LAPORAN KINERJA 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA 2017"

Transkripsi

1 L LAPORAN KINERJA 2017 BADAN STANDARDISASI NASIONAL Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I Lt 9-14 Jl. MH. Thamrin No.8, Kebon Sirih, Jakarta Pusat Telp Fax bsn_sni Badan Standardisasi Nasional

2 LAPORAN KINERJA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2017 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2018 i

3 DAFTAR ISI Halaman Judul Daftar Isi Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Pernyataan Hasil Reviu Laporan Kinerja BSN 2017 Ringkasan Eksekutif i ii iv v vii viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2 B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi 3 C. Mandat dan Peran Strategis 7 D. Sistematika Laporan 9 BAB II STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN A. Kondisi Umum 11 B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 14 C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 15 D. Arah Kebijakan Nasional 17 BAB III PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA A. Perencanaan Strategis 19 B. Rencana Kerja dan Anggaran 25 C. Perjanjian Kinerja 26 ii

4 D. Pengukuran Kinerja 27 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Indikator Kinerja Utama 34 B. Realisasi Anggaran 82 BAB V PENUTUP Penutup 86 Lampiran: 1) Perjanjian Kinerja iii

5 NILAI-NILAI BSN 1. INTEGRITAS Kemampuan untuk mewujudkan hal yang telah disanggupi karena SDM BSN menyadari bahwa kelangsungan hidup jangka panjang BSN ditentukan oleh kemampuan personelnya dalam mewujudkan apa saja yang mereka sanggupi bagi berbagai pemangku kepentingan. 2. KEJUJURAN Kemampuan untuk mengatakan sesuatu sebagaimana adanya karena kejujuran merupakan fondasi dalam menjalankan bisnis di bidang penyediaan informasi (trustworthy healing information) pada era teknologi informasi ini. 3. KECEPATAN 4. KETERBUKAAN Kemampuan untuk menerima hal baru dan/atau yang berbeda karena lingkungan kompetitif menuntut personel BSN untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap proses yang digunakan untuk menyediakan layanan bagi customer. Keterbukaan atas hal yang baru merupakan prasyarat untuk melakukan improvement berkelanjutan. 5. TEAMWORK Kemampuan untuk mencapai tujuan bersama melalui kerjasama karena masing-masing SDM BSN menyadari sebagai makhluk sosial akan mampu mewujudkan karyakarya besar melalui kerjasama. Kemampuan untuk merespon dengan cepat setiap perubahan karena kecepatan menjadi faktor penentu kelangsungan hidup dan pertumbuhan institusi. iv

6 KATA PENGANTAR Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya M.Sc Kepala Badan Standardisasi Nasional Alhamdulillahi Rabbil alamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional Tahun 2017 dapat disusun dengan baik. Laporan Kinerja ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi BSN pada Tahun Anggaran Laporan Kinerja BSN Tahun 2017 ini merupakan laporan akuntabilitas tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun yang menggambarkan sejumlah capaian kinerja tahun 2017 dibandingkan dengan target kinerja yang telah ditetapkan tahun 2017 beserta analisisnya. Berbagai kebijakan dan upaya diambil sebagai langkah demi mewujudkan visi BSN yaitu Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa terutama untuk melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar di luar negeri, serta mampu menjamin keselamatan, keamanan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan. Penyusunan Laporan Kinerja BSN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan v

7 vi

8 vii

9 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Badan Standardisasi Nasional (BSN) Tahun 2017 menjabarkan capaian 7 (tujuh) Sasaran Strategis (SS) yang diukur dengan 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU). Pada tahun 2017, secara keseluruhan rata-rata capaian kinerja BSN sebesar 99,63% dari 21 (dua puluh satu) IKU. Sebanyak 13 (tiga belas) IKU capaiannya telah mencapai target dan 8 (delapan) IKU lainnya masih di bawah target. Delapan IKU yang belum mencapai target tersebut adalah Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni; Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI; Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI; Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni; Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN; Nilai kepatuhan layanan publik; dan Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang SPK. Dari delapan IKU yang belum mencapai target tersebut, terdapat 3 (tiga) IKU yang sampai Laporan Kinerja ini disusun belum dapat dinilai ketercapaiannya pada tahun 2017 dikarenaka nilai dari KemenPANRB dan Ombudsman belum keluar. Capaian yang dilaporkan untuk ketiga IKU ini adalah capaian tahun Ketiga IKU tersebut yaitu Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN; dan Nilai kepatuhan layanan publik. Berikut disajikan tabel capaian IKU BSN tahun 2017 menurut Sasaran Strategis: No. Sasaran Strategis Stakeholder Perspective 1. Terwujudnya daya saing produk berstandar IKU Target Realisasi % Capaian Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-sni di pasar retail dalam negeri 5% 2% 40% 5% 5,2% 104% Rata-rata capaian SS 1 72% viii

10 No. Sasaran Strategis IKU Target Realisasi % Capaian Customer Perspective 2. Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni Persentase produk ber-sni di pasar retail 10% 13,6% 3% 25% 136% (toleransi 120%) 833,3% (toleransi 120%) Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI 5% 2,56% 51,2% Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI 1000 industri 1315 Industri 131,5% (toleransi 120%) Internal Process Perspective 3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI Rata-rata capaian SS 2 102,8% Persentase SNI yang dimanfaatkan 20% 35% 175% (toleransi 120%) Jumlah SNI yang ditetapkan 500 SNI 539 SNI 107,8% Rata-rata capaian SS 3 113,9% 4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan 10% 13,9% 139% (toleransi 120%) Jumlah LPK diakreditasi 1652 LPK 1823 LPK 110,4% Persentase skema akreditasi Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 45% 55% 122,2% (toleransi 120%) Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI 65% 61% 93,9% Rata-rata capaian SS 4 111,05% 5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran 6. Meningkatnya budaya mutu Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 90 Kemampuan pengukuran 94 Kemampuan pengukuran 104,4% Rata-rata capaian SS 5 104,4% Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni 80 skor 79,3 skor 99,13% Rata-rata capaian SS 6 99,13% ix

11 No. Sasaran Strategis Learning and Growth Perspective 7. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional Opini BPK atas laporan keuangan IKU Target Realisasi % Capaian Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi *) hasil penilaian dari KemenPANRB untuk tahun 2017 belum keluar Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN *) hasil penilaian dari KemenPANRB untuk tahun 2017 belum keluar WTP (opini) 80 (nilai) 73 (BB) nilai WTP (opini) 71,79 (nilai) (th 2016) 64,87 BB (th 2016) 100% 89,74% 88,86% Indeks kompetensi dan integritas SDM > 95% 99% 104% Nilai kepatuhan layanan publik *) tahun 2017 BSN tidak dilakukan penilaian oleh Ombudsman karena sudah dalam zona hijau 105 (nilai) 104 (nilai) (th 2016) 99% Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun % 100% 100% Jumlah peraturan perundangundangan di bidang SPK 3 Dokumen 3 Dokumen 77% Rata-rata capaian SS 7 94,12% Rata-rata Capaian BSN Tahun ,63% Langkah-langkah kedepan yang harus dilakukan oleh BSN dalam upaya memperbaiki kinerja dan menghadapi tantangan kedepan, antara lain: a) Meningkatkan sosialisasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai media publikasi, terutama yang berbasis Information Technology (IT). b) Meningkatkan bimbingan untuk industri khususnya UMK di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian dengan melibatkan pemerintah daerah terkait dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan daerah dan dapat mendukung penerapan SNI di UMK. c) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak terkait dan sinergi dalam kegiatan penyusunan, penerapan, dan pengawasan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia x

12 Pada tahun 2017, realisasi anggaran Badan Standardisasi Nasional adalah sebesar Rp , atau 94,53% dari pagu Rp ,. BAB I PENDAHULUAN 1

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu alasan penting ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian adalah adanya keyakinan bahwa standardisasi dan penilaian kesesuaian menjadi pilar yang strategis untuk meningkatkan daya saing terutama dalam melindungi pasar domestik, memperkuat penetrasi produk nasional terhadap pasar luar negeri, turut serta memberikan jaminan kepada masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan, kesehatan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam bidang ekonomi, Presiden berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional yang dilakukan antara lain melalui implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barangbarang berstandar rendah. Badan Standardisasi Nasional (BSN) sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) memiliki tanggung jawab besar untuk melaksanakan amanah tersebut. Maka dari itu melalui Rencana Strategis BSN Tahun , BSN telah berkomitmen untuk mewujudkan infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa. Dalam mengupayakan komitmen tersebut, BSN melaksanakan prinsip-prinsip good governance sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999, dimana salah satunya adalah azas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja (LKj). Laporan Kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban BSN dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2017 dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi BSN, serta Laporan Kinerja BSN tahun

14 sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit kerja di lingkungan BSN, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi pemangku kepentingan demi perbaikan kinerja BSN. Dasar penyusunan LKj BSN Tahun 2017 adalah : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 5. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; 6. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 8. Peraturan Kepala BSN Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan Badan Standardisasi Nasional. B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Badan Standardisasi Nasional dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1997 yang diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen, dengan tugas pokok BSN adalah mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di Indonesia. Kemudian Keputusan Presiden tersebut diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Laporan Kinerja BSN tahun

15 Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Badan Standardisasi Nasional melaksanakan tugas pemerintahan di bidang standardisasi, akreditasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, BSN menyelenggarakan fungsi: a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang standardisasi nasional; b. Pengkoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BSN; c. Pelancaran dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang standardisasi nasional; d. Penyelenggaraan kegiatan kerjasama dalam negeri dan internasional di bidang standardisasi; e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi yang telah ditetapkan, dilakukan pembagian tugas dan kewenangan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 965/BSN- 1/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BSN Nomor 4 Tahun 2013 tentang perubahan kedua atas Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN/HL.35/05/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional, struktur organisasi BSN seperti pada Gambar pada Lampiran 1. Badan Standardisasi Nasional dipimpin oleh Kepala. Dalam menjalankan tugasnya, Kepala BSN dibantu oleh 1 (satu) Sekretaris Utama dan 3 (tiga) Deputi, yaitu : Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi, dan Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi. 1. Sekretariat Utama; mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian administrasi, dan sumber daya di lingkungan BSN 2. Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi; mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengembangan standar, penelitian dan pengembangan standardisasi, dan kerjasama standardisasi. Laporan Kinerja BSN tahun

16 3. Deputi Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi; bertugas mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang penerapan standar dan akreditasi. 4. Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi; mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang informasi dan dokumentasi serta pendidikan dan pemasyarakatan standardisasi. Gambar 1.1 Struktur Organisasi BSN Tahun 2017 Sampai dengan 31 Desember 2017 BSN memiliki personel sebanyak 391 (tiga ratus sembilan puluh satu) orang. Gambaran mengenai komposisi pegawai BSN sebagaimana ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Laporan Kinerja BSN tahun

17 Tabel 1.1 Komposisi Pegawai BSN 2017 Jenjang Pendidikan Jumlah No. Unit Kerja < S1 S1 S2 S3 Orang 1. Kepala BSN Sekretariat Utama Kedeputian PKS Kedeputian PSA Kedeputian IPS Jumlah Gambar 1.2 Komposisi Pegawai Berdasarkan Unit Kerja Eselon I Gambar 1.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Laporan Kinerja BSN tahun

18 C. Mandat dan Peran Strategis Dalam menghadapi era globalisasi, beberapa negara sepakat untuk membentuk organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization, WTO). Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Pembentukan WTO melalui Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Untuk mengurangi hambatan teknis dalam perdagangan, WTO mengatur penurunan tarif secara bertahap dan instrumen non-tarif. Adapun instrumen non-tarif ini diatur antara lain melalui perjanjian Hambatan Teknis dalam Perdagangan (Technical Barriers to Trade, TBT) dan perjanjian Sanitary and Phytosanitary (SPS). Perjanjian TBT disusun untuk menjamin agar standar, regulasi teknis, dan prosedur penilaian kesesuaian tidak menimbulkan hambatan teknis yang tidak perlu dalam perdagangan. Perjanjian SPS disusun untuk mengatur perlindungan terhadap kehidupan dan kesehatan manusia, hewan, dan tanaman. Implikasi dari pelaksanaan UU tersebut di atas, Indonesia tentunya harus siap dengan keadaan dimana tidak ada lagi pembatasan lalu lintas perdagangan antar negara melalui tarif. Pemberlakuan standar merupakan salah satu instrumen yang memungkinkan pembatasan tersebut. Tahun 2015 merupakan momentum awal mulai diberlakukannnya mekanisme tersebut dalam lingkup regional ASEAN dengan diimplementasikannya ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). ASEAN sebagai masyarakat ekonomi dengan basis produksi dan pasar tunggal semestinya menjadi langkah strategis utama bagi Indonesia, untuk melangkah dan merebut pasar global yang lebih luas. Ketentuan Umum Standar dan Kesesuaian (Common Rules of Standards and Conformance), sebagai salah satu pilar utama yang diperlukan untuk dapat mewujudkan aliran barang secara bebas di pasar ASEAN, harus digunakan sebagai basis pengembangan Infrastruktur Mutu Nasional. Dengan ketersediaan infrastruktur mutu yang memadai, Indonesia akan mampu memenuhi kewajibannya untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara serta mendorong daya saing nasional di kancah AEC dan aliansi ekonomi regional dan internasional lainnya. Kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian juga diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk nasional di pasar domestik. Kepercayaan masyarakat dibangun dengan memberikan keyakinan bahwa hanya produk yang telah memenuhi SNI yang mampu memberikan jaminan mutu yang sesuai, mampu melindungi keselamatan, keamanan, kesehatan serta menjamin fungsi lingkungan hidup. Kepercayaan Laporan Kinerja BSN tahun

19 masyarakat tersebut dibuktikan melalui kesadaran atau keinginan masyarakat untuk membeli produk bertanda SNI. Masyarakat sadar bahwa produk yang memenuhi persyaratan SNI memiliki nilai tambah dibandingkan dengan produk yang tidak memenuhi persyaratan SNI. Beberapa kendala yang masih dihadapi dalam kaitannya dengan implementasi standardisasi dan penilaian kesesuaian, antara lain: 1. Kurangnya kesadaran pelaku usaha terhadap standar. Hal ini tampak dari sebagian besar SNI diterapkan oleh pelaku usaha sebagai respon dari pemberlakuan regulasi SNI secara wajib. 2. Kurangnya kesadaran dan kepercayaan konsumen tentang pentingnya standar untuk melindungi kepentingannya. Konsumen kalangan menengah keatas akan memilih barang karena merek (telah lolos uji standar tertentu, baik SNI maupun non SNI), sedangkan bagi kalangan bawah dengan kemampuan finansial terbatas akan memilih barang karena pertimbangan harga yang murah); 3. Kurang tepatnya kebijakan dalam penerapan standar. Hal ini tampak dari titik berat program penerapan standar dilakukan melalui pemberlakuan SNI secara wajib dan belum mencakup pemberian informasi dan insentif kepada pelaku usaha untuk dapat memanfaatkan pasar yang lebih besar, padahal SNI hanya dapat diberlakukan secara wajib dengan alasan perlindungan kepentingan publik dan lingkungan, serta hanya berlaku di wilayah teritorial Republik Indonesia; 4. Masih perlunya koordinasi antar intansi K/L dalam program pembinaan untuk mendorong penerapan standar bagi pelaku usaha, terutama UMK untuk mendorong produk UKM yang telah ber-sni di desa masuk ke pasar retail modern dan mendorong produk UKM yang telah memenuhi SNI dapat memperluas distribusinya ke luar negeri. 5. Masih perlunya koordinasi antar instansi pemerintahan dalam rangka penerapan produk - produk ber-sni terutama SNI Wajib. 6. Masih lemahnya penegakan hukum bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan praktek penerapan standar, sehingga dapat merugikan pelaku usaha yang sungguh-sungguh telah menerapkan standar; 7. Kurangnya infrastruktur mutu baik lembaga sertifikasi produk, laboratorium penguji dan laboratorium kalibrasi yang terdistribusi secara merata di wilayah Indonesia, sehingga menyulitkan pelaku usaha dalam proses pengujian dan sertifikasi dan berdampak biaya tinggi. Laporan Kinerja BSN tahun

20 D. Sistematika Laporan Sistematika penyajian Laporan Kinerja BSN Tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Ringkasan Eksekutif Bagian ini menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya. 2. Bab I Pendahuluan Bagian ini menguraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, peran strategis BSN, dan sistematika laporan. 3. Bab II Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Bagian ini menguraikan tentang kondisi umum, tujuan dan arah kebijakan. 4. Bab III Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Bagian ini menguraikan tentang rencana strategis dan penetapan/perjanjian kinerja BSN Tahun Bab IV Akuntabilitas Kinerja Bagian ini menguraikan tentang pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian kinerja serta realisasi anggaran BSN Tahun Bab V Penutup Bagian ini menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahannya untuk tahun mendatang. Laporan Kinerja BSN tahun

21 BAB II STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN Laporan Kinerja BSN tahun

22 BAB II STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN A. Kondisi Umum Infrastruktur mutu nasional, yang diatur dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian meliputi Standardisasi, Akreditasi, dan Penilaian Kesesuian. BSN sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia perlu memastikan bahwa pelaksanaan perencanaan SNI, perumusan SNI, penetapan SNI, penerapan dan pemberlakuan SNI, pemeliharaan SNI, pengujian, inspeksi, sertifikasi, akreditasi, pengelolaan standar nasional satuan ukuran, pengendalian tanda SNI, dan sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BSN menetapkan SNI, berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga pemerintah lainnya, mengkoordinasikan fungsi dan kegiatan perumusan SNI dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian, dengan prinsip-prinsip perumusan SNI sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 01:2015 yaitu prinsip transparansi dan keterbukaan, konsensus dan tidak memihak, efektif dan relevan, koheren dan dimensi pengembangan. Perumusan SNI juga harus harmonis dengan kaidah-kaidah yang berlaku di badan standar tingkat Internasional, seperti ISO, IEC, dan Codex Alimentarius. BSN diberikan amanah oleh UU Nomor 20 tahun 2014 untuk mengelola seluruh Komite Teknis ke BSN yang berjumlah 146 Komtek dari 20 K/L terkait. Indonesia saat ini telah menetapkan SNI dengan rincian SNI aktif dan telah diabolisi/tidak berlaku yang mencakup berbagai standar produk, sistem, proses, maupun metode pengujian. Diantara SNI yang masih aktif, sebanyak 205 SNI diantaranya diberlakukan secara wajib. Penerapan SNI dilakukan oleh pelaku usaha/industri/personel dengan Pelaku industri/organisasi pemegang SPPT SNI. Sertifikat diberikan apabila telah dinyatakan memenuhi SNI oleh lembaga sertifikasi. Sampai saat ini lebih dari penerap yang meliputi produk, sistem manajemen, HACCP, ekolabel, personel, legalitas kayu, dan pangan organik. Selain itu BSN juga ditugaskan untuk membina role model UKM bersertifikasi SNI sebanyak UKM hingga tahun 2025 untuk mendorong daya saing 52 juta UKM Indonesia, hingga saat ini BSN telah membina 464 role model UKM. Laporan Kinerja BSN tahun

23 Sesuai Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 2001 tentang Komite Akreditasi Nasional, untuk melaksanakan tugas BSN di bidang akreditasi, pemerintah membentuk Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN bertanggung jawab melakukan akreditasi terhadap lembaga penilaian kesesuaian (LPK), antara lain laboratorium, lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen, lembaga sertifikasi personel (termasuk profesi), lembaga inspeksi, serta lembaga penilaian kesesuaian lainnya yang terkait dengan kegiatan kerjasama akreditasi internasional dalam lingkup International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) dan International Accreditation Forum (IAF). LPK dapat berupa lembaga pemerintah maupun lembaga non-pemerintah dengan persyaratan kompetensi tertentu. Persyaratan kompetensi tersebut harus harmonis dengan persyaratan internasional (dalam forum ILAC dan IAF). KAN dapat mengembangkan sistem akreditasi LPK yang diperlukan dan mengupayakan pengakuan internasional melalui ILAC dan IAF. Untuk mendukung fungsi akreditasi KAN, BSN telah berhasil membuat 49 skema akreditasi. Penerapan SNI didukung oleh sekitar LPK dengan rincian laboratorium, 13 penyelenggara uji profisiensi, 80 lembaga inspeksi, dan 256 lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasonal. Hasil uji, kalibrasi, dan sertifikasi oleh lembaga penilaian kesesuaian yang diakreditasi oleh KAN tersebut, pada saat ini telah diakui di tingkat regional maupun internasional melalui perjanjian saling pengakuan antara KAN dengan badanbadan akreditasi negara lain, anggota Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC), Pacific Accreditation Cooperation (PAC), International Laboratory Accrediitation Cooperation (ILAC), dan International Accreditation Forum (IAF). Dalam pengembangan standar nasional, Indonesia telah menjadi anggota the International Organization for Standardization (ISO), International Electrotechnical Committee (IEC), CODEX Alimentarius Commission (CAC), dan International Telecommunication Union (ITU). Keanggotaan Indonesia di dalam organisasi pengembangan standar internasional tersebut, tentunya harus dapat dimanfaatkan sebagai basis pengembangan SNI dan basis untuk memperoleh informasi tentang pengembangan standardisasi di negara-negara lain. Partisipasi dalam organisasi standardisasi internasional tersebut dapat memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam mendukung ekonomi nasional. Dalam pengelolaan standar nasional satuan ukuran (SNSU), BSN berkoordinasi dengan lembaga yang berada di dalam koordinasi Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, antara lain Pusat Penelitian Metrologi LIPI dan Pusat Teknologi Kedokteran dan Metrologi Radiasi BATAN, yang baru mencakup besaran fisik, sedangkan untuk pengukuran kimia baru pada tahap Laporan Kinerja BSN tahun

24 pengembangan oleh Pusat Penelitian Kimia LIPI dan belum memulai proses untuk memperoleh pengakuan internasional. Kebutuhan acuan pengukuran selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan proses produksi. Ke depan, pengelolaan SNSU perlu memperluas cakupan untuk pengukuran mikrobiologi, alat kesehatan, biomedis, in-vitro diagnostik, laboratorium obat, pengukuran nano, dan berbagai pengukuran lain yang dibutuhkan sesuai perkembangan teknologi. Mikrobiologi dan alat kesehatan akan dikembangkan oleh BSN berdasarkan amanat dalam RPJMN Di dalam pengelolaan teknis ilmiah Standar Nasional Satuan Ukuran (SNSU), Indonesia telah menjadi anggota Convention du Metre, telah berpartisipasi dalam Committe Interational des Poids et Mesures (CIPM) Multilateral Recognition Arrangement, dan telah memperoleh pengakuan terhadap 362 kemampuan teknis pengelolaan dan diseminasi SNSU yang diakui di seluruh dunia serta dipublikasikan di dalam basis data acuan pengukuran dunia, Appendix C of CIPM MRA ( Namun, saat ini jumlah kemampuan kalibrasi dan pengukuran Indonesia berada sangat jauh di bawah China, Korea, dan bahkan di bawah negara-negara yang baru menjadi anggota Konvensi Meter pada decade an. Untuk itu sedang dilakukan penataan kelembagaan melalui re-organisasi BSN untuk mengintegrasikan pengelolaan Standardisasi, Akreditasi dan SNSU Pada prinsipnya penerapan SNI bersifat sukarela, namun untuk kepentingan keselamatan, kesehatan, keamanan dan perlindungan fungsi lingkungan hidup, instansi Pemerintah (regulator) yang berwenang dapat memberlakukan SNI secara wajib. Dalam pemberlakuan SNI wajib, masih terdapat kelemahan dalam pengawasan dan penegakan hukum sehingga di pasar masih banyak dijumpai produk-produk domestik maupun produk impor yang tidak memenuhi persyaratan tersebut. Pemerintah diharapkan dapat mengimplementasikan Good Regulatory Practices (GRP) secara efektif untuk memastikan pemenuhan minimal yang ditetapkan di dalam regulasi teknis berbasis SNI. Untuk penyiapan pelaku usaha dalam menerapkan SNI, diperlukan pembinaan melalui bimbingan penerapan SNI dan pemberian insentif sertifikasi pada pelaku usaha terutama UKM. Peran serta masyarakat dalam standardisasi dan penilaian kesesuaian tidak hanya sebagai konsumen yang pasif, namun bisa dimulai dari proses perencanaan standar sampai dengan penerapan dan pengawasan. Peran tersebut dapat ditingkatkan melalui upaya pemasyarakatan pada seluruh pemangku kepentingan melalui berbagai media, termasuk penggunaan teknologi informasi dan didukung dengan dokumentasi standar yang memadai. Peningkatkan budaya standar diperlukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan standardisasi nasional yang sangat bergantung pada Laporan Kinerja BSN tahun

25 kesadaran seluruh pihak. Lebih lanjut pola hubungan/keterkaitan antar aktivitas standardisasi dan penilaian kesesuaian dan kelembagaan yang mendukungnya baik di tingkat nasional maupun internasional yang tercakup dalam Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian sesuai Undang-undang Nomor 20 tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. Pola Hubungan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian B. Tujuan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian di Indonesia diatur dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian yang mencakup Metrologi Teknik, Standar, Pengujian, dan Mutu. Konsep tersebut mengacu pada konsep internasional tentang Measurement, Standard, Testing and Quality Management (MSTQ) Infrastructure, yang bertujuan untuk: 1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; 2. Membantu kelancaran perdagangan; 3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Standardisasi dan penilaian kesesuaian merupakan salah satu instrumen yang diharapkan mampu meningkatkan daya saing nasional. Hal ini menjadi salah satu alasan ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2014 tersebut. Dalam Laporan Kinerja BSN tahun

26 konteks standardisasi dan penilaian kesesuaian, peningkatan daya saing nasional dilakukan melalui upaya : 1. Peningkatan jaminan mutu, efisiensi produksi, daya saing nasional, persaingan usaha yang sehat dan transparan dalam perdagangan, kepastian usaha, dan kemampuan pelaku usaha, serta kemampuan inovasi teknologi; 2. Peningkatan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya, serta negara, baik dari aspek keselamatan, keamanan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan 3. Peningkatan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan barang dan/atau jasa di dalam negeri dan luar negeri meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup. C. Arah Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Sejalan dengan dasar hukum penetapan standardisasi nasional serta tantangan yang dihadapi serta mempertimbangkan rencana pembangunan jangka panjang nasional yang menjadi basis pembangunan ekonomi Indonesia sampai dengan tahun 2025, tujuan Standardisasi Nasional adalah mewujudkan sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa. Sebagai ukuran tercapainya tujuan standardisasi nasional dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, pengembangan standardisasi nasional diarahkan untuk mencapai sasaran pokok untuk masing-masing tujuan sebagai berikut: 1. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk melindungi keselamatan, keamanan, dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup; 2. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan kepercayaan terhadap produk nasional di pasar domestik; 3. Terwujudnya sistem standarisasi nasional untuk membuka akses produk nasional ke pasar global; 4. Terwujudnya sistem standardisasi nasional sebagai platform sistem inovasi nasional; 5. Terwujudnya sistem standardisasi nasional untuk meningkatkan keunggulan kompetitif produk nasional. Laporan Kinerja BSN tahun

27 Gambar 2.2. Tahapan dan Skala Prioritas Pencapaian Strategi Standardisasi Nasional Gambar 2.3. Strategi Pengembangan Standardisasi Nasional Laporan Kinerja BSN tahun

28 D. Arah Kebijakan Nasional Sesuai Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017, BSN bertugas untuk mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi nasional, terus-menerus mengupayakan penguatan infrastruktur mutu tersebut dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Infrastruktur mutu tersebut terdiri dari tiga pilar yakni: (1) standardisasi; (2) penilaian kesesuaian; dan (3) metrologi untuk mendukung penerapan SNI. Prioritas Pembangunan bidang Standardisasi ditujukan untuk mendukung produk nasional dalam menghadapi proses globalisasi. Standardisasi nasional diupayakan dapat meningkatkan pengembangan harmonisasi SNI terhadap standar internasional, sebagai bagian strategi memperlancar perdagangan produk-produk Indonesia di pasar internasional. Dalam mengembangkan standar dan penilaian kesesuaian untuk mengurangi hambatan perdagangan tersebut, Indonesia berperan aktif juga dalam organisasi di tingkat regional ASEAN, pasifik serta internasional. Laporan Kinerja BSN tahun

29 BAB III PERENCANAAN STRATEGIS DAN PERJANJIAN KINERJA Laporan Kinerja BSN tahun

30 BAB III PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam upaya untuk memperkuat peran BSN dalam melaksanakan tugas di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia, BSN telah menetapkan visi dan misi sebagaimana tertuang dalam RENSTRA BSN tahun Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BSN telah menetapkan kinerja organisasi dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard (BSC), agar pengelolaan kinerja BSN dapat dilakukan secara terukur dan terstruktur dengan penekanan pada empat perspektif yang berimbang dan di cascading (diturunkan) dari tingkat organisasi sampai sampai dengan tingkat staf (Sasaran Kinerja Pegawai, SKP). Hal tersebut dilakukan dalam rangka mendukung penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN dan pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang lebih baik. Adapun upaya perbaikan yang telah dilaksanakan antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan reviu Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan memetakan peta strategi dan indikator kinerja dengan 7 (tujuh) Sasaran Strategis (SS) dan 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU). 2. Penandatanganan Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2017, yang merupakan kontrak kinerja yang disusun secara berjenjang mulai dari tingkat Lembaga, Eselon I dengan Kepala BSN, Eselon II dengan Eselon I, Eselon III dengan Eselon II, dan Eselon IV dengan Eselon III. 3. Memperkuat sistem monitoring capaian kinerja BSN, termasuk didalamnya sistem pengumpulan data kinerja berbasis Informasi dan Teknologi (aplikasi SIPP, ) 4. Cascading Sasaran Strategis dan indikator kinerja sampai level staf (SKP, Sasaran Kinerja Pegawai) 5. Penerapan sistem penilaian kinerja individu/pegawai berbasis Informasi dan Teknologi (aplikasi SIMPEG, ). A. Perencanaan Strategis Badan Standardisasi Nasional bertanggung jawab dalam menjalankan sebagian urusan pemerintahan di bidang standardisasi secara nasional. Dalam kurun waktu dengan berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai selama 5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi, peluang, serta kendala Laporan Kinerja BSN tahun

31 yang ada maupun tantangan yang mungkin terjadi, BSN diharapkan menjadi lembaga yang terdepan dalam mengupayakan tujuan standardisasi nasional. Untuk merealisasikan dan mewujudkan tujuan standardisasi nasional maka Kepala BSN menetapkan visi berikut: VISI Terwujudnya infrastruktur mutu nasional yang handal untuk meningkatkan daya saing dan kualitas hidup bangsa Dalam upaya mewujudkan infrastruktur mutu nasional yang handal, BSN bertugas mengkoordinasikan elemen infrastruktur mutu yang meliputi standar, penilaian kesesuaian (pengujian, inspeksi, kalibrasi, dan sertifikasi) dan metrologi menjadi suatu sistem yang terpadu, harmonis, kompeten, dan diakui di tingkat internasional dengan memegang teguh kaidah-kaidah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memperhatikan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Daya saing berarti bahwa apabila SNI tersebut diimplementasikan oleh pelaku usaha atau organisasi, akan memberikan nilai yang lebih tinggi. Dalam skala yang lebih luas, akan memberikan dampak yang lebih baik bagi perekonomian nasional. Sedangkan kualitas hidup bangsa memiliki makna bahwa standar dan penilaian kesesuaian akan mampu menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat serta pelindungan fungsi lingkungan hidup. Untuk mewujudkan visi standardisasi dan penilaian kesesuian tersebut, maka misi yang diemban oleh BSN adalah : MISI 1. Mengembangkan kebijakan standardisasi dan penilaian kesesuaian berbasis iptek dan sistem internasional. 2. Meningkatkan penerapan standardisasi dan penilaian kesesuaian. 3. Meningkatkan budaya standar di masyarakat. 4. Mengembangkan sistem pengendalian dan evaluasi pelaksanaan standardisasi dan penilaian kesesuaian. Laporan Kinerja BSN tahun

32 Adapun tujuan dan sasaran pembangunan standardisasi dan penilaian kesesuaian tahun yang telah beberapa kali disempurnakan adalah sebagai berikut : TUJUAN 1. Mewujudkan sistem pengembangan SNI yang efektif dan efisien mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa. 2. Mewujudkan sistem penerapan standar, penilaian kesesuaian, dan ketelusuran pengukuran yang efektif dan efisien mendukung daya saing dan kualitas hidup bangsa. 3. Mewujudkan peningkatan budaya mutu, kompetensi, dan efektivitas sistem informasi standardisasi dan penilaian kesesuaian. 4. Mewujudkan tata kelola yang efektif, efisien, dan akuntabel. SASARAN STRATEGIS Stakeholder Perspective SS 1. Terwujudnya daya saing produk berstandar, dengan IKU: 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni 2. Persentase pertumbuhan penjualaan produk ber-sni di pasar retail dalam negeri Customer Perspective SS 2.Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan, dengan IKU: 3. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni 4. Persentase produk ber-sni di pasar retail 5. Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI 6. Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI Internal Process Perspective SS 3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI, dengan IKU: 7. Persentase SNI yang dimanfaatkan 8. Jumlah SNI yang ditetapkan SS 4. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian, dengan IKU: Laporan Kinerja BSN tahun

33 9. Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan 10. Jumlah LPK diakreditasi 11. Persentase skema akreeditasi Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI SS 5. Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran, dengan IKU: 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional SS 6. Meningkatnya budaya mutu, dengan IKU: 14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni Learning and Growth Perspective SS 7. Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional, dengan IKU: 15. Opini BPK atas laporan keuangan 16. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 17. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 18. Indeks kompetensi dan integritas SDM 19. Nilai kepatuhan layanan publik 20. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun Jumlah peraturan perundangan-undangan di bidang SPK Berdasarkan Sasaran Strategis tersebut, BSN menetapkan 4 (empat) arah kebijakan sebagai berikut: KEBIJAKAN 1. Meningkatkan kualitas SNI sesuai dengan kebutuhan pasar. 2. Meningkatkan kualitas sistem dan infrastruktur penerapan standar dan penilaian kesesuaian. 3. Membangun budaya standar. 4. Memperkuat kelembagaan dan peran BSN. Laporan Kinerja BSN tahun

34 PETA STRATEGIS Dalam pendekatan Balanced Scorecard (BSC), BSN telah memetakan 7 (tujuh) sasaran strategis menjadi 4 (empat) perspective, yaitu : 1. Stakeholder perspective 2. Customer perspective 3. Internal process perspective 4. Learning and growth perspective Laporan Kinerja BSN tahun

35 Laporan Kinerja BSN tahun

36 B. Rencana Kerja dan Anggaran Dengan memperhatikan RKP 2017 dan berpedoman pada Renstra BSN , BSN menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran program, dan dirinci menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran tahun berikutnya, pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya. Dari Renja yang telah disusun dan pagu anggaran yang telah ditetapkan, BSN menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang memuat informasi kinerja yang meliputi program, kegiatan dan sasaran kinerja, serta rincian anggaran. Informasi pendanaan dalam RKA memuat informasi Rincian Anggaran, antara lain: output, komponen input, jenis belanja, dan kelompok belanja. Pada tahun 2017, BSN mendapatkan total pagu anggaran sebesar Rp ,-. Kemudian mengalami beberapa kali perubahan sehingga anggaran BSN tahun 2017 terakhir menjadi Rp , yang digunakan untuk melaksanakan 2 (dua) program dengan rincian alokasi anggaran sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Standardisasi Nasional sebesar Rp ,- 2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN sebesar Rp ,- Rincian alokasi anggaran berdasarkan program dan kegiatan disajikan sebagai berikut: Tabel 3.1 Alokasi Anggaran BSN Tahun 2017 Berdasarkan Program dan Kegiatan KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2017 (Rp) 084 BADAN STANDARDISASI NASIONAL Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN Peningkatan Pelayanan Hukum, Organisasi dan Humas BSN 3550 Peningkatan Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha BSN Peningkatan Penyelenggaraan Pengawasan Internal BSN Program Pengembangan Standardisasi Nasional Pengembangan Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 3554 Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi Laporan Kinerja BSN tahun

37 KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2017 (Rp) 3555 Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi Peningkatan Informasi dan Dokumentasi Standardisasi Kerjasama Standardisasi Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi Penelitian dan Pengembangan Standardisasi Perumusan Standar Peningkatan Penerapan Standar C. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja BSN tahun 2017 yang dijabarkan ke dalam IKU BSN sebagaimana Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Perjanjian Kinerja BSN Tahun 2017 No. Sasaran Strategis IKU Target Stakeholder Perspective SS 1 Terwujudnya daya saing produk berstandar Customer Perspective SS 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni 2. Persentase pertumbuhan penjualaan produk ber-sni di pasar retail dalam negeri 3. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni 4. Persentase produk ber-sni di pasar retail 5. Persentase pertumbuhan industri /organisasi yang menerapkan SNI 5% 5% 10% 3% 5% 6. Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI 1000 Industri Internal Process Perspective SS 3 Meningkatnya 7. Persentase SNI yang dimanfaatkan 20% Laporan Kinerja BSN tahun

38 No. Sasaran Strategis IKU Target SS 4 kapasitas dan kualitas pengembangan SNI Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian 8. Jumlah SNI yang ditetapkan 500 SNI 9. Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan 10% 10. Jumlah LPK diakreditasi 1652 LPK 11. Persentase skema akreeditasi Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 45% 12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI 65% SS 5 SS 6 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran Meningkatnya budaya mutu 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni 90 Kemampuan Pengukuran 80 skor Learning and Growth Perspective SS 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional 15. Opini BPK atas laporan keuangan WTP (Opini) 16. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 17. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 80 (Nilai) 73 (BB) Nilai 18. Indeks kompetensi dan integritas SDM > 95% 19. Nilai kepatuhan layanan publik 105 (Nilai) 20. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun % 21. Jumlah peraturan perundangundangan di bidang SPK 3 Dokumen D. Pengukuran Kinerja Dalam rangka mengukur capaian indikator kinerja BSN Tahun 2017, BSN berpedoman kepada Keputusan Kepala BSN Nomor 16A/KEP/BSN/2/2017 Laporan Kinerja BSN tahun

39 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional Nomor 28A/KEP/BSN/2/2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Badan Standardisasi Nasional. Pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ditetapkan berdasarkan ketentuan sebagaimana Tabel 3.3 di bawah ini. Laporan Kinerja BSN tahun

40 Tabel 3.3 Tata Cara Pengukuran IKU BSN SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN 1 Terwujudnya daya saing produk berstandar 1 Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional (PUN) yang telah ber-sni Stakeholder Perspectives Xn = Jumlah nilai (Rp) ekspor PUN ber-sni periode/tahun berjalan Xn-0 = Jumlah nilai (Rp) ekspor PUN ber-sni periode/tahun sebelumnya TARGET 2017 SATUAN SUMBER DATA 5 % Laporan hasil survey atas ekspor PUN yang ber-sni. PJ : Deputi PKS (Puslitbang) 2 Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-sni di pasar retail dalam negeri Xn = Jumlah nilai (Rp) penjualan produk ber- SNI di pasar retail periode/tahun berjalan Xn-0 = Jumlah nilai (Rp) penjualan produk ber-sni di pasar retail periode/tahun sebelumnya 5 % Laporan hasil survey penjualan produk ber- SNI di pasar retail. PJ : Deputi PKS (Puslitbang) Customer Perspectives 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan 3 Persentase Pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni Xn = Jumlah Produk Unggulan Nasional yang ber-sni periode/tahun berjalan Xn-0 = Jumlah Produk Unggulan Nasional yang ber-sni periode/tahun sebelumnya 10 % Laporan hasil identifikasi PUN yang telah ber-sni. PALS : Data produk Ber- SNI PPS dan Pusido: Data SNI dalam SISNI Puslitbang : Survey PJ : Deputi PKS (Puslitbang) 4 Persentase produk ber-sni di pasar retail X = Jumlah jenis produk ber-sni di pasar retail Y = Jumlah jenis produk yang beredar di 3 % Laporan hasil identifikasi produk ber-sni di pasar retail. PALS: Data produk/ merk ber-sni Laporan Kinerja BSN tahun

41 SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN 5 Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI pasar retail Xn = Jumlah industri/organisasi yang menerapkan SNI periode/tahun berjalan Xn-0 = Jumlah industri/organisasi yang menerapkan SNI periode/tahun sebelumnya TARGET 2017 SATUAN SUMBER DATA Puslitbang : Survey PJ : Deputi PKS (Puslitbang) 5 % Laporan hasil identifikasi industri/organisasi yang telah menerapkan SNI PJ : Deputi PSA (PSPS) 6 Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI Jumlah industri/organisasi yang mendapatkan insentif, konsultansi atau diklat BSN terkait penerapan SNI pada akhir tahun ke-n 1000 Industri Data dari Pusdikmas PJ : Dep IPS (Pusdikmas) 3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembanga n SNI 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan 7 Persentase SNI yang dimanfaatkan Internal Process Perspectives X = Jumlah SNI yang dimanfaatkan Y = Jumlah SNI yang aktif 20 % Data SNI yang dimanfaatkan oleh stakeholder berdasarkan permintaan SNI melalui Pusido, Pusdikmas, PALLI, PALS PJ : Deputi PKS (Puslitbang) 8 Jumlah SNI yang ditetapkan Jumlah SNI yang telah ditetapkan 500 SNI Data dari Komite teknis, BSN (PPS, HOH, Pusido) PJ : Deputi PKS (PPS) 9 Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan X = Jumlah ruang lingkup LPK yang terakreditasi Y = Jumlah kebutuhan ruang lingkup LPK 10 % Laporan/data ruang lingkup Lembaga Sertifikasi (LS) dan data SNI yang memerlukan sertifikasi (PSPS, PALS) Laporan Kinerja BSN tahun

42 SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN penilaian kesesuaian TARGET 2017 SATUAN SUMBER DATA pemangku kepentingan untuk sertifikasi produk PJ : Deputi PSA (PSPS) 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran 6 Meningkatnya budaya mutu 10 Jumlah LPK diakreditasi Jumlah Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi oleh KAN pada akhir tahun anggaran 11 Persentase skema akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 12 Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI 13 Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 14 Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni X = Jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat Internasional (MLA/MRA) Y = Jumlah lingkup skema akreditasi yang tersedia di tingkat Internasional X = Jumlah produk bertanda SNI di pasar yang dimonitor dan sesuai dengan persyaratan SNI Y = Jumlah produk bertanda SNI di pasar yang dimonitor Jumlah kemampuan pengukuran yang telah diases sesuai dengan skema International Committee for Weights and Measures (CIPM) MRA Indeks persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni dengan skala likert 1-5 Learning and Growth Perspectives 1652 LPK Data LPK yang telah diakreditasi oleh KAN (kumulatif) PJ : Deputi PSA (PALLI, PALS) 45 % Data skema akreditasi KAN yang diakui dalam MRA dan MLA PJ : Deputi PSA (PALLI, PALS) 65 % Laporan/data uji petik SNI PJ : Deputi PSA (PSPS) 90 Kemampuan Pengukuran Data jumlah CMC (entry) dari NMI dan DI yang telah diases oleh KAN sesuai dengan skema CIPM MRA (kumulatif) PJ : Deputi PSA (PALLI) 80 Skor Survei oleh lembaga survei terpercaya. PJ : Deputi IPS (Pusdikmas) Laporan Kinerja BSN tahun

43 SASARAN INDIKATOR KINERJA PENJELASAN / PERHITUNGAN 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional 15 Opini BPK atas laporan keuangan 16 Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 17 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 18 Indeks kompetensi dan integritas SDM 19 Nilai kepatuhan layanan publik 20 Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun Jumlah peraturan perundang undangan di bidang SPK Pernyataan pemeriksa dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas hasil pemeriksaan terhadap laporan keuangan BSN pada tahun (n-1) Hasil penilaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator KemenPANRB Hasil penilaian pelaksanaan akuntabilitas kinerja BSN yang dilakukan oleh Tim Evaluator KemenPANRB X = Jml ASN dengan nilai prestasi kerja lebih dari cukup tanpa ada unsur perilaku kerja yg bernilai cukup Y = Jml ASN BSN Penilaian kepatuhan terhadap layanan publik yang dilakukan oleh Ombudsman RI. (skala menyesuaikan aturan ombudsman) X = Jumlah sarana dan prasarana yang dapat tersedia Y = Jumlah sarana dan prasarana yang dibutuhkan Peraturan Perundang-Undangan di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (SPK) yang ditetapkan TARGET 2017 SATUAN SUMBER DATA WTP Opini Data dari BPK 80 Nilai Data dari KemenPANRB 73 (BB) Nilai > 95 % Data HOH Data dari KemenPANRB 105 Nilai Data dari Ombudsman 100 % Data dari Biro PKT PJ : Settama (Biro PKT) 3 Dokumen Data dari Biro HOH PJ : Settama (Biro HOH) Laporan Kinerja BSN tahun

44 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja BSN tahun

45 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Indikator Kinerja Utama No. BSN melakukan reviu capaian penetapan kinerja secara berkala setiap triwulan. Reviu tersebut merupakan evaluasi/penelaahan terhadap perjanjian kinerja 2017 pada suatu satuan kerja sebagai langkah untuk segera melakukan perbaikan bila tidak sesuai target serta perbaikan pengelolaan kinerja di masa mendatang sesuai dengan kaidah sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala BSN Nomor 4 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi serta Pelaporan Kinerja pada Badan Standardisasi Nasional, sehingga diharapkan pencapaian kinerja dapat disempurnakan dan benar-benar mampu mendongkrak kinerja serta lebih selaras dengan sasaran strategis BSN. Evaluasi perjanjian kinerja tersebut dilaksanakan pada semua unit Eselon I dan unit Eselon II di lingkungan BSN. Pelaksanaan evaluasi dan analisis kinerja dilakukan melalui pengukuran kinerja dengan menggunakan formulir pengukuran kinerja sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi BSN. Pengukuran kinerja yang dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah disepakati dalam Penetapan Kinerja BSN tahun Secara ringkas capaian kinerja BSN tahun 2017 sebagaimana Tabel 4.1 berikut. Sasaran Strategis Tabel 4.1 Capaian Kinerja BSN Tahun 2017 Stakeholder Perspective 1 Terwujudnya daya saing produk berstandar 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni IKU Target Realisasi % Capaian 5% 2% 40% Laporan Kinerja BSN tahun

46 No. Sasaran Strategis IKU Target Realisasi 2. Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-sni di pasar retail dalam negeri % Capaian 5% 5,2% 104% Customer Perspective 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan 3. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni 4. Persentase produk ber-sni di pasar retail 5. Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI 10% 13,6% 136% 3% 25% 833% 5% 2,56% 51,2% Internal Process Perspective 6. Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI 3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI 7. Persentase SNI yang dimanfaatkan 1000 industri 1315 Industri 131% 20% 35% 175% 8. Jumlah SNI yang ditetapkan 500 SNI 539 SNI 107,8% 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian 9. Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan 10% 13,9% 139% 10. Jumlah LPK diakreditasi 1652 LPK 1823 LPK 110% 11. Persentase skema akreeditasi Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) 12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran 45% 55% 122% 65% 61% 94% Laporan Kinerja BSN tahun

47 No. Sasaran Strategis IKU Target Realisasi 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara Internasional 6 Meningkatnya budaya mutu 14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni Learning and Growth Perspective 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional 15. Opini BPK atas laporan keuangan 16. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi 17. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN 18. Indeks kompetensi dan 90 Kemampuan pengukuran 94 Kemampuan pengukuran % Capaian 104% 80 skor 79,3 skor 99,13% WTP (opini) WTP (opini) 100% 80 (nilai) 71,79 (nilai) (th 2016) 73 (BB) nilai 64,87 BB (th 2016) 89,74% 88,86% > 95% 99% 104% integritas SDM 19. Nilai kepatuhan layanan publik 105 (nilai) 104 (th 2016) 20. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun % 100% 100% 100% 21. Jumlah peraturan perundangundangan di bidang SPK 3 Dokumen 3 Dokumen 77% SASARAN STRATEGIS 1 Terwujudnya daya saing produk berstandar Sesuai visi dan misi Presiden RI yang dituangkan dalam Program Nawa Cita, Presiden berjanji untuk melakukan aksi Berdikari dalam Bidang Ekonomi. Dalam Program Aksi ke-15 dinyatakan bahwa Presiden berkomitmen untuk mengembangkan kapasitas perdagangan nasional, pada butir ke-4, melalui Implementasi dan pengembangan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara konsisten untuk mendorong daya saing produk nasional dalam rangka penguasaan pasar domestik dan penetrasi pasar internasional serta melindungi pasar domestik dari barang-barang berstandar rendah. Laporan Kinerja BSN tahun

48 Dari rencana aksi tersebut, diyakini bahwa penerapan SNI akan mampu meningkatkan daya saing produk nasional agar mampu bersaing di pasar internasional dan mampu melindungi masyarakat dari produk yang membahayakan keselamatan, kesehatan, dan keamanan penggunanya, serta meningkatkan daya saing produk domestik di pasarnya sendiri. Dengan demikian Sasaran Strategis (SS) terwujudnya daya saing produk berstandar ini sangat relevan dengan keinginan Pemerintah. Untuk implementasi ini disusun 2 (dua) indikator untuk mengukur peran standardisasi dan penilaian kesesuaian (SPK) dalam meningkatkan daya saing produk nasional, yaitu Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni; dan Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-sni di pasar retail dalam negeri. Rata-rata capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 72%, dikarenakan capaian indikator kinerja persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni tidak mencapai target. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 1. Indikator 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni Tabel 4.2 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 1 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 1. Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni % IKU baru IKU baru % 15 13,33% Persentase ekspor Produk Unggulan Nasional (PUN) ber SNI dihitung dari nilai ekspor dan kuantiti ekspor tahun Pertumbuhan nilai ekspor sebesar 2% tidak memenuhi target tahun 2017 sebesar 5%, namun pertumbuhan kuantiti ekspor tumbuh 14%. Laporan Kinerja BSN tahun

49 Tabel 4.3 Volume dan Nilai Ekspor Produk Unggulan Nasional Export Export Export (value) Export (value) Nama Produk (quantity) (quantity) Kopi 333, , ,991, ,197, Udang - - Kakao 124, , , , Karet dan Produk Karet Tekstil dan Produk Tekstil 2,627, ,871, ,883, ,450, , , , , Alas Kaki 2,303, ,260, ,371, ,129, Elektronik 637, , ,745, ,464, Furniture 5,644, ,532, ,398, ,658, Otomotif 355, , ,865, ,959, Total 12,576, ,788, ,191,353, ,352,971, Pertumbuhan 2% 14% Adapun 9 Produk Unggulan Nasional yang diukur, yaitu: 1. Kakao 2. Kopi 3. Karet 4. Udang 5. Tekstil 6. Furniture 7. Alas kaki 8. Elektronik 9. Otomotif Gambar 4.1 Produk Unggulan Nasional yang di Ekspor Produk sawit tidak masuk dalam hitungan pertumbuhan ekspor karena adanya faktor tekanan politik dagang dari EU. Penerap SNI sektor PUN sawit yaitu untuk produk minyak goreng (refined palm oil) dan minyak sawit mentah (crude palm oil). Perdagangan PUN ber SNI sektor sawit tersebut mempunyai tren menurun dari tahun 2015 ke tahun 2016 baik dari segi nilai uang (US$) Laporan Kinerja BSN tahun

50 sebesar -6% maupun nilai kuantitas (kg) sebesar 3%. Pangsa pasar ekspor sawit Indonesia adalah India, Tiongkok, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Pakistan. Hal yang menjadi penyebab menurunnya ekspor tersebut adalah terkait dengan perdagangan ke Uni Eropa. Sedangkan ekspor ke India, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Pakistan, tidak mengalami penurunan yang signifikan, bahkan ekspor ke Amerika Serikat surplus 9,1 milyar dollar AS (Gapki, 2017/ Tabel 4.4 Perdagangan PUN Sawit SNI Kode HS Judul HS Pembelakukan SNI Minyak Goreng Secara Wajib SNI 7709:2012 ditujukan untuk tiga pos tarif, yaitu : HS ex , RBD(Refined Bleached Deodorized) palm olein dalam kemasan berat bersih tidak melebihi 20 kg Unsolid fractions of refined palm oil, ekspor 2015 ekspor 2016 Quantity 2015 Quantity HS ex , RBDpalm olein dalam kemasan berat bersih melebihi 20 kg dan HS Hidrogenasi RBDpalm olein dalam kemasan berat bersih tidk melebihi 20 kg dan melebihi 20 kg Unsolid fractions of refined palm oil, Oth fat & oils of ground-nuts, palm oil SNI CPO Persentasi Fluktuasi (Tren) Perdagangan -6% -3% Isu utama yang menjadikan turunnya ekspor sawit Indonesia ke Uni Eropa adalah terkait dengan rencana penghentian penggunaan biofuel berbahan dasar kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan pada tahun 2021 yang disampaikan oleh Parlemen Eropa yang tentunya sangat mempengaruhi pandangan konsumen di Eropa dan memberikan tekanan politik bagi negaranegara UE dan berbagai institusi UE dalam pembentukan sikpa terhadap kelapa sawit sebagai salah satu sumber energi terbarukan. Laporan Kinerja BSN tahun

51 Tabel 4.5 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia Melihat luasnya area lahan kelapa sawit dan potensi ekspornya yang juga sangat tinggi yang dapat menyumbang devisa negara, perlindungan terhadap perdagangan kelapa sawit menjadi hal yang perlu dilakukan. Perlindungan perdagangan dapat dilakukan melalui beberapa hal, yaitu: 1. Memperluas pasar ekspor CPO dan turunannya agar tidak tergantung pada pasar UE. 2. Memperkuat sertifikasi ISPO, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah memasukkan skema ISPO dalam skema akreditasi dan sertifikasi KAN untuk memperluas keberterimaan. 3. Peremajaan tanaman kelapa sawit. 4. Menyelesaikan urusan pertanahan kebun kelapa sawit. 5. Membenahi data transparansi stok yang sangat mempengaruhi harga minyak sawit dan memperbaiki citra sawit Indonesia di mata dunia. Indikator 2. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni Tabel 4.6 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 2 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 2. Persentase pertumbuhan penjualan produk ber-sni di pasar retail dalam negeri % IKU baru IKU baru 5 5,2 104% 15 34,66% Laporan Kinerja BSN tahun

52 Persentase pertumbuhan produk ber-sni di pasar retail sebesar 5,2%. Data produk diambil dari beberapa pasar retail yang menjadi lokus yaitu Transmart, Hypermart, Alfamart, dan Indomaret diperoleh total sejumlah 1429 produk retail yang beredar pada pasar retail di Indonesia. Produk-produk tersebut pada umumnya adalah yang dikonsumsi masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga. Dari total 1429 produk yang beredar di pasar retail dibagi menjadi 29 kategori produk yaitu air mineral, kopi instan, gula, minyak goreng, tepung bumbu, makanan beku, makanan lainnya, aneka jenis saus, mie/pasta, biscuit/wafer/crackers, makanan ringan, korek api, baterai, bohlam, popok, kebutuhan bayi, mainan, alat-alat listrik, elektronika, ATK, detergen, pelembut pakaian, sabun cuci piring, cairan pel, penolak nyamuk, keperluan toilet, personal care, perlengkapan kompor dan minuman. Gambar 4.2. Data Penjualan Produk ber-sni Tahun 2016 dan 2107 Data penjualan merupakan data yang diambil dari laporan keuangan ke empat retail tersebut, data total penjualan produk bertanda SNI yaitu pada tahun 2016 sebesar 1030,75 (dalam milyar) dan pada tahun 2016 sebesar 1084 (dalam milyar), sehingga didapatkan pertumbuhan produk ber SNI di pasar retail sebesar 5,2%. Laporan Kinerja BSN tahun

53 Gambar 4.3 Produk-produk Retail yang Bersertifikat SNI SASARAN STRATEGIS 2 Meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan Indikator kinerja untuk mengukur Sasaran Strategis (SS) meningkatnya penerapan SNI oleh pemangku kepentingan terdiri dari 4 (empat) indikator kinerja yaitu Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni; Persentase produk ber-sni di pasar retail; Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI; dan Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI. Rata-rata capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 102,8%. Terdapat 1 (satu) indikator kinerja yang tidak tercapai yaitu indikator kinerja Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI, namun indikator kinerja lain tercapai lebih dari target yang ditetapkan. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 2. Indikator 3. Persentase pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni Tabel 4.7 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 3 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 3. Persentase Pertumbuhan Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni % IKU baru IKU baru 10 13, ,33% Pertumbuhan Produk Unggulan Nasional (PUN) ber SNI diukur dari jumlah PUN tahun sebelumnya yaitu 537 produk pada tahun 2016 dan pada tahun Laporan Kinerja BSN tahun

54 2017 sebesar 610 produk, sehingga presentase pertumbuhannya yaitu 13,6%. Presentase PUN yang mendapatkan sertifikasi SNI melebihi target yang ditetapkan (5%), hal ini menunjukkan bahwa program standardisasi dan penilaian SPK yang dilakukan BSN dalam mendukung PUN memberikan hasil pada peningkatan PUN bersertifikat SNI. Program mendukung peningkatan PUN yang telah dilakukan yaitu program pengembangan SNI, dimana SNI yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan regulasi, ekspor produk unggulan nasional, produk retail dalam negeri, pada tahun 2017 pengembangan SNI tersebut meningkat 107%, SNI PUN yang ditetapkan tahun 2017 sebanyak 76 SNI. Selain itu program pembinaan penerapan SNI memberikan dampak bagi meningkatnya penerap SNI terutama PUN. Berdasarkan IKU 6, pembinaan industri pada tahun 2017 yaitu 1315 industri. Pertumbuhan jumlah produsen Produk Unggulan Nasional yang memperoleh pembinaan (pendidikan, pelatihan, konsultansi, pemasyarakatan) dalam penerapan SNI sebanyak 237 produsen, dengan capaian terhadap target 118%. Gambar 4.4 Komposisi PUN Ber-SNI Data Produk Unggulan Nasional bertanda SNI berdasarkan database industri yang mendapatkan sertifikasi dari LSPro pada bangbeni.bsn.go.id. Pada tahun 2017 Industri PUN ber- SNI sebesar 615 produk, dimana didominasi sektor karet dan produk karet sebesar 48%, diikuti oleh sektor elektronik sebesar 29%. Laporan Kinerja BSN tahun

55 Indikator 4. Persentase produk ber-sni di pasar retail Tabel 4.8 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 4 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 4. Persentase produk ber-sni di pasar retail % IKU baru IKU baru % % Pengukuran ini dilakukan dengan survei dimana lokus survei yaitu Transmart, Hypermart, Alfamart, dan Indomaret. Pemilihan lokus tersebut dengan pertimbangan bahwa retail mempunyai banyak gerai di Indonesia. Hasil survei diperoleh total sejumlah 1429 produk diperdagangkan pada keempat retail tersebut. Produk-produk tersebut pada umumnya adalah produk yang dikonsumsi masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga. Dari 1429 produk retail diketahui 360 produk bertanda SNI sehingga presentase produk ber SNI di pasar retail sebesar 25%. Capaian (25%) tersebut melebihi dari target yang ditetapkan (3%), hal ini menunjukan bahwa program pengembangan standardisasi dalam rangka meningkatkan daya saing produk ber SNI di dalam negeri dapat mendorong pertumbuhan produk ber-sni di pasar retail. Berdasarkan data yang ada produk retail yang di sertifikasi pada tahun 2017 mencapai 100 produk. Program yang telah dilakukan dalam rangka mendukung peningkatan produk ber-sni di pasar retail (consumer goods) yaitu pengembangan SNI produk terkait consumer goods sebanyak 114 SNI dari target 100 SNI. Peningkatan produk ber-sni di pasar retail, juga tidak terlepas dari program pembinaan terhadap industri dalam menerapkan SNI. Berdasarkan data yang ada, produsen produk retail dalam negeri yang memperoleh pembinaan (pendidikan, pelatihan, konsultansi, pemasyarakatan) dalam penerapan SNI sebanyak 450 industri/ukm dari target 100 industri/ukm. Selain itu, telah dilakukan program promosi produk retail dalam negeri ber-sni yang dipromosikan kepada masyarakat. Pertumbuhan jumlah produk retail dalam negeri ber-sni yang dipromosikan kepada masyarakat sebesar 123%, dengan adanya promosi ini dapat meningkatkan keberterimaan produk ber SNI di masyarakat, dan mendorong masyarakat membeli produk ber SNI di pasar retail. Laporan Kinerja BSN tahun

56 Gambar 4.5 Baseline Produk Retail Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa: 1. Jumlah produk yang bertanda SNI pada pasar retail di Indonesia hanya mencapai 360 (25%) dari total 1429 produk, sedangkan jumlah produk yang tidak bertanda SNI pada pasar retail mencapai 1069 (75%) dari total produk. 2. Produk yang bertanda SNI lebih banyak pada produk biscuit/wafer/crackers sebesar 124 produk, elektronik sebanyak 125 produk, mainan 18 produk, dan bohlam 17 produk. Sedangkan produk yang tidak bertanda SNI lebih mendominasi pada produk personal care sebesar 278 produk, biscuit/wafer/crackers 127 produk dan tepung bumbu 81 produk. 3. Dari 360 (25%) produk yang bertanda SNI pada pasar retail di Indonesia, terdapat 188 produk (52%) produk tersebut memenuhi SNI wajib dan sisanya 172 produk (48%) memenuhi SNI sukarela. Dari 188 (52.2%) produk yang memenuhi SNI wajib lebih dominan pada produk elektronika sebanyak 107 produk, mainan sebanyak 18 produk, air mineral 14 produk, dan baterai 14 produk. Sedangkan dari 172 (48%) produk yang memenuhi SNI sukarela terdapat produk yang lebih mendominasi yakni produk biscuit/wafer/crackers sebesar 124 produk, elektronika 18 produk, bohlam sebesar 17 produk, dan mie instan 5 produk. 4. Dari 1429 produk retail yang disurvei, diperoleh bahwa terdapat 1244 (87%) produk telah tersedia SNI nya dan 185 produk (13%) produk yang beredar di pasar retail belum tersedia SNI nya. Adapun produk yang telah tersedia SNI nya lebih dominan pada produk elektronika sebesar 161 produk, biscuit/wafers/crackers sebanyak 251 produk, personal care (170) produk, dan tepung bumbu 80 produk. Sedangkan produk yang beredar di pasar retail yang belum tersedia SNI nya lebih mendominasi pada produk personal Laporan Kinerja BSN tahun

57 care sebesar 108 produk, makanan beku 14 produk, dan kebutuhan bayi sebesar 12 produk. 5. Terdapat 116 SNI produk tersebut, dimana 99 SNI yang bersifat sukarela dan 18 SNI yang bersifat wajib. Lebih jauh lagi, dari 116 SNI terdapat 29 (25%) SNI produk yang telah diterapkan dan ada 90 (75%) SNI produk yang tidak diterapkan. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa masih banyak produk retail yang SNI nya tersedia namun belum banyak diterapkan, maka perlu adanya peningkatan program sosialisasi dan pembinaan penerapan SNI serta meningkatkan daya dukung LSPro dan Laboratorium Uji. Laporan Kinerja BSN tahun

58 Indikator 5. Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI Tabel 4.9 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 5 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 5. Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI % IKU baru IKU baru 5 2,56 51,2% 15 17,06% Sertifikat kesesuaian merupakan bukti kesesuaian suatu Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi SNI. Sertifikat kesesuaian diberikan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang diakreditasi KAN kepada pelaku usaha, khususnya industri/organisasi, setelah melalui proses penilaian kesesuaian terhadap persyaratan SNI. Semakin banyak jumlah sertifikat kesesuaian yang diberikan oleh LPK menunjukkan bahwa penggunaan SNI oleh pelaku usaha telah semakin meningkat. Pada tahun 2017 jumlah industri/organisasi yang menerapkan SNI sebanyak industri/organisasi, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak industri/organisasi. Sehingga capaian indikator kinerja persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI hanya sebesar 2,56% dari target sebesar 5%. Tidak tercapainya target kinerja tersebut disebabkan oleh: 1. Pencabutan beberapa akreditasi LPK; 2. Penerapan SNI sangat tergantung komitmen pelaku usaha; 3. Sebagian besar kegiatan fasilitasi UMK/industri oleh BSN belum sampai tahap sertifikasi. Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI antara lain dengan memberikan dorongan kepada pelaku usaha untuk meningkatkan kesadaran memproduksi produk berdasarkan SNI dan kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran menggunakan produk ber-sni, serta pemberlakuan SNI secara wajib oleh regulator. Laporan Kinerja BSN tahun

59 No. Tabel 4.10 Industri/Organisasi yang Menerapkan SNI Lingkup SNI s.d tahun 2016 tahun Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi Lembaga Verfikasi/Validasi Gas Rumah Kaca Lembaga Sertifikasi Ekolabel Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Lembaga Sertifikasi Hazzard Analytical Critical Control Point Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Keamanan Pangan Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Keamanan Informasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Alat Kesehatan Lembaga Sertifikasi Produk Lembaga Sertifikasi Organik Lembaga Sertifikasi Anti Penyuapan - 2 Jumlah Indikator 6. Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI Tabel 4.11 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 6 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 6. Pertumbuhan jumlah industri yang memperoleh edukasi (pembinaan) penerapan SNI % IKU baru IKU baru % ,22% Standardisasi saat ini menjadi elemen penting dalam perdagangan. SNI menjadi salah satu acuan industri untuk meningkatkan daya saing produknya. Untuk itu, menjadi tugas BSN untuk melakukan pembinaan penerapan SNI kepada pelaku usaha. Pembinaan penerapan SNI ini dilakukan melalui pemasyarakatan standardisasi, promosi SNI, pendidikan, pelatihan, konsultansi, dan pembimbingan penerapan SNI. Setiap tahun, BSN menetapkan rata-rata 500 SNI yang harus disosialisasikan kepada pelaku usaha dan masyarakat. Memahami dan menerapkan SNI tentu tidak mudah bagi pelaku usaha, untuk itu BSN juga melakukan pembimbingan dalam penerapan SNI terutama Laporan Kinerja BSN tahun

60 kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Target jumlah industri yang memperoleh pembinaan penerapan SNI pada tahun 2017 adalah 1000 industri. Capaian untuk indikator kinerja ini melebihi dari target yaitu 1315 atau 132 %. Capaian yang tinggi ini tentu karena BSN saat ini sudah ada Kantor Layanan Teknis (KLT) di 2 wilayah. Sehingga dengan adanya KLT ini pelaku industri di daerah semakin banyak yang memperoleh pembinaan penerapan SNI. Disamping itu, saat ini standardisasi menjadi kebutuhan bagi pelaku industri, sehingga semakin banyak permintaan dari beberapa pemangku kepentingan untuk melakukan kegiatan sosialisasi, pelatihan, maupun pembimbingan penerapan SNI. Jangkauan kegiatan pembinaan penerapan SNI kepada industri ini meliputi pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, dan NTT. Kedepan jangkauan wilayah pembinaan penerapan SNI tidak hanya di Jawa namun lebih ke luar Jawa, khususnya wilayah Indonesia Timur. Gambar di bawah ini adalah beberapa contoh kegiatan pembinaan penerapan SNI kepada industri. Pembinaan Penerapan SNI kepada Industri melalui Sosialisasi SNI di Bidang Energi Terbarukan di Jakarta Diklat Standardisasi Pembinaan Penerapan SNI kepada Industri melalui Sosialisasi SPK dan SNI Award di Jakarta Pembinaan Penerapan SNI kepada Industri melalui Konsultansi di Surabaya Laporan Kinerja BSN tahun

61 Penguatan Daya Saing Industri Lokal dan SDM SPK melalui Diklat Standardisasi Pembinaan Penerapan SNI melalui Seminar kepada Industri Jasa Pariwisata Gambar 4.6 Kegiatan Pembinaan penerapan SNI kepada Industri melalui Kegiatan Pendidikan, Pelatihan, Promosi, dan Bimbingan Penerapan SNI SASARAN STRATEGIS 3 Meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI Indikator kinerja untuk mengukur Sasaran Strategis (SS) meningkatnya kapasitas dan kualitas pengembangan SNI terdiri dari 2 (dua) indikator kinerja yaitu Persentase SNI yang dimanfaatkan; dan Jumlah SNI yang ditetapkan. Rata-rata capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 113,9%. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 3. Indikator 7. Persentase SNI yang dimanfaatkan Tabel 4.12 Target, Realisasi dan Capaian IKU 7 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 7. Persentase SNI yang dimanfaatkan % IKU baru IKU baru % % Data yang digunakan dalam mengukur IKU ini yaitu SNI yang digunakan dalam pembinaan UMKM (th 2017); SNI yang diacu dalam Diklat (th 2017); transaksi SNI meliputi pemerintah, ahli, pelaku usaha, pendidikan Laporan Kinerja BSN tahun

62 (mahasiswa/dosen, pelajar), lembaga masyarakat bidang standardisasi, dan lainnya (th Nov 2017); dan ruang lingkup LSPro (sampai th 2017). Gambar 4.7 Permintaan dan Pemanfaatan SNI Berdasarkan grafik di atas, permintaan SNI secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 237% pada tahun Pemanfaatan SNI terdiri dari stakeholder yang meminta dokumen SNI, Ruang Lingkup LSPro, Acuan Diklat dan Pembinaan UMKM. Sedangkan stakeholder dalam hal ini adalah Pemerintah, Pelaku Usaha, Mahasiswa/Dosen, Pelajar, LSM Bidang Standardisasi, dan lainnya. Pemanfaatan SN oleh stakeholder meningkat sebesar 32%. Pada tahun 2017 jumlah SNI yang dimanfaatkan sebesar 3999 SNI dari SNI, maka persentase SNI yang dimanfaatkan sebesar 35%. SNI yang paling banyak dimanfaatkan pada tahun 2017 seperti pada tabel berikut. Tabel 4.13 Pemanfaatan SNI secara Keseluruhan Tahun No. Nomor SNI Judul SNI 1. SNI 9001:2015 Manajemen Mutu: Persayaratan 2. SNI ISO 14001:2015 Sistem manajemen lingkungan: Persyaratan dan panduan penggunaan (ISO 14001:2015, IDT) 3. SNI ISO/IEC 17025:2008 Persyaratan umum untuk kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi 4. SNI/IEC 17021:2008 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan lembaga audit dan sertifikasi sistem manajemen 5. SNI ISO 19011:2012 Panduan audit sistem manajemen (ISO 19011:2011, IDT) Sumber: Terolah, 2017 Laporan Kinerja BSN tahun

63 Tabel di atas menunjukkan bahwa SNI yang dimanfaatkan merupakan standar yang bersifat umum dan dapat diterapkan oleh berbagai macam dan ukuran organisasi. Pemanfaat SNI tersebut adalah pelaku usaha, sedangkan pemanfaatan SNI yang bersifat sukarela dan merupakan produk dapat ditunjukkan pada table di bawah. Pengguna manfaat SNI sukarela pada poin nomor 1 sampai 3 adalah sebagai ruang lingkup LSPro yang kemudian diikuti oleh pelaku usaha. Sedangkan poin nomor 4 dan 5 pengguna terbesarnya adalah pelaku usaha yang diikuti oleh ruang lingkup LSPro. Tabel 4.14 Produk dengan SNI Sukarela dengan Pemanfaatan SNI Tertinggi No. Nomor SNI Judul SNI 1. SNI 2973:2011 Biskuit 2. SNI IEC 62560:2015 Lampu LED swa-balast untuk layanan pencahayaan umum dengan tegangan > 50 V: Spesifikasi keselamatan (IEC 62560:2011, IDT) 3. SNI 3551:2012 Mi Instan 4. SNI 3741:2013 Minyak Goreng 5. SNI 2970:2015 Susu Bubuk Sumber: Terolah, 2017 SNI tersebut banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha karena pada tahun menjadi isu nasional. Misalnya, produk biskuit merupakan SNI sukarela tertinggi untuk dimanfaatkan dikarenakan pada tahun 2015, Menteri Perindustrian telah memberlakukan SNI biskuit menjadi SNI wajib melalui Permenperin Nomor 60/M-IND/PER/7/2015 lalu direvisi dengan Permenperin Nomor 96/M-IND/PER/7/2015 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Biskuit Secara Wajib. Tingginya pemanfaatan SNI sebagai ruang lingkup LSPro merupakan bentuk fasilitasi atas tingginya sertifikasi dan pengujian SNI untuk produk biskuit. Indikator 8. Jumlah SNI yang ditetapkan Tabel 4.15 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 8 Tahun 2016 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 8 Jumlah SNI yang ditetapkan SNI ,8% ,36% Laporan Kinerja BSN tahun

64 Dalam proses perumusan SNI, terdapat beberapa Peraturan Kepala BSN yang terkait dengan pengembangan SNI, antara lain terdiri dari: 1. Perka BSN Nomor 8 tahun 2015 tentang Pedoman pengembangan Standar Nasional Indonesia; 2. Perka BSN Nomor 9 tahun 2015 tentang Pedoman penomoran SNI; 3. Perka BSN Nomor 4 tahun 2016 tentang Pedoman penulisan Standar Nasional Indonesia. Selain Perka BSN tersebut di atas, masih ada beberapa pedoman yang telah ditetapkan oleh BSN yang juga menjadi panduan dan acuan dalam proses perumusan SNI, dan saat ini masih dalam proses revisi untuk penyempurnaan sesuai ketentuan terbaru. Pedoman tersebut terdiri dari: a) PSN 02:2007 Pengelolaan Panitia Teknis Perumusan SNI Menguraikan tentang kelembagaan Manajemen Teknis Pengembangan Standar (MTPS), pembentukan dan pembubaran Komtek/SubKomtek, tugas /tanggung jawab dan pengorganisasian Komtek/SubKomtek, dan pengelolaan sekretariat Komtek/ SubKomtek perumusan SNI. b) PSN 03.1:2007 Adopsi standar internasional dan publikasi internasional lainnya Bagian 1: adopsi standar internasional menjadi SNI, Menguraikan tentang tatacara adopsi standar internasional, apa yang boleh/ tidak boleh berubah dalam adopsi identik atau modifikasi, klasifikasi standar sebagai identik/modifikasi/tidak ekivalen (IDT/MOD/NEQ). c) PSN 03.2:2014 Adopsi standar internasional dan publikasi internasional lainnya Bagian 2: adopsi non standar internasional menjadi SNI. Menguraikan tentang tatacara adopsi publikasi internasional non standar, apa yang boleh/ tidak boleh berubah dalam adopsi identik atau modifikasi, jenis publikasi internasional non standar yang dapat diadopsi menjadi SNI. d) PSN 04:2006 Jajak pendapat dan pemungutan suara dalam rangka perumusan SNI Menguraikan tentang prosedur, tatacara pelaksanaan jajak pendapat dan pemungutan suara, cara perhitungan serta sarana pendukung yang diperlukan. e) PSN 05:2006 Tenaga ahli standardisasi untuk pengendali mutu perumusan SNI Menguraikan tentang pengelolaan tenaga ahli pengendali mutu perumusan SNI (TAS QC) dalam mendukung perumusan SNI yang taat azas dan ketentuan; kriteria, tugas dan kewajiban TAS-QC. f) PSN 07:2012 Standardisasi dan kegiatan yang terkait Istilah umum Menguraikan istilah di bidang standardisasi dan kegiatan yang terkait agar terdapat kesamaan pengertian dan konsistensi penggunaan dalam perumusan SNI. g) PSN 10:2012 Adopsi standar ASTM menjadi SNI, Menguraikan tentang tatacara adopsi standar ASTM international, apa yang boleh/ tidak boleh berubah dalam adopsi identik Standar ASTM. Laporan Kinerja BSN tahun

65 Mengacu pada penetapan kinerja BSN tahun 2017, target penetapan SNI yang ingin dicapai adalah 500 SNI dan capaian target ini sebesar 539 SNI atau 107,8%. Upaya untuk mencapai target penetapan SNI tahun 2017 ini dilaksanakan dengan melalui tiga kegiatan utama yang terdiri dari: 1. Koordinasi penyelesaian masalah Komtek/Sub-Komtek BSN memfasilitasi penyelesaian masalah Komtek/Sub-Komtek terkait duplikasi PNPS, komposisi keanggotaan Komtek/Sub-Komtek, pembagian ruang lingkup antar Komtek, penetapan SNI dan permasalahan lain sesuai kebutuhan, termasuk koordinasi tindak lanjut keputusan MTPS yang harus segera diselesaikan. 2. Pengendalian perumusan SNI BSN mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa prosedur dan ketentuan yang terdapat dalam PSN pengembangan SNI diikuti oleh Komite Teknis/ Sub-Komite Teknis dalam setiap proses perumusan SNI. 3. Pemeliharaan SNI Komite Teknis/ Sub Komite Teknis berkewajiban memelihara SNI yang termasuk dalam ruang lingkupnya dengan melalui pelaksanaan kaji ulang sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun setelah ditetapkan. Kaji ulang ini bertujuan untuk menjaga kesesuaian SNI terhadap kebutuhan pasar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga SNI yang dipublikasikan terjamin kelayakan dan kekiniannya. Jumlah SNI yang telah ditetapkan telah memenuhi ketentuan Perka BSN dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel.4.16 Jumlah SNI yang Telah Ditetapkan pada Tahun 2017 No. Uraian Jumlah 1 SNI produk unggulan nasional SNI produk yang beredar di pasar retail 87 3 SNI siap diterapkan industri SNI lain-lain 69 Jumlah 539 Laporan Kinerja BSN tahun

66 Gambar 4.8 Perbandingan Target dan Realisasi Jumlah SNI yang Telah Ditetapkan Perbandingan realisasi penetapan SNI antara tahun 2016 dan 2017 dapat digambarkan sebagaimana diagram di bawah ini : Gambar 4.9 Perbandingan Realisasi Penetapan SNI antara Tahun 2016 dan 2017 SASARAN STRATEGIS 4 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian Indikator kinerja untuk mengukur Sasaran Strategis (SS) meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem penerapan standar dan penilaian kesesuaian terdiri dari 4 (empat) indikator kinerja yaitu Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan; Jumlah LPK diakreditasi; Persentase skema Laporan Kinerja BSN tahun

67 akreditasi Komite Akreditasi nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA); dan Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI. Rata-rata capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 111,05%. Terdapat 1 (satu) indikator kinerja yang tidak tercapai yaitu indikator kinerja Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI yang hanya sebesar 93,85%, namun indikator kinerja lain tercapai lebih dari target yang ditetapkan. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 4. Laporan Kinerja BSN tahun

68 Indikator 9. Persentase ketersediaan ruang lingkup Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan Tabel 4.17 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 9 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 9. Persentase ketersediaan ruang lingkup LPK yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan % IKU baru IKU baru 10 13,93 139% 30 35,3% Banyak produk yang tidak ada kewajiban untuk disertifikasi ketika diedarkan dimana konsumen hanya mengandalkan iklan, label, survei, harga, atau brand saja sebagai referensi. Di lain pihak, banyak pula produk yang diwajibkan untuk disertifikasi sebelum dapat diedarkan. Hal ini terutama berlaku pada produk yang sangat berkaitan dengan aspek kesehatan dan keselamatan. Kesehatan dan keamanan dan keselamatan masyarakat ketika sedang mengkonsumsi produk harus dijaga oleh pemerintah. Hal ini hanya mungkin terjadi jika produk yang dikonsumsi tersebut berkualitas, oleh karenanya sertifikasi produk dapat diwajibkan oleh pemerintah (regulator) dalam situasi yang demikian. Sertifikasi produk memberikan fleksibilitas kepada konsumen untuk memilih produk yang aman dan berkualitas pada harga yang sesuai. Sertifikasi produk juga mendorong produsen untuk menerapkan sistem produksi yang efisien dan memenuhi kaidah pengendalian produksi yang baik. Untuk tujuan sertifikasi tersebut, diperlukan infrastruktur pendukung berupa ketersediaan standar produk dan kemampuan lembaga penilaian kesesuaian (LPK) untuk melakukan sertifiakasi terhadap produk tersebut melalui serangkaian audit dan pengujian. Kemampuan lembaga sertifikasi produk untuk melakukan kegiatan penilaian kesesuain tersebut dinyatakan dalam ruang lingkup akreditasi. Sampai dengan Desember 2017, terdapat 59 lembaga sertifikasi produk yang diakreditasi. 59 lembaga sertifikasi produk tersebut memiliki 635 ruang lingkup yang diakreditasi sebagai kemampuan LSPro untuk melayani kebutuhan Laporan Kinerja BSN tahun

69 sertifikasi produk. Jumlah tersebut melampaui target ruang lingkup (jumlah SNI yang dimanfaatkan oleh LSPro yang diakreditasi) yaitu sejumlah 600 SNI. Jika dibandingkan dengan jumlah kebutuhan ruang lingkup LPK untuk sertifikasi produk Berdasarkan hasil tersebut, maka target kinerja yang ditetapkan, yaitu 10% pertumbuhan ketersediaan ruang lingkup LPK yang terakreditasi untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan, telah dapat dilampaui dengan capaian realisasi 139%. Pencapaian hasil tersebut tidak terlepas dari upaya-upaya yang telah dilakukan, antara lain: 1. Fasilitasi peningkatan kompetensi LPK untuk meningkatkan kemampuan LPK dan calon LPK dalam memahami persyaratan akreditasi. Melalui kegiatan ini diharapkan jumlah LPK yang memiliki kemampuan untuk diakreditasi atau diperluas ruang lingkup akreditasinya semakin bertambah dan semakin merata penyebarluasannya sehingga akan meningkatkan aksesibilitas pelaku usaha dan organisasi dalam menerapkan SNI. 2. Pengembangan ruang lingkup skema akreditasi sesuai dengan kebutuhan stakeholder sehingga semakin memudahkan pemangku kepentingan ketika mereka menginginkan produknya disertifikasi. Indikator 10. Jumlah LPK diakreditasi Tabel Target, Realisasi, dan Capaian IKU 10 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 10. Jumlah LPK diakreditasi LPK % ,83% Untuk memastikan kesesuaian barang, jasa, proses, sistem atau personal sesuai dengan persyaratan SNI, maka diperlukan kegiatan penilaian kesesuaian. Kegiatan penilaian kesesuaian dilakukan oleh Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) yang telah diakreditasi KAN, baik laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik, lembaga inspeksi ataupun lembaga sertifikasi. Oleh karena itu, peranan LPK sangat diperlukan dalam kegiatan penerapan SNI. Sampai Desember 2017, jumlah LPK yang diakreditasi KAN adalah 1823 LPK, dengan rincian sebagaimana tabel di bawah. Jumlah tersebut mengalami Laporan Kinerja BSN tahun

70 peningkatan sebanyak 178 LPK dibandingkan jumlah LPK pada tahun 2016 yaitu sebesar 1641 LPK. Dengan demikian realisasi jumlah LPK yang diakreditasi adalah sebesar 1823 LPK. Berdasarkan hasil tersebut, maka target kinerja yang ditetapkan, yaitu 1652 LPK, telah dapat dilampaui dengan capaian realisasi 111%, dengan rincian sebagaimana tabel berikut. No. Tabel 4.19 LPK yang Diakreditasi KAN (Desember 2017) Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Jumlah (2016) Jumlah (2017) Pertumbuhan 1. Laboratorium Penguji Laboratorium Kalibrasi Lembaga Inspeksi Laboratorium Medik Penyelenggara Uji Profisiensi Produsen Bahan Acuan Lembaga Sertifikasi Produk Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu Lembaga Sertifikasi Personel Lembaga Sertifikasi Organik Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan Lembaga Sertifikasi HACCP Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Kemanan Informasi Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Alat Kesehatan Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Rantai Pasokan Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Lembaga Sertifikasi Ekolabel Lembaga Validasi dan Verifikasi Gas Rumah Kaca Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi Jumlah Pencapaian hasil tersebut tidak terlepas dari upaya-upaya yang telah dilakukan, antara lain: Fasilitasi peningkatan kompetensi LPK untuk meningkatkan kemampuan LPK dan calon LPK dalam memahami persyaratan akreditasi. Laporan Kinerja BSN tahun

71 Pelaksanan layanan akreditasi LPK yang profesional, khususnya terhadap efisiensi waktu proses layanan akreditasi LPK, serta peningkatan jumlah dan kompetensi SDM yang terkait dengan pelaksanaan akreditasi LPK. Pengembangan ruang lingkup skema akreditasi sesuai dengan kebutuhan stakeholder. Indikator 11. Persentase skema akreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) Tabel 4.20 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 11 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 11. Persentase skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) % ,2% 60 91,6% Peningkatan jumlah LPK yang diakreditasi KAN pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh banyaknya ruang lingkup skema akreditasi yang telah dioperasikan oleh KAN. Dalam hal ini, akreditasi laboratorium dan lembaga inspeksi telah mendapatkan pengakuan internasional berupa Mutual Recognition Arrangement (MRA) dari organisasi Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC) dan International Laboratory Accreditation Cooperation (ILAC) bidang akreditasi laboratorium penguji, laboratorium kalibrasi, laboratorium medik dan lembaga inspeksi dan pengakuan internasional berupa Mutual Recognition Arrangement (MRA) dari organisasi Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation (APLAC) di bidang penyelenggara uji profisiensi. Sementara itu akreditasi lembaga sertifikasi juga telah mendapatkan Multilateral Recognition Arrangement (MLA) dengan organisasi Pacific Accreditation Cooperation (PAC) dan International Accreditation Forum (IAF) untuk lingkup lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu, lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan, lembaga sertifikasi produk, lembaga sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan dan lembaga sertifikasi personel. Melalui pengakuan MRA dan MLA ini akan meningkatkan keberterimaan hasil uji, kalibrasi dan inspeksi serta sertifikat pelaku usaha dalam transaksi internasional untuk mendukung daya saing produk nasional. Laporan Kinerja BSN tahun

72 Sampai Desember tahun 2017, telah dilakukan pemeliharaan dan pengembangan skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA), yaitu mencakup 12 skema dari 22 ruang lingkup skema yang dioperasikan atau 55%. Capaian tersebut telah melampaui target yang telah ditetapkan yaitu 45%. Capaian tersebut juga mengalami peningkatan dibandingkan capaian tahun Pada tahun 2016, jumlah skema akreditasi KAN yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA) mencakup 9 skema dari 22 ruang lingkup skema yang dioperasikan KAN (41%). Tabel 4.21 Skema Akreditasi KAN yang Diakui di Tingkat Internasional (MRA/MLA) No. Skema Akreditasi 1. Laboratorium Pengujian (ISO/IEC 17025) 2. Laboratorium Kalibrasi (ISO/IEC 17025) Pengakuan MRA dan MLA APLAC/ILAC APLAC/ILAC 3. Lembaga Inspeksi (ISO/IEC 17020) APLAC/ILAC Keterangan 4. Laboratorium Medik (ISO 15189) APLAC/ILAC 5. Penyelenggara Uji Profisiensi (ISO/IEC 17043) 6. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001) 7. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001) 8. Lembaga Sertifikasi Produk (ISO/IEC 17065) 9. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajamen Keamanan Pangan (ISO 22003) 10. Lembaga Sertifikasi Personel (ISO/IEC 17024) 11. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi (ISO 50001) 12. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi (ISO 27001) APLAC PAC/IAF PAC/IAF PAC/IAF PAC/IAF PAC PAC PAC Pengembangan skema baru Pengembangan skema baru Pengembangan skema baru Ruang lingkup skema di tingkat internasional lainnya, yang masih dalam persiapan pengembangan skema untuk kepentingan nasional adalah GHG Validation Verification. Di samping pengembangan skema akreditasi yang diakui di tingkat internasional (MRA/MLA), telah dikembangkan pula skema akreditasi untuk Laporan Kinerja BSN tahun

73 mendukung kepentingan nasional, baik di wilayah regulasi maupun nonregulasi. Sampai Desember tahun 2017, skema akreditasi KAN yang dikembangkan untuk mendukung kepentingan nasional, yaitu: (1) Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Energi (ISO 50001), (2) Lembaga Verfikasi/Validasi Gas Rumah Kaca (ISO 14065), (3) Lembaga Sertifikasi Ekolabel (4) Lembaga Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, (5) Lembaga Verfikasi Legalitas Kayu, (6) Lembaga Sertifikasi Hazzard Analytical Critical Control Point, (7) Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata, (8) Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Rantai Pasok, (9) Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Alat Kesehatan, (10) Lembaga Sertifikasi Organik (11) Lembaga Sertifikasi Halal, (12) Lembaga Sertifikasi Bio-Safety, (13) Lembaga Sertifikasi Produk, (14) Lembaga SertifikasiPersonel, (15) Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan, (16) Laboratorium Penguji, (17) Laboratorium Kalibrasi, (18) Laboratorium Medik, (19) Lembaga Inspeksi, (20) Penyelenggara Uji Profisiensi, (21) Produsen Bahan Acuan. Indikator 12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI Tabel 4.22 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 12 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 12. Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI % IKU Baru IKU Baru % 75 81,3% Untuk memastikan penggunaan tanda SNI pada barang yang beredar di pasar, baik yang diberlakukan secara wajib atau sukarela, telah dilaksanakan sesuai ketentuan akreditasi dan sertifikasi yang berlaku, maka telah dilakukan kegiatan monitoring integritas tanda SNI atau uji petik kesesuaian terhadap SNI. Dalam hal ini, integritas tanda SNI pada produk dapat dipertanggungjawabkan apabila produk yang telah mendapatkan sertifikat dan atau dibubuhi tanda SNI tersebut terbukti secara konsisten memenuhi persyaratan SNI. Pada tahun 2017, kegiatan untuk mengetahui kesesuaian produk bertanda SNI dengan persyaratan SNI difokuskan pada pengambilan sejumlah sampel pada 10 kelompok produk yang beredar dan telah menerapkan SNI: Laporan Kinerja BSN tahun

74 Produk yang SNI-nya telah diberlakukan wajib, yaitu: (1) Gula kristal putih; (2) Saklar; (3) Pelek kendaraan bermotor kategori L; (4) Selang termoplastik elastomer untuk kompor gas LPG; dan (5) Ubin keramik. Produk yang telah menerapkan SNI secara sukarela (telah mendapatkan sertifikat atau tanda SNI), yaitu: (1) Margarin; (2) Biskuit; (3) Pemanggang roti; (4) Cairan rem; dan (5) Kertas cetak A. Pengambilan sejumlah sampel tersebut dilakukan di 20 kota yaitu Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang, Solo, Malang, Padang, Pekanbaru, Bandar Lampung, Balikpapan, Banjarmasin, Palangkaraya, Tanjung Selor, Gorontalo, Palu, Mamuju, Kendari, Bali, Kupang dan Jayapura. Berdasarkan hasil pengujian sampel produk tersebut di laboratorium uji yang diakreditasi KAN, menunjukkan bahwa 61% sampel produk memenuhi persyaratan SNI. Capaian tersebut belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan yaitu 65%. Hal tersebut mengingat, pemenuhan produk terhadap persyaratan SNI sangat tergantung kepada banyak faktor, yang tidak hanya dikendalikan oleh BSN, namun tergantung kepada pemangku kepentingan lain. Dalam hal ini, pemenuhan produk terhadap persyaratan SNI sangat diperngaruhi oleh konsistensi pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang memenuhi SNI, serta sistem, proses dan SDM pelaksana sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Produk. Untuk itu, melalui kegiatan monitoring integritas tanda SNI, telah dihasilkan beberapa rekomendasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk meningkatkan integritas tanda SNI, untuk memperbaiki sistem sertifikasi dan memperkuat kapasitas dan kualitas penerapan standar dan penilaian kesesuaian oleh pemangku kepentingan. Namun demikian, capaian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan capaian dibanding tahun Pada tahun 2016, hasil pengujian sampel produk di laboratorium uji yang diakreditasi KAN menunjukkan bahwa hanya 47% sampel produk memenuhi persyaratan SNI. SASARAN STRATEGIS 5 Meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran Indikator kinerja untuk mengukur Sasaran Strategis (SS) meningkatnya kapasitas dan kualitas sistem ketertelusuran pengukuran adalah Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara internasional. Capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 104%. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 5. Laporan Kinerja BSN tahun

75 Indikator 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara internasional Tabel 4.23 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 13 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 13. Jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan diakui secara internasional Kemampuan Pengukuran IKU baru IKU baru % % Kegiatan penerapan standar dan akreditasi harus didukung dengan pengukuran dan kalibrasi yang tepat. Para pengguna jasa kalibrasi dan pengujian harus memiliki keyakinan bahwa standar-standar nasional pengukuran yang menjadi acuan di negara- negara yang terlibat kesepakatan itu ekivalen dan terkait satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan adanya pengakuan terhadap kemampuan pengukuran metrologi nasional yang secara spesifik dinyatakan sebagai kemampuan kalibrasi dan pengukuran (calibration and measurement capability, CMC) yang dimiliki oleh lembaga metrologi nasional (national metrology institute, NMI). Pengakuan internasional terhadap CMC NMI dinyatakan dalam kesepakatan saling pengakuan yang dikelola oleh Panitia Internasional Timbangan dan Ukuran (CIPM), yang selanjutnya disingkat CIPM MRA. Pengakuan CMC tersebut di atas diperoleh melalui tahapan peer review kompetensi (mencakup penerapan sistem manajemen mutu laboratorium dan hasil uji banding) Pusat Penelitian Metrologi LIPI selaku NMI oleh reviewers atau technical peers yang disetujui oleh Asia Pacific Metrology Programme (APMP). Pada tahun 2017, BSN mengkoordinasikan peer review Pusat Penelitian Metrologi-LIPI untuk bidang Kelistrikan dan panjang oleh reviewers yang telah disetujui oleh APMP, yaitu: Kelistrikan: DC voltage source - single values, DC voltage meters, DC current sources: DC current meters oleh Dr. Nobu-hisa Kaneko (NMIJ Jepang) Panjang: End standards, Line standards, Diameter standards, Angle artefacts, Roundness standards, Surface texture standards, Angle by circledividers oleh Peter Cox (NMI Australia) Laporan Kinerja BSN tahun

76 Sampai dengan akhir tahun 2017, masih dilakukan tahapan proses tindakan perbaikan hasil review oleh Pusat Penelitian Metrologi LIPI. Setelah disetujui oleh reviewers, seluruh CMC tersebut kemudian akan diajukan ke CIPM MRA pada tahun Sementara untuk hasil peer review (tahun 2015 dan 2016) jumlah kemampuan pengukuran dan kalibrasi yang tertelusur dan telah diakui secara internasional pada tahun 2017 adalah 94 kemampuan pengukuran dari 90 kemampuan pengukuran yang ditargetkan, atau capaian realisasinya 104%. SASARAN STRATEGIS 6 Meningkatnya budaya mutu Indikator kinerja untuk mengukur Sasaran Strategis (SS) meningkatnya budaya mutu adalah tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni. Capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 99,13%. Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 6. Indikator 14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber- SNI Tabel 4.24 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 14 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 14. Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni Nilai (skor) - 80, % 85 93% Indikator kinerja dalam mendukung terwujudnya sasaran Meningkatnya budaya mutu memiliki indikator kinerja yaitu Tingkat Persepsi Masyarakat terhadap produk ber-sni. Capaian kinerja untuk indikator kinerja tersebut seluruhnya sebesar 79,3 skor dari 80 skor yang ditargetkan (99,2%). Angka ini turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 80,3 skor. Tingkat persepsi ini diperoleh dengan melakukan survei melalui penyebaran kuesioner di 11 kota dengan melibatkan 4400 responden oleh surveyor yang berasal dari mahasiswa partner MoU BSN. Berdasarkan nilai tersebut secara garis besar, masyarakat sudah mempunyai persepsi yang positif bahwa produk bersni berarti aman dan berkualitas. Masyarakat juga sudah mempunyai persepsi yang positif bahwa produk bertanda SNI mempunyai daya saing tinggi. Laporan Kinerja BSN tahun

77 Namun pertimbangan masyarakat dalam memilih produk bertanda SNI hanya menjadi urutan ketiga setelah harga dan brand/merk. Masyarakat kita harga masih menjadi pertimbangan utama dalam memilih produk belum ke mutu. Sedangkan terkait pengawasan produk bersni, tingkat persepsinya mempunyai nilai angka yang paling rendah dibandingkan dengan pertanyaannya lainnya. Hal ini berarti, masyarakat masih beranggapan bahwa pengawasan produk barang bersni masih belum seperti yang diharapkan. Berdasarkan gambar di bawah ini, tingkat persepsi untuk Polri, TNI, Dosen dan instansi pemerintah termasuk pelaku industri besar mempunyai nilai yang cukup tinggi, sedangkan nilai persepsi rendah ada pada stakeholder karyawan industri kecil/umkm dan konsumen lainnya seperti ibu rumah tangga, dll. Sedangkan untuk pemilik UMKM, angka persepsi masyarakatnya lebih besar dibandingkan dengan karyawannya. Hal ini berarti persepsi yang rendah bisa jadi dikarenakan pemahaman yang kurang mengenai SNI dan produk ber-sni Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Indeks Persepsi Masyarakat terhadap Produk ber-sni per Unsur Stakeholder (dalam skala 5) Gambar di bawah ini merupakan beberapa kegiatan pendidikan, pelatihan, diseminasi, sosialisasi, dan pemasyarakatan untuk meningkatkan persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni. standardisasi Laporan Kinerja BSN tahun

78 Gambar 4.11 Edukasi SNI kepada Publik melalui Fun Bike Gambar 4.12 Edukasi SNI kepada Publik melalui Penayangan Iklan SNI kepada Konsumen di Commuter Line Laporan Kinerja BSN tahun

79 Gambar 4.13 Edukasi SNI kepada Publik melalui Media Sosial Laporan Kinerja BSN tahun

80 Gambar 4.14 Edukasi SNI kepada Publik melalui Edugames Selain itu, dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya SPK dan manfaat produk ber-sni, BSN juga melakukan edukasi publik melalui media sosial yang juga digunakan sebagai sarana untuk mempromosikan kegiatan yang dilakukan BSN. Media sosial yang digunakan yaitu facebook, instagram, youtube dan twitter. Jumlah follower dari media tersebut selalu dipantau perkembangannya guna mengevaluasi progress dan pengetahuan masyarakat. Jumlah follower twitter tahun ini meningkat dari 3654 menjadi 6222 followers yaitu sekitar 81.2%. Sedangkan likes facebook hanya mengalami peningkatan sebesar 14.8% yaitu dari 5309 menjadi 6095 page likes. Seluruh media sosial tersebut juga dijadikan sarana komunikasi terkait layanan publik BSN. Beberapa kegiatan yang ikut mendukung peningkatan tingkat persepi masyarakat diantaranya adalah penyediaan paket informasi standardisasi dan PK, melalui pembuatan poster, leaflet, buletin SNI Baru, Upgrading SNI Corner, Updating konten informasi SNI Corner, flipbook full text SNI, majalah SNI valuasi, SNI channel dan keikutsertaan dalam pameran. Laporan Kinerja BSN tahun

81 Gambar 4.15 Paket Informasi berupa Publikasi SASARAN STRATEGIS 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional Indikator kinerja untuk mengukur Sasaran Strategis (SS) meningkatnya kinerja sistem penglolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional terdiri dari 7 (tujuh) indikator kinerja Opini BPK atas laporan keuangan; Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN; Indeks kompetensi dan integritas SDM; Nilai kepatuhan layanan publik; Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun 2017; dan Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang SPK. Rata-rata capaian indikator kinerja pada Sasaran Strategis ini adalah sebesar 94,12%. Terdapat 3 (tiga) indikator kinerja yang mencapai target yaitu Opini BPK atas laporan keuangan; Indeks Laporan Kinerja BSN tahun

82 kompetensi dan integritas SDM; dan Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN sesuai dengan UU 20 tahun Berikut disampaikan rincian capaian indikator kinerja Sasaran Strategis 7. SASARAN STRATEGIS 7 Meningkatnya kinerja sistem pengelolaan anggaran, sumber daya manusia, tata kelola dan organisasi yang profesional Indikator 15. Opini BPK atas laporan keuangan Indikator ini adalah indikator yang ditetapkan untuk mendukung pencapaian reformasi birokrasi di lingkungan Sekretariat Utama BSN. Laporan Keuangan Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Satker Sekretariat Utama BSN. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Badan Standardisasi Nasional. Pemeriksaan Laporan Keuangan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) bertujuan untuk memberikan kejelasan yang memadai bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku. Pemeriksaan tersebut dapat menghasilkan opini yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP, Nilai capaian 100%), Wajar Dengan Pengecualian (WDP, Nilai capaian 75%), Tidak Wajar (TW, Nilai Capaian 50%), Tidak Memberikan Pendapat (TMP/Disclaimer, Nilai Capaian 25%). BSN menetapkan target mendapatkan opini WTP untuk Laporan Keuangan BSN tahun 2016 karena telah mendapatkan opini WTP atas Laporan Keuangan sebanyak 7 (tujuh) kali secara berturut-turut sejak tahun 2009, yaitu untuk Laporan Keuangan BSN tahun 2008 sampai dengan tahun Laporan Keuangan BSN Tahun 2016 disusun berdasarkan data/laporan keuangan satuan kerja BSN. Laporan Keuangan BSN tahun 2016 yang dinilai pada tahun 2017 oleh auditor BPK mendapat opini WTP. Hal ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu opini WDP pada tahun Laporan Kinerja BSN tahun

83 Tabel 4.25 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 15 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 15. Opini BPK atas laporan keuangan Opini WTP WDP WTP WTP 100% WTP 100% Tabel 4.26 Capaian Kinerja Pengelolaan Keuangan BSN tahun Uraian Opini BPK atas laporan keuangan WDP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP WDP WTP Gambar 4.16 Penghargaan WTP dari Menteri Keuangan Indikator 16. Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi pada tahun 2017 ditargetkan mendapat nilai 80 dari Kemenpan RB. Tapi sampai dengan laporan ini dibuat nilai pelaksanaan RB tahun 2017 dari KemenPANRB belum dikeluarkan. Laporan Kinerja BSN tahun

84 Tabel 4.27 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 16 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 16. Tingkat pelaksanaan reformasi birokrasi Nilai 68,29 71, ,79 (th 2016) 89,74% 90 79% Apabila tingkat pelaksanaan RB dinilai dengan penilaian mandiri oleh auditor yang dikoordinatori Inspektorat BSN, maka tingkat pelaksanaan RB 2017 sudah melampaui target dengan persentase capaian 103%, tetapi apabila tingkat pelaksanaan RB tersebut dibandingkan dengan nilai pelaksanaan RB oleh KemenPANRB pada tahun yang lalu maka nilainya tidak mencapai target yaitu hanya mendapatkan nilai 71,79 atau dengan persentase capaian hanya sebesar 89,74%. Dibandingkan dengan capaian tahun 2016, maka tingkat pelaksanaan RB pada tahun 2017 baik menggunakan PMPRB ataupun menggunakan nilai pelaksanaan RB tahun yang lalu, maka terdapat peningkatan. Laporan Kinerja BSN tahun

85 Tabel 4.28 Tingkat Pelaksanaan RB BSN Tahun 2017 No. Komponen Penilaian Nilai Maksimal A Pengungkit 1. Manajemen Perubahan % 73.18% 73.00% 2. Penataan Peraturan % 54.25% 54.20% Perundangan 3. Penataan dan Penguatan % 66.83% 64.00% Organisasi 4. Penataan Tatalaksana % 75.20% 82.60% 5. Penataan Sistem Manaj SDM % 70.49% 88.33% 6. Penguatan Akuntabilitas % 64.91% 56.67% 7. Penguatan Pengawasan % 60.23% 44.92% 8. Peningkatan Pelayanan Publik % 58.76% 79.67% Sub Total Komponen Pengungkit % 65.60% 68.55% B Hasil 1. Kapasitas Dan Akuntabilitas % 67.11% 65.20% Kinerja Organisasi 2. Pemerintah yang Bersih dan % 87.03% 90.00% Bebas KKN 3. Kualitas Pelayanan Publik % 67.98% 77.30% Sub Total Komponen Hasil % 72.31% 76.65% Indeks Reformasi Birokrasi % 68.29% 71.79% CC B BB B BB CC Gambar 4.17 Peningkatan Indeks Reformasi Birokrasi Laporan Kinerja BSN tahun

86 Indikator 17. Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN Laporan Kinerja dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan tentang kinerja suatu instansi pemerintah. Hasilnya dapat membantu pimpinan dan seluruh jajaran dalam mencermati berbagai permasalahan sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana kinerja di tahun berikutnya. Dengan demikian rencana kinerja di tahun mendatang dapat disusun lebih fokus, efektif, efisien, terukur, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Tabel 4.29 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 17 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 17. Tingkat akuntabilitas kinerja BSN Nilai 64,20 64, ,87 (th 2016) 88,86% 80 81,09% Pada tahun 2017, BSN telah menyusun 1 (satu) dokumen Laporan Kinerja BSN tahun 2016, 4 (empat) dokumen Laporan Kinerja unit Eselon I tahun 2016, 11 (sebelas) dokumen Laporan Kinerja unit Eselon II tahun 2016, dan 27 (dua puluh tujuh) dokumen Laporan Kinerja unit Eselon III tahun Penyusunan Laporan Kinerja unit Eselon III baru dilakukan pada tahun Sampai Laporan Kinerja ini selesai disusun hasil evaluasi AKIP BSN Tahun 2017 belum keluar dari KemenPANRB, sehingga belum dapat dihitung capaian indikator kinerja pada tahun 2017 dan belum dapat dibandingkan apakah terjadi peningkatan/penurunan penerapan akuntabilitas kinerja dari tahun 2016 yang telah mendapatkan predikat B (skor 64,87). Perkembangan hasil evaluasi AKIP BSN Tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.30 Perkembangan Hasil Evaluasi AKIP BSN Tahun No. Komponen yang Dinilai a. Perencanaan Kinerja Bobot Nilai Nilai Bobot ,65 19,75 19,69 23,04 24, ,92 21,37 b. Pengukuran Kinerja 20 10,33 10,50 10,50 11,35 11, ,80 16,13 c. Pelaporan Kinerja 15 9,25 8,88 9,36 9,63 9, ,28 10,36 Laporan Kinerja BSN tahun

87 d. Evaluasi Kinerja 10 5,00 5,40 5,42 6,14 6, ,85 5,89 e. Capaian Kinerja 20 11,08 9,97 13,25 12,79 13, ,35 11,12 Nilai Hasil Evaluasi ,31 54,50 58,21 62,95 63, ,20 64,87 Tingkat Kinerja Akuntabilitas CC CC CC CC CC B B Gambar Grafik Perkembangan Hasil Evaluasi AKIP BSN Sebagai upaya perbaikan penerapan Akuntabilitas Kinerja pada Tahun 2018 akan terus dilakukan penyempurnaan terhadap Aplikasi Sistem Informasi Perencanaan dan Pelaporan (SIPP) sebagai salah satu pendukung pelaksanaan akuntabilitas kinerja BSN. Sedangkan untuk melihat sejauhmana Laporan Kinerja Eselon I dan II telah mengungkapkan capaian kinerja yang telah dihasilkan selama tahun 2017 akan dilakukan reviu Laporan Kinerja Eselon I dan II oleh Inspektorat BSN secara bertahap. Indikator 18. Indeks kompetensi dan integritas SDM Tabel 4.31 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 18 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 18. Indeks kompetensi dan integritas SDM Nilai - 97 > ,21% % Penilaian indeks kompetensi dan integritas SDM menjadi sangat penting, mengingat kualitas SDM yang direpresentasikan dari kompetensi dan integritasnya sangat berperan penting dalam mencapai keberhasilan Laporan Kinerja BSN tahun

88 organisasi. Indeks kompetensi dan integritas SDM ini dinilai dari jumlah ASN BSN yang memiliki nilai prestasi kerja lebih dari cukup tanpa ada unsur perilaku kerja yg bernilai cukup. Nilai prestasi kerja dinilai berdasarkan penilaian SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) melalui aplikasi SIMPEG ( ). Dari total pegawai BSN yang nilai prestasi kerjanyanya ada unsur perilaku yang dinilai cukup hanya terdapat 2 (dua) PNS. Jadi total capaian indeks kompetensi dan integritas adalah 99% dari target 95%. Dengan demikian capaian kinerja indikator ini tercapai 104,21% dari target, bahkan dibandingkan target kinerja tahun 2019, realisasi ini telah dapat dipenuhi. Untuk perbaikan kinerja indikator ini, perlu dievaluasi untuk mendapatkan indikator yang lebih tajam sehingga didapatkan indikator yang lebih memberikan dampak/impact yang lebih baik lagi bagi organisasi Indikator 19. Nilai kepatuhan layanan publik Tabel 4.32 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 19 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 19. Nilai kepatuhan layanan publik Nilai (0-110) 64, (th 2016) 99% ,11% Ombusman pada tahun 2017 tidak melakukan penilaian kepatuhan layanan publik pada K/L yang berada di zona hijau/baik berdasarkan hasil penilaian nilai kepatuhan layanan publik pada tahun sebelumnya. Sebagaimana hasil penilaian nilai kepatuhan layanan publik pada tahun 2016, BSN memperoleh nilai 104 BSN dinilai telah mematuhi ketentuan Ombudsman RI sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Kepala Ombudsman RI No 22 Tahun 2016 Tentang Penilaian Kepatuhan terhadap Standar Pelayanan Publik. Nilai Tingkat Zona kepatuhan 0-55 rendah Merah sedang Kuning tinggi Hijau Gambar 4.19 Zona Kepatuhan Layanan Publik Laporan Kinerja BSN tahun

89 Sesuai dengan surat Ombudsman RI Nomor 1540/ORI-SRT/XI/2016 perihal Hasil Penilaian Kepatuhan Standar Pelayanan Publik dan Kompetnsi Penyelenggaraan sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Ombudsman RI merekomendasikan agar BSN melakukan 1. Memberikan apresiasi (award) kepada pimpinan unit pelayanan publik yang produk layananannya mendapatkan Zona Hijau dengan predikat Kepatuhan Tinggi. 2. Menyelenggarakan program secara sistematis dan mandiri untuk mempercepat implementasi standar pelayanan publik sesuai UU No. 25 Tahun Memantau konsistensi dan peningkatan kepatuhan dalam pemenuhan standar pelayanan publik. Setiap unit pelayanan wajib menyusun, menetapkan, dan menerapkan standar pelayanan publik sesuai UU No. 25 Tahun Memerintahkan unit pelayanan publik terkait untuk meningkatkan pemenuhan dan pelaksanaan standar pelayanan publik sesuai UU No. 25 Tahun 2009 tentang Standar Pelayanan Publik. Dalam upaya meningkatkan nilai kepatuhan sesuai rekomendasi tersebut, Inspektorat BSN tahun 2017 telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut : Koordinasi antar layanan untuk bersama-sama membuat informasi yang dituangkan dalam sebuah banner dan mencantum persyaratan layanan pada setiap layanan dan dipasang di LITE. Memberikan apresiasi (award) kepada pimpinan unit pelayanan publik yang produk layananannya mendapatkan Zona Hijau dengan predikat Kepatuhan Tinggi. Untuk meningkatkan/mempertahankan nilai kepatuhan layanan publik di BSN, ke depan akan dilakukan pemantauan Berdasarkan kebijakan Ombudsman RI terhadap K/L yang telah memenuhi kriteria nilai kepatuhan tinggi (hijau), Inspektorat akan mengevaluasi IKU ini apakah akan tetap dipertahankan atau direvisi. Laporan Kinerja BSN tahun

90 Gambar 4.20 Banner Unit Layanan Publik dan Penghargaan Unit Layanan Publik dengan Kepatuhan Tinggi Gambar 4.21 Piagam Penghargaan Predikat Kepatuhan Tinggi dari Ombudsman Gambar 4.22 Hasil penilaian kepatuhan tahun 2016 oleh Ombudsman RI Laporan Kinerja BSN tahun

91 Indikator 20. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN Tabel 4.33 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 20 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 20. Persentase ketersediaan sarana prasarana untuk pelaksanaan tugas BSN % % % Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya BSN sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014, sangat diperlukannya dukungan sarana dan prasarana dalam kualitas dan kuantitas yang baik. Pada tahun 2017, BSN telah mengalokasi anggaran sebesar Rp dengan target layanan peralatan dan fasilitas kantor. Pencapaian realisasi anggaran penyediaan sarana dan prasarana sebesar 99,79% dengan mengacu pada rencana kebutuhan di tahun 2017 persentase ketersediaan sarana dan prasarana sebesar 100% yang terdiri dari: 1. Kendaraan dinas Kepala BSN 2. Perangkat pengolahan data dan informasi diantaranya lisensi Ms. Office, laptop dan mesin presensi. 3. Peralatan dan fasilitas perkantoran untuk kantor BSN maupun kantor layanan teknis di Palembang dan Makassar diantaranya berupa sofa, meja, lemari, kursi rapat, AC, TV, kulkas, dispenser, vacuum cleaner, credenza, workstation, white board, wireless, printer, notebook, infocus, UPS, stabilizer dan switch hub. 4. Fasilitas rumah dinas meliputi gorden, wallpaper, dapur dan aksesoris rumah dinas. Dari anggaran tersebut target penyediaan sarana dan prasarana perkantoran sesuai kebutuhan telah mencapai realisasi sebanyak 423 unit atau dengan pencapaian 100% meliputi 1 unit kendaraan dinas roda empat, 203 unit perangkat pengolahan data dan informasi dan 223 unit peralatan fasilitas perkantoran. Laporan Kinerja BSN tahun

92 Gambar 4.23 Sarana Prasarana Kantor Utama BSN dan KLT BSN Indikator 21. Jumlah peraturan perundangan undangan di bidang SPK Tabel 4.34 Target, Realisasi, dan Capaian IKU 21 No. Indikator Kinerja Satuan Capaian Capaian 2017 Rencana s.d Target Realisasi % Target % Capaian 21. Jumlah peraturan perundangan undangan di bidang SPK dokumen % 25 36% Tahun 2017 pencapaian sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas produk hukum ada 1 (satu) indikator kinerja yang ditetapkan. Dan disatu indikator tersebut ada 3 (tiga) target capaian yaitu ditetapkannya RPP tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Rperpres tentang Organisasi dan Tata Laksana Badan Standardisasi Nasional, Rpermenristekdikti tentang Kebijakan Nasional Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. Ketiga target capaian tersebut seharusnya menghasilkan PP tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, Perpres tentang Organisasi dan Tata Laksana Badan Standardisasi Nasional, dan selesainya Rancangan Permenristekdikti tentang Kebijakan Nasional Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. Target tersebut tidak tercapai karena: 1. RPP tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian masih dalam proses pemarafan di Menteri Koordinator bidang Perekonomian. 2. RPerpres tentang Badan Standardisasi Nasional masih dalam proses penetapan Presiden 3. Rancangan Rpermen Ristek Dikti masih dibahas secara intensif di internal BSN. Laporan Kinerja BSN tahun

93 Target capaian 3 (tiga) dokumen sampai akhir tahun 2017 tiga dokumen tersebut telah dapat disusun, namun masih terus dalam pembahasan dengan kementerian PAN dan RB serta kementerian terkait. Secara dokumen, target sudah dapat tercapai, namun secara kualitas belum tercapai 100% karena masih dalam penyempurnaan. Kendala dari pencapaian kualitas capaian ini dibandingkan Tahun 2016 sebelumnya capaian ini mengalami peningkatan. Oleh karena itu langkah tindak lanjut yang akan dilakukan pada Tahun 2017 Bagian Hukum akan terus berupaya: a. Untuk percepatan terbitnya PP SSPKN, Bagian Hukum melakukan koordinasi dengan Kementerian Sekretariat Negara dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terkait proses paraf RPP tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. b. Untuk percepatan terbitnya Permen Ristekdikti, Bagian Hukum mengajukan permohonan Lanjutan Rancangan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2017 untuk dimasukan lagi dalam Program Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun c. Pembahasan di internal BSN untuk memperoleh kesepahaman substansi Rpermen ristekdikti tentang Kebijakan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian. B. Realisasi Anggaran Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 881/MK.02/2016, BSN mendapatkan total pagu anggaran sebesar Rp ,-. Kemudian mengalami beberapa kali perubahan sehingga anggaran BSN tahun 2017 terakhir menjadi Rp ,- Penggunaan anggaran tersebut untuk melaksanakan 2 program dengan rincian alokasi anggaran sebagai berikut: (1) Program Pengembangan Standardisasi Nasional sebesar Rp ,-; (2) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN sebesar Rp ,- Kedua program tersebut terbagi dalam 12 (dua belas) kegiatan dengan pagu alokasi anggaran per kegiatan sebagaimana dirinci dalam tabel di bawah. Realisasi Belanja Badan Standardisasi Nasional pada Tahun Anggaran 2017 adalah sebesar Rp , atau 94,53% dari pagu anggaran Badan Standardisasi Nasional sebesar Rp ,. Rincian penyerapan anggaran berdasarkan program dan kegiatan ditampilkan dalam Tabel Laporan Kinerja BSN tahun

94 Tabel 4.35 Pagu dan Realisasi Anggaran BSN pada Tahun 2017 KODE PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN 2017 REALISASI 2017 Rp % Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BSN 3549 Peningkatan Pelayanan Hukum, Organisasi dan Humas BSN 3550 Peningkatan Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha BSN 3551 Peningkatan Penyelenggaraan Pengawasan Internal BSN Program Pengembangan Standardisasi Nasional 3553 Pengembangan sistem standardisasi dan penilaian kesesuaian 3554 Peningkatan Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi 3555 Peningkatan Akreditasi Lembaga Sertifikasi 3556 Peningkatan Informasi dan Dokumentasi Standardisasi , , , , , , , Kerjasama Standardisasi Pendidikan dan Pemasyarakatan Standardisasi 3559 Penelitian dan Pengembangan Standardisasi , Perumusan Standar , Peningkatan Penerapan Standar JUMLAH ,53 Laporan Kinerja BSN tahun

95 Gambar 4.24 Penghargaan Pelaksanaan Anggaran Terbaik 2017 Penyerapan kinerja BSN tahun 2017 berhasil mendapatkan penghargaan peringkat ke-3 terbaik pelaksanaan anggaran untuk kategori pagu kecil (<2,5 M). Namun demikian, diharapkan kinerja penyerapan anggaran untuk tahun yang akan datang dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja penyerapan anggaran antara lain: 1. Pengembangan sistem aplikasi yang mendukung perencanaan keuangan dan kegiatan, pengelolaan keuangan, dan monitoring pelaksanaan kegiatan. Aplikasi tersebut yaitu SIPP (Sistem Informasi Penganggaran dan Pelaporan) dan SIPAKAR (Sistem Informasi Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran) yang diharapkan dapat mempermudah proses perencanaan, pelaksanaan anggaran, pengelolaan keuangan, dan monitoring dan evaluasi kinerja dan anggaran, 2. Peningkatan kompetensi SDM pengelola anggaran melalui pelatihan dan workshop serta sosialisasi peraturan-peraturan tentang pengelolaan keuangan dan anggaran, 3. Pengembangan SOP (standard operational procedures) di bidang pengelolaan anggaran sebagai acuan bagi para pengelola anggaran dalam melaksanakan kegiatan dan membelanjakan anggaran, 4. Peningkatan pengawasan internal yang dilakukan oleh APIP, untuk memperkuat sistem pengendalian internal. Laporan Kinerja BSN tahun

96 BAB V PENUTUP Laporan Kinerja BSN tahun

97 BAB V PENUTUP Laporan Kinerja BSN ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian pelaksanaan visi dan misi BSN menuju good governance dengan mengacu pada Rencana Strategis tahun Penyusunan Laporan Kinerja BSN mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Laporan Kinerja ini merupakan Laporan Kinerja BSN tahun ketiga pelaksanaan RPJMN tahun Tantangan globalisasi menuntut daya saing yang tinggi agar mampu memenangi persaingan tersebut. Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian diyakini dapat meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang diharapkan mampu melindungi konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup; membantu kelancaran perdagangan; dan mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. Sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung dalam mengkoordinasikan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia, BSN telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. BSN telah berhasil mengatasi tantangan tersebut, sehingga tugas yang diemban dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Hal ini tampak pada pencapaian IKU pada tahun 2017 secara umum sudah sesuai dengan target yang ditetapkan. Pada tahun 2017, secara keseluruhan rata-rata capaian kinerja BSN sebesar 99,63% dari 21 IKU. Sebanyak 13 IKU capaiannya telah melampaui target dan 8 IKU lainnya masih di bawah target. Delapan IKU yang belum mencapai target tersebut adalah Persentase pertumbuhan ekspor Produk Unggulan Nasional yang telah ber-sni; Persentase pertumbuhan industri/organisasi yang menerapkan SNI; Persentase produk bertanda SNI yang sesuai dengan persyaratan SNI; Tingkat persepsi masyarakat terhadap produk ber-sni; Tingkat pelaksanaan Reformasi Birokrasi; Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja BSN; Nilai kepatuhan layanan publik; dan Jumlah peraturan perundang-undangan di bidang SPK. Langkah-langkah kedepan yang harus dilakukan oleh BSN dalam upaya memperbaiki kinerja dan menghadapi tantangan kedepan, antara lain: Laporan Kinerja BSN tahun

98 a) Meningkatkan sosialisasi di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian terutama dalam hal sertifikasi SNI kepada masyarakat melalui berbagai media publikasi, terutama yang berbasis Information Technology (IT). b) Meningkatkan bimbingan untuk industri khususnya UMK di bidang standardisasi dan penilaian kesesuaian dengan melibatkan pemerintah daerah terkait dalam mendukung penyusunan SNI sesuai potensi/kebutuhan daerah dan dapat mendukung penerapan SNI di UMK. c) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antara BSN dengan pihak-pihak terkait dan sinergi dalam kegiatan penyusunan, penerapan, dan pengawasan standardisasi dan penilaian kesesuaian di Indonesia. Akhirnya dengan disusunnya Laporan Kinerja ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi BSN, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Secara internal Laporan Kinerja ini harus memotivasi untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan memperhatikan perkembangan kebutuhan pemangku kepentingan, sehingga BSN dapat semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan pelayanan yang profesional. Laporan Kinerja BSN tahun

99 LAMPIRAN Laporan Kinerja BSN tahun

100 Laporan Kinerja BSN tahun

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6

Daftar Isi. Kata Pengantar... Daftar Isi... BAB I PENDAHULUAN Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 6 RENCANA STRATEGIS PUSAT AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dalam rangka

Lebih terperinci

daftar isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif

daftar isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif iii iv daftar isi v vi vii viii ix x xii Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Istilah Nilai-Nilai BSN Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif 1 BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 2 B. Tugas, Fungsi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA. Tahun 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL BADAN STANDARDISASI NASIONAL

LAPORAN KINERJA. Tahun 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL BADAN STANDARDISASI NASIONAL LAPORAN KINERJA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Tahun 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 LAPORAN KINERJA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 i DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN BADAN STANDARDISASI NASIONAL RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015 2019 JAKARTA 2015 Kata Pengantar Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Kondisi Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang pertama kali dibentuk dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 13 Tahun 1997

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG P emerintahan yang baik dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merupakan syarat mutlak bagi setiap penyelenggara negara untuk mewujudkan aspirasi masyarakat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.732, 2015 BSN. Rencana Strategis. Tahun 2015-2019. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI Revisi 1 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI

DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DEPUTI BIDANG PENELITIAN DAN KERJASAMA STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Sebagai salah satu unit eselon I BSN, Deputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2014

Laporan Kinerja Tahun 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 Kedeputian Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Badan Standardisasi Nasional Gd. BPPT I Lt. 9-14 Jl. MH. Thamrin, Jakarta Ikhtisar Eksekutif Laporan Kinerja Kedeputian Bidang

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2017 BIDANG LINGKUNGAN DAN SERBANEKA PUSAT PERUMUSAN STANDAR BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2018 KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud

Lebih terperinci

Rencana Strategis SEKRETARIAT UTAMA

Rencana Strategis SEKRETARIAT UTAMA Rencana Strategis SEKRETARIAT 2015 - UTAMA 2019 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 SEKRETARIAT UTAMA BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013

BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013 BADAN STANDARDISASI NASIONAL Jakarta, November 2013 latar belakang: INFRASTRUKTUR PASAR GLOBAL BIPM Ketertelusuran Pengukuran WTO; OIML Regulasi Penilaian Kesesuaian PASAR GLOBAL Akreditasi ILAC; IAF Standar

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JAKARTA 2017 KATA PENGANTAR Puji dan

Lebih terperinci

BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN

BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG KIMIA DAN PERTAMBANGAN PUSAT PERUMUSAN STANDAR Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra PPS tahun 2015-2019,

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 1 TAHUN 20118.A/PER/BSN/2/2010 TANGGAL : 1 Februari 2011 Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG INFORMASI DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG INFORMASI DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI RENCANA STRATEGIS 2015-2019 KEDEPUTIAN BIDANG INFORMASI DAN PEMASYARAKATAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL JAKARTA 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Kondisi Umum 1 1.2 Potensi

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No.

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. Laporan Kinerja 2015 Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Gedung I BPPT, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. 8, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016

LAPORAN KINERJA 2016 LAPORAN KINERJA 2016 BIDANG PENDAYAGUNAAN INFORMASI STANDARDISASI Pusat Informasi dan Dokumentasi Standardisasi Kedeputian Informasi dan Pemasyarakatan Standardissi Badan Standardisasi Nasional Gedung

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA

BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA BAB III KEBIJAKAN STANDARDISASI MUTU EKSPOR DI INDONESIA DAN DINAMIKANYA TERHADAP EKSPOR PERIKANAN INDONESIA Telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa kebijakan standardisasi akan menuntut kesungguhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. No.105, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut

2 global sebagai sarana peningkatan kemampuan ekonomi bangsa Indonesia. Untuk melindungi kepentingan negara dalam menghadapi era globalisasi tersebut TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Kepala Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha Badan Standardisasi Nasional. M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Kepala Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha Badan Standardisasi Nasional. M. KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha (Biro PKT) Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Biro

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN I. UMUM Untuk mencapai tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Republik Indonesia yang diamanatkan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja (LKj) Eselon II Tahun 2017

Laporan Kinerja (LKj) Eselon II Tahun 2017 Laporan Kinerja (LKj) Eselon II Tahun 2017 Pusat Akreditasi Laboratorium dan Lembaga Inspeksi Badan Standardisasi Nasional Gedung Menara Thamrin Lantai 11 Jl. M. H. Thamrin Kav. 3 Jakarta Pusat 10340 Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL

SISTEM STANDARDISASI NASIONAL SALINAN LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 3401/BSN-I/HK.71/11/2001 TANGGAL : 26 November 2001 SISTEM STANDARDISASI NASIONAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bidang Dokumentasi dan Perpustakaan - BSN ini adalah sebagai pertanggungjawaban kepada

Lebih terperinci

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan... BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL prasarana yang terdiri dari 1 unit perangkat backup... dikarenakan LAPORAN... KINERJA BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN,

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No.

Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional. Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. Laporan Kinerja 2014 Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Gedung BPPT I, Lantai 10 Jl. MH. Thamrin, No. 8, Jakarta Pusat Ikhtisar Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem

Lebih terperinci

BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI

BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG MEKANIKA, ELEKTRONIKA DAN KONSTRUKSI PUSAT PERUMUSAN STANDAR Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra Pusat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/2007................... TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Kata Pengantar

Ringkasan Eksekutif. Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif Penyusunan Laporan Kinerja Pusat Sistem Penerapan Standar Tahun 2016, pada hakekatnya merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang diamanatkan selama tahun

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2015

Laporan Kinerja Tahun 2015 Laporan Kinerja Tahun 2015 Kedeputian Bidang Penerapan Standar dan Akreditasi Badan Standardisasi Nasional Gedung I. BPPT Lantai. 9-14 Jl. MH. Thamrin, Jakarta Ikhtisar Eksekutif Laporan Kinerja Kedeputian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya guna produksi,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: - 2 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN. BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG P emerintahan yang baik dan bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merupakan syarat mutlak bagi setiap penyelenggara negara untuk mewujudkan aspirasi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1997 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sejalan dengan tahap perkembangan kemampuan nasional di bidang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA CIMAHI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik Kota Cimahi ini dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji Syukur ke hadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Bagian Keuangan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Bagian

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Lebih terperinci

Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem Jaminan Mutu

Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem Jaminan Mutu Laporan Kinerja 2016 Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem Jaminan Mutu Pusat Sistem Penerapan Standar Badan Standardisasi Nasional Laporan Kinerja 2016 Bidang Prasarana Penerapan Standar dan Sistem

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN 2015-2019 N W E S RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 DAFTAR

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah No.1183, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. SAKIP. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS INSTANSI

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 199, 2000 BADAN STANDARISASI. Standarisasi Nasional. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas, daya

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2017 DAFTAR ISI Halaman Sampul... ii Daftar Isi.... iii Kata Pengantar. iv Ringkasan Eksekutif. v

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 2 Tahun Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang Peraturan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Tahun Anggaran 2017 Tahun Anggaran 2017 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017 I. PENDAHULUAN Sebagaimana diamanatkan di dalam

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA 2016

PERJANJIAN KINERJA 2016 PERJANJIAN KINERJA 2016 Perjanjian Kinerja 2016 PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENGERTIAN Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI)

BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI) BAB III STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) 3.1 Peraturan Perundang Undangan Standar Nasional Indonesia (SNI) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KACA UNTUK BANGUNAN BLOK KACA SPESIFIKASI DAN METODA UJI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

BIDANG PERTANIAN, PANGAN DAN KESEHATAN

BIDANG PERTANIAN, PANGAN DAN KESEHATAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 BIDANG PERTANIAN, PANGAN DAN KESEHATAN PUSAT PERUMUSAN STANDAR - BSN Badan Standardisasi Nasional 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Merujuk Renstra

Lebih terperinci

Yuuk..belajar lagi!!!

Yuuk..belajar lagi!!! Yuuk..belajar lagi!!! SUB SISTEM PENERAPAN STANDAR 1. Mendukung terwujudnya jaminan mutu barang, jasa, proses, sistem atau personil sehingga memberi kepercayaan pelanggan 2. menjamin peningkatan produktivitas,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 122 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai pengaturan pengaturan technical barrier to trade sebagai salah satu perjanjian

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas

legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas legal opinion Subbagian Analisa dan Bantuan Hukum Biro Hukum, Organisasi dan Humas Semester 1 Tahun 2015 Identifikasi Penataan Peraturan Kepala dengan Peraturan Perundang-undangan Lain 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA MESIN PENGHANCUR (CRUSHER) BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK - SYARAT MUTU DAN CARA UJI SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI Manajemen Perubahan Seluruh proses reformasi birokrasi di instansi akan mengarah pada rekonseptualisasi organisasi dan mekanisme kerja instansi secara menyeluruh. Proses

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci