pusat Statistik Kabupaten Pandeglang II-20

40 Perumahan Salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang adalah papan atau hunian tempat tinggal. Selain sebagai tempat berlindung dan mempertahankan diri dari kondisi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial, rumah juga dapat menunjukkan status sosial seseorang. Status sosial seseorang berbanding lurus dengan kualitas/kondisi rumahnya. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan perumahanpun meningkat. Namun keterbatasan lahan untuk pemukiman dan penawaran perumahan yang hanya tertuju pada suatu golongan masyarakat tertentu merupakan kendala bagi sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan. Hal lain yang menjadi permasalahan adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk membangun perumahan yang layak huni, sementara tingkat pendapatan penduduk masih relatif rendah. Berdasarkan hasil Susenas, pada tahun 2010 sebagian besar rumah tangga di Pandeglang menempati rumah milik sendiri/orang tua/ saudara (97,21 persen). Sedangkan sisanya sebesar 2,79 persen rumah tangga masih menempati rumah sewa/ kontrakk ataupun rumah dinas/bebas sewa. Kriteria rumah yang layak dan sehat untuk dijadikan tempat tinggal adalah apabila rumah tersebut memiliki dinding terluas yang terbuat dari tembok atau kayu, atap terluas berupa beton atau genteng serta luas lantai terluas bukan berupa tanah. Selain itu menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki i luas lantai per orang minimal 10m 2. Menurut Pedoman Rumah Sederhana Sehat, kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktifitas dasar manusia di dalam rumah yang meliputi tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, masak, dan ruang gerak lainnya. Dan menurut Kementerian Kesehatan, salah satu persyaratan rumah sehat adalah jika penguasaan luas lantai per kapitanya minimal 8m 2.Jika melihat hasil kajian, maka kebutuhan ruang per orang adalah 9m 2 dengan perhitungan rata-rataa ketinggian langit-langit adalah 2,80 m. Berdasarkan hasil Susenas, pada tahun 2010 tidak terdapat rumah tangga di Pandeglang yang penguasaan luas lantai rumah perkapitanyaa kurang dari 10 m2. II-21

41 Tabel 2.22 Indikator Fasilitass Perumahan di Kabupaten Pandeglang, Tahun (Persen) Indikator Fasilitas Perumahan 2009 Rumah milik sendiri/ Orang tua/ Saudara 97,77 Lantai terluas bukan tanah 78,42 Luas lantai rumah perkapita < 10 m2 29,4 Atap rumah dari beton dan genteng 85,57 Dinding rumah berupa tembok 47,08 Mengkonsumsi air minum kemasan dan air 10,41 ledeng ,21 88,89-85,41 49,14 8,12 Bahan bakar memasak: Gas Minyak tanah Kayu bakar Lainnya 22,49 1,79 75,06 0,66 21,46 1,24 76,46 0,84 Menggunakan fasilitas buang air besar 52,48 Menggunakan Listrik PLN dan non PLN 93,09 54,48 92, Kependudukan dan KB Kependudukan Dalam proses pembangunan, disamping sebagai pelaksana pembangunan, penduduk juga merupakan sasaran akhir dari semua target program pembangunan seperti peningkatan kesejahteraan, kesehatan, keamanan, kualitas sumber daya manusia dan sebagainya. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan perlu dimanage dengann baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan. Karakteristik penduduk menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan dan perencanaann pembangunan. Begitu juga untuk bahan evaluasi, data mengenai kependudukann dapat dijadikan sebagai dasar untukuk menilai sejauh mana keberhasilan dan dampak dari kebijakankebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam penentuan kebijakan bidang kependudukan. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak jiwa. Selama periode tahun rata rata laju II-22

42 pertumbuhan penduduk (LPP) menun jukkan angka sekitar 2,14 persen per tahun, sedangkan pada periode tahun rata rata laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,30 persen. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk periode tahun lebih lambat dibandingkan periode tahun Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya angka laju pertumbuhan penduduk diantaranya adalah keberhasilan program keluarga berencana, pendewasaan usia perkawinan dan banyaknya penduduk Kabupaten Pandeglang yang migrasi ke Kota/Kabupaten lain. Meningkatnya jumlah penduduk akan berdampak pada berbagai masalah kependudukan yang sangat kompleks. Oleh karena itu sasaran pembangunan bidang kependudukan disamping berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan, juga harus mampu menekan angka laju pertumbuhan penduduk tetap padaa batas normal. Dengan luas wilayah sebesar 2.746,89 km2 dan jumlah penduduk sebanyak jiwa, maka pada tahun 2010 setiap km 2 wilayah di Kabupaten Pandeglang rata rataa ditempati oleh 419 jiwa. Seperti disajikan Tabel 2.2, penyebaran penduduk antar kecamatan di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 masih belum merata. Kepadatan penduduk berbeda sesuai dengan karakteristik wilayah masing masing. Kecamatan dengan kepadatan penduduk paling besar adalah Kecamatan Labuan, yaitu jiwa per km 2. Angka ini mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar jiwa per km2. Sedangkan kecamatan paling kecil kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Sumur, yaitu 88 jiwa per km 2. Kecamatan kecamatan sekitar ibukota kabupaten lebih padat dibandingkan kecamatan kecamatanan di wilayah selatan Kabupaten Pandeglang. Berbagai kebijakan telah ditempuh Pemerintah Kabupaten Pandeglang unutk mengatasi penyebaran penduduk yang tidak merata, yang paling terkenal adalah dengan melakukan pemekaran kecamatan. Pemekaran kecamatan dilaksanakan dengan tujuan mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Selain itu pemekaran merupakan salah satu usaha pemerintah dalam pemerataan program dan hasil hasil pembangunan. Tingginya tingkat kepadatan penduduk akan berpengaruh pada usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan perumahan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah-daerah yang tinggi tingkat kepadatannya harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas bagi penduduk setempat, sehingga tingkatt pengganguran penduduk dapat ditekan serendah mungkin untuk menghindari dampak sosial negatif yang mungkinn muncul. Keluarga Berencana Persentase akseptor KB selama dua tahun terakhir terlihat mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 jumlah akseptor KB aktif naik menjadi pasangan usia subur (PUS) atau 67,90 persen dari PUS menjadi akseptor II-23

43 KB aktif, sedangkann pada tahun 2010 jumlah akseptor KB aktif naik menjadi PUS atau 69,89 persen dari PUS. Diantara banyak cara/alat kontrasepsi, ternyataa suntik dan pil merupakan pilihan terbanyak para akseptor KB. Lebih 60 persen akseptor KB menggunakan alat kontrasepsi suntik dan sebayak 22,23 persen menggunakan pil. Selebihnya akseptor menggunakan alat kontrasepsi IUD, MOP/MOW, IMPLANT dan KONDOM. Tabel 2.23 Persentase Akseptor KB Aktif Menurut Cara/Alat Kontrasepsi di Kabupaten Pandeglang. Tahun Cara/Alat Kontrasepsi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pil AKDR/IUD Suntik Susuk KB/Norplant Tubektomi Vasektomi Kondom Tradisional/Lainnyaa T o t a l Jumlah PUS % Akseptor KB Aktif ,90 22,15 4,67 61,10 9,13 1,58 0,95 0,13 0, ,89 22,23 4,85 60,18 9,44 1,44 1,05 0,80 0,00 100, Perhubungann Prasarana dan sarana transportasi memiliki peran penting dalam mendukung mobilitas manusia dan memperlancar arus lalu lintas dan distribusi barang. Prasarana a dan sarana transportasi tersebut diantaranya adalah infrastruktur jalan, terminal dan angkutan umum. Sistem transportasi di Kabupaten Pandeglang didominasi oleh transportasi darat, untuk itu infrastruktur jalan, jembatan dan terminal menjadi infrastruktur yang memiliki peran strategis dalam upaya percepatan pembangunan. Lebih lanjut, pembangunan infrastruktur jalan yang baik di Kabupaten Pandeglang terutama berperan untuk mengangkut komoditas hasil pertanian dari pedesaan ataupun sentra produksi pertanian ke perkotaan. Keberadaan jalan tersebut juga berperan sebagai moda transportasi umum, dimana masyarakat umum memanfaatkan beberapa moda transportasi darat untuk mobilitasnya. Beberapa pilihan moda transportasi darat tersebut adalah kendaraan bis Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang melayani rute Labuan-Jakarta-Cirebon, an-jakarta-cirebon, kendaraan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) berjenis minibus dan mikrobus yang melayani rute tujuan Cilegon dan Serang sekaligus rute beberapa kecamatan di wilayah selatan Pandeglang, seperti Cibaliung, Cikeusik, Munjul dan Panimbang. Moda II-24

44 transportasi lainnyaa yang tersedia adalah kendaraan angkutan kota dan angkutan pedesaan, serta keberadaan taksi walaupun masih dalam jumlah terbatas. Mobilitas kendaraan angkutan umum tersebut didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana terminal angkutan. Pengembangan terminal angkutan di Kabupaten Pandeglang terdiri dari terminal regional dan sub regional. Terminal regional berada di Kecamatan Labuan sedangkan sub regional berada di Kecamatan Saketi, Panimbang, Cibaliung dan Pandeglang. Prasarana dan sarana perhubungan laut di Kabupaten Pandeglang berupa keberadaan infrastruktur pelabuhan laut yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai pelabuhan penangkapan ikan oleh para nelayan. Pelabuhan laut tersebut terdapat di Kecamatan Cikeusik, Sumur, Panimbang, Labuan dan Carita yang kesemuanya merupakan sentra produksi perikanan laut Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 terdiri atas 35 Kecamatan dengan 13 Kelurahan dan 322 Desa. Pemekaran kecamatan terakhir terjadi pada bulan Juli Proses pemekaran diharapkan membawa dampak yang positif terhadap pelaksanaan program pembangunan maupun pemerataan hasilhasilnya. Sejumlah desa di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 meningkat klasifikasinya dari desa Swakarya menjadi desa Swasembada. Jika pada tahun 2008 Kabupaten Pandeglang terdiri atas 149 Desa swakaryaa dan 189 desa swasembada, maka pada tahun 2010 terdiri atas 136 Desa swakarya dan 199 desa swasembada. Pemerintahann Kabupaten Pandeglang pada tahun didukung oleh orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), terdiri atas orang laki -laki dan orang perempuan. Apabila dilihat dari pendidikan, maka 140 orang berpendidikan sarjana strata 2/3 (S2/S3), orang berpendidikan sarjana strata 1 (SI), orang berpendidikan sarjana muda (D -I/II/III), orang berpendidikan SLTA, 244 orang berpendidikan SLTP dan 124 orang berpendidikan SD. APBD Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 masih seperti tahun sebelumnya dimanaa penerimaan daerah masih mengandalkann transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat, yaitu mencapai 92 persen dari seluruh penerimaan daerah. Adapun realisasi penerimaan daerah tercatat sebesar 821,8 miliar rupiah, yang terdiri dari pandapatan asli daerah (PAD) sebesar 31,921 miliar rupiah dan transfer sebesar 789,,879 miliar rupiah. Sementara untuk realisasi pengeluaran pada tahun 2010 tercatat sebesar 726,665 miliar rupiah, dengan pengeluaran terbesar untuk belanja pegawai sebesar 517,567 miliar rupiah. II-25

45 Lingkungan Hidup Pengelolaan sumberdaya alam di Kabupaten Pandeglang masih belum sepenuhnya berkelanjutan ataupun belum sepenuhnya memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup, hal ini harus diantisipasi agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Beberapa kondisi yang menggambarkan keberadaan tersebut diantaranya adalah kondisi sumber daya hutan saat ini perlu perhatian lebih serius walaupun belum pada tahap sangat mengkhawatirkan akibat meningkatnya praktik pembalakan liar ( illegal logging) dan penyelundupan kayu, meningkatnya tuntutan atas lahan dan sumber daya hutan yang tidak pada tempatnya; beberapa sungai berada pada kondisi yang menunjukkan kualitas yang menurun dengan parameter terjadinya pendangkalan sungai dan penurunan kualitas air sungai yang diakibatkan pencemaran dan sedimentasi sungai; kondisi ini juga ditambah dengan indikasi terjadinya kerusakan DAS yang salah satunya dipacu oleh pengelolaan DAS yang kurang terkoordinasi antara huluu dan hilir serta kelembagaannya yang masih lemah. Salah satu dampak atas kondisi tersebut adalah terjadinya peningkatan frekuensi banjir dimana beberapa kecamatan termasuk rawan terhadap banjir, yaitu Kecamatan Patia, Sukaresmi, Pagelaran dan Cikeusik Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang subur dan kaya akan sumber daya alam. Akan tetapi, semua potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga sampai tahun 2010 masih terdapat penduduk miskin di Kabupaten Pandeglang. Dari 326 desa dan 13 kelurahan yang ada, sebanyak 1411 desa/kelurahan (42,09%) merupakan desa/kelurahan tertinggal dan 198 desa/kelurahan (57,91%) merupakan desa/kelurahan maju. Penentuan desa/kelurahan tertinggal ini berdasarkan Surat dari Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia Nomor : B.038/M-PDT/IV/2006 Tanggal 17 April 2006 Perihal Penentuan Desa Tertinggal Seluruh Indonesia, yang menggunakan acuan data potensi Desa Tahun 2005 dan telah dilakukan verifikasi oleh Pemda Kabupaten Pandeglang. Kriteria yang digunakan dalam menentukan Kategori Desa Maju dan Tertinggal yaitu : (1) Perekonomian Masyarakat; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Infrastruktur, dan (4) Aksesibilitas Kebudayaan Kabupaten Pandeglang memiliki karakteristik budaya yang religius atau agamis. Hal ini tidak terlepas dari sejarah panjang Pandeglangg sebagai bagian tak terpisahkan dari Kesultanan Banten yang menjadi salah satu corong II-26

46 penyebaran agama Islam di wilayah barat pulau jawa. Dengann latar belakang tersebut maka tidak heran apabila akar budaya Islam mengakar kuat dalam hampir semua produk budaya masyarakat Pandeglang. Akulturasi budaya yang terjadi antara nilai-nilai budaya Islam dan budaya asli masyarakat lokal juga menciptakan satu keunikan tersendiri dalam setiap produk budaya seperti rampak bedug, debus, dan tari saman sehingga menambah khasanahh dan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Selain budaya bercorak Islam, Pandeglang juga memiliki beberapa peninggalan benda cagar budaya yang berasal dari zaman pra Islam, mulai dari menhir, situs-situs purba, bahkan arca yang terbuat dari batu Pekerjaan Umum Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 mencapai 1.043,48 kilometer. Panjang jalan yang berada di bawah wewenang Negara 169,27 kilometer dan di bawah wewenang Pemerintah Provinsi Banten 151,18 kilometer. Sedangkan sisanya sepanjang 723,03 kilometer di bawah wewenang Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan tahun 2008 yang hanya 434,6 km. Penambahan ini disebabkan oleh adanya peningkatan status jalan yang menghubungi antar kecamatan maupun antar desa di Kabupaten Pandeglang sepanjang tahun Dari seluruh panjang jalan di bawah wewenang Pemkab. Pandeglang, berupa aspal 526,63 kilometer, batu/kerikil 128,6 kilometer dan tanah 9,38 kilometer. Sedangkan berdasarkan kondisinya, hanya 11,16 persen dalam kondisi baik, 37,17 persen dalam kondisi sedang, sementara selebihnya dalam keadaan rusak dan rusak berat. Untuk lebih lengkapnyaa dapat dilihat sebagaimana Tabel No Panjang Jalan Kabupaten Menurut Jenis Permukaan Jalan dan Kecamatan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 Kecamatan Tabel 2.24 Jenis Permukaan Batu Diaspal Kerikil Tanah Jumlah 1 Sumur 10,00 2,00 12,70 24,70 2 Cimanggu 18,10 4,00 14,000 36,10 3 Cibaliung 11,50-7,00 18,50 4 Cibitung 4,90 14,10-19,00 5 Cikeusik 9,20 13,10 4,60 26,90 6 Cigeulis 9,70 7,70-17,40 7 Panimbang 18,40-15,000 33,40 8 Sobang 6, ,00 9 Munjul 8,20 13,50 6,00 28,20 II-27

47 Jenis Permukaan No Kecamatan Batu Jumlah Diaspal Kerikil Tanah 10 Angsana 4,40 6,70-11,10 11 Sindangresmi 6,30 11,60-17,90 12 Picung 19, ,50 13 Bojong 6,58 1,00-7,58 14 Saketi 19,70 12,70-32,40 15 Cisata 17,30 5,20-22,50 16 Pagelaran 30, ,50 17 Patia 0,60-6,40 7,00 18 Sukaresmi 9,90 14,40-24,30 19 Labuan 5, ,90 20 Carita 18, ,55 21 Jiput 22, ,10 22 Cikedal 19, ,50 23 Menes 17, ,70 24 Pulosari 15,90 0,30-16,20 25 Mandalawangi 30,30 30,80 3,80 34,60 26 Cimanuk 22, ,70 27 Cipeucang 6,00 5,00-11,00 28 Banjar 23,05 0,50-23,55 29 Kaduhejo 31,00 5,50-36,50 30 Mekarjaya 18, ,55 31 Pandeglang 19, ,40 32 Majasari 20, ,30 33 Cadasari 20, ,50 34 Karangtanjung 28,50 28, Koroncong 4, ,50 JUMLAH ,23 121,10 65,70 723, ,63 128,60 67,80 723,03 Sumber : Dinas PU Bidang Bina Marga Kabupaten Pandeglang Prasarana dan sarana pengairan berupa sistem prasarana dan sarana pengairan untuk meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan air baku bagi kegiatan permukiman dan kegiatan produksi seperti infrastruktur irigasi, keberadaan situ/waduk maupun Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah Irigasi (DI) yang terdapat di wilayah Kabupaten Pandeglang terbagi kedalam tiga daerah kewenangan yaitu kewenangan kabupaten (DI < 1000 Ha), kewenangan provinsi (DI Ha), dan kewenangan pusat (DI > 3000 Ha). Jumlah daerah irigasi di bawah kewenangan provinsi terdapat 3 daerah irigasi, yaitu DI Cilemer, DI Cisata/Syphon, dan DI Pasir Eurih, sedangkan di bawah kewenanganan pusat terdapat 2 daerah irigasi yaitu DI Kabupaten Pandeglang g 2012 II-28

48 Ciliman dan DI Cibaliung. Keseluruhan daerah irigasi di wilayah Kabupaten Pandeglang terdiri dari jaringan primer sepanjang km dan jaringan sekunder sepanjang km yang mengairi sawah seluas Ha. Prasarana dan sarana pengairan penting lainnya adalah keberadaan situ/waduk yang banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya serta penyediaan air bersih. Di wilayah Kabupaten Pandeglang terdapat 20 situ dan 2 waduk, dari jumlah tersebut Waduk Cikuranten yang berada di Desa Pagerbatu kecamatan Pandeglang memiliki volume tampungan paling besar yaitu sekitar m 3 yang bersumber dari Sungai Cikuranten. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat sebagaimana Tabel Pertanian Pertanian Dalam struktur perekonomian Kabupaten Pandeglang, sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling dominan. Hal tersebut sebanding dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari hektar luas Pandeglang, hektar (87,27 persen) diantaranya digunakan untuk usaha pertanian seperti persawahan, ladang, kebun, empang, kolam tambak, kolam/tebat/ t/empang, lahan untuk tanaman, hutan rakyat dan negara.. Sedangkan sisanya digunakan untuk pekarangan/lahan, untuk bangunan dan halaman sekitarnya, padang rumput, lahan yang sementara tidak diusahakan dan lain sebagainya. Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, Data tanaman pangan dirinci menurut luas jagung, umbiu-mbian dan kacang-kacangan. panen, produktifitas dan produksi. Pada tahun 2010, luas panen dan produksi komoditas padi dan palawija secara umum mengalami peningkatan dibanding tahun Untuk padi (padi sawah dan padi ladang), luas panen meningkat 1,95 persen menjadi hektar yang diikuti dengan peningkatan produksi sebesar 4,22 persen, yaitu menjadi ton. Perkebunan Sub sektor perkebunan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan sektor pertanian. Salah satu tujuan pembangunan sub sektor perkebunan perkebunan. Kegiatan sub sektor perkebunan di Kabupaten Pandeglang dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan besar, baik swasta maupun milik Negara dan perkebunan rakyat. Komoditi tanaman perkebunan yang potensial adalah kelapa, cengkeh, kopi, kelapa sawit dan karet. Menurut catatan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pandeglang, selain tanaman lada, luas tanaman perkebunan rakyat umumnya tidak mengalami banyak perubahan dari tahun 2008 ke Luas areal tanaman II-29

49 lada menurun drastis dari hektar pada tahun 2008 menjadi sekitar 233,20 hektar pada tahun Peternakan Pembangunann sektor peternakan ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak/unggas dalam rangka meningkatkan pendapatan petani ternak, khususnya di daerah pedesaan. Jenis ternak/unggas yang diusahakan di Kabupaten Pandeglang terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau, kuda), ternak kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam buras,,ayam pedaging dan itik). Populasi ternak terbanyak tahun 2010 adalah ayam buras dengan jumlah ekor, sedangkan yang paling sedikit adalah kuda dengan jumlah 51 ekor. Dibandingkan tahun 2008 populasi ternak relatif mengalami peningkatan pada semua jenis ternak kecuali ternak kuda dan ayam buras. Produksi daging ternak pada tahun 2010 secara umum meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatan produksi daging ternak tertinggi sebesar 5,24 persen untuk ternak domba. Sementara itu produksi peningkatan produksi daging unggas tertinggi sebesar 1,85 persen untuk ternak itik. Produksi kulit ternak pada tahun 2010 secara umum juga mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya Kehutanan Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu hutan lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi (hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam). Tabel menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2010, luas hutan konservasi di Kabupaten Pandeglang seluas hektar atau meliputi 66,15 persen dari luas hutan keseluruhan. Perkembangan produksi kehutanan Kabupaten Pandeglang selama tahun 2010 berdasarkan data BKPH Kecamatan Sobang dan Cikeusik tercatat sebanyak , 4 m3 kayu. Produksi kayu mangium tercatat sebanyak ,420 m3 atau sekitar 57,6 persen dari total produksi. Sedangkan produksi hutan rakyat pada tahun 2010 tercatat sebanyak m3 kayu yang terdiri atas ,17 m3 kayu bulat dan ,78 m3 kayu olahan Kelautan dan Perikanan Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, tahun 2010 produksi budidaya perikanan air tawar mencapai 875,315 ton atau senilai 13,08 milyar rupiah dengan produksi tertinggi berupa budidaya ikan mas, yaitu sebesar 435 ton. Sedangkan produksi budidaya perikanan air payau mencapai 108,085 ton atau senilai 2,718 milyar rupiah dengan produksi tertinggi II-30

50 berupa udang Vannamae, yaitu sebesar 81.9 ton. Sementara itu budidaya perikanan air laut mencapai 346,5 ton atau senilai 3,5 milyar rupiah Perindustrian Sektor Industri merupakan sektor penyumbang terbesar nomor empat dalam pembentukann PDRB Kabupaten Pandeglang selama sembilan tahun terakhir. Di Indonesia, industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar (lebih dari 100 tenaga kerja), industri sedang/menengah (20-99 tenaga kerja), industri kecil (5-19 tenaga kerja) dan industri mikro (1-4 tenaga kerja). Pengelompokkan ini didasarkan pada Jumlah pekerja yang terlibat didalamnya, tanpa memperhatikan penggunaan mesin industri yang digunakan ataupun modal yang ditanamkan. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan industri di Pandeglang mencapai perusahaan atau bertambah sebanyak 416 perusahaan dibanding tahun Peningkatan jumlah perusahan diikuti dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja dan nilai produksi. Pada tahun 2010, pekerja yang terlibat di perusahaan industri meningkat 3,9 persen menjadi orang. Sementara nilai produksi dan bahan baku juga meningkat masing-masing sebesar 31,15 persen dan 24,56 persen menjadi 133,09 milyar rupiah dan 79,45 milyar rupiah. Tabel 2.25 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2010 Subsektor Industri Jumlah Perusahaan Industri Makanan dan Minuman Industri pakaian jadi, tekstil dan 94 barang dari kulit Industri kayu, barang dari kayu dan 121 perabot rumah tangga Industri kertas, barang dari kertas, 69 percetakan dan penjilidan Industri kimia, minyak bumi, 1 batu bara, karet dan plastik Industri barang galian bukan logam 356 Industri logam dasar - Industri barang dari logam 75 Industri pengolahann lainnya 28 Industri jasa pengerjaan logam 371 Jumlah Total Jumlah Tenaga Kerja II-31

51 Energi dan Sumber Daya Mineral Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Pandeglang dipenuhi oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Namun demikian belum semua wilayah pedesaan telah tersambung oleh jaringan PLN. Hingga tahun 2010, diperkirakan tidak sampai 50 persen dari jumlah desa di Pandeglang yang sudah dialiri listrik PLN Pada tahun 2010 jumlah pelanggan PLN di Kabupaten Pandeglang tercatat sebanyak pelanggan, atau menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah pelanggan. Namu demikian, jumlah daya listrik terjual meningkat pesat dari , 6 MWH pada tahun 2008 menjadi , 4 MWH pada tahun Ketersediaan air bersih sangat dibutuhkan masyarakat. Jumlah pelanggan PDAM Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 tercatat sebanyak pelanggan, atau meningkat dibanding tahun 2008 yang tercatat sebanyak pelanggan. Jumlah pelanggan terbanyak masih didominasi oleh rumah tangga biasa/ tempat tinggal, yaitu sebanyak pelanggan pada tahun Sektor penggalian merupakan sektor dengan kontribusi terkecil terhadap perekonomian Pandeglang. Sektor ini sempat tumbuh sangat fantastis pada tahun 2008 yang ditandai dengan meningkatnya produksi batu untuk memenuhi kebutuhan pembangunan PLTU Labuan. Pada tahun 2010 produksi sektor penggalian hanya berupa batu andesit sebanyak ,92 M3 atau menurun drastis dibandingkann tahun 2008 yang mampu mencatatkann produksi batu andesit sebanyak ,69 M Perdagangann Kegiatan Perdagangan merupakan usaha yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen yang dalam teori ekonomi mempunyai fungsi Time and Place Utility. Keuntungan kegiatan perdagangan selain memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain juga mengangkut barang ke tempat yang mempunyai nilai lebih tinggi. Dalam perekonomian Pandeglang, sektor perdagangan merupakan sektor dengan kontribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian. Peranan sektor ini dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan semakin menurunnya peranan sektor pertanian. Dengan kata lain, perekonomian pandeglang sedang mengalami transformasi dari ekonomi berbasis pertanian menuju ekonomi berbasis jasa, dimanaa perdagangan menjadi sektor pendukung utama. Sebagai salah satu indikator yang dapat menunjukkan pertumbuhan sektor perdagangan, penerbitan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) di Kabupaten Pandeglang selama periode tahun II-32

52 Grafik 2.1 Jumlah Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangann Tandaa Daftar Gudang, & Tanda Daftar Perusahaan di Kabupaten Pandeglang, Tahun 2009 dan PT CV Perseorangan Pariwisata Pembangunann kepariwisataan diarahkan pada peningkatan peran pariwisata dalam kegiatan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan tujuan meningkatkan penerimaan devisa dan pendapatan masyarakat. Upaya pemerintah daerah dalam melakukan pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan daerah selama ini masih terkendala dengan buruknya infrastruktur jalan yang menjadi akses ke daerah tujuan wisata. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Banten, kegiatan pariwisata di Kabupaten Pandeglang cukup potensial untuk menunjang pembangunan daerah. Perkembangan sektor pariwisata diantaranya dapat dilihat melalui jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata dan jumlah tamu yang menginap padaa tempat penyedia jasa akomodasi yang ada di Kabupaten Pandeglang Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke sejumlah objek wisata di Kabupaten Pandeglang selama tahun 2010 sebanyak orang. Sedangkan yang menginap padaa tempat penyedia jasa akomodasi sebanyak orang Aspek Daya Saing Daerah Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya saing daerah di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. II-33

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat- Nya, Alhamdulillah Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pandeglang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2013 BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 39 TANGGAL : 14 Mei 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 27/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN CIBALIUNG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR : 32 Tahun 2014 TANGGAL : 23 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2014 TANGGAL : MEI 2014 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun B AB I P E N D AH U L U AN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat dengan mempertimbangkan urutan pilihan dan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang U ndang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TINGKAT KECAMATAN DI LINGKUNGAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2008 Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan lima tahunan yang akan

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

NO URUT JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH KEPALA KELUARGA

NO URUT JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH KEPALA KELUARGA NO URUT KECAMATAN DESA/KEL REKAPITULASI HASIL PENDATAAN TINGKAT KABUPATEN TAHUN 2013 1. KABUPATEN : PANDEGLANG 3. TAHUN ANGGARAN : 2013 2. PROVINSI : BANTEN 4. NO. KODE KABUPATEN : 01 5. NO. KODE PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2011-2016 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dari sistem perencanaan pembangunan nasional dan provinsi yang disusun dengan memperhitungkan sumber daya daerah

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah, yang disusun melalui 4 pendekatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SIstem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengamanatkan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah proses yang direncanakan dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya. Aspek pembangunan meliputi sosial,

Lebih terperinci

Kabupaten Pandeglang. Data Agregat Per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANDEGLANG

Kabupaten Pandeglang. Data Agregat Per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANDEGLANG Kabupaten Pandeglang Data Agregat Per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANDEGLANG Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Daerah Provinsi berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Proses perumusan perencanaan

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses Perencanaan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan pembangunan, dimana hasil dari proses perencanaan ini dapat dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2011-2016 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 Pemerintah Kabupaten Pandeglang I - 1 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINTANG Peningkatan Ekonomi Kerakyatan Melalui Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur Dasar, Sumber Daya Manusia Dan Tata Kelola Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 82 TAHUN 2015

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 82 TAHUN 2015 SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 82 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Cirebon

Pemerintah Kota Cirebon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, rencana pembangunan tahunan memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai penjabaran dari rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2016 BUPATI BENGKULU UTARA PROVINSI BENGKULU PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2017 TANGGAL : MEI 2017 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena Ijin dan RahmatNya, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Lombok Utara Tahun 2015 ini dapat diselesaikan. RKPD Tahun 2015 ini disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Pemerintah berkewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Setiap daerah di era Otonomi memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk dapat mengatur proses pembangunannya sendiri, mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,

Lebih terperinci

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR, BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR PERATURAN BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR NOMOR 096 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR TAHUN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN SINTANG Peningkatan Kesejahteraan Sosial Melalui Pemerataan Infrastruktur Dasar Dan Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NAGAN RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NAGAN RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI NAGAN RAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Kabupaten (RKPK)

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci