BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bekisting merupakan komponen biaya terbesar dalam pekerjaan struktur bertingkat yang tipical. Biaya bekisting 40 s/d 60 persen dari total biaya beton dan untuk perkiraan 10 persen dari total biaya konstruksi. Gambar 2.1 memberi kategori perbedaan biaya untuk bekisting konvensional dinding dan Gambar 2.2 untuk lantai. Proposi biaya yang besar dari bekisting konvensional relatif terhadap biaya upah bekisting. Pengurangan biaya yang siknifikan dapat dicapai dengan pengurangan biaya upah. Pembesian, 28% Pekerjaan Bekisting, 38% Beton, 21% Material Bekisting, 10% Penempatan Beton, 3% Gambar 2.1. Proposi Biaya Bekisting konvensional dinding (Sumber : Buku Awad S. Hanna, Concrete Formwork System, Halaman. 15) II-1

2 Material Beton, 30% Pekerjaan Bekisting, 52% Material Bekisting, 11% Pekerjaan Beton, 7% Gambar 2.2. Proposi Biaya Bekisting Konvensional Lantai (Sumber : Buku Awad S. Hanna, Concrete Formwork System, Halaman. 15) Di dalam konstruksi beton, pelat digunakan untuk mendapatkan bidang atau permukaan yang rata. Pada umumnya bidang atau permukaan atas dan bawah suatu pelat adalah sejajar atau hampir sejajar.tumpuan pelat pada umumnya dapat berupa balok - balok beton bertulang, struktur baja, kolom - kolom (lantai cendawan), dan dapat juga berupa tumpuan langsung diatas tanah.pelat dapat ditumpu pada tumpuan garis yang menerus, seperti halnya dinding atau balok, tetapi dapat juga ditumpu secara lokal (diatas sebuah kolom beberapa kolom). Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak langsung di atas tanah.pelat di dukung oleh balok - balok yang bertumpu pada kolom kolom bangunan. Adapun kegunaan pelat lantai adalah sebagai berikut: a. Memisahkan ruang bawah dan ruang atas. b. Untuk meletakkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah. c. Meredam suara dari ruang atas atau ruang bawah. d. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal. II-2

3 Adapun syarat - syarat teknis dan ekonomis yang harus dipenuhi oleh lantai antara lain: a. Lantai harus memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban kerja yang ada di atasnya. b. Tumpuan pada dinding sedemikian rupa luas yang mendukung harus cukup besarnya. c. Lantai harus dijangkarkan pada dinding sedemikian rupa sehingga mencegah dinding melentur. d. Lantai harus mempunyai massa yang cukup untuk dapat meredam gema suara. e. Porositas lantai sekaligus harus memberikan isolasi yang baik terhadap hawa dingin dan hawa panas. f. Lantai harus memiliki kualitas yang baik dan harus dapat dipasang dengan cara cepat. g. Konstruksi lantai harus sedemikian rupa sehingga setelah umur pemakaian yang cukup panjang tidak kehilangan kekuatan Pelat Lantai Konvensional Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Pelat lantai menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat. Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya akibat beban, pelat dibedakan menjadi : II-3

4 a. Pelat satu arah ini akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever dan pelat yang ditumpu 2 tumpuan sejajar. b. Pelat dua arah akan dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang sejajar. Pada pekerjaan proyek konstruksi terutama pekerjaan struktur beton bertulang, kayu diperlukan sebagai bahan utama pembuatan bekisting untuk membentuk dimensi beton. Bekisting ini akan membentuk dimensi elemen struktur kolom, balok, plat, dinding, listplank, dan lain-lain sesuai dengan dimensi rencana. Sejauh ini di Indonesia, material yang digunakan sebagai bekisting terutama adalah kayu. Kayu pada bekisting digunakan sebagai konstruksi penahan beban sementara dan sebagai pembentuk dimensi atau permukaan elemen struktur beton bertulang. Gambar 2.3. Struktur Pelat Menggunakan Bekisting Kayu (Sumber : Foto Pelaksanaan di Lapangan) Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu dalam membentuk beton dimana perkembangannya sejalan dengan perkembangan II-4

5 beton itu sendiri. Bekisting berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk profil yang diinginkan serta sebagai penampung dan penumpu sementara beton basah selama proses pengeringan. Dengan adanya inovasi teknologi dalam bidangbekisting, saat ini produksi dilakukan oleh pabrik dengan disain sedemikian rupa sehingga bekisting mudah dibongkar,dipasang serta memungkinkan untukdimanfaatkan lebih dari satu kali. Proses pengeringan beton saat ini relative lebih cepat dibandingkan pada masa lalu. Hal ini disebabkan karena telah ditemukannya zat tambah yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur kecepatan mengerasnya beton. Proses pembongkaran bekisting bergantung pada kecepatan mengerasnya beton dan baru dibongkar setelah dinyatakan aman. Pembuatan dan pemasangan bekisting tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhi yaitu bahan yang tersedia atau yang diperlukan, cara dan pengadaan tenaga kerja, tuntutan akan hasil pengerjaan yang dibutuhkan terutama dalam hal akurasi dan kerapian serta biaya alat-alat yang digunakan. Dalam pembuatan bekisting harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Kualitas material bekisting yang digunakan harus dapat menghasilkan permukaan beton yang baik. b. Cukup kuat karena bekisting akan menampung beton basah disamping bebanbeban lain saat pengecoran. Dengan begitu diharapkan tidak terjadi lendutan atau lenturan ketika beton dituang. c. Stabil (kokoh), dalam hal ini maksudnya adalah tidak terjadi goyangan dan geseran yang mampu mengubah bentuk struktur ataupun, membahyakan system bekisting itu sendiri (ambruk). II-5

6 d. Kaku terutama pada bekisting kotak sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan dimensi, bunting, atau keropos stuktur beton. e. Sedikit pembuangan agar bisa dipakaiuntuk keperluan pembekistingan yang lainnya. f. Dapat dipasang dengan mudah dan cepat. g. Mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada struktur beton saat dilakukan pembongkaran bekisting. h. Memperhatikan faktor ekonomis daribekisting agar mampu mereduksi biaya. Material utama yang digunakan adalah tripleks, tripleks terdiri dari lapisan kayu finer yang direkatkan bersilang satu diatas yang lain. Pada umumnya lapisanlapisan finer dikupas dari sebatang kayu bulat ; finer yang ditusuk akan memperlihatkan retakan-retakan kecil di permukaannya. Ketebalan satu lapisan finer bekisar antara 1,5 2,5 hingga 3mm. Setiap lapisan finer dari satu plat tidak harus sama tebal dan dari jenis kayu yang sama. Jenis lem yang digunakan untuk merekatkan lapisan finer-finer tersebut harus tahan terhadap iklim luar selama suatu jangka waktu yang terbatas dan terhadap pencemaran organisme mikro. Dalam penggunaanya sebagai material kontak, lapisan terluar daripada teriplek ini harus terbuat dari kualitas kayu yang lebih baik daripada lapisan yang ada di dalamnya dan yang paling utama adalah tahan lama dan tahan aus. Pelekatan beton pada bekisting dapat dihindari dengan melumasi penampang bekisting yang bersentuhan itu dengan minyak bekisting. Namun, pemakaian minyakbekisting tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengubah warna permukaan beton. Apabila papan (kayu) bekisting dikerjakan dengan sederhana, maka papan itu dapat digunakan sekitar 2 sampai 3 kali. Sedangkan untuk balok II-6

7 persegi dan bulat dapat dipakai sekitar 3 sampai 7kali. Bekisting hendaknya disusun sedemikianrupa sehingga dapat dipergunakan lagi pada kesempatan lain. Hal-hal yang merugikan dengan menggunakan triplek (multiplek) adalah sebagai berikut: a. Harga yang relatife tinggi. b. Sudut dan tepi plat-plat mudah rusak. c. Permukaan dari plat harus ditangani dengan hati-hati. Perencanaan yang dilakukan dalam merencanakan pekerjaan bekisting meliputi pekerjaan menghitung volume/luasan bekisting, pembuatan zone pengecoran, pembuatan siklus pekerjaan, merencanakan penyediaan material mengitung biaya pelaksanaan. Konstruksi bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding).perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelagar balok yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak.perancah kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongandua baji kayu yang dapat digeser. Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional.perancah baja bersekrup (scaffolding) terdapat dipasaran dengan bermacam-macam panjang dan besarnya.perancah baja semakin banyak digunakan karena selain pemasangannya yang mudah dan cepat, perancah ini juga mampu menyangga beban sampai dengan 5 20 kn.perancah baja bersekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan selubung sekrup atau mur penyetel. Penggunaan perancah baja bersekrup membutuhkan pengawasan serta ketelitian dalam pemasangannya.jika perancah ini dirawat dengan baik, maka dapat dipakai bertahun-tahun. Penyetelan dari perancah II-7

8 kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding) memerlukan persyaratan seperti di bawah ini : a. Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bekisting akibat dari gaya-gaya horisontal. Penyetelan dalam arah tegak lurus harus dengan waterpass. b. Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka lendutan akibat dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan perancah diperpanjangannya sebaik mungkin. c. Tempat dari perancah perlu dipilih sedemikianrupa sehingga beban-bebandapat terbagi serata mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yang timbul karena pembebanan dan perbedaan penurunan tanah Perhitungan Volume Bekisting Volume dihitung berdasarkan luas permukaan bekisting (permukaan beton), setiap perhitungan volume dihitung dalam tanda satuan m2 (luas), bahan atau pedoman untuk mengitung antara lain : a. Denah struktur, untuk menghitung ukuran panjang/lebar bangunan. b. Penampang/potongan struktur, untuk mengetahui ketinggian dan lebar bangunan. c. Detai Struktur, untuk mengetahui ukuran-ukuran yang khusus dari bangunan. II-8

9 Dalam mengitung volume bekisting pelat lantai yang diperlukan adalah panjang dan lebar, dimana panjang dan lebar dimensi plat didapat setelah mengurangi jarak antara balok dengan dimensi/ukuran balok Pelat Lantai Bondek Pelat boundeck adalah pelat kombinasi yang menggunakan steel deck sebagai pengganti tulangan momen positif (tulangan bawah), dimana steel deck (pelat baja) ini juga sekaligus sudah berfungsi sebagai bekisting pelat dan lantai kerja, sedangkan untuk tulangan momen negative bisa menggunakan tulangan baja biasa atau menggunakan wiremash. Boundeck merupakan bahan penulangan positif satu arah pada lantai beton bangunan bertingkat. Lembaran panel berbentuk pelat gelombang ini terbuat dari baja struktural dengan tebal 0,70 1,2 mm yang digalvanis secara merata. Boundeck atau pelat baja bergelombang jika dikombinasikan dengan campuran beton akan membentuk suatu sistem pelat lantai komposit yang sempurna. Gambar 2.4. Plat Beton Komposit Bondek (Sumber : Internet Plat Beton Komposit Boundeck) Boundeck juga berfungsi sebagai bekisting tetap dan langit - langit ruangan bangunan. Dapat dipesan sesuai panjang yang dibutuhkan.untuk memudahkan dalam II-9

10 pemasangan dan pengangkutan dianjurkan panjang maksimum 12,00 meter. Jadi bisa disimpulkan dari beberapa pengertian di atas Bondek secara umum bisa diartikan sebagai lembaran-lembaran panel yang berbahan dasar baja berfungsi sebagai perancah plat lantai.setiap munculnya inovasi suatu bahan bangunan pasti diklaim memiliki kelebihan dari bahan terdahulunya. Beberapa penelitian di lab serta obsevasi di lapangan juga menyatakan Bondek memiliki keunggulaan sebagai berikut : a. Mudah dan cepat dalam pemasangan. Boundeck langsung berfungsi juga sebagai bekisting permanen yang siap di cor dalam waktu singkat. Efisiensi waktu dan kemajuan pekerjaan dapat dipercepat yaitu mencapai 400m2/hari/kelompok (3-4 orang), waktu untuk pembuatan dan pembongkaran bekisting sudah tidak diperlukan lagi. Pekerjaan pembesian dibagian yang mengalami tarik, dapat direduksi atau bahkan dihilangkan karena telah digantikan fungsinya oleh boundeck. b. Mengurangi pemakaian perancah dan tiang - tiang penyangga sehingga lebih menghemat biaya dalam pelaksanaanya. c. Boundeck dapat secara langsung digunakan sebagai plafond. d. Ketahanannya terhadap kebakaran lebih baik dan lolos uji kelenturan serta pembebanan. e. Dapat dipesan sesuai kebutuhan dan memberikan platform kerja yang aman dan tahan api. f. Dapat dipasang pada konstruksi baja maupun beton. g. Untuk pembangunan plat lantai termodul seperti hotel, apartemen, dan sekolah sangat cepat. Boundeck adalah decking dengan profil 2W yang dilengkapi II-10

11 system protrude shape dan merupakan produk penyempurnaan dari produk steeldeck yang ada di pasaran, diproduksi dengan menggunakan mesin canggih untuk menghasilkan kualitas produk dengan tingkat presisi yang tinggi, pelat baja structural bergelombang dengan mutu tegangan tarik yang tinggi dan dilapisi galvaniz. Lembaran steel deckdiletakan diatas balok-balok pemikul (beam), baik diatas kostruksi beton maupun pada konstruksi baja, kemudian segera dimatikan/dipakukan atau di-las, jika perletakan di atas kostruksi baja.hal tersebut untuk menghindari dari geseran perletakan lembaran steel deckpada kedudukannya. Cara perletakan steel deckpada umumnya minimum 5 cm dari bibir balok pemikul. Untuk sambungan arah memanjang,jarak perletakan steeldecksatu dengan lainnya diusahakan seminimal mungkin. Usahakan perletakan lembaran Steel Deck bisa menutup dua atau tiga bentangan balok pemikul (continuous span), agar lebih praktis dan menghemat waktu baik dalam pemasangan maupun dalam pengangkutan. Lembaran Steel Deck pada waktu beton masih basah berfungsi sebagai bekisting dan merupakan lantai kerja paling aman bagi pekerja lainnya. Tapi hindarkan terjadinya pemusatan beban diatas lembaran steel deck yang belum berfungsi tersebut. Disarankan, gunakanlah papan balok kayu untuk lintasan jalan para pekerja. II-11

12 Gambar 2.5. Lembaran Steel Deck Dan Detail Potongan (Sumber : Internet Lembaran Steel Deck Dan Detail Potongan) 1. IMW STEEL DECK 1000 innovasi dari IMW yang merupakan penyempurnaan dari bondeck yang ada dipasaran,dengan kelebihan pemakaian beton material yang lebih ekonomis. 2. IMW STEEL DECK 1000 lebih cepat dan lebih mudah dalam pemasangan, baik pada konstruksi beton ataupun pada konstruksi baja. 3. IMW STEEL DECK 1000 lebih efisien dalam waktu pemasangan dengan material yang lebih lebar. Persyaratan bahan harus mengikuti spesifikasi teknis sebagai berikut : Bahan dasar Tegangan leleh minimum Lapis pelindung Tebal lapisan lindung : Baja High Tensile : 5500 kg/cm2 atau 550 MPa : Hot Dip Galvanized : 275 gr/m2 Tebal baja dasar : 0,75mm 1.20 BMT( Base Metal Thickness ) II-12

13 Standar bahan : JISG 3302, SGC 570 Tinggi gelombang Lebar efektif Panjang : 50 mm : 960 mm : Maksimum mm Panjang dapat dipotong sesuai kebutuhan tergantung pada daya angkut/fasilitas kendaraan). Tabel 2.1. Rekomendasi Penggunaan Bondek (Sumber : Brosur Bondek, Tahun 2008) 2.2 Persyaratan Untuk Perencanaan Bondek Pada perencanaan plat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut : a. Pada perhitungan pelat, lebar plat diambil 1 meter (b = 1000 mm) b. Panjang bentang ( λ ) ( Pasal 10.7 TPSBUBG 2002 ) : a) Pelat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung λ = λn + h dan λ λas as. (1) b) Pelat yang menyatu dengan struktur pendukung II-13

14 Jika λ 3,0 m, maka λ = λn (2a) Jika λ 3,0 m, maka λ = λn + 2x50 mm (PBI 1971) (2b) c. Tebal minimal selimut beton (Pasal TPSBUBG ) Untuk batang tulangan 36, tebal lapis lindung 20 mm (3a) Untuk batang tulangan 44 56, tebal lapis lindung 40 mm (3b) 2.3 Pemasangan Bondek Secara umum kita sudah mengetahui spesifikasi dasar dan keuntungan bondek itu sendiri.untuk selanjutnya kita juga harus memahami pemasangan bondek serta material-material pendukungnya. Sudah pasti sebelum pemasangan kita harus tahu pula material-material pendukung, berikut material-material pendukung tersebut : II-14

15 a. Bonfil adalah busa Polystyrene yang berfungsi sebagai stop cor dan sela masuknya udara melalui celah-celah. b. Bonwedge adalah root penggantung plafond pada bondek. c. Rib end plug adalah busa Polystyrene untuk menutup celah-celah agar tidak menjadi tempat rembesan air semen. d. Brackets from builders strapping adalah bracket pengunci sebagai penahan level. e. Bonstrip adalah penutup celah bawah bondek yang akan di ekspose. f. Bon-nut adalah penggantung sama seperti Bonwedge tetapi lebih diutamakan penggantung instalasi mekanikal atau elektrikal. (User s Guide for composite concreteslab construction,lysaght Bondek,2012) Gambar 2.6. Asesoris Bondek (Sumber : Gambar Dari Internet) Setelah mengetahui material-material pendukung di atas kita baru bisa lanjut ke pemasangan bondek. Pemasangan bondek memiliki standar operasional prosedur yang tertuang sebagai berikut : II-15

16 a. Survey tempat pengecoran terlebih dahulu meliputi level ketinggian,orientasi, dan kebersihan agar mendapatkan hasil yang maksimal. b. Taruh rambu-rambu pengaman sebagai langkah awal keamanan pelaksanaan. c. Buka bundle bondek dan segera lakukan pemotongan rencana cutting list jika dipelukan. d. Taruh bondek di tempat sesuai rencana baut atau las bondek agar tidak bergerak di posisi. e. Taruh edgeform atau lisplang di tempat sesuai rencana baut atau las bondek agar tidak bergerak di posisi. f. Sedikan cut penetration untuk sparingan. g. Taruh pembesian di atas bondek dan jangan lupa sediakan kaki ayam penjaga spasi sebagai tebal beton. h. Setelah semua siap maka lakukan pengecoran sesuai dengan kaidahkaidah yang berlaku seperti tidak menjatuhkan beton melebihi ketinggian di atas 1 meter yang akan mengganggu kesetabilan perancah. i. Pasang bonwedge jika di bawah bondek ditutup plafond. j. Pasang bon-nut jika di bawah bondek dilalui instalasi mekanikal dan elektrikal. k. Pasang bonstrip jika bagian bawah bondek diekspose. II-16

17 Gambar 2.7. Garis Besar Pemasangan Bondek (Sumber : Foto Pelaksanaan Pekerjaan Di Lapangan) II-17

18 2.3.1 Wiremesh Wiremesh merupakan material jaring kawat baja pengganti tulangan pada pelat yang fungsinya sama sebagai tulangan. Pada wiremesh selain memiliki kekuatan yang sama namun dari segi pemasangan lebih praktis dan murah dibandingkan dengan tulangan konvensional. Keuntungan utama dalam menggunakan Jarigan Kawat Baja Las BRC adalah mutunya yang tinggi dan konsisten yang terjamin bagi perencana, pemilik dan pemborong, di bandingkan dengan cara penulangan pelat lainnya. Karena semua kawat di tarik dan di uji dengan seksama, mutu bahan yang di pakai telah terjamin. Proses penarikan kawat tersebut akan menghasilkan kawat dengan penampang yang sangat merata. Keseragaman yang sama itu tidak akan mungkin terdapat pada batang-batang canaian panas (besi beton) ketika kawat di las kedalam jaringan kawat baja las BRC, ia di dudukan tepat pada tempatnya, jadi jaringan akan selalu dilengkapi dengan jumlah kawat yang benar. Dengan demikian,perencanaan terjamin dan penelitian di tempat kerja dapat dikurangi. Untuk membuat pelat yang ringan, tipis tetapi kuat yaitu dengan menggunakan tulangan baja berupa kawat baja las/wiremesh Penggunaan tulangan baja ini dimaksudkan untuk memperbesar kuat lentur pelat karena kawat baja ini mempunyai kuat tarik yang tinggi dan berbentuk seperti jala yang sangat memudahkan pada saat pemasangan, serta harga relatif lebih murah dan material lebih ringan. Mutu yang tinggi dari Jaringan Kawat Baja Las BRC memungkinkan yang di tetapkan sebelumnya. memenuhi standart kelas U-50, menghasilkan pengehematan biaya yang sangat berarti. Dengan menggunakan tegangan ijin yang di usulkan sebesar kg/cm tersebut. kita dapat memperoleh penghematan sampai separuh dari banyaknya penulangan. II-18

19 Dengan Perhitungan Harga Per kg jaringan kawat baja las BRC yang lebih tingi, biasanya tetap terdapat penghematan biaya yang cukup berarti pada kebanyakan proyek. Selain penghematan, juga waktu pasang dihematkan, karena Jaringan Kawat Baja La BRC di serahkan di tempat kerja dengan kawat telah di lastepat pada jarak-jarak yang di tetapkan sebelumnya. 2.4 Peralatan Peralatan yang akan dipakai haruslahdipilih dengan tepat karena merupakan salah satu faktor penting untuk menunjangkeberhasilan suatu proyek konstruksi. Pada pengerjaan pelat lantai, biasanya digunakan concrete pump dan vibrator pada saat proses pengecoran. Concrete pumpberfungsi untuk mengalirkan beton cor ready mix ke pelat lantai yang siap di cor. Biasanya concrete pump digunakan untuk lantai yang sulit dijangkau serta untuk mempercepat proses pengecoran. Sedangkan vibrator berfungsi untuk menghasilkan getaran yang cukup untuk memaksa adukan beton bergeser mengisi ronggarongga kosong, sehingga beton mengalir dan memadat. 2.5 Biaya Perkiraan biaya adalah memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia. Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaran proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek.selanjutnya, perkiraan biaya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, pelayanan, maupun waktu. Meskipun kegunaanya sama, namun penekananya berbeda - beda untuk masing - masing organisasi peserta proyek. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu patokan untuk II-19

20 menentukan kelayakan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh tergantung pada seberapa jauh kecakapan membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan didal proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang bersangkutan akan mengalami kekalahan. Sebaiknya bila memenangkan lelang dengan harga terlalu rendah, kontraktor akan mengalami kesulitan di kemudian hari. Sedangkan bagi konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek.biaya langsung (direct cost) adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut.harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah buruh dan biaya peralatan.biaya tidak langsung (indirect cost) adalah semua biaya proyek yang secara tidak langsung berhubungan dengan konnstruksi di lapangan tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut.biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah biaya overhead dan biaya tak terduga.biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara periodik dan besarnya selalu konstan atau tetap, tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume kegiatan yang terjadi pada periode tersebut.biaya tetap juga bisa disebut sebagai biaya operasional. Biaya variable (variabel cost) adalah biaya yang besarnya selalu berubah, tergantung pada volume kegiatan yang dilakukan. Biaya variabel juga dapat disebut sebagai biaya produksi perunit produk. 2.6 Tenaga Kerja Tenaga kerja sangatlah berperan dalam proses jalannya sebuah proyek atau setiap jenis pekerjaan, tenaga kerja adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan II-20

21 keahlian yang berbeda beda sesuai dengan bidang dan keahliannya. Adapun kemampuan tenaga kerja meliputi jenis dan macam - macam tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja pada umumnya meliputi tenaga kerja biasa, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja ahli.untuk setiap pekerjaan memerlukan tenaga kerja tertentu baik mengenai jumlah maupun keahlian dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.secara teoritis keperluan rata - rata jumlah tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam - orang atau bulan dibagi dengan kurun waktu perencanaan. Metode perhitungan tersebut, tentu tidak sesuai dengan kenyataan yang sesunguhnya, karena akan timbul pemborosan dengan mendatangkan sekaligus banyak tenaga kerja pada awal proyek,mengingat pada saat awal belum cukup pekerjaan tersedia untuk mereka. Pekerjaan konstruksi menunggu material hasil kegiatan pembelian, sedangkan pembelian baru akan dimulai bila paket disiapkan oleh ahli engineering telah selelsai. Oleh karena itu,untuk merencanakan tenaga kerja proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam - macam factor, diantaranya yang terpenting adalah : a. Produktifitas tenaga kerja. b. Tenaga kerja periode puncak (peak). c. Jumlah tenaga kerja kanntor. d. Perkiraan jumlah tenaga kerja di lapangan. e. Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam. Macam atau jenis tenaga kerja berdasarkan keahlian/kemampuan yaitu : a. Tenaga kerja terdidik/ tenaga ahli/ tenaga mahir Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal dan non formal. Contohnya II-21

22 seperti sarjana ekonomi, insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain sebagainya. b. Tenaga kerja terlatih Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih ini tidak memer lukan pendidikan karena yang dibutuhkan latihan dan melakukannya berulang - ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir, pelukis, dan lain - lain. c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,buruh angkat, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan masih banyak lagi contoh lainnya. II-22

23 2.7 Hasil Penelitian Sejenis 10 Tahun Terakhir Adapun hasil penelitian sejenis 10 tahun terakhir sebagai berikut: Tabel 2.2. Hasil Penelitian Sejenis 10 Tahun Terakhir No. Peneliti Jurnal Variable Metodologi Hasil 1 I Rai Widhiawati dan Asmara, Dosen Universitas Udayana, Bali, 2010 Analisa Biaya Pelaksanaan Antara Pelat Konvensional dan Sistem Pelat Menggunakan Metal Deck Bondek Dan Bekisting Konvensional Analisa Dan Deskriptif Dari hasil analisa biaya diperoleh biaya pelaksanaan pelat lantai 1 dan 2 dengan metode konvensional pada Proyek Pembangunan Apartemen Le Grande Suites Pecatu adalah Rp ,91. Sedangkan biaya pelaksanaan menggunakan metal deck adalah Rp ,53. Dari perbandingan biaya pelaksanaan antara pelat konvensional dan pelat metal deck, menunjukkan bahwa pengerjaan pelat lantai konvensional dengan volume 142,85 m3 memberikan biaya yang lebih mahal daripada pelat menggunakan metal deck dengan volume 121,99 m3, yaitu dengan selisih biaya sebesar Rp ,38 atau sebesar 7,51%. bondek mampu reduce biaya sampai 7,51% 2 Naufal Aiman K, Mahasiswa Universitas Hasanuddin, makasar, 2014 Studi Perbandingan Penggunaan Teknologi Plat Beton Konvensional Dan Plat Beton Bondek Gedung Ball Room Universitas Muhammadiyah Makasar Bondek Dan Bekisting Konvensional Analisa Dan Deskriptif dibandingkan perancah konvensional. (1) Pelat beton bondek lebih murah 3.2 % dibandingkan pelat beton konvensional; (2) Pelat beton bondek lebih mudah dalam proses pelaksanaannya dibandingkan pelat konvensional; (3) Pelat beton bondek lebih cepat dalam waktu pelaksanaannya 33.3 % dibandingkan pelat beton konvensional; (4) Pelat beton bondek menghasilkan sampah lebih sedikit dibandingkan pelat konvensional; (5) Material untuk pekerjaan pelat beton konvensional lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan pekerjaan pelat beton bondek. Berdasarkan dari hasil kelima aspek tersebut. II-23

24 Lanjutan Tabel 2.2. Hasil Penelitian Sejenis 10 Tahun Terakhir No. Peneliti Jurnal Variable Metodologi Hasil 3 Andi Tenri Uji, Mahasiswa Universitas Hasanuddin, makasar, 2012 Perbandingan Biaya Pelaksanaan Plat Beton Menggunakan Bondek dan Plat Konvensional Pada Gedung Graha Suraco Bondek Dan Bekisting Konvensional Analisa Dan Deskriptif (1) Perbandingan biaya pelat lantai boundeck dan konvensional menunjukkan bahwa biaya pelat lantai boundeck lebih tinggi dibandingkan dengan pelat lantai konvensional yaitu dengan penurunan harga sebesar Rp178,503,047atau 28,12%. (2) Berdasarkan hasil yang saya dapat pekerjaan yang menggunakan pelat boundeck keuntungan adalah pekerjaan lebih rapi dan lebih cepat sedangkan kerugiannya adalah tidak bias diterapkan pada sisi tepi gedung. (3) Berdasarkan hasil yang saya dapat pekerjaan yang menggunakan pelat konvensional keuntungan adalah dapat dibentuk sesuai dengan keinginan, tahan terhadap temperature tinggi sedangkan kerugiannya adalah pekerjaannya memerlukan ketelitian yang tinggi. (4) Pelaksanaan pekerjaan pelat lantai boundeck lebih efektif dan efisien baik dari tingkat kesulitan maupun waktu yang dibutuhkan dibandingkan pelat lantai konvensional, dimana pelaksanaan pelat lantai boundeck membutuhkan waktu 5 hari untuk menyelesaikan pekerjaan pelat lantai 3 Gedung graha Suraco sedangkan 4 Julistiana Tistogondo, ST, MT, 2009 Effesiensi biaya Plat Beton Komposit Baja Gelombang Pada Proyek Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya Komposit gelombang Analisa menggunakan pelat lantai konvensional membutuhkan waktu 12 hari. 1.Tulangan yang dipakai pada pelat beton komposit dek baja bergelombang lebih kecil diameternya dan jarak antar tulangan lebih besar jika dibandingkan dengan pelat beton konvensional. Hal ini berarti berat tulangan yang dibutuhkan pelat beton komposit dek baja bergelombang lebih kecil / ringan. 2. Pemakaian tulangan wiremesh / Jaring Baja Kawat Las (JKBL) umumnya digunakan bersama dengan dek baja bergelombang untuk perencanaan pelat beton komposit. JKBL juga dapat digunakan dalam perencanaan pelat beton konvensional meski jarang dijumpai. Keunggulan penggunaan JKBL adalah mutu yang terjamin, baik bahan maupun ukuran serta penghematan biaya. 3.Penggunaan pelat beton komposit dek baja bergelombang lebih murah jikadibandingkan pelat beton konvensional dalam Perencanaan Renovasi Pasar Bratang. 4. Keunggulan pelat beton komposit dek baja bergelombang dibanding pelat konvensional II-24

25 5 Irvan Riko Pasaribu, Johannes Tarigan, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatra Utara, Resti Karisma Apriani, Universitas Mercu Buana 2013 (Sumber : Hasil Kajian Jurnal) Desain dan Analisa Harga Pelat Satu Arah dengan memakai pelat komposit dibandingkan dengan Pelat Beton Biasa Pada Bangunan Bertingkat Analisa Optimasi Luasan Bangunan Untuk Penggunaan Bondek Pada Konstruksi Rumah Tinggal Dua Lantai Komposit dengan beton biasa Analisa sebagai berikut : - Efisien untuk bangunan yang tipikal, kuantitas pekerjaan banyak dan berulang. - Biaya pelaksanaan lebih murah karena tidak memerlukan pekerjaan pemasangan dan pembongkaran bekisting. - Pemakaian bekisting dapat dihemat, dek baja bergelombang sebagai material komposit juga berfungsi sebagai bekisting. - Jumlah perancah/schafolding lebih sedikit sehingga ruang di bawah lantai kerja menjadi lebih luas. - Volume material pekerjaan beton menjadi lebih sedikit. Hal tersebut disebabkan dimensi pelat beton komposit lebih tipis. Dimensi balok, kolom dan pondasi dapat disederhanakan lagi sehingga bias menghemat biaya konstruksi secara keseluruhan. 1. Dalam pekerjaan pembuatan pelat beton konvensional, biaya untukpem buatan bekisting mencapai lebih dari 40% tetapi angka tersebut dapat ditekan dengan manajemen konstruksi yang baik misalnya dengan pemakaian bekisting berulang. 2. Dalam erencanakan pelat komposit yang menggunakan bondek, perlu peninjauan yang matang dalam perhitungan harga bahan dan biaya pengangkutan bondek tersebut karena hanya tersedia hanya di daerah-daerah tetentu saja. 3. Perbandingan harga pelat yang direncanakan adalah Rp ,(Satu milyar tujuh ratus Sembilan puluh tujuh juta enam ratus lima puluh lima ribu lima ratus dua puluh dua rupiah)untuk pelat beton konvensional, dan Rp (Satu milyar sembilan ratus tujuh puluh empat juta seratus lima puluh empat ribu enam ratus delapan puluh delapan rupiah) Bondek Analisa Dari hasil analisa biaya pada penelitian diperoleh harga per m2 untuk pekerjaan konvensional sebesar Rp dan bondek Rp Selisih biaya per m2 sebesar Rp atau sebesar %. Berdasarkan hasil analisa optimasi penggunaan metode grafik, simplek dan solver untuk data penelitian tidak dapat ditentukan optimasi antara luasan antara pekerjaan plat lantai konvensional dan bondek. Hasil penelitian ini adalah semakin luas area lantai dua pada rumah tinggal dua lantai, maka selisih biaya semakin besar II-25

26

27 Setelah melakukan kajian secara mendalam akhirnya 6 jurnal penelitian tersebut dapat dikelompokan menjadi 13 kelompok berdasarkan keywordnya. Tabel 2.1 Temuan Research Gap Gambar 2.7 Pemetaan kelompok pembahasan topik penelitian Dengan hasil pemetaan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini, merupakan penelitian yang baru dan belum ada pendahulunya. II-27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Proyek Menurut Soehendradjati (1987) Manajemen adalah suatu proses kegiatan penggunaan sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya modal/uang dan peralatan/mesin

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan

Lebih terperinci

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS Bab VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada didalamnya dapat

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis perbandingan biaya

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah B. Latar Belakang Pada pembangunan sebuah gedung, elemen pelat merupakan bagian dari struktur atas. Gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan kostruksi yang menyatu dengantempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkiraan Biaya BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Definisi perkiraan biaya adalah memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bekisting BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Hanna, (1999) sistem bekisting didefinisikan sebagai sistem pendukung yang total untuk menempatkan beton segar termasuk cetakan atau bidang yang

Lebih terperinci

Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit (Julistyana T) 35 Effisiensi Biaya Pelat Beton Komposit Baja Bergelombang Pada Proyek Pasar Baru Bratang Surabaya Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK Proyek pembangunan

Lebih terperinci

2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH. UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan

2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH. UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan 2.2 UNION FLOOR DECK W-1000 ( BONDEK ) dan WIRE MESH UNION Floor Deck W-1000 ( Bondek ) adalah pelopor decking dengan profil 2W yang dilengkapi system protrude shape dan merupakan penyempurnaan dari Floor

Lebih terperinci

ANALYSIS ON COST OF CONSTRUCTION OF CONVENTIONAL SLAB AND METAL DECK SLAB SYSTEM

ANALYSIS ON COST OF CONSTRUCTION OF CONVENTIONAL SLAB AND METAL DECK SLAB SYSTEM Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 14, No. 1, Januari 2010 ANALISA BIAYA PELAKSANAAN ANTARA PELAT KONVENSIONAL DAN SISTEM PELAT MENGGUNAKAN METAL DECK I.A. Rai Widhiawati 1, A. A. G. A. Yana 1, dan A.A. Asmara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. Bahanbahan material tersebut dipercaya memiliki

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB)

BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) BAB VI TINJAUAN KHUSUS PERBANDINGAN SISTEM PLAT LANTAI (SISTEM PLAT DAN BALOK (KONVENSIONAL) DAN SISTEM FLAT SLAB) 6.1 Uraian Umum Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis yang memikul beban

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN 19 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN Candra Yuliana ¹)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PELAKSANAAN PELAT BETON MENGGUNAKAN BOUNDECK DAN PELAT KONVENSIONAL PADA GEDUNG GRAHA SURACO

PERBANDINGAN BIAYA PELAKSANAAN PELAT BETON MENGGUNAKAN BOUNDECK DAN PELAT KONVENSIONAL PADA GEDUNG GRAHA SURACO PERBANDINGAN BIAYA PELAKSANAAN PELAT BETON MENGGUNAKAN BOUNDECK DAN PELAT KONVENSIONAL PADA GEDUNG GRAHA SURACO Andi Tenri Uji Mahasiswi S1Jurusan sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl.Perintis

Lebih terperinci

Kata kunci : metode bekisting table form

Kata kunci : metode bekisting table form 1 Perbandingan Waktu dan Biaya Konstruksi Pekerjaan Bekisting Menggunakan Metode Semi Sistem Dengan Metode Table Form (Studi Kasus: Proyek FMipa Tower ITS Surabaya) Muhammad Fandi, Yusroniya Eka Putri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari beberapa pekerjaan dasar. Yaitu pekerjaan pengukuran, pembesian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh banyak faktor ketersediaan lahan, bentuk struktur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh banyak faktor ketersediaan lahan, bentuk struktur, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Zona Pelaksanaan Pekerjaan Penentuan zona-zona pekerjaan pada bangunan gedung bertingkat dipengaruhi oleh banyak faktor ketersediaan lahan, bentuk struktur,

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI 1.1 Pengertian Kolom dan Balok Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1. Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan, maka makin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 21 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di abad 21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat, seperti bermunculannya teori teori baru (memperbaiki teori yang sebelumnya) dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25 4.1 SYARAT PELAKSANAAN Syarat pelaksanaan diantaranya sebagai berikut: a. Pekerjaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM DENGAN PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP TANPA STYROFOAM Lutfi Pakusadewo, Wisnumurti, Ari Wibowo Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari suatu struktur suatu bangunan. Fungsi Kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan Plat untuk di teruskan ke Pondasi. Tujuan penggunaan kolom yaitu : Gambar 5.1 : Pekerjaan

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak terkecuali pada bangunan rumah tinggal sederhana. Balok merupakan bagian struktur yang fungsinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan bangunan besar lainnya (Wikipedia). Perancah merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan bangunan besar lainnya (Wikipedia). Perancah merupakan konstruksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perancah Perancah merupakan suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan besar lainnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bekisting Bekisting atau cetakan beton adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang dikehendaki.

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) 7.1 Uraian umum Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI 5.1 Pekerjaan Kolom Kolom merupakan bagian dari struktur suatu bangunan. Fungsi kolom itu sendiri sebagai penyangga stuktur pelat dan balok atau juga meneruskan beban

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II Bahan Kuliah Ke-I Pengenalan Kolom Struktur Beton II Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh September 2008 Materi Kuliah Definisi Pembuatan Kolom Apa yang dimaksud dengan Kolom?

Lebih terperinci

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN 4.1. Pekerjaan Struktur Pekerjaan struktur adalah satu pekerjaan tetapi dalam kenyataannya merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan Proyek Aeropolis Lucent Tower BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 5.1 Tinjauan Umum Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan ketinggian 8 lantai pada lahan seluas 3500 m 2. Struktur

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT PEKERJAAN STRUKTUR KOLOM, BALOK, PELAT LANTAI DI LANTAI P1, P2, P3, P4, P5 PADA GEDUNG SATRIO TOWER DI JAKARTA SELATAN Nama : Rika Arba Febriyani NPM : 26312369 Pembimbing : Lia Rosmala Schiffer, ST.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Pengertian manajemen proyek adalah implementasi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan keahlian, serta teknik yang terbaik dan berkualitas yang dijalankan secara

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material. Material Konstruksi meliputi seluruh bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan pada suatu proses konstruksi, dari

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK 5.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya.

Lebih terperinci

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. ANALISIS PENGGUNAAN METODE HALF SLAB TERHADAP NILAI BIAYA DAN WAKTU DALAM PEMBANGUNAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS : PROYEK M-GOLD TOWER BEKASI JAWA BARAT) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI 5.1 Uraian Umum Pada Setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi konstruksi saat ini mengalami kemajuan pesat, yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern. Pada jaman dahulu

Lebih terperinci

Analisa Biaya dan Waktu Bekisting Metode Konvensional dengan Sistem PERI pada Proyek Puncak Kertajaya Apartemen

Analisa Biaya dan Waktu Bekisting Metode Konvensional dengan Sistem PERI pada Proyek Puncak Kertajaya Apartemen 1 Analisa Biaya dan Waktu Bekisting Metode Konvensional dengan Sistem PERI pada Aditya Febrian Saputra, Farida Rahmawati, ST., MT. dan Yusronia Eka Putri, ST., MT Jurusan S1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISA HARGA PELAT SATU ARAH DENGAN MEMAKAI PELAT KOMPOSIT DIBANDINGKAN DENGAN PELAT BETON BIASA PADA BANGUNAN BERTINGKAT

DESAIN DAN ANALISA HARGA PELAT SATU ARAH DENGAN MEMAKAI PELAT KOMPOSIT DIBANDINGKAN DENGAN PELAT BETON BIASA PADA BANGUNAN BERTINGKAT DESAIN DAN ANALISA HARGA PELAT SATU ARAH DENGAN MEMAKAI PELAT KOMPOSIT DIBANDINGKAN DENGAN PELAT BETON BIASA PADA BANGUNAN BERTINGKAT Irvan Riko Pasaribu 1, Johannes Tarigan 2 1 Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya. BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT 7.1 Uraian Umum Dalam konstruksi bangunan bertingkat seperti halnya pada Proyek Puri Mansion Apartment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN Apartemen Casa de Parco BSD BabV Pelaksanaan Pekerjaan BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak pihak yang berkaitan didalamnya. Karena semakin

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 ANALISA PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN BEKISTING METODE SEMI SISTEM BERDASARKAN STRATEGI ROTASI PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ( STUDI KASUS:

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift. BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Selama 2 bulan pelaksanaan kerja praktik (KP) yang terhitung mulai dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 16 Desember 2013, kami melakukan

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT)

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) 7.1 Uraian Umum Pada umumnya penggunaan bahan bangunan struktur gedung bertingkat proyek di Indonesia menggunakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi konstruksi di Indonesia saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi konstruksi di Indonesia saat ini mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi konstruksi di Indonesia saat ini mengalami kemajuan pesat, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern.

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Di Indonesia hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada didalamnya dapat

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran BAB IV Tinjauan Bahan Bangunan Dan Alat - Alat BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua bagian utama dari bangunan, yaitu bagian struktur dan nonstruktur. Bagian struktur ialah bagian

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA Roland Martin S 1*)., Lilya Susanti 2), Erlangga Adang Perkasa 3) 1,2) Dosen,

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI DENIE SETIAWAN NRP : 9721019 NIRM : 41077011970255 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., MT. FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Konsep Perencanaan Pembangunan proyek Apartement Wang Residence ini berdasarkan dari pertimbangan beberapa aspek, salah satunya pertimbangan karena meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL BAB IV PERALATAN dan MATERIAL 4.1 Peralatan 4.1.1. Alat Ukur (waterpass) Waterpass adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi beton pracetak di Indonesia berkembang pesat, hal ini terkait dengan biaya konstruksi yang terus meningkat. Bila dibandingkan dengan biaya pada

Lebih terperinci

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI Pasal 1 : Material Plafond 1. Material utama plafond adalah GYPSUM BOARD 9 MM DAN ACRILYC 5 MM dengan ukuran panel standard adalah 1220 mm x 2440 mm. 2. Material

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 04 Judul Modul KONSTRUKSI BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK

METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT ABSTRAK METODE PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN MATERIAL UNTUK PILE CAP PADA LANTAI BASEMENT 1 Wowo Afif Fathurohman 2 Asri Wulan, ST., MT 3 Tri Handayani, ST., MT 1 Afief_fathuroman@rocketmail.com 2 Asr_wulan@yahoo.com

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang dibangun dengan mempertimbangkan beberapa hal. Diantaranya adalah meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG

ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG Suhendra 1 Abstrak Formworks in the reinforced concrete building work usually use wood as the material.

Lebih terperinci

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Soft cor ini dipasang sepanjang keliling area yang akan dicor, dengan kata lain pembatas area yang sudah siap di cor dengan area yang belum siap. 46 Pekerjaan

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma IV Konstruksi Bangunan Gedung Jurusan Teknik Sipil

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma IV Konstruksi Bangunan Gedung Jurusan Teknik Sipil TUGAS AKHIR TINJAUAN DAN ANALISA MANAJEMEN PEKERJAAN PLAT BETON MENGGUNAKAN WIREMESH BONDEK DAN BETON KONVENSIONAL PADA PEMBANGUNAN GEDUNG SMA KEBERBAKATAN OLAHRAGA DI MINAHASA Diajukan Sebagai Persyaratan

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Andy Kurniawan Budiono, I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT 2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT Pendahuluan Elemen struktur komposit merupakan struktur yang terdiri dari 2 material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II. Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau. Lantai secara umum mempunyai fungsi untuk :

BAB II. Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau. Lantai secara umum mempunyai fungsi untuk : II.1 Dasar Teori Pelat Lantai BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur. Pelat

Lebih terperinci