LAPORAN PENELITIAN STIMULAN PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN STIMULAN PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN STIMULAN PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA 2016 PEMETAAN LAHAN PERTANIAN UNTUK ANALISA KEBIJAKAN BIDANG PERTANIAN TERPADU DI DAERAH BAHAYA BANJIR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH Tim Pengusul : Prof. Dr. Ir. Hj. Salamiah, MS ( ) Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M.Si ( ) UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT OKTOBER 2016

2

3

4 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi RINGKASAN... vii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Umum, dan Tujuan Khusus Tujuan umum Tujuan khusus Manfaat dan Luaran Penelitian Urgensi Penelitian Kontribusi dalam Pengembangan IPTEK/SOSBUD Temuan yang di targetkan BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teoritis Pengertian Banjir Faktor Penyebab Banjir Pertanian Sistem Informasi Geografis Studi Pendahuluan Roadmap Penelitian BAB III. METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Sampel Variabel dan Sumber Data Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data Kerangka Penelitian BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian Letak, Luas dan Batas Ketinggian Tempat ii

5 3. Lereng Jenis Tanah Buffer Sungai Peta Tingkat Bahaya Banjir Pemetaan Lahan Pertanian (Sawah) berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Sistem Informasi Geografis ini menyajikan informasi table dan grafik yang digunakan sebagai pengambilan informasi untuk Analisa Kebijakan pemanfaatan lahan pertanian pada daerah bahaya banjir BAB V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 3.1. Tabel 3.3. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Data Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Populasi Penelitian... Variabel dan Sumber Data Penelitian... Luas Kecamatan Kecamatan menurut Kelas Ketinggian Tempat Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Luas Kecamatan menurut Kelas Kemiringan Lereng Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Luas Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Luas Buffer Sungai Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Tingkat Bahaya Banjir Kabupaten Hulu Sungai... Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Penggunaan Lahan pada Daerah Bahaya Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun iv

7 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Roadmap penelitian... Gambar 3.1. Kerangka Penelitian... Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Gambar 4.2. Peta Ketinggian Tempat Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Gambar 4.3. Peta Kelerengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Gambar 4.4. Peta Jenis Tanah Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Gambar 4.5. Peta Buffer Sungai Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Gambar 4.6. Peta Bahaya Banjir Kabupaten Hulu Sungai Tengah... Gambar 4.7. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Hulu Sungai Tengah... v

8 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. JADWAL PELAKSANAAN... LAMPIRAN 2. JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN... LAMPIRAN 3. DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN... LAMPIRAN 4. SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS... LAMPIRAN 5. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA PENELITI... vi

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir adalah bencana alam yang sering melanda sejumlah negara maju dan berkembang setiap musim hujan termasuk Indonesia (Tondobala, 2011; Indrianawati dan Hakim, 2013;). Frekuensi banjir di masa depan akan semakin meningkat dan dampaknya semakin parah (UNHabitat 2009; Sakijege, 2013; koye dan Ojeh 2015). Dampak banjir semakin besar dari tahun ketahun dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu keselamatan manusia (hilangnya nyawa atau terluka) dan kerusakan property (hilangnya harta benda, kerusakan permukiman, pertanian) (Septriyadi dan Hamhaber, 2013; Widiarto dan Kingma, 2014). Sebagai contoh, banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Masalah utama yang terjadi di daerah penelitian adalah banjir yang terjadi mengenai daerah padat penduduk dan lahan pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian dan keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kontribusinya terhadap lapangan kerja dan pangan dalam negeri. Pertanian sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan daerah. Pertanian memiliki dua manfaat bagi penduduk miskin, terutama menciptakan lapangan kerja alternatif dan menciptakan akses yang lebih baik untuk makanan (Galuh, 2013; Beatly, 2000) berpendapat saat ini dunia sedang mengahadapi tiga masalah utama, antara lain: meningkatnya permintaan pangan, pertumbuhan penduduk, dan penurunan kualitas ekologi. Perkembangan pertanian tanaman pangan saat ini sangat erat kaitannya dengan permasalahan pemanfatan lahan, alih guna lahan pertanian akan sangat mengancam luas lahan produksi pertanian seiring semakin lajunya roda pembangunan daerah yang semakin pesat. Meningkatnya kebutuhan hidup dan penggunaan lahan pertanian baik untuk keperluan produksi pertanian maupun keperluan dalam bidang lainnya membutuhkan perencanaan dan pengambilan keputusan kebijakan untuk pemanfaatan yang paling optimal (Kubelaborbir, 2010). Pemanfaatan lahan pada sektor pertanian seringkali bersaing dengan sektor lain seperti industri, 1

10 pemukiman dan perdagangan. Meningkatnya kebutuhan lahan pertanian menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan. Hal tersebut disebabkan juga oleh kurangnya informasi yang berhubungan dengan produktifitas dan kelayakan penggunaan lahan tersebut, sehingga mengesampingkan ketersediaan tanaman pangan berkelanjutan dan menghiraukan manfaat asal dari lahan tersebut. Sumber daya lahan merupakan bagian penting dari sistem produksi biomassa karena menyediakan komponen dalam pertumbuhan tanaman, hewan dan tata niaga produkproduk pertanian, perkebunan, kehutanan, dan sumberdaya hayati lainnya. Lahan diperlukan untuk budidaya tanaman dan pakan, padang penggembalaan ternak, tempat berdirinya pabrik dan sarana pengolahan hasil serta tempat berlangsungnya transaksi jual beli. Di samping itu, lahan juga merupakan tempat berkembangnya organisme bermanfaat dan yang mengganggu tanaman, baik di atas maupun di dalam tanah, tempat terjadinya siklus hidrologi, sumber berbagai komponen iklim, ruang belajar bagi mahasiswa dan masyarakat, dan lainlain. Pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang tinggi saat ini dan di masa yang akan datang menuntut penyediaan sumberdaya lahan yang lebih baik. Disamping aspek fisik, sumber daya manusia merupakan komponen yang menentukan dalam pengelolaan sumber daya lahan yang lebih baik. Penggunaan lahan yang tidak tepat dan tanpa mempertimbangkan faktor yang dapat menyebabkan penyalahgunaan sumber daya alam menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, pemuliaan kemiskinan dan konflik sosial (Dao, 2005). Penyajian informasi melalui Geografic Information System (GIS) saat ini menjadi landasan utama yang digunakan sebagai sarana untuk memaparkan informasiinformasi yang berhubungan dengan data spasial dan data pendukung penyampaian informasi lainnya. Penerapan GIS merupakan langkah yang tepat untuk pemetaan daerah penentuan peruntukan lahan pertanian di daerah bahaya banjir. Teknologi GIS mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan analisis geografis melalui 2

11 gambargambar petanya berbasis web. Sistem Informasi Geografis merupakan kombinasi manajemen database dalam mengumpulkan dan menyimpan sejumlah data geospasial yang besar, bersamasama dengan kemampuan analisis spasial untuk mengetahui hubungan geospasial antara entitas dari masingmasing data yang digunakan, ditambah dengan peta layar yang berfungsi menggambarkan hubungan data geospasial dalam dua dan tiga dimensi dalam bentuk peta (Nyerges, 2009). Dalam penelitian ini, akan dirancang suatu Sistem Informasi Geografis yang dapat memberikan informasi Pemetaan Lahan Pertanian pada daerah banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang digunakan sebagai pengambilan informasi untuk Analisa Kebijakan Bidang Pertanian Terpadu. Aplikasi GIS yang dirancangkan menggunakan Arc View 32 dan Arc GIS untuk pemetaan bahaya banjir, dan pemetaan lahan pertanian Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang ada, yaitu : a. Bagaimana tingkat bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah? b. Bagaimana pemetaan lahan pertanian (sawah) berdasarkan peta penggunaan lahan yang ada? c. Bagaimana Sistem Informasi Geografis ini menyajikan informasi tabel dan grafik yang digunakan sebagai pengambilan informasi Untuk Analisa Kebijakan pemanfaatan lahan pertanian pada daerah bahaya banjir? 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Sistem Informasi Geografis (SIG) ini menyajikan informasi data spasial dan pengolahan citra sebagai media pendukung informasi lahan secara statis dengan peta hasil digitasi dari peta RTRW dan citra di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 3

12 b. Alternatif lahan untuk informasi lahan pertanian melingkupi lahan sawah, dan tegalan yang diperuntukkan komoditas pertanian tanaman pangan, dan untuk pertanian secara terpadu, c. Sistem Informasi Geografis (SIG) ini menyajikan informasi data spasial dengan lingkup batas administrasi Kecamatan dan batas masingmasing Desa, d. Sistem Informasi Geografis ini menyajikan informasi tabel dan grafik yang digunakan sebagai pengambilan informasi Untuk Analisa Kebijakan Bidang Pertanian di daerah bahaya banjir Tujuan Umum, dan Tujuan Khusus 1. Tujuan umum: Tujuan umum dari Penelitian ini adalah menyajikan informasi data spasial, tabel dan grafik sebagai referensi informasi untuk menganalisa dan merencanakan kebijakan bidang Pertanian secara umum di Daerah Bahaya Banjir pada Dinas Pertanian khususnya bidang pertanian terpadu di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 2. Tujuan khusus: a. Menyusun dan menganalisis Peta Bahaya Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, b. Menyusun dan menganalisis pemetaan lahan pertanian (sawah) berdasarkan peta penggunaan lahan yang ada, c. Membangun dan menganalisis Sistem Informasi Geografis ini menyajikan informasi tabel dan grafik yang digunakan sebagai pengambilan informasi Untuk Analisa Kebijakan pemanfaatan lahan pertanian pada daerah bahaya banjir Manfaat dan Luaran Penelitian otensi dan pemetaan di bidang pertanian dapat dikembangkan karena 4

13 dengan diketahuinya lahan pertanian dapat diprediksi hasil panen dan rekomendasi pemanfaatan lahan yang sesuai, sehingga pada akhirnya mendapatkan hasil panen yang maksimal untuk mencukupi kebutuhan pangan dan untuk pemanfaatan lain sesuai potensinya di daerah bahaya banjir. Manfaat dari penelitian ini antara lain: Manfaat Keilmuan 1) menggambarkan dan menjelaskan, 2) memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu geografi terutama aspek metodologis pada kajian geografi pertanian, khususnya pemetaan lahan pertanian di daerah bahaya banjir untuk analisa kebijakan di bidang pertanian. 3) sebagai sumber informasi bagi pengembangan penelitian sejenis. Manfaat Pembangunan 1) Pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat mengetahui 2), 3) Pemetaan lahan pertanian di daerah bahaya banjir dapat dijadikan dasar dalam menentukan strategi pengelolaan di bidang pertanian dan penghitungan prediksi kebutuhan pangan dalam kurun waktu ke depan. 2. Luaran Penelitian Luaran penelitian berupa jurnal internasional dan visualisasi hasil penelitian yaitu: a. Publikasi ilmiah melalui jurnal internasional terakreditasi. b. Peta Bahaya Banjir 5

14 c. yang akan digunakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan sebagai dasar dalam penyusunan strategi pengelolaan di bidang pertanian. 1.5.Urgensi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah karena beberapa kali terkena bencana banjir setiap musim hujan (lihat Tabel 1). Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan mengenai lahan pertanian dengan periode ulang sehingga memiliki potensi mengakibatkan kerusakan pada permukiman penduduk dan lahan pertanian. Lahan pertanian di daerah penelitian merupakan mata pencaharian pokok bagi masyarakat sekitar Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai lokasi pertanian yang terletak di daerah bahaya banjir, informasi untuk membantu analisa kebijakan bidang pertanian sesuai penggunaan lahan pertanian dengan media grafik dalam penyajian data, Sistem Informasi Geografis dalam menampilkan data spasial pemetaan lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Sistem Informasi Geografis dapat menghasilkan keluaran informatif dan mudah dimengerti oleh pengguna sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal dan berguna untuk instansi terkait Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 6

15 Tabel 1. Data Banjir di Kabupaten Hulu Sunga Tengah Tahun 2015 NO DESA/KECAMATAN JUMLAH KORBAN JUMLAH KK JUMLAH JIWA KECAMATAN HARUYAN HARUYAN HARUYAN SEBERANG LOKBUNTAR PENGAMBAU HILIR LUAR PENGAMBAU HILIR DALAM KECAMATAN BATU BENAWA ALUAN BESAR PAYA KECAMATAN PANDAWAN MASIRAAN PELAJAU KECAMATAN BARABAI BARABAI UTARA BARABAI SELATAN BARABAI DARAT BARABAI TIMUR BARABAI BARAT PAJUKUNGAN BUKAT JUMLAH Sumber : BPBD, Kontribusi dalam Pengembangan IPTEK/SOSBUD Hasil Penelitian dalam bentuk Peta Bahaya Banjir, Peta Lahan Pertanian di daerah bahaya banjir sebagai dasar dalam menentukan kebijakan di bidang pertanian. Peta Tingkat Bahaya yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan visualisasi lokasi pertanian yang aman dari bencana banjir di masa depan. Masyarakat dapat dengan aman dan tenang mengelola lahan pertanian meskipun tinggal di daerah bahaya banjir karena masyarakat sudah siap untuk melakukan mitigasi tanpa harus relokasi. Banjir dapat diprediksi, pada waktu banjir datang masyarakat dapat tinggal dilokasi yang aman, ketika banjir sudah dapat diatasi masyarakat dapat kembali kerumah masingmasing sambil mengelola lahan pertaniannya. Masyarakat juga dapat mengetahui strategi alternatif dalam bercocok tanam di daerah bahaya banjir

16 Hasil penelitian terkait peta, strategi pengelolaan serta strategi alternatif di lokasi penelitian berpotensi untuk dijadikan bagi wilayah lain baik dilingkup Kalimantan maupun wilayah bahaya banjir lainnya di Indonesia. Hal tersebut dimungkinkan mengingat model pendekatan ilmiah yang akan dilakukan bersifat open ended technology yang dimaksudkan untuk mudah dimodifikasi pada lokasi bahaya bencana lain Temuan yang Ditargetkan Pemetaan lahan pertanian untuk analisa kebijakan bidang pertanian di daerah bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Selain itu juga dapat membangun masyarakat yang tangguh dan mampu beradaptasi dalam menghadapi bencana banjir. Peneliti juga berusaha mengembangkan metode ini sehingga dapat diketahui statregi alternatif untuk mengurangi dampak banjir pasca bencana sehingga kerugian yang terjadi di bidang pertanian dapat diminimalkan dan pemerintah daerah dapat memanfaatkan lahan sesuai dengan potensinya masingmasing. 8

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Banjir Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah yang melebihi normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia (Kodoatie dan Sugiyanto, 2002; Indradewa, 2008). Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, pecahnya bendungan sungai, atau naiknya permukaan laut. Banjir sering dikenal dalam 2 bentuk, berupa penggenangan pada daerah yang biasanya kering atau bukan rawa, dan banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dari alur sungai yang disebabkan karena debit pada sungai melebihi kapasitas pengalirannya (Indradewa 2008). Banjir menjadi suatu bencana ketika terjadi pada daerah yang merupakan tempat aktifitas manusia. Perubahan tataguna lahan, pemanasan global serta air pasang yang tinggi mempercepat terjadinya banjir dibeberapa tempat termasuk di Indonesia. 2. Faktor Penyebab Banjir Penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori (Kodoatie Robert J. dan Sugiyanto, 2002), yaitu : a. Alami 1) Pengaruh Air Pasang Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). 2) Curah Hujan Curah hujan dapat mengakibatkan banjir apabila turun dengan intensitas tinggi, durasi lama, dan terjadi pada daerah yang luas. 3) Pengaruh Fisiografi atau Geografi Fisik Sungai 9

18 Pengaruh fisiografi atau geografik fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dll, merupakan halhal yang mempengaruhi terjadinya banjir. 4) Erosi dan Sedimentasi Erosi dan sedimentasi berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi dan sedimentasi menjadi problem klasik sungaisungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. 5) Menurunnya Kapasitas Sungai Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan yang berasal dari erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai yang dikarenakan tidak adanya vegetasi penutup dan penggunaan lahan yang tidak tepat. 6) Kapasitas Drainase Yang Tidak Memadai Hampir semua kotakota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kotakota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan. b. Faktor Manusia 1) Menurunnya fungsi DAS di bagian hulu sebagai daerah resapan Kemampuan DAS, khususnya di bagian hulu untuk meresapkan air/ menahan air hujan semakin berkurang seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lahan. 2) Sampah Ketidakdisiplinan masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai bukan pada tempat yang ditentukan dapat mengakibatkan naiknya muka air banjir. 3) Bendung dan Bangunan Lain Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater). 4) Kerusakan bangunan pengendali banjir 10

19 Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya menjadi tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir. 5) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjirbanjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, menimbulkan kecepatan aliran air menjadi sangat besar melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar. Kedua faktor tersebut dapat terjadi secara bersamasama dapat membuat banjir menjadi sangat merugikan. Kawasan rawan banjir menurut Indradewa, 2008 merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir sesuai karakteristik penyebab banjir, kawasan tersebut dapat dikategorikan menjadi empat tipologi sebagai berikut : a. Daerah Pantai. Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir karena daerah tersebut merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang ratarata (meansea level) dan tempat bermuaranya sungai, biasanya mempunyai permasalahan penyumbatan muara. b. Daerah Dataran Banjir (Floodplain Area) Daerah dataran banjir (Floodplain Area) adalah daerah di kanankiri sungai yang muka tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah pengembangan (pembudidayaan) seperti perkotaan, pertanian, permukiman dan pusat kegiatan perekonomian, perdagangan, industri, dll. c. Daerah Sempadan Sungai. Daerah ini merupakan kawasan rawan banjir, di daerah perkotaan yang padat penduduk, daerah sempadan sungai sering dimanfaatkan oleh manusia 11

20 sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha sehingga apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta benda. d. Daerah Cekungan. Daerah cekungan merupakan daerah yang cukup luas baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Apabila penatan kawasan tidak terkendali dan sistem drainase yang kurang memadai, dapat menjadi daerah rawan banjir. 3. Pertanian Pertanian merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang berlandasan proses pertumbuhan dari tumbuhan tumbuhan dan hewan. Pertanian arti sempit kegiatan bercocok tanam, pertanian arti luas adalah kegiatan manusia yang meliputi kegiatan bercocok tanam perikanan, peternakan dan kehutanan meliputi pertanian dalam arti sempit, perikanan, kehutanan, peternakan, dan perkebunan. Pertanian adalah (1) proses produksi, (2) pertanian pengusahaan, (3) tanah tempat usaha, (4) usaha pertanian (farm business). Defisi pertanian merupakan aktivis pengolahan tanaman dan lingkungannnya agar memberikan suatu produk pangan dan non pangan (Soetriono, 2003; Sriyanto, 2005). Kajian pertanian dalam Geografi pertanian berkaitan dengan aktivitasaktivitas dalam konteks ruang; lokasi pertanian secara keseluruhan dan aktivitasaktivitas di dalamnya yaitu tanaman dan peternakan, pengagihan output dan input yang diperlukan untuk produksi seperti ladang (tanah), tenaga, pupuk dan pemupukan, benih, pestisida, dan lain lain. Geografi pertanian termasuk dalam kelompok geografi manusia atau sosial. Geografi Sosial penekanan kajiannya pada aspek aktivitas manusia dalam konteks keruangan, karakteristik penduduknya dalam menyikapi alam, organisasi sosial yang terbentuk sehubungan dengan sikapnya bermasyarakat, dan kebudayaan yang unik dari aktivitasnya tersebut. Geografi pertanian bagian dari geografi manusia mengenai manusia memudidayakan tanah. Geografi pertanian memusatkan perhatiannya terhadap hubungan tummbuhan yang dibudidayakan dengan tanah, topografi dan iklim untuk mengkaji persebaran, jenis beserta agihan, mengapa diusahakan di tempat. 12

21 Litbang pertanian (2000) salah satu informasi dasar yag dibutuhkan untuk pengembangan pertanian adalah data spesial (peta) potensi sumberdaya lahan. Memberikan informasi penting tentang distribusi, luasan, tingkat kesesuaian lahan, faktor pembatas, dan alternatif teknologi yang dapat diterapkan. Kenyataannya data/informasi sumberdaya lahan tersebut belum tersedia secara menyeluruh pada skala yang memadai. 4. Sistem Informasi Geografis GIS merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses, dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya, data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel, dan sebagainya (I Wayan Nuarsa, 2005). Sistem Informasi Geografis merupakan kombinasi manajemen database dalam mengumpulkan dan menyimpan sejumlah data geospasial yang besar, bersamasama dengan kemampuan analisis spasial untuk mengetahui hubungan geospasial antara entitas dari masingmasing data yang digunakan, ditambah dengan peta layar yang berfungsi menggambarkan hubungan data geospasial dalam dua dan tiga dimensi dalam bentuk peta (Nyerges T., 2009) Studi Pendahuluan Studi pendahuluan yang sudah dilaksanakan adalah: 1. Studi pustaka, untuk mencari referensi yang berkaitan dengan penelitian. Hasilnya adalah mendapatkan jurnal dan buku berkaitan dengan penelitian. 2. Observasi keadaan daerah bahaya banjir dan lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sehingga sudah mendapatkan gambaran mengenai keadaan lahan pertanian di daerah rawan banjir. 3. Pengumpulan data terkait di bidang pertanian, dan kependudukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sehingga sudah mendapatkan gambaran kondisi pertanian dan kependudukan di daerah tersebut. 13

22 2.3.Roadmap penelitian Temuan yang dicapai dalam penelitian tahun pertama adalah Peta Tingkat Bahaya Banjir, Peta Lahan Pertanian dan penyajian informasi untuk membantu analisa kebijakan bidang pertanian sesuai penggunaan lahan pertanian dengan media grafik dalam penyajian data. Pemetaan daerah bahaya banjir dan lahan pertanian dilakukan melalui sistem informasi geografis (SIG). Melalui SIG, didapatkan petapeta yang informatif dan berguna dalam pembuatan Peta Tingkat bahaya banjir dan lahan pertanian. Hasil penelitian akan dipublikasikan dan diharapkan adanya implementasi dari penelitian ini melalui kerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta. Kerjasama diharapkan dapat menghasilkan masukan yang berguna dalam pengurangan kerugian di bidang pertanian akibat banjir (lihat Gambar 2.1). 14

23

24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian didesain menggunakan pendekatan survei pada masyarakat di daerah bahaya banjir. Penelitian mengkaji Pemetaaan Lahan Pertanian pada Daerah Bahaya Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Pemetaan Lahan Pertanian untuk Analisis Kebijakan Bidang Pertanian pada Daerah Bahaya Banjir Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan (library research). Penelitian dilaksanakan selama 1 (tahun) tahun didasarkan pada roadmap penelitian (Gambar 2.1) Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah daerah bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian selama 1 (satu) tahun Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi penelitian adalah masyarakat di daerah bahaya banjir Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan (Tabel 3.1). Tabel 3.1. Populasi Penelitian Luas (km2) No Kecamatan 1 Haruyan 101,36 2 Batu Benawa 54,52 3 Hantakan 208,49 4 Batang alai selatan 76,06 5 Batang alai timur 773,74 6 Batang alai utara 65,36 7 Barabai 54,74 8 Labuan amas selatan 97,80 9 Labuan amas utara 170,30 10 Pandawan 116,39 11 Limpasu 61,04 Jumlah ,80 Sumber : BPS Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

25 2. Sampel Suharsimi, 1996). Sampel digunakan karena tidak semua individu dalam populasi dapat diteliti, dibandingkan menghitung populasi. Sampel dipilih dan diambil berdasarkan tingkat bahaya sebagai sampling frame, kemudian sampling frame tersebut dibagi ke dalam empat strata yakni tingkat bahaya tinggi, sedang, rendah dan tidak bahaya. Sesuai dengan penelitian Tarigan (2005), dan Ozdemir (2000) yang memasukkan klasifikasi lokasi (dummy). Perbedaan lokasi pada setiap tingkat bahaya mengakibatkan perbedaan jumlah sampel Variabel dan Sumber Data Penelitian Variabel penelitian merupakan aspek/aspek yang akan dikaji dalam penelitian. Variabel penelitian berupa data primer sekunder dengan berbagai sumber dan teknik pengumpulan data yang relevan. Pengumpulan data dilakukan dengan melibatkan sejumlah mahasiswa sebagai enumerator (lihat Tabel 3.3). No 1. Variabel/Aspek Tingkat Bahaya Banjir 2. Pemetaan (sawah) 3. Sistem Informasi Geografis ini menyajikan informasi tabel dan grafik yang digunakan sebagai pengambilan informasi Untuk Analisa Kebijakan pemanfaatan lahan pertanian pada daerah bahaya banjir lahan pertanian Tabel 3.3. Variabel dan Sumber Data Penelitian Indikator Alat a. Peta Administrasi Alat tulis, b. Peta Buffer Sungai tape c. Peta Blok Bangunan recorder d. Peta Penggunaan Lahan dan e. Peta Ketinggian Banjir handycame f. Peta Lereng a. Kebijakan bidang pertanian, Alat tulis, b. Peta Penggunaan Lahan, tape recorder dan handycame Pengolah Peta Data spasial Alat tulis, menggunakan Arc View dan Arc tape GIS recorder dan handycame 17 Skala Data Rasio Sumber Data RBI, Citra IKONOS, Bakosurtanal Rasio Data sekunder, Kuesioner, RBI Rasio Software Arc View dan Arc GIS

26 3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian meliputi: 1. Observasi lapangan Teknik ini untuk pengamatan secara langsung kondisi masyarakat di wilayah penelitian. Metode Observasi Metode ini digunakan untuk mendapatkan data Raster Peta Wilayah dan penggunaan lahan. Hasil dari observasi lapangan diperoleh data desain kebijakan penanganan bidang pertanian pasca banjir, data bencana banjir, program yang telah dijalankan oleh pemerintah pusat dan daerah, dan implikasi dari program tersebut. 2. Wawancara Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung mengenai kondisi masyarakat wilayah penelitian. Persepsi masyarakat mengenai dampak banjir di bidang pertanian diketahui dengan wawancara menggunakan kuesioner. Penentuan narasumber dilakukan secara purposive yaitu dengan mernperhatikan kemampuan maupun pengetahuan narasumber tentang topik yang dikaji. 3. Dokumentasi Teknik digunakan untuk menunjang analisis khususnya yang bersifat regional dari instansi pemerintah. Metode Kepustakaan Metode ini digunakan untuk mencari data penggunan lahan serta data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengumpulan data perpustakaan juga melalui pengumpulan data jurnal, surat kabar, dan laporan organisasi kemanusiaan baik internasional, nasional, dan lokal, yang memiliki program di daerah banjir Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix method). Teknik analisis yang digunakan yaitu skoring, SWOT,, serta analisis spasial. Analisis spasial menggunakan perangkat lunak ArcView 3.2, Microsoft Office dan AutoCad Peta tingkat bahaya banjir diperoleh dari hasil overlay beberapa peta dasar dan peta hasil pengukuran lapangan. Hasil yang lain diperoleh dari : 18

27 1. Analisa Sistem Pada tahapan ini dilakukan analisa terhadap sistem lama dengan analisa sistem yang diusulkan, serta kebutuhan data yang dibutuhkan untuk pengembanga sistem. a. Data Peta Peta yang digunakan adalah peta berbasis vektor yang digunakan untuk menampilkan informasi mengenai luas lahan pertanian di masingmasing kecamatan dan desa. Line dan Polygon yang dimunculkan pada peta dimaksudkan untuk memudahkan para pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai datadata lahan pertanian yang tersebar di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang dipilih dengan mengklik layer dan kemudian muncul informasi atribut yang dibutuhkan. b. Data Spasial Penggunaan data spasial untuk menggambarkan lahan pertanian tanaman pangan dalam bentuk polygon dan line untuk menggambarkan bataswilayah kecamatan maupun desa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Objek ini diperoleh dari hasil georeferensing, digitasi dan geoprosesing dari peta pola ruang RTRW BAPPEDA dengan menggunakan perangkat lunak Arc View 32 dan Arc GIS sehingga menjadi peta yang mempunyai koordinat sesuai keadaan sebenarnya dan menghasilkan proyeksi UTM. c. Data Atribut Data atribut adalah data yang menjelaskan tentang detail spasial. Data yang akan ditampilkan berupa data nama kecamatan, desa, luas lahan, ketinggian tanah, nama lahan dan penggunaan lahan. Atribut pada masingmasing data tersebut akan dijelaskan pada kamus data. Pengguna dapat melihat data atribut dari peta dengan mengklik line dan polygon tersebut, jika pengguna mengklik line dan polygon maka akan menghasilkan informasi fieldfield data yang ditampilkan secara otomatis. 2. Desain Sistem Langkah ini menentukan dasar sistem yang akan dibuat. Kesalahan dalam desain dapat menimbulkan hambatan, sebaliknya bila desainnya baik akan 19

28 membuat pengembangan (development), peningkatan fungsi (enhancement), dan pemeliharaan (maintenance) sistem menjadi lebih mudah dan efisien. 3. Kerangka Sistem Informasi Kerangka sistem informasi merupakan gambaran fisik sebuah sistem informasi dimana terdapat beberapa data yang merupakan sebuah inputan dari sistem tersebut. Terdapat beberapa proses dan hasil keluaran berupa data yang di tampilkan dengan beberapa model penyajian. Hasil dari sebuah sistem tersebut di sajikan dengan output berupa tampilan Webgis, tabel dan grafik. 4. Implementasi Sistem Tujuan dari tahapan implementasi yaitu untuk melakukan uji coba mengenai sarana perangkat lunak sistem maupun perangkat keras sebagai pengolah data dan sekaligus penyaji informasi yang dibutuhkan. Selanjutnya akan diimplementasikan pada sebuah sistem. Analisa dilakukan untuk melihat apakah semua proses yang telah dibangun sudah berjalan dengan baik dan hasil yang dikeluarkan sesuai dengan yang diharapkan. 5. Pengujian Pada tahapan ini mencakup koreksi dari berbagai error yang tidak ditemukan pada tahaptahap terdahulu, perbaikan atas implementasi unit sistem dan pengembangan pelayanan sistem, sementara persyaratanpersyaratan baru ditambahkan. Pada tahap ini disarankan ada dua tahap review yang harus dilaksanakan. Review pertama dilaksanakan pada saat yang tidak terlalu lama setelah penerapan sistem, dimana proyek tim masih ada dan masingmasing anggota masih segar untuk mengingat sistem yang mereka buat. Review berikutnya dapat dilakukan kirakira setelah semester pertama sistem berjalan, tujuannya untuk meyakinkan apakah sistem tersebut sudah berjalan sesuai dengan tujuan semula atau masih adakah perbaikan dan penyempurnaan yang harus dilakukan Kerangka Penelitian Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu Peta Tingkat Bahaya Banjir, Peta Lahan Pertanian dan penyajian informasi untuk membantu analisa 20

29 kebijakan bidang pertanian sesuai penggunaan lahan pertanian dengan media grafik dalam penyajian data. Pemetaan daerah bahaya banjir dan lahan pertanian dilakukan melalui sistem informasi geografis (SIG). Melalui SIG, didapatkan petapeta yang informatif dan berguna dalam pembuatan Peta Tingkat bahaya banjir dan lahan pertanian (lihat Gambar 3.1). Tujuan 2 Tujuan 1 Peta Lahan Pertanian berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Data Sekunder Data Primer (Survei dan Wawancara) Pengukuran Lapangan Data Sekunder Data Primer (Survei dan Wawancara) Pengukuran Lapangan Pemetaan Lahan Pertanian untuk Analisa Kebijakan Bidang Pertanian Pemetaan Bahaya Banjir Pemetaan Lahan Pertanian untuk Analisa Kebijakan Bidang Pertanian di Daerah Bahaya Banjir Kabupaten Hulu Sungai Tengah Gambar 3.1. Kerangka Penelitian 21

30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Luas dan Batas Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak di Kalimantan Selatan dan berada pada posisi 7 40 sampai dengan 8 10 Lintang Selatan dan sampai dengan Bujur Timur. Batas administrasi wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah: a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Balangan. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdiri dari 11 kecamatan, 8 kelurahan dan 161 desa. Luas Wilayah Administratif Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Ha atau 1.771,09 Km² (lihat Gambar 4.1). 2. Ketinggian Tempat Peta Ketinggian Tempat (Topografi) adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan garisgaris kontur (Rostianigsih, 2004). Kelas ketinggian > 50 m dpl merupakan kelas ketinggian yang banyak terdapat di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (60.02 %) dari seluruh wilayah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah meliputi Kecamatan Batang Alai Selatan, Batang Alai Timur, Batang Alai Utara, Batu Benawa, Hantakan, Haruyan, dan Limpasu (lihat Tabel 4.1 dan Gambar 4.2). 3. Lereng Kabupaten Hulu Sungai Tengah terbagi menjadi lima kelas kemiringan lereng yaitu daerah berlereng 08%, 815 %, dan %, 2545 % dan > 45 % (lihat Tabel 4.2 dan Gambar 4.3). 22

31 Tabel 4.1. Luas Kecamatan Menurut Kelas Ketinggian Tempat Kabupaten Hulu Sungai Tengah LUAS (KM2) DAN PERSENTASE KELAS KETINGGIAN TEMPAT NO. KECAMATAN % % % > 50 % LUAS KECAMATAN (KM2) BARABAI BATANG ALAI SELATAN BATANG ALAI TIMUR BATANG ALAI UTARA BATU BENAWA HANTAKAN HARUYAN LABUAN AMAS SELATAN LABUAN AMAS UTARA LIMPASU 11 PANDAWAN , , Sumber : Pengolahan Peta Ketinggian Tempat dan Peta Topografi, 2016 Tabel 4.2. Luas Kecamatan Menurut Kelas Kemiringan Lereng Kabupaten Hulu Sungai Tengah LUAS (KM2) DAN PERSENTASE KELAS KEMIRINGAN LERENG NO. KECAMATAN 08 % 8 15 % % % >45 % LUAS KECAMATAN (KM2) BARABAI BATANG ALAI SELATAN BATANG ALAI TIMUR BATANG ALAI UTARA BATU BENAWA HANTAKAN HARUYAN LABUAN AMAS SELATAN LABUAN AMAS UTARA LIMPASU 11 PANDAWAN , Sumber : Pengolahan Peta Lereng, 2016 Daerah yang dominan di wilayah Hulu Sungai Tengah memiliki kelerengan 025 yaitu sebanyak 64,65 % dari seluruh wilayah. Sisanya adalah kemiringan lereng > 25 % sebanyak % dari seluruh wilayah meliputi Kecamatan Batang Alai Timur dan Hantakan. 23

32

33

34

35 4. Jenis Tanah Terdapat hubungan yang erat antara tanah dan sifatsifat serta penyebarannya dengan landform dan iklim. Hal ini karena berkaitan dengan sifat batuan atau litologi serta iklim dalam proses pembentukan land form dan pelapukan batuan dan bahan induk Tanah (Desaunettism Tahun 1977). Jenis tanah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada Tabel 4.3, dan Gambar 4.4. Tabel 4.3. Luas Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kabupaten Hulu Sungai Tengah LUAS (KM2) DAN PERSENTASE JENIS TANAH NO OHGPA % AAP % RYP % RYPLL1 % RYPI1 % LY1 % LUAS KECAMATAN (KM2) , KECAMATAN BARABAI BATANG ALAI SELATAN BATANG ALAI TIMUR BATANG ALAI UTARA BATU BENAWA HANTAKAN HARUYAN LABUAN AMAS SELATAN LABUAN AMAS UTARA LIMPASU PANDAWAN Sumber : Pengolahan Peta Jenis Tanah, 2016 Keterangan : OHGPA : Organosol Glei Humus AAP : Aluvial RYP : Podsolik Merah Kuning RYPLL1 : Komp. Pods. Merah Kuning LatoLito RYPI1 : Podsolik Merah Kuning LY1 : Latosol Tanah Aluvial di daerah penelitian hanya ada sedikit yaitu sebanyak 6.64 % dari seluruh daerah penelitian. Tanah Alvial terdapat pada Kecamatan Batang Alai Utara, Labuan Amas Utara dan Pandawan. Tanah Aluvial di areal studi seluas 117,56 Km2.Tanah ini ini mempunyai sifat sifat secara umum terlihat adanya lapisanlapisan tanah yang berulang, tidak teratur yaitu tebal lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna, tekstur, struktur dan kandungan bahan organik yang sering berulang (tidak beraturan), lapisan yang berbeda tapi sifat dan jenis yang sama. 27

36

37 4. Buffer Sungai Buffer digunakan untuk kepentingan analisis yang dilakukan berdasarkan jarak atau zona tertentu. Buffer biasanya dibangun dengan arah keluar untuk melindungi elemenelemen spasial yang bersangkutan. Buffer dibuat maka akan terbentuk suatu area, polygon atau zona baru yang melindungi/menutupi obyek spasial dengan jarak tertentu. Buffer di daerah penelitian yang dibuat adalah buffer sungai, untuk kepentingan mengetahui luas luapan dari banjir yang terjadi. Buffer sungai di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4, dan Gambar 4.5. Tabel 4.4. Luas Buffer Sungai Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah LUAS (KM2) DAN PERSENTASE BUFFER SUNGAI KECAMATAN LUAS (KM2) % % % > 900 % BARABAI BATANG ALAI SELATAN BATANG ALAI TIMUR BATANG ALAI UTARA BATU BENAWA HANTAKAN HARUYAN LABUAN AMAS SELATAN LABUAN AMAS UTARA LIMPASU PANDAWAN , , Sumber : Peta Buffer Sungai, 2016; dan Hasil Observasi Lapangan, Peta Tingkat Bahaya Banjir Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (Prih Harjadi, 2007). Proses pembuatan peta bahaya banjir dibuat berdasarkan beberapa variable dengan pembobotan dan skoring (Nanik Suryo H dkk, 2012). Penentuan bobot setiap variabel banjir menggunakan cara komposit dari setiap variabel banjir, cara komposit tersebut sering disibut dengan istilah CMA (Composite Mapping Analysis) (Anditha H, dkk, 2008). Peta Bahaya Banjir didapatkan dengan cara skoring dan overlay buffer sungai utama, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan penggunaan lahan. 29

38

39 Hasil buffer sungai utama dibagi berdasarkan jarak yaitu 0300 m, m, dan m dan >900 m dari sungai utama berdasarkan klasifikasi dari BNPB (2011). Peta kemiringan lereng dibuat menggunakan analisis Triangle Interpolation Network (TIN) yang kemudian diklasifikasi berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng menurut Van Zuidam (1979). Peta selanjutnya adalah Peta Ketinggian Tempat dan Peta Penggunaan Lahan. Skor Peta Ketinggian Tempat dan Peta Penggunaan Lahan dapat menurut Afrizal T dkk, Kempat paramater tersebut digunakan untuk menentukan daerah bahaya banjir disekitar sungai utama. Setelah setiap variabel memiliki bobot maka dilakukan metode weighted overlay/sistem tumpang susun variabel bahaya banjir. Selanjutnya setelah diperoleh Peta Bahaya Banjir adalah melakukan validasi hasil overlay dengan kondisi sebenarnya di wilayah penelitian. Validasi dilakukan dengan melakukan wawancara kepada stakeholders dengan menanyakan peta potensi bahaya banjir dengan kondisi di wilayah penelitian (lihat Tabel 4. 5, Tabel dan Gambar 4.6). Tingkat bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagian besar daerahnya masuk tidak bahaya ( Km2). Bahaya rendah (243,82 Km2), bahaya sedang (455,01 Km2), dan bahaya tinggi (114,91 Km2). Daerah yang tidak bahaya dan bahaya rendah dapat dijadikan sebagai tempat pengungsian apabila terjadi bencana banjir di daerah penelitian. Tabel 4.5. Tingkat Bahaya Banjir Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah KECAMATAN BARABAI BATANG ALAI SELATAN BATANG ALAI TIMUR BATANG ALAI UTARA BATU BENAWA HANTAKAN HARUYAN LABUAN AMAS SELATAN LABUAN AMAS UTARA LIMPASU PANDAWAN LUAS KECAMATAN (KM2) , LUAS (KM2) DAN PERSENTASE TINGKAT BAHAYA BANJIR TIDAK BAHAYA % BAHAYA RENDAH % BAHAYA SEDANG % Sumber : Peta Tingkat Bahaya Banjir Kabupaten Hulu Sungai Tengah, BAHAYA TINGGI %

40

41 4.3. Pemetaan Lahan Pertanian (Sawah) berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap untuk lahan, baik secara menetap maupun berkala memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual (Arsyad, 1989, Talkurputra, et.al. 1996). Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan dibedakan secara garis besar ke lahan pertanian dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, ladang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad, 2000). Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah meliputi hutan, sawah, perkebunan, ladang, semak belukar, tanah kosong, rawa, dan perairan. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian adalah permukiman. Pemetaan penggunaan lahan suatu daerah merupakan usaha untuk mengumpulkan menganalisa, dan mengklasifikasi data penggunaan lahan suatu daerah yang bersangkutan serta menuangkannya dalam bentuk peta dengan menggunakan metode tertentu agar peta yang dihasilkan dapat dengan mudah dimengerti,memberikan gambaran yang jelas dan sebenarnya rapi dan bersih (Sandy,I Made,1973). Peta lahan pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat dari Penggunaan lahan. Penggunaan Lahan di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah secara umum masih didominasi oleh daerah semak belukar (32,45%), hutan (27,30%) dan sawah (21,30%). Sawah yang memiliki luas paling besar apabila dibandingkan penggunaan lahan pertanian lainnya. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan penggunaan lahan secara umum tidak terlalu besar akan tetapi tetap mempunyai peran yang cukup besar dalam perekenomian yang ada. Sawah berfungsi selain sebagai mata pencaharian utama penduduk, juga 33

42 merupakan penunjang utama sistem perekonomian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penggunaan lahan wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.7. Tabel 4.6. Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah LUAS (KM2) DAN PERSENTASE PENGGUNAAN LAHAN NO KECAMATAN BARABAI BATANG ALAI SELATAN BATANG ALAI TIMUR BATANG ALAI UTARA 5 BATU BENAWA 6 HANTAKAN 7 HARUYAN 8 9 LABUAN AMAS SELATAN LABUAN AMAS UTARA % % % % LIMPASU PANDAWAN , Sumber : Pengolahan Peta Penggunaan Lahan, 2016 Penggunaan lahan pertanian sawah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdapat di semua kecamatan. Sawah terdapat di semua kecamatan maka hal tersebut membuktikan bahwa sawah mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian. Kecamatan yang paling luas memiliki lahan pertanian adalah Kecamatan Pandawan, Labuan Amas Utara dan Labuan Amas Selatan. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian dan keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kontribusinya terhadap lapangan kerja dan pangan dalam negeri. Pertanian sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan daerah. Pertanian memiliki dua manfaat bagi penduduk miskin, terutama menciptakan lapangan kerja alternatif dan menciptakan akses yang lebih baik untuk makanan (Galuh, 2013; Beatly, 2000). Perkembangan pertanian tanaman pangan saat ini sangat erat kaitannya dengan permasalahan pemanfatan lahan, alih guna lahan pertanian akan sangat mengancam luas lahan produksi pertanian seiring semakin lajunya roda pembangunan daerah yang semakin pesat. 34

43 Meningkatnya kebutuhan hidup dan penggunaan lahan pertanian baik untuk keperluan produksi pertanian maupun keperluan dalam bidang lainnya membutuhkan perencanaan dan pengambilan keputusan kebijakan untuk pemanfaatan yang paling optimal (Kubelaborbir, 2010). Pemanfaatan lahan pada sektor pertanian seringkali bersaing dengan sektor lain seperti industri, pemukiman dan perdagangan. Setelah diketahui sebaran penggunaan lahan pertanian khususnya sawah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat diketahui besarnya hasil produksi. Besarnya hasil produksi dapat dikorelasikan dengan jumlah penduduk yang ada. Selanjutnya dapat dihitung angka kecukupan gizi setiap kecamatan terkait dengan kebutuhan bahan pangan yang ada. Kecamatan mana yang surplus dan kecamatan mana yang minus atau kekurangan sehingga dapat saling mengisi. Tanpa harus membeli dari luar daerah untuk kebutuhan pangan tersebut Sistem Informasi Geografis ini menyajikan informasi tabel dan grafik yang digunakan sebagai pengambilan informasi Untuk Analisa Kebijakan pemanfaatan lahan pertanian pada daerah bahaya banjir Sistem Informasi Geografis (bahasa Inggris: Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam seperti bencana banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah mengenai penggunaan lahan pertanian yaitu sawah. 35

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men PEMETAAN BANJIR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Angriani 1), Rosalina Kumalawati 1) 1)Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS FKIP, UNLAM e-mail: rosalinaunlam@gmail.com

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep) Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten ) Arfina 1. Paharuddin 2. Sakka 3 Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Unhas Sari Pada penelitian ini telah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Seperti yang diketahui selama ini, pembangunan memberikan banyak

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 Balai Penelitian Kehutanan Solo. Jl. A. Yani PO Box 295

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang relatif tinggi dan tidak dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Jumlah Bencana Terkait Iklim di Seluruh Dunia (ISDR, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air di bumi ini sebagian besar terdapat di laut dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), air juga hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai tingkat ancaman dan kerentanan suatu daerah terhadap bencana banjir sudah banyak dilakukan. Dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK VOLUME 9 NO.2, OKTOBER 2013 IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS Farah Sahara 1, Bambang Istijono 2, dan Sunaryo 3 ABSTRAK Banjir bandang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi di berbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001) mengartikan banjir dalam dua pengertian, yaitu : 1)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa puguh.draharjo@yahoo.co.id Floods is one of the natural phenomenon which happened in jawa island. Physical characteristic

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya frekuensi curah hujan, khususnya yang terjadi di musimmusim penghujan dan bertambahnya populasi serta permukiman penduduk di daerah Kota Medan setiap

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Banjir yang sering terjadi di beberapa daerah merupakan peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan akibat misalnya curah hujan yang tinggi dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI

ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI ARAHAN PENGENDALIAN BANJIR BERBASIS GIS DI KECAMATAN SINJAI UTARA KAB. SINJAI Nur Afni Dosen Jurusan Teknik PWK, UIN Alauddin Makassar nurafnie_pwk07@yahoo.com ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia. Hal ini mendorong masyarakat disekitar

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM Wardatul Jannah & Itratip Wenk_84@yahoo.co.id, itratip80@gmail.com Dosen Teknik Lingkungan Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB Abstrak;

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di dunia. Hal ini juga terjadi di Indonesia, dimana banjir sudah menjadi bencana rutin yang terjadi setiap

Lebih terperinci

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-58 Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso Bambang Budi Utomo dan Rima Dewi Supriharjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bencana alam adalah salah satu fenomena yang dapat terjadi setiap saat, dimanapun dan kapanpun sehingga menimbulkan risiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PEMETAAN ZONA RAWAN BANJIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CELENG KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO HASIL PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Ria Rizkiah 1, Ir.Hanny Poli, MSi 2, Ir.S.Supardjo MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian bencana mewarnai penelitian geografi sejak tsunami Aceh 2004. Sejak itu, terjadi booming penelitian geografi, baik terkait bencana gempabumi, banjir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana. Berbagai potensi bencana alam seperti gempa, gelombang tsunami, gerakan tanah, banjir, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekalongan dibagi menjadi dua wilayah administratif yaitu wilayah Kabupaten Pekalongan dan wilayah Kotamadya Pekalongan. Di Kabupaten Pekalongan mengalir beberapa sungai

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH Totok Gunawan dkk Balitbang Prov. Jateng bekerjasama dengan Fakultas Gegrafi UGM Jl. Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO Erlando Everard Roland Resubun 1, Raymond Ch. Tarore 2, Esli D. Takumansang 3 1 Mahasiswa S1 Program

Lebih terperinci