BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Pustaka Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Pustaka Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran"

Transkripsi

1 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah semua aktivitas yang dilakukan dimana berhubungan secara langsung dengan konsumen. Kegiatan pemasaran dilakukan oleh sebuah perusahaan agar mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2012:5) secara sosial adalah sebagai berikut : Marketing is about identifying and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of marketing is meeting needs profitably. Sedangkan pengertian pemasaran menurut AMA (American Marketing Association) yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2012:5) adalah sebagai berikut: Marketing is the activity,set of institutions,and processes for creating,communicating,delivering,and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society. Definisi pemasaran menurut Swastha (2012:4) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut : Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatankegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai dimana kegiatan pemasaran dimulai dari merencanakan sampai dengan mendistribusikan barang atau jasa dengan tujuan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan dari konsumen, baik konsumen saat ini

2 13 maupun konsumen potensial yang dapat dijadikan peluang bisnis yang menguntungkan Pengertian Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran dibutuhkan mengingat persaingan perusahaan yang semakin ketat dan berat. Manajemen pemasaran menyangkut mengolah permintaan pasar dan mengelola hubungan dengan konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2012:5) manajemen pemasaran adalah : Marketing management as the art and science of choosing target markets and getting, keeping,and growing customers through creating, delivering, and communicating superior customer value. Sedangkan menurut Swastha (2012:4) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai berikut Manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang bertujuan memberikan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dengan melakukan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul dengan tujuan untuk memberikan dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan target pasar yang dituju. Hal ini dilakukan agar tercapainya tujuan perusahaan Bauran Pemasaran Bauran pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling menunjang satu sama lain. Keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran didukung oleh keberhasilan dan memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distrbusi yang baik dan promosi yang efektif. Menurut Kotler dan Keller (2012:25) menyatakan bauran pemasaran produk (4P) sebagai berikut : 1. Product Produk adalah kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.

3 14 2. Price Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk. 3. Place Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. 4. Promotion Promosi adalah aktifitas yangmenyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan membelinya. Untuk perusahaan yang bergerak dibidang barang, marketing mix dikenal dengan istilah 4P (product, price, place, promotion) seperti yang telah dijelaskan diatas. Sedangkan untuk perusahaan yang bergerak dibidang jasa, marketing mix menjadi 7P yaitu dengan tambahan 3P. Menurut Alma (2013:206) sebagai berikut 1. People Adalah unsur orang atau manusia yang melayani terutama dalam perusahaan yang menjual jasa. Termasuk unsur pimpinan yang mengambil keputusan, dan unsur karyawan yang melayani konsumen. Karyawan perlu diberikan pengarahan dan pelatihan agar dapat melayani konsumen sebaikbaiknya. 2. Physical evidence Artinya bukti fisik yang dimiliki oleh perusahaan jasa. Misalnya untuk penjualan jasa transportasi, konsumen akan memperhatikan kondisi mobil yang digunakan, untuk jasa hotel konsumen akan melihat tampilan hotel, kamar dan berbagai fasilitas yang terdapat didalmnya. 3. Process Adalah bagaimana proses dilakukan sampai jasa yang diminta oleh konsumen diterima secara memuaskan. Apakah cukup puas menerima jasa, cepat layanannya, bersih, rapi, akurat, tepat waktu dan sebagainya.

4 Saluran Pemasaran Pengertian Saluran Pemasaran Kebijaksanaan saluran distribusi adalah salah satu bentuk dari kebijaksanaan penjualan. Memilih saluran pemasaran adalah salah satu keputusan penting dalam pemasaran. Kotler dan Keller (2012:416) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai berikut : A marketing channel system is the particular set of marketing channels a firm employs, and decisions about it are among the most critical ones management faces. Sedangkan menurut Thamrin (2015:207) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai berikut : Saluran pemasaran dapat dilihat sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran adalah keseluruhan bagian dari organisasi yang bekerjasama satu sama lain dalam menyalurkan produk atau jasa yang akan dikonsumsi oleh konsumen Jenis Perantara Sebagian besar produsen tidak menjual barang kepada pengguna akhir secara langsung, diantara mereka terdapat sekelompok perantara yang melaksanakan beragam fungsi. Perantara ini membentuk saluran pemasaran. Menurut Tjiptono (2010:183) secara umum perantara terbagi atas merchant middleman dan agent middleman. 1. Merchant middleman adalah perantara yang memiliki barang (dengan membeli dari produsen) untuk kemudian dijual kembali. a. Wholesaler adalah kegiatan menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau untuk pemakaian bisnis. b. Retailer adalah perusahaan yang fungsi utamanya menjual produk kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi dan rumah tangga.

5 16 2. Agent middleman adalah perantara yang hanya mencarikan pembeli, menegoisasikan dan melakukan transaksi atas nama produsen. Jadi broker tidak memiliki sendiri barang yang dinegoisasikan Tingkatan Saluran Pemasaran Dalam hal kebijakan distribusi, desain saluran perlu ditetapkan. Saluran ditribusi membentuk tingkatan saluran untuk menentukan panjangnya saluran distribusi. Menurut Kotler dan Keller (2012:420) mengungkapkan bahwa tingkatan saluran pemasaran terdiri dari empat tingkatan yakni : 1. Zero Level Channel Yaitu penjualan yang disebut juga saluran pemasaran langsung/direct marketing channel terdiri dari produsen yang menjual langsung ke pelanggan akhir. 2. One Level Channel Yaitu penjualan yang mengandung satu perantara penjualan, seperti pengecer. 3. Two Level Channel Yaitu penjulan yang mengandung dua perantara. Dalam pasar konsumen, perantara ini biasanya pedagang grosir dan pengecer. 4. Three Level Channel Yaitu penjulan yang mempunyai tiga perantara, yaitu perdagangan besar atau grosir, pemborong dan pengecer. Dimana perdagangan besar menjual kepada pemborong dan pemborong menjual kepada pedagang kecil.

6 17 Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Produsen Produsen Produsen Produsen Pedagang Grosir Pedagang Grosir Pedagang Besar Pengecer Pengecer Pengecer Konsumen Konsumen Konsumen Konsumen Gambar 2.1 Tingkat Saluran Pemasaran Konsumen Sumber : Kotler dan Keller (2012:420) Retailing Pengertian Retailing Bisnis ritel berkaitan dengan upaya yang dilakukan oleh retailer untuk menambah nilai barang dan jasa yang dijual secara langsung kepada konsumen. Dalam kegiatan bisnis ritel, tidak hanya menjual produk saja, tetapi juga melibatkan pelayanan. Utami (2012:4) mendefinisikan retailing sebagai berikut : berikut : Retailing dapat diidentifikasikan sebagai salah satu perangkat dari aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada konsumen dalam penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga. Sedangkan menurut Sunyoto (2015:1) mendefinisikan retailing sebagai

7 18 Retailing adalah semua aktivitas yang mengikutsertakan pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan. Ritel secara langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa retailing adalah aktivitas bisnis dengan cara melakukan penambahan nilai terhadap produk atau jasa secara langsung dengan tujuan untuk memuaskan konsumen akhir Karakteristik Bisnis Ritel Karakteristik dasar bisnis ritel dapat digunakan sebagai dasar dalam mengelompokkan jenis ritel. Menurut Berman (2010:10) ada beberapa karakteristik bisnis ritel sebagai berikut: 1. Small Enough Quantity Penjualan barang atau jasa pada karakteristik ini dalam partai kecil yaitu jumlah secukupnya untuk dikonsumsi sendiri dalam waktu tertentu. Meskipun peritel mendapatkan barang dari supplier dalam bentuk cases (kartonan), tetapi peritel men-display dan menjualnya dalam bentuk pecahan per unit. 2. Impulse Buying Dalam karakteristik ini, kondisi yang tercipta dalam penciptaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat variatif sehingga menimbulkan banyak pilihan dalam proses belanja konsumen. Sehingga seringkali konsumen dalam proses pembeliannya, keputusan yang diambil untuk membeli suatu barang adalah sebelumnya tidak tercantum dalam pembelian barang. Keputusan ini timbul begitu saja terstimulasi oleh variasi bauran produk dan tingkat harga yang ditawarkan. 3. Store Condition Pada karakteristik ini, dipengaruhi oleh lokasi toko, efektivitas penanganan barang, jam buka toko dan tingkat harga yang bersaing.

8 Jenis Ritel Ritel dapat dibedakan berdasarkan produk yang dijual, harga yang ditetapkan dan pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen. Pengelompokan ritel digunakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan konsumen. Menurut Menurut Levy (2012:35) ritel dibagi menjadi 3 bagian utama yakni: food retailer, general merchandise retailer, dan non store retailer. 1. Food Retailer a. Supermarket Supermarket konvensional biasanya mempersilahkan pengunjung untuk melayani dirinya sendiri dalam mencari kebutuhan, seperti perlengkapan sehari-hari, daging, perlengkapan yang bukan termasuk makanan seperti perawatan kesehatan, kecantikan, dan barang-barang lainnya. Supermarket di desain untuk memaksimalkan efisiensi dan menghemat biaya. b. Supercenter Supercenter adalah jenis ritel yang cepat berkembang. Supercenter biasanya mempunyai luas toko m 2, dan dikom binasikan dengan toko diskon lini penuh. Tetapi, karena supercenter sangat besar, kebanyakan pelanggan merasa tidak nyaman karena untuk mencari barang yang dibutuhkan diperlukan waktu yang relatif lama. c. Hypermarket Hypermarket mempunyai luas m 2. Hypermarket juga termasuk jenis ritel yang berkembang. Hypermarket mempunyai sampai jenis barang yang meliputi barang-barang eceran, perangkat keras, perlengkapan olah raga, furniture, sampai perlengkapan seperti komputer dan elektronik d. Warehouse club Warehouse club adalah peritel yang menawarkan jenis makanan dan general merchandise yang terbatas dengan sedikit pelayanan dengan

9 20 tingkat harga yang relatif rendah untuk para konsumen akhir dan bisnis kecil. Luas ritel ini berkisar m 2. e. Convenience store Convenience store atau toko kebutuhan sehari-hari memberikan aneka ragam barang kebutuhan yang terbatas dengan lokasi yang terjangkau dengan luas antara m 2. Harga barang yang ditawarkan di toko kebutuhan sehari-hari lebih tinggi dari pada di pasar swalayan. 2. General Merchandise Retailer a. Department store Department store adalah peritel yang memuat berbagai macam barang dan perlengkapan, menyajikan customer service, dan mengatur toko menjadi departemen yang terpisah dan tidak sama untuk penataan merchandise. Menaungi beberapa bagian penjualan produk dibawah satu atap, sebuah department store menyajikan variasi produk belanja dan produk-produk khusus secara luas, termasuk pakaian, kosmetik, peralatan rumah tangga, alat-alat elektronik dan barang-barang meubel. Pembelian biasanya dilakukan di masing-masing bagian dari pada di satu area pintu keluar pusat. Masing-masing bagian diperlukan sebagai pusat pembelian terpisah agar ekonomis dalam promosi, pembelian, pelayanan dan pengawasan. b. Full-line discount store Full-line discount store adalah peritel yang menawarkan jenis barang yang bervariasi, pelayanan terbatas, dan harga yang rendah. Discount store menawarkan merek pribadi / yang jarang ada dan merek nasional, tetapi kedua merek tersebut mempunyai ciri khas dan orientasi pakaian yang terbatas dari pada merek-merek yang tersedia pada department store. c. Speciality store Speciality store berkonsentrasi pada jenis barang tertentu dan memberikan pelayanan yang sangat tinggi dalam toko yang relatif

10 21 kecil. Contoh dari speciality store adalah toko emas, toko elektronik, dan lain-lain. d. Drugstore Drugstore adalah salah satu toko khusus yang mengkonsentrasikan usahanya pada barang-barang kesehatan dan barang perawatan pribadi. Drugstore menawarkan produk-produk dan jasa yang berkaitan dengan farmasi sebagai daya tarik utamanya. e. Category specialists Category specialists adalah toko diskon dengan ukuran yang besar. Ritel ini dasarnya adalah discount speciality store. Dengan menawarkan barang-barang yang lengkap dengan harga murah, toko ini dapat membunuh barang yang disediakan oleh peritel lain. Toko ini juga dapat disebut sebagai category killers. f. Extreme value retailers Extreme value retailers adalah sebuah toko kecil dan termasuk toko diskon dengan lini penuh yang menawarkan barang dagangan yang terbatas dengan harga yang sangat murah. Extreme value retailers dapat mengurangi biaya sehingga mempunyai harga yang murah dengan menawarkan barang-barang yang terbatas dan beroperasi dengan lingkungan yang kecil, lingkungan penduduk, dan lokasi yang mudah dijangkau. g. Off-price retailers Off-price retailers menawarkan barang-barang bermerek yang tidak menentu dan dengan harga yang murah. Kebanyakan barang-barang off-price retailers dibeli dari perusahaan atau ritel lain yang mempunyai kelebihan produk atau barang dagangan di akhir musim. Barang-barang tersebut mungkin saja mempunyai ukuran yang tidak biasa, warna model yang tidak populer, atau mempunyai cacat produksi.

11 22 3. Non Store Retailer a. Electronic retailers Electronic retailers adalah format ritel dimana peritel berkomunikasi dengan konsumen dan menawarkan barang dan jasa yang dijual melalui internet. Kebanyakan peritel yang menawarkan produknya melalui internet mempunyai pasar sasaran yang kecil dan tidak ekonomis apabila dilayani oleh toko. b. Catalog and direct mail retailers Catalog and direct mail retailers adalah format ritel bukan toko dimana peritel menawarkan produk dan mengkomunikasikannya kepada konsumen menggunakan catalog, sedangkan direct mail retailers mengkomunikasikan produk mereka dengan menggunakan surat atau brosur. c. Direct selling Direct selling atau penjualan langsung adalah format ritel yang menggunakan sales people yang secara langsung mendatangi konsumen dilokasi yang cocok, yaitu dirumah ataupun kantor konsumen, mendemonstrasikan keuntungan dari barang yang dijual atau memperagakan penggunaannya, menerima pesanan barang, dan mengirim barang atau jasa. d. Television home shopping Television home shopping adalah format ritel dimana konsumen menonton suatu program TV yang mendemonstrasikan barang dagangan dan menempatkan pesanan dari barang tersebut melalui telepon. e. Vending machine retailing Vending machine retailing adalah format ritel bukan toko dimana produk yang dijual disimpan dalam sebuah mesin dan diberikan kepada konsumen apabila mereka menyetorkan uang tunai atau menggunakan kartu kredit. Vending machine biasanya ditempatkan pada lokasi yang mudah terlihat, banyak orang berlalu lalang, seperti

12 23 kantor atau kampus, dan biasanya barang tersebut berupa makanan atau minuman ringan. f. Service retailing Service retailing adalah jenis ritel yang lebih banyak menyediakan pelayanan dari pada barang yang dijual, atau bahkan hanya menjual jasa, contohnya seperti bank, bandara, hotel, perusahaan asuransi, dan yang lainnya Retail Mix Pengertian Retail Mix Untuk menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan dan keunggulan dalam bisnis ritel yang semakin kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut harus berupaya menerapkan strategi berupa program bauran penjualan ritel yang diharapkan. Utami (2012:86) mendefinisikan bauran ritel (retail mix) sebagai berikut : Bauran ritel (retail mix) adalah strategi pemasaran yang mengacu pada beberapa variabel di mana peritel dapat mengkombinasikan variabel-variabel tersebut menjadi jalan alternatif dalam upaya menarik konsumen. Sedangkan menurut Levy (2012:20) mendefinisikan bauran ritel sebagai berikut : Retail mix adalah alat yang digunakan untuk mengimplementasikan, menangani perkembangan strategi retail yang dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan dari target market lebih baik dari pada kompetitor. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa bauran ritel adalah strategi pemasran yang digunakan untuk menarik konsumen agar tercapainya kepuasan konsumen sehingga dapat memenangkan persaingan.

13 Unsur-Unsur Bauran Ritel Unsur-unsur bauran ritel menurut Utami (2012:86) sebagai berikut : 1. Produk Produk adalah keseluruhan dari penawaran yang dilakukan secara normal oleh perusahaan kepada konsumen dalam memberikan pelayanan, letak toko dan nama barang dagangannya. Konsumen akan memberikan kesan yang baik terhadap suatu toko apabila toko tersebut dapat menyediakan barang yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu, peritel harus tanggap terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Harga Harga sangat berhubungan dengan nilai dasar dari persepsi konsumen berdasarkan dari keseluruhan unsur bauran ritel dalam menciptakan suatu gambaran dan pengalaman bertransaksi. Tingkat harga pada suatu toko dapat mempengaruhi cara berpikir konsumen terhadap unsur-unsur lain dari bauran ritel. 3. Promosi Promosi merupakan kegiatan yang memengaruhi persepsi, sikap dan perilaku konsumen terhadap suatu toko ritel dengan penawarannya. Promosi merupakan alat komunikasi untuk menghubungkan keinginan pihak peritel dengan konsumen untuk memberitahu, membujuk dan mengingatkan konsumen agar mau membeli produk yang dijual dari keuntungan dan manfaat yang diperolehnya. 4. Pelayanan Pelayanan merupakan suatu keinginan konsumen untuk dilayani, dan pelayanan tersebut tentunya berhubungan dengan penjualan produk yang akan dibeli konsumen. Pelayanan didefinisikan sebagai aktivitas, manfaat, kepuasan dari sesuatu yang ditawarkan dalam penjualan. 5. Fasilitas fisik Fasilitas fisik merupakan faktor penentu dalam mendominasi pangsa pasar yang diinginkan oleh perusahaan, karena penguasaan pasar dapat dicapai

14 25 apabila perusahaan ingin mendapat kedudukan yang baik. Fasilitas fisik dibagi menjadi tiga bagian yaitu : a. Lokasi toko Mencari dan menentukan lokasi merupakan tugas paling penting, karena penentuan lokasi yang tepat merupakan kunci kesuksesan suatu bisnis. b. Tata letak toko Penataan toko yang dirancang dan dibuat setelah lokasi toko dipilih. Semuanya ini bertujuan untuk memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi konsumen dalam berbelanja. c. Desain toko Desain dari sebuah toko dibagi ke dalam dua bagian yaitu : - Desain eksterior Merupakan penampilan luar dari sebuah toko yang harus dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Faktor-faktor desain eksterior meliputi penempatan pintu masuk, penerangan pada bagian luar toko, penempatan papan reklame. - Desain interior Merupakan penampilan bagian di dalam suatu toko yang tidak kalah pentingnya untuk menarik konsumen. Faktorfaktor desain interior meliputi ketinggian langit-langit, penerangan dalam toko, warna dan temperatur dalam ruangan.

15 Lokasi Pengertian Lokasi Dalam bisnis ritel, lokasi termasuk faktor penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Penentuan lokasi yang tepat akan menjadi kunci kesuksesan suatu bisnis, karena lokasi akan menjadi daya tarik bagi konsumen untuk berkunjung atau bahkan berbelanja. Levy (2012:190) adalah sebagai berikut: Lokasi merupakan perencanaan dan pelaksanaan program penyaluran produk atau jasa melalui tempat atau lokasi yang tepat. Selanjutnya menurut Dunne Lusch (2011:53) mendefinisikan lokasi sebagai berikut : berikut : Lokasi toko adalah suatu tempat di mana toko itu melakukan kegiatan fisik. Sedangkan pengertian lokasi menurut Kasmir (2012:129) adalah sebagai Tempat melayani konsumen, dapat pula diartikan sebagai tempat untuk memajangkan barang-barang dagangannya. Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa lokasi adalah struktur fisik yang digunakan peritel untuk melayani konsumen dalam penyaluran produk atau jasa Pentingnya Lokasi Dalam bisnis retail, pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting karena pemilihan lokasi akan berdampak pada kesuksesan suatu bisnis. Levy (2012:195) mengatakan pemilihan lokasi sangat penting dalam industri bisnis dikarenakan: 1. Lokasi merupakan faktor utama yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pemilihan toko atau penyedia jasa yang mereka inginkan. 2. Pemilihan lokasi merupakan hal yang penting karena faktor ini bisa digunakan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang mapan. 3. Pemilihan lokasi sangat beresiko.

16 Tahap Memilih Lokasi Ritel Ada beberapa tahap sebelum memutuskan memilih lokasi ritel yang tepat bagi peritel. Menurut Sunyoto (2015:185) tahap tersebut yaitu : 1. Pemilihan pasar Dalam pemilihan pasar, ada beberapa aspek penting yang harus didalami, yaitu : a. Tingkat perekonomian masyarakat b. Tingkat persaingan c. Ukuran populasi dan karakteristiknya d. Industri / bisnis di lingkungan sekitar e. Pajak 2. Analisis area Mengenai analisis area perdagangan, terbagi menjadi dua area yaitu : a. Primary trading area, meliputi sebagian besar pelanggan dalam area yang kita pilih dan merupakan orang-orang dengan tingkat pembelian potensial tertinggi. Dapat terlihat dari segi jumlah atau orang yang paling mudah mencapai toko. b. Secondary trading area, dapat dilihat orang yang akan menjadi pelanggan potensial yang berada di luar primary trading area. Pada umumnya jarak dan waktu tempuh mereka ke lokasi kita jauh lebih tinggi dibandingkan yang telah kita lakukan pada saat menganalisis pasar. Sedangkan menurut Utami (2012:146) menyatakan bahwa area perdagangan terbagi menjadi tiga zona yaitu : a. Zona primer Zona primer adalah area geografis dari mana toko atau pusat perbelanjaan tersebut mendapatkan 60 persen dari para pelanggannya.

17 28 b. Zona sekunder Zona sekunder adalah area geografis dari kepentingan sekunder dalam tingkat penjualan pelanggan, yang menghasilkan sekitar 20 persen dari penjualan sebuah toko. c. Zona tersier Zona tersier termasuk para pelanggan yang kadang berbelanja di toko atau pusat perbelanjaan tersebut. Ada beberapa alasan untuk zona tersier yaitu: - Para pelanggan kekurangan fasilitas-fasilitas ritel yang memadai yang berlokasi lebih dekat dengan rumah - Tersedianya akses jalan raya yang strategis menuju toko atau pusat perbelanjaan tersebut sehingga para pelanggan dapat pergi ke sana dengan mudah - Para pelanggan tertarik pergi ke toko atau pusat perbelanjaan karena toko atau pusat perbelanjaan tersebut dekat atau ada di dalam area pariwisata. 3. Analisis tempat Pada tahap analisis tempat, sekaligus melakukan evaluasi terhadap pemilihan lokasi. Secara garis besar terdapat tiga pilihan yang dimiliki peritel yaitu : a. Di pusat perbelanjaan (mall, kompleks pertokoan, dan sebagainya) b. Di tengah kota (keramaian) c. Berdiri sendiri terpisah

18 29 Pusat kota Tabel 2.1 Pilihan Lokasi Ritel Beserta Kelebihan dan Kelemahannya Lokasi Kelebihan Kelemahan Regional mall (umumnya menjadi tujuan masyarakat dari beberapa lingkungan perumahan) Community mall (umumnya dekat dengan sebuah pemukiman) Tempat bebas (free location trading) Dimensi Lokasi a. Banyak pelaku bisnis b. Pasar sudah mapan c. Fokus pasar lebih bebas a. Lalu lintas ramai b. Parkir luas a. Area sasaran jelas b. Parkir cukup luas c. Pasar berbasiskan komunitas a. Sewa lebih murah b. Tempat bisa diperluas c. Fleksibilitas tinggi Sumber : Sunyoto (2015:187) a. Ada kemungkinan berkurang b. Masalah perparkiran c. Kurang bersih d. Harga sewa relatif mahal e. Intensitas persaingan tinggi - a. Pasar yang terbatas b. Lalu lalang orang terbatas a. Lalu lalang orang kurang b. Harus dilakukan promosi c. Sulit membuat pelanggan tertarik Masalah-masalah yang membuat suatu lokasi tertentu memiliki daya tarik secara spesifik, akan mengamati keuntungan aksebilitas lokasi dan keuntungan secara lokasi sebagai pusatnya. Utami (2012:145) mengungkapkan masalah tersebut adalah : 1. Aksebilitas Aksebilitas suatu lokasi adalah suatu kemudahan bagi konsumen untuk datang atau masuk dan keluar dari lokasi tersebut. Analisis ini memiliki dua tahap yaitu :

19 30 a. Analisis makro Mempertimbangkan area perdagangan primer, seperti area dua hingga tiga mil di sekitar lokasi tersebut dalam kasus sebuah supermarket atau toko obat. Untuk menaksir aksebilitas lokasi pada tingkat makro ritel secara bersamaan mengevaluasi beberapa faktor seperti kondisi jalan dan halangan. b. Analisis mikro Berkonsentrasi pada masalah-masalah sekitar lokasi, seperti visibilitas, arus lalu lintas, parkir, keramaian, dan jalan masuk atau jalan keluar. 2. Keuntungan secara lokasi dalam sebuah pusat Setelah aksebilitas pusat telah dievaluasi, analisis hars mengavaluasi lokasi didalamnya. Hal ini disebabkan lokasi yang lebih baik memerlukan biaya yang lebih, ritel harus mempertimbangkannya. Pertimbangan lainnya adalah untuk melokasikan toko-toko yang menarik terhadap target pangsa pasar yang saling berdekatan. Pada intinya, konsumen ingin berbelanja di mana mereka menemukan sejumlah variasi barang dagangan yang lengkap. Menurut Levy (2012:190) retailer perlu menyadari pentingnya 3 faktor, yaitu: karaterisitk dari sudut lokasi, karateristik lokasi perdagangan dari sudut toko, dan estimasi penjualan yang bisa didapatkan dari lokasi toko. 1. Site charateristic Karateristik yang ada akan memberikan pengaruh terhadap penjualan toko, hal hal yang dipertimbangkan adalah: a. Traffic yang melalui toko. Dalam hal ini adalah mengenai arus lalu lintas di sekitar lokasi. b. Accesibility / kemudahan untuk mengakses toko juga sama pentingnya dengan traffic.

20 31 2. Location charateristics a. Lapangan parkir Lapangan parkir yang ada juga merupakan salah satu bagian evaluasi kritis dari sebuah ritel atau toko. b. Visibility Kemudahan lokasi toko sehingga mudah dilihat oleh orang orang dari jalan. c. Adjacent retailer Ritel atau toko lain yang berada di sekitar lokasi toko kita, berguna sebagai pelengkap, memiliki segmen pasar yang sama, tetapi tidak menawarkan produk atau jasa yang sama. 3. Restriction and cost Biaya yang terkait dengan keberadaan lokasi toko, seperti biaya sewa. Ketiga karakteristik tersebut mempunyai indikator-indikator tertentu yang bisa menggambarkan kondisi-kondisi yang bisa mempengaruhi penjualan dari suatu toko. Indikator-indikator dari karakteristik lokasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2 Karakteristik Lokasi Alur lalu lintas dan aksesibilitas Lalu lintas jalan Easy of vehicular access Akses menuju jalan utama Street congestion Alur pejalan kaki Ketersediaan dari angkutan umum Larangan atau peraturan Zona (zoning) Tanda/promosi (signage) Restrictions on tenant mix Safety code restrictions Karakteristik Lokasi Area parkir Akses untuk masuk dan keluar toko/café Visibilitas toko/café dari jalan Akses untuk penghantaran Ukuran dan bentuk dari toko Adjacent Tenants Biaya-biaya Biaya sewa Biaya perawatan Pajak Biaya iklan dan promosi Length Of Lease

21 32 Selanjutnya dalam jurnal Rony Harsono, dkk (2013) menyatakan dimensi dari lokasi adalah sebagai berikut : Dimensi Site charateristic Location charateristic Tabel 2.3 Dimensi Lokasi Indikator Lokasi toko mudah dijangkau oleh transportasi umum Arus lalu lintas jalan lancar Lokasi toko mudah dilihat Tempat parkir yang memadai Keamanan lokasi di sekitar toko Sumber : Rony Harsono, dkk (2013) Berdasarkan beberapa pendapat mengenai dimensi dan indikator dari lokasi, untuk penelitian ini indikator yang digunakan adalah pendapat dari Rony Harsono, dkk (2013) Store Image Pengertian Store Image Seperti produk, sebuah toko juga memiliki kepribadian. Bagi konsumen, kepribadian dapat mewakili suatu gambaran yang utuh bagi peritel. Oleh karena itu, peritel harus mempu mengetahui dan merancang apa yang diinginkan, dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tersebut. Utami (2012:270) mendefinisikan store image sebagai berikut: Pencitraan toko adalah gambaran keseluruhan yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, di mana masing-masing bagian berinteraksi satu sama lain dalam pikiran konsumen.

22 33 Selanjutnya menurut Sunyoto (2015:213) mendefinisikan image toko sebagai berikut : Image sebuah toko adalah merupakan kepribadian toko, yaitu menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tersebut atau image toko merupakan persepsi masyarakat terhadap nama atau produk toko Sedangkan menurut Syihabudhin (2008:138) mendefinisikan citra toko sebagai berikut : Citra sebuah toko adalah kepribadian sebuah toko yang menggambarkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh konsumen terhadap toko tertentu. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa store image adalah persepsi masyarakat mengenai gambaran keseluruhan toko (kepribadian toko) yang dilihat atau dapat dirasakan oleh konsumen Komponen yang Membangun Store Image Menurut Sunyoto (2015:214) terdapat beberapa komponen pendukung image toko ritel agar konsumen tertarik antara lain : 1. Pengaturan toko ritel Pengaturan yang dimaksud, yaitu sistem pengaturan barang yang digunakan, dimana penataan barang dagangan dibuat berkelompok atau free flow, hal ini bertujuan untuk memudahkan konsumen saat berjalan mencari barang yang akan dibelinya. 2. Pencahayaan ruangan Maksud dari pencahayaan ini adalah ruangan toko ritel yang merata dan memadai sehingga konsumen menjadi mudah mencari barang dagangan yang ingin dibeli, di samping itu konsumen nyaman berada di dalam ruangan toko. 3. Display toko Pengubahan atau penataan display toko dimaksudkan untuk memberikan kesan menarik kepada semua konsumen yang datang ke toko dan bersedia untuk berbelanja.

23 34 4. Kebersihan toko Bagi peritel, untuk kebersihan toko harus benar-benar diperhatikan yang meliputi kebersihan ruangan, kebersihan rak tempat barang, barang dagangan, juga kebersihan udara yang sangat dipengaruhi oleh sirkulasi udara yang memadai. Bahkan perlu juga diberikan aroma wangi-wangian di ruang toko, sehingga hal ini akan menambah kenyamanan konsumen dalam berbelanja di ruang toko tersebut. 5. Halaman parkir yang memadai Tidak kalah pengaruhnya terhadap persepsi atau penilaian konsumen yaitu tempat parkir yang luas, dan aman. Dengan tempat parkir yang memadai tersebut memudahkan konsumen untuk menempatkan sepeda motor, mobil atau jenis transportasi lainnya tanpa ada kesulitan berarti sebelum berbelanja. Selain itu, beberapa komponen yang membangun pencitraan toko dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 2.4 Komponen Pencitraan Toko Dimensi Komponen Isi Komponen Kualitas a. Kualitas terbaik dibandingkan dengan toko yang lain b. Kualitas terbaik dan sesuai dengan harga yang diberikan c. Kualitas terbaik dan sesuai dengan harga yang diberikan a. Harga yang lebih rendah dibandingkan dengan toko lain Barang dagangan b. Harga yang beralasan dibandingkan Harga terhadap produk c. Harga rendah secara keseluruhan terhadap harga produk a. Ketersediaan produk baru, merek Keanekaragaman yang bervariasi b. Berbagai macam desain produk dan warna

24 35 Promosi Kenyamanan Fasilitas toko Pelayanan toko Promosi Iklan Kenyamanan berbelanja Pelayanan penjual Layanan kredit c. Berbagai macam variasi produk d. Ketersediaan berbagai macam merek dan produk untuk dipilih a. Frekuensi penjualan b. Lingkup penjualan produk c. Penyediaan informasi produk baru d. Undangan atas perayaan kultural dan penjualan khusus e. Frekuensi acara pemberian hadiah f. Penempatan katalog dengan tepat g. Berbagai macam hadiah h. Keuntungan dari promosi kartu kredit a. Penyediaan informasi iklan b. Iklan rencana belanja yang berguna c. Iklan dengan daya tarik d. Iklan yang terpercaya a. Keleluasaan bergerak di dalam toko b. Kemudahan menemukan barangbarang yang diinginkan c. Memungkinkan untuk melakukan pembelanjaan secara menyeluruh d. Kenyamanan belanja secara menyeluruh a. Kemudahan menggunakan fasilitas toko (escalator, lift) b. Berbagai macam tempat istirahat c. Fasilitas yang bersih d. Fasilitas yang modern a. Tenaga penjualan yang ramah b. Adanya bantuan dari tenaga penjualan atas informasi yang terkait dengan produk c. Penyediaan informasi terbaru dari tenaga penjualan d. Pemberian ungkapan persetujuan dan solusi atas keluhan pada tenaga penjualan e. Pelayanan konsumen yang menakjubkan a. Penerimaan atas berbagai macam kartu kredit

25 36 b. Kemudahan pengembalian dan penukaran barang-barang a. Atmosphere toko yang menyenangkan b. Atmosphere toko yang santai Atmosphere toko c. Dekorasi dan presentasi produk yang bagus d. Atmosfer pencahayaan, warna dan fasilitas yang mewah Merek terkenal Berkelas a. Nama merek yang terkenal b. Citra kelas tinggi (high class) Sumber : Yoo dalam buku Utami (2012:271) Sedangkan dalam jurnal Haurissa (2012) komponen yang akan membentuk citra toko adalah sebagai berikut : Tabel 2.5 Dimensi Citra Toko Dimensi Indikator Barang Kualitas produk dagangan Harga yang kompetitif Pelayanan Karyawan terampil dan responsif Karyawan bersikap ramah Kemudahan transaksi Atmosphere Jarak antar gang dalam toko toko Barang dagangan tertata rapi Daya tarik Program promosi yang menarik pemasaran Dekorasi bangunan toko yang menarik Sumber : Haurissa (2012) Berdasarkan beberapa pendapat mengenai dimensi dan indikator dari store image, untuk penelitian ini dimensi dan indikator yang digunakan adalah pendapat dari Haurissa (2012) dengan dimensi yaitu : barang dagangan, pelayanan, atmosphere toko dan daya tarik pemasaran.

26 Beberapa Hal yang Merusak Image Toko Ada beberapa hal yang dapat merusak image toko ritel Syihabudin yang dikutip dalam buku Sunyoto (2015:215) yaitu : 1. Barang yang dijual di toko tidak sesuai dengan yang dipromosikan, terutama berkaitan dengan jumlah dan kualitas barang. 2. Jasa yang diberikan toko ritel tidak memuaskan konsumen, misalnya pelayanan kurang ramah atau sopan atau kurang cepat dan sebagainya. 3. Barang yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen atau tidak tepat sasaran seperti keinginan dan kebutuhan konsumen. 4. Penentuan display toko tidak sesuai, misalnya barang yang sudah kadaluarsa, barang rusak, segel tutup/bungkus terbuka, tidak ada label produk dan sebagainya. 5. Harga yang ditawarkan tidak terjangkau oleh kebanyakan konsumen atau harga barang relatif lebih mahal Cara Mempertahankan Image Toko Agar image toko ritel tidak rusak, ada strategi untuk mempertahankan image toko ritel menurut Sunyoto (2015:215) antara lain : 1. Strategi penentuan produk yang sesuai dengan image toko Pada strategi ini toko harus menjual barang dagangan dalam kategori tertentu saja, dan toko harus mampu membedakan barang dagangan tersebut dari barang toko lainnya. 2. Strategi penentuan target pasar Pada strategi ini, antara target pasar (konsumen) dan image toko harus sesuai, apakah yang dituju adalah konsumen tingkat ekonomi bawah, menengah, atau ekonomi atas. Hal ini harus diperjelas dengan penyediaan barang dagangan dengan harga yang disesuaikan dengan target pasar atau tingkat ekonomi konsumen yang dituju. Jika antara target pasar dan image toko tidak sesuai maka akan berpengaruh secara signifikan pada tingkat kunjungan konsumen dan selanjutnya berpengaruh pada volume penjualan barang dagangan.

27 38 3. Strategi penetapan harga Tujuan penetapan harga, yaitu meningkatkan persepsi konsumen terhadap bauran barang dagangan yang ditawarkan oleh toko ritel, artinya persepsi konsumen terhadap harga semakin positif, maka konsumen akan memberikan apresiasi yang baik pula, dan akan berlaku sebaliknya, jika persepsi konsumen terhadap harga negatif, hal ini akan berakibat pada tingkat keberhasilan toko ritel dalam memasarkan barang dagangannya. 4. Strategi pelayanan jasa Jasa pelayanan ini harus dijalankan dengan baik agar konsumen memberikan persepsi yang positif atau baik. Dalam hal ini ada empat unsur pokok dalam pelayanan, yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan atau kesopanan, dan kenyamanan. 5. Strategi penanganan keluhan konsumen Strategi ini untuk mengatasi keluhan-keluhan konsumen, mengenai pelayanan, produk yang kurang baik, kurang cepat pelayanan, atau kekurangan daripada toko ritel yang lainnya, seperti sirkulasi udara kurang baik (pengap), cahaya ruangan toko kurang terang, kebersihan toko kurang baik dan sebagainya. Maka dengan strategi ini, diharapkan dapat memberikan masukan yang akan berpengaruh positif pada usaha meningkatkan pelayanan kepada konsumen di waktu yang akan datang Perilaku Konsumen Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen berkaitan dengan proses pengambilan keputusan oleh konsumen dalam memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan produk, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat konsumen. Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merek tertentu. Hal ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan.

28 39 Menurut Kotler dan Keller (2012:151) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : Consumer behavioris the study of how individuals, groups and organizations select, buy, use and dispose of goods, services, ideas, or experiences to satisfy their needs and wants. Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2012:10) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatankegiatan tersebut. Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah kegiatan konsumen untuk memenuhi kebutuhan dari mulai memilih, mendapatkan, proses pengambilan keputusan, mengkonsumsi atau membuang barang/jasa sampai dengan konsumen merasa puas atau tidak puas pasca mengonsumsi barang atau jasa yang telah dipilh Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Pembeli Perilaku pembelian Sebuah konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi. Kotler dan Keller (2012:151) mendeskripsikan faktor utama yang memengaruhi perilaku pembelian sebagai berikut : 1. Faktor budaya Budaya adalah penentu fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Faktor budaya mengerahkan pengaruh luas dan terdalam.faktor kebudayaan terdiri dari: budaya, sub budaya, kelas sosial. 2. Faktor Sosial Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, dan peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian. 3. Faktor Pribadi Karakteristik pribadi yang mempengaruhi keputusan pembeli meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi,

29 40 kepribadian dan konsep diri, dan gaya hidup dan nilai-nilai. Karena banyak dari ini memiliki dampak langsung terhadap perilaku konsumen 4. Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian Keputusan Pembelian Pengertian Keputusan Pembelian Proses pengambilan keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen. Proses tersebut sebenarnya merupakan proses pemecahan masalah dalam rangka memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong (2012:152) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai berikut: Purchase decision is part of a much larger buying process starting with need recognition through how you feel after making the purchase. berikut : Menurut Etta (2013:332) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran atau lebih jelasnya proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih dan memilih salah satu diantaranya. Sedangkan menurut Kanuk (2010:485) mendefinisikan keputusan pembelian sebagai berikut : Keputusan pembelian adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan. Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah proses pemecahan masalah untuk mengevaluasi dua pilihan alternatif atau lebih yang dimulai dengan pengenalan kebutuhan sampai bagaimana perasaan dan tindakan setelah melakukan pembelian.

30 Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian Gambar di bawah ini memperlihatkan suatu model tahapan dari proses pembelian konsumen. Kotler dan Keller (2012:167) menjabarkan proses keputusan pembelian melalui lima tahap sebagai berikut : Pengenalan masalah Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian Gambar 2.2 Model Proses Pembelian Sumber : Kotler dan Keller (2012:167) Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa setiap konsumen yang akan melakukan pembelian harus melalui berapa proses. Berikut ini adalah penjelasan dari gambar model proses pembelian diatas : 1. Pengenalan masalah, proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau perlu dipicu oleh stimuli internal atau eksternal. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu dengan mengumpulkan informasi yang dari sejumlah konsumen. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen. 2. Pencarian informasi, Kita dapat membaginya ke dalam 2 tingkat keterlibatan dengan pencarian. Keadaan pencarian yang lebih rendah disebut perhatian tajam. Pada tingkat ini seseorang hanya menjadi lebih respektif terhadap informasi tentang sebuah produk. Konsumen dapat melakukan pencarian informasi aktif melalui bahan bacaan, menelepon teman, akan online, dan kunjungan toko untuk belajar tentang produk. Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok : a. Pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan b. Komersial : iklan, situs web, wiraniaga, dealer, kemasan, display

31 42 c. Publik : media massa, organisasi pemeringkat konsumen d. Eksperimental : penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan produk 3. Evaluasi alternatif Tidak ada proses evaluasi tunggal yang digunakan oleh semua konsumen, atau oleh seorang konsumen dalam situasi pembelian. Ada beberapa proses, dan sebagian model terbaru melihat konsumen membentuk sebagian besar penilaian secara sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar yang membantu kita memahami proses evaluasi konsumen : Pertama, konsumen berusaha memuaskan sebuah kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen melihat masing-masing produk sebagai sekelompok atribut dengan berbagai kemampuan untuk menghantarkan manfaat yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan. 4. Keputusan pembelian Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi di antara merek yang ada dalam pilihan dan juga dapat membentuk niat untuk membeli. Jika konsumen membentuk evaluasi merek, dua faktor umum dapat mengintervensi antara maksud pembelian dan keputusan pembelian. Yang pertama adalah sikap orang lain. Batas dimana sikap seseorang mengurangi preferensi kita untuk sebuah alternatif tergantung pada dua hal : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang kita sukai dan (2) motivasi kita untuk memenuhi kehendak orang lain. Semakin intens sikap negatif orang lain dan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan kita, semakin besar kemungkinan kita menyesuaikan niat pembeli kita. Hal sebaliknya juga berlaku. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko anggapan. Jika konsumen memutuskan untuk membeli, maka konsumen tersebut akan membuat lima sub-keputusan, yaitu : a. Keputusan merek yang dipilih b. Keputusan toko yang dipilih

32 43 c. Keputusan mengenai jumlah d. Keputusan mengenai waktu pembelian yang dipilih e. Keputusan mengenai cara pembayaran Keputusan Pembelian Sikap orang lain Faktor situasional yang tidak terduga Minat beli Evaluasi alternatif Gambar 2.3 Tahap Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian Sumber : Kotler dan Keller (2012:170) 5. Perilaku pasca pembelian Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pasca pembelian penggunaan produk dan pembuangan. a. Kepuasan pasca pembelian Kepuasan pembeli adalah fungsi seberapa dekat antara harapan dan kinerja anggapan produk. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja, semakin besar ketidakpuasan. b. Tindakan pasca pembelian Jika konsumen puas, memungkinkan konsumen untuk membeli produk lagi dan juga akan cenderung untuk mengatakan hal-hal baik tentang

33 44 merek kepada orang lain. Jika konsumen tidak puas, mereka dapat meninggalkan atau mengembalikan produk. c. Penggunaan dan penyingkiran pasca pembelian Pemasar juga harus mengamati bagaimana konsumen menggunakan dan menyingkirkan produk. Pendorong kunci frekuensi penjualan adalah tingkat konsumsi produk, semakin cepat pembeli mengkonsumsi sebuah produk, semakin cepat mereka kembali ke pasar untuk membelinya lagi. Jika konsumen membuang produk, pemasar harus tahu bagaimana mereka membuangnya Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai store image, lokasi dan keputusan pembelian konsumen. Analisis penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dapat dipaparkan pada tabel berikut ini : Tabel 2.6 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul dan Metode Variabel Tahun Penelitian Penelitian Penelitian Hasil Penelitian 1 Darsono Analisis Pengaruh Citra Toko, Kualitas Toko dan Barang, Sarana Pendukung Kepada Keputusan Pembelian (2013) Metode yang digunakan yaitu dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif Variabel independen X 1 = Citra Toko X 2 = Kualitas Toko dan Barang X 3 = Sarana Pendukung Dapat diketahui bahwa variabel citra toko, kualitas toko dan barang, sarana pendukung berpengaruh secara signifikan kepada keputusan pembelian

34 45 Variabel dependen Y= Keputusan Pembelian 2 T.H.Suset yarsi Analisis Dimensi Citra Perusahaan Ritel dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Carrefour di Kota Semarang (2014) Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda Variabel independen X = Citra Perusahaan Ritel Variabel dependen Y = Keputusan Pembelian Konsumen Dapat diketahui bahwa variabel citra perusahaan ritel yang terdiri dari dimensi barang dagangan, pelayanan, dan atmosphere ruangan berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultan kepada keputusan pembelian. Dimensi yang paling berpengaruh adalah barang dagangan dan secara berturut-turut dimensi citra perusahan yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah barang dagangan, pelayanan, dan atmosphere ruangan 3 Safarudin Analisis Metode yang Variabel Variabel word of

35 46 Pengaruh digunakan independen mouth, kualitas Word of dalam X 1 = Word of layanan dan lokasi Mouth, pengambilan Mouth berpengaruh secara Kualitas sampel adalah X 2 = Kualitas positif dan signifikan Layanan, dan non Layanan terhadap keputusan Lokasi probability X 3 = Lokasi pembelian konsumen. Terhadap sampling Variabel yang Keputusan dengan teknik Variabel memiliki pengaruh Pembelian aksidental dependen besar adalah variabel Konsumen Y = kualitas layanan. Pada Distro Keputusan Fashion Anak Pembelian Muda X Kota Medan (2013) 4 Desi Pengaruh Teknik analisa Variabel Secara simultan Purwanti Produk, data yang independen variabel produk, Atmaja, Harga, digunakan X 1 = Produk harga, lokasi dan dkk Lokasi dan adalah uji X 2 = Harga kualitas layanan Kualitas asumsi klasik, X 3 = Lokasi mempunyai pengaruh Layanan Analisa X 4 = Kualitas positif terhadap Terhadap Regresi Linear Layanan keputusan konsumen Keputusan Berganda, dalam melakukan Pembelian di Koefisien Variabel pembelian di Kopitiam Korelasi dependen Kopitiam Oey. Oey Berganda (R), Y = Variabel independen Surabaya Koefisien Keputusan (produk, harga, lokasi, (2013) Determinasi Pembelian dan kualitas layanan) (R2), Uji F, yang secara parsial dan Uji t. memiliki pengaruh yang paling dominan

36 47 terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) adalah variabel produk. 5 Debbie Tri Pengaruh Metode yang Variabel Variabel retail mix Anggraeni Retail Mix digunakan independen yang terdiri dari dan I Terhadap dalam X 1 = Harga dimensi harga, Ketut Keputusan pengambilan merchandise, Nurcahya Pembelian sampling yang X 2 = promosi, pelayanan, Pada Bali digunakan Merchandise lokasi toko dan Cenik Kids adalah X 3 = Promosi atmosphere gerai Apparel di purposive X 4 = berpengaruh secara Denpasar sampling Pelayanan parsial dan simultan (2014) dengan teknik X 5 = Lokasi terhadap keputusan analisis data X 6 = pembelian. Dimensi menggunakan Atmosphere yang paling analisis regresi berpengaruh terhadap berganda keputusan pembelian Variabel adalah dimensi dependen merchandise Y = Keputusan Pembelian 5 Pricilia Pengaruh Desain riset Variabel Variabel retail mix Adji dan Retail Mix penelitian ini independen yang terdiri dari Dr.Harton Terhadap adalah X 1 = customer service, o Subagio Keputusan penelitian Customer store design & Pembelian kausal. Metode Service display, Mahasiswa pengambilan X 2 = Store communication, UK Petra di sampel yaitu Design & location, merchandise

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan pemasaran yaitu membuat agar penjualan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan

Lebih terperinci

Struktur Dasar Bisnis Ritel

Struktur Dasar Bisnis Ritel Struktur Dasar Bisnis Ritel Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Pedagang Besar dan Pedagang Eceran dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan.

BAB II LANDASAN TEORI. pemasaran dan biaya lainnya yang terkait dengan delivery layanan. 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bundling Bundling merupakan pengelompokan beberapa layanan telekomunikasi jadi satu paket untuk meningkatkan pelanggan potensial dan mengurangi biaya iklan, pemasaran

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI 9 BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2011) pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi BAB II KERANGKA TEORI 2.6 Definisi Ritel Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong, memecah, atau membagi sesuatu menjadi bagian yang lebih kecil. Bisnis ritel dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam Suprapti (2010:2) adalah aktivitas yang dilakukan seseorang ketika

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam Suprapti (2010:2) adalah aktivitas yang dilakukan seseorang ketika BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perilaku konsumen Kotler dan Armstrong (2008:158) menyatakan bahwa konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK Yuliandery Yuliandery_cen@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan taraf hidup masyarakat dan perkembangan zaman telah mempengaruhi banyak hal, salah satunya gaya hidup dan kebutuhan yang semakin meningkat dan

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) Oleh: Agus Prio Budiman Manajemen satriobungsu@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK ABSTRAK Clara Meirista Email: Clarameirista@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan. Dalam banyak perusahaan

Lebih terperinci

MARKETING MANAGEMENT 12 th edition. Pertemuan 11 Strategi Distribusi

MARKETING MANAGEMENT 12 th edition. Pertemuan 11 Strategi Distribusi MARKETING MANAGEMENT 12 th edition Pertemuan 11 Strategi Distribusi Kotler Keller Saluran Pemasaran Seperangkat organisasi yang saling bergantung yang terlibat di dalam suatu proses penyampaian produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Pemasaran Suparyanto & Rosad (2015:3) mengatakan bahwa manajemen pemasaran adalah ilmu yang mempelajari tentang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan eceran (retailing) adalah perpenjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau keluarga. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pemasaran Kesuksesan finansial sebuah perusahaan bergantung pada kemampuan pemasaran yang dilakukan. Finansial,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian dan konsep yang mendasari perumusan masalah. Kerangka pemikiran dan hipotesis. Melihat kerangka konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Istilah perilaku erat hubungannya dengan permasalahan manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran pada saat perusahaan ingin memuaskan kebutuhannya melalui sebuah proses transaksi. Pemasaran juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel atau eceran di Indonesia telah memperlihatkan bahwa industri pada sektor ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan di dalam dunia usaha menjadi semakin ketat dan terbuka. Mengingat kondisi persaingan yang dihadapi sekarang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Ritel juga merupakan perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan

BAB II KERANGKA TEORI. Ritel juga merupakan perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang melakukan BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Definisi Ritel Eceran atau disebut pula ritel (bahasa Inggris: retail) adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis pasar modern sudah cukup lama memasuki industri retail Indonesia dan dengan cepat memperluas wilayahnya sampai ke pelosok daerah. Bagi sebagian konsumen pasar

Lebih terperinci

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian I. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu era keterkaitan dan ketergantungan antara satu manusia dengan manusia lainnya, baik dalam hal perdagangan, investasi, perjalanan, budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

Lebih terperinci

Pemasaran Pada Perusahaan Kecil. Oleh Sukanti, M.Pd

Pemasaran Pada Perusahaan Kecil. Oleh Sukanti, M.Pd Pemasaran Pada Perusahaan Kecil Oleh Sukanti, M.Pd A. Pendahuluan Pengusaha kecil pada umumnya menghadapi masalah kurangnya keahlian dalam bidang pemasaran dan kelemahan dalam bidang organisasi dan manajemen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan salah satu dari hal terpenting bagi perusahaan untuk membantu organisasi mencapai tujuan utamanya adalah mendapatkan laba atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pada era globalisasi sekarang ini industri sedang berkembang cukup pesat terutama industri di bidang retail. Produsen yang memproduksi barang tidak hanya memperhatikan

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si

PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6. Pemasaran. Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si PENGANTAR BISNIS MINGGU KE-6 Pemasaran Disusun oleh: Nur Azifah., SE., M.Si Definisi Pemasaran Kotler dan Lane (2007): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang penting dijalankan oleh suatu perusahaan dalam usahanya untuk mengembangkan, mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam bisnis yang meliputi pencarian bahan baku produk hingga produk tersebut sampai ke konsumen. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia makin hari dirasakan semakin ramai dan persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak menjadi halangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Tidak ada satupun perusahaan yang akan mampu bertahan lama bila perusahaan tersebut tidak melakukan kegiatan memasarkan atau menjual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial budaya, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Pengaruh tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG Dessy Amelia Fristiana Abstract Beragam faktor dapat mempengaruhi konsumen dalam mempercayakan tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Jasa Menurut Kotler dan Armstrong (2008:5) pemasaran adalah proses mengelola hubungan dengan pelanggan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara atau bentuk bisnis yang saat ini sedang berkembang pesat adalah dengan mendirikan ritel. Sejak dekade yang lalu, terdapat perubahan pada bisnis ritel

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa dampak positif dalam bidang usaha dimana perusahaan-perusahaan mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah bisnis yang memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dan juga merupakan bisnis yang memiliki banyak peluang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanggapan yang diinginkan perusahaan dalam pasar sasaran (Kotler,2003). 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam dunia pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinisikan sebagai serangkaian alat pemasaran taktis

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah:

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah: 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pengertian Pemasaran pada mulanya difokuskan pada produk barang, kemudian pada lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran dan terakhir yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Berdasarkan rumusan di atas, maka penulis mengemukakan teori, pendapat

BAB II KERANGKA TEORI. Berdasarkan rumusan di atas, maka penulis mengemukakan teori, pendapat BAB II KERANGKA TEORI Berdasarkan rumusan di atas, maka penulis mengemukakan teori, pendapat ataupun gagasan yang dapat dijadikan sebagai landasan berpikir dalam penelitian ini. 2.1 Bauran pemasaran Setiap

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang dan mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pada umumnya, setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler dan Amstrong (2008:7) pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pembelian. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang harus dipenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Konsumen sebagai seorang manusia mempunyai kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhinya, dan sering kali dalam memenuhi kebutuhan ini mereka harus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, perusahaan mengkombinasikan empat variabel yang sangat mendukung didalam menentukan strategi pemasaran, kombinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok suatu perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian pemasaran Perusahaan-perusahaan yang sukses saat ini memiliki persamaan dalam satu hal, yaitu mereka sangat fokus pada pelanggan dan mempunyai komitmen yang kuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran Jasa Pemasaran dalam suatu perusahaan akan menghasilkan kepuasan pelanggan serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai kunci untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Seseorang melakukan kegiatan pemasaran pada saat seseorang ingin memuaskan kebutuhannya. Pemasaran juga merupakan kegiatan yang pasti dilakukan oleh semua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Marketing 2.1.1 Barang Konsumsi Barang Konsumsi (consumer goods) adalah produk yang ditujukan untuk pengguna akhir. Dasar klasifikasi barang konsumsi yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Teori Pemasaran Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar adalah himpunan semua pelanggan potensial yang sama-sama mempunyai kebutuhan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan yang memproduksi produk-produk yang saat ini beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba menciptakan komunikasi yang unik agar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan seperti yang telah diuraikan penulis dalam pembahasan tentang hubungan persepsi konsumen atas Retail Mix dengan preferensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Optimalisasi Pengertian optimaliasai menurut Poerdwadarminta (Ali, 2014) adalah hasil yang dicapai sesuai dengan keinginan, jadi optimalisasi merupakan pencapaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, pusat-pusat perbelanjaan mulai menjamur di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti Surabaya. Berdirinya pusat-pusat perbelanjaan di sekitar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN Oleh: Didik Darmanto Manajemen didix_11maret@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atau pelanggannya akan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat dengan adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Saluran Distribusi Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan

Lebih terperinci

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran menurut Kotler, (2002 :18) adalah Seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Purba (2008), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen Toserba Carrefour Plaza

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sering diartikan oleh banyak orang sebagai kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli barang di pasaran. Sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kotler (2009 ; 215) : Eceran (retailing) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tantangan era globalisasi serta kondisi perekonomian yang kondusif memberikan suatu peluang bagi para pelaku bisnis untuk terus berinovasi dan berkreasi

Lebih terperinci

BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING

BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING TIPE RETAILER Retailer dibagi berdasarkan: Tipe barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen Retail Mix (Bauran Retail) untuk memuaskan kebutuhan konsumen Tingkatan (level)

Lebih terperinci

INTRODUCTION What is Retailing?

INTRODUCTION What is Retailing? INTRODUCTION What is Retailing? Retailing is a set of business activities that adds value to the products and services sold to consumers for their personal or family use (Levy, Weith, 2001) Retailing consists

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual,

II. LANDASAN TEORI. pertukaran peroduksi yang bernilai satu sama lain. berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, baik manusia secara individual, 13 II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Kotler dan Amstrong (2008 : 7) Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan

Lebih terperinci

Berikut ini pengertian dari bauran pemasaran (Marketing Mix) menuru para

Berikut ini pengertian dari bauran pemasaran (Marketing Mix) menuru para BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu elemen pokok yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan. Pemasaran berkaitan erat dengan bagaimana cara perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Surabaya saat ini dipenuhi dengan banyaknya bangunan-bangunan ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup kemungkinan kemudahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan hal yang sangat penting seiring dengan semakin tinggi dan meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Jika perusahaan tidak peka terhadap apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008:5) pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan definisi pemasaran secara sosial menurut Kotler dan Keller (2009:5), mendefinisikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan definisi pemasaran secara sosial menurut Kotler dan Keller (2009:5), mendefinisikan sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar penjualan atau periklanan tapi berpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Semakin banyaknya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di negara kita yang sudah berusia dari 50 tahun ini nampak cukup pesat, khususnya dalam 25 tahun terakhir. Hal ini bisa kita lihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup kemungkinan kemudahan

Lebih terperinci

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Umum Perusahaan Data yang dikumpulkan meliputi sejarah perusahaan, yang diperoleh melalui wawancara dan pemberian informasi mengenai

Lebih terperinci