LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI BSN TAHUN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JANUARI 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI BSN TAHUN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JANUARI 2017"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI BSN TAHUN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JANUARI 2017 LAKIP PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI

2 2

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra PKS tahun , maka untuk mewujudkan sasaran tersedianya rekomendasi hasil kesepakatan kerjasama untuk menunjang pengembangan SNI maka, PKS menetapkan 4 (empat) kegiatan utama yang terdiri dari: 1. Kesepakatan kerjasama standardisasi di tingkat nasional, bilateral, regional dan multilateral untuk memfasilitasi perdagangan 2. Tindak lanjut dan implementasi kesepakatan kerjasama di bidang standardisasi yang harus dipenuhi 3. Penguatan posisi Indonesia di bidang Standar dan Penilaian Kesesuaian dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 4. Fasilitasi pemberian tanggapan Indonesia dalam kegiatan pengembangan standar internasional Secara umum, kinerja PKS pada tahun 2016 telah menunjukkan hasil yang memuaskan karena telah mampu memenuhi target yang ditetapkan tahun 2016 dari Sasaran Tahunan, Indikator dan Target PKS yang ditetapkan dalam Renstra PKS tahun Prosentase tingkat capaian yang diraih pada tahun 2016 adalah: Kegiatan pada Pusat Kerjasama Standardisasi yang berkontribusi kepada pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BSN adalah: 1. Penanganan permintaan layanan notifikasi dan enquiry dalam rangka memenuhi perjanjian TBT-WTO 2. Penguatan standar dan penilaian kesesuaian melalui peningkatan peran aktif Indonesia dalam forum TBT WTO Pusat Kerjasama Standardisasi juga melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat melalui kegiatan penanganan layanan aplikasi IIN. Sementara itu terkait pagu anggaran PKS tahun 2015 dan realisasinya, maka PKS mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp , untuk membiayai 4 (empat) kegiatan utama i

4 Target dan capaian kinerja Pusat Kerjasama Standardisasi tahun 2016 (kegiatan utama pendukung pengembangan SNI) SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Realisasi Satuan Customer Perspectives 1 Meningkatnya kapasitas dan kualitas tindak lanjut kerjasama bidang SPK 1 Persentase rekomendasi hasil kerjasama standardisasi yang mendukung pengembangan SNI % 2 Persentase penanganan % permintaan notifikasi dan inquiry dalam rangka memenuhi perjanjian TBT WTO Internal Process Perspectives % 2 Meningkatnya kualitas kerjasama bidang STRACAP 3 Meningkatnya kualitas kerjasama bidang SPK 4 Terakomodasinya kepentingan Indonesia di forum TBT WTO 3 Persentase kerjasama di bidang STRACAP yang disepakati di forum bilateral, regional, dan multilateral untuk memfasilitasi perdagangan 4 Persentase penguatan posisi Indonesia melalui peningkatan peran aktif di forum kerjasama bilateral, regional dan multilateral 5 Persentase draft standar internasional yang ditanggapi untuk mengakomodir kepentingan nasional 6 Persentase kerjasama dengan pemangku kepentingan SPK di forum nasional untuk mendukung pengembangan SNI 7 Persentase tindak lanjut dan implementasi kesepakatan kerjasama di bidang SPK yang harus dipenuhi 8 Persentase penguatan posisi Indonesia melalui peningkatan peran aktif Indonesia dalam forum TBT WTO (dispute, sidang reguler TBT) % % % % % % 9 Persentase penanganan permintaan layanan notifikasi dan enquiry dalam rangka memenuhi perjanjian TBT WTO % 5 Terlaksananya layanan jasa Issuer Identification Number (IIN) 10 Persentase layanan aplikasi IIN % Learning and Growth Perspectives % 6 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi PKS yang profesional 11 Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) PKS yang meningkat kompetensinya % 12 Realisasi anggaran PKS >95 96 % 13 Jumlah e-governance yang mendukung tata kelola PKS 2 1 Aplikasi ii

5 Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Bab I. Pendahuluan... 1 Bab II. Perencanaan Kinerja... 4 Bab III. Akuntabilitas Kinerja... 7 A. Capaian Kinerja Organisasi... 7 B. KERJASAMA STANDARDISASI DALAM NEGERI... 7 C. KERJASAMA STANDARDISASI INTERNASIONAL C.1. Forum Bilateral... Error! Bookmark not defined. C.2. Forum Regional,... Error! Bookmark not defined. C.2.1. Forum Regional ASEAN C.2.2. Forum APEC SCSC C.2.3. Forum ASEAN FTA C.3. Forum Kerjasama Multilateral C.4. Forum WTO TBT D. Realisasi Anggaran Bab IV. Penutup iii

6 Daftar Tabel Tabel 1. Sasaran Strategis Deputi PKS Tabel 2. Sasaran Tahunan, Indikator dan Target Tabel 3. Sasaran Tahunan Pusat Kerjasama Standardisasi ( )... 6 Tabel 4. Pencapaian Target Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi Tahun Tabel 5. Rekapitulasi Kegiatan Penjajakan, Penandatanganan dan Evaluasi Kerjasama dalam Negeri (2015)... 8 Tabel 6. Rekapitulasi Kegiatan Implementasi MoU dengan Pemda ( ) Tabel 7. Rekapitulasi Kegiatan Implemantasi MoU dengan Perguruan Tinggi Tahun Tabel 8. Rekapitulasi Aplikasi IIN ( ) Tabel 9. Rekapitulasi MoU Bilateral ( ) Tabel 10. Kinerja Tanggapan atas Draft Standar ISO ( ) Tabel 11. Kinerja Tanggapan atas Draft Standar IEC ( ) Tabel 12. Status Keanggotaan Indonesia di ISO ( ) Tabel 13. Status Keanggotaan Indonesia di IEC ( ) Tabel 14. Penanganan outgoing notifikasi dan Enquiry pada subbidang notifikasi Pusat Kerjasama Standardisasi BSN Tabel 15.Notifikasi Rancangan Regulasi teknis dan Regulasi Teknis Tabel 16. Perkembangan Posisi Indonesia untuk STC WTO ( ) Tabel 17. Pagu anggaran dan realisasi penyerapan anggaran DIPA tahun 2015 Kedeputian PKS - BSN Tabel 18. Pagu anggaran PKS dan realisasi penyerapan anggaran DIPA tahun Tabel 19. Target dan capaian kinerja Pusat Kerjasama Standardisasi tahun 2015 (kegiatan utama pendukung pengembangan SNI)... Error! Bookmark not defined. Tabel 20. Target dan capaian kinerja Pusat Kerjasama Standardisasi tahun 2015 (kegiatan pendukung pencapaian IKU BSN dan pelayanan kepada masyarakat) Error! Bookmark not defined. iv

7 Bab I. Pendahuluan BSN telah ditunjuk oleh Pemerintah (PP 102/2000) menjadi Badan yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi. Partisipasi Indonesia di bidang standardisasi meliputi forum pengembang standar dan forum kerjasama ekonomi global. Peran aktif dalam forum organisasi pengembang standar di tingkat internasional seperti ISO (International Organization for Standardization), IEC (International Electrotechnical Commission), dan CAC (Codex Alimentarius Commission) merupakan bentuk nyata tanggung jawab BSN dalam mendukung pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) agar selaras dengan standar internasional serta dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional maupun kepentingan sesama negara berkembang. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip perumusan standar internasional yaitu keterwakilan semua negara anggota sesuai dengan tingkat perkembangannya (development dimension) di samping prinsip lainnya seperti, openess, consensus, transparent, effective/efficient dan coherent. Kerjasama merupakan salah satu unsur pendukung yang berperan dalam pengembangan standardisasi. Kerjasama dilakukan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Dalam aspek kerjasama ekonomi global melalui liberalisasi perdagangan, BSN sebagai focal point point nasional untuk standardisasi dan penilaian kesesuaian selama ini telah berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam forum ASEAN dan APEC. Dalam forum standardisasi dan akreditasi regional dan internasional, BSN berperan aktif dalam berbagai forum seperti PASC (Pacific Area Standard Congress), Pacific Accreditation Cooperation (PAC), Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC) International Accreditation Forum (IAF), Intemational Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) serta World Trade Organization (WTO) sebagai Organisasi Perdagangan Dunia. Keanggotaan Indonesia dalam WTO yang diperkuat dengan ratifikasi Perjanjian WTO melalui UU No.7/1994 membawa konsekuensi bahwa Indonesia berkewajiban untuk mematuhi seluruh Perjanjian WTO dimana yang terkait dengan standardisasi adalah Perjanjian TBT (Agreement on Technical Barrier to Trade) atau yang disebut Hambatan Teknis Perdagangan (HTP). Dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa setiap negara mempunyai hak untuk mengatur perdagangan produk dengan peraturan teknis, standar, dan prosedur penilaian kesesuaian dengan syarat tidak menimbulkan hambatan perdagangan yang tidak diperlukan. Untuk menghindari hambatan teknis perdagangan maka pengembangan standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian yang diberlakukan oleh anggota WTO harus mematuhi prinsip transparansi (notifikasi), non diskriminasi, ekuivalensi, dan harmonisasi serta mengacu kepada standar dan pedoman yang dikembangkan oleh organisasi internasional yang relevan serta organisasi perumus standar internasional yang diakui dan direkomendasikan oleh WTO antara lain adalah ISO, IEC, CAC, dan ITU (International Telecommunication Union). Di tingkat nasional, pengembangan SNI dilakukan oleh BSN melalui kerjasama dengan instansi teknis terkait, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, dunia industri, dan masyarakat konsumen dengan penekanan kepada penguatan aspek kesadaran akan pentingnya standar untuk peningkatan nilai tambah produk, serta efisiensi produksi dalam dunia industri dan perlindungan keselamatan, keamanan, kesehatan dan fungsi lingkungan hidup bagi masyarakat luas selaku konsumen. Penggunaan produk bertanda SNI secara konsisten baik oleh dunia industri maupun masyarakat luas pada akhirnya akan mendukung perekonomian nasional dan memperkuat daya saing produk di era kompetisi perekonomian global yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup bangsa. 1

8 Kepala Pusat Kerjasama Standardisasi Kepala Bidang Kerjasama Standardisasi Internasional Kepala Bidang Kerjasama Standardisasi Dalam Negeri Kepala Subbidang Kerjasama Multilateral/ Internasional Kepala Sub bidang Kerjasama Teknis Standardisasi Kepala Subbidang Kerjasama Bilateral/Regional Kepala Bidang Kerjasama prasarana Standardisasi Kepala Sub bidang Notifikasi Gambar 1. Struktur Organisasi PKS-BSN Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang telah disahkan dan diundangkan dalam Lembaran Negara RI pada tanggal 17 September 2014, Pusat Kerjasama Standardisasi (PKS) BSN bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban internasional di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian dengan bekerja sama dengan Kementerian dan/atau Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK). Lebih lanjut dijelaskan dalam Organisasi dan Tata Kelola BSN, PKS mempunyai tugas melaksanakan penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, koordinasi program dan penyusunan rencana di bidang notifikasi dan kerjasama teknis perdagangan, kelembagaan standardisasi dalam negeri maupun luar negeri serta kegiatan lain sesuai dengan lingkup kewenangannya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99, Pusat Kerjasama Standardisasi menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan rumusan kebijakan di bidang kerjasama teknis perdagangan, kelembagaan standardisasi dan kegiatan notifikasi; b. perencanaan program di bidang kerjasama teknis perdagangan, kelembagaan standardisasi dan kegiatan notifikasi; c. pembinaan, pengkoordinasian dan pelaksanaan pelayanan, dan evaluasi di bidang kerjasama teknis perdagangan, kegiatan Panitia Nasional dan Kelompok Kerja serta kegiatan notifikasi; d. pelaksanaan kerjasama di bidang kelembagaan standardisasi lintas sektoral dan daerah; e. pelaksanaan urusan pengelolaan keanggotaan Indonesia dalam organisasi standardisasi dan kerjasama dengan badan standardisasi di tingkat bilateral, regional maupun internasional; f. pelaksanaan pengembangan sistem, mekanisme serta prosedur untuk bidang notifikasi dan kerjasama teknis perdagangan, kerjasama standardisasi internasional dan kerjasama standardisasi dalam negeri. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut, PKS mempunyai 2 (dua) bidang: (1) Bidang Kerjasama Standardisasi Internasional (KSI) dan Bidang (2) Kerjasama Standardisasi Dalam Negeri (KSDN). Bidang KSI melaksanakan penguatan posisi Indonesia dalam forum standar internasional ISO dan IEC; melaksanakan kerjasama kelembagaan standardisasi di tingkat bilateral, regional, multilateral dan internasional dan memperkuat penyusunan regulasi teknis di Indonesia serta memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dari stakeholder dengan menyelenggarakan fungsi 2

9 sebagai notification body and inquiry point sebagai pelaksanaan perjanjian TBT-WTO. Bidang KSDN mempunyai tugas melaksanakan pembinaan kerjasama standardisasi lintas sektoral dan daerah serta perguruan tinggi. Selain itu, Bidang KSDN juga melakukan kerjasama prasarana perdagangan dalam rangka penyelesaian hambatan perdagangan. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Pusat Kerjasama Standardisasi sampai dengan Desember 2016 berjumlah 21 (duapuluh satu orang, dengan komposisi menurut jenis kelamin hampir berimbang (12 laki-laki dan 9 perempuan). 3

10 Bab II. Perencanaan Kinerja Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat Kerjasama berpedoman pada perencanaan strategis yang disusun melalui pengamatan terhadap lingkungan strategis, baik internal maupun eksternal, dalam bentuk perencanaan strategis 5 (lima) tahunan yang dituangkan dalam Renstra Kedeputian Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, Badan Standardisasi Nasional dalam rangka mewujudkan visi dan misi BSN. Implementasi perencanaan strategis tersebut dijabarkan melalui kebijakan serta program kerja yang disusun setiap tahun. Pada tahun 2016, implementasi perencanaan strategis dijabarkan dalam Penetapan Kinerja BSN yang memuat penetapan sasaran strategis dan indikator kinerja Deputi Penelitian dan Kerjasama Standardisasi TA 2016, serta dilakukan Evaluasi Pencapaian atas Penetapan Kinerja Tahun Tabel 1 memaparkan sasaran strategis Deputi PKS untuk periode 5 tahun beserta dengan indikator dan target yang direncanakan untuk dicapai. Tabel 1. Sasaran Strategis Deputi PKS No Sasaran Strategis Indikator Target Satuan 1 Tersedianya Standar 1. Jumlah Rancangan Akhir SNI Jumlah Nasional Indonesia (SNI) (RASNI) yang siap ditetapkan RASNI yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan bermanfaat bagi pemangku kepentingan pemangku kepentingan 2 Mewujudkan kerjasama 2. Persentase rekomendasi hasil 75% Persentase internasional bidang kerjasama yang mendukung standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian dalam rangka memfasilitasi kepentingan Indonesia di forum perdagangan global 3 Memastikan terakomodasinya kepentingan Indonesia di forum TBT WTO 4 Meningkatnya kajian/penelitian di bidang standardisasi pengembangan SNI 3. Jumlah kesepakatan kerjasama bidang standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian di tingkat nasional, bilateral, regional dan internasional untuk mendukung kepentingan Indonesia di forum perdagangan global 4. Persentasi posisi kebijakan Indonesia yang terakomodasi dalam forum TBT WTO 5. Persentase hasil kajian/penelitian yang mendukung pengembangan SNI, penilaian kesesuaian dan Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) 6. Jumlah kajian/penelitian yang mendukung kepentingan Indonesia di forum TBT WTO 10 Dokumen kerjasama 100% Persentase 80% Persentase 5 Dokumen hasil penelitian Tabel 2 memuat sasaran tahunan selama 5 tahun, indikator dan target yang direncanakan untuk dicapai oleh Deputi PKS. 4

11 Tabel 2. Sasaran Tahunan, Indikator dan Target No Sasaran Indikator 1 Meningkatnya RASNI yang siap ditetapkan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan 2 Memastikan tersedianya rekomendasi hasil kerjasama yang mendukung pengembangan SNI 3 Meningkatnya kerjasama bidang standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian di tingkat nasional, bilateral, regional dan internasional untuk mendukung kepentingan Indonesia di forum perdagangan global 4 Memastikan fungsi notifikasi dan inquiry dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia di forum TBT WTO 5 Memastikan tersedianya hasil penelitian mendukung pengembangan SNI, penilaian kesesuaian dan Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) 6 Memastikan tersedianya hasil penelitian mendukung kepentingan Indonesia di forum TBT WTO Jumlah RASNI yang siap ditetapkan Persentase rekomendasi hasil kerjasama standardisasi yang mendukung pengambangan SNI Jumlah kerjasama bidang standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian di tingkat nasional, bilateral, regional dan internasional Persentase penanganan permintaan notifikasi dan inquiry dalam rangka memenuhi perjanjian TBT WTO Persentase hasil penelitian yang mendukung pengembangan SNI, penilaian kesesuaian dan Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU) Jumlah hasil penelitian yang mendukung kepentingan Indonesia di forum TBT WTO Target Satuan Dokumen RASNI 70% 75% 75% 80% 80% Persentase Dokumen kerjasama 100% 100% 100% 100% 100% Persentase 70% 75% 75% 80% 80% Persentase Dokumen hasil penelitian ` Khusus untuk Pusat Kerjasama Standardisasi (PKS), target capaian kerja untuk periode adalah sebagai berikut: 5

12 Tabel 3. Sasaran Tahunan Pusat Kerjasama Standardisasi ( ) No Sasaran Indikator 1 Memastikan tersedianya rekomendasi hasil kerjasama yang mendukung pengembangan SNI 2 Meningkatnya kerjasama bidang standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian di tingkat nasional, bilateral, regional dan internasional untuk mendukung kepentingan Indonesia di forum perdagangan global 3 Memastikan fungsi notifikasi dan inquiry dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia di forum TBT WTO Persentase rekomendasi hasil kerjasama standardisasi yang mendukung pengambangan SNI Jumlah kerjasama bidang standar, regulasi teknis dan prosedur penilaian kesesuaian di tingkat nasional, bilateral, regional dan internasional Persentase penanganan permintaan notifikasi dan inquiry dalam rangka memenuhi perjanjian TBT WTO Target Satuan % 75% 75% 80% 80% Persentase Dokumen kerjasama 100% 100% 100% 100% 100% Persentase 6

13 Bab III. Akuntabilitas Kinerja A. Capaian Kinerja Organisasi Capaian kinerja PKS diukur dengan membandingkan antara target yang telah ditetapkan dan realisasinya. Tabel 4. Pencapaian Target Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi Tahun 2015 Sasaran Strategis Tersedianya rekomendasi hasil kesepakatan kerjasama untuk pengembangan SNI PENCAPAIAN TARGET SETAHUN Target Persentase rekomendasi hasil kerjasama standardisasi yang mendukung pengembangan SNI Realisasi % Permasalahan/ Kendala 70% 70% 100 Kepentingan Indonesia dalam standardisasi internasional belum diakomodasi secara optimal Perbaikan/ tindak lanjut Rekomendasi perlu difokuskan pada standardisasi produk potensial Untuk mencapai target tersedianya rekomendasi hasil kesepakatan kerjasama untuk pengembangan SNI sebesar 70%, upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan kerjasama baik di tingkat nasional (kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi dan pihak swasta) dan internasional (kerjasama bilateral, regional dan multilateral). B. KERJASAMA STANDARDISASI DALAM NEGERI Dalam kerangka pengembangan dan pembinaan standardisasi dalam negeri, BSN pada tahun 2016 telah melakukan kegiatan perintisan kerjasama sebanyak 6 daerah yaitu Pemkab. Kaur, Pemkab. Pamengkasan, Pemkab Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Pemprov. Yogyakarta, Pemkot Surakarta, dan telah menandatangani sebanyak 31 (tiga puluh satu) dokumen Kesepakatan Bersama dan 4 (empat) Perjanjian Kerjasama dengan Pemerintah Daerah/Pemprov/Universitas. 7

14 Tabel 5. Rekapitulasi Kegiatan Penjajakan, Penandatanganan dan Evaluasi Kerjasama dalam Negeri (2016) 2015 No Mitra Kerja Rencana Realisasi 1 Yayasan INOTEK Sekolah Tinggi Manajemen IMMI, Jakarta GUMKEMINDO Universitas Muhammadiyah Mataram Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PT. Pertamina Pemerinatah Kabupaten Pamekasan Badan Informasi Geospasial (BIG) PT. ANTAM Pemerintah Kabupaten Malang Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Sam Ratulangi Pemprov. D. I. Yogyakarta UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Univ. Muhammadiyah Sukabumi Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Universitas Trisakti BNSP Jakarta Pemkab Sumedang LPJK Nasional Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Institut Tekologi Bandung Universitas Islam Indonesia Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Universitas Muhammadiyah Magelang UNIVERSITAS PANCASILA Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Kementerian Dalam Negeri Polri Pemerintah Kabupaten Madiun Pemerintah Kabupaten Garut PT. Margo Cipta Selaras Yayasan Danamon Peduli Taman Pintar Yogyakarta Badan Penelitian dan Pengambangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 0 1 Jumlah

15 Grafik Kegiatan Penjajakan, Penandatanganan dan Evaluasi Kerjasama dalam Negeri Badan Penelitian dan Pengambangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Taman Pintar Yogyakarta Yayasan Danamon Peduli PT. Margo Cipta Selaras Pemerintah Kabupaten Garut Pemerintah Kabupaten Madiun Polri Kementerian Dalam Negeri Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan UNIVERSITAS PANCASILA Universitas Muhammadiyah Magelang Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Universitas Islam Indonesia Institut Tekologi Bandung Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) LPJK Nasional Pemkab Sumedang BNSP Jakarta Universitas Trisakti Realisasi 2016 Rencana 2016 Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta Univ. Muhammadiyah Sukabumi UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Pemprov. D. I. Yogyakarta Universitas Sam Ratulangi Universitas Muhammadiyah Malang Pemerintah Kabupaten Malang PT. ANTAM Badan Informasi Geospasial (BIG) Pemerinatah Kabupaten Pamekasan PT. Pertamina Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Universitas Muhammadiyah Mataram GUMKEMINDO Sekolah Tinggi Manajemen IMMI, Jakarta Yayasan INOTEK 0 1 9

16 Tabel 6. Rekapitulasi Kegiatan Implementasi MoU dengan Pemda ( ) No Daerah Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi 1 Sumatera Selatan 2 Tasikmalaya Sulawesi Utara (Manado & sekitarnya) Kepulauan Bangka-Belitung (Pangkal Pinang & sekitarnya) Bali (Denpasar & sekitarnya) Nusa Tenggara Barat (Mataram & sekitarnya) Kalimantan Barat (Pontianak & sekitarnya) Sumedang Kalimantan Timur (Samarinda/Balik papan & sekitarnya) Sulawesi Selatan (Makassar & sekitarnya) Jawa Timur (Surabaya & sekitarnya) DKI Jakarta Jawa Barat (Bandung & sekitarnya) Jawa Tengah (Semarang & sekitarnya) TOTAL

17 Grafik Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Kegiatan Implementasi MoU dengan Pemerintah Daerah (Tahun 2016) Jawa Tengah (Semarang & sekitarnya) Jawa Barat (Bandung & sekitarnya) DKI Jakarta Jawa Timur (Surabaya & sekitarnya) Sulawesi Selatan (Makassar & sekitarnya) Kalimantan Timur (Samarinda/Balikpapan & sekitarnya) Sumedang Kalimantan Barat (Pontianak & sekitarnya) Nusa Tenggara Barat (Mataram & sekitarnya) Bali (Denpasar & sekitarnya) Kepulauan Bangka-Belitung (Pangkal Pinang & sekitarnya Sulawesi Utara (Manado & sekitarnya) Tasikmalaya Sumatera Selatan Realisasi 2016 Rencana 2016 Selain Kegiatan Implementasi MoU dengan Pemerintah Daerah, di tahun 2016 PKS melakukan Kegiatan Implementasi kepada Perguruan Tinggi yang telah melakukan MoU. Tabel 7. Rekapitulasi Kegiatan Implemantasi MoU dengan Perguruan Tinggi Tahun No Daerah Rencana Realisasi Rencana Realisasi 1 Universitas Katolik Charita Musi Universitas Jember Universitas Balikpapan Universitas Mahasaraswati, Denpasar Universitas Hasanuddin Universitas Jenderal Soedirman

18 No Daerah Rencana Realisasi Rencana Realisasi 7 Institut Pertanian Bogor Universitas Udayana Universitas Brawijaya Universitas Pancasakti Tegal Universitas Gajah Mada Universitas Diponegoro Universitas Nasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta 15 Universitas Surabaya Universitas Sebelas Maret Universitas Sriwijaya Institut Teknologi Indonesia Universitas Mataram Universitas Cenderawasih Universitas Indraprasta Universitas Mulawarman Universitas Muhammadiyah Magelang Universitas Padjajaran Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta Universitas Katolik Soegijapranata Universitas Tanjung Pura Universitas Sam Ratulangi Universitas Palangka Raya Universitas Riau Universitas Sumatera Utara Universitas Indonesia Institut Teknologi Sepuluh Nop Universitas Trisakti Universitas Islam Indonesia Institut Teknologi Bandung Universitas Lambung Mangkurat Universitas Negeri Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Matara Universitas Muhammadiyah Sukabumi Sekolah Tinggi Manajemen IMMI, Jakarta Universitas Muhammadiyah Malang TOTAL

19 Grafik Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Kegiatan Implemantasi MoU dengan Perguruan Tinggi (Tahun 2016) Sekolah Tinggi Manajemen IMMI, Jakarta Universitas Muhammadiyah Matara Universitas Lambung Mangkurat Universitas Islam Indonesia Institut Teknologi Sepuluh Nop. Universitas Sumatera Utara Universitas Palangka Raya Universitas Tanjung Pura Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Magelang Universitas Indraprasta Realisasi 2016 Rencana 2016 Universitas Mataram Universitas Sriwijaya Universitas Surabaya Universitas Nasional Universitas Gajah Mada Universitas Brawijaya Institut Pertanian Bogor Universitas Hasanuddin Universitas Balikpapan Universitas Katolik Charita Musi

20 Implementasi dari kesepakatan bersama tersebut diatas dilakukan dalam bentuk sosialisasi/workshop/seminar kerjasama standardisasi dengan topik terkait standardisasi seperti peran standardisasi bagi peningkatan daya saing produk unggulan daerah, penerapan SNI bagi UKM produk unggulan daerah, regulasi berbasis SNI, sertifikasi produk untuk UMKM, penerapan SNI pada produk olahan Makanan dan minuman, dan sistem manajemen energi. Badan Standardisasi Nasional sampai dengan tahun 2016 telah memiliki 42 MoU dengan perguruan Tinggi dimana pada tahun 2016 terdapat 6 Univeristas yang turut aktif dalam memberikan insentif bimbingan penerapan SNI untuk UMK di daerah, yaitu diantaranya Universitas Sriwijaya, IPB, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Dipenogoro, Universitas Surabaya, Universitas Mulawarman. Kegiatan kerjasama standardisasi di dalam negeri ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan standar, mendorong partisipasi pelaku usaha di daerah untuk ikut dalam kegiatan pengembangan standar, meningkatkan peran serta Pemerintah Daerah dalam menetapkan kebijakan untuk mendukung daya saing produk nasional melalui pengembangan standar. Faktorfaktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan antara lain kesiapan infrastruktur mutu di daerah, produk unggulan daerah, kondisi geografis yang sifatnya spesifik, dukungan sarana teknologi informasi, dll. PKS melaksanakan pengelolaan penerbitan nomor identifikasi sesuai dengan ISO\IEC 7812, Issuer Identification Number (IIN). IIN merupakan nomor identifikasi untuk mendukung interchange antar lembaga sebagai identifikasi secara khusus bagi lembaga yang menerbitkan kartu, khususnya untuk keperluan transaksi data elektronik, dalam lingkungan interchange internasional dan/atau antar-industry interchange. Selama tahun 2016, sekretariat IIN telah menerima 13 (tigabelas) permohonan IIN. Pencapaian target yang masih belum optimal disebabkan karena permohonan penerbitan IIN dilakukan ketika ada kebutuhan Instansi/lembaga keuangan seperti perbankan untuk menerbitkan kartu ATM sehingga pendaftaran hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan lembaga tersebut. Selain itu, sosialisasi kepada lembaga keuangan masih belum dilaksanakan secara optimal karena keterbatasan anggaran. 14

21 Tabel 8. Rekapitulasi Aplikasi IIN ( ) Nomor Tahun Target Aplikasi Realisasi Rekapitulasi Aplikasi IIN Tahun Target Aplikasi Realisasi C. KERJASAMA STANDARDISASI INTERNASIONAL Kerjasama standardisasi internasional difokuskan pada kerjasama di tingkat bilateral, regional dan multilateral. C.1. Forum Bilateral Kerjasama di tingkat bilateral diarahkan guna mendukung pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) melalui tukar menukar informasi mengenai pengembangan standar di kedua 15

22 negara. Hal ini ditindaklanjuti dengan merekomendasikan pengembangan standar melalui adopsi standar ke dalam standar nasional. Kerjasama dilakukan dengan institusi di negara mitra yang bertanggung jawab dalam pengembangan standaridisasi termasuk badan standardisasi nasional (NSB) maupun dengan organisasi pengembang standar (SDO). Selain itu, kerjasama di tingkat bilateral juga diarahkan untuk memfasilitasi perdagangan termasuk bidang standar dan keberterimaan hasil uji dan sertifikat produk oleh lembaga sertifikasi produk antar kedua negara. Tabel 9. Rekapitulasi MoU Bilateral ( ) No. Tahun MoU Baru MoU Perpanjangan TOTAL TOTAL Rekapitulasi MoU Kerjasama Bilateral Dalam konteks kerjasama Bilateral, pada tahun 2016, BSN telah menandatangani 2 (dua) MoU dengan NSBs/SDOs, yaitu: 1. National Association of Corrosion Engineers (NACE). MoU berlaku secara efektif mulai tanggal 30 November Penandatanganan MoU dilakukan secara desk to desk, di mana pihak BSN diwakili oleh Dr. Ir. Puji Winarni, M.A., selaku Plt. Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, sedangkan pihak NACE diwakili Robert H. Chalker, selaku Chief Executive Officer (CEO) of NACE. 2. Bureau of Indian Standards (BIS), ditandatangani pada tanggal 12 Desember 2016 di New Delhi, India bersamaan dengan kunjungan Presiden RI. Dalam penandatanganan MoU ini, BSN diwakili oleh pihak Kementerian Luar Negeri RI. Kedua penandatanganan MoU tersebut melengkapi 12 MoU yang telah ditandatangani di tahuntahun sebelumnya: 16

23 1. American Society for Testing and Materials (ASTM International); 2. The International Association of Plumbing and Mechanicals Officials (IAPMO); 3. Belarusian State Centre for Accreditation (BSCA); 4. Gulf Standardization Organization (GSO); 5. Japan Industrial Standards Committee (JISC); 6. Ministério do Comércio, Indústria, e Ambiente - República Democrática de Timor-Leste (MCIA-RDTL) 7. Saudi Arabia Standards Organization (SASO); 8. Agency for Standardization, Metrology and Certification of the Republic of Uzbekistan (UZSTANDARD); 9. The Bhutan Standards Bureau (BSB); 10. Korean Agency for Technology and Standards (KATS); 11. British Standard Institution (BSI); 12. The Institute of Standards and Industrial Research of Iran (ISIRI); Selain penandatanganan MoU, BSN juga sedang merintis kerjasama teknis bidang standardisasi yang hingga saat ini masih dalam proses pembahasan, yaitu dengan: 1. The Slovak Office of Standards, Metrology, and Testing (SOSMT); 2. The Russian Federal Agency on Technical Regulation and Metrology (GOST); 3. The Ministry of Economic Development and Trade of Ukraine (MEDT); 4. Emirates Authority for Standardization and Metrology (ESMA); 5. The American Society of Mechanical Engineers (ASME); 6. Technical Association of the Pulp and Paper Industry (TAPPI); 7. The American Petroleum Institute (API). Dalam kaitannya dengan implementasi MoU, BSN menghadiri peresmian laboratorium pengujian dan sertifikasi di PT. IAMPO Group Indonesia, Bekasi, Jawa Barat. Kunjungan kali ini dipandu oleh Executive Vice President of IAPMO R&T Laboratorium, Ken Wijaya. BSN terus berkolaborasi dengan IAPMO dalam mengembangkan sistem plambing di Indonesia. Sejalan dengan Nawa Cita Presiden Joko Widodo, saat ini Indonesia sedang giat membangun infrastruktur, dan sistem plambing ini diharapkan menjadi kekuatan dalam memberikan kontribusi dalam pembangunan infrastruktur. Selain itu, ditekankan perlunya sistem kualitas air yang baik bagi kesehatan. Dalam rangka memperingati World Plumbing Day 2016, telah diselenggarakan kegiatan Konferensi tentang Indonesian Plumbing System Standards. Acara tersebut diselenggarakan pada tanggal 18 Mei 2016 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Acara tersebut terselenggara atas kolaborasi BSN dan IAPMO. Direktur (CEO) IAPMO, Russ Chaney dan Kepala BSN, Prof. Bambang Prasetya turut memberi sambutan pada pembukaan acara. Dalam konferensi ini dilakukan presentasi dan diskusi panel dari beberapa narasumber untuk membahas pentingnya standar SNI 8153:2015 dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan, menjaga lingkungan hidup dan meningkatkan perekonomian Indonesia. C.1.1. Forum Regional ASEAN. Badan Standardisasi Nasional (BSN) bertindak sebagai National Focal Point dan koordinator dalam forum ACCSQ (ASEAN Consultative Committee for Standards and Quality). BSN bertugas memonitor perkembangan seluruh Working Group (WG) dibawah ACCSQ dan melakukan koordinasi dengan institusi terkait di tingkat nasional serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam meningkatkan komunikasi untuk memenuhi kesepakatan yang telah ditetapkan dalam ASEAN Economic Community (AEC) Score Card. Dalam hal ini, BSN bertindak sebagai 17

24 Sekretaris untuk ACCSQ PWG on Automotives (A-PWG) sejak Maret 2005 sampai dengan sekarang, dan ACCSQ PWG on Prepared Foodstuff (PF-PWG) sejak April 2003 sampai dengan sekarang. BSN juga bertindak sebagai Co-Chair Joint Sectoral Committee on Electrical and Electronic Equipment (JSC EEE) periode dan Contact Point Joint Sectoral Committee on Electrical and Electronic Equipment (JSC EEE). Selain itu, BSN juga berperan aktif dalam pertemuan-pertemuan ACCSQ Plenary; PFPWG; APWG; dan JSC EEE. Menuju implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016, BSN aktif dalam memberikan tanggapan/posisi Indonesia atas isu-isu standar dan penilaian kesesuaian ASEAN. Pelaksanaan MEA dengan tujuan terciptanya kawasan pasar tungal dan basis produksi dilakukan melalui integrasi 12 sektor prioritas (PIS). Namun hanya terdapat 6 sektor dari PIS yang terkait dengan aspek standardisasi dan penilaian kesesuaian yaitu electronic, healthcare, otomotif, rubber based products, wood based products, dan agro based products. Upaya integrasi 6 (enam) sektor tersebut dilakukan dalam bentuk harmonisasi standar, penilaian kesesuaian dan regulasi teknis antar negara anggota ASEAN. Ketiga proses harmonisasi tersebut sangat diperlukan untuk terciptanya keberterimaan hasil uji dan sertifikat produk antara negara ASEAN sehingga terwujud arus pergerakan barang intra ASEAN yang lebih mudah, bebas dengan tetap memenuhi aspek mutu serta keamanan bagi konsumen. Pada 2016, ASEAN Standards and Conformance Strategic Plan dan sub sector action plan masing-masing WG/PWG telah disetujui oleh Senior Economic Officials Meeting (SEOM). Semua program kegiatan WG dan PWG tersebut harus sinergi dengan sasaran dan komitmen pemimpin ASEAN dalam AEC Blue Print C.1.2. Forum APEC SCSC. Sebagai anggota ekonomi forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), BSN telah berperan aktifdi bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian serta bertindak sebagai focal point point nasional di forum APEC on Sub Committee on Standard and Conformance (APEC SCSC). Hal ini merupakan bagian komitmen Indonesia dalam mencapai dan mewujudkan APEC Bogor Goals. Dalam forum APEC SCSC, BSN menyampaikan update secara regular Collective Action Plan (CAP) dan Voluntary Action Plan (VAP) serta aktif dalam memberikan input dan tanggapan dalam setiap project APEC yang dikirimkan oleh anggota ekonomi APEC lain, salah satunya adalah APEC Project on Silver Economy dari Australia. Dalam rangka peningkatan kapasitas sumber daya manusia, BSN secara rutin mengirimkan wakil dari internal BSN dan K/L terkait untuk mengikuti berbagai pelatihan APEC yang dilaksanakan oleh anggota ekonomi APEC lain. Kemudian, BSN turut berpartisipasi aktif dalam menghadiri pertemuan Plenary APEC SCSC 1 dan 2, untuk menyampaikan posisi dan kepentingan Indonesia serta laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawab Indonesia (CAP dan VAP). Pada tahun 2016, BSN menghadiri sidang APEC SCSC 1 pada tanggal Februari 2016 di Lima, Peru. Sedangkan untuk APEC SCSC 2, BSN tidak menghadiri pertemuan tersebut dikarenakan adanya pemotongan anggaran yang signifikan. C.2.3 Forum PASC BSN berpartisipasi aktif dalam forum Pasific Asia Standard Congress (PASC), forum yang memfasilitasi perkembangan standardisasi tingkat regional dan internasional yang beranggotakan 24 negara di kawasan Asia Pasifik. Indonesia dapat memanfaatkan forum PASC untuk menggalang dukungan dalam pemilihan posisi atau jabatan strategis di forum ISO, IEC dan ITU-T sehingga kepentingan Indonesia di bidang standardisasi dapat diperjuangkan secara lebih maksimal. Pada tahun 2016, BSN mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam pertemuan PASC ke 39 yang diselenggarakan pada tanggal 9-13 Mei Pertemuan diawali dengan Workshop yang bertema How to Engage MSME s in Standardization Activities dan membahas topik penting yang dipandang sangat relevan dengan keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 18

25 (UMKM) yang dikaitkan dengan Standar. Workshop tersebut dibagi menjadi 4 (empat) sesi dan menghadirkan pembicara dari negara anggota PASC termasuk Indonesia. Beberapa kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut yang perlu dilakukan antara lain : peningkatan komunikasi dan pertukaran informasi antar negara anggota PASC dengan stakeholder terkait (industri, UMKM, regulator dan lembaga penilaian kesesuaian) melalui website yang sedang dikembangkan oleh Sekretariat PASC; kerjasama dengan organisasi internasional seperti perwakilan ISO/IEC di Asia Pasifik untuk mempromosikan pengembangan New Work Item Proposal (NWIP) oleh UMKM; kerjasama dengan APEC SCSC, ASEAN dan NGO untuk mendukung peningkatan kapasitas dan akses UMKM; usulan capacity building untuk UMKM dengan menggunakan teknologi atau platform online seperti Coursera untuk mengembangkan program pelatihan bagi UMKM dalam memahami penggunaan dan akses standar. melakukan survey tentang kebutuhan riil UMKM. Hasil survey akan menjadi acuan dalam penentuan jenis capacity building yang dibutuhkan oleh UMKM. Dalam sidang Plenary PASC ke-39 tersebut, dibahas perkembangan kegiatan standardisasi di dalam forum ISO/IEC/ITU, COPANT, GSO, APEC, dan lain-lain. Dalam kesempatan sidang PASC ke- 39 ini pula, Indonesia sebagai salah satu konseptor standar ISO, menyampaikan proposal baru di bidang peringatan dini bencana longsor, berupa NWIP ISO/TC 292 Security and Resilient about Land Slide Early Warning System. Proposal tersebut mendapat dukungan mayoritas dari anggota PASC lainnya. C.2.4 Forum FTA. BSN berpartisipasi aktif dalam forum negosiasi ASEAN dengan negara mitra baik ASEAN + 1 Negara Mitra maupun ASEAN + 6 (RCEP). Dalam forum ini, partisipasi BSN adalah dalam negosiasi di bidang Standard, Technical Regulations, dan Conformity Assessment (STRACAP). Selama tahun 2016, telah dihasilkan dua kertas posisi dalam rangka partisipasi BSN dalam forum ASEAN + 1 (ASEAN-China FTA Sub Committee on STRACAP ke-4, dan ASEAN-Hongkong Working group on STRACAP ke-4). Dalam forum RCEP, telah dihasilkan empat kertas posisi dalam rangka memperkuat Delegasi Indonesia dalam mengikuti negosiasi RCEP (ke-8, 9, 10 dan 11). 19

26 BSN juga berpartisipasi dalam perundingan bilateral Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA) dan Indonesia EU CEPA untuk memperkuat posisi Indonesia khususnya dibidang STRACAP. C.2. Forum Kerjasama Multilateral Kegiatan difokuskan pada penguatan posisi Indonesia khususnya dalam kontribusi dan partisipasi aktif Indonesia dalam perumusan standar internasional ISO dan IEC, serta memfasilitasi kerjasama dalam mendukung perumusan SNI, dan implementasinya dalam mendukung perdagangan. Hal ini dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan stakeholders terkait baik kementerian/lembaga maupun pihak swasta. Di bidang kelistrikan, pada tahun 2016 Indonesia menyelenggarakan seminar dalam rangka kunjungan Sekretaris International Electrotechnical Commision System of Conformity Assesment Schemes for Electrotechnical Equipment and Component (IECEE). Hal ini dimanfaatkan sebagai moment pertemuan dan ajang diskusi dengan stakeholder penilaian kesesuaian bidang ketenagalistrikan yang dihadiri sekitar 40 peserta. Dalam pertemuan ini telah diidentifikasi permasalahan beserta tindaklanjutnya, yang dihadapi National Certification Body (NCB) Certification Body Test Laboratory (CBTL) Indonesia dalam memperoleh klien IEC Certification Body Scheme (IEC CB Scheme). Salah satu syarat anggota International Electrotechnical Committee (IEC) adalah membentuk Komite Nasional. BSN sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pembinaan standardisasi membentuk Komite Nasional untuk IEC (KOMNAS IEC) Indonesia yang beranggotakan wakil-wakil dari para pemangku kepentingan terkait. Pada tahun 2016, KOMNAS IEC telah melaksanakan dua kali pertemuan tahunan yang membahas kebijakan nasional di bidang kelistrikan dan partisipasi aktif stakeholders Indonesia dalam kegiatan standardisasi IEC. Dalam forum pengembangan standar ISO dan IEC, BSN berperan aktif dalam memberikan tanggapan terhadap draft internasional standar. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keberterimaan SNI. Selama tahun 2016, BSN telah memberikan tanggapan sebanyak 960 draft ISO (100%) dan 396 buah (100%) untuk draft IEC Tabel 10. Kinerja Tanggapan atas Draft Standar ISO ( ) ISO Tahun Jumlah Ballot Jumlah yang ditanggapi Persentase % % % % 20

27 Tabel 11. Kinerja Tanggapan atas Draft Standar IEC ( ) IEC Tahun Jumlah Ballot Jumlah yang ditanggapi Persentase % % % % Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia berpartisipasi aktif sebagai anggota dalam organisasi pengembangan standar ISO dan IEC. Di kedua organisasi tersebut, status keanggotaan dibagi dua kelompok berdasarkan keaktifan serta tanggung jawabnya yaitu sebagai Participating Member (P-Member) dan Observer Member (O-Member). Dalam Komite Teknis ISO Indonesia menjadi P-member di 34 TC/ 62 SC, dan O-Member di 111 TC/ 40 SC. Selain itu, 21

28 Indonesia juga menjadi Co-Chair twinning program ISO/TC 207/SC 1 (Environmental Management Systems) dan Co-Secretary twinning program untuk ISO/TC 207/SC 7/WG 5. Dalam ISO/TC 207 Environmental Management Working Group (WG) 9, Indonesia mengusulkan project Land Degradation and Desertification (ISO 14055). Kemudian pada ISO/TC 207/SC 7/WG 7 Framework Standard, Indonesia menjadi Convenor, Project Leader dan Secretary yang mengusulkan serta mengembangkan standar Guidance with framework and principles for methodologies on climate actions (ISO 14080). Pada tahun ini juga, Indonesia mengusulkan draft SNI terkait Landslide Early Warning System (LEWS) untuk dikembangkan menjadi standar internasional ISO di bawah Komite ISO/TC 292 Security and Resilience. Selanjutnya, Indonesia menjadi Convenor ISO/TC 296/WG 1 Terminology of bamboo products. Tabel 12. Status Keanggotaan Indonesia di ISO ( ) Tahun P-Member O-Member TC SC TC SC Keterangan: TC = Technical Committee SC = Sub Committee Dalam Komite Teknis IEC, Indonesia menjadi P-Member di 10 TC/ 13 SC, dan O-Member di 22 TC/ 19 SC. Terdapat perubahan struktur organisasi komite teknis di IEC dimana Indonesia berpartisipasi. Beberapa komite teknis ada yang dilebur menjadi satu dan ada pula yang dibubarkan. Tabel 13. Status Keanggotaan Indonesia di IEC ( ) Tahun P-Member O-Member TC SC TC SC

29 Tahun P-Member O-Member TC SC TC SC Keterangan: TC = Technical Committee SC = Sub Committee Commented [i-[1]: Keanggotaan di IEC menunjukan tren yang menurun disebabkan oleh Indonesia menjadi tuan rumah Working Group Meeting ISO/TC 207/SC 7 serta hadir pada sidang pleno ISO/TC 207. Dari kehadiran Delri dalam Sidang ISO/TC 207/SC 7 dan ISO/TC 207 Indonesia menyampaikan dan mempertahankan posisinya dalam substansi standar terkait manajemen lingkungan, gas rumah kaca serta sebagai lead dalam pengembangan standar ISO Pada tanggal 17 Mei 27 Juli 2016, Committee Draft (CD) ISO disirkulir ke anggota ISO/TC 207/SC 7 Greenhouse gas management and related activities, selaku parent committee WG 7, untuk memperoleh masukan dan komentar. Hasilnya, WG 7 menerima 407 komentar dari 19 Negara, dan dibahas pada pertemuan ke-4 WG 7 di Seoul, Korea Selatan pada tanggal Agustus Hasil dari pertemuan ini terselesaikannya draft standar ISO untuk dilakukan ballot tahap Committee Draft (CD). Ballot berakhir pada tanggal 20 Desember 2016 dengan hasil draft standar ISO dapat diproses menuju tahapan pengembangan standar berikutnya, yaitu Enquiry Stage/dokumen Draft International Standard (DIS). 23

30 Sidang ke-39 ISO General Assembly diselenggarakan di Beijing, Cina pada tanggal September Dari kehadiran Delri di forum ISO/GA diperoleh informasi-informasi yang dapat dijadikan masukan untuk memperkuat sistem standardisasi nasional, diantaranya adalah: strategi untuk memperoleh keberterimaan luas untuk produk ekspor Indonesia; strategi untuk mengatasi isu pengembangan berkelanjutan menggunakan standar; strategi untuk meningkatkan partisipasi aktif Indonesia di forum ISO; strategi untuk mempromosikan manfaat standardisasi kepada pemangku kepentingan mulai dari UMKM hingga usaha besar, dari individu sampai ke pemerintah; dan strategi untuk meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan dalam pengembangan standar ISO. Sidang ke-80 IEC/GM diselenggarakan di Berlin, Jerman pada tanggal Oktober Delri yang dipimpin oleh Kepala BSN dan terdiri atas wakil dari Kementerian Perindustrian, HIMAPUIL, dan BSN telah menghadiri The 80th IEC-GM di Frankfurt, pada tanggal Oktober Pertemuan membahas isu-isu penting perkembangan terakhir terkait kegiatan Manajemen di IEC seperti SMB, CB, CAB dan MSB, dan membahas kegiatan teknis di TC IEC serta mengikuti juga pengetahuan teknologi terkini melalui Workshop, Symposium atau Kongres IEC. IEC dipandang sangat perlu dikarenakan salah satu kebutuhan dalam kegiatan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional, juga dapat memilik kerjasama yang lebih erat dengan organisasi internasional/regional lainnya seperti ISO, ITU, ILAC-IAF, WTO, ASEAN, dan GCC/GSO. Sidang juga telah menetapkan anggota baru untuk SMB, CAB,dan CB yang akan berperan penting dalam menentukan arah IEC ke depannya nanti, serta rencana sidang berikutnya sampai tujuh tahun kedepan (2023). Pada tanggal 28 November 2 Desember 2016, ISO/TC 176 menyelenggarakan pertemuan tahunan ke 32 di Rotterdam yang dihadiri oleh 125 negara anggota. Indonesia diwakili oleh Kepala BSN yang didampingi oleh sejumlah lembaga terkait. Selain menghasilkan sejumlah kesepakatan terkait standardisasi global, pada kesempatan tersebut disampaikan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan ke 33 di Bali bulan September Delegasi juga melakukan pertemuan dengan Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda dan lembaga standardisasi Belanda NEN. Dalam pertemuan dengan NEN, salah satu kesepakatan adalah menjajaki kemungkinan melakukan kerjasama melalui perjanjian MoU. 24

31 Sehubungan rekomendasi hasil kajian dari Tim Pokja Keanggotaan Indonesia pada Organisasi Internasional, BSN akan mewakili Indonesia dalam keanggotaan di Standards and Metrology Institute for Islamic Countries (SMIIC). Proses keanggotaan saat ini sedang disiapkan dan BSN telah mengirimkan surat prakarsa penyusunan dasar hukum keanggotaan Indonesia pada SMIIC ke Kementerian Luar Negeri. Selain itu, BSN mulai diikutsertakan dan terlibat dalam United Nations Forum on Sustainability Standards (UNFSS), yaitu platform dialog internasional tentang Voluntary Sustainability Standards. BSN telah memberikan masukan terhadap pemahaman terhadap dinamika sustainability standards di emerging market economies. Dalam pertemuannya, negara berkembang termasuk Indonesia setuju untuk menginisiasi kegiatan sharing pengalaman nasional terkait dengan sustainability standards. C.3. Forum WTO TBT. C.3.1. Penguatan Fungsi Notifikasi dalam Pelaksanaan Perjanjian TBT WTO Selama tahun 2016, BSN sebagai Notification Body (NB) dan Enquiry Point (EP) telah menyampaikan notifikasi rancangan maupun regulasi teknis ke Sekretariat WTO (outgoing notification) melalui TBT Notification submission System (TBT NSS), merespon enquiry (pertanyaan) dari anggota WTO atas regulasi teknis Indonesia dan merespon notifikasi regulasi teknis dari anggota WTO (incoming notification). Jumlah notifikasi serta enquiry yang disampaikan oleh Indonesia pada tabel berikut : Tabel 14. Penanganan outgoing notifikasi dan Enquiry pada subbidang notifikasi Pusat Kerjasama Standardisasi BSN Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Notifikasi Regulasi Teknis Adendum Enquiry

32 Tabel 15.Notifikasi Rancangan Regulasi teknis dan Regulasi Teknis Tahun Rancangan regulasi teknis Regulasi Teknis Total Notifikasi

33 Selama tahun 2016 terdapat kurang lebih notifikasi yang diterima oleh BSN dan beberapa diantaranya dianggap berpotensi menghambat akses pasar Indonesia ke negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia. BSN melakukan rapat kooordinasi dengan beberapa K/L terkait untuk pembahasan hambatan perdagangan terkait antara lain: Country of origin labelling dari Australia, Microbeads pada produk kosmetik, produk kayu dari Korea, produk pangan dari EU, Canada Tobacco, Methylisothiazolinone pada produk kosmetik. Selain hal tersebut diatas, beberapa regulasi teknis negara anggota WTO telah ditanggapi oleh Indonesia antara lain kebijakan rokok Canada, Regulation (EC) No 1223/2009 of the European Parliament and of the Council on cosmetic products. Selama pertemuan tahunan regular TBT-WTO melalui agenda Specific Trade Concern (STC) yang dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, Indonesia menyampaikan posisi ofensif (aktif merespons notifikasi dan kebijakan anggota WTO lain) dan posisi defensif (aktif mempertahankan 27

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG KERJASAMA STANADARDISASI DALAM NEGERI BSN TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG KERJASAMA STANADARDISASI DALAM NEGERI BSN TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG KERJASAMA STANADARDISASI DALAM NEGERI BSN TAHUN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JANUARI 2017 LAKIP PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI 2 RINGKASAN EKSEKUTIF

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI BSN TAHUN 2015 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JANUARI 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI BSN TAHUN 2015 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JANUARI 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI BSN TAHUN 215 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JANUARI 216 LAKIP PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai salah satu unit eselon I BSN, Deputi

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI TAHUN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI TAHUN BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia, peranan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI Revisi 1 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG Salinan BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KERALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL N0M0R3TAHUN 2017 TENTANG KOMITE NASIONAL PENANGANAN HAMBATAN TEKNIS PERDAGANGAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. No.105, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pem

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pem No.953, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Komnas IEC. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG KOMITE NASIONAL INDONESIA UNTUK INTERNATIONAL ELECTROTECHNICAL COMMISSION

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6 RENCANA STRATEGIS PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 2 Tahun Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang Peraturan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 KEDEPUTIAN BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 KEDEPUTIAN BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 KEDEPUTIAN BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.2 MAKSUD DAN TUJUAN

I.1 LATAR BELAKANG I.2 MAKSUD DAN TUJUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 1 Tahun 2015 Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013 BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013 latar belakang: INFRASTRUKTUR PASAR GLOBAL BIPM Ketertelusuran Pengukuran WTO; OIML Regulasi Penilaian Kesesuaian PASAR GLOBAL Akreditasi ILAC; IAF Standar

Lebih terperinci

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL SALINAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 3401/BSN-I/HK.71/11/2001 TANGGAL : 26 November 2001 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan

Lebih terperinci

BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN

BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN PUSAT PERUMUSAN STANDAR Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra PPS tahun 2015-2019,

Lebih terperinci

2011, No Pedoman Standardisasi Nasional tentang panduan keberterimaan regulasi teknis, standar dan prosedur penilaian kesesuaian untuk produk pe

2011, No Pedoman Standardisasi Nasional tentang panduan keberterimaan regulasi teknis, standar dan prosedur penilaian kesesuaian untuk produk pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.106, 2011 BADAN STANDARDISASI NASIONAL. Pedoman Standardinasi Nasional. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA-PACIFIC ECONOMIC COOPERATION XXI TAHUN 2013 DAN PENETAPAN PROVINSI

Lebih terperinci

ADOPSI, PENERAPAN DAN PROGRES PENCAPAIAN SNI ISO 37001:2016

ADOPSI, PENERAPAN DAN PROGRES PENCAPAIAN SNI ISO 37001:2016 ADOPSI, PENERAPAN DAN PROGRES PENCAPAIAN SNI ISO 37001:2016 Prof. Dr. Bambang Prasetya Kepala Badan StandardisasiNasional/ Ketua Komite Akreditasi Nasional Mengenal BSN Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Lebih terperinci

daftar isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif

daftar isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif iii iv daftar isi v vi vii viii ix x xii Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif 1 BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 2 B. Tugas, Fungsi

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK LAYANAN JASA PENERBITAN ISSUER IDENTIFICATION NUMBER (IIN) PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI

STANDAR PELAYANAN PUBLIK LAYANAN JASA PENERBITAN ISSUER IDENTIFICATION NUMBER (IIN) PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI STANDAR PELAYANAN PUBLIK LAYANAN JASA PENERBITAN ISSUER IDENTIFICATION NUMBER (IIN) PUSAT KERJASAMA STANDARDISASI Badan Standardisasi Nasional 2015 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Istilah... ii I Pendahuluan:...

Lebih terperinci

ECONOMIC COOPERATION XXI TAHUN 2013

ECONOMIC COOPERATION XXI TAHUN 2013 KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA-PACIFIC ECONOMIC COOPERATION XXI TAHUN 2013 DAN PENETAPAN PROVINSI BALI SEBAGAI

Lebih terperinci

Daftar MoU BSN dengan Kementerian, Lembaga, Asosiasiasi, dan/atau Institusi Lainnya

Daftar MoU BSN dengan Kementerian, Lembaga, Asosiasiasi, dan/atau Institusi Lainnya Daftar MoU BSN dengan Kementerian, Lembaga, Asosiasiasi, dan/atau Institusi Lainnya No Mitra/ Pihak Kerjasama Jenis Institusi Tanggal Penandatanganan Tanggal berakhir Nomor MOU Masa Berlaku Perihal/Judul

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN

PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DALAM MENDUKUNG PRODUK UNGGULAN DAERAH SULAWESI SELATAN Dr. Dra. Zakiyah, MM Kepala Pusat Perumusan Standar-BSN Makassar, 25 Oktober 2017 OUTLINE SEJARAH STANDARDISASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.732, 2015 BSN. Rencana Strategis. Tahun 2015-2019. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 199, 2000 BADAN STANDARISASI. Standarisasi Nasional. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang pertama kali dibentuk dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 13 Tahun 1997

Lebih terperinci

BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI

BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI PUSAT PERUMUSAN STANDAR Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra Pusat

Lebih terperinci

BADAN STANDARISASI NASIONAL. Pusat Kerjasama Standardisasi

BADAN STANDARISASI NASIONAL. Pusat Kerjasama Standardisasi Bsrri) : [anggal Terbit : 01.07.2014 STANDARDISASI 2016 : l dari 7 :1 Kementerian Negara/Lembaga Unit Kerja Program Hasil (oufcome) Kegiatan lndikator Kinerja Kegiatan Jenis Keluaran (output) Volume Satuan

Lebih terperinci

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL "PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL"

MANUAL INDIKATOR KINERJA UTAMA 2016 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL "PERSENTASE POSISI INDONESIA YANG DITERIMA DALAM FORUM MULTILATERAL" Deskripsi Sasaran Strategis: Internal Business Process Peningkatan peran Indonesia di forum multilateral

Lebih terperinci

EEnri) : Puji Winarni : Plt. Deputi bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi Selanjutnya disebut pihak pertama

EEnri) : Puji Winarni : Plt. Deputi bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi Selanjutnya disebut pihak pertama EEnri) PER.'ANJIAN KINER.'A TAI{UN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Jabatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian

Lebih terperinci

2014, No (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 ten

2014, No (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 ten No.317, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pengujian Pangan. Laboratorium. Jejaring PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M-IND/PER/3/2014 TENTANG JEJARING LABORATORIUM

Lebih terperinci

SADAN ST ANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG STANDAR PELAYANAN JASA PENERBITAN

SADAN ST ANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG STANDAR PELAYANAN JASA PENERBITAN SADAN ST ANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN JASA PENERBITAN ISSUER IDENTIFICATION NUMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L No.17, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. LPK Terdaftar ASEAN. Sertifikat Produk. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

Pengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN

Pengembangan SNI. Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN Pengembangan SNI Y Kristianto Widiwardono Pusat Perumusan Standar-BSN Struktur organisasi BSN Kepala Badan Standardisasi Nasional Sekretaris Utama Inspektorat Sekretariat Unit Nasional Korpri BSN Biro

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA PUSAT PERUMUSAN STANDAR BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2018 KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem Jaminan Mutu

Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem Jaminan Mutu Laporan Kinerja 2016 Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem Jaminan Mutu Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Laporan Kinerja 2016 Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KACA UNTUK BANGUNAN BLOK KACA SPESIFIKASI DAN METODA UJI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) CERMIN KACA LEMBARAN BERLAPIS PERAK SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM )

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) DAFTAR ISI 1 Kondisi dan Perkembangan LPDB-KUMKM 2 Tantangan

Lebih terperinci

REKOMENDASI TEMU KOMITE TEKNIS 2017

REKOMENDASI TEMU KOMITE TEKNIS 2017 REKOMENDASI TEMU KOMITE TEKNIS 2017 Rekomendasi Penguatan Pengembangan Standar Jangka Menengah (5 Tahun) 2 1. Forum koordinasi penggalangan umpan balik dari pemangku kepentingan dalam pengembangan SNI

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No.

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. Laporan Kinerja 2015 Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. 8, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA Telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa kebijakan standardisasi akan menuntut kesungguhan

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/2007................... TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2017

LAPORAN KINERJA 2017 L LAPORAN KINERJA 2017 BADAN STANDARDISASI NASIONAL Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I Lt 9-14 Jl. MH. Thamrin No.8, Kebon Sirih, Jakarta Pusat Telp +62 21-3927422 Fax +62 21 3927527 bsn_sni www.bsn.go.id

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor : 307/B/LL/2016 10 Oktober 2016 Lampiran : 2 (dua) berkas Perihal : Instrumen Penilaian Persepsi Pemangku Kepentingan terhadap Prosedur Akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Ketua Delegasi Indonesia pada HLD RECI UN-ESCAP Bangkok,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA MESIN PENGHANCUR (CRUSHER) BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK - SYARAT MUTU DAN CARA UJI SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG P emerintahan yang baik dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merupakan syarat mutlak bagi setiap penyelenggara negara untuk mewujudkan aspirasi masyarakat

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG. Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan

PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG. Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan PEMBERDAYAAN KONSUMEN DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASIA: TANTANGAN DAN PELUANG Ganef Judawati - Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan ERA GLOBALISASI Konsumen harus mampu membuat pilihan

Lebih terperinci

Sistem Penjaminan Mutu Internal sebagai Enabler Tercapainya Kampus Unggul di STIE Perbanas Surabayaq

Sistem Penjaminan Mutu Internal sebagai Enabler Tercapainya Kampus Unggul di STIE Perbanas Surabayaq PRAKTIK BAIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI PERGURUAN TINGGI Manfaat yang diperolah Setelah Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi Sistem Penjaminan Mutu Internal sebagai Enabler

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No.

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. Laporan Kinerja 2014 Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. 8, Jakarta Pusat Ikhtisar Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem

Lebih terperinci

2015, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan

2015, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1449, 2015 KEMENPERIN. Melamin Perlengkapan Makan Minum. Wajib. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/M-IND/PER/9/2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO INCORPORATE TECHNICAL BARRIERS TO TRADE AND SANITARY AND PHYTOSANITARY MEASURES INTO THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN SECOND PROTOCOL TO AMEND THE AGREEMENT ON TRADE IN GOODS UNDER THE FRAMEWORK AGREEMENT ON COMPREHENSIVE ECONOMIC COOPERATION AMONG THE GOVERNMENTS OF THE MEMBER COUNTRIES OF

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA ALAT PEMELIHARAAN TANAMAN SPRAYER GENDONG SEMI OTOMATIS SYARAT MUTU DAN METODE UJI SECARA WAJIB

Lebih terperinci

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA. Surabaya, 20 Oktober 2016

PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA. Surabaya, 20 Oktober 2016 PERAN STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN DAYA SAING BANGSA Surabaya, 20 Oktober 2016 Badan Standardisasi Nasional SNI (Standar Nasional Indonesia) UU 20 tahun 2014

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED) Latar Belakang The Asia-Pacific Parliamentarians' Conference on Environment and Development (APPCED) didirikan oleh Parlemen

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL sinergi implementasi UU No. 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian dan UU No 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal BADAN STANDARDISASI NASIONAL Bogor,

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA-PACIFIC ECONOMIC COOPERATION XXI TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional SS Indikator Target 2015 Terwujudnya

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe No.1451, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Helm. Kendaraan Bermotor Roda Dua. Wajib. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/M-IND/PER/9/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

!!!#$%! & ' ((( ( ( ) !"!"!#$%"! & ' ((( ( ( ) *(+(, ( -./ *0$" I. Pendahuluan A. Ciri Umum ILMTA B. Lingkup Industri Binaan Ditjen ILMTA C. Gambaran Umum Perkembangan Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Tahun 2005 s/d 2009

Lebih terperinci

SNI ISO/IEC 17024:2012 SEBAGAI BASIS PANDUAN ASESOR LITBANG

SNI ISO/IEC 17024:2012 SEBAGAI BASIS PANDUAN ASESOR LITBANG SNI ISO/IEC 17024:2012 SEBAGAI BASIS PANDUAN ASESOR LITBANG Oleh: Puji Winarni Sekretaris Utama- BSN JAKARTA,13 Desember 2016 OUTLINE PENDAHULUAN SISTEM NASIONAL STANDARDISASI DAN PK SNI ISO/IEC 17024:2012

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138/P/2014 TENTANG PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA SERTIFIKASI UNTUK DOSEN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138/P/2014 TENTANG PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA SERTIFIKASI UNTUK DOSEN SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138/P/2014 TENTANG PERGURUAN TINGGI PENYELENGGARA SERTIFIKASI UNTUK DOSEN PENDIDIK MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci