I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk"

Transkripsi

1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara demokratis, dengan mengutamakan peran serta masyarakat menjadikan negara ini menjadi salah satu negara demokratis terbesar di dunia. Dimana peran serta masyarakat sangat penting dalam mewujudkan demokrasi yang berkeadilan sosial. Salah satu ciri dari negara demokratis adalah diselenggarakannya pemilihan umum. Pemilihan umum bertujuan untuk memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk di kursi parlemen dengan mandat dari konstituennya yang mempunyai tujuan yang mulia, yaitu mensejahterakan dan memanusiakan rakyat Indonesia. Seperti amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4,...yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.... Di era otonomi daerah seperti yang berkembang saat ini, pemilihan kepala daerah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan. Provinsi ini merupakan Provinsi terkaya ke-5 di Indonesia setelah otonomi daerah. Dimana banyak sekali terdapat berbagai macam jenis sumber daya alam yang melimpah, sehingga untuk me-

2 2 manage semua hal ini dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kredibilitas yang tinggi untuk memajukan dan mensejahterakan seluruh rakyatnya. Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota, dengan Kota Palembang sebagai ibukota Provinsi. Kota Palembang merupakan suatu daerah yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun Kota Palembang seperti halnya kota-kota besar lainnya yang berada di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang kompleks. Salah satunya adalah masalah pasar dan pedagang kaki lima. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan, dengan adanya pasar semua kebutuhan dapat terpenuhi. Kondisi pasar yang sehat dan bersih merupakan tolak ukur dari keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan roda pemerintahannya. Pasar dan pedagang kaki lima merupakan suatu rangkaian yang mungkin sulit untuk dipisahkan dengan keadaan umum pasar-pasar yang ada di Indonesia. Kota Palembang sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Selatan secara umum memiliki banyak pasar diantaranya Pasar Cinde, Pasar 7 Ulu, Pasar Gubah, Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir dan masih banyak pasar-pasar lain yang tersebar di sudut Kota Palembang. Keberadaan pasar dirasakan semakin memenuhi

3 3 sudut Kota Palembang sehingga dirasa perlu adanya penataan kembali pasar-pasar yang ada di kota ini, terutama mengenai pedagang kaki lima yang berjualan tidak ditempat yang telah disediakan oleh pemerintah kota. Hal tersebut bertujuan untuk memperindah dan menata kota peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini. Salah satunya yang paling mencolok adalah keberadaan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir yang berada di pinggiran Sungai Musi. Pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar yang berada di Kota Palembang. Letaknya yang strategis antara dua daratan yang terpisahkan oleh sungai menjadikan tempat ini sebagai tempat yang menjanjikan untuk lahan mencari nafkah. Nampak dengan banyaknya pedagang kaki lima (PK-5) yang ada di daerah tersebut. Pemerintah Kota Palembang sebenarnya telah menyediakan tempat untuk pedagang kaki lima, yaitu dengan dibangunnya sebuah gedung plaza yang diberi nama Plaza 16 Ilir. Plaza ini berfungsi untuk menampung pedagang kaki lima yang hendak berjualan di daerah tersebut, namun banyaknya pedagang yang ingin berjualan di plaza tersebut tidak diimbangi dengan daya tampung plaza, sehingga para pedagang yang tidak kebagian lapak menggelar dagangannya di luar bagunan plaza. Tentu saja hal ini dapat menyebabkan perubahan tatanan Kota Palembang. Pemerintah hanya bertujuan untuk menertibkan dan menata kawasan perdagangan di Kota Palembang agar menjadi nyaman dan tertib, sehingga akan tercipta kenyamanan, kebersihan, dan keindahan lingkungan kota yang akan menjadi kota bertaraf internasional ini.

4 4 Keberadaan pedagang yang membuka lapak dagangannya di luar gedung plaza dirasa cukup mengganggu. Terbukti dengan kondisi yang diciptakan oleh keberadaan pasar tersebut. Kesan kumuh dan kotor merupakan pemandangan yang lazim di daerah ini, sehingga dirasa perlu untuk memindahkan pedagang-pedagang yang memenuhi kolong Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Pemerintah Kota Palembang yang dipimpin oleh Eddy Santana Putra sebagai walikota telah menyiapkan tempat atau pasar pengganti, yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah Kota Palembang memilih Jakabaring sebagai tempat relokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir. Pasar ini disiapkan untuk menampung pedagangpedagang dari Pasar 16 Ilir. Secara bertahap pedagang-pedagang tersebut dipindahkan ke lokasi baru yang telah disediakan oleh Pemerintah Kota Palembang. Daerah yang dahulu merupakan pasar yang kumuh dan kotor dirubah oleh Pemerintah Kota Palembang menjadi satu taman kota yang indah. Taman kota ini diperuntukkan sebagai tujuan wisata bersaing dengan Kepulauan Riau. Wisatawan banyak yang berkunjung ke daerah ini setelah dibenahi, baik wisatan lokal maupun wisatawan asing. Tujuan lain dari dipindahkannya pedagang dari daerah 16 Ilir ini yaitu daerah ini dijadikan sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini disebabkan karena hampir semua aset wisata sejarah yang ada di kota ini berada di pinggiran sungai, sehingga membuat Pemerintah Kota Palembang terus

5 5 berbenah untuk mewujudkan Kota Palembang sebagai Legendary City sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia. Hasilnya pada tahun 2007, 2008 dan 2009 Kota Palembang mendapatkan piala Adipura tiga tahun berturut-turut, padahal pada tahun 2005 kota ini mendapat predikat kota terkotor. Kota yang pada 17 Juni 2009 berulang tahun ke-1326 ini diikutkan pada penilaian Adipura tingkat ASEAN untuk kategori clean land yaitu kategori kota bersih dan teduh. Adipura tingkat ASEAN ini diikuti oleh seluruh negara ASEAN kecuali Singapura. Pada Oktober 2008 Walikota Palembang mewakili Indonesia untuk menerima penghargaan kategori kota bersih di negara-negara ASEAN. Ditunjuknya Palembang sebagai kota yang mewakili Indonesia ke Hanoi Vietnam untuk menerima penghargaan bidang lingkungan katagori clean land didasari atas prestasi Palembang dalam bidang lingkungan dan air bersih. Khusus persoalan air bersih, target 2008 yang mematok 80 persen masyarakat kota dialiri air bersih sudah menjadi kenyataan dan kini target dipeluas hingga ke angka 90 persen warga Palembang dapat menikmati air bersih. Belum lagi keberhasilan dalam penataan lokasi pemukiman kumuh dan kebersihan kota yang sudah mendapat tiga kali piala Adipura dan Palembang dinyatakan sebagai kota terbersih oleh kementerian lingkungan hidup. Begitu pun dengan sistem pengairan, drainase dan penataan lokasi pemukiman kumuh, Departemen Pekerjaan Umum juga menempatkan Palembang sebagai kota urutan teratas yang berhak mendapat penghargaan. ( diakses pada 10 Juni 2009 pukul wib)

6 6 Kebijakan relokasi pedagang kaki lima di daerah 16 Ilir ini banyak menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan yang ada di Kota Palembang. Salah satunya adalah kelompok pro demokrasi. Hasil yang didapat peneliti pada saat pra-riset mengenai masalah kependudukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan, jumlah penduduk di Kota Palembang pada pertengahan tahun 2006 adalah sebesar jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2007 adalah sebesar jiwa atau meningkat 1,88 persen dari tahun Kota Palembang memiliki 16 Kecamatan, diantaranya sebagai berikut : 1. Ilir Barat II 2. Gandus 3. Seberang Ulu I 4. Kertapati 5. Seberang Ulu II 6. Plaju 7. Ilir Barat I 8. Bukit Kecil 9. Ilir Timur I 10. Kemuning 11. Ilir Timur II 12. Kalidoni 13. Sako 14. Sukarami 15. Sematang Borang 16. Alang-alang Lebar Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Hasil yang didapatkan penulis pada pra-riset tanggal April 2009 di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan menyebutkan bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Tahun 2007, wilayah administrasi Kota Palembang mengalami pemekaran wilayah, saat ini jumlah kecamatan di Kota Palembang menjadi 16 kecamatan dan 107

7 7 kelurahan yang sebelumnya hanya 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-alang Lebar yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sukarami kemudian Kecamatan Sematang Borang yang merupakan pecahan dari Kecamatan Sako. Sementara 4 kelurahan yang baru adalah Kelurahan Talang Jambe yang merupakan pecahan Kelurahan Talang Betutu, Kelurahan Sukodadi yang merupakan pecahan Kelurahan Alang-alang Lebar dan Sako Baru pecahan dari Kelurahan Sako, yang terakhir adalah Kelurahan Karya Mulya pecahan dari Kelurahan Sukamulya. Perubahan ini tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 19 dan Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2007 yang diundangkan tanggal 23 Juli 2007 dalam Lembaran Daerah Kota Palembang Nomor 20 Tahun B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

8 8 D. Kegunaan Penelitian Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan bagi perkembangan ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan salah satu kajian manajemen pemerintahan khususnya mengenai kebijakan pemerintah dalam hal ini pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, serta sebagai sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang akan atau sedang melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Palembang untuk dapat lebih meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan terhadap warga masyarakat Palembang.

9 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap dalam buku karangan Abu Ahmadi yang dalam bahasa inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada 1862 untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Menurut L.L. Thurstone dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengatakan bahwa sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi tersebut meliputi simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Menurut Gerungan (2004 : 161) Attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Beberapa ahli dalam Abu Ahmadi (2002 : 163) mengemukakan pendapat mengenai sikap antara lain : a. Zimbardo dan Ebbesen Sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif, dan behavior.

10 10 b. David Krench dan RS. Crutchfield Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu. c. John Harvey dan Wiliam P. Smith Sikap merupakan kesiapan secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi. G.W. Allport dalam David O.Sears (1985 : 137) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi berkaitan dengannya. Berdasarkan beberapa konsep tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif. Pada penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Ciri-ciri Sikap Menurut Bimo Walgito (1983 : 54) ciri-ciri sikap antara lain : a. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa individu atau manusia pada waktu lahir belumlah membawa sesuatu sikap tertentu. Karena sikap tidak dibawa sejak individu itu dilahirkan, maka sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu tersebut. b. Selalu adanya hubungan antara individu dengan objek. Oleh karena itu sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek. Melalui proses pengenalan atau persepsi terhadap objek tersebut. Hubungan yang bersifat positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek yang bersangkutan. Jadi sifat hubungan ini akan menimbulkan sikap yang tertentu pula. c. Sikap dapat tertuju kepada satu objek saja, tetapi juga dapat kepada sekumpulan objek-objek.

11 11 d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Jika suatu sikap telah terbentuk dan merupakan salah satu nilai dalam kehidupan seseorang, maka secara relative sikap itu akan sulit mengalami perubahan dan jika berubah maka prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. e. Sikap mengandung faktor perasaan dan faktor motif. Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek akan selalu diikuti adanya perasaan yang tertentu pula, apakah perasaan yang bersifat positif (senang) atau negatif (tidak senang) terhadap objek tersebut. 3. Fungsi Sikap Fungsi sikap menurut Abu Ahmadi (2002 : 179) antara lain : a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Justru karena itu sesuatu golongan yang mendasarkan atas kepentingan dan pengalaman bersama biasanya ditandai adanya sikap anggota yang sama terhadap sesuatu objek. Sehingga dengan demikian sikap bisa menjadi rantai penghubung antar orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya yang lain. Oleh karena itu anggotaanggota kelompok yang mengambil sikap sama terhadap objek tertentu dapat meramalkan tingkah laku terhadap anggota-anggota lainnya. b. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya merupakan aksiaksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tak ada pertimbangan, tetapi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terdapat sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbanganpertimbangan/penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturanperaturan kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya. c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalamn ini diberi penilaian, lalu dipilih. Tentu saja pemilihan itu ditentukan atas tinjauan apakah pengalaman-pengalaman itu mempunyai arti baginya atau tidak. Jadi manusia setiap saat mengadakan pemilihan-pemilihan, dan semua perangsang tidak semuanya dapat dilayani. Sebab kalau tidak

12 12 demikian akan mengganggu manusia. Tanpa pengalaman tak ada keputusan dan tak dapat melakukan perbuatan. d. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-obek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan yang sesungguhnya dari pada sikap orang tersebut dan dengan mengetahui sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan dan Pengubahan Sikap Pada dasarnya sikap terbentuk dari individu dari setia orang dan berkembang dalam dirinya, faktor pengalaman sangatlah penting dalam proses pembentukan sikap. Namun demikian, faktor dari luar diakui dapat juga mempengaruhi sikap individu tersebut. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengaruh tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor intern merupakan faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Hal yang sama yang diungkapkan oleh Gerungan (2004 : 168) yaitu selektivitas dalam pengamatan senantiasa berlangsung karena individu

13 13 manusia tidak dapat memperhatikan semua rangsangan yang datang dari lingkungannya dengan taraf perhatian yang sama. b. Faktor Eksternal Menurut Abu Ahmadi (2002 : 171) faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Menurut M.Sherif dalam Gerungan (2004 : 168) garis besar sikap mengenai faktor eksternal mencakup dua hal 1. Dalam interaksi kelompok, di mana terdapat hubungan timbal-balik yang langsung antara manusia 2. Karena komunikasi, di mana terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja. 5. Metode Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Menurut Abu Ahmadi (2002 : 182) a. Pengukuran sikap secara langsung yaitu peneliti meminta pendapat suatu individu mengenai bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah. Dalam pengukuran ini dapat menggunakan beberapa skala, misalnya Skala Thurstone, Skala Likert, Skala Bogardus, dan Skala Perbedaan Semantik (The Semantic Different Scale). b. Pengukuran sikap secara tidak langsung yaitu metode pengukuran sikap yang bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk dikomunikasikan secara lisan atau verbal.

14 14 6. Aspek-Aspek Sikap Menurut Abu Ahmadi (2002 : 162) tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek yaitu : a. Aspek Kognitif Aspek kognitif yaitu aspek yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. b. Aspek Afektif Aspek afektif yaitu aspek yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu. c. Aspek Konatif Aspek konatif yaitu aspek yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap dalam penelitian ini yaitu kesiapan untuk memberikan sikap atau respon terhadap objek yang dihadapinya. Sikap atau tanggapan tersebut merupakan suatu hal untuk mendukung atau tidak mendukung terhadap objek tersebut, dalam hal ini adalah pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, yang berhubungan dengan beberapa aspek sikap. Aspek tersebut terdiri dari aspek kognitif yang berkaitan dengan pandangan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai suatu hal yang dalam penelitian ini yaitu terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan pro, netral atau

15 15 kontra terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan aspek konatif yaitu aspek yang berkaitan dengan prilaku dengan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu hal dengan cara-cara tertentu dengan menanggapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. B. Tinjauan Tentang Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat Masyarakat dalam buku Ilmu Sosial Dasar (1998 : 63) karangan Munandar Soelaeman berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, yang artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Menurut WJS. Poerwodarminto dalam Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 88) masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu. Sedangkan menurut Linton yang dikutip oleh Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 88), mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan

16 16 dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan dan batas-batas tertentu. 2. Unsur Masyarakat Menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 90) yang menjadi unsur dari masyarakat yaitu : a. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, dan harus banyak jumlahnya, dan bukan mengumpulkan barang. b. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah yang tertentu. c. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama. 3. Ciri-ciri masyarakat Menurut Soerjono Soekanto yang dikutip oleh Abdulsyani (2002 : 32), menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu : a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.

17 17 b. Bersama untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. 4. Masyarakat Kota Kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : 228) adalah sebagai pusat pendomisian bertingkat-tingkat sesuai dengan sistem administrasi Negara yang bersangkutan. Beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kota yang dikutip oleh P.J.M Nas (1979 : 29) antara lain : 1. Wirth Ia merumuskan kota sebagai pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. 2. Max Weber Ia menganggap suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. 3. Marx dan Engels Mereka memandang kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat-alat yang diperlukan agar supaya anggotaanggota dapat mempertahankan diri.

18 18 Jika melihat pendapat dari Max Weber, ia menitik beratkan kota pada pasar sebagai ciri kota, di samping sifatnya sebagai benteng dan sebagai sistem hukum tersendiri. Jadi dapat disimpulkan kota adalah suatu pemukiman yang relatif padat yang berisi orang-orang yang heterogen dalam kedudukan sosial yang digunakan untuk mempertahankan diri. Sedangkan masyarakat kota adalah masyarakat yang hidup di suatu tempat yang merupakan pemukiman yang relatif padat dan bersifat heterogen. Dari pengertian di atas, maka ciri-ciri masyarakat kota menurut Hartomo dan Arnicun Aziz (2004 : ) antara lain : 1. Hiterogenitas Sosial Kota merupakan tempat bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing kelompok berusaha di atas kelompok yang lain. Maka dari itu sering terjadi usaha untuk memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain. Misalnya, mengumpulkan dan mengorganisir anggota kelompoknya secara rapi, memelihara jumlah anak yang banyak bagi kelompok minoritas dan sebagainya. Di samping itu kepadatan penduduk memang mendorong terjadinya persaingan dalam pemanfaatan ruang. 2. Hubungan Sekunder Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain) serba terbatas pada bidang hidup tertentu. 3. Toleransi Sosial Pada masyarakat kota orang tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya secara mendasar dan pribadi, sebab masing-msaing anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial pada masyarakat kota dapat dikatakan lemah sekali. Walaupun ada control sosial tetapi sifatnya non pribadi. Selama tingkah laku dari orang yang bersangkutan tidak merugikan umum atau tidak bertentangan dengan norma yang ada, masih dapat diterima dan ditolerir. 4. Kontrol Sekunder Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara pribadi atau sosial berjauhan.

19 19 5. Mobilitas Sosial Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun tempat tinggal. 6. Individual Akibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di kota menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan rasakan, harus mereka rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat yang lain sulit untuk diharapkan. 7. Ikatan Sukarela Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi tertentu yang mereka sukai secara sukarela ia menggabungkan diri dan berkorban. 8. Segresi Keruangan Akibat dari hiterogenitas sosial dan kompetisi ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama, suku bangsa dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan tempat tinggal dalam kelompok-kelompok tertentu. C. Tinjauan Tentang Sikap Masyarakat Abu Ahmadi (2002 : 166) menyatakan bahwa sikap masyarakat atau sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh orangorang sekelompoknya terhadap objek sosial dan dinyatakan berulang-ulang. Selanjutnya Gerungan (2004 : 161) merumuskan sikap sosial sebagai berikut: Suatu sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial. Sikap sosial menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap suatu objek sosial, dan biasanya sikap sosial itu dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi juga oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap masyarakat atau sikap sosial merupakan suatu sikap terhadap suatu

20 20 objek yang terjadi berulang-ulang yang dimiliki oleh banyak orang atau sekelompok orang. D. Tinjauan Tentang Pasar 1. Pasar 16 Ilir Palembang Menurut Max Weber dalam P.J.M. Nas (1979 : 29) suatu daerah dapat dikatakan sebagai kota yaitu apabila masyarakat setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Pendapat Max Weber ini menyatakan bahwa pentingnya peranan suatu pasar dalam kehidupan dan tata masyarakat perkotaan. Menurutnya pasar merupakan ciri dari kota disamping sifatnya sebagai benteng dan sebagai sistem hukum tersendiri. Kota Palembang yang memiliki banyak pasar yang dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri telah dapat dikatakan sebagai kota jika merujuk dari pendapat Max Weber yang menekankan kota pada pasar sebagai ciri utamanya. Salah satu pasar yang dimiliki di Kota Palembang yaitu Pasar 16 Ilir. Daerah Pasar 16 Ilir terdapat di tepian Sungai Musi dan telah ada sejak awal abad ke-20, yang dahulu merupakan daerah pemukiman. Sebagaimana sifat orang Melayu Palembang, kawasan tepian sungai terutama tepian Sungai Musi merupakan pilihan tepat karena pada saat itu jalur transportasi hanya melalui jalur air yang menggunakan perahu sebagai alat transportasinya. Sejalan dengan perkembangannya daerah

21 21 yang dulunya pemukiman berubah fungsi menjadi lahan pencari nafkah masyarakat sekitar. Tempat tersebut berubah menjadi Pasar yang kemudian diberi nama Pasar 16 Ilir, ini dikarenakan pasar tersebut terletak di daerah 16 Ilir. Nama 16 Ilir sendiri merupakan sisa-sisa dari jaman penjajahan Belanda yang dahulu menduduki Kota Palembang. Pemberian nama 16 Ilir tersebut merupakan salah satu strategi perang Belanda untuk mengecoh gerilyawan perang. 2. Pasar Retail Jakabaring Jakabaring merupakan daerah yang terdapat di Kecamatan Seberang Ulu yang merupakan daerah pengembangan pembangunan. Sebelum tahun 2004 daerah ini masih merupakan daerah yang terdiri dari rawa-rawa dan belum banyak penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Akhirnya pada saat Kota Palembang dijadikan tuan rumah pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIV pada 2004, daerah ini banyak mengalami perubahan dengan berbagai macam pembangunan di berbagai sektor. Mulai dari pembangunan sarana dan prasarana olah raga sampai pembangunan perkampungan atlit. Kantor-kantor dinas pun banyak yang dipindahkan ke daerah ini sehingga perekonomian di daerah ini semakin meningkat. Di Jakabaring masih banyak terdapat lahan kosong yang belum diolah sehingga oleh Walikota Palembang saat itu Eddy Santana Putra dibuat sebuah pasar. Pasar inilah yang menjadi tempat tujuan setelah pedagang

22 22 kaki lima Pasar 16 Ilir direlokasi. Tidak hanya pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir saja yang pindah ke Pasar Jakabaring ini, namun banyak pedagang pasar yang ada di Kota Palembang dipindahkan ke pasar ini, kemudian pasar ini disebut Pasar Retail Jakabaring. E. Kerangka Pikir Menurut Widayat dan Amirullah dalam Masyhuri dan Zainuddin (2008 : 113) kerangka berpikir atau juga disebut kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 34) kerangka berpikir ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi obyek permasalahan kita. Di Indonesia banyak terdapat daerah setingkat kota atau kabupaten yang menoreh prestasi yang telah diraihnya, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang ikut menyukseskan program-program atau kebijakan yang telah digulirkan oleh pemerintah. Permasalahan pun menjadi semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya mengenai pengelolaan pasar. Di Kota Palembang banyak terdapat pasar-pasar tradisional yang berfungsi sebagai pusat pemenuhan kebutuhan masyarakat. Pasar 16 Ilir menjadi pasar yang sangat sentral di kota ini karena letaknya yang terdapat di pinggiran Sungai

23 23 Musi dan luasnya yang mencapai m 2. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, Pasar 16 Ilir memiliki pedagang kaki lima yang setiap tahun jumlahnya semakin bertambah. Pemerintah Kota Palembang memberikan tempat yang layak bagi para pedagang untuk berjualan berbagai macam kebutuhan. Mengingat lokasinya yang strategis maka makin banyak pedagang yang ingin membuka usahanya di Plaza 16 Ilir, sehingga menyebabkan tidak dapat ditampungnya semua pedagang di tempat tersebut. Jadi para pedagang yang tidak kebagian tempat membuka usahanya di luar tempat, sehingga menyebabkan para pedagang berjualan di luar plaza dan menyebabkan ketidakteraturan di sekitar daerah plaza tersebut. Mempertimbangankan hal tersebut Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke pasar baru yaitu Pasar Retail Jakabaring. Pemindahan ini bertujuan untuk menata ulang kembali tatanan Kota Palembang. Daerah yang ditinggalkan Pasar 16 Ilir dijadikan taman wisata sejalan dengan penetapan daerah 16 Ilir sebagai sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Selain itu pemindahan lokasi pasar ini juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di daerah Jakabaring, karena Jakabaring masih merupakan daerah yang harus dikembangkan mengingat potensi lahannya yang sangat luas. Partisipasi, sikap, dan dukungan dari masyarkat sangatlah penting dalam hal pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Ketika pemindahan tersebut menghadapi kendala, karena ada sebagian

24 24 masyarakat ataupun pedagang yang kontra terhadap kebijakan Pemerintah Kota Palembang tersebut. Jadi masyarakat mempunyai peran yang sentral dalam mewujudkan terlaksananya dengan tepat kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk memperoleh gambaran mengenai sikap seperti yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2002 : 162) yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. 1. Aspek kognitif (aspek perseptual), yaitu aspek yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, pengalaman, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Aspek afektif (aspek emosional), yaitu aspek yang berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 3. Aspek konatif (aspek perilaku), yaitu aspek yang berkaitan dengan kecenderungan orang untuk bertindak terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

25 25 Gambar kerangka pikir dapat dilihat pada bagan berikut: Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Sikap Masyarakat Aspek Kognitif Aspek Afektif Aspek Konatif Gambar 1. Bagan kerangka pikir sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring

26 26 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang berdasarkan pada data kuantitatif. Penelitian deskriftif menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 4) bermaksud membuat pemeriaan (penyandraan) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Ciri-ciri penelitian deskriftif menurut Masyhuri dan M. Zainuddin (2008 : 34) adalah : a. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena b. Menerangkan hubungan (korelasi) c. Menguji hipotesis yang diajukan d. Membuat prediksi (forcase) kejadian e. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah yang diteliti. Jadi penelitian deskripsi mempunyai cakupan yang lebih luas. Kuantitatif menurut Jonathan Sarwono adalah mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. ( diakses pada 30 Mei 2009 pukul 14.16)

27 27 B. Definisi Konseptual Konsep menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 33) adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak : kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Sikap Sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia terhadap objek tertentu yang menimbulkan respon dalam bentuk positif atau negatif. Pada penelitian ini yang menjadi objek kajian penelitian yaitu kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Sikap masyarakat tersebut diukur dengan menggunakan tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konatif, yang merupakan aspek pengetahuan, emosional atau perasaan dan tindakan. Sikap tersebut nantinya akan memberikan pernyataan terhadap objek tersebut yang akan menimbulkan pernyataan setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan atau sehimpunan manusia yang telah cukup lama hidup bersama dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dengan ikatan-ikatan dan batas-batas tertentu. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Palembang.

28 28 3. Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring adalah solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang untuk mewujudkan keindahan tata kota yang teratur dan bersih. Pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, baik masyarakat daerah yang ditinggal maupun daerah yang dituju. Daerah Pasar 16 yang ditinggalkan dibagun menjadi taman-taman kota yang menjadi tempat tujuan wisata sesuai dengan ketetapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan daerah ini sebagai sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City. C. Definisi Operasional Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 46) definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Aspek Kognitif (Pengetahuan) Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi :

29 29 a. Pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. b. Pengetahuan masyarakat tentang lokasi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. c. Pengetahuan masyarakat tentang alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. d. Pengetahuan masyarakat tentang tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. e. Pengetahuan masyarakat tentang manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Aspek Afektif (Perasaan) Merupakan perasaan maupun sikap masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, yaitu meliputi : a. Perasaan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. b. Perasaan masyarakat terhadap lokasi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. c. Perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. d. Perasaan masyarakat terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. e. Perasaan masyarakat terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring.

30 30 3. Aspek Konatif (Tindakan) Merupakan pengetahuan masyarakat tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meliputi : a. Kecenderungan bertindak yang dilakukan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. b. Ketertarikan masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. c. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. d. Keoptimisan masyarakat terhadap keberhasilan tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. e. Keoptimisan masyarakat terhadap manfaat yang dicapai dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring D. Sumber Data Data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini dilihat dari karakteristik sumbernya terbagi menjadi : 1. Data Primer Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian, dengan cara menggali secara

31 31 langsung dari responden yang merupakan hasil dari teknik pengumpulan data melalui kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder ini digunakan sebagai pendukung. Sumber data sekunder antara lain berupa wawancara untuk mendukung data utama yang diperoleh dari kuisioner, literatur, berita surat kabar, website, serta dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini. E. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk itu dirasa perlu untuk mengetahui pendapat masyarakat Kota Palembang yang memiliki populasi satu juta lebih penduduk. Lokasi penelitian ini adalah di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. F. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam buku karangan Burhan Bungin (2008 : 99) adalah berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady (2008 : 42) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas.

32 32 Berdasarkan pernyataan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Palembang yang berjumlah jiwa yang diwakili oleh kepala keluarga (KK). Kota Palembang terbagi dalam enam belas kecamatan, yaitu Kecamatan Ilir Barat II, Kecamatan Gandus, Kecamatan Seberang Ulu I, Kecamatan Kertapati, Kecamatan Seberang Ulu II, Kecamatan Plaju, Kecamatan Ilir Barat I, Kecamatan Bukit Kecil, Kecamatan Ilir Timur I, Kecamatan Kemuning, Kecamatan Ilir Timur II, Kecamatan Kalidoni, Kecamatan Sako, Kecamatan Sukarami, Kecamatan Sematang Borang, dan Kecamatan Alang-alang Lebar. Data yang diperoleh pada pra-riset tanggal April 2009, jumlah kepala keluarga per kecamatan di Kota Palembang pada tahun 2007 adalah sebagai berikut : a. Ilir Barat II : kepala keluarga b. Gandus : kepala keluarga c. Seberang Ulu I : kepala keluarga d. Kertapati : kepala keluarga e. Seberang Ulu II : kepala keluarga f. Plaju : kepala keluarga g. Ilir Barat I : kepala keluarga h. Kemuning : kepala keluarga i. Ilir Timur II : kepala keluarga j. Kalidoni : kepala keluarga k. Sako : kepala keluarga l. Sukarami : kepala keluarga

33 33 m. Sematang Borang : - n. Alang-alang Lebar : - Total jumlah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang adalah kepala keluarga. Kecamatan Sematang Borang dan Kecamatan Alang-alang Lebar belum memiliki angka kepala keluarga yang pasti karena data-data tersebut masih tergabung dengan Kecamatan Sako dan Kecamatan Sukarami. Data Kecamatan Sematang Borang masih tergabung dengan Kecamatan Sako sedangkan data Kecamatan Alang-alang Lebar masih tergabung dengan Kecamatan Sukarami. 2. Teknik Pengambilan Sampel Menurut Masyhuri dan Zainuddin ( 2008 : 155) sampel adalah suatu contoh yang diambil dari populasi. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah kepala keluarga yang berada di Kota Palembang yang jumlahnya sebanyak kepala keluarga. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proporsionan sampling. Menurut Burhan Bungin (2008 : 114) proporsional sampling merupakan teknik sampling yang agak lebih leluasa dalam penggunaannya, yaitu teknik ini dapat digunakan pada populasi berstrata, populasi area maupun populasi cluster. Maka penelitian ini sampel yang akan diambil menggunakan rumus presisi yakni rata-rata sampel dari rumus T. Yamane yang dikutip oleh Burhan Bungin (2008 : 105).

34 34 Rumus yang digunakan : Keterangan : n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi d = Nilai presisi (0,1) 1 = Nilai Konstanta Berdasarkan rumus pengambilan sampel di atas maka sampel dalam penelitian ini adalah n = n = n = (0,1) , ,01 n = 99,97 dibulatkan menjadi 100 Berdasarkan rumus penentuan sampel di atas maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Setelah didapat sampel yang dibutuhkan, menurut Jalalludin Rahmat (1997 : 82) langkah yang kedua adalah menentukan sampel perkelompok atau perkecamatan dari 100 sampel yang telah didapat,

35 35 yaitu dengan menggunakan rumus penentuan sampel agar sampel lebih proporsional. Rumus yang digunakan : Keterangan : Ni = Jumlah populasi dari masing-masing kelompok N n = Jumlah keseluruhan populasi = Jumlah sampel yang diambil (Jalalludin Rahmat, 1997 : 82) Berdasarkan rumus pengambilan sampel kelompok di atas maka sampel kelompok dalam penelitian ini adalah : a. Kecamatan Ilir Barat II ni = x ni = 4, 36 dibulatkan menjadi 4 b. Kecamatan Gandus ni = x ni = 3, 79 dibulatkan menjadi 4

36 36 c. Kecamatan Seberang Ulu I ni = x ni = 10, 99 dibulatkan menjadi 11 d. Kecamatan Kertapati ni = x ni = 5, 84 dibulatkan menjadi 6 e. Kecamatan Seberang Ulu II ni = x ni = 6, 83 dibulatkan menjadi 7 f. Kecamatan Plaju ni = x ni = 5, 87 dibulatkan menjadi 6 g. Kecamatan Ilir Barat I ni = x ni = 8, 82 dibulatkan menjadi 9

37 37 h. Kecamatan Bukit Kecil 9967 ni = x ni = 3, 30 dibulatkan menjadi 3 i. Kecamatan Ilir Timur I ni = x ni = 5, 62 dibulatkan menjadi 6 j. Kecamatan Kemuning ni = x ni = 6, 95 dibulatkan menjadi 7 k. Kecamatan Ilir Timur II ni = x ni = 10, 88 dibulatkan menjadi 11 l. Kecamatan Kalidoni ni = x ni = 7, 49 dibulatkan menjadi 7

38 38 m. Kecamatan Sako ni = x ni = 6, 60 dibulatkan menjadi 7 n. Kecamatan Sukarami ni = x ni = 12, 60 dibulatkan menjadi 12 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan rincian sebagai berikut : Tabel 1. Rincian Jumlah Sampel No Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga Sampel 1 Ilir Barat II Gandus Seberang Ulu I Kertapati Seberang Ulu II Plaju Ilir Barat I Bukit Kecil Ilir Timur I Kemuning Ilir Timur II Kalidoni Sako Sukarami Jumlah Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

39 39 Proses penyebaran sampel menggunakan Purposive Sampling. Menurut Joko Subagio (1997 : 31) Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subyektif peneliti. Sebagai sampel harus memenuhi persyaratan yang dibuat sebagai kriteria. Kriteria dan pertimbangan yang dilakukan dalam memilih sampel agar lebih terbukti perolehan informasinya, yaitu sebagai berikut : a. Masyarakat Kota Palembang yang minimal telah berdomisili selama ± 5 tahun di Palembang; b. Masyarakat dapat membaca dan menulis; c. Masyarakat Kota Palembang yang telah terdaftar di kecamatan yang ada di Kota Palembang sebagai penduduk Kota Palembang yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara kuisioner, wawancara dan dokumentasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pada penelitian ini. 1. Teknik Kuesioner Menurut Burhan Bungin (2008 : 123) metode angket atau kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

40 40 Kuesioner ditujukan kepada sampel yang telah diambil dari jumlah populasi kepala keluarga yang berada di Kota Palembang. 2. Teknik Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan topik penelitian. Menurut Moh. Nazir dalam Burhan Bungin (2008 : 126) wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menunjang data utama yang didapatkan dari kuisioner. Informan dalam hal ini adalah Suparman Kasup, Direktur Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya, Sekretaris Koperasi Serba Usaha Tunas Baru Djunaida Handayani sebagai pengelola Pasar Retail Jakabaring, H.Hasan selaku pengelola harian Pasar Retail Jakabaring dan beberapa pedagang yang terkena relokasi. 3. Teknik Dokumentasi Menurut Sartono Kartodirdjo dalam Burhan Bungin (2008 : 144) teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk menelusuri data historis. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa artikel, arsip, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan subjek dan objek penelitian. Dokumentasi dalam hal ini diperoleh dari data yang terdapat di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan mengenai data jumlah

41 41 penduduk. Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dan dapat membantu dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. H. Teknik Penentuan Skor Untuk mengolah data yang berbentuk kuisioner yang dituangkan dalam pernyataan-pernyataan, masing-masing pernyataan diberikan alternatif jawaban berdasarkan Metode Likert. Alternatif jawaban berdasarkan Metode Likert dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Alternatif jawaban dengan menggunakan Metode Likert Pernyataan Dengan Memilih Jawaban Skor Sangat tahu/sangat setuju/sangat mendukung/sangat optimis 5 Tahu/setuju/mendukung/optimis 4 Cukup tahu/cukup setuju/cukup mendukung/cukup optimis 3 Tidak tahu/tidak setuju/tidak mendukung/tidak optimis 2 Sangat tidak tahu/sangat tidak setuju/sangat tidak mendukung/sangat tidak yakin 1 Sumber : Data diolah 2009 I. Teknik Pengolahan Data Data penelitian yang telah didapat akan diolah menggunakan langkahlangkah berikut : 1. Tahap Editing Menurut Burhan Bungin (2008 : 165) editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data di lapangan. Tahap editing adalah tahap memeriksa kembali data yang berhasil

42 42 diperoleh dalam rangka menjamin keabsahannya (validitas) untuk kemudian dipersiapkan ketahap selanjutnya yaitu memeriksa hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden. 2. Tahap Koding Tahap koding adalah tahap dimana jawaban dari responden diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan untuk kemudian diberi kode dan dipindahkan dalam tabel kode atau buku kode. 3. Tahap Tabulasi Tahap tabulasi adalah tahap mengelompokan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis. Tahap ini dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban-jawaban responden yang serupa. tabulasi data akan tampak ringkas dan bersifat merangkum. Melalui Pada penelitian ini data-data yang telah diperoleh dari lapangan kemudian disusun kedalam bentuk tabel, sehingga pembaca dapat melihat dan memahaminya dengan mudah. 4. Tahap Interpretasi Data Tahap interpretaasi data yaitu tahap untuk memberikan penafsiran atau penjabaran dari data yang ada pada tabel untuk dicari maknanya yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban dari responden dengan hasil yang lain, serta dari dokumentasi yang ada.

43 43 J. Teknik Analisis Data Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995 : 263) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan penggunaan tabel tunggal, yaitu metode yang dilakukan dengan memasukkan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan membuat persentase sebagai uraian mengenai hasil akhir penelitian. Tabel tunggal dipergunakan untuk menggambarkan jawaban responden terhadap sikap masyarakat Kota Palembang mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Sedangkan skala pengukuran yang digunakan ialah skala likert. Menurut Sulisyanto (2005 : 23) skala likert digunakan untuk mengukur persepsi, pendapat, sikap serta penilaian seseorang tentang fenomena sosial. Setelah mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan menentukan skor jawaban, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data menggunakan penghitungan rumus interval. Analisis data dengan menggunakan analisis kuantitatif kemudian dijelaskan secara kualitatif.

44 44 Perhitungan menggunakan rumus interval menggunakan rumus sebagai berikut : I = NT - NR K Keterangan : I = Interval nilai skor Nt = Nilai tertinggi Nr = Nilai terendah K = Kategori jawaban Sutrisno Hadi (1998 : 421) Selanjutnya untuk mengetahui persentase dari jawaban responden menggunakan rumus persentase berikut ini : Keterangan : P : Presentase F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori Soerjono Soekanto (1986 : 268) Setelah dihitung dan didapatkan persentasenya dari data yang ada, maka hasil dari data tersebut akan diinterpretasikan untuk mendapatkan jawaban penelitian mengenai sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

45 45 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Palembang Kota Palembang merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Selatan yang saat ini memiliki 11 (sebelas) kabupaten dan 4 (empat) kota yang sekaligus merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Palembang adalah kota terbesar di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum dihancurkan oleh Majapahit. Hingga sekarang bekas area Kerajaan Sriwijaya masih terdapat di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang. Setelah dihancurkan oleh berbagai peristiwa mulai dari penyerbuan pasukan maritim barbar dan isolasi dari majapahit, kota ini lalu sangat terpengaruh budaya Jawa dan Melayu. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budaya yang berkembang di Palembang. Salah satunya adalah bahasa. Katakata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas dan Raden Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa. Kota Palembang memiliki komunitas Tionghoa yang cukup besar. Makanan khas daerah ini adalah pempek Palembang, tekwan, model, celimpungan, kue

46 46 maksuba, kue 8 jam, kue engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek atau tekwan mengesankan Chinese Taste masyarakat Palembang. Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi, sehingga tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang. Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberikannya nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka di Semenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah. Sebelum masa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pertumbuhan Kota Palembang dapat dibagi menjadi 5 fase utama, antara lain :

47 47 1) Fase sebelum Kerajaan Sriwijaya merupakan zaman kegelapan, karena mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara sriwijaya membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang tertulis pada manuskrip lama di hulu sungai musi merupakan penduduk dari daerah hulu sungai komering. 2) Fase Sriwijaya Raya, Palembang menjadi pusat dari kerajaan yang membentang mulai dari barat pulau jawa, sepanjang pulau sumatera, semenanjung malaka, bagian barat kalimantan sampai ke indochina. Runtuhnya Sriwijaya sendiri utamanya karena penyerbuan bangsa-bangsa pelaut yang tidak terdefinisikan, sebagian sejarahwan mengatakan bahwa mereka adalah pasukan barbar laut dari Srilanka (Ceylon). Akibat hancurnya kekuatan maritim mereka, Sriwijaya menjadi lemah dan persekutuan daerah-daerah kekuasaanya terlepas dan ketika datangnya Ekspedisi Pamalayu dari Jawa (majapahit) ke Jambi dalam melakukan isolasi kepada Palembang, untuk mencegah Sriwijaya bangkit kembali. 3) Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, Disekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus Kuning dihilir Sungai Musi, Si Gentar Alam didaerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima Gumay disepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan kerajaan Malaka hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung dengan para pengembara dari Arab dan Gujarat.

48 48 4) Fase Kesultanan Palembang Darussalam, Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting dibalik hancurnya majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan pengganti dari majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula Kesultanan Palembang Darussalam dengan raja pertamanya adalah Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu Raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris). 5) Fase Kolonialisme, Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang keempat melawan Belanda yang pada saat ini turun dengan kekuatan besar pimpinan Jendral De Kock, maka Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumi hangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol

49 49 kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar, dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu. Hingga saat ini yaitu pada zaman reformasi daerah pemukiman di Palembang tetap dipertahankan sepeti dulu, yaitu daerah Ilir dan Ulu. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, Kota Palembang merupakan suatu daerah Tingkat II yang merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tanggal 27 September 2005 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Kota Palembang sebagai Kota Wisata Air. Presiden mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti Bangkok, Thailand dan Pnomh Phenh, Kamboja. Wilayah Kota Palembang dibagi dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan setelah sebelumnya mengalami pemekaran wilayah yang hanya terdapat 14 kecamatan dan 103 kelurahan. Dua kecamatan baru tersebut adalah Kecamatan Alang-alang Lebar dan Kecamatan Sematang Borang.

50 50 B. Keadaan Geografis 1. Letak Administratif Letak administratif suatu daerah merupakan letak berdasarkan pembagian wilayah adminsitrasi pemerintahan. Luas Kota Palembang adalah 400,61 Km 2, dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Kabupaten Banyuasin b. Sebelah Timur : Kabupaten Banyuasin c. Sebelah Selatan : Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Ilir d. Sebelah Barat : Kabupaten Banyuasin 2. Luas Wilayah Luas wilayah Kota Palembang yaitu ± 400,61 Km 2 dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3. Luas Kota Palembang Dirinci Perkecamatan No. Kecamatan Luas (Km 2 ) 1 Ilir Barat II 6,220 2 Gandus 68,780 3 Seberang Ulu I 17,440 4 Kertapati 42,560 5 Seberang Ulu II 10,690 6 Plaju 15,170 7 Ilir Barat I 19,770 8 Bukit Kecil 9,920 9 Ilir Timur I 6, Kemuning 9, Ilir Timur II 25, Kalidoni 27, Sako 18, Sukarami 36, Sematang Borang 51, Alang-alang Lebar 34,581 Jumlah 400,610 Sumber : BPS Provinsi Sumsel, September 2009

51 51 3. Karakteristik Fisik a. Klimatologi Musim yang terdapat di Kota Palembang sama seperti umumnya yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai September, arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember hingga Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu terjadi setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. b. Curah Hujan Curan hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi dan perputaran arus udara, oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 berkisar antara 3,3 mm (Agustus) sampai 503,1 mm (Januari). Palembang mempunyai kelembapan udara relatif tinggi dimana pada tahun 2007 berkisar antara 78 persen (September) sampai 88 persen (Januari).

52 52 c. Geologi dan Jenis Tanah Kota Palembang memiliki jenis tanah berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang masih muda, banyak mengandung minyak bumi yang juga dikenal dengan Lembah Palembang-Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat-tempat yang agak tinggi terletak di bagian utara kota. Sebagian Kota Palembang digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus. 4. Kondisi dan Potensi Ekonomi a. Perdagangan Wilayah Palembang memiliki banyak pusat perdagangan yang tersebar di beberapa tempat. Potensi tersebut menunjang kegiatan perdagangan di kota ini. Peranan sektor perdagangan terhadap struktur perekonomian cukup dapat diperhitungkan. Lalu lintas perdagangan aneka komoditas umumnya dilakukan melalui beberapa pelabuhan muat tersebut tidak terlepas dari keadaan geografis dan topografis wilayah ini yang dilalui Sungai Musi beserta anak sungainya. Disamping itu, bedasarkan sejarah, Sumatera Selatan memanfaatkan laut sebagai gerbang perniagaan sejak dahulu. Selama tahun 2007 jumlah perusahaan-perusahaan perdagangan yang berbadan hukum yag terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi di Palembang sebanyak buah perusahaan.

53 53 Perusahaan tersebut terdiri atas 695 buah PT, 72 buah koperasi, buah CV, 991 buah PD dan satu buah firma. Di Kota Palembang banyak terdapat pusat perdagangan yang tersebar di beberapa sudut kota, salah satunya keberadaan pasar sebagai suatu bentuk pemenuhan kebutuhan pokok. Pasar merupakan hal yang banyak dijumpai di kota-kota besar di Indonesia termasuk di Palembang. Jumlah pasar yang terdapat di Kota Palembang pada tahun 2007 tidak mengalami perubahan dibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 22 pasar. Tabel 4. Banyaknya Sarana Perdagangan di Kota Palembang No. Kecamatan Sarana Perdagangan Pasar Petak Los Pedagang PKL 1 Ilir Barat II Gandus Seberang Ulu I Kertapati Seberang Ulu II Plaju Ilir Barat I Bukit Kecil Ilir Timur I Kemuning Ilir Timur II Kalidoni Sako Sukarami Sematang Borang Alang-alang Lebar Jumlah Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009

54 54 b. Industri dan Pertambangan Salah satu industri besar yang ada di Kota Palembang adalah PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). PT Pusri merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan pupuk. Perusahaan ini tidak saja merupakan salah satu aset di Kota Palembang, tapi juga merupakan salah satu aset negara yang memegang peranan penting. Produksi pupuk PT Pusri pada tahun 2007 sebesar ton, produksi pupuk selama periode Januari hingga Desember 2007 merupakan produksi terbesar dibandingkan produksi lainnya. Industri besar lainnya yang terdapat di Kota Palembang antara lain : 1) Kecamatan Kertapati, Seberang Ulu II, Ilir Barat I, Ilir Timur I, Ilir Timur II, Kalidoni, Sako, dan Sukarami terdapat industri logam, mesin, kimia, dan industri aneka. 2) Kecamatan Ilir Barat I, Kalidoni, dan Sukarami terdapat industri hasil pertanian dan perikanan. Sedangkan di sektor pertambangan terdapat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Perusahaan Tambang dan Minyak Negara (Pertamina). Kilang minyak Pertamina tersebut terdapat di Kecamatan Plaju. c. Pertanian Peranan sektor pertanian untuk Kota Palembang sangat kecil, hal ini dapat dipahami karena sebagai daerah perkotaan yang menjadi ciri khas adalah banyaknya pertumbuhan disektor perdagangan, industri

55 55 dan jasa yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Luas panen tanaman padi pada tahun 2007 naik 5,11 persen atau sebesar 317 hektar dari hektar pada tahun Hal ini diikuti juga oleh hasil produksi tanaman padi yang naik 8,74 persen atau sebesar ton dari ,95 ton pada tahun 2006 menjadi ton pada tahun C. Keadaan Demografi 1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk di Kota Palembang lebih banyak penduduk laki-laki daripada jumlah penduduk perempuan. Untuk lebih jelas melihat komposisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Palembang No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Laki-laki ,83% 2 Perempuan ,17% Jumlah % Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 2. Komposisi Penduduk Menurut Usia Jumlah penduduk Kota Palembang jika dilihat berdasarkan usia, mayoritas penduduknya berusia muda. Persentase tertinggi adalah penduduk yang berusia 15 s.d 19 tahun yaitu sebesar 10,50%. Sedangkan jumlah

56 56 penduduk paling sedikit yaitu kelompok usia 75 tahun keatas yaitu sebesar 1,12%. Untuk lebih jelas melihat komposisi penduduk berdasarkan usia di Kota Palembang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Usia di Kota Palembang No Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase ,60% ,40% ,34% ,50% ,40% ,00% ,30% ,00% ,30% ,00% ,20% ,00% ,00% ,62% ,22% ,12% Jumlah % Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, Oktober 2009

57 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 100 orang yang terbagi dalam 14 kecamatan yang ada di Kota Palembang. Identitas responden dalam penelitian ini dibagi dalam 4 karakteristik, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia responden pada saat penyebaran kuisioner. Responden dalam penelitian ini berusia antara tahun. Gambaran mengenai distribusi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Usia No Usia (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%) , , , , , , , , ,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

58 58 Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa responden yang berpartisipasi dalam kuisioner ini yang menanggapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring terdiri dari 22 orang (22%) adalah responden berusia tahun, 32 orang (32%) responden berusia tahun, 11 orang (11%) responden berusia tahun, dan 6 orang (6%) berusia tahun sedangkan responden yang berusia tahun dan tahun masing-masing 5 orang (5%) responden, 8 orang (8%) responden berusia tahun, 6 orang (6%) responden berusia tahun dan 5 orang (5%) responden berusia tahun. Pembagian kuisioner ini dapat dikatakan cukup merata karena klasifikasi umur mulai dari rentang 17 hingga 57 tahun artinya kuisioner ini telah diterima oleh berbagai kalangan usia untuk menanggapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Distribusi jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 8. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Laki Laki 41 41,00 2 Perempuan 59 59,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

59 59 Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui bahwa responden pada penelitian ini terdiri dari 41 orang (41%) adalah responden laki-laki dan 59 orang (59%) adalah responden perempuan. Jumlah dari responden laki-laki dan perempuan cukup seimbang walaupun terlihat lebih banyak responden perempuan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan di Kota Palembang lebih banyak terdapat penduduk perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Jumlah respoden ini dimaksudkan dapat mewakili sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Kehidupan di Kota Palembang sangat kompleks, sama seperti kota-kota besar yang ada di kota lain sehingga banyak keragaman dari setiap masyarakat, diantaranya adalah tingkat pendidikan yang bervariasi pada penelitian ini dan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal No Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%) 1 SD 5 5,00 2 SMP 11 11,00 3 SMA 63 63,00 4 Diploma/Sarjana 21 21,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Berdasarkan tabel 9 di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang terdapat dalam penelitian ini merupakan tamatan SMA, yakni 63 orang (63%) responden, untuk tamatan SD sebanyak 5 orang (5%) responden, 11 orang (11%) responden berpendidikan SMP dan sisanya sebanyak 21

60 60 orang (21%) responden yang berpendidikan Diploma atau Sarjana. Pendidikan mempunyai pengaruh penting dalam pembentukan sikap dan sifat seseorang dalam menginterpretasikan apa yang dirasakannya, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin kritis pula daya nalar dan sensitivitas seseorang. 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Mata pencaharian seseorang dapat juga mempengaruhi pembentukan sikap dan perilakunya. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Swasta 20 20,00 2 PNS/TNI/POLRI 10 10,00 3 Wiraswasta 12 12,00 4 Tani/Buruh 1 1,00 5 Ibu Rumah Tangga 24 24,00 6 Pelajar/Mahasiswa 33 33,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 20 orang (20%) responden, 10 orang (10%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Anggota TNI/Anggota POLRI. Sebanyak 12 orang (12%) responden bekerja sebagai wiraswastawan yang membuka usaha di bidang perdagangan, dan hanya 1 orang (1%) responden yang merupakan buruh. Sebanyak 24 orang (24%) responden merupakan ibu rumah tangga dan 33 orang (33%) responden adalah pelajar/mahasiswa.

61 61 B. Sikap Masyarakat Kota Palembang terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Hasil yang didapatkan dari kuisioner yang disebarkan sebanyak 100 buah kepada masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, dilihat dari tiga aspek sikap antara lain aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif dapat dilihat sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Salah satu aspek untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring adalah dengan aspek kognitif. Aspek kognitif dapat memberikan gambaran sikap masyarakat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, pertanyaan yang diajukan kepada responden mengetahui pengetahuan yang meliputi pemindahan, lokasi, alasan, tujuan, manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam lima tingkatan pengetahuan masyarakat, yaitu sangat tahu, tahu, cukup tahu, tidak tahu dan sangat tidak tahu. Jawaban sangat tahu dipilih oleh responden jika responden merasa amat mengetahui dengan jelas mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tahu dipilih responden apabila responden mengetahui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup tahu dipilih responden apabila responden hanya sekedar mengetahui atau lebih kurang

62 62 mengetahui, tidak mengetahui secara mendalam mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak tahu dipilih responden apabila responden tidak mengetahui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban sangat tidak tahu dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak mengetahui dan tidak pernah ada pengetahuan sedikitpun dari pertanyaan yang diajukan. a. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pertanyaan yang diajukan pertama kali kepada responden adalah mengenai pengetahuan responden mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk melihat distribusi jawaban dari responden dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Tahu 11 11,00 2 Tahu 63 63,00 3 Cukup Tahu 10 10,00 4 Tidak Tahu 14 14,00 5 Sangat Tidak Tahu 2 2,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dikatakan bahwa mayoritas responden mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Hal ini dibuktikan dengan 63 orang (63%)

63 63 responden menyatakan tahu atau lebih dari setengah dari jumlah seluruh responden dan 11 orang (11%) responden menyatakan sangat tahu yang mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan sisanya 10 orang (10%) responden menyatakan cukup tahu, 14 orang (14%) responden menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak tahu. Pemerintah Kota Palembang sebelum melakukan pemindahan pedagang kaki lima yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang, tepatnya pedagang kaki lima yang berada di bawah Jembatan Ampera telah memberikan sosialisasi dan pengertian kepada para pedagang yang memenuhi tempat tersebut dan juga kepada masyarakat umum. Secara umum masyarakat telah banyak mengetahui rencana pemindahan pedagang tersebut dan akhirnya pemindahan pedagang kaki lima tersebut terjadi. Berdasarkan hasil penelitian pada sampel ternyata pengetahuan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring sangat bervariasi dari yang sangat tahu, tahu, cukup tahu, tidak tahu hingga sangat tidak tahu. Responden yang menjawab sangat tahu adalah responden yang berdomisili di dekat lokasi pemindahan tersebut yaitu Kecamatan Ilir Timur I (IT I). Responden yang menyatakan tahu adalah responden yang sering bepergian atau melakukan transaksi jual-beli di lokasi

64 64 Pasar 16 Ilir Palembang. Responden yang menyatakan cukup tahu atau hanya sekedar mengetahui mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring merupakan responden yang berada jauh dari lokasi pasar tersebut, namun hanya sebagian kecil responden yang tidak tahu atau bahkan sangat tidak tahu terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut. Penulis menilai kurangnya pengetahuan dari para responden mengenai pemindahan ini dan adanya sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan, karena kondisi pasar ini dahulu merupakan pasar yang kumuh dan tidak tertata rapi. Selain itu juga kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. b. Pengetahuan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Hal lain yang diajukan kepada responden adalah mengenai lokasi tempat tujuan baru bagi pedagang kaki lima yang direlokasi. Pedagang kaki lima ini yang semula berada di bawah Jembatan Ampera di wilayah Ilir Timur I (IT I) dipindahkan ke Kecamatan Seberang Ulu I (SU I) yang merupakan lokasi Pasar Retail Jakabaring, tepatnya dibangun di tanah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah diberikan wewenang pengelolaannya kepada Pemerintah Kota Palembang. Daerah ini dahulunya merupakan lahan tidur yang terdiri dari rawa-rawa, sedangkan untuk sumber pendanaan pembangunan

65 65 pasar tersebut berasal dari Kementrian Koperasi dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Pemerintah Kota Palembang. Pernyataan responden terhadap lokasi pemindahan atau lokasi tujuan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 12. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Tahu 17 17,00 2 Tahu 56 56,00 3 Cukup Tahu 2 2,00 4 Tidak Tahu 22 22,00 5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengetahui lokasi yang baru dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dengan 17 orang (17%) responden menyatakan sangat tahu, 56 orang (56%) responden menyatakan tahu, 2 orang (2%) responden menyatakan cukup tahu, sisanya 22 orang (22 %) responden menyatakan tidak tahu dan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat tidak tahu mengenai lokasi yang baru dari pemindahan tersebut. Kebanyakan masyarakat mengetahui lokasi pedagang kaki lima yang baru yaitu di Pasar Retail Jakabaring, namun banyak pula yang menyatakan tidak mengetahui lokasi baru tersebut. Ini dikarenakan

66 66 responden yang berada jauh dari lokasi baru dan kurang mengikuti perkembangan baru mengenai lokasi baru pedagang kaki lima. Hasil wawancara dengan Ibu Djunaida Handayani selaku Sekretaris Koperasi Serba Usaha Tunas Baru sebagai berikut : Pemerintah Kota Palembang tidak sekadar memindahkan atau menggusur para pedagang yang berada di sekitar Pasar 16 Ilir, tapi menyediakan tempat yang baru bagi para pedagang. Pada awalnya Pasar Retail Jakabaring diperuntukan bagi pedagang kaki lima yang terkena relokasi, namun hanya 80% pedagang yang pindah dan 20% merupakan pedagang yang berasal bukan dari Pasar 16 Ilir dan ada juga pedagang baru. (15 Januari 2010 pukul wib) Hal yang sama juga diutarakan oleh Hasan selaku pengelola harian Pasar Retail Jakabaring yaitu sebagai berikut : Pasar Retail ini didirikan untuk menampung pedagang kaki lima yang berasal dari Pasar 16 Ilir Palembang, namun sejalan perkembangannya pasar ini dihuni 80% dari pedagang yang terkena relokasi dan sisanya 20% dihuni oleh pedagang pasar lain dan pedagang baru. Untuk biaya sewa yaitu sebesar Rp ,- per bulan dan jika dibandingkan dengan Pasar 16 Ilir lebih berat, selain membayar biaya sewa ada juga pungutan liar. (16 Januari 2010 pukul wib) Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya tempat relokasi yaitu Pasar Retail Jakabaring hanya untuk pedagang yang terkena relokasi, namun melihat perkembangan yang pesat dari pasar tersebut menajadikan pedagang yang bukan berasal dari Pasar 16 Ilir pindah ketempat tersebut bahkan ada pedagang baru yang memulai usahanya di Pasar Retail Jakabaring. Pemerintah Kota Palembang tidak hanya memindahkan pedagang atau hanya menggusur, namun pemerintah memberikan lokasi baru yang lebih strategis dan lebih menguntungkan bagi para pedagang. Hal inilah juga merupakan salah

67 67 satu prestasi bagi Pemerintah Kota Palembang yang telah berhasil mengatasi problematika pedagang kaki lima. c. Pengetahuan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Alasan Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah salah satunya karena keberadaan pasar yang semakin menjamur dan memenuhi sudut Kota Palembang sehingga perlu adanya penataan kembali. Beberapa data mengenai hal ini adalah jumlah pasar yang ada di Kota Palembang mencapai 22 buah pasar yang tersebar di Kota Palembang. Pasar 16 Ilir merupakan pasar terluas yang ada di Kota Palembang yang dibuktikan dengan terdapatnya buah petak/kios, buah los, pedagang, dan PKL yang berada di tanah seluas m 2. Semakin banyaknya pedagang yang ingin berjualan di Pasar ini menyebabkan tidak tertampungnya semua pedagang dalam satu lahan sehingga para pedagang yang tidak kebagian tempat menggelar dagangannya di bawah Jembatan Ampera yang masih berada di lokasi Pasar 16 Ilir. Pedagang inilah yang dipindahkan atau direlokasi ke Pasar Retail Jakabaring. Tanggapan responden mengenai alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

68 68 Tabel 13. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Tahu 6 6,00 2 Tahu 59 59,00 3 Cukup Tahu 10 10,00 4 Tidak Tahu 22 22,00 5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 13 di atas menunjukan tanggapan responden dari hasil kuisioner terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Sebanyak 59 orang (59%) responden menyatakan mengetahui alasan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selebihnya 6 orang (6%) responden menyatakan tahu, 10 orang (10%) responden menyatakan cukup tahu, 22 orang (22%) responden menyatakan tidak tahu, dan hanya 3 orang (3%) responden yang menyatakan sangat tidak tahu alasan mengapa Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Data tersebut menyatakan bahwa mayoritas responden menyatakan mengetahui alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Berdasarkan beberapa wawancara singkat dengan beberapa responden yang menyatakan tidak tahu terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang, maka dapat diambil kesimpulan bahwa responden kurang

69 69 memahami atau bahkan tidak tahu sama sekali alasan dilakukannya pemindahan pedagang kaki lima tersebut, karena Pemerintah Kota Palembang terkesan kurang mensosialisasikan mengenai alasan pemindahan tersebut. d. Pengetahuan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Hasil wawancara dengan pimpinan di Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya (PD-PPJ) pada tanggal 1 Desember 2009 yang merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Kota Palembang dalam hal pengelolaan seluruh pasar yang ada di Kota Palembang. Beliau menyatakan bahwa tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah untuk keindahan kota yang berjuluk Kota BARI (Bersih, Aman, Rapi, Indah). Selain itu tujuan lain adalah untuk mewujudkan visi dan misi Kota Palembang yang bersiap untuk menjadi kota internasional bersaing dengan Singapura dan Hongkong. Alasan lain adalah untuk menata ulang kawasan 16 Ilir yang telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyhono sebagai sentra wisata Sunagi Musi atau Palembang Legendary City dan daerah yang dulunya menjadi lapak pedagang kaki lima telah berubah menjadi taman wisata yang diberi nama Taman Nusa Indah. Tanggapan responden terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

70 70 Tabel 14. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Tahu 9 9,00 2 Tahu 44 44,00 3 Cukup Tahu 14 14,00 4 Tidak Tahu 30 30,00 5 Sangat Tidak Tahu 3 3,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 14 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Hasil yang didapat dari penelitian adalah sebanyak 9 orang (9%) responden menyatakan sangat tahu, 44 orang (44%) responden menyatakan tahu, 14 orang (14%) responden menyatakan cukup tahu, 30 orang (30%) responden menyatakan tidak tahu dan hanya 3 orang (3%) responden yang menyatakan sangat tidak tahu terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Pemindahan pedagang kaki lima tersebut dimaksudkan untuk memberikan kenyaman kepada masyarakat untuk bertransaksi jualbeli dan berwisata. Sebanyak 44% responden mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut, namun tak sedikit responden yang menyatakan tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut yaitu sebanyak 30%. Penulis menilai adanya tujuan lain yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kota Palembang, sehingga tujuan yang sebenarnya menjadi cukup bias atau samar-samar di masyarakat. Kurangnya

71 71 sosialisai menyebabkan msaih ada masyarakat Kota Palembang yang tidak mengetahui tujuan dari pemindahan tersebut. e. Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pemerintah Kota Palembang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring membawa manfaat untuk Pasar 16 Ilir dan Jakabaring salah satunya adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di lokasi tujuan. Lokasi tujuan adalah daerah Jakabaring yang merupakan daerah yang sebagian besar lokasinya merupakan daerah rawa-rawa. Untuk sebagian investor daerah Jakabaring merupakan daerah yang tidak terlalu diperhitungkan untuk memajukan roda perekonomian, sehingga untuk menarik para investor menanamkan modalnya di daerah ini Pemerintah Kota Palembang membangun kawasan Jakabaring, salah satunya membangun Pasar Retail Jakabaring yang merupakan tempat tujuan dari relokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir. Selain meningkatkan perekonomian di daerah Jakabaring dan sekitarnya, daerah yang ditinggalkan pun menjadi sasaran pembangunan pemerintah kota, yaitu dengan membuat taman wisata air yang dapat menjadi salah satu pendapatan asli daerah. Tanggapan responden terhadap pengetahuan manfaat yang dihasilkan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

72 72 Tabel 15. Distribusi Jawaban Pengetahuan Masyarakat Terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Tahu 8 8,00 2 Tahu 41 41,00 3 Cukup Tahu 21 21,00 4 Tidak Tahu 28 28,00 5 Sangat Tidak Tahu 2 2,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 15 di atas menunjukan tanggapan reponden terhadap manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yang dapat memperbaiki ekonomi di daerah Jakabaring dan sekitarnya. Tampak bahwa sebagian besar responden mengetahui mengenai pemindahan tersebut, yakni sebanyak 41 orang (41%) responden dan 8 orang (8%) responden menyatakan sangat tahu, dan 21 orang (21%) responden menyatakan cukup tahu, sedangkan sisanya yakni 28 orang (28%) menyatakan tidak tahu dan 2 orang (2%) menyatakan sangat tidak tahu mengenai manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Jawaban responden yang menyatakan cukup tahu, tidak tahu dan sangat tidak tahu merupakan kurangnya pmberitahuan yang mendalam kepada masyarakat Kota Palembang, ini dibuktikan dengan masih banyaknya masyarakat Kota Palembang yang tidak tahu pedagang tersebut telah dipindahkan ke pasar yang baru dengan masih mendatangi lokasi pedagang yang lama, walaupun Pemerintah Kota Palembang menyiapkan transportasi umum gratis berupa bus yang

73 73 berfungsi untuk mengangkut penumpang yang hendak berbelanja di Pasar 16 Ilir ke pasar yang baru yakni Pasar Retail Jakabaring. Kebijakan pemindahan pedagang kaki lima ini pada dasarnya hanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan dan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang. Hendaknya dalam setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, termasuk pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, penyampaian informasi mencakup alasan pemindahan, tujuan pemindahan, dan manfaat dari pemindahan tersebut harus dapat diterima dengan baik agar tidak terjadi banyak penolakan dari masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kendali dalam hal pembangunan dan penataan harus dapat menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat secara transparan dan tidak memihak beberapa kelompok saja sehingga pembangunan dan penataan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

74 74 Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 16. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Kognitif No Pertanyaan ST % T % CT % TT % STT % 1 Pengetahuan 11 11, , , ,00 2 2, responden tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 2 Pengetahuan 17 17, ,00 2 2, ,00 3 3, responden tentang lokasi baru pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 3 Pengetahuan 6 6, , , ,00 3 3, responden tentang alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 4 Pengetahuan 9 9, , , ,00 3 3, responden tentang tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 5 Pengetahuan responden tentang manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 8 8, , , ,00 2 2, Total Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

75 75 Keterangan : ST = Sangat Tahu TT = Tidak Tahu T = Tahu STT = Sangat Tidak Tahu CT = Cukup Tahu Selanjutnya untuk mengetahui besar persentase sikap responden dari aspek kognitif digunakan rumus persentase sebagai berikut : Keterangan : P : Presentase F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi/kategori Berdasarkan tabel 16 di atas diperoleh persentase sebagai berikut : Sangat Tahu (ST) = 51/500 x 100% = 10,2% Tahu (T) = 263/500 x 100% = 52,6% Cukup Tahu (CT) = 57/500 x 100% = 11,4% Tidak Tahu (TT) = 116/500 x 100% = 23,2% Sangat Tidak Tahu (STT)= 13/500 x 100% = 2,6% Berdasarkan hasil perhitungan persentase di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai pemindahan, lokasi, alasan, tujuan dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring 10,2% responden menjawab sangat tahu, 52,6% responden menjawab tahu,

76 76 11,4% responden menjawab cukup tahu dan 23,2% responden menjawab tidak tahu serta 2,6% responden menjawab sangat tidak tahu. Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek kognitif dapat dilihat pada grafik berikut ini : Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Gambar 2. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Kognitif Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden berpengetahuan baik menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pemindahan tersebut. Hasil yang didapat peneliti di lapangan adalah yang menjadi faktor ketidaktahuan responden mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring antara lain adalah kurangnya perhatian masyarakat itu sendiri dalam mencari informasi mengenai pemindahan pasar tersebut dan kurangnya sosialisasi pemerintah kota untuk memberikan informasi yang

77 77 transparan mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut sehingga tidak terkesan terdapat tujuan lain yang mengiringi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selanjutnya untuk menganalisa indikator kognitif responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : I = NT - NR K Keterangan : I NT NR K = Interval nilai skor = Nilai tertinggi = Nilai terendah = Kategori jawaban Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek kognitif NT= 24, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :

78 78 I = I = NT - NR K I = 3,8 dibulatkan 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut : Sangat Baik = Baik = Cukup = Kurang = 9-12 Sangat Kurang = 5-8 Tabel 17. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Baik 14 14,00 2 Baik 45 45,00 3 Cukup 25 25,00 4 Kurang 14 14,00 5 Sangat Kurang 2 2,00 Jumlah ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Analisis indikator ini mengklasifikasikan pengetahuan responden ke dalam lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Kategori sangat baik yaitu untuk responden yang memiliki pengetahuan sangat baik mengenai hal-hal yang menyangkut pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori baik adalah untuk responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai hal-hal yang menyangkut pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

79 79 Untuk kategori cukup adalah untuk respoden yang memiliki pengetahuan cukup atau sedang mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, sedangkan untuk kategori kurang adalah untuk responden yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pemindahan tersebut. Kategori sangat kurang adalah untuk responden yang tidak memiliki pengetahuan mengenai pemidahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek kognitif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3 berikut : 2% 14% 14% 25% 45% Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Gambar 3. Kategori Sikap Responden dari Aspek Kognitif Dari gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa aspek kognitif (pengetahuan) dari 100 responden yang memiliki pengetahuan sangat baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 14% responden. Responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 45% responden. Responden yang

80 80 kurang memiliki pengetahuan terhadap pemindahan tersebut sebanyak 14% responden dan sebanyak 2% responden memiliki pengetahuan sangat kurang terhadap pemindahan ini. Sisanya sebanyak 25% responden memiliki pengetahuan yang cukup terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa hampir sebagian masyarakat yaitu 45% memiliki pengetahuan yang baik dan 14% dari masyarakat berpengetahuan sangat baik terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Adapun masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini mengetahui pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring melalui media massa dan ada pula yang pernah berinteraksi langsung ke pasar tersebut artinya dalam hal ini masyarakat mengetahui mengenai pemindahan, lokasi, alasan, tujuan dan manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Masyarakat yang kurang mengetahui mengenai pemindahan ini menilai Pemerintah Kota Palembang kurang memberikan sosialisasi yang menyeluruh kepada masyarakat Palembang sehingga masih ada masyarakat yang belum atau bahkan tidak mengetahui adanya pemindahan tersebut. Selain itu, sebagian masyarakat yang tidak mengetahui pemindahan tersebut bersikap acuh tak acuh terhadap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring.

81 81 Melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat dengan banyaknya pedagang kaki lima menuntut adanya inovasi pemerintah untuk menata kembali kawasan kumuh yang diciptakan oleh pedagang kaki lima khususnya yang berada di kawasan Pasar 16 Ilir Palembang. Peran masyarakat dalam suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukuplah penting mengingat masyarakat merupakan objek utama dari tujuan bangsa yang sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Artinya antara pemerintah dengan masyarakat harus terjalin suatu komunikasi yang baik agar tidak terjadi bias of information antara yang dimaksud pemerintah dan yang diterima oleh masyarakat. 2. Aspek Afektif Aspek afektif yaitu aspek yang berkaitan dengan perasaan seseorang terhadap suatu objek tertentu yang menimbulkan perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu objek, dalam hal ini adalah sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada responden dibagi dalam lima tingkatan persetujuan masyarakat, yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Jawaban sangat setuju dipilih oleh responden jika responden merasa amat menyetujui dengan jelas mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban setuju dipilih responden apabila responden menyetujui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Jawaban cukup setuju dipilih responden apabila

82 82 responden hanya sekedar menyetujui atau lebih kurang menyetujui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan. Untuk jawaban tidak setuju dipilih responden apabila responden tidak menyetujui mengenai hal yang diajukan dari masing-masing pertanyaan, sedangkan untuk jawaban sangat tidak setuju dipilih oleh responden apabila responden sama sekali tidak menyetujui dan tidak pernah akan setuju sedikitpun dari pertanyaan yang diajukan. a. Perasaan Masyarakat Tentang Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Tahap selanjutnya setelah mengetahui mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Kota Palembang tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang dari aspek afektif atau aspek perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ini. Tanggapan responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 18. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar (PKL) 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Setuju 15 15,00 2 Setuju 66 66,00 3 Cukup Setuju 8 8,00 4 Tidak Setuju 9 9,00 5 Sangat Tidak Setuju 2 2,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

83 83 Tabel 18 di atas menunjukan perasaan responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring, tampak bahwa mayoritas masyarakat Kota Palembang setuju dengan pemindahan tersebut dengan 15 orang (15%) responden menyatakan sangat setuju, 66 orang (66%) responden menyatakan setuju, 8 orang (8%) responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan tidak setuju dan hanya 2 orang (2%) responden yang menyatakan sikap sangat tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa sebenarnya masyarakat setuju dengan kebijakan pemerintah memindahkan pedagang kaki lima tersebut, ini menunjukan bahwa masyarakat mendukung perubahanperubahan yang dilakukan untuk lebih memperbaiki keadaan dan kesejahteraan masyarakat. Banyak manfaat yang dirasakan dari pemindahan tersebut, salah satunya adalah membaiknya roda perekonomian yang terdapat di daerah Jakabaring dan sekitarnya yang dahulunya merupakan lahan tidur yang didominasi oleh rawa-rawa, dengan banyaknya sektor perekonomian yang ada di kawasan ini menjadikan kawasan ini lebih maju dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya itu masyarakat merasakan sendiri manfaat dari pasar tersebut, karena pedagang yang dahulunya berada di bawah Jembatan Ampera kini telah pindah ke tempat yang lebih layak yaitu di Pasar Retail Jakabaring. Penulis menilai pasar yang baru lebih baik dibandingkan di tempat yang lama, karena pasar yang baru tidak jauh

84 84 berbeda dengan pasar-pasar modern yang ada di negara-negara tetangga ASEAN seperti Pasar yang ada di Negeri Gajah Putih Thailand. Hasil wawancara dengan Bapak Suparman Kasup selaku Direktur Administrasi dan Keuangan Perusahaan Daerah Pasar Palembang Jaya sebagai berikut : Pemerintah Kota Palembang dan pihak pengelola serta tokoh masyarakat dipertemukan dan dimusyawarahkan untuk pemindahan pasar ini, pada awalnya terdapat perlawanan terhadap kebijakan pemkot tersebut, ini merupakan reaksi yang wajar terhadap suatu kebijakan, namun pada akhirnya semua pedagang pindah ke Pasar Retail Jakabaring. (1 Desember 2009 pukul wib) Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pada awalnya kebijakan tersebut dicetuskan telah terjadi pro dan kontra dari masyarakat termasuk dikalangan pedagang kaki lima yang akan terkena pemindahan, namun Pemerintah Kota Palembang meyakinkan para pedagang dan masyarakat akan keberhasilan tujuan dari pemindahan tersebut. b. Perasaan Masyarakat Tentang Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Aspek afektif yang selanjutnya adalah mengetahui perasaan responden mengenai lokasi baru yang disediakan Pemerintah Kota Palembang untuk menampung pedagang kaki lima yang direlokasi. Untuk melihat tanggapan responden tentang perasaan masyarakat terhadap lokasi baru pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir dapat dilihat pada tabel berikut :

85 85 Tabel 19. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Lokasi Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Setuju 2 2,00 2 Setuju 70 70,00 3 Cukup Setuju 16 16,00 4 Tidak Setuju 11 11,00 5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 19 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap lokasi baru pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Sangat jelas bahwa sebagian besar masyarakat setuju dengan lokasi baru dari relokasi pedagang tersebut, yakni sebanyak 70 orang (70%) responden menyatakan setuju dengan lokasi tersebut yaitu di lahan milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang hak pengelolaannya diberikan kepada Pemerintah Kota Palembang. Sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan sangat setuju, 16 orang (16%) responden menyatakan cukup setuju, 11 orang (11%) responden menyatakan tidak setuju dan hanya 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju dengan lokasi tersebut. Mayoritas responden yang menyatakan setuju dikarenakan daerah Seberang Ulu merupakan daerah yang sedikit dilupakan, karena pembangunan fisik lebih diutamakan di daerah Seberang Ilir yang merupakan pusat pemerintahan baik Pemerintah Kota Palembang maupun Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, sehingga dengan adanya pembangunan pasar di daerah ini dapat memajukan keadaan ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

86 86 Lain hal dengan responden yang menjawab tidak setuju hingga sangat tidak setuju, hal ini dikarenakan lokasi semula yaitu yang berada di bawah Jembatan Ampera merupakan lokasi yang sangat mudah di jangkau hanya dengan menggunakan satu kali angkutan kota. Tidak demikian dengan lokasi baru yaitu Pasar Retail Jakabaring yang harus menggunakan dua kali angkutan umum dan tentunya akan mengeluarkan biaya transport tambahan. Masyarakat yang mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek postif dan negatif dari lokasi tersebut adalah masyarakat yang menjawab cukup tahu. c. Perasaan Masyarakat Tentang Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang mengukur tingkat pengetahuan masyarakat terhadap alasan Pemerintah Kota Palembang yang mengeluarkan kebijakan pemindahan atau relokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, didapat jumlah yang mayoritas responden mengetahui alasan pemindahan tersebut dengan 59 orang (59%) responden menyatakan tahu dengan alasan pemindahan tersebut. Setelah mendapatkan hasil tersebut selanjutnya mengukur perasaan masyarakat terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk melihat aspek afektif masyarakat mengenai alasan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut :

87 87 Tabel 20. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Alasan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Setuju 10 10,00 2 Setuju 65 65,00 3 Cukup Setuju 14 14,00 4 Tidak Setuju 9 9,00 5 Sangat Tidak Setuju 2 2,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 20 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Terlihat bahwa mayoritas responden menyatakan setuju dengan alasan pemindahan tersebut, yakni 10 orang (10%) responden menyatakan sangat setuju, 65 orang (65%) responden menyatakan setuju, 14 orang (14%) responden menyatakan cukup setuju, 9 orang (9%) responden menyatakan tidak setuju dan sisanya 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak setuju dengan alasan pemindahan tersebut. Sebagian besar responden setuju dengan alasan pemindahan pedagang kaki lima tersebut karena melihat kondisi Kota Palembang yang semakin padat terutama di tempat transaksi jual-beli sehingga perlu adanya penataan ulang terhadap keadaan pasar yang kian memenuhi sudut kota. Sebagian kecil reponden yang menyatakan cukup setuju, tidak setuju dan bahkan sangat tidak setuju dengan alasan pemindahan ini adalah karena responden mempunyai pandangan bahwa pemindahan pedagang kaki lima setidaknya memangkas hak-hak pedagang kaki lima yang merupakan warga Negara Indonesia untuk mendapatkan penghasilan.

88 88 d. Perasaan Masyarakat Tentang Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pada aspek sikap sebelumnya yaitu aspek kognitif yang telah diketahui tujuan dari pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring, terdapat 44 orang (44%) responden menyatakan mengetahui tujuan pemindahan tersebut. Untuk mengetahui perasaan masyarakat Kota Palembang mengenai pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 21. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Setuju 11 11,00 2 Setuju 68 68,00 3 Cukup Setuju 15 15,00 4 Tidak Setuju 5 5,00 5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 21 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Terdapat 11 orang (11%) responden yang menyatakan sangat setuju, 68 orang (68%) responden menyatakan setuju, 15 orang (15%) menyatakan cukup setuju, 5 orang (5%) menyatakan tidak setuju, dan 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil tersebut, mayoritas responden setuju dengan tujuan yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kota Palembang. Masyarakat menilai tujuan pemindahan tersebut dapat memajukan keadaan ekonomi waraga masyarakat Palembang. Pemindahan tersebut juga merupakan salah satu

89 89 wujud dari program Pemerintah Kota Palembang untuk menjadikan kota ini menjadi kota internasional dengan mengedepankan ciri khas Kota Palembang, yaitu dengan menjadikan Kota Palembang sebagai kota wisata air, sehingga lokasi yang dahulunya tempat pedagang kaki lima telah berubah menjadi taman-taman yang indah yang diberi nama Taman Nusa Indah. e. Perasaan Masyarakat Tentang Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Jika dilihat dari aspek kognitif atau aspek pengetahuan maka sebagian besar masyarakat berpengetahuan baik mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Selanjutnya untuk melihat aspek afektif atau aspek perasaan mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki lima tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 22. Distribusi Jawaban Perasaan Masyarakat Terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Setuju 3 3,00 2 Setuju 80 80,00 3 Cukup Setuju 10 10,00 4 Tidak Setuju 6 6,00 5 Sangat Tidak Setuju 1 1,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 22 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima tersebut. Manfaat dari pemindahan tersebut diantaranya adalah untuk meningkatkan perekonomian di daerah Jakabaring dan sekitarnya. Mayoritas responden setuju dengan manfaat

90 90 dari pemindahan tersebut dengan 80 orang (80%) responden menyatakan setuju dan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan cukup setuju dengan pemindan tersebut sebanyak 10 orang (10%) responden dan sisanya sebanyak 6 orang (6%) responden menyatakan tidak setuju dan 1 orang (1%) responden menyatakan sangat tidak setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima tersebut. Responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju dengan manfaat pemindahan tersebut akan dapat menghasilakan suatu hal positif untuk masyarakat Kota Palembang. Terutama lahan-lahan yang dahulu merupakan lahan tidur yang belum bisa dimanfaatkan secara maksimal kini telah dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Kota Palembang khususnya masyarakat yang berada di sekitar lokasi Pasar Retail Jakabaring. Sedangkan bagi masyarakat yang menyatakan cukup setuju dan atau bahkan sangat tidak setuju dengan pemindahan tersebut menilai manfaat tersebut tidak serta merta dapat meningkatkan tarah hidup masyarakat yang berada di Kota Palembang karena tidak semua masyarakat Kota Palembang yang berurusan dengan Pasar Retail Jakabaring.

91 91 Untuk mengetahui aspek kognitif masyarakat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 23. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Afektif No Pertanyaan SS % S % CS % TS % STS % 1 Perasaan responden 15 15, ,00 8 8,00 9 9,00 2 2, tentang pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 2 Perasaan responden 2 2, , , ,00 1 1, tentang lokasi baru pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 3 Perasaan responden 10 10, , ,00 9 9,00 2 2, tentang alasan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 4 Perasaan responden 11 11, , ,00 5 5,00 1 1, tentang tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 5 Perasaan responden tentang manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 3 3, , ,00 6 6,00 1 1, Total Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Keterangan : ST = Sangat Tahu TT = Tidak Tahu T = Tahu STT = Sangat Tidak Tahu CT = Cukup Tahu

92 92 Berdasarkan tabel 23 di atas diperoleh persentase sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) = 41/500 x 100% = 8,2% Setuju (S) = 349/500 x 100% = 69,8% Cukup Setuju (CS) = 63/500 x 100% = 12,6% Tidak Setuju (TS) = 40/500 x 100% = 8% Sangat Tidak Setuju (STS) = 7/500 x 100% = 1,4% Berdasarkan perhitungan persentase di atas dapat diketahui secara umum bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju dengan pemindahan, lokasi, alasan, tujuan, serta manfaat dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 69,8% responden dan 8,2% responden yang menyatakan sangat setuju. Sisanya 12,6% responden menyatakan cukup setuju, 8% responden menyatakan tidak setuju dan 1,4% responden yang menyatakan sangat tidak setuju, sehingga dapat diketahui bahwa perasaan masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup bervariasi.

93 93 Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek afektif dapat dilihat pada grafik berikut ini : Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Gambar 4. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Afektif Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas dari responden menyatakan setuju menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dan hanya sebagian kecil yang tidak setuju terhadap pemindahan tersebut. Masyarakat menyatakan setuju dengan pemindahan pedagang kaki lima tersebut karena dengan pemindahan tersebut tercipta suasana yang dahulunya sangat tidak teratur menjadi lebih baik setelah pedagang direlokasi sehingga merupakan suatu kebanggaan dan merupakan prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam menata kota ini dan dengan upayanya tersebut membuahkan tiga kali Piala Adipura berturut-turut bagi Kota Palembang. Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti di lapangan adalah masyarakat khususnya yang berada di sekitar daerah Pasar Retail yang merupakan pasar tujuan relokasi menyatakan setuju dengan pemindahan

94 94 tersebut dan membuat pasar baru di daerah tersebut, ini dikarenakan banyak fasilitas yang dirasakan oleh masyarakat sekitar setelah adanya pasar tersebut antara lain fasilitas lampu jalan dan angkutan kota yang sebelumnya daerah ini belum tersentuh oleh fasilitas-fasilitas tersebut. Selanjutnya untuk menganalisa indikator afektif responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : I = NT - NR K Keterangan : I NT NR K = Interval nilai skor = Nilai tertinggi = Nilai terendah = Kategori jawaban Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif NT= 25, NR= 5 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :

95 95 I = I = NT - NR K I = 4, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut : Sangat Baik 21 Baik = Cukup = Kurang = 9-12 Sangat Kurang = 5-8 Tabel 24. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Pro 15 15,00 2 Pro 68 68,00 3 Netral 13 13,00 4 Kontra 2 2,00 5 Sangat Kontra 2 2,00 Jumlah ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Aspek afektif dalam penelitian ini meliputi perasaan atau emosional dari responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima kategori yaitu sangat pro, pro, netral, kontra dan sangat kontra. Kategori sangat pro yaitu untuk responden yang sangat setuju terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori pro adalah untuk responden yang setuju terhadap pemindahan

96 96 pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori netral artinya responden atau masyarakat cukup setuju dengan pemindahan tersebut. Untuk kategori kontra artinya responden atau masyarakat tidak setuju dan sangat kontra berarti masyarakat sangat tidak setuju atas rencana, lokasi, alasan, tujuan, dan manfaat dari pemidahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek afektif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 5 berikut : 2% Afektif 2% 15% Sangat Pro (15%) 13% Pro (68%) Netral (13%) Kontra (2%) Sangat Kontra (2%) 68% Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Gambar 5. Kategori Sikap Responden dari Aspek Afektif Dari gambar 5 di atas dapat diketahui bahwa aspek afektif (perasaan) dari 100 responden yang memiliki perasaan sangat pro terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 15% responden. Responden yang memiliki perasaan pro terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 68% responden. Responden yang netral dalam menyikapi

97 97 pemindahan tersebut sebanyak 13% responden dan sebanyak 2% responden memiliki perasaan kontra terhadap pemindahan tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memiliki perasaan yang sangat kontra terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat memilih pro dalam menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 68%. Masyarakat menyatakan setuju terhadap pemindahan pedagang tersebut karena kebijakan ini telah dapat membawa perubahan yang cukup baik bagi masyarakat Kota Palembang, karena daerah yang dahulunya lapak pedagang kaki lima yang kumuh dan kotor telah diubah menjadi taman wisata yang indah jauh dari kesan kumuh dan kotor. Hal inilah yang merupakan salah satu prestasi Pemerintah Kota Palembang dalam manajemen pemerintahan yaitu menata daerah yang tadinya kurang baik menjadi lebih baik dan menjadikan tempat tujuan relokasi pedagang sebagai sentra perdagangan yang dapat meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian adalah masyarakat Kota Palembang lebih banyak menerima apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang karena mereka beranggapan bahwa apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu adalah yang terbaik untuk masyarakat meskipun mereka belum mengatahui secara pasti bentuk seperti apa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satunya menyangkut kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap

98 98 pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Masyarakat Kota Palembang mayoritas setuju dengan pemindahan tersebut dikarenakan masyarakat merasa setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang merupakan kebijakan yang bertujuan baik untuk masyarakat, meskipun ada beberapa dari masyarakat yang sebenarnya tidak mengetahui secara pasti seperti apa kebijakan tersebut. Penulis menilai hal ini muncul akibat dari reaksi masyarakat Kota Palembang yang acuh tak acuh terhadap kebijakan tersebut padahal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah untuk masyarakat itu sendiri. 3. Aspek Konatif Aspek selanjutnya yang digunakan dalam pengukuran sikap masyarakat Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring adalah aspek konatif. Aspek konatif merupakan aspek yang berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu terhadap suatu objek. a. Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Setelah mendapatkan pernyataan masyarakat dari aspek kognitif dan aspek afektif, selanjutnya adalah ditanggapi oleh tindakan masyarakat. Untuk melihat aspek konatif masyarakat terhadap pemindahan pedagang kaki lima dapat dilihat pada tabel berikut :

99 99 Tabel 25. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Mendukung 8 8,00 2 Mendukung 66 66,00 3 Cukup Mendukung 16 16,00 4 Tidak Mendukung 9 9,00 5 Sangat Tidak Mendukung 1 1,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 25 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap tindakan atas pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Dapat diketahui bahwa 66 orang (66%) responden menyatakan mendukung, 8 orang (8%) responden menyatakan sangat mendukung, 16 orang (16%) responden menyatakan cukup mendukung, 9 orang (9%) responden menyatakan tidak mendukung dan hanya 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak setuju. Peranan dari setiap kalangan sangat diperlukan dalam membangun suatu kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak terkecuali peran serta dan dukungan dari segenap masyarakat Kota Palembang dalam pembangunan sektor ekonomi rakyat. Berdasarkan hasil pengamatan penulis adalah masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang dengan merelokasi pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring karena pemindahan tersebut berdampak cukup positif bagi kehidupan masyarakat Kota Palembang, bukti nyatanya

100 100 adalah kebutuhan akan tempat transaksi jual-beli yang nyaman dan aman pun terpenuhi. b. Tindakan Masyarakat Untuk Mengikuti Perkembangan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Sebagai masyarakat Kota Palembang tentunya sudah menjadi keputusan mutlak mengenai hal apa saja yang menyangkut pembangunan yang melibatkan masyarakat, terutama mengenai perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Banyak sikap yang timbul pada saat kebijakan ini muncul pertama kali ke permukaan, ada yang bersikap pro dan ada juga yang kontra dengan kebijakan ini, dalam hal ini masyarakat mempunyai kecenderungan untuk mengikuti perkembangan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui apakah responden tertarik untuk mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 26. Distribusi Jawaban Tindakan Masyarakat Terhadap Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Tertarik 6 6,00 2 Tertarik 43 43,00 3 Cukup Tertarik 25 25,00 4 Tidak Tertarik 25 25,00 5 Sangat Tidak Tertarik 1 1,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 26 di atas menunjukan tanggapan responden terhadap ketertarikan mengikuti perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke

101 101 Pasar Retail Jakabaring. Tampak bahwa 6 orang (6%) responden menyatakan sangat setuju, 43 orang (43%) responden menyatakan setuju, sedangkan untuk responden yang menyatakan cukup tertarik dan tidak tertarik masing-masing 25 orang (25%) responden. Hanya 1 orang (1%) responden saja yang menyatakan sangat tidak tertarik dengan perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam perbaikan di sektor-sektor pembangunan kedepannya, peran masyarakat inilah yang nantinya dapat memberikan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Termasuk kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa mayoritas responden menyatakan ketertarikannya terhadap perkembangan terhadap pemindahan tersebut. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyrakat untuk mengakses informasi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perkembagan pemindahan tersebut. Pemeritah Kota Palembang telah menyediakan portal internet untuk memudahkan siapa saja untuk mengakses dan mendapatkan informasi seputar pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Ketertarikan responden tersebut merupakan suatu ciri aktif dari seorang warga negara yang berpartisipasi dalam pembangunan. Hal ini yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan yang hendak dicapai dari suatu kebijakan tersebut.

102 102 c. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Setelah responden mengetahui adanya pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring selanjutnya adalah mengukur aspek konatif yang merupakan tingkat keoptimisan atau keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan pemindahan tersebut. Untuk melihat jawaban responden mengenai keyakinan terhadap keberhasilan pemindahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 27. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Keberhasilan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Yakin 3 3,00 2 Yakin 40 40,00 3 Cukup Yakin 38 38,00 4 Tidak Yakin 16 16,00 5 Sangat Tidak Yakin 3 3,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 27 di atas menunjukan keyakinan responden mengenai keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Tampak 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, 40 orang (40%) responden menyatakan yakin, 38 orang (38%) responden menyatakan cukup yakin, 16 orang (16%) responden menyatakan tidak yakin dan 3 orang (3%) responden sangat tidak yakin.

103 103 Berdasarkan data yang diperoleh tersebut sebagian besar masyarakat yakin dengan keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima tersebut, namun masih ada beberapa jumlah pedagang kaki lima yang bersikeras tidak ingin meninggalkan lokasi yang lama dah pindah ke lokasi yang baru. Ini dikarenakan beberapa faktor penyebab, salah satunya adalah bahwa pedagang kaki lima yang berada di lokasi terbut telah berjualan secara turun-menurun, mulai dari orang tuanya hingga sekarang, sehingga menumbuhkan kecintaan terhadap lokasi tersebut. Ada juga yang beranggapan bahwa lokasi yang baru tidak memiliki prospek yang cerah bagi para pedagang mengingat lokasinya yang cukup jauh dan ongkos sewa counter yang tidak bisa dijangkau oleh pedagang kecil meyebabkan mereka memilih tetap tinggal diloksai yang lama. Pemerintah kota dalam hal ini telah berulang kali mengingatkan kepada para pedagang yang belum mematuhi peraturan untuk pindah ke lokasi baru, namun meskipun demikian sebagian besar lokasi tersebut telah dibangun taman wisata yang menyebabkan para pedagang tidak bisa berjualan lagi di tempat biasanya. Sebagian besar responden berkeyakinan bahwa pemindahan ini dapat terlaksana dengan baik sehingga para pedagang yang tadinya belum pindah akan segera pindah ke lokasi yang baru yaitu Pasar Retail Jakabaring. d. Keyakinan Masyarakat terhadap Keberhasilan Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan responden mengenai tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring cukup baik, setelah itu untuk

104 104 mengetahui keyakinan responden terhadap keberhasilan tujuan tersebut dapat diukur dengan menggunakan aspek konatif dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 28. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Keberhasilan Tujuan Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Yakin 3 3,00 2 Yakin 43 43,00 3 Cukup Yakin 34 34,00 4 Tidak Yakin 18 18,00 5 Sangat Tidak Yakin 2 2,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Tabel 28 di atas menunjukan keyakinan masyarakat terhadap keberhasilan tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Dapat diketahui bahwa 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, 43 orang (43%) menyatakan yakin, dan 34 orang (34%) responden menyatakan cukup yakin. Sisanya adalah sebanyak 18 orang (18%) responden menyatakan tidak yakin dan 2 orang (2%) responden menyatakan sangat tidak yakin terhdap keberhasilan atau pencapaian tujuan dari pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Tujuan dipindahkannya pedagang kaki lima dari Pasar 16 Ilir yang tepatnya di bawah Jembatan Ampera secara umum adalah untuk menata ulang kawasan 16 Ilir terutama yang selama ini dihuni oleh pedagang kaki lima untuk dijadikan suatu taman yang bersih dan nyaman. Hal ini juga

105 105 dikarenakan peresmian dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadikan daerah tersebut sentra wisata Sungai Musi atau Palembang Legendary City. Tujuan inilah yang dirasakan masyarakat Kota Palembang, dengan dipindahkannya pedagang kaki lima tersebut masyarakat Kota Palembang memiliki taman wisata dan wisata air yang terdapat di dekat Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Hal tersebut tidak lepas dari peran serta dari berbagai kalangan mulai masyarakat, LSM, pedagang kaki lima, pemerintah untuk bersama-sama mewujudkan suatu tatanan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik di masa yang akan datang. e. Keyakinan Masyarakat terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring Pengetahuan responden mengenai manfaat pemindahan pedagang kaki lima ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan aspek kognitif mendapatkan pernyataan sebesar 41%. Pengetahuan responden tersebut dapat berpengaruh terhadap keyakinan manfaat yang ditimbulkan dari pemindahan tersebut dan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 29. Distribusi Jawaban Keyakinan Masyarakat Terhadap Manfaat Pemindahan Pedagang Kaki Lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Yakin 3 3,00 2 Yakin 52 52,00 3 Cukup Yakin 30 30,00 4 Tidak Yakin 14 14,00 5 Sangat Tidak Yakin 1 1,00 Total ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

106 106 Tabel 29 di atas menyatakan keyakinan masyarakat terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Hasil yang diperoleh menyatakan 3 orang (3%) responden menyatakan sangat yakin, lebih dari lima puluh persen yaitu sebesar 52 orang (52%) responden menyatakan yakin terhadap pemindahan tersebut. Responden yang menyatakan cukup yakin sebanyak 30 orang (30%) responden, 14 orang (14%) responden menyatakan tidak yakin dan hanya 1 orang (1%) responden yang menyatakan sangat tidak yakin terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dipahami bahwa sebagian besar responden menyatakan yakin terhadap manfaat dari pemindahan tersebut. Manfaat dari pemindahan pedagang tersebut secara umum adalah untuk memajukan dan memperbaiki kondisi perekonomian masyarakat Kota Palembang khususnya yang berada di daerah Jakabaring. Responden menyatakan yakin dengan manfaat ini dikarenakan pembangunan pasar tertutama pasar modern dapat memberikan peluang usaha, lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dan dapat menumbuhkan sektor perekonomian merupakan nilai lebih dari pemindahan tersebut. Lain hal dengan responden yang menyatakan tidak yakin atau bahkan sangat tidak yakin dikarenakan masyarakat ragu jika pemindahan tersebut dapat membawa manfaat baik bagi perekonomian melihat kondisi daerah Jakabaring yang cukup luas dan masih sedikitnya kegiatan ekonomi yang berada disana. Hal ini menimbulakan kekhawatiran masyarakat terhadap

107 107 manfaat dari pemindahan dan pembangunan tersebut. Untuk responden yang menyatakan cukup tahu yakni masyarakat yang mempertimbangkan kedua hal tersebut. Untuk mengetahui aspek konatif responden secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut :

108 108 Tabel 30. Rekapitulasi Sikap Responden dari Aspek Konatif No Pertanyaan SM % M % CM % TM % STM % 1 Tindakan 8 8, , ,00 9 9,00 1 1, responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring STr % Tr % CTr % TTr % STTr % 2 Ketertarikan 6 6, , , ,00 1 1, responden terhadap perkembangan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring SY % Y % CY % TY % STY % 3 Keyakinan 3 3, , , ,00 3 3, responden terhadap keberhasilan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 4 Keyakinan 3 3, , , ,00 2 2, responden terhadap keberhasilan tujuan pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring 5 Keyakinan 3 3, , , ,00 1 1, responden terhadap manfaat pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring Total Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Keterangan : (1) SM = Sangat Mendukung TM = Tidak Mendukung M = Mendukung STM = Sangat Tidak Mendukung

109 109 CM = Cukup Mendukung (2) ST r = Sangat Tertarik TTr = Tidak Tertarik Tr = Tertarik STTr = Sangat Tidak Tertarik CTr = Cukup Tertarik (3) SY = Sangat Yakin TY = Tidak Yakin Y = Yakin STY = Sangat Tidak Yakin CY = Cukup Yakin Berdasarkan tabel 30 di atas diperoleh persentase sebagai berikut : Sangat Positif = 23/500 x 100% = 4,6% Positif = 244/500 x 100% = 48,8% Cukup Positif = 143/500 x 100% = 28,6% Negatif = 82/500 x 100% = 16,4% Sangat Negatif = 8/500 x 100% = 1,6% Berdasarkan hasil persentase tersebut didapat aspek konatif berupa tingkah laku atau tindakan secara umum sebagian besar responden memiliki tindakan positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 48,8% responden dan 4,6% responden yang memiliki tindakan sangat positif. Responden yang memiliki tindakan cukup positif sebanyak 28,6% responden, sedangkan responden yang memiliki

110 110 tindakan negatif sebanyak 16,4% dan sebanyak 1,6% responden yang memiliki tindakan sangat negatif. Selanjutnya untuk mengetahui sebaran jawaban responden pada aspek konatif dapat dilihat pada grafik berikut ini : Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Gambar 6. Sebaran Jawaban Responden dari Aspek Konatif Berdasarkan grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa tindakan masyarakat Kota Palembang dalam menyikapi kebijakan ini sangat bervariasi. Namun, mayoritas masyarakat Kota Palembang mendukung kebijakan pemerintah terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Grafik tersebut menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Palembang bertindak positif mengenai pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring meskipun terdapat kecenderungan masyarakat bersikap tidak perduli dengan pemindahan tersebut. Selanjutnya pemindahan pedagang kai lima tersebut

111 111 harus dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Palembang dengan tidak meninggalkan peran masyarakat di dalamnya. Selanjutnya untuk menganalisa indikator konatif responden terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : I = NT - NR K Keterangan : I NT NR K = Interval nilai skor = Nilai tertinggi = Nilai terendah = Kategori jawaban Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari aspek afektif NT= 22, NR= 6 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :

112 112 I = I = NT - NR K I = 3,2 dibulatkan 3, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut : Sangat Positif 18 Positif = Netral = Negatif = 9-11 Sangat Negatif = 6-8 Tabel 31. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Positif 47 47,00 2 Positif 32 32,00 3 Netral 11 11,00 4 Negatif 8 8,00 5 Sangat Negatif 2 2,00 Jumlah ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Aspek konatif dalam penelitian ini meliputi tindakan atau kecenderungan dari responden yang dapat menimbulkan tanggapan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Analisis indikator ini mengklasifikasikan perasaan responden ke dalam lima kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif dan sangat negatif. Kategori sangat positif berarti masyarakat betingkah laku sangat mendukung kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori positif

113 113 berarti masyarakat bertingkah laku mendukung terhadap pemindahan tersebut. Kategori netral artinya masyarakat lebih cenderung bertingkah laku biasa-biasa saja dalam menyikapi pemindahan tersebut, sedangkan kategori negatif berarti masyarakat bertingkah laku menolak kebijakan pemindahan tersebut dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat bertingkah laku sangat menolak atau tidak mendukung terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan aspek konatif masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 7 berikut : Konatif 8% 2% 11% 47% Sangat Positif (47%) Positif (32%) Netral (11%) Negatif (8%) Sangat Negatif (2%) 32% Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Gambar 7. Kategori Sikap Responden dari Aspek Konatif Gambar tersebut menunjukan aspek konatif (tindakan) dari 100 responden. Responden yang memilih bertindak sangat positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring sebanyak 47% responden. Responden yang memilih bertindak positif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar

114 114 Retail Jakabaring yaitu sebanyak 32% responden. Responden yang netral dalam menyikapi pemindahan tersebut sebanyak 11% responden dan sebanyak 8% responden memilih bertindak negatif terhadap pemindahan tersebut. Sisanya sebanyak 2% responden memilih bertindak sangat negatif terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring. Menurut hasil analisis di atas, maka dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat memilih bertindak sangat positif dalam menyikapi pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring yaitu sebanyak 47%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring telah mendapat dukungan penuh dari masyarakat Kota Palembang. Masyarakat menilai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Palembang tersebut telah cukup berhasil, karena melihat kondisi pasar yang teratur dan terkendali menimbulkan dampak yang cukup baik pula bagi kehidupan masyarakat. Sebelumnya pemindahan ini menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di Kota Palembang, mulai dari reaksi pro hingga kontra, namun dengan seiring berjalannya waktu kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Palembang dapat menunjukkan suatu keberhasilan dan keberhasilan tersebut kurang lebih telah dirasakan oleh masyarakat. Tuntutan akan tatanan kota yang BARI (Bersih, Aman, Rapi, Indah) sesuai dengan julukan Kota Palembang akhirnya dapat terpenuhi dengan adanya kebijakan relokasi pedagang ini. Keberhasilan dari kebijakan ini tidak terlepas dari dukungan penuh dari masyarakat kepada pemerintah

115 115 dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dukungan inilah yang menjadi feed-back bagi masyarakat Kota Palembang sendiri, dengan merasakan berbagai hal yang menjadi prioritas Pemerintah Kota Palembang. Kebijakan Pemerintah Kota Palembang terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir Palembang ke Pasar Retail Jakabaring ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tujuan awal dari kebijakan tersebut. Akhirnya kebijakan-kebijakan yang nantinya akan dikeluarkan oleh pemerintah akan mendapat dukungan dari masyarakat yang merupakan bagian atau elemen penting dari suatu kebijakan dan nantinya kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dapat memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di dalam masyarakat khususnya hubungan antara yang memerintah dengan yang diperintah. Selanjutnya untuk mengetahui sikap masyarakat Kota Palembang secara keseluruhan terhadap pemindahan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut : I = NT - NR K Keterangan : I NT NR K = Interval nilai skor = Nilai tertinggi = Nilai terendah = Kategori jawaban

116 116 Nilai tertinggi (NT) dan nilai terendah (NR) dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban (terlampir). Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagiakan ke 100 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari keseluruhan aspek NT= 66, NR= 16 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut : I = I = NT - NR K I = 10, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut : Sangat Positif 56 Positif = Netral = Negatif = Sangat Negatif = Tabel 32. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%) 1 Sangat Positif 41 41,00 2 Positif 40 40,00 3 Netral 16 16,00 4 Negatif 1 1,00 5 Sangat Negatif 2 2,00 Jumlah ,00 Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009

117 117 Analisis ini mengklasifikasikan sikap responden secara keseluruhan dalam lima kategori yaitu sangat positif, positif, netral, negatif, dan sangat negatif. Kategori sangat positif berarti masyarakat sangat setuju, sangat mendukung dan sangat tertarik dengan kebijakan Pemerintah Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Kategori positif berarti masyarakat setuju, mendukung, dan tertarik terhadap kebijakan tersebut. Kategori netral berarti masyarakat bersikap biasa saja terhadap pemindahan pedagang kaki lima tersebut, sedangkan kategori negatif berarti masyarakat bertingkah laku sangat menolak kebijakan tersebut dan untuk kategori sangat negatif berarti masyarakat sangat menolak, sangat tidak mendukung dan sangat tidak tertarik terhadap kebijakan Pemerintah Kota Palembang yang memindahkan pedagang kaki lima Pasar 16 Ilir ke Pasar Retail Jakabaring. Untuk mengetahui hasil perhitungan secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini : 1% 2% 16% 41% Sangat Positif (41%) Positif (40%) Netral (16%) Negatif (1%) Sangat Negatif (2%) 40% Sumber : Data Diolah Dari Hasil Penelitian, 2009 Gambar 8. Kategori Sikap Responden Secara Keseluruhan

BAB III SIKAP (ATTITUDE)

BAB III SIKAP (ATTITUDE) BAB III SIKAP (ATTITUDE) A. Pengertian Sikap atau disebut juga dengan attitude pengertiannya adalah sikap terhadap obyek tertentu yang disertai dengan kecenderungan untuk bertidak sesuai dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Palembang, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Palembang H. TARJONO SANTOPAWIRO NIP

Sekapur Sirih. Palembang, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kota Palembang H. TARJONO SANTOPAWIRO NIP Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN ALANG-ALANG LEBAR DAN KECAMATAN SEMATANG BORANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN ALANG-ALANG LEBAR DAN KECAMATAN SEMATANG BORANG PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG 1 NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN ALANG-ALANG LEBAR DAN KECAMATAN SEMATANG BORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN Sebuah penelitian membutuhkan langkah-langkah yang teratur dengan urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian. Selain itu, untuk mendukung jalannya sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang 20 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis respon pedagang kaki lima pasar Cendrawasih terhadap pembangunan Metro Mega Mall (M3) Kota Metro,

Lebih terperinci

Sikap. Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si

Sikap. Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si Sikap Oleh : Dra. Rahayu. G, M. Si Sikap Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada

Lebih terperinci

5. Gerungan Sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan, atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan

5. Gerungan Sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan, atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan 1 Sikap Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. M. Nazir (1999:51) mengartikan metode penelitian adalah:

III. METODE PENELITIAN. M. Nazir (1999:51) mengartikan metode penelitian adalah: III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian M. Nazir (1999:51) mengartikan metode penelitian adalah: urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian, termasuk alat yang digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang menggunakan data yang sama dimana peneliti menjelaskan hubungan

III. METODE PENELITIAN. yang menggunakan data yang sama dimana peneliti menjelaskan hubungan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua variabel sehingga menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan metode eksplanatori, yang artinya penelitian yang menggunakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2000:3), menyatakan: Prosedur penelitian

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PALEMBANG, DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI BANYUASIN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, Penulis mencoba berusaha menggambarkan kinerja

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, Penulis mencoba berusaha menggambarkan kinerja III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, Penulis mencoba berusaha menggambarkan kinerja Aparatur Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Sentra industri sepatu Cibaduyut terletak di kota Bandung bagian selatan ± 5km dari pusat kota, dan kabupaten Bandung bagian tengah ±15 km dari ibukota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik yang kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang, sebagai ibukota Provinsi Sumatera Selatan saat ini menjadi salah satu kota tujuan di tanah air. Hal ini dikarenakan kondisi kota Palembang yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat dengan UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. 2 menurut kecamatan menunjukan bahwa Kecamatan Serasan menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Republik Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan luas sekitar 2/3 bagian (5,8 juta Km 2 ) adalah lautan, dan sekitar 1/3 bagian (2,8 juta km 2 ) adalah daratan,

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1324 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan menurut standar IKM dan faktor- faktor yang mempengaruhinya, maka tipe penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah sangat luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta susunan masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dalam metodologi penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 34 Penelitian deskriptif adalah jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PEELITIA A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan uji pengaruh antarvariabel-variabel yang akan diteliti. Uji pengaruh sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep demokrasi dapat diartikan sebagai suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat untuk rakyat karenanya salah satu pilar demokrasi adalah partisipasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. 1. hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. 1. hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk berarti jumlah kebutuhan menjadi lebih besar, salah satunya kebutuhan pada lahan. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

III. METODE PENELITIAN. untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 37 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, artinya penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akhir Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Kalimat ini tercantum dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, dan alinea ke-4 (empat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro, sehingga bank yang sehat akan memperkuat perekonomian suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. makro, sehingga bank yang sehat akan memperkuat perekonomian suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya semua Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia mempunyai program pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik sangat mengagumkan. Keadaan alam, flora, fauna, peninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian memerlukan metode untuk memudahkan penulis dalam proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. Penggunaan metode dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode survey. Pabundu (1996, hlm. 9) menjelaskan bahwa metode survey bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah berlangsung sejak lama, baik pada jaman pemerintahan masa Orde Lama, masa Orde Baru, maupun

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 BAB III IMPLEMENTASI TENTANG LARANGAN MENGALIHFUNGSIKAN TROTOAR DAN SUNGAI YANG AKTIF UNTUK TEMPAT BERDAGANG PADA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

III. METODE PENELITIAN. profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 30 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, Penulis mencoba berusaha menggambarkan profesionalisme Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kabupaten Pesawaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode 29 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode campuran (Mixed Method), yaitu metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam hal metodologi (seperti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Palembang Letak Geografis Kota Palembang terletak pada posisi antara 2 52 sampai 3 5 Lintang Selatan dan 104 52 Bujur Timur dengan ketinggian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip-prinsip

METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip-prinsip III. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kinerja pegawai pada sektor pendidikan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa pembagian daerah-daerah di Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahnya ditetapkan

Lebih terperinci

3 METODE Rancangan Penelitian

3 METODE Rancangan Penelitian Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian penggunaan metode sangatlah penting untuk memecahkan suatu

II. METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian penggunaan metode sangatlah penting untuk memecahkan suatu II. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Dalam sebuah penelitian penggunaan metode sangatlah penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan utama yang sama yaitu mengembangkan usahanya dan memperoleh laba semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

KODE DAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAHUN 2008 No. Kecamatan Kode Puskesmas Puskesmas Puskesmas Pembantu 1 Ilir Barat II P1671010201 Makrayu 1. 35 Ilir 2. 32 Ilir 3. 30 Ilir 4. Kemang Manis Wilayah Kerja

Lebih terperinci

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

commit to user BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini masuk ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. (Masyhuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang 1945, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, serta menjamin semua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat penelitian di Kantor Walikota Jakarta Barat khususnya di instansi Kepegawaian. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, utamanya terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, utamanya terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan proses mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan di Indonesia semakin meningkat dengan pesat, ditunjukkan oleh angka pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 1 Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 1 Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN Agar dapat memperoleh data yang dapat menunjang validitas penelitian ini, maka diperlukan adanya metode penelitian. Hasan dan Koentjaraningrat mengemukakah bahwa metode adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kantor merupakan tempat untuk melaksanakan semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu baik pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan dimana-mana sudah semakin cepat dan kompleks, guna memenuhi kebutuhan manusia yang juga semakin banyak. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut. terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut. terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan Nasional sebagaimana dimaksud dalam alinea IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1988 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1988 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1988 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PALEMBANG, DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI BANYUASIN DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tertulis suatu makna, bahwa Negara Republik Indonesia yang berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah Negara yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan informasi dan pengetahuan serta pesatnya laju perkembangan teknologi informasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia sebagaimana

Lebih terperinci

JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN DI PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PEMBANTU KOTA PALEMBANG BULAN JANUARI S/D DESEMBER 2012

JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN DI PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PEMBANTU KOTA PALEMBANG BULAN JANUARI S/D DESEMBER 2012 JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN DI PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PEMBANTU KOTA PALEMBANG BULAN JANUARI S/D DESEMBER 2012 No Lama Baru Total Lama Baru Total Lama Baru Total Lama Baru Total Lama Baru Total Lama Baru Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah berdiri dan merdeka dengan syarat dan ketentuan tertentu pasti mempunyai tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. Begitu juga dengan negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang bertujuan mendeskrifsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya

III. METODE PENELITIAN. yang bertujuan mendeskrifsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif sederhana. Pendekatan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Burhan Bungin (2005:119) jenis penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Burhan Bungin (2005:119) jenis penelitian ini adalah penelitian 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di BMT Fajar Bandar Lampung yang beralamat di jalan Ki Maja Way Halim Bandar Lampung 3.2. Jenis Penelitian Menurut Burhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari, 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Data Metode penelitian adalah cara melakukan suatu kegiatan untuk mencari, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. 42 Adapun jenis metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat. Pemukiman kumuh terjadi disetiap sudut kota. Banyaknya pengamen,

BAB I PENDAHULUAN. padat. Pemukiman kumuh terjadi disetiap sudut kota. Banyaknya pengamen, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah Ibukota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, dengan senantiasa harus sebagai bentuk perwujudan wawasan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, dengan senantiasa harus sebagai bentuk perwujudan wawasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan pembangunan dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat yang dilaksanakan di semua aspek kehidupan bangsa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Provinsi Lampung. Awalnya Kabupaten Tulang Bawang merupakan. kabupaten terbesar di Provinsi Lampung, namun pada tahun 2007 Bupati

I. PENDAHULUAN. di Provinsi Lampung. Awalnya Kabupaten Tulang Bawang merupakan. kabupaten terbesar di Provinsi Lampung, namun pada tahun 2007 Bupati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Lampung. Awalnya Kabupaten Tulang Bawang merupakan kabupaten terbesar di Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian, Sifat Penelitian, Lokasi dan Waktu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian, Sifat Penelitian, Lokasi dan Waktu penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian, Sifat Penelitian, Lokasi dan Waktu penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang pada era sekarang. Pendidikan di Indonesia adalah hak dan kewajiban setiap warga negara. Setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan penelitian Ditinjau dari tingkat eksplanasinya penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif. Lebih lanjut Sarwono menjelaskan sebagaimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Hadari Nawawi, penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek peneltian ini adalah dampak ekonomi, dampak sosial, dan dampak budaya. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah Objek Wisata Pulau Pahawang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih sempurna. Pendidikan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk watak serta kepribadian bangsa. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 1): Penelitian eksplanatif adalah suatu jenis

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Usman (2009: 4) penelitian dengan menggunakan

Lebih terperinci