OPTIMASI RANCANGAN KAPASITAS PRODUKSI PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK MENDUKUNG PLTN DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI RANCANGAN KAPASITAS PRODUKSI PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK MENDUKUNG PLTN DI INDONESIA"

Transkripsi

1 310 ISSN Bambang Galung Susanto OPTIMASI RANCANGAN KAPASITAS PRODUKSI PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK MENDUKUNG PLTN DI INDONESIA Bambang Galung Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) BATAN ABSTRAK OPTIMASI RANCANGAN KAPASITAS PRODUKSI PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK MENDUKUNG PLTN DI INDONESIA. Optimasi kapasitas produksi rancangan pabrik elemen bakar nuklir di Indonesia untuk mendukung pembangkit listrik tenaga nuklir telah dilakukan. Dari perhitungan dan dengan menganggap bahwa PLTN yang akan dibangun sebanyak 12 buah dengan masing-masing kapasitas 1000 MW, kapasitas optimum produksi untuk pabrik elemen bakar nuklir adalah 710 ton UO 2 /tahun. Kapasitas produksi optimum terpilih telah mempertimbangkan beberapa aspek seperti misalnya fraksi catu (siklus, n=3), panjang siklus (18 bulan), nilai bakar (Bd) sampai MWD/ton U, persen pengayaan uranium yang akan dipakai di PLTN (3,22 % sampai 4,51 %), pengembangan pasar elemen bakar ke depan, dan kecenderungan kapasitas produksi terpilih oleh negara-negara maju untuk membangun pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR. ABSTRACT PLANT DESIGN NUCLEAR FUEL ELEMENT PRODUCTION CAPACITY OPTIMATION TO SUPPORT NUCLEAR POWER PLANT IN INDONESIA. The optimation production capacity for designing nuclear fuel element fabrication plant in Indonesia to support the nuclear power plant has been done. From calculation and by assumming that nuclear power plant to be built in Indonesia as much as 12 NPP and having capacity each 1000 MW, the optimum capacity for nuclear fuel element fabrication plant is 710 ton UO 2 /year. The optimum capacity production selected, has considered some aspects such as fraction batch (cycle, n =3), length of cycle (18 months), discharge burn-up value (Bd) 35,000 up 50,000 MWD/ton U, enriched uranium to be used in the NPP (3.22 % to 4,51 %), future market development for fuel element, and the trend of capacity production selected by advances country to built nuclear fuel element fabrication plant type of PWR. PENDAHULUAN K ebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun terus meningkat tajam. Kenaikan itu sejalan dengan kecepatan pertumbuhan ekonomi, kecepatan pertumbuhan penduduk dan kecepatan pertumbuhan dalam sektor industri. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut, sangat sulit bila hanya menggantungkan diri dari sumber minyak bumi yang cadangannya semakin terbatas. Oleh karena itu pemerintah telah berusaha keras untuk mengoptimumkan pemakaian berbagai sumber energi alternatif fosil dan non fosil (energi mix). Berdasarkan blue print pengelolaan energi nasional , sampai tahun 2025 diharapkan sumber energi fosil yang berasal dari minyak bumi semakin dikurangi perannya dan diganti dengan jenis energi alternatif lainnya. [6] Dari Road Map Pembangunan Energi Nuklir tahun diketahui bahwa PLTN akan masuk program energi nasional pada tahun 2016 dan Pada saat itu akan beroperasi 2 PLTN jenis PWR kapasitas masing-masing 1000 MW, dan sampai tahun 2025 akan beroperasi PLTN ketiga dan keempat dengan kapasitas masing-masing 1000 MW, untuk memenuhi sasaran energi mix nasional sekitar 2% pada tahun [6] Dari seminar tanggal 23 Februari 2006 yang disampaikan oleh pihak Kementrian ESDM justru memasukkan kontribusi dari PLTN sebanyak MW (ada 12 PLTN kapasitas masing-masing 1000 MW) untuk mencapai target energi mix tahun [7] Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 pasal 2 ayat (2) huruf (b) disebutkan bahwa terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025 bila peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional sbb:1) minyak bumi menjadi kurang dari 20 %; 2) gas bumi menjadi

2 Bambang Galung Susanto ISSN lebih dari 30 %; 3) batu bara menjadi lebih dari 33 %; 4) bahan bakar nabati (bio fuel) menjadi lebih dari 5 %; 5) panas bumi menjadi lebih dari 5 %; 6) energi baru dan energi terbarukan lainnya khususnya biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5 %; 7) batu bara yang dicairkan (liquefied coal) menjadi lebih dari 2 %. [3] Berdasarkan hal-hal yang diterangkan diatas, pemakaian energi nuklir yang diproyeksikan sekitar 2 % dari penyediaan energi primer nasional, dan bahkan mungkin lebih besar seperti yang diperkirakan PLN, mengingat sumber energi terbarukan tersebut belum dapat memberikan kontribusi yang lebih besar mengingat kapasitas pembangkitannnya yang tidak begitu besar. Kesinambungan operasi sebuah PLTN sangat tergantung dari tersedianya elemen bakar nuklir dalam jangka panjang, tanpa terpengaruh atau tergantung dari pemasok luar negeri. Oleh karena itu keberadaan Pabrik Elemen Bakar Nuklir untuk mendukung beroperasinya PLTN di Indonesia dengan kapasitas yang sesuai dengan jumlah PLTN yang akan dibangun, dan untuk prospek pengembangan pasar ke depan perlu dilakukan kajian yang sangat mendalam mengingat keberadaan pabrik tersebut waktunya hampir berturutan dengan pembangunan PLTN itu. Besar kapasitas produksi merupakan parameter penting yang dipakai sebagai masukan perhitungan aspek ekonomi-finansial pada studi kelayakan dan sebagai dasar untuk membuat desain engineering di tahap-tahap berikutnya. Pada umumnya makin besar produksi makin berkurang biaya produksi per unitnya. Oleh karena itu dalam menentukan kapasitas suatu instalasi perlu dikaji seteliti mungkin besarnya potensi penyerapan pasar, persediaan bahan mentah, dan ongkos produksi sebelum sampai kepada penentuan angka kapasitas. Dalam kalangan industri dibedakan kapasitas desain dengan kapasitas efektif. Kapasitas desain adalah kapasitas menurut rancangan keteknikan, yaitu maksimum keluaran yang dapat dicapai menurut perhitungan. Sedangkan kapasitas efektif adalah kapasitas yang sesungguhnya setelah memasukkan parameter-parameter seperti faktor pelayanan, pemeliharaan, dan kondisi-kondisi lain yang dihadapi dalam operasi. Pada umumnya kapasitas efektif lebih rendah dari kapasitas desain, khususnya bila unit telah beroperasi dalam waktu cukup lama. [8] CARA OPTIMASI Rancangan kapasitas suatu pabrik yang akan dibangun harus mempertimbangkan produksi jangka pendek dan panjang. Jangka pendek memperhitungkan perubahan produksi sewaktu-waktu seperti permintaan pasar, tersedianya bahan (musiman) dan lain-lain. Jangka panjang berhubungan dengan tingkat prakiraan produksi jangka panjang. Seringkali besar kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek berbeda. dengan jangka panjang. Oleh karena itu sistim yang akan dibangun harus dapat memberikan fleksibilitas desain yang cukup tinggi agar faktor ekonomi/ keuangan serta pengembangan pasar kedepan dapat diantisipasi. Pada umumnya untuk memperoleh nilai optimal kapasitas Produksi Pabrik Elemen Bakar Nuklir yang akan dibangun perlu mempertimbangkan hal-hal sbb: 1. Jumlah dan kapasitas serta jenis PLTN, 2. Modus pemuatan kembali bahan bakar PLTN 3. Parameter nilai bakar (burn-up) per catu/siklus dan persen pengayaan Uranium 4. Perhitungan pengembangan pasar kedepan 5. Pengalaman beberapa pabrik elemen bakar nuklir yg dibangun di dunia. HASIL DAN PEMBAHASAN Kapasitas produksi pabrik elemen bakar nuklir yang akan dibangun sangat tergantung dari jumlah dan kapasitas PLTN dan jenis PLTNnya. Dari Road Map Energi Nasional tahun 2005 diketahui bahwa PLTN akan masuk program energi nasional pada tahun 2016 dan Pada saat itu akan dibangun 2 PLTN jenis PWR kapasitas masing-masing 1000 MW. Dan sampai tahun 2025 akan dibangun 2 PLTN lagi dengan kapasitas masing-masing juga 1000 MW. Jadi sampai tahun 2025 akan ada PLTN sebanyak 4 buah dengan kapasitas total 4000 MW dari jenis PWR. Dari seminar tanggal 23 Februari 2006 yang disampaikan oleh pihak PLN justru memasukkan kontribusi dari PLTN sebanyak MW (ada 12 PLTN kapasitas masing-masing 1000 MW) untuk mencapai target energi mix tahun Dari pertimbangan kapasitas rancangan yang optimum opsi 12 PLTN yang akan dibangun dapat menjadi pertimbangan yang akan dipilih untuk menentukan kapasitas rncangan pabrik elemen bakar nuklir yang akan dibangun di Indonesia. PLTN jenis PWR nampaknya akan dipilih dibandingkan dengan jenis PLTN lainnya seperti BWR, PHWR, GCR, RBMK maupun FBR.

3 312 ISSN Bambang Galung Susanto Memilih PWR disebabkan pada saat sekarang ini PLTN jenis PWR populasinya paling banyak dibangun (61 %) didunia (Gambar 1) dan dapat menghasilkan fraksi Burnup percatu sangat tinggi antara s/d MWD/metrik ton uranium. Dari keberadaan PLTN yang ada di dunia sebanyak 441 pada tahun 2005, sebanyak 61 % atau sebesar 268 PLTN itu berasal dari jenis PWR. Kalau dirinci lebih lanjut populasi PLTN di dunia sampai tahun 2005 dapat dilihat dalam Tabel 1 [4] : Gambar 1. Komposisi PLTN di Dunia tahun [4] Tabel 1. PLTN dan Tipenya Yang Beroperasi di Dunia Sampai Tahun (4) Tipe Reaktor Negara Utama Jumlah GWe Bahan Bakar Pendingin Moderator Pressurised Water Reactor (PWR) US, Perancis, Jepang, Rusia UO 2 diperkaya air air Boiling Water Reactor (BWR) US, Jepang,Swedia UO 2 diperkaya air air Gas-cooled Reactor (Magnox & AGR) UK U alam (metal), UO 2 diperkaya CO 2 grafit Pressurised Heavy Water Reactor 'CANDU' (PHWR) Kanada UO 2 alam Air berat Air berat Light Water Graphite Reactor (RBMK) Rusia UO 2 diperkaya air grafit Fast Neutron Reactor (FBR) Jepang, Perancis, Rusia 4 1 PuO 2 and UO 2 Cairan Na - TOTAL

4 Bambang Galung Susanto ISSN Bahan-Bakar nuklir biasanya dimuatkan secara catu bergiliran terdiri dari 1/n jumlah rakitan dalam teras (fraksi catu). Biasanya harganya n diantara 3 tau 4. Untuk penghitungan keperluan bahan bakar uranium maka akan diambil n = 3, untuk penentuan kapasitas optimum terpilih. Bila n = 3. Maka pemuatan kembali bahan bakar mengikuti pola sbb (hanya digambarkan untuk 3 (tiga siklus) ditunjukkan pada Gambar 2. Bila diambil referensi PLTN jenis PWR kapasitas 1000 MW (ada 200 berkas elemen bakar dalam teras) dan diambil n (siklus) = 3, serta panjang siklus 18 bulan maka ada pergantian elemen bakar baru sebanyak 1/3 teras atau sebanyak 1/3 jumlah uranium yang ada dalam teras yang setara dengan 66 rakitan elemen bakar. Parameter nilai Bakar (Burn-up) dan persen pengayaan uranium yang akan dipakai dalam PLTN juga ikut menentukan kapasitas produksi dari pabrik EBN yang akan dibangun. a. Hubungan antara jumlah uranium (dalam ton) per siklus dengan nilai bakar (burn-up) dapat dinyatakan dengan persaman sbb: 6 1,49 10 P = ton uranium (1) Bd Dengan : P = jumlah uranium yang diperlukan tiap siklus ( ton), Bd = keluaran nilai bakar (discharge burn-up), MWD (th)/ton uranium b. Hubungan antara Bd dan persen pengayaan uranium dpt dihitung melalui persamaan korelasi (thesis doctorl Zhiwen Xu s 2003) yang berlaku untuk pengayaan sampai 20% [1] : n + 1 Xp = 0, ,11508 Bd n 2 n , Bd n (2) dengan : Xp = persen pengayaan uranium (antara 3 sampai 20 %), Bd = keluaran nilai bakar (discharge burn-up) dari bahan bakar MWD/ton, n = fraksi catu ( siklus). Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) yang diuraikan diatas akan diperoleh hubungan antara Bd, pengayaan uranium, dan jumlah total uranium yang diperlukan per siklus seperti yang di tunjukkan dalam Tabel (2). Bila Bd semakin besar maka kebutuhan uranium pertahun semakin kecil. Gambar 2. Pola pemuatan kembali bahan bakar. Tabel 2. Hubungan Nilai Bakar, Persen Pengayaan dan Jumlah Uranium Yang Diperkaya dalam satu siklus/catu Bahan Bakar (18 bulan). Nilai Bakar (Burn-Up) MWD/ton U Persen Pengayaan U235 Ton Uranium per Siklus (18 bulan) ,227 % ,651 % 37, % 33, ,51 % 29, ,953 % 27, ,398 % 24,83

5 314 ISSN Bambang Galung Susanto Kalau diasumsikan bahwa PLTN yang akan dibangun di Indonesia memakai skenario sebanyak 12 PLTN dengan kapasitas masing-masing 1000 MW, dan dengan Bd antara s/d MWD/ton U, maka perhitungan kapasitas pabrik dengan pertimbangan (1) sampai (3) diatas diperoleh keadaan sbb: Untuk Bd = MWD/ton U 1. Pengisian teras pertama kali untuk 1 PLTN = 42,57 3 ton U = ton U 2. Reloading bahan Bakar untuk 12 PLTN = (12/18) 42,57 ton U 12 = ton U/tahun. Untuk Bd = MWD/ton U 1. Pengisian teras pertama kali untuk 1 PLTN = 29,8 3 ton U = 89,4 ton U 2. Pemuatan kembali bahan bakar untuk 12 PLTN = (12/18) 29,8 ton 12 = ton U/tahun Dianggap setelah tahun 2016 satu persatu PLTN kapasitas 1000 MW dibangun dan pada tahun 2024 dan 2025 selesai dibangun 2 PLTN tiap tahun. Maka diperoleh perkiraan kebutuhan uranium yng diperlukan untuk membuat Elemen bakar tersebut seperti terlihat dalam Tabel 3 dan Tabel 4.( Untuk Bd MWD/ton U dan Bd MWD/ton U). Tahun Tabel 3. Jumlah Total Uranium diperkaya antara 3,227 % dan Bd = MWD/ton U (dalam Ton/tahun). Jumlah ton U dalam teras bahan bakar pertama kali Jumlah Bahan Bakar U untuk pengisian per 18 bulan Jumlah Bahan Bakar U untuk Pengisian Per tahun Jumlah Total ton U tiap tahun ,57 28, , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah kebutuhan Uranium sampai tahun 2025 untuk U diperkaya 3,227 % 539,22 ton/tahun Tahun Tabel 4. Jumlah Total Uranium diperkaya antara 4,51% dan Bd = MWD/ton U (dalam Ton/tahun). Jumlah ton U dalam teras bahan bakar pertama kali Jumlah Bahan Bakar U untuk pengisian per 18 bulan Jumlah Bahan Bakar U untukpengisian Per tahun Jumlah Total ton U tiap tahun , 4-89, ,4 29,8 19, ,4 2 29,8 2 19, ,4 3 29,8 3 19, ,4 4 29,8 4 19, ,4 5 29,8 5 19, ,4 6 29,8 6 19, ,4 7 29,8 7 19, ,4 8 29,8 8 19, , , , , , Jumlah kebutuhan Uranium sampai tahun 2025 untuk U diperkaya 4,51% 377,5 ton/tahun

6 Bambang Galung Susanto ISSN Untuk keperluan perhitungan pengembangan pasar ke depan kapasitas pabrik harus memberikan peluang untuk keperluan ekspor ke luar negeri. Disamping itu masih banyak PLTN baru jenis PWR yang sedang dalam tahap konstruksi ( Tabel 5) dan dalam tahap perencanaan (Tabel 6) yang akan memberikan prospek pemasaran dimasa yang akan datang. [5] Tabel 5: PLTN jenis PWR yang sedang dalam konstruksi. [5] RENCANA MULAI OPERASI ORGANISASI REAKTOR TIPE MWe (net) 2007 China, CNNC Tianwan 1 PWR *) China, CNNC Tianwan 2 PWR *) India, NPCIL Kudankulam 1 PWR *) Iran, AEOI Bushehr 1 PWR *) India, NPCIL Kudankulam 2 PWR *) Russia, Rosenergoatom Volgodonsk 2 PWR *) Jepang, Hokkaido Tomari 3 PWR *) Korea, KHNP Shin Kori 1 PWR *) China, Guangdong Lingao 3 PWR *) Rusia, Rosenergoatom Severodvinsk PWR x 2 *) Finland, TVO Olkiluoto 3 PWR *) Rusia, Rosenergoatom Kalinin 4 PWR *) China, CNNC Qinshan 6 PWR *) Korea, KHNP Shin Wolsong 1 PWR *) China, Guangdong Lingao 4 PWR *) Pakistan, PAEC Chashma 2 PWR *) China, CNNC Qinshan 7 PWR *) Korea, KHNP Shin Wolsong 2 PWR *) Korea, KHNP Shin Kori 2 PWR *) France, EdF Flamanville 3 PWR *) Jepang, Chugoku Shimane 3 PWR *) Rusia, Rosenergoatom Leningrad 5 PWR *) China, CNNC Sanmen 1 & 2 PWR *) 1100 masing China, Guangdong Yangjiang 1 & 2 PWR *) 1100/1600 masing Russia, Rosenergoatom Leningrad 6 PWR *) Russia, Rosenergoatom Novovoronezh 6 PWR *) Korea, KHNP Shin Kori 3 & 4 PWR *) 1350 masing China, CNNC Hongyanhe 1 & 2 PWR *) 1080 masing 2 *) Ada 29 PLTN tipe PWR akan beroperasi

7 316 ISSN Bambang Galung Susanto Tabel 6. PLTN jenis PWR yang sedang dalam tahap perencanaan atau di pesan. [5] Rencana Mulai Operasi Mulai Konstruksi Organisasi Reaktor Tipe MWe (Masing 2 ) Japan, Tepco Fuikishima I - 7 & 8 PWR Bulgaria, NEK Belene 1 & 2 PWR Japan, JAPC Tsuruga 3 & 4 APWR S Korea, KHNP Shin-Ulchin 1 & 2 APR Slovenia, NEK Krsko 2 PWR 1000 Oleh karena itu untuk keperluan perhitungan kapasitas produksi bahwa antara 25 % sampai 60 % dari kapasitas pabrik yang akan dibangun bisa dicadangkan untuk keperluan ekspor. Khususnya bila negara di kawasan ASEAN seperti Vietnam juga mulai dengan program energi nuklir. Dari pengalaman beberapa negara yang membangun pabrik elemen bakar untuk jenis LWR atau PWR di dunia terdapat kecendrungan bahwa kapasitas pabrik yang dibangun ada diantara 100 ton U/tahun s/d 1150 ton U/tahun. Dari populasi tersebut kapasitas pabrik kebanyakan ada diantara 300 Ton U s/d 1150 ton U/tahun (lihat Tabel 7). [2] Tabel 7. Pabrik elemen bakar tipe LWR/PWR komersial saat ini. [2] NEGARA TEMPAT OPERATOR TIPE FUEL KAPASITAS TON U/TAHUN OPERASI PERTAMA KALI BELGIA Dessel FBFC LWR Brazil Resende INB LWR China Yibin CNNC LWR Perancis Romans FBFC LWR Jerman Lingen Advance Nuclear Fuel GmbH LWR India Hyderabad DAE UO2 pellet Jepang Tokai Mura Kumatori-machi MNF NFI PWR PWR Korea Yusung KNFC PWR Federasi Rusia Elektrostal Mashino Stroitelny UO2 pellet Spanyol Jusbado Enusa LWR Swedia Vasteras ABB LWR Inggeris Springfields BNFL LWR USA Hematite Columbia Lynchburg Richland ABB-CE Westinghouse FC Fuels Frameatome ANP, Inc LWR PWR PWR LWR

8 Bambang Galung Susanto ISSN Bila kapasitas untuk keperluan ekspor disediakan 60 % maka kapasitas PEBN terhitung menjadi: Kapasitas terhitung (Assumsi Bd = MWD/ ton U) = 377,5ton U 1,60 /tahun = ton U/tahun Dibulatkan = 603 ton/tahun Dalam bentuk UO 2 = 270/ ton UO 2 /tahun = 684,075 ton UO 2 /tahun Kalau dianggap kehilangan UO 2 dan karena reject selama proses fabrikasi adalah 3,5 %, maka kebutuhan bahan baku UO 2 diperkaya untuk fabrikasi : Kebutuhan UO 2 diperkaya 4,51 % = 684,075 ton UO 2 / 0,965 = 708,88 ton UO 2 /tahun. Dibulatkan = 710 ton UO 2 /tahun. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa: KAPA- SITAS UNTUK PABRIK Elemen Bakar Nuklir (Konversi dan Fabrikasi) adalah masing-masing: 710 ton UO 2 /tahun. Kapasitas Pabrik sebesar 710 ton UO 2 /tahun dapat mengatasi perubahan nilai bakar dan nilai pengkayaan yang lebih rendah (Bd MWD/ton U, dan pengkayaan 3,227 %), karena ada kelonggaran kapasitas, namun untuk keperluan ekspor akan turun. KESIMPULAN Dari hasil perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan diatas diperoleh kesimpulan bahwa sbb: 1. Dengan assumsi akan dibangun PLTN sebanyak 12 PLTN dan kapasitas masing-masing 1000 MW, diperoleh kapasitas pabrik elemen bakar nuklir untuk memasok keperluan elemen bakar sebesar 710 ton UO 2/ tahun. 2. Optimasi kapasitas produksi yang ditetapkan sebesar 710 ton UO 2 /tahun telah mempertimbangkan beberapa aspek dari PLTN yang akan dibangun nanti. Aspek tersebut antara lain, tipe elemen bakar PWR, jumlah siklus (n) adalah 3, panjang siklus 18 bulan, nilai bakar (Bd) sam pai MWD/ton U, persen pengayaan uranium yang akan dipakai dalam PLTN (3,27% sampai 4,51%), pengembangan pasar ekspor ke depan serta kecenderungan kapasitas produksi yang dipilih oleh negara-negara maju yang telah mempunyai pabrik elemen bakar nuklir tipe PWR. DAFTAR PUSTAKA 1. ANONYM, Nuclear Energi Economics Policy Analysis 2004, The Economics of the Nuclear Fuel Cycle, Once Through Fuel Cycle. 2. ANOMYM, Nulcear Energi Agency, Trends in The Nuclear Fuel Cycle, Economic, Environmental, and Social Aspects, Organization For Economic Co-Operation and Development. 3. ANONYM, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2005, Tentang Kebijakan Energi Nasional, Jakarta 25 Januari ANONYM, World Nuclear Association, Information and Issue Brief, Nuclear Power Reactor, October 2005, 5. ANONYM, World Nuclear Association, Information and Issue Brief, Plans For New Reactors Worldwide, February 2007, 6. ANONYM, Blue Print Pengelolaan Energi Nasional , 7. PERDANAHARI.,E., Dr., Energi Policy and Electric Power Regulation, Towards the Introduction of First NPP into Indonesia, Seminar on Nuclear Power for Public Information, Jakarta 23 February SUHARTO IMAM, Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta 1995.

EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR)

EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR) EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR) Mochammad Ahied Program Studi Pendidikan IPA, Universitas Trunojoyo Madura

Lebih terperinci

INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA

INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA RINGKASAN Seiring dengan perubahan perencanaan pembangunan PLTN baru dan liberalisasi pasar pembangkit listrik di dunia, kecenderungan penggabungan industri-industri

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan dalam

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan (Era Renaisans Energi Nuklir Dunia dan Energi Nuklir Indonesia)

Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan (Era Renaisans Energi Nuklir Dunia dan Energi Nuklir Indonesia) UTAMA INOVASI Vol.5/XVII/November 2005 Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan (Era Renaisans Energi Nuklir dan Energi Nuklir Indonesia) Sidik Permana Research Laboratory for Nuclear Reactors, Tokyo

Lebih terperinci

ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN

ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ROADMAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR KAPASITAS 710 TON/fAHUN Agus Sartono DS, Bambang Galung S ABSTRAK ROAD MAP PENDIRIAN PABRIK BAHAN

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui

Lebih terperinci

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr. Hari, Tanggal: Minggu, 21 Oktober 2012 Hal/Kol : http://zonapencarian.blogspot.com/2012/10/10- negara-yang-punya-reaktor-nuklir.html Sumber: WWW.ZONAPENCARIAN.BLOGSPOT.COM 10 Negara yang Punya Reaktor

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

Pengalaman membangun berbagai industri di Indonesia & pengamatan pembangunan PLTN di negara berkembang

Pengalaman membangun berbagai industri di Indonesia & pengamatan pembangunan PLTN di negara berkembang Pengalaman membangun berbagai industri di Indonesia & pengamatan pembangunan PLTN di negara berkembang Sebuah masukan untuk rencana pembangunan PLTN di Indonesia Triharyo Soesilo Pertemuan Komisi Ahli

Lebih terperinci

Definisi PLTN. Komponen PLTN

Definisi PLTN. Komponen PLTN Definisi PLTN PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG SIKLUS OPERASI TERHADAP ONGKOS BAHAN BAKAR SUATU PLTN

PENGARUH PANJANG SIKLUS OPERASI TERHADAP ONGKOS BAHAN BAKAR SUATU PLTN Prosiding Pesentasi llmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II PEBNBATAN Jakarta, 1920 Nopember 1996 ID0100134 ISSN 14101998 PENGARUH PANJANG SIKLUS OPERASI TERHADAP ONGKOS BAHAN BAKAR SUATU PLTN Bambang Herutomo

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

SKRIPSI UPAYA PEMERINTAH JEPANG DALAM PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI PASCA BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI 2011

SKRIPSI UPAYA PEMERINTAH JEPANG DALAM PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI PASCA BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI 2011 SKRIPSI UPAYA PEMERINTAH JEPANG DALAM PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI PASCA BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI 2011 Japanese Government Effort to Overcome Energy Crisis after Earthquake and Tsunami Disaster 2011 Disusun

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN

PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN Perhitungan Faktor Emisi CO2 PLTU Batubara dan PLTN (Rizki Firmansyah Setya Budi dan Suparman) PERHITUNGAN FAKTOR EMISI CO2 PLTU BATUBARA DAN PLTN Rizki Firmansyah Setya Budi, Suparman Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY Dalam rangka untuk mengatasi adanya kekurangan energi yang terjadi di dalam negri saat ini, maka banyak penelitian

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR 1 DESKRIPSI RISET I (Daur Ulang Secara Langsung Limbah Nuklir dengan Metode SUPEL Menuju Zero Release Waste) 1.1 Deskripsi singkat Kebutuhan energi global yang terus meningkat menjadi salah satu pendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 SUMBER DATA a. KANADA (Bruce Doern, 2009) Kanada merupakan salah satu negara pengguna energi nuklir sebagai salah satu pasokan listrik di negara ini selain energi fosil. Kanada

Lebih terperinci

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Menopang Kebutuhan Eenergi Listrik Nasional

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Menopang Kebutuhan Eenergi Listrik Nasional Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Menopang Kebutuhan Eenergi Listrik Nasional Tjipta Suhaemi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jl. Tanah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Beberapa peranan strategis energi antara lain sumber penerimaan negara, bahan bakar dan bahan baku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O) OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O) Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh :

Lebih terperinci

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) Bab 2 Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Prinsip kerja dari pembangkit listrik tenaga nuklir secara umum tidak berbeda dengan pembangkit listrik

Lebih terperinci

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate

Lebih terperinci

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DAN JENIS-JENIS REAKTOR PLTN (Yopiter L.A.Titi, NRP:1114201016, PascaSarjana Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November (ITS Surabaya) 1. Pendahuluan Nuklir

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Aplikasi Reaktor Nuklir PRSG Tahun 2012 ISBN 978-979-17109-7-8 PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL Mochamad Imron,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Laju konsumsi energi dunia terus mengalami kenaikan. Laju konsumsi energi primer (pemanfaatan sumber daya energi) total dunia pada tahun 2004 kurang lebih 15 TW sebesar

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KONSEP PENANGANAN AKTINIDA MINOR DALAM LIMBAH PLTN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ADS

ANALISIS DAN KONSEP PENANGANAN AKTINIDA MINOR DALAM LIMBAH PLTN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ADS ISSN 1410-6957 ANALISIS DAN KONSEP PENANGANAN AKTINIDA MINOR DALAM LIMBAH PLTN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ADS Silakhuddin Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan nasional mutlak dimiliki setiap negara yang berdaulat. Salah satu faktor penentu pencapaian ketahanan nasional adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 ) Riska*, Dian Fitriyani, Feriska Handayani Irka Jurusan Fisika Universitas Andalas *riska_fya@yahoo.com

Lebih terperinci

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No.01, Januari Tahun 2016 Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

Lebih terperinci

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM 3.1. Siklus Bahan Bakar Nuklir Siklus bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle) adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pemanfaatan

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. AFRI YAHDI : 2013110067 2. M.RAZIF : 2013110071 3. SYAFA RIDHO ILHAM : 2013110073 4. IKMARIO : 2013110079 5. CAKSONO WIDOYONO : 2014110003

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar diseluruh kepulauan Indonesia. Jumlah sumber daya mineral yang merupakan

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh NAUSA NUGRAHA SP. 04 02 02 0471 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2 Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati ABSTRAK PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Elemen bakar merupakan salah

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA

PROSPEK PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA PROSPEK PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA GREEN DEVELOPMENT SEMINAR GREEN MINDSET TOWARD SUSTAINABLE DEVELOPMENT Wisma Makara UI, Rawannya persediaan b.b, Gatra. Edisi 19-25 April 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Memperoleh energi yang terjangkau untuk rumah tangga dan industri adalah aktivitas utama pada masa ini dimana fisi nuklir memainkan peran yang sangat penting. Para

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak

Lebih terperinci

STUDI UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE APR 1400

STUDI UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE APR 1400 STUDI UNJUK KERJA SISTEM PROTEKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE APR 1400 Nafi Feridian, Sriyana Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta

Lebih terperinci

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI Oleh : A. Edy Hermantoro Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas disampaikan pada : DISKUSI EVALUASI BLUE PRINT ENERGI NASIONAL PETROGAS DAYS 2010 Jakarta, 11

Lebih terperinci

STUDI OPSI DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR BERBASIS REAKTOR PWR DAN CANDU

STUDI OPSI DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR BERBASIS REAKTOR PWR DAN CANDU STUDI OPSI DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR BERBASIS REAKTOR PWR DAN CANDU Djati H. Salimy, Ida N. Finahari Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta 12710 Telp/Fax:

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA Hari Suharyono ABSTRACT Power generation in Indonesia relies on coal and refined products, more than 60%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik adalah energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. listrik menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Sumber energi yang digunakan untuk pembangkitan listrik perlu diperhatikan

BAB I 1 PENDAHULUAN. listrik menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Sumber energi yang digunakan untuk pembangkitan listrik perlu diperhatikan BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Banyak sekali masyarakat yang bergantung pada tenaga listrik dalam

Lebih terperinci

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar Oleh : Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kalimantan Barat Pada Acara Seminar dan Workshop MKI Wilayah Kalimantan Barat 2013 Pontianak. 13 Maret

Lebih terperinci

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR)

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR) REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR) RINGKASAN Dalam PLTN tipe Reaktor Air Tekan, air ringan digunakan sebagai pendingin dan medium pelambat neutron (moderator neutron). Teras reaktor diletakkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Telah dilakukan

Lebih terperinci

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan Bacharuddin Jusuf Habibie Jakarta, 3 Februari 2010 Kebutuhan Energi Kelistrikan Indonesia di masa depan Data dan Proyeksi (2000-2050) Penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat

BAB I PENDAHULUAN. Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi saat ini merupakan kunci semua kegiatan dalam peradaban umat manusia. Sebagian besar konflik yang terjadi di dunia disebabkan oleh kebutuhan energi dan perebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN. Mochamad Nasrullah, Suparman PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK NUKLIR DAN FOSIL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ASPEK LINGKUNGAN ABSTRAK Mochamad Nasrullah, Suparman Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari BPPT (2013) dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS KECELAKAAN PEMBANGUNAN PLTN DAN KRISIS ENERGI LISTRIK KALIMANTAN BARAT

ANALISIS KECELAKAAN PEMBANGUNAN PLTN DAN KRISIS ENERGI LISTRIK KALIMANTAN BARAT ANALISIS KECELAKAAN PEMBANGUNAN PLTN DAN KRISIS ENERGI LISTRIK KALIMANTAN BARAT Rachmat Sahputra Jurusan PMIPA FKIP UNTAN Email korespondensi : rahmat_ui@yahoo.com ; rachmat.sahputra@fkip.untan.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan)

PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan) PROSPEK EKONOMI WOOD PELLET (Untuk Bisnis Energi Terbarukan) Rachman E., Tati R. dan Sofwan B. April 2014 BADAN LITBANG KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Rp.2,240,000 16.087.000 IDR/ha (4 thn) KB 8,000 USD/ha

Lebih terperinci

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Reaktor Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA Gandhi Kurnia Hudaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Gandhi.kurnia@tekmira.esdm.go.id

Lebih terperinci

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI Lilis Windaryati, Ngatijo dan Agus Sartono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DUPIC SEBAGAI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

TEKNOLOGI DUPIC SEBAGAI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR TEKNOLOGI DUPIC SEBAGAI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR Erlan Dewita, Djati H Salimy Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan Jakarta12710 Telp/Fax:

Lebih terperinci

PE GELOLAA BAHA BAKAR UKLIR BEKAS DARI REAKTOR PEMBA GKIT LISTRIK TE AGA UKLIR

PE GELOLAA BAHA BAKAR UKLIR BEKAS DARI REAKTOR PEMBA GKIT LISTRIK TE AGA UKLIR PE GELOLAA BAHA BAKAR UKLIR BEKAS DARI REAKTOR PEMBA GKIT LISTRIK TE AGA UKLIR Wati, urokhim Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK PE GELOLAA BAHA BAKAR UKLIR BEKAS DARI REAKTOR PEMBA GKIT LISTRIK

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.tpn.01 STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM Ridha Mayanti 1,a), Menik Ariani 2,b), Fiber Monado 2,c)

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi energi listrik dunia dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam hal ini industri memegang peranan penting dalam kenaikan konsumsi listrik dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia Otonomi Energi Salah satu masalah yang paling besar di dunia saat ini adalah energi atau lebih tepatnya krisis energi. Seluruh bagian dunia ini tidak dapat mengingkari bahwa berbagai persediaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah suatu pembangkit listrik dimana energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang memanfaatkan

Lebih terperinci

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN POTENTIAL OF THORIUM AS FUEL AT GAS COOLED FAST REACTOR FOR NUCLEAR POWER PLANT Menik Ariani 1 *, Supardi 1, Fiber Monado

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan energi paling cocok dan nyaman bagi rumah tangga dan berbagai bidang industri karena selain energi llistrik itu tidak menimmbulkan bising energi listrik

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA DAN KIMIA DASAR 2B DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN LEDAKAN REAKTOR NUKLIR FUKUSHIMA

MAKALAH FISIKA DAN KIMIA DASAR 2B DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN LEDAKAN REAKTOR NUKLIR FUKUSHIMA MAKALAH FISIKA DAN KIMIA DASAR 2B DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN LEDAKAN REAKTOR NUKLIR FUKUSHIMA Anggota Kelompok: Pratama Arief Ramadhan (55415378) Danando Syah Putra (51415559) Kelas 1IA07 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara)

CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara) CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara) Pengembangan Energi di Dunia 1. BBM berbasis minyak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PengembanganSistem Kelistrikan Dalam Menunjang Pembangunan Nasional Jangka Panjang Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. batubara menjadi semakin meningkat. Hal ini terjadi karena batubara merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama dekade terakhir, industri pertambangan batubara menjadi primadona di bidang industri pertambangan. Sejalan dengan terjadinya peningkatan kebutuhan energi

Lebih terperinci

KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA

KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA Kriteria Penerimaan Untuk Kecelakaan ISSN : 0854-2910 Budi Rohman P2STPIBN-BAPETEN KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

MASA DEPAN ENERGI NUKLIR

MASA DEPAN ENERGI NUKLIR MASA DEPAN ENERGI NUKLIR Dua puluh dua dari 31 PLTN baru yang siap disambungkan ke jala-jala listrik Dunia telah dibangun di Asia, yang digerakkan oleh pertumbuhan ekonomi, kelangkaan sumber daya alam

Lebih terperinci