IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 3.3.6 Pembuatan Humidifier Sistem kerja humidifier pada chamber A dan B yakni dengan menggunakan kain dengan daya kapilaritas tinggi untuk menyerap air dari tray yang diletakkan di bawah kain tersebut. Berdasarkan fitur-fitur tersebut, growth chamber ini dapat mensimulasikan berbagai kondisi lingkungan untuk berbagai tipe tanaman, seperti tanaman tropis dan subtropis. Growth chamber ini juga dapat membandingkan pertumbuhan tanaman berdasarkan perlakuan suhu dan intensitas penyinaran. Gambar 18 Desain humidifier. Keterangan gambar: 1. Kayu penyangga 2. Kain penyerap air 3. Wadah air Gambar 19 Skema sistem kerja humidifier. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Growth Chamber Growth chamber yang dibuat pada penelitian ini memiliki beberapa fitur sebagai berikut: a) Mengatur intensitas radiasi penyinaran. b) Mengatur durasi penyinaran. c) Mengatur suhu. Gambar 20 Growth Chamber. 4.2 Sensor Nilai kelembaban dan suhu udara dalam masing-masing growth chamber dapat diukur dengan menggunakan sensor RH dan suhu yang ditempatkan di dalam chamber. Nilai kelembaban dan suhu udara dapat dilihat secara langsung pada layar dari sensor tersebut. Pada pengukuran secara manual dalam growth chamber ini, digunakan sensor RH dari Omega tipe HHM-25. Sensor ini cukup sensitif dalam mendeteksi kelembaban udara, sehingga hanya diperlukan waktu sebentar saja untuk mengetahui kelembaban udara di dalam chamber. Sedangkan untuk sensor suhu dapat menggunakan sensor suhu termokopel Omega HHM25-TC. Sensor suhu dan kelembaban udara dari Omega ini hanya digunakan untuk keperluan kalibrasi. Namun untuk memantau kondisi suhu dan kelembaban udara dalam chamber pada saat penelitian berlangsung, cukup menggunakan sensor suhu dan kelembaban udara yang telah disediakan di dalam chamber sehingga pengamat dapat melihat nilai suhu dan kelembaban udara yang telah tertera pada layar sensor tanpa harus membuka pintu chamber. Sensor quantum digunakan untuk melihat jumlah quanta yang diserap oleh tanaman pada temperatur cahaya tertentu untuk melihat efisiensi fotosintesis di bawah 14

2 pengaruh cahaya lampu yang tengah digunakan. Berdasarkan nilai quanta tersebut, maka dapat ditentukan berapa filter yang harus dipakai untuk menyesuaikan pancaran radiasi dari lampu terhadap tanaman. Jumlah quanta yang dapat terserap oleh tanaman juga dipengaruhi oleh luas sudut datang cahaya dari sumber cahaya yang digunakan. Hal ini menyebabkan cahaya tidak tersebar secara merata di seluruh chamber sehingga intensitas cahaya akan lebih besar diterima oleh tanaman yang diletakkan di tengah chamber. Namun, pada penelitian ini, sensor quantum yang tersedia tidak dapat digunakan akibat kendala teknis yang terjadi pada alat. Oleh karena itu, intensitas cahaya pada chamber diukur dengan menggunakan lightmeter untuk mengetahui profil sebaran intensitas cahaya dari kedua desain konfigurasi lampu yang berbeda pada growth chamber ini. Lightmeter yang digunakan menampilkan nilai intensitas cahaya dalam satuan lux, dan kemudian dapat dihitung jumlah cahaya yang dapat diserap oleh tanaman dengan menggunakan konversi dan perhitungan tertentu. 4.3 Prinsip Kerja Growth Chamber Sistem kerja dari growth chamber ini yakni sebagai berikut: 1. Pada saat growth chamber aktif, maka terdapat dua perlakuan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, yakni modifikasi suhu dan modifikasi intensitas penyinaran. 2. Termostat suhu rendah atau tinggi diaktifkan dengan menyambungkan rangkaian tersebut ke sumber listrik sesuai dengan perlakuan yang ingin diberikan pada tanaman. 3. Perlakuan suhu rendah dapat diatur dari 17 C hingga 30 C. Pada saat uji coba alat, suhu diatur pada nilai 18 C. Ketika suhu yang terbaca oleh sensor di dalam chamber bernilai lebih dari 18 C, maka rangkaian termostat akan secara otomatis menyalakan AC dan ketika suhu pada chamber telah mencapai nilai kurang dari 18 C, sistem termostat akan mematikan AC. 4. Pada perlakuan suhu tinggi, suhu yang diatur pada saat uji coba alat, yakni 34 C. Ketika suhu yang terbaca oleh sensor lebih rendah dari 34 C, maka heater akan menyala secara otomatis dan ketika suhu pada chamber tersebut telah meningkat hingga berada pada kisaran nilai 34 C, maka sistem thermostat akan mematikan heater tersebut. Kisaran suhu panas dapat diatur sesuai kebutuhan dari 30 C hingga 50 C. 5. Pada perlakuan intensitas penyinaran, digunakan timer yang pengaturanny dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman maupun pengguna. Timer tersebut dapat menyimpan hingga delapan pengaturan waktu yang berbeda di mana pengaturan tersebut dapat menentukan kapan arus listrik terputus ataupun terhubung untuk menyalakan dan mematikan lampu secara otomatis. Pada penelitian ini, timer dikonfigurasi untuk tersambung dengan arus listrik pada pukul dan memutuskan arus listrik pada pukul Intensitas penyinaran rendah menggunakan 4 buah lampu tabung fluorescent atau cukup menyalakan 1 saklar pada chamber di mana lampu tersebut dihubungkan dengan timer sehingga keempat lampu tersebut akan menyala dan mati secara otomatis pada waktu yang telah ditentukan. 7. Jika intensitas penyinaran tersebut masih berlebih, maka dapat digunakan beberapa lapisan pemadam sesuai kebutuhan. Sebalikanya jika intensitas penyinaran pada ketiga chamber tersebut kurang tinggi, maka dapat digunakan reflektor untuk memantulkan cahaya lampu. 8. Intensitas penyinaran tinggi menggunakan 16 buah lampu tabung fluorescent atau menyalakan 4 saklar pada chamber di mana lampu tersebut juga terhubung dengan timer sehingga lampu-lampu tersebut akan menyala dan mati secara otomatis pada waktu yang telah ditentukan. 9. Jika intensitas penyinaran dari 16 lampu tersebut terlalu tinggi, maka dapat dimatikan beberapa saklar sesuai kebutuhan atau menggunakan beberapa lapisan pemadam. 4.4 Sistem Kontrol Cahaya Warna lampu yang digunakan pada growth chamber ini memiliki temperatur warna 6500K untuk daylight dan 2700K untuk warm white. Lampu jenis daylight mengeluarkan warna putih kebiruan di mana warna tersebut sangat cocok untuk menjaga laju pertumbuhan tanaman, sedangkan lampu jenis warm white memiliki warna kuning kemerahan yang cocok untuk pertumbuhan vegetatif dan pembungaan. Kombinasi antara lampu fluorescent jenis daylight dan warm white ditujukan untuk mendapatkan spektrum 15

3 radiasi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kebutuhan tanaman akan radiasi yang diserap dapat diketahui dengan menghitung total lumens yang dipancarkan oleh lampu sesuai dari besar daya lampu tersebut. Setiap jenis lampu memancarkan jumlah lumens yang berbeda. Untuk jenis lampu fluorescent, lumens yang dipancarkan berkisar antara 60 hingga 70 lumens per watt. Tanaman dapat tumbuh dengan optimal pada pancaran radiasi sebesar 3000 lm/ft2 untuk tanaman kecil, sedangkan tanaman yang berukuran sedang membutuhkan radiasi sebesar 7000 hingga lm/ft2. Intensitas penyinaran pada growth chamber ini dikonfigurasi pada dua tingkat penyinaran yang berbeda di mana secara garis besar kebutuhan minimum tanaman sebesar dan mencapai tingkat 150 µmol.m-2s-1 penyerapan photon maksimum pada kisaran 700 µmol.m-2s-1. Lampu fluorescent dapat memancarkan lumens hingga 60 lm/watt. Namun perhitungan lumens yang dapat diterima oleh tanaman tidak selalu akurat akibat dari pengaruh jarak antara tanaman dan sumber radiasi. Semakin jauh jarak tanaman dari sumber radiasinya, maka semakin berkurang jumlah lumens yang dapat diterima oleh tanaman tersebut. Jenis lampu yang dipakai adalah lampu tabung fluorescent ukuran T5 dengan daya 14 watt. Fikstur lampu ini sesuai untuk ukuran chamber yang cukup kecil. Selain dari lampu tabung fluorescent, dapat juga dipakai CFL atau Compact Fluorescent Lamps, namun lampu jenis ini cenderung mengeluarkan radiasi panas yang lebih besar daripada lampu tabung. Jika tanaman berada terlalu dekat dengan CFL, maka tanaman akan terbakar oleh panas dari lampu tersebut. Berbeda dengan lampu tabung yang lebih aman jika didekatkan pada tanaman. Berada lebih dekat dengan sumber penyinaran berarti mendapatkan jumlah photon yang lebih tinggi, di mana nilai photon yang diserap oleh tanaman dapat bertambah seiring dengan meningkatnya nilai lumens yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Berdasarkan kebutuhan daya yang telah disesuaikan dengan luasan chamber pada penelitian ini (0.29 m2), digunakan lampu fluorescent 14w sebanyak 16 tabung pada chamber A. Sementara itu pada chamber B hanya perlu dinyalakan lampu fluorescent 14w sebanyak 4 tabung. Namun, karena adanya keterbatasan ukuran lemari yang tersedia, maka pada kedua chamber hanya dipasang 16 lampu fluorescent yang terhubung ke set saklar di luar chamber untuk menyalakan jumlah lampu yang dibutuhkan. Gambar 21 Konstruksi lampu pada growth chamber. Idealnya, untuk mendapatkan total lumens yang lebih besar, maka diperlukan pemasangan lampu dengan jarak yang lebih dekat dengan tanaman, namun pada growth chamber ini, ketinggian lampu tidak dapat dimodifikasi, melainkan terpasang secara permanen di sisi atas chamber. Walaupun demikian, jarak tanaman terhadap lampu dapat dimodifikasi melalui ketinggian rak tanaman yang digunakan. Alternatif lain untuk meningkatkan intensitas radiasi dari lampu adalah dengan menggunakan reflektor. Kekuatan lumens yang dipancarkan oleh lampu fluorescent dapat ditingkatkan dengan cara memasang reflektor yang terbuat dari kertas perak pada dinding chamber. Hal ini dimaksudkan agar sinar dari lampu dapat direfleksikan dengan baik sehingga dapat meningkatkan lumen yang sampai pada tanaman. Reflektor juga dapat dipasang pada pintu chamber untuk membantu merefleksikan sinar dari lampu serta untuk menghalangi pengaruh cahaya dari luar chamber. Modifikasi intensitas radiasi penyinaran juga dapat dilakukan dengan memasang filter sesuai dengan kebutuhan tanaman atau penelitian. Filter yang terbuat dari laminasi kain kasa ini dapat mengurangi intensitas sinar hingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Semakin banyak lembar filter yang dipakai, maka sinar dari lampu akan tersaring lebih banyak sehingga kondisi chamber akan menjadi lebih redup. Hal ini dapat dianalogikan sebagai penutupan oleh kanopi yang dapat menyaring sinar matahari di mana pada lapisan di bawah kanopi terdapat tanaman yang hanya memerlukan sedikit cahaya untuk tumbuh. 16

4 Intensitas radiasi maksimum yang sampai pada tanaman yakni sebesar lux atau µmol.m -2 s -1 pada jarak sejauh 4 cm dari lampu. Nilai intensitas tersebut sebenarnya cukup jauh dari yang diharapkan pada penelitian ini, di mana untuk mendapatkan intensitas pencahayaan tinggi sebesar 700 µmol.m -2 s -1 dibutuhkan lampu yang lebih banyak atau lampu dengan watt yang lebih tinggi. Lampu dengan watt yang lebih tinggi cenderung memiliki ukuran yang lebih besar dengan radiasi panas yang lebih tinggi pula, sehingga memerlukan pemasangan kipas ventilasi yang lebih baik lagi untuk membuang udara panas dari lampu tersebut. Gambar 22 Pemasangan lapisan pemadam penyinaran. Selain dari melakukan fotosintesis, tanaman juga memerlukan waktu untuk beristirahat, yaitu melakukan respirasi yang sebagian besar respirasi dilakukan pada malam hari atau dalam keadaan tanpa cahaya. Durasi yang dibutuhkan tanaman untuk berfotosintesis dan melakukan respirasi bergantung kepada karakteristik tanaman itu sendiri. Untuk menunjang durasi lama pencahayaan sesuai dengan panjang hari yang dibutuhkan oleh tanaman, digunakan saklar otomatis (timer) yang dapat diatur dalam berbagai kombinasi waktu dan hari untuk menyalakan ataupun mematikan lampu secara otomatis. 4.5 Sistem Kontrol Suhu Sistem kontrol suhu pada growth chamber ini menggunakan AC portable untuk mendinginkan udara dan hair dryer untuk menghangatkan udara. Kisaran pilihan suhu dapat diatur pada controller yang terdapat pada rangkaian termostat. Suhu minimum yang dapat diatur pada termostat adalah 30 C, sehingga pemanas pada chamber akan menyala ketika suhu chamber tersebut kurang dari 30 C dan pemanas akan berhenti ketika suhu chamber mencapai 30 C, begitu pula halnya pada derajat suhu panas sesuai yang diingnkan oleh pengamat, Pada penelitian ini, thermostat diatur pada suhu 34 C. Sementara itu untuk suhu rendah, pengaturan dilakukan melalui rangkaian pengontrol suhu yang telah tersambung dengan AC portable yang dapat diatur dengan menggunakan remote control. Kisaran suhu dingin yang dapat diatur pada growth chamber ini yaitu dari 17 C sampai dengan 30 C dalam kondisi lampu chamber dimatikan, dan 20 C sampai dengan 30 C jika lampu chamber dinyalakan. Suhu lingkungan di luar chamber dapat mempengaruhi suhu di dalam chamber walaupun tidak secara signifikan, sehingga suhu di dalam chamber dapat menjadi lebih rendah dari 17 C jika suhu di luar chamber relatif rendah. Pengatur suhu tinggi terdapat pada chamber A, sedangkan pengatur suhu dingin terletak pada chamber B. Pengatur suhu tinggi maupun rendah bekerja untuk kedua chamber. Namun jika dibutuhkan dua perlakuan suhu tinggi dan rendah, maka kedua termostat dapat dijalankan dengan menutup ventilasi udara dingin pada chamber A dan melepaskan steker listrik hair dryer pada chamber B dari soketnya. Kendala yang terjadi selama penelitian adalah ketika lampu fluorescent dipasang pada masing-masing chamber, maka suhu udara di dalam chamber meningkat cukup signifikan akibat panas yang diemisikan oleh lampu tersebut. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan membatasi antara ruang lampu dan ruang tanaman dengan sekat kaca, sehingga cahaya lampu tetap sampai pada tanaman akan tetapi panas dari lampu terisolasi dari ruang tanaman. Selain itu, untuk membuang udara panas dari lampu ke luar chamber, maka diperlukan pemasangan beberapa kipas ventilasi di sisi belakang chamber agar ventilasi udara dapat mengalir dengan baik. Kipas ventilasi tersebut berfungsi untuk menarik udara yang masuk dari lubang ventilasi di pintu chamber sehingga udara panas dari ruang lampu ikut terbuang ke luar chamber. Namun hal tersebut hanya berfungsi untuk mengurangi radiasi panas dari lampu ke ruang tanaman, bukan menghilangkan total radiasi panas tersebut. 17

5 perbedaan suhu pada chamber A dan B tidak begitu signifikan, yakni berkisar antara 1-2 C. Gambar 23 Konstruksi kaca pembatas pada growth chamber. Gambar 24 Sirkulasi udara pada ruang lampu. Keterangan gambar: 1. Ruang lampu 2. Ruang tanaman 3. Kipas ventilasi 4. Kaca pembatas 5. Aliran udara masuk 6. Aliran udara panas keluar Walaupun telah dipasang kaca pembatas untuk mengisolir udara panas, masih terdapat perbedaan suhu akibat radiasi panas dari lampu yang cukup berpengaruh untuk kasus kondisi suhu rendah pada chamber. Ketika tidak ada lampu yang menyala pada chamber, suhu di dalam masing-masing chamber dapat mencapai 16,7 C. Sedangkan jika seluruh lampu dinyalakan, maka suhu minimum yang dapat tercapai pada setiap chamber yakni 20.2 C, sehingga thermostat tidak dapat diatur untuk suhu di bawah 20.2 C jika penelitian memakai intensitas penyinaran tinggi pada chamber. Selain itu, jika peneliti menggunakan dua perlakuan intensitas cahaya, akan terdapat kondisi suhu yang berbeda dari kedua chamber tersebut. Chamber dengan intensitas cahaya tinggi cenderung memiliki suhu yang lebih tinggi pula dibanding chamber dengan intensitas rendah. Walaupun demikian, 4.6 Humidifier Berdasarkan Penn State (2004), jumlah air yang dibutuhkan oleh setiap tanaman berbeda sesuai dengan karakteristik tanaman serta kondisi lingkungan di sekitar tanaman. Tanaman yang relatif besar dengan daun yang lebar akan membutuhkan lebih banyak air dan perlu dikontrol lebih intensif dibandingkan dengan tanaman yang lebih kecil. Semakin lembab udara di dalam chamber, maka kebutuhan air oleh tanaman dapat berkurang. Begitu pula dengan media tanam yang digunakan di mana selain menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, masing-masing media tanam memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyimpan air. Pendinginan udara oleh AC portable ataupun pemanasan dengan menggunakan hair dryer cenderung menyebabkan udara di dalam chamber menjadi kering. Hembusan udara kering yang langsung melewati tanaman juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu sehingga diperlukan penghalang sehingga udara kering dari AC tersebut tidak langsung melewati tanaman. Humidifier sederhana terbuat dari kayu penyangga dengan kain tipis basah yang berfungsi untuk menyerap air dari wadah air di bawah kain tersebut dan menguapkannya sehingga distribusi kelembaban dalam chamber lebih terjaga sekaligus menghalangi hembusan udara kering dari AC sehingga udara yang melewati tanaman cenderung lebih lembab. Humidifier sederhana tidak dapat meningkatkan kelembaban udara dengan signifikan, sehingga dalam kasus tertentu, seperti udara yang sangat kering pada chamber, diperlukan humidifier yang dapat mendistribusikan uap air lebih intensif ke dalam chamber seperti humidifier jenis evaporative mist. Alternatif lain untuk mencegah kekeringan pada tanaman adalah dengan meningkatkan sistem drainase pada tanaman. Pada penelitian ini digunakan dua lapis pot di mana lapisan pot terluar digenangi dengan air agar suplai air ke media tanam lebih terjaga. 4.7 Tanaman Uji Coba Pembuatan alat untuk modifikasi iklim mikro membutuhkan perhitungan yang cukup detil untuk memberikan habitat yang sesuai bagi tanaman ataupun dalam memberikan perlakuan yang diinginkan 18

6 terhadap tanaman, sehingga tidak menutup kemungkinan apabila terdapat banyak faktor yang terjadi di luar perkiraan. Oleh karena itu, setelah konfigurasi perlakuan pada growth chamber disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, maka perlu dilakukan uji coba pada tanaman. Idealnya, dibutuhkan tiga periode percobaan untuk tiga jenis tanaman dengan karakteristik yang berbeda yakni tanaman yang toleran di suhu dingin, suhu tropis, dan suhu panas. Namun, untuk memberikan perbandingan dalam waktu yang singkat pada uji coba alat, maka hanya diuji pertumbuhan dari satu jenis tanaman pada masing-masing chamber dengan perlakuan suhu dingin. Tanaman yang diuji coba pada penelitian ini adalah tanaman selada atau Lactuca sativa. Selada merupakan tanaman sayur yang dapat ditanam sepanjang tahun. Benih selada akan tumbuh setelah 7 hingga 10 hari. Waktu panennya yakni hari dari waktu penanaman. Jika tanaman selada kekurangan suplai air, maka tanaman tersebut akan tumbuh kerdil. Lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan selada, menurut Andersen (1914), yakni pada media tanam jenis tanah liat yang lembab dengan ph 6.0 hingga 7.0, beriklim sejuk dan memiliki tingkat kelembaban udara yang cukup tinggi. Menurut Chiramongkolgarn (2006), tanah yang akan ditanami tanaman sayur sebaiknya mengandung 45% unsur hara, kemudian air dan udara masing-masing 25%, lalu unsur organic 5% dari volume keseluruhan. Namun pada penelitian ini, media tanam yang digunakan adalah kompos dan tanpa adanya suplai pupuk atau melihat pengaruh dari tingkat keasaman media tanam, sehingga pertumbuhan selada yang diamati hanya dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan intensitas penyinaran. Selada dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu udara dari 16 C hingga 18 C. Benih selada akan tumbuh dengan baik dengan suhu media tanam pada kisaran 4.4 C hingga 27 C. Jika suhu pada media tanam melebihi kisaran tersebut, maka benih selada tidak dapat tumbuh. Selain itu, jika selada ditanam pada suhu yang cukup tinggi, maka rasa selada akan menjadi pahit (PEI 2005). Pada penelitian ini, tunas selada mulai terlihat tumbuh pada hari ketiga. Pada hari keenam, mulai tampak perbedaan antara selada di chamber A (Gambar 26a) dengan selada di chamber B (Gambar 26b). Pertumbuhan selada di chamber A dengan intensitas cahaya tinggi cenderung pendek dan memiliki daun yang lebar. Akan tetapi sebaliknya, pada chamber B dengan intensitas cahaya yang rendah, pertumbuhan selada menjadi lebih tinggi dan ramping. Panjang batang dan lebar daun menjadi dua hal yang dapat terlihat dengan jelas perbedaannya dan semakin terlihat mencolok setelah minggu kedua dari waktu penanaman. Dokumentasi harian untuk sebagai perbandingan pertumbuhan tanaman di kedua chamber dapat dilihat pada lampiran no. 2, sedangkan data suhu dan kelembaban udara harian tercantum pada lampiran no. 3. (a) (b) Gambar 25 Perbandingan pertumbuhan tanaman selada pada (a) chamber A, dan (b) chamber B. 4.8 Rancangan Growth Chamber pada Penelitian Pertama Pada awal periode penelitian ini, yakni pada bulan Oktober 2010 hingga April 2011, telah dibuat rancangan awal growth chamber dengan sistem kerja yang sama. Akan tetapi growth chamber pada penelitian pertama tersebut gagal beroperasi dengan baik karena diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti emisi panas dari lampu yang sangat besar mempengaruhi suhu di dalam chamber sehingga termostat tidak dapat bekerja. Growth chamber pada penelitian pertama terbuat dari rak kayu dengan panjang 112 cm, lebar 45 cm dan tinggi 150 cm dan dilapisi oleh plastik mika tebal di sekelilingnya. Rak kayu tersebut dibagi menjadi 3 tingkat dan dibagi lagi menjadi dua ruangan simetris dengan menggunakan sekat Styrofoam, sehingga didapat 6 chamber dengan masing-masing chamber berukuran 55 x 45 x 50 cm. Keenam chamber tersebut yakni, chamber 1 (a dan b) untuk suhu dingin, chamber 2 (c dan d) untuk suhu ruangan, dan chamber 3 (e dan f) untuk suhu panas. Pintu chamber dibuat dari plastik mika dengan kait besi untuk mengunci pintu pada chamber tersebut. Berikut ilustrasi desain growth chamber yang direncanakan pada pada penelitian ini : 19

7 Gambar 26 Desain Growth Chamber pada penelitian pertama. Keterangan: 1. Chamber 1 2. Chamber 2 3. Chamber 3 4. AC Portable 5. Udara panas dari AC 6. Tudung plastik 7. Plastik mika 8. Kipas ventilasi dan sirkulasi udara 9. Sekat Styrofoam Pada chamber a, c, dan e, digunakan 2 lampu daylight dan 2 lampu warm white. Sedangkan akibat adanya keterbatasan tempat untuk pemasangan lampu, maka chamber b, d, dan f hanya menggunakan 7 lampu daylight dan 7 lampu warm white. Rangkaian termostat dipasang di luar chamber di mana terdapat tiga pengaturan suhu untuk ketiga tingkat chamber dengan meletakkan tiga sensor suhu pada masingmasing tingkat, yaitu sensor suhu dingin untuk chamber 1 (chamber a dan b), sensor suhu kamar untuk chamber 2 (chamber c dan d), dan sensor suhu panas untuk chamber 3 (chamber e dan f). Sistem thermostat pada penelitian pertama hanya memiliki satu nilai 20

8 pengaturan untuk masing-masing suhu. Pengaturan suhu dingin hanya dibatasi pada suhu 18 C, sedangkan untuk suhu panas berada pada nilai 34 C. Sementara pada chamber 2, tidak ada perlakuan khusus terhadap chamber sehingga suhu pada chamber tersebut mengikuti fluktuasi suhu kamar atau lingkungan sekitarnya. Sensor kelembaban udara (RH) menggunakan Omega HHM25-RH. Sensor tersebut tidak dipasang secara permanen di dalam growth chamber, melainkan hanya digunakan pada saat pengukuran manual. yang kurang sempurna sehingga hembusan udara dari AC tidak terdistribusi secara sempurna, ditambah lagi dengan adanya emisi panas dari lampu. Setelah diukur dengan sensor suhu termokopel, suhu udara minimum dalam kedua chamber tersebut hanya dapat mencapai 23.5 C, hal itu menyebabkan AC akan terus menyala untuk mendinginkan ruangan. Begitu pula halnya dengan sistem thermostat untuk chamber e dan f di mana suhu sebenarnya pada chamber tersebut dapat mencapai 40 C sehingga hair dryer tidak perlu menyala untuk dapat memanaskan chamber e dan f. Gambar 27 Growth Chamber pada penelitian pertama. Kendala yang terjadi selama penelitian adalah ketika lampu fluorescent dipasang pada masing-masing chamber, maka suhu udara di dalam chamber meningkat cukup signifikan akibat panas yang diemisikan oleh lampu tersebut. Hal tersebut menyebabkan tidak tercapainya kondisi temperatur yang diharapkan pada masingmasing chamber. Suhu pada setiap chamber yang cenderung lebih tinggi melewati ambang batas pada pengaturan termostat menyebabkan rangkaian termostat yang telah disediakan tidak dapat digunakan. Pada chamber a dan b, AC akan mati jika suhu lebih rendah dari 18 C. Namun pada kondisi sesungguhnya, suhu udara di dalam chamber a dan b tidak dapat mencapai 18 C karena sirkulasi udara Gambar 28 Konstruksi lampu growth chamber pada penelitian pertama. Akibat emisi panas dari lampu, maka terjadi stress panas pada tanaman yang diletakkan di dalam chamber c, d, e, dan f. Benih tanaman bahkan tidak dapat tumbuh pada chamber d dan f akibat suhu yang terlalu tinggi melebihi suhu optimum pada tanaman. 21

9 Selain itu, emisi panas pada masing-masing menyebabkan udara menjadi sangat kering. RH pada chamber a dan b dapat mencapai 53.2 %. Begitu pula pada chamber e dan f yang memiliki nilai RH pada kisaran 41.2 %. Hal itu menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat kemudian lambat laun tanaman akan menjadi kering dan layu, sehingga dibutuhkan suplai air tambahan untuk melembabkan udara di dalam chamber. Terjadinya stres panas pada chamber d dan f akibat emisi panas dari lampu mengakibatkan suhu dalam kedua chamber tersebut menjadi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman pangan. Media tanam yang diletakkan dalam chamber d dan f menjadi sangat kering dan benih selada tidak dapat tumbuh pada kondisi lingkungan seperti ini. Setelah seminggu dari awal uji coba penanaman, media tanam pada kedua chamber tersebut mulai mengeras dan tidak dapat menampung air dengan baik. Humidifier tidak dapat membantu meningkatkan kelembaban udara pada kondisi lingkungan yang ekstrem panas seperti pada chamber d dan f karena udara dapat mengering dengan cepat. Rancangan growth chamber pada penelitian pertama tersebut tidak dapat berjalan dengan baik, sehingga diperlukan perancangan kembali yang kemudian dilaksanakan pada periode kedua penelitian, yakni pada bulan Mei hingga Juli V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Growth chamber yang dirancang pada periode kedua penelitian ini dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman pada lingkungan yang terkontrol dengan menggunakan perlakuan intensitas penyinaran dan suhu udara. Rancangan growth chamber pada penelitian ini dapat menjadi alternatif yang lebih ekonomis untuk menunjang penelitian iklim mikro, walaupun spesifikasi pada growth chamber ini masih perlu ditingkatkan lebih baik lagi. Faktor utama yang mempengaruhi besar intensitas penyinaran yakni daya listrik yang dibutuhkan lampu untuk mengeluarkan lumen sejumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Sementara itu, suhu udara dikontrol dengan menggunakan sistem pendingin dan pemanas. Akan tetapi, dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar intensitas penyinaran dan suhu udara di luar dari sistem yang telah dirancang. Pada intensitas penyinaran, nilai lumen tidak selalu akurat seperti pada perhitungan dikarenakan nilai lumen yang dipengaruhi oleh jarak antara sumber penyinaran dengan tanaman. Sedangkan pada perlakuan suhu udara, emisi panas dari lampu mempengaruhi suhu dari masing-masing chamber. 5.2 Saran Perancangan growth chamber ini akan lebih baik jika dikembangkan lagi dengan modifikasi kerangka chamber yang lebih sesuai dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suhu, intensitas penyinaran, dan kelembaban udara. Ruang untuk pemasangan lampu sebaiknya terisolir dengan baik dari chamber agar panas dari lampu tidak mempengaruhi suhu chamber secara langsung. Walaupun pada penelitian ini telah menggunakan kaca sebagai pembatas dan kipas ventilasi untuk membuang udara panas dari lampu, namun panas dari lampu masih dapat mempengaruhi suhu ruang tanaman pada chamber. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut mengenai upaya untuk membuang udara panas dari lampu semaksimal mungkin, sehingga selisih perbedaan suhu antara kedua chamber dapat diminimalisir. Pemasangan AC window dan heater juga harus lebih diperhatikan agar udara dapat mengalir lebih sempurna dan terdistribusi. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa AC Portable ½ PK tidak mampu mendinginkan chamber dengan optimal. Kontrol iklim mikro yang dapat diterapkan pada growth chamber sederhana ini hanya sebatas pada suhu dan intensitas penyinaran saja. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu diupayakan penambahan kontrol unsur iklim mikro lainnya, seperti kontrol untuk gas CO 2 ataupun gas lainnya. Hal lain yang perlu ditingkatkan adalah dengan membuat sistem data logger sehingga data unsur iklim mikro harian pada growth chamber dapat terekam secara otomatis tanpa harus mencatat data secara manual. 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN LEMARI PENDINGIN MINUMAN Untuk Kegunaan Komersial SC-178E SC-218E Harap baca Petunjuk Pengoperasian ini sebelum menggunakan. No. Pendaftaran : NAMA-NAMA BAGIAN 18 17 16 1. Lampu

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER

DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER Teguh Prasetyo Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Bangkalan, Madura, Indonesia e-mail: tyo_teguhprasetyo@yahoo.com ABSTRAK Dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk

I. PENDAHULUAN. metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman membutuhkan air dalam proses evapotranspirasi, fotosintesis, aktivitas metabolisme, dan tubuh tanaman itu sendiri. Menurut Foth (1998), untuk menghasilkan 1

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

KODE KESALAHAN & ALARM

KODE KESALAHAN & ALARM KODE KESALAHAN & ALARM Alarm IKON ALARM ARTINYA PENGOPERASIAN Alarm Suhu Freezer Untuk menonaktifkan alarm selama 50 menit, tekan tombol mana pun. Alarm akan berbunyi, ikon suhu akan berkedip. Untuk menonaktifkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di 12 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015 di Laboraturium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan (RSDAL), Jurusan Teknik Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK

TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK {sidebar id=3} Kiat Menghemat Energi Listrik di Rumah Tangga Kehidupan modern memungkinkan manusia hidup dalam suasana yang nyaman dan serba praktis. Hal ini semua dimungkinkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan. Metode pengawetan dengan cara pengeringan merupakan metode paling tua dari semua metode pengawetan yang ada. Contoh makanan yang mengalami proses pengeringan ditemukan

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN DISPENSER DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada III. METODOLOGI PENELITIAN Alat pengering ini menggunakan sistem hibrida yang mempunyai dua sumber panas yaitu kolektor surya dan radiator. Saat cuaca cerah pengeringan menggunakan sumber panas dari kolektor

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-1 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Fasilitas Fisik Sekarang 1. Meja Kasir Ukuran ketinggian meja kasir saat ini sudah ergonomis, namun tinggi monitor ke lantai

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES

BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES BAB IV MENGENAL FISIK LEMARI ES Mengenal fisik lemari es sangat diperlukan baik oleh pemilik atau calon tukang servis. Pada saat melakukan pemeliharaan terkadang kita dituntut untuk bisa membuka bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suhu atau temperatur udara merupakan kondisi yang dirasakan di permukaan Bumi sebagai panas, sejuk atau dingin. Bumi menerima panas dari penyinaran matahari berupa

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE Setelah selesai pembuatan prototipe, maka dilakukan evaluasi prototipe, apakah prototipe tersebut telah sesuai dengan SNI atau tidak, setelah itu baru

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE 4.1 EVALUASI PROTOTYPE Setelah selesai pembuatan prototype, maka dilakukan evaluasi prototipe untuk mengetahui apakah prototipe tersebut telah memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai prinsip kerja dan beberapa hal yang mendasari terealisasikannya lemari pengering pakaian dengan moving hanger

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pak Choi adalah salah satu tanaman hortikultura yang termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pak Choi adalah salah satu tanaman hortikultura yang termasuk dalam famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pak Choi Pak Choi adalah salah satu tanaman hortikultura yang termasuk dalam famili Brassiceae dan cukup menjanjikan untuk dibudidayakan. Tanaman Pak Choi (Brassica rapa

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite

Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite Laboratorium Kesmavet Program kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 2012 1 Instruksi Kerja Penggunaan Oven Carbolite Laboratorium Kesmavet Program Kedokteran

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Jenis Lampu

Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T   Jenis Lampu Bab 7 Jenis-jenis Lampu Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 58 Jenis Lampu 59 1 Lampu Pijar (incadescent) Lampu Pelepasan (gas discharge lamp) - Tekanan rendah (Lampu Flurescent,

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER

AQA-KC105AGC6 AQA-KC105AG6 AQA-KC109AG6. Trouble shooting Air Conditioner. Split Type Air Conditioner TROUBLE SHOOTING AIR CONDITIONER Trouble shooting Air Conditioner Split Type Air Conditioner AQA-KC05AGC6 AQA-KC05AG6 AQA-KC09AG6 Trouble shooting Page Unit indoor tidak dapat menerima sinyal dari remote kontrol atau remote kontrol tidak

Lebih terperinci

Bab III ENERGI LISTRIK

Bab III ENERGI LISTRIK Bab III ENERGI LISTRIK Daftar isi Energi Listrik Perubahan Listrik Menjadi Kalor Daya Listrik Hemat Energi Energi Listrik Hukum kekekalan energi Energi tidak dapat dibuat dan dimusnahkan, tetapi dapat

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS

AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Gambar 1. Alat AAS AAS ( Atomic Absorption Spektrophotometry) Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

Langkah mudah memilih AC yang Hemat Energi & Cara merawat AC

Langkah mudah memilih AC yang Hemat Energi & Cara merawat AC Tips untuk Konservasi Energi 6 Tips untuk merawat AC Anda agar Hemat Listrik dan Tahan Lama :. Bersihkan saringan udara (pre-filter) secara teratur (disarankan kali sebulan) & lakukanlah sevis berkala

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini

BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini BAB IV HASIL, PENGUJIAN DAN ANALISIS Tindak lanjut dari perancangan pada bab sebelumnya adalah pengujian sistem. Pengujian diperlukan untuk melihat dan menilai kualitas dari sistem. Hal ini diperlukan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembudidayaan jamur tiram saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Banyak pula para pengusaha yang mulai melirik bisnis budidaya jamur tiram ini karena jamur tiram

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan alat Infra merah Terapi dengan Sensor Suhu yang terdiri atas komponen fisik penunjang seperti Dimmer, Timer, Lampu IR Philip,Sensor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Instrumentasi Pada Miniatur Rumah Kaca Berbasis Mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem otomasi di bidang pertanian kurangnya berkembang dan adanya beberapa kendala di bidang pertanian, sehingga mengakibatkan kurangnya hasil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan berkembang dari segala bidang khususnya di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan berkembang dari segala bidang khususnya di negara-negara maju, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ilmu pengetahuan saat ini telah mengalami kemajuan yang pesat dan berkembang dari segala bidang khususnya di negara-negara maju, sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi FSM based PLC Spesifikasi dari FSM based PLC adalah sebagai berikut : 1. memiliki 7 buah masukan. 2. memiliki 8 buah keluaran. 3. menggunakan catu daya 5

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Greenhouse adalah sebuah bangunan yang berkerangka atau dibentuk menggelembung, diselubungi bahan bening atau tembus cahaya yang dapat meneruskan cahaya secara optimum

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam Modifikasi, baik teknik dan tahap tahap yang dilakukan untuk memodifikasi. Pada bab ini juga

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN 1 Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkenaan dengan suatu lampu penerangan jalan umum atau dikenal dengan lampu PJU, khususnya lampu PJU yang dilengkapi

Lebih terperinci

PERAKITAN KOMPUTER. 11. Kegiatan Belajar 11: Tempat dan keselamatan kerja.

PERAKITAN KOMPUTER. 11. Kegiatan Belajar 11: Tempat dan keselamatan kerja. 11. Kegiatan Belajar 11: Tempat dan keselamatan kerja. a. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar 11 ini siswa diharapkan dapat : 1. Memahami tempat atau area kerja selama proses perakitan

Lebih terperinci

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna

Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna 1 Cara cepat untuk membuat terarium padang pasir yang sempurna Kita semua pasti tahu kalau di gurun sangatlah panas. Fakta lainnya kurang dikenal, tetapi akan jadi penting jika menyangkut tentang hewan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Keadaan fasilitas fisik aktual dari Catering Dienarsih adalah sebagai berikut : Lemari penyimpanan peralatan masih belum mencukupi kebutuhan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Singkong Singkong merupakan tumbuhan umbi-umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis dengan iklim panas dan lembab. Daerah beriklim tropis dibutuhkan singkong untuk

Lebih terperinci

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L. PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) Husnul Jannah Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram E-mail: nung_okas@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Nama NIM Tugas :Wiwi Widia Astuti :E1A012060 :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional.

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global warming seperti saat ini mempengaruhi perubahan musim yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. global warming seperti saat ini mempengaruhi perubahan musim yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan cuaca yang tidak menentu pada saat bumi sudah memasuki global warming seperti saat ini mempengaruhi perubahan musim yang tidak menentu. Musim kemarau dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 35 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER

PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER Disusun untuk memenuhi tugas pemeliharaan dan perbaikan listrik Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Dosen Pembimbing : Heri Liamsi, S.T., M.T (196311091991021001)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2015 Juni 2015 di Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. 3.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang elektronika saat ini berkembang cepat sekali dan berpengaruh dalam pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang dapat bekerja secara otomatis

Lebih terperinci

Petunjuk Penggunaan. Pendingin Minuman SC-210GA SC-240GA SC-300GA SC-340GA. No. Pendaftaran:

Petunjuk Penggunaan. Pendingin Minuman SC-210GA SC-240GA SC-300GA SC-340GA. No. Pendaftaran: Petunjuk Penggunaan Pendingin Minuman SC-210GA SC-240GA SC-300GA SC-340GA No. Pendaftaran: Harap baca Buku Petunjuk Penggunaan ini dengan hati-hati sebelum menggunakan. Daftar Isi : Sebelum Pengoperasian

Lebih terperinci