BAB I PENGANTAR. sosial demografi semata, tetapi juga masalah kehidupan berbangsa. kehidupan masyarakat untuk menciptakan stabilitas sosial,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. sosial demografi semata, tetapi juga masalah kehidupan berbangsa. kehidupan masyarakat untuk menciptakan stabilitas sosial,"

Transkripsi

1 1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perpindahan penduduk bukan hanya tentang masalah sosial demografi semata, tetapi juga masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. 1 Negara juga punya kepentingan dalam menata kehidupan masyarakat untuk menciptakan stabilitas sosial, membangun identitas kolektif, serta mengatasi permasalahan ekonomi di tempat asal dan daerah tujuan. Namun kehidupan baru yang dijalani oleh pendatang di tempat baru sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan bermacam tantangan, terutama berkaitan dengan kehidupan ekonomi dan adaptasi budaya. Untuk itu, penelitian ini akan melihat perkembangan salah satu masyarakat yang ada di Lampung hasil program pemindahan penduduk, yaitu orang Bali. 2 Fokus kajiannya yaitu 1 Lihat Amanat Presiden Soekarno pada rapat umum Musjawarah Gerakan Nasional Transmigrasi dalam Bunga Rampai: Transmigrasi dari Sabang-Dili-Merauke 1989 (Jakarta: Pensiunan Pegawai Transmigrasi, 1994), hlm Selama ini, Pulau Bali dikenal sebagai satu-satunya pulau yang menjadi pusat pemertahanan agama Hindu sebagai basis kebudayaan Bali. Pulau Bali dianggap sebagai benteng terakhir kejayaan era keemasan agama Hindu di Nusantara yang mulai terdesak dengan datangnya pengaruh Islam dan Nasrani. Namun, di awal abad 20 mulai banyak orang Bali yang meninggalkan pulau Bali dan membangun kehidupan baru di pulau-pulau lain di Indonesia. Selengkapnya periksa Nengah Bawa Atmaja, Geneaologi

2 2 pada sejarah orang Bali yang dimulai dari proses perpindahan, kehidupan awal di tempat baru dan berlanjut pada adaptasi budaya yang dilakukan oleh orang Bali. Di masa Indonesia merdeka, setiap tahun rutin diadakan perayaan Hari Raya Nyepi bertaraf nasional di daerah-daerah yang dianggap sebagai basis umat Hindu. Daerah yang menjadi tempat penyelenggaraan tersebut biasanya adalah di Pulau Bali atau Pulau Jawa. Namun, perayaan Nyepi secara nasional pada tahun 1997 sedikit berbeda. Perayaan yang dilakukan pada 12 Juni 1997, di Stadion Tejosari, Kecamatan Bantul, Kota Metro (Lampung Tengah) merupakan perayaan yang untuk pertama kalinya diselenggarakan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di luar Pulau Jawa dan Bali. 3 Pemilihan Provinsi Lampung sebagai pusat perayaan Dharma Santi tingkat nasional tahun baru Saka 1919 menurut I Nyoman Suryana, pengurus PHDI Lampung, dalam Harian Lampung Post (10/4/1997) adalah karena selain di Pulau Bali dan Jawa, komunitas orang Bali di Lampung adalah yang terbesar dibandingkan dengan daerah lainnya. 4 Fakta Keruntuhan Majapahit: Islamisasi,Toleransi dan Pemertahanan Agama Hindu di Bali (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm Presiden Soeharto: Kendalikan Diri dalam Hadapi Isu yang Menimbulkan Saling Curiga Kompas Edisi 13 April 1997, hlm, 1. 4 Menjelang Kedatangan Pak Harto, Wajah Kota Metro di Poles jadi Menawan, Lampung Post Edisi 10 April 1997, hlm. 4.

3 3 tersebut menarik untuk menjadi pijakan awal untuk melihat bagaimana proses kedatangan orang Bali di Lampung. 5 Tulisan ini pun dilatarbelakangi oleh beberapa laporan media yang menyebutkan tentang keberhasilan orang Bali dalam membangun kehidupan baru di Lampung. Salah satunya seperti yang dimuat di Harian Kompas pada edisi 7 April 1996 berjudul Seputih Raman, Kecamatan dengan Seribu Pura, yang menggambarkan kehidupan penduduk di Desa Rama Indra I, Kecamatan Seputih Raman hampir sama persis dengan kehidupan di pedesaan Pulau Bali. Di halaman rumah, beberapa ekor babi berkeliaran bebas. Begitu pula suasana dalam rumah, terlihat beberapa pernik khas Bali, lukisan dan ukiran kayu berukuran besar. Juga dalam berpakaian, kaum pria lebih suka mengenakan sarung dari pada celana panjang. Anak-anak berbicara khas Bali. Seluruh pola hidup masyarakat di Desa Rama Indra I hampir tidak ada bedanya dari kehidupan masyarakat Bali di Pulau Dewata umumnya. 6 Pada edisi lain, berita dengan judul Lampung yang Tumbuh dalam Keberagaman, terbitan Kompas pada edisi 10 Mei 2002, berisi tentang gambaran orang Bali di Seputih Raman yang menjadi pusat perkembangan orang Bali pertama di Lampung sejak tahun Pada Edisi tersebut dilaporkan bahwa sejak 5 Tahun Baru Saka di Lampung; Manifestasi Kerukunan Umat Beragama Kompas Edisi 11 April 1997, hlm 1. 6 Seputih Raman, Kecamatan dengan Seribu Pura, Kompas Edisi 7 April 1996, hlm. 15.

4 4 kedatangan pada tahun 1956 hingga tahun 1990-an, orang Bali dapat hidup berdampingan secara harmonis dengan masyarakat dari kecamatan sekitar. Kecamatan Terbanggi Besar yang mayoritas dihuni oleh masyarakat asli Lampung, Kecamatan Poncowati yang mayoritas masyarakat Jawa, dan orang Bali di Seputih Raman dapat membangun sinergi. Bahkan interaksi ketiga pusat masyarakat yang berlainan latar belakang sosiokultural tersebut mampu menumbuhkan satu warna lain yaitu pasar Bandar Jaya yang menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi di Lampung. 7 H.J Heeren, yang meneliti tentang keberadaan beberapa masyarakat transmigran di Lampung pada tahun 1970 menyebutkan, kemakmuran orang Bali di Lampung sudah sejak tahun 1970-an terlihat lebih menonjol jika dibandingkan dengan sesama pendatang dari daerah lain atau dengan penduduk asli Lampung (suku Lampung). Keberhasilan tersebut terutama terlihat dari keberadaan lumbung padi hasil panen persawahan. 8 Berdasarkan dari beberapa laporan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang dapat menjelaskan mengenai bagaimana usaha 7 Lampung yang Tumbuh dalam Keberagaman Kompas Edisi 10 Mei 2002, hlm Heeren, Transmigrasi di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1979), hlm. 51.

5 5 yang dilakukan oleh orang Bali untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sejak awal kedatangan di Lampung. Terakhir, tulisan ini dilatarbelakangi oleh kondisi demografi Lampung Tengah yang menjadi tempat awal perkembangan orang Bali di Lampung. Kabupaten Lampung Tengah merupakan wilayah yang digunakan oleh pemerintah Kolonial Belanda untuk kebijakan kolonisasi dari Pulau Jawa sejak tahun Program yang terus dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia dengan menjadikan Lampung Tengah sebagai daerah tujuan transmigrasi membuat wilayah ini memiliki komposisi latar belakang masyarakat yang beragam. Kedatangan orang Bali pada 1956 pada akhirnya semakin menambah keragaman yang ada. Untuk melihat proses perkembangan orang Bali di daerah baru dengan corak masyarakat yang beragam tersebut maka perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk mengetahui adaptasi yang dilakukan oleh orang Bali di Lampung. 9 Arsip Direktorat Jendral Transmigrasi tahun 1975, Catatan Realisasi Penempatan Transmigrasi dari Kolonisasi 1905 sampai Pelita I. Program Kolonisasi yang dimulai pada tahun 1905 oleh Pemerintah Kolonial Belanda pertama kali dengan memindahkan orang-orang dari pulau Jawa ke Gedong Tataan, Lampung Selatan. Pada tahun 1932, tujuan penempatan kolonisasi di geser ke utara di daerah Sukadana dan Metro, Lampung Tengah yang memiliki kontur tanah yang lebih datar.

6 6 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, kajian ini berangkat dari pokok permasalahan tentang terbentuknya komunitas orang Bali yang signifikan dan adaptif di Lampung. Sebagai suatu kelompok masyarakat baru, banyak tantangan yang dihadapi orang Bali di Lampung, terutama dalam membangun kehidupan ekonomi baru dan mengembangkan kebudayaan dari tanah asal. Berangkat dari pokok permasalahan di atas, maka diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) Mengapa dan bagaimana terdapat komunitas Bali di Lampung? (2) Berasal dari latar belakang seperti apakah mereka? (3) Bagaimana mereka membangun usaha di lahan yang baru? (4) Apa yang dilakukan untuk mengembangkan perekonomian mereka (5) Apakah tradisi dan adat budaya Bali juga berkembang di Lampung? (6) Bagaimana mereka mengembangkan tradisi dan adat budaya Bali di Lampung? (7) Apakah muncul budaya Bali baru di Lampung? (8) Bagaimanakah bentuk budaya baru tersebut? Batasan temporal pada penelitian ini yaitu antara tahun Batasan awal tersebut diambil karena pada tahun 1956 adalah pertama kalinya orang Bali tiba ke Lampung. Sedangkan batasan akhir tahun 1997 diambil berdasarkan peristiwa peringatan Hari Raya Nyepi Nasional dimana orang Bali

7 7 di Lampung menjadi tuan rumahnya. Perayaan Nyepi Nasional di Lampung merupakan perayaan yang untuk pertama kali diselenggarakan di luar Pulau Bali dan Jawa, serta dianggap sebagai bentuk apresiasi terhadap keberhasilan orang Bali karena mampu beradaptasi dengan kehidupan yang baru. Alasan dipilihnya orang Bali sebagai kajian utama dibandingkan masyarakat pendatang lain di Lampung adalah karena orang Bali merupakan gelombang terakhir yang datang ke Lampung. Perbedaan latar belakang budaya dan historis yang cukup berbeda dari masyarakat lain di Lampung menjadi dasar dipilihnya orang Bali. Selain itu, jumlah orang Bali yang datang ke Lampung berdasarkan catatan dari tahun 1953 hingga 1976 dengan jumlah jiwa adalah yang terbesar dibandingkan dengan yang menuju ke daerah lain. 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan batasan temporal dan spasial di atas, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan orang Bali di Lampung yang akan dimulai dari: (1) penjelasan terhadap alasan kedatangan orang Bali ke Lampung, (2) menganalisis periode adaptasi awal orang Bali dan bentuk usaha yang dibangun 10 A.A Bagus Wirawan, Sejarah Sosial Migran-Transmigran Bali di Sumbawa, , Yogyakarta, Jantra (Jurnal Sosial dan Sejarah) Vol. III No 6 Desember 2008

8 8 untuk memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi), (3) serta menjelaskan usaha yang dilakukan orang Bali untuk menghidupkan kembali tradisi-tradisi atau budaya dari tanah asal di tempat baru. Banyaknya pendatang di Lampung yang berasal dari berbagai daerah membuat Lampung sering disebut sebagai miniatur Indonesia karena komposisi latar belakang masyarakatnya yang cukup beragam. Dengan meneliti orang Bali yang berada di Lampung, penelitian ini setidaknya mempunyai dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memperkaya model kajian sejarah tentang orang Bali di luar Pulau Bali, terutama tentang tantangan yang dihadapi dan proses adaptasi di tempat baru. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini yaitu dengan melihat perkembangan orang Bali di Lampung, diharapkan dapat berguna sebagai referensi aktual untuk menentukan kebijakan strategis dalam bidang ekonomi maupun budaya oleh pihak berwenang. D. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap orang Bali di luar Pulau Bali sudah dilakukan oleh beberapa peneliti meski belum bisa dikatakan banyak. Dari beberapa yang telah membahas kehidupan orang Bali di luar Pulau Bali yang menjadi referensi pertama adalah A.A

9 9 Bagus Wirawan yang meneliti tentang orang Bali di Sumbawa dengan judul Sejarah Sosial Migran-Transmigran Bali di Sumbawa, Pada bagian awal, Bagus Wirawan menjelaskan faktor pendorong orang Bali meninggalkan tempat kelahirannya, yaitu karena didorong oleh konflik intern di Bali pasca revolusi nasional. Arus migrasi keluar Bali semakin besar karena faktor ekonomi yang kian memburuk dan terjadinya bencana Gunung Agung. Namun migrasi orang Bali di Pulau Sumbawa tidak benar-benar terpisah dengan Bali asalnya. Sifat migrasi orang Bali ke Sumbawa hanyalah mobilitas geografis dan hanya sementara. Jika mereka telah sukses, mereka berniat akan kembali lagi ke tanah asal. Hal ini terbukti dengan tidak terpisahnya mereka dari banjar dan adat asal mereka. Walau begitu, orang Bali mampu menjadi pionir untuk membangun daerah Sumbawa. 11 Kesimpulan dari Wirawan ini didapat karena letak Pulau Bali dan Pulau Sumbawa yang tidak jauh. Faktor kedekatan dengan tempat asal ini menarik untuk dilihat perbandingannya dengan orang Bali di Lampung yang berjarak cukup jauh dari tanah asal. Karya yang lebih lawas yaitu dari Disertasi Gloria Davis yang meneliti orang Bali di Parigi, Sulawesi Tengah. Karya Davis 11 A.A Bagus Wirawan, Sejarah Sosial Migran, Jantra (Jurnal Sosial dan Sejarah) Vol. III No 6 Desember 2008.

10 10 menjadi rujukan bagi para peneliti yang meneliti orang Bali di luar Pulau Bali, khususnya di Sulawesi. Walaupun disertasinya ditujukan pada jurusan Antropologi, namun karya Davis ditampilkan secara kronologis. 12 Ia meneliti orang Bali di Parigi, Sulawesi Tengah, yang merupakan orang-orang pengasingan dari Bali karena terlibat konflik adat dan menentang pemerintahan kolonial Belanda. Sebelumnya, mereka diasingkan di Pulau Banda (Maluku), namun karena mengalami kesulitan dalam bertahan hidup, mereka memohon pengampunan untuk dipindahkan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya orang Bali di pindahkan ke Sulawesi Tengah pada tahun 1906 dimana pemerintah kolonial sedang membuka daerah tersebut. 13 Menurut Davis, orang Bali berhasil menghadirkan kosmos Bali -kebudayaan Bali- ke daerah barunya meskipun harus melalui waktu dan proses yang panjang agar sebisa mungkin kosmos Bali tersebut benar-benar sama dengan yang ada di daerah asalnya. Walau sesungguhnya tidak bisa benar-benar sama karena perbedaan struktur lingkungan sosial. 12 Gloria Davis, Parigi: A Social History at Balinese Movement to Central Sulawesi , Disertasi Doktor Stanford University: Department of Anthropology, Hlm Ibid. hlm 114.

11 11 Peneliti lain yang juga meneliti orang Bali di luar Pulau Bali adalah seorang ilmuwan dari perancis bernama Muriel Charras yang melihat kehidupan orang Bali di Sulawesi. 14 Bisa dikatakan, penelitian Charras merupakan penelusuran lebih dalam dari apa yang telah dikerjakan oleh Gloria Davis. Jika Gloria Davis melihat orang Bali di Sulawesi secara prosesual dengan menjabarkan kronologis kedatangan sampai proses adaptasi, maka Charras melanjutkannya dengan melihat secara lebih dalam mengenai kehidupan sosial dan budaya, bahkan kondisi psikologis orang Bali. Temuan menarik Charras yaitu orang Bali di Sulawesi mampu menghadirkan ke-bali-an mereka, walaupun berada jauh dari tanah asalnya. Hal ini sangat terlihat melalui keberadaan tempat-tempat yang dikeramatkan di Sulawesi. Dewata lama di Bali dihadirkan sebagai dewata baru yang sama namun dengan beberapa modifikasi. Sehingga, penelitian tentang orang Bali di Lampung ini selain mencoba melihat keberadaan orang Bali di wilayah yang berbeda, juga mencoba mengembangkan dua model hasil penelitian dari Gloria Davis dan Muriel Carras. Penelitian tentang orang Bali di Lampung terbilang masih sedikit. Salah satu contohnya adalah referensi berikut yang 14 Muriel Charras Dari Hutan Angker Hingga Tumbuhan Dewata: Transmigrasi di Indonesia, Transmigrasi Bali di Sulawesi (Yogyakarta: UGM Press, 1997).

12 12 merupakan hasil penelitian Yulianto tentang identitas ke-bali-an di sebuah Desa Bali di Lampung dengan judul Membali di Lampung: Studi Kasus Identitas Kebalian di Desa Balinuraga, Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan oleh Yulianto pada tahun Fokus kajian yang dilakukan oleh Yulianto ini adalah sejarah salah satu sub-etnis Bali di Lampung dalam membangun identitas, yaitu Bali Nusa Penida. Hasil penelitian yang dilakukan Yulianto menyebutkan bahwa pembentukan identitas masyarakat Balinuraga tidak terlepas dari Bali asal sebagai Bali pusat. Sehingga situasi ini menimbulkan semacam hubungan mutualisme antara Bali pusat dan Bali satelit yang sama-sama saling membutuhkan dalam membangun jaringan sosial, politik dan ekonomi. Namun, selain belum menyentuh aspek kehidupan sosial dan seberapa jauh interaksi orang Bali di Balinuraga dengan masyarakat lain di Lampung. Penelitian ini juga hanya sebatas membahas identitas subetnis Bali Nusa Penida, dan terbatas pada wilayah desa Balinuraga di Lampung Selatan, sehingga belum bisa memberi gambaran orang Bali di Lampung dengan lebih luas. Penelitian Yulianto belum bisa dikatakan menggambarkan kehidupan orang Bali di Lampung karena orang Bali di Lampung 15 Yulianto, Mem-bali di Lampung: Studi Kasus Identitas Kebalian di Desa Balinuraga, Lampung Selatan, Tesis (Salatiga: Program Pascasarjana Studi Pembangunan UKSW, 2011).

13 13 Selatan, terutama di kecamatan Sidomulya dan Way Panji baru menempati daerah tersebut pasca bencana gunung Agung tahun Padahal orang Bali sudah berada di Lampung sejak tahun Referensi berikutnya adalah karya H.J Heeren dari hasil penelitian yang dilakukan sejak 1950 hingga 1965 dengan judul Transmigrasi di Indonesia yang dalam salah satu sub-babnya membahas orang Bali di awal kedatangan di Lampung tahun 1960-an. 16 Heeren membahas mengenai munculnya berbagai permasalahan baru yang dihadapi oleh orang Bali ketika mereka baru pertama kali tiba di Lampung. Penyebabnya adalah adanya perbedaan keyakinan yang langsung berimplikasi pada hubungan sosial dengan masyarakat lain. Berbagai pertanyaan mengenai apakah mereka boleh memelihara babi, bagaimana membangun tempat peribadatan, serta berbagai masalah lain, muncul ketika orang Bali dihadapkan pada kenyataan baru di fase awal. Heeren juga mengutip sedikit dari Louse Berhthe 17 yang meneliti orang Bali korban bencana Gunung Agung tahun 1963, 16 H. J Heeren, Transmigrasi di Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1979), hlm. 50. Lihat pada sub-bab perbedaanperbedaan keyanikan. 17 Louis Berthe: Report on Transmigration to Sumatera of Balinese Victims of the Gunung Agung Eruption (Jakarta: Stensil, Aus. 1963).

14 14 yang di-ungsi-kan ke Lampung oleh pemerintah. Berthe mengamati orang Bali sebulan setelah kedatangan di Lampung dan menyimpulkan munculnya rasa kekecewaan ketika melihat kondisi di Lampung. Namun perlahan perasaan itu menghilang ketika mereka telah mendapat tanah dan beberapa subsidi sembako dari pemerintah yang menjadi modal dalam membangun kembali struktur kehidupan mereka di Lampung. Selain beberapa referensi yang berhubungan langsung dengan ruang lingkup, ada beberapa referensi yang tidak berhubungan langsung namun relevan. Buku yang ditulis oleh Riwanto Tirtosudarmo berjudul Mencari Indonesia 2: Batas-batas Rekayasa Sosial 18, dalam satu bab membahas kondisi sosial masyarakat Lampung pada tahun 1956 yang mulai bereaksi terhadap jumlah pendatang yang semakin besar. Situasi ini bertepatan dengan kedatangan orang Bali pertama kali di Lampung, sehingga dapat berguna bagi penelitian ini untuk mengetahui kondisi sosial di Lampung pada awal-awal kedatangan orang Bali. Referensi berikutnya adalah dari Kampto Utomo yang meneliti tentang para pendatang spontan Jawa di sekitar aliran Wai (Sungai) Sekampung (Sekarang berada di Kabupaten 18 Riwanto Tirtosudarmo, Mencari Indonesia 2: Batas-batas Rekayasa Sosial (Jakarta: Lipi Press, 2010).

15 15 Pringsewu, Lampung) pada tahun 1950-an. Ia memberi gambaran tentang kedatangan para pendatang spontan, yang tanpa disponsori pemerintah, dengan modal nekad datang ke Lampung dan mengatasi rintangan-rintangan yang dihadapi selama periode adaptasi. Beberapa hal yang menarik bagi suatu masyarakat pendatang, yang umumnya datang secara spontan di Lampung adalah munculnya pola kepemimpinan di dalam masyarakat serta terbentuknya struktur-struktur di dalamnya. Penggambaran tersebut dapat menjadi model untuk menjelaskan bentuk perkembangan struktur kepemimpinan orang Bali yang datang ke Lampung. 19 Pola kepemimpinan menjadi aktor penting dalam setiap babakan sejarah. Berkaitan dengan hal tersebut, referensi terakhir yang dikaji yaitu disertasi Achyar Asmu'ie dengan judul Integrasi politik di Kalimantan Barat: Studi Kasus Kabupaten Ketapang. 20 Asmu ie dalam penelitiannya mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang menjadikan Kabupaten Ketapang luput dari pertikaian etnis karena peran aktif pemimpin informal seperti tokoh-tokoh etnis, ketua adat, pemuka masyarakat serta 19 Kampto Utomo, Masyarakat Transmigran Spontan di Daerah Wai Sekampung (Lampung), (Yogyakarta: UGM Press, 1975) 20 Achyar Asmu ie. Integrasi Politik di Kalimantan Barat: Studi Kasus Kabupaten Ketapang Disertasi Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (tidak diterbitkan).

16 16 pemimpin agama dalam pembinaan integrasi. Temuan hasil penelitiannya yaitu walaupun komposisi penduduk relatif sama dengan daerah-daerah lain yang rawan konflik etnis, namun di Kabupaten Ketapang tidak pernah terjadi konflik etnis. Menurutnya, kondisi sosial dan karakter budaya masyarakat sangat berpengaruh terhadap hubungan sosial antar etnis yang terjadi di Kabupaten Ketapang. Penelitian dari Achyar Asmu'ie ini dapat menjadi sebuah gambaran masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti yang terjadi di Lampung dimana orang Bali berada di dalamnya. Penelitian Achyar Asmu'ie dapat menjadi model untuk menggambarkan bagaimana langkah atau strategi orang Bali sehingga dapat menghindari potensi bentrokan sosial maupun bentrokan budaya yang dapat terjadi kapan saja. Dari beberapa kajian mengenai orang Bali di luar Pulau Bali seperti yang disebutkan di atas, belum ada yang menempatkan kajian orang Bali, terutama di Lampung yang secara kronologis menggambarkan tentang proses kedatangan, kehidupan awal dan pembentukan budaya di tempat baru. Sehingga, kekurangan penelitian-penelitian terdahulu terlengkapi dengan penelitian ini.

17 17 E. Kerangka Konseptual Tesis ini memusatkan perhatian pada sejarah keberhasilan orang Bali di Lampung yang merupakan hasil dari kemampuan beradaptasi terhadap kehidupan baru. Adaptasi merupakan konsep yang diderivikasi dari pemikiran ekologi budaya. Menurut Steward yang dikutip oleh Poerwanto, ekologi budaya adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia sebagai makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan lingkungan geografi tertentu. Termasuk dalam konsep kunci ekologi budaya adalah adaptasi, sistem dan lingkungan. 21 Sejalan dengan itu, adaptasi menurut Usman Pelly ialah cara-cara yang dipergunakan pendatang untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi dan untuk memperoleh suatu keseimbangan yang positif dari kondisi-kondisi latar belakang lingkungan tujuan. 22 Adaptasi bisa juga diartikan sebagai penyesuaian terhadap lingkungan. Berdasarkan penjelasan dari Gerungan, penyesuaian 21 Heri Purwanto, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Persepektif Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1994), hlm. 5. Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya.

18 18 dapat berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan pribadi. 23 Berkaitan dengan sifat adaptasi, menurut Hardestry seperti dikutip oleh Anom Kumbara, adaptasi merupakan proses dinamik karena baik manusia maupun lingkungan tidak ada yang bersifat konstan atau tetap. Daya tahan populasi tidak bersifat pasif terhadap lingkungan, melainkan memberi ruang bagi individu maupun populasi untuk bekerja secara aktif memodifikasi perilaku mereka dalam rangka memelihara kondisi tertentu, menanggulangi resiko pada kondisi baru dan mengimprovisasi kondisi yang ada. 24 Pada beberapa kajian mengenai adaptasi penduduk di tempat baru, ada yang mengonseptualisasikan proses penyesuaian melalui perspektif developmental. Seperti yang dikutip oleh Hernani Agosthino Soares dari Lysgaard, bahwa proses adaptasi penduduk dapat digambarkan melalui model kurva-u yang secara berurutan meliputi (1) fase awal bulan madu dimana pendatang melihat suatu yang baru dengan penuh gairah, (2) lalu mengalami kemerosotan atau fase yang membuat tertekan (fase transisi) Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1991), hlm. 24 Ngurah Anom Kumbara, dkk. Dinamika Migrasi di Kota Denpasar: Perspektif Adaptasi Budaya dan Multikulturalisme, (Denpasar Bappeda Kota Denpasar, 2013), hlm. 7.

19 19 akibat adanya perbedaan suasana antara tempat asal dan tempat baru, (3) kemudian fase dimana mereka mulai menguasai diri serta mulai menerima budaya baru (fase mendapatkan informasi tentang budaya baru), (4) hingga tahap final yaitu fase dimana mereka menemukan suatu bentuk identitas baru (new identity) hasil pencocokan (adjusment) antara budaya yang dibawa dengan budaya di tempat baru. 25 Dari penjabaran di atas, mula-mula dapat dipahami bahwa kajian tentang sejarah orang Bali di Lampung berkaitan dengan cara-cara yang digunakan untuk mengatasi rintangan-rintangan yang hadapi, dan untuk memperoleh suatu keseimbangan yang positif antara latar belakang orang Bali dengan lingkungan baru. Proses adaptasi akan melalui beberapa tahapan, dari masa bulan madu dimana segalanya terlihat baru dan menggairahkan, periode transisi, mendapatkan informasi tentang budaya baru, hingga pembentukan budaya baru. Kegagalan pada tiap tahapnya akan mengakibatkan proses adaptasi terhenti atau gagal. Sedangkan pembentukan budaya baru yang dimaksud dalam penelitian ini bukan berarti muncul budaya baru yang berbeda dari sebelumnya, namun merupakan sebuah bentuk adjusment 25 Hernani Agosthino Soares, Adaptasi Budaya Para Ekspatriat di Timor Leste, Tesis (Salatiga: Magister Manajemen UKSW, 2011), hlm 12.

20 20 (pencocokan) antara budaya dari tanah asal dengan budaya di tempat baru. F. Metode Penelitian Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan sumber yang memuat informasi berkaitan dengan orang Bali di Lampung. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu Surat Keputusan Presiden tentang pengiriman transmigrasi, fotofoto sezaman, koran atau media massa, dan data statistik penduduk Lampung. Sumber-sumber tersebut diperoleh di Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta (ANRI), Pusat Studi kependudukan UGM, Pusat Studi Pedesaan UGM, Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, Arsip Mangkunegara, Kantor Kementrian Agama Lampung, Perpustakaan Daerah Lampung, Kantor Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Lampung, Kantor Kepala Kampung Rama Dewa, serta perpustakaan lainnya. Masyarakat Bali yang berada di Lampung tidak meninggalkan banyak dokumen mengenai riwayat hidup mereka, kecuali beberapa foto tahun 1970-an hingga 1990-an, tugu peringatan kedatangan pertama kali di Lampung, serta Pura Peringatan Transmigrasi pertama yang sampai saat ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Oleh karena itu, untuk menggali informasi lebih dalam dari orang Bali diperlukan

21 21 wawancara yang mendalam dan terbuka guna mendapatkan keterangan lebih rinci mengenai kedatangan dan perkembangan mereka di Lampung. Pretense atau aku yang paling penting dalam peristiwa itu menjadi titik tekan penulis untuk menghindari hal tersebut. Oleh karena itu penulis melakukan wawancara pembanding dengan yang sezaman atau seperiode dengan narasumber lainnya. 26 Adapun informan yang diwawancarai meliputi beberapa orang dari rombongan pertama ke Lampung, baik itu yang melalui program pemerintah ataupun biaya sendiri. Perangkat desa, sesepuh atau ketua adat di perkampungan pertama orang Bali di Lampung yaitu Kampung Rama Dewa dan Rama Gunawan, orangorang Bali generasi kedua dan ketiga di Lampung yang bekerja sebagai Guru PNS, pegawai pemerintahan, serta Ketua dan pengurus Parisada Hindu Dharma di Lampung. Untuk melengkapi sumber primer, diperlukan sumber sekunder yang berupa buku atau hasil penelitian yang relevan seperti yang telah diungkapkan di tinjauan pustaka, di antaranya oleh Yulianto tentang Studi Kasus Identitas Kebalian di Desa Balinuraga Lampung Selatan, I Ketut Siregig tentang Nilai Keadilan Hukum Adat Bali, Muriel Charras tentang Dari Hutan 26 Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Konteporer (Suatu Pengalaman), (Jakarta: Inti Iday press, 1984) hlm. 19.

22 22 Angker hingga Tumbuhan Dewata: Transmigrasi di Indonesia, Orang Bali di Sulawesi, serta Nengah Bawa Atmaja mengenai Genealogi Keruntuhan Majapahit, Islamisasi, Toleransi, dan Pemertahanan Agama Hindu di Bali. Tahap selanjutnya yaitu melakukan kritik sumber, baik secara ekstern maupun intern. Kritik ekstern dilakukan untuk menentukan keaslian sumber (arsip, koran, majalah, maupun foto) dengan jalan melihat pada jenis kertas, model tulisan, bahasa, cap resmi, dan angka tahun yang tertera pada setiap dokumen yang ditemukan. Setelah itu dilakukan kritik intern yang menyangkut isi dokumen apakah sesuai dengan yang dibutuhkan atau tidak, dan untuk mendapatkan kredibilitas sumber. Sumber dokumen yang dikeluarkan pemerintah seperti Surat Keputusan Pengiriman Transmigran, Surat Keputusan Tempat yang ditetapkan sebagai tujuan transmigrsi, Surat permohonan Bantuan Guru Agama Hindu bagi para Transmigran Bali, Surat Pemberian Bantuan kepada Transmigran umumnya dapat dipercaya. Beberapa surat yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang merupakan data yang relevan bagi legalitas dan rasionalitas birokrasi. Namun dari data-data yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah (BPS) atau organisasi kemasyarakatan (PHDI) terkadang tidak mempunyai arsip yang lengkap. Seperti PHDI ataupun Kemenag Provinsi Lampung yang tidak mempunyai

23 23 data jumlah dan persebaran masyarakat Bali di Lampung sehingga mengharuskan peneliti mencari dan meramu sumber pembanding lain. Pada tahap selanjutnya, penulis melakukan proses verifikasi bahan dokumen atau yang sering disebut dengan kolasi, 27 yaitu membandingkan antara beberapa dokumen mengenai fakta yang dicari, sehingga akan terlihat adanya kesesuaian maupun kontradiksi antar fakta. Dalam kondisi ketika terdapat fakta-fakta yang kontradiktif, maka penulis melakukan seleksi atas derajat keterpercayaan sumber, dengan memilih sumber primer yang dapat dijadikan sumber data yang representatif. Dengan demikian, diperoleh fakta sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan orisinalitasnya. Setelah kritik atas sumber dokumen dikerjakan, langkah ketiga ialah interpretasi. Pada tahap ini, penulis mencari dan menyusun suatu hubungan kausalitas sesuai dengan urutan terjadinya peristiwa dari setiap fakta yang diperoleh. Fakta ini lalu dirangkaikan dalam kesatuan logis yang menghasilkan cerita sejarah. Langkah keempat, yaitu historiografi. Sebagai tahap akhir dari riset ini akan memperhatikan aspek kronologis, sementara penyajiannya berdasarkan tema dari objek riset. 27 Sartono Kartodirdjo, Metode Penggunaan Bahan Dokumenter dalam Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977), hlm. 83.

24 24 G. Sistematika Penulisan Kajian ini akan disajikan secara sistematis dan diakronis melalui pembagian bab untuk mengungkapkan perkembangan orang Bali di Lampung. Pembahasan tesis ini di awali dengan pemaparan mengenai kedatangan orang Bali Lampung seperti yang di uraikan pada bab dua. Bab dua menjelaskan tentang penyebab orang Bali meninggalkan tanah kelahirannya menuju Lampung. Sebagai bahan pelengkap, dalam bab ini juga dijelaskan kondisi sosial demografis di Lampung di awal-awal kedatangan orang Bali. Bab tiga menguraikan kehidupan ekonomi orang Bali di fase awal kedatangan di Lampung serta perkembangannya. Bab ini pada intinya membahas tentang perjuangan orang Bali untuk bertahan di lingkungan baru. Pada bab ini juga dijabarkan mengenai perkembangan usaha sebagai bagian dari proses yang dilalui oleh orang Bali. Bab empat menguraikan tentang usaha yang dilakukan oleh orang Bali di Lampung untuk menghadirkan tradisi maupun adat budaya Bali di tempat baru. Bab ini juga menjelaskan pengaruh adaptasi ekonomi terhadap proses pelaksanaan budaya. Sebagai penutup bab empat, dibahas juga mengenai bentuk-bentuk budaya hasil proses adjusment (pencocokan) antara budaya yang dibawa dari tanah asal dengan budaya di tempat baru.

25 25 Bab lima berisi kesimpulan yang memuat berbagai temuan penting dalam hasil dari kajian yang telah dikerjakan guna menjawab pokok permasalahan di bab satu.

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan penjelasan dan analisis bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan membangun kehidupan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan penjelasan dan analisis bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan membangun kehidupan 135 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan dan analisis bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan membangun kehidupan baru di Lampung merupakan hasil dari kemampuan adaptasi orang Bali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat manusia dan kebudayaan yang dihasilkannya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang terletak di pulau Sumatera, tepatnya berada di ujung Pulau Sumatera yang merupakan pintu masuk pendatang dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan. hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat dan dijadikan milik diri manusia dengan belajar. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama yang bergerak dibidang pertanian, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam di wilayah

Lebih terperinci

SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN SKRIPSI

SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN SKRIPSI SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN 1967-1999 SKRIPSI OLEH : SUMARNI I1A113018 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI 2017 ABSTRAK Sumarni, 2017.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diakibatkan karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi. mulai memperkenalkan kebijakan baru yang disebut dengan Politik Etis..

I. PENDAHULUAN. diakibatkan karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi. mulai memperkenalkan kebijakan baru yang disebut dengan Politik Etis.. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permulaan abad ke XX pemerintah Kolonial Belanda mulai menyadari bahwa kemiskinan sedang meningkat di pulau Jawa, kemiskinan ini salah satunya diakibatkan karena

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolonisasi adalah bagian migrasi dari program politik etis yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal abad 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Republik Indonesia ialah sebuah Negara Kepulauan yang juga disebut sebagai Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia, merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau ± 17.869 dan luas daratan sebesar 1.919.443 km 2, memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda-beda

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Identitas Nasional. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc. Modul ke: 03 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Identitas Nasional Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Identitas Nasional 2. Parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rengasdengklok merupakan satu kota kecil di Kabupaten Karawang yang memiliki peran penting baik dalam sejarah maupun bidang ekonomi. Kabupaten Karawang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial Dosen Pengampu: Drs. Mudji Hartono, M.Hum. (REVISI) Disusun oleh: Arief Wibowo

Lebih terperinci

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memilki berbagai macam suku bangsa, sebagaimana menurut sensus BPS pada tahun 2010, jumlah suku di Indonesia 1.340 suku bangsa. Diantaranya Suku jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengusahaan tanaman kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditi perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan sebuah kota, merupakan topik yang selalu menarik untuk dikaji, karena memiliki berbagai permasalahan kompleks yang menjadi ciri khas dan membedakan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa

I. PENDAHULUAN. Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa pendudukan Belanda. Desa Gedong Tataan di Provinsi Lampung merupakan basis pertama kolonialisasi petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang melaksanakan pembangunan selalu dihadapkan pada masalah penduduk dan peningkatan pendapatan penduduk. Kedua permasalahan di atas merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Bureau of Mines (USBM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil

Lebih terperinci

ADAPTASI MIGRAN DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI DI INDONESIA (Studi Migran Salatiga yang Bekerja di Sektor Informal di Kota Bandar Lampung)

ADAPTASI MIGRAN DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI DI INDONESIA (Studi Migran Salatiga yang Bekerja di Sektor Informal di Kota Bandar Lampung) ADAPTASI MIGRAN DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI DI INDONESIA (Studi Migran Salatiga yang Bekerja di Sektor Informal di Kota Bandar Lampung) Oleh AGUS WIKAN PRADIPTA 352006707 SKRIPSI Diajukan Kepada Program

Lebih terperinci

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI 1 URBANISASI DAN TRANSMIGRASI Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 24 APRIL 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari pembangunan yang terjadi pada sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi sebagai proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Richard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan karakter, budaya, dan tradisi yang berbeda beda. Ada suku Jawa yang termasuk suku

Lebih terperinci

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa 21 A. Metode yang digunakan Berdasarkan permasalahan yang penulis rumuskan maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga data relevansinya dengan tujuan yang akan dicapai. Pada penelitian ini penulis

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu penduduk asli

Lebih terperinci

kepercayaan Hindu Bali digolongkan sebagai orang jang belum beragama (Geertz 1964, Ramstedt 2004).

kepercayaan Hindu Bali digolongkan sebagai orang jang belum beragama (Geertz 1964, Ramstedt 2004). BAB I. PENDAHULUAN Sebagai sebuah proses yang dinamis, identitas tidak dapat dilepaskan dari sejarah atas identitas itu sendiri. Identitas kekinian merupakan cerminan sejarah. Melalui kesejarahan tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA (Suatu penelitian di Desa Argakencana Kecamatan Toili Kabupaten Banggai) Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan Ujian Sarjana Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjalankan kehidupannya manusia selalu berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN a. Latar Belakang (Times New Roman 14) Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang diteliti / dikaji. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu badan, yang juga menjamin atas kesejahteraan rakyat. Sehingga,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu badan, yang juga menjamin atas kesejahteraan rakyat. Sehingga, 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah adalah salah satu bentuk organisasi, yang memiliki tugas utama untuk memberikan pelayanan terjadap masyarakat. pemeriintah menjadi salah satu badan, yang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior

BAB VII KESIMPULAN. dan berkuasa dalam aspek pendidikan dan politik, bahkan dipandang lebih superior BAB VII KESIMPULAN Studi ini berangkat dari dua gejala kontradiktif dari kehidupan orang Makeang. Orang Makeang di masa lalu adalah kaum subordinat dan dipandang kampungan, sedangkan orang Makeang masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

Schulte Nordholt (2009) ini merupakan kritik atas penelitian Geertz (1980) atas negara teater dalam masyarakat Bali pra-kolonial yang menunjukkan

Schulte Nordholt (2009) ini merupakan kritik atas penelitian Geertz (1980) atas negara teater dalam masyarakat Bali pra-kolonial yang menunjukkan Bab VII. KESIMPULAN Pembentukan identitas merupakan sebuah proses yang dinamis. Proses ini tidak terhenti pada satu titik tertentu, tetapi terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu dan sejarah identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merantau adalah tipe khusus dari migrasi dengan konotasi budaya tersendiri yang tidak mudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris atau bahasa asing manapun. Merantau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tradisional. Hal ini menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara sedang berkembang masyarakatnya berada dalam katagori transisi. Masyarakat mulai bergeser dari pola kehidupan tradisional menuju ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa BAB III METODOLOGI A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa Pendudukan Jepang Tahun 1942-1945 mengambil lokasi di Salatiga. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena umum yang menjadi masalah kependudukan di Indonesia meliputi jumlah penduduk yang sangat besar atau padat,tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. tersebut memiliki kaitan erat dengan cara pandang orang Sabu tentang sesama

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. tersebut memiliki kaitan erat dengan cara pandang orang Sabu tentang sesama BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 7.1. Kesimpulan Penelitian tentang pola tata spasial pada hunian orang Sabu di desa Kadumbul menemukan sebuah konsep mendasar, bahwa pola tata hunian tersebut

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember 2 PENDAHULUAN Negara Republik Indonesia pernah mengalami goncangan yang berat di bidang perekonomian dan juga politik yang terjadi pada tahun 1950-an yang disebabkan karena tidak puas terhadap keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan dari berbagai dinamika masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan terhadap pembangunan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. diterapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005 : 58) metode adalah cara yang ditempuh peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1). 17 III. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan langkah penting karena metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Kehidupan sosial masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Kehidupan sosial masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Ruang Lingkup Permasalahan Bencana alam adalah salah satu faktor yang dapat membuat perubahan terhadap kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Kehidupan sosial masyarakat merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu sistem yang terencana dan teratur. cara bagaimana orang memperoleh pengetahuan (howtoknow), sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu sistem yang terencana dan teratur. cara bagaimana orang memperoleh pengetahuan (howtoknow), sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode adalah salah satu cara atau prosedur untuk mendapatkan objek, metode juga dapat dikatakan sebagai cara untuk berbuat atau mengerjakan sesuatu dalam suatu sistem yang

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. 76 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memang diberkahi kekayaan potensi pariwisata yang luar biasa. Menyebar luas dari Sabang sampai Merauke, keanekaragaman potensi wisata Indonesia bisa

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Mata Kuliah : Landasan Pendidikan NamaDosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag, M.Pd.H. Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa Oleh; PUTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

I. PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transmigrasi merupakan alternatif penting dalam rangka memecahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transmigrasi merupakan alternatif penting dalam rangka memecahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmigrasi merupakan alternatif penting dalam rangka memecahkan masalah kepadatan penduduk khususnya di Pulau Jawa. Mereka yang ditransmigrasikan itu, pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu.

BAB I. Pendahuluan. awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu. BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Terbentuknya sebuah pemukiman dapat dijelaskan melalui proses dimana awalnya manusia berkumpul dan tinggal bersama pada tempat-tempat tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci