Pura Tampurhyang Sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak Di Desa Songan. (Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pura Tampurhyang Sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak Di Desa Songan. (Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA)"

Transkripsi

1 Pura Tampurhyang Sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak Di Desa Songan. (Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA) Jero Kadek Mudiarta, Dra. Desak Made Oka Purnawati M.Hum, Dr. I Made Pageh M.Hum Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {kadekmudiarta758@gmail.com, desakmade1705@gmail.com, madepagehundiksha@gmail.com}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: (1) sejarah Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak di Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali (2) Aspek-aspek yang bisa di implementasikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan langkah-langkah: (1) penentuan lokasi penelitian, (2) penentuan informan, (3) pengumpulan data, (4) teknik penjaminan keaslian data (tringulasi data, tringulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) sejarah Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak diawali dengan kedatangan Mpu Semeru datang ke Tampurhyang dan melahirkan seorang putra yang dikenal Mpu Kamareka. Dari Mpu Kamareka menurunkan dua orang putra buncing (Mpu Gnijaya Mahireng dan Ni Ayu Cemeng), kemudian menikah dengan saudara, dari pernikahan tersebut menurunkan lima orang putra, empat laki-laki dan seorang putri yaitu: Mpu Kayu Ireng, Mpu Made Celagi, Mpu Nyoman Tarunyan, Mpu Kayuan, dan Ni Ayu Kayu Selem. Kemudian tempat bersemayamnya Mpu Kamareka dijadikan sebuah pura yang dikenal dengan Pura Tampurhyang yang merupakan pusat Kawitan Sang Catur Sanak (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuan) dan Bali Mula. (2) Aspek-aspek yang dimiliki oleh Pura Tampurhyang yang dapat diimplementasikan sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMA yaitu: (a) aspek historis, (b) aspek arsitektur dari Pura Tampurhyang. Kata Kunci : Pura Tampurhyang, Sumber Belajar Sejarah Abstract This research aims to solve problems related to research objectives: (1) The history of Pura Tampurhyang become the center of Kawitan Catur Sanak in Songan Village, Kintamani, Bangli, Bali (2) Aspects that can be implemented from the results of this study as a source of learning history in high school. This research is a type of qualitative research, with steps: (1) determination of research location; (2) determination of informants; (3) data collection; (4) Data authentication assurance techniques (Triangulation of data, Tringulation method); (5) data analysis technique. The results showed that: (1) The history of Pura Tampurhyang became the center of Kawitan Catur Sanak due to the arrival of Mpu Semeru came to Tampurhyang and made a son known Mpu Kamareka. From Mpu Kamareka bring down two son buncing (Mpu Gnijaya Mahireng dan Ni Ayu Cemeng), Then married to a sister, the marriage was down to five sons, four men and a daughter namely: Mpu Kayu Ireng, Mpu Made Celagi, Mpu Nyoman Tarunyan, Mpu Kayuan, and Ni Ayu Kayu Selem. Then place bersemayamnya Mpu Kamareka made a temple known as Pura Tampurhyang which is the center of Kawitan Sang Chatur Sanak (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuan) and Bali Mula; (2) Aspects of Tampurhyang temple that can be implemented as a source of learning local history in high school that is: (a) Historical aspect (b) Architectural aspects of Pura Tampurhyang Keywords: Tampurhyang tample, Learning Resources History

2 PENDAHULUAN Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan sebutan pulau seribu pura. Di Provinsi Bali terdapat 8 kabupaten dan 1 kota madya diantaranya: Badung, Tabanan, Buleleng, Karangasem, Klungkung, Bangli, Gianyar, Jembrana dan Kota Madya Denpasar. Mayoritas penduduk Bali memiliki kepercayaan Hindu. Tempat suci umat Hindu adalah pura. Istilah pura berasal dari kata Sansekerta yaitu pur yang artinya tempat yang dikelilingi tembok (Wiana, 2007 : 8). Secara konseptual pura adalah tempat suci untuk melakukan persembahyangan atau menghaturkan persembahan sebagai sujud bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan juga Bhatara-Bhatari (Widana, 2002: 47). Ditinjau dari segi karakternya, pura di Bali dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu: Pura Kahyangan Jagat, Pura Kahyangan Desa, Pura Swagina, dan Pura Kawitan. Pura Kawitan adalah tempat pemujaan roh suci leluhur dari umat Hindu yang memiliki ikatan wit atau leluhur berdasarkan garis keturunan. Jadi Pura Kawitan ini bersifat spesifik atau mengkhusus sebagai tempat pemujaan umat Hindu yang mempunyai ikatan darah sesuai dengan garis keturunan. Contoh-contoh pura yang termasuk ke dalam kelompok Pura Kawitan antara lain: Sanggah/Merajan, Pura Ibu, Dadia, Pedharman, dan sejenisnya. Bangli sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali juga banyak memiliki pura, baik yang berada di tengah-tengah ibu kota kabupaten, maupun yang berada di masing-masing Desa Pakraman. Di lihat dari segi pura yang terdapat di Desa Pakraman yaitu ada Pura Kayangan Tiga, Pura Fungsional seperti Pura Subak, Pura Kawitan dan pura-pura yang lainnya. Desa Pakraman Songan terdapat Pura Kahyangan Tiga seperti Pura Desa, Pura Puseh, Pura Dalem. Selain itu di Desa Songan terdapat satu pura yang unik yaitu Pura Penataran Agung Tampurhyang. Pura yang ada di Bali salah satunya adalah Pura Kawitan (Ped`harman) sama halnya dengan Pura Pasek. Pura Pasek yang berdiri sendiri seperti Pasek Trunyan, Pasek Kayu Selem, Pasek Celagi, dan Pasek Kayuan merupakan bagian dari kelompok Pasek Bali Mula. Dan juga ada Pasek Gelgel, Pasek Badak, Pasek Padang Subadra, dan Pura Tampurhyang itu adalah kawitan yang merupakan asal-usul klan di Bali. Pura Tampurhyang mempunyai keunikan tersendiri berbeda dengan Soroh Pasek Sapta Resi yang ada di Bali, Pura Penataran Agung Tampurhyang bukan hanya mempunyai satu kawitan melainkan sebagai pusat Kawitan Catur Sanak yang ada di daerah bintang Danu Batur. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan Pura Tampurhyang di Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali yaitu dengan memasukan Pura Tampurhyang ini sebagai sumber pembelajaran sejarah di sekolah Khususnya sember pembelajaran sejarah di SMA dalam kurukulum Karena selama ini pembelajaran sejarah hanya berkutat pada buku-buku dan objek-objek sejarah yang ada di Jawa saja, belum pernah menjelaskan tentang sejarah lokal yang ada disekitar sekolah salah satunya adalah pura. Setelah perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 peristiwaperistiwa/sumber-sumber sejarah lokal mulai dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal. Pura Tampurhyang ini memiliki potensi yang sangat bagus untuk dijadikan sebagai sumber pembelajaran oleh para guru, murid khususnya guru mata pelajaran sejarah di SMA dalam pengembangan sumber belajar pada sejarah peminatan/sejarah local. Kajian tentang pura sebagai sumber belajar sudah banyak dilakukan. Kajian tersebut antara lain

3 Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali ( Sejarah, Struktur, dan Fungsinya sebagai Sumber Belajar Sejarah) yang ditulis oleh Karmini (2013). Tulisan ini membahas tentang sejarah, struktur Pura Kehen di Desa Cempaga, Bangli, Bali dan Fungsinya sebagai sumber belajar sejarah. Tulisan dari Sukarsana (2013) yang berjudul Pura Gunung Lebah di Desa Pakraman Ubud, Gianyar, Bali (Tinjauan Sejarah, Struktur, dan Potensinya sebagai Sunber Pembelajaran Sejarah) juga mengkaji tentang sejarah Pura Gunung Lebah, struktur dari pura tersebut serta petensinya sebagai sumber pembelajaran sejarah. Tulisan Edi (2009) mengkaji tentang Pura Gunung Raung Di Desa Taro, Tegalalang, Gianyar, Bali (Tinjauan Sejarah, Struktur, dan Fungsi Pura) skripsi ini membahas tentang keunikan dari pura ini yaitu letak pelinggihnya di Timur menghadap ke Barat sesuai dengan letak dari Gunung Raung di Jawa Timur yang berbeda dengan Pura-Pura pada umumnya di Bali, disamping itu pura ini memiliki empat jalan masuk sesuai dengan arah mata angin, yaitu dari barat, timur, selatan, dan utara. Skripsi berjudul Pura Dalem Balingkang di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli (Kajian Tentang Sejarah, Struktur dan Fungasi Pura) Oleh Darma (2010), skripsi ini membahas tentang keunikan Pura Dalem Balingkang yang merupakan perpaduan antara kebudayaan Hindu dan Cina. Selain itu dijelaskan mengenai sejarah, struktur dan fungsi Pura Dalem Balingkang yang ada di Desa Pinggan Kabupaten Bangli. Dari beberapa penelitianpenelitian sejenis tersebut, terdapat beberapa perbedaan dari masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Diantaranya, peneliti mengkaji tentang bagaimana sejarah Catur Sanak dan kontribusi pura Tampurhyang terhadap pendidikan. Jadi dari penelitian yang sudah diteliti orang, belum ada yang mengkaji tentang sejarah Pura Tampurhyang sebagai pusat kawitan Catur sanak di Desa Songan, sehingga peneliti termotivasi ingin mengkaji tentang pura Tampurhyang dengan judul: Pura Tampurhyang Sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak di Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali, (Sejarah, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberaparumusan masalah yaitu: 1. Mengapa Pura Tampurhyang dijadikan Pusat Kawitan Catur Sanak di Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali? 2. Aspek-aspek apa saja yang bisa diimplementasikan dari hasil penelitian ini sebagai sumber belajar sejarah di SMA? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak di Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali. 2. Untuk Mengetahui Aspek-aspek apa saja yang bisa di implementasikan dari hasil penelitian ini sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Manfaat penelitian erat kaitannya dengan tujuan dan manfaat dari hasil penelitian. Manfaat ini dapat diklarifikasikan menjadi dua segi yaitu secara teoritis dan secara praktis. 1. Secara Teoretis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk memperluas wawasan keberadaan Pura Tampurhyang Sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak Bali, Khususnya Desa Songan, Kintamani, Bangli, selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan tentang sejarah, setruktur, dan fungsi pura, maupun berbagai

4 potensi pura sebagai sumber belajar sejarah. 2. Secara Praktis 1. Bagi Masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat desa Songan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi pengetahuan tambahan tentang sejarah berdirinya Pura Tampurhyang, stuktur, fungsi serta potensinya sebagai sumber belajar sejarah Bali. 2. Bagi peneliti lain dapat menambah wawasan dan merangsang pihak-pihak yang berminat untuk melakukan penelitian yang serupa ataupun masalah-masalah ritual keagamaan lainnya. 3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi tentang sejarah berdirinya pura dan aspek-aspek yang dimiliki Pura Tampurhyang sebagai pusat Pura Catur Sanak dalam kaitannya sebagai sumber belajar sejarah Bali. 4. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengalaman belajar secara nyata dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai asal-usul masyarakat Bali khususnya Bali Mula/Aga yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal. 5. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran sejarah yang lebih menarik dan mendorong guru untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan diluar sekolah dengan memanfaatkan Pura Tampurhyang sebagai sumber belajar sejarah lokal. 6. Bagi jurusan pendidikan sejarah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam perkembangan materi perkuliahan mengenai asal-usul orang Bali khususnya Bali Mula sebagai sumber belajar sejarah lokal. Landasan teori sangat diperlukan untuk mengkaji atau menjawab penelitian ini, sebagaimana yang dikemukakan pada uraian diatas. Untuk itu diuraikan beberapa teori atau pemikiran yang dapat membantu dalam memecahkan permasalahan penelitian ini. Maka dari itu akan dipaparkan beberapa pokok teori terkait, yang dapat dijadikan landasan teori penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pura Sebagai Tempat Pemujaan Roh Leluhur. Pura sebagai pemujaan roh suci leluhur dapat disimbolkan dengan pematungan roh leluhur/raja, yang dijadikan bhataran lokal atau menjadi jungjungannya, yang terdapat di Pura Tampurhyang, pematungan roh leluhur, terutama raja dikenal dengan konsep Kultus Dewa Raja. 2. Jenis-jenis pura yang ada di Bali 1. Pura Kawitan, yaitu pura untuk memuja roh suci leluhur sebagai Sang Hyang Atma. Pemujaan roh suci leluhur sebagai Sang Hyang Atma ini didirikan oleh keluarga-keluarga Hindu, dari kalangan inti (Ayah, Ibu, Anak) sampai keluarga besar atau suku klen. Dalam keluarga initi tempat pemujaan disebut Sanggah atau Merajan. 2. Pura Tri Kahyangan atau Kahyangan Tiga. Sesuai namanya terdiri dari tiga pura, Pura Desa atau Bale Agung, Pura Puseh dan Pura Dalem. Pura ini harus ada di setiap Desa Pekraman, bahkan syarat sebuah desa berstatus Desa Pekraman, salah satunya memiliki Tri Kahyangan. 3. Pura Kahyangan Swagina. Pura ini adalah memuja Tuhan bagi Mereka yang memiliki kesamaan profesi atau fungsi. Misalnya para petani sawah memiliki tempat pemujaan yang disebut Pura Bedugul, Pura

5 Ulun Suwi atau Pura Ulun Danu. Di pura ini Tuhan dipuja sebagai Dewa Wisnu dan Dewi Sri sebagai Dwa kemakmuran pertanian. Para pedagang memiliki Pura Melanting. 4. Pura Kahyangan Jagat. Ini adalah pura yang dipuja oleh seluruh umat. Kelompok pura ini sebenarnya masih bisa dibagi berdasarkan kelompok lebih kecil. Misalnya kelompok Pura Kahyangan Padma Bhuwana. 3. Pengertian Tentang Sumber Belajar Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Sanjaya, 2006:174). Sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. 4. Pura Sebagai Sumber Belajar Mengacu pada fungsi pura sebagai sumber pendidikan, maka selain pura sebagai tempat suci umat untuk mengadakan persembahyangan atau Ngaturang Bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Wdhi Wasa. Tetapi patut dicermati bahwa sesungguhnya ketika kita ke pura atau berada di pura untuk kepentingan utama yaitu sembahyang telah berlangsung juga fungsi-fungsi pura yang lainnya seperti pendidikan, sosial, budaya, dan lain-lain (Widana, 2002:69). METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan pada pemecahan masalah yang bersifat kekinian yang menyangkut bidang pendidikan mengenai sejarah. Maka langkah-langkah peneliti berdasarkan pendekatan kualitatif tersebut adalah sebagai berikut: (1) penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) teknik pengumpulan data: teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik studi dokumen, (4) teknik penjaminan keaslian data : tringulasi data dan tringulasi metode, (5) teknik analisis data: reduksi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah Pura Tampurhyang yang terletak di Desa Songan, kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai daerah yang akan di teliti maka akan diuraikan wilayah Desa Songan secara umum. Desa Songan terletak di Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali. Secara geografis Desa Songan relatif mudah dijangkau. Jarak dari kota kecamatan hanya sejauh 19 KM, ke ibu kota Kabupaten Bangli 36 Km, ke ibu kota provinsi 86 Km. Luas wilayah Desa Songan adalah Ha. Dari data statistik Desa Songan pada bulan Desember tahun 2016, Desa Songan memiliki jumlah penduduk jiwa. Dimana penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan berjumlah jiwa dengan jumlah kepala keluarga KK. Struktur Penduduk Desa Songan menurut mata pencaharian menunjukan bahwa sebagian besar penduduk menggantungkan sumber kehidupan disektor pertanian, peternakan sektor lain yang menonjol dalam penyerapan tenaga kerja adalah perdagangan, sopir dan beberapa masyarakat sebagai Pegawai Negeri Sipil, ABRI dan Swasta. Struktur perekonomian Desa Songan masih bercorak agraris yang menitik beratkan pada sektor pertanian. Hal ini didukung oleh penggunaan lahan pertanian masih mempunyai porsi yang terbesar dari total penggunaan lahan desa.

6 Desa Songan terdiri dari 16 Banjar atau Dusun yakni Dalem, Yeh Panes, Ulundanu, Serongga, Pulu, Balingkang, Kayupadi, Bantas, Peradi, Kendal, Batu Meyeh, Desa, Tegalinggah, dan Ngalan. Desa Songan merupakan desa yang memiliki penduduk yang sangat padat, sehingga dalam sistem administrasi pemerintahannya dibagi menjadi dua yakni Desa Songan A dan Desa Songan B. Tetapi tidak menjadi pembagian wilayah yang jelas antara Desa Songan A dan Desa Songan B. Pembagian sistem dilakukan semata untuk memudahkan dalam pelayanan administrasi penduduk Desa Songan. Secara geografis batas-batas wilayah Desa Songan adalah: - Sebelah Utara :Desa Belandingan - Sebelah Selatan :Desa Batur - Sebelah Barat :Desa Batur - Sebalah Timur :Desa Tianyar (Karangasem) Sejarah Pura Tampuhyang sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak Pura Tampurhyang merupakan pusat Kawitan Sang Catur Sanak yang berada di Desa Songan, tepatnya di alas Tampurhyang yang merupakan alas dari Gunung Batur bagian timur yang masih sedikit penduduk tinggal didaerah Tampurhyang, sehingga lingkungan tampak asri, tenang dan nyaman karena pura ini terletak di tengah hutan. Keberadaan Pura Tampurhyang ini tidak terlepas dari datangnya panca pandita dari Jawa ke Bali yang diawali dengan Sanghyang Pasupati berperiyangan di Gunung Semeru Jawa Timur dengan kedudukan beliau sebagai seorang yoginya dunia ini, yang mana dalam kehidupan seharihari beliau sangat taat menjalankan ajaran agama dengan kewajiban beliau sebagai brahmana. Setelah beberapa lama beliau Sanghyang Pasupati melakukan yoga, maka dari kekuatan gaib panca bayunya, maka lahirlah dari yoghanya itu (prabhawa beliau) 7 orang putranya yaitu: Bhatara Hyang Gnijaya, Bhatara Hyang Putrajaya, Bhatari Hyang Dewi Danuh, Bhatara Hyang Tumuwuh, Bhatara Hyang Manik Gumawang, Bhatara Hyang Manik Galang, Bhatara Hyang Tugu (Sudarsana, 2005:3). Setelah Bali dalam keadaan tenang. Bhatara Hyang Tiga (Bhatara Putrajaya, Bhatara Gnijaya, dan Bhatari Danuh) turun ke Bali atas perintah Bhatara Hyang Pramesti Guru (disebut juga Bhatara Jagat Karana, Bhatara Hyang Acintya, dan Hyang Pasupati). Selain Bhatara Hyang Tiga, Turut Pula Bhatara Catur Purusa (Bhatara Tumuwuh, Sang Hyang Manik Kumayang, Hyang Manik Galang, dan Bhatara Hyang Tugu). Bhatara Putrajaya (Mahadewa) bersemayam di Tohlangkir (Besakih), Bhatari Danuh di Ulun Danu Batur yang disebut Tampurhyang, Bhatara Gnijaya di Lempuyang, Bhatara Tumuwuh di Gunung Watukaru, Sang Hyang Manik Kumayang di Gunung Beratan, Hyang Manik Galang di Pejeng, dan Bhatara Hyang Tugu di Andakasa (Sudarsana, 2005:4-5) Dari Bhatara Gnijaya terlahir lima orang putra yang disebut Panca Pandita atau Panca Tirta yaitu: Sang Brahmana Pandita, Mpu Mahameru, Mpu Gana, Mpu Kuturan, dan Mpu Bharadah. Kelimanya ini dikirim ke Jambudwipa untuk memperdalam ilmu pengetahuan, tepatnya di Gunung Mahameru, stana Bhatara Hyang Pasupati. Pulau Bali masih sepi oleh karena tidak ada manusia yang menghuninya, oleh karena itu, Bhatara Putrajaya bersama-sama Bhatara Catur Purusa menghadap Bhatara Hyang Pramesti Guru untuk memohon agar tercipta manusia di Bali dan permohonan pun dikabulkan. Di Tampurhyang, daerah Ulun Danu, merupakan tempat Bhayata Hyang Pramesti Guru beryoga menciptakan manusia. Dan periangan beliau itu tercipta manusia ada yang berasal dari tanah, dari kelapa gading,

7 dan dari Buhtala. Demikianlah banyak manusia telah tercipta dan kemudian berkembang (manak gumanak) menjadi banyak karena telah beranak pinak. Sang Panca Pandita telah matang pengetahuannya. Mereka silih berganti datang ke Bali, salah satunya Mpu Mahameru turun ke Bali, menuju Basukih, melewati Desa Kuntul Gading. Tiba di Tampurhyang berhenti Sang Mpu Mahameru di sana. Mpu Semeru datang dari Jawa ke Bali dengan tujuan menghadap menghadap Bhatara Hyang Putrjaya dan lain-lainnya. Beliau datang seorang diri. Menyusuri pegunungan Pulau Bali, pertama beliau tiba di Kuntulgading (Kedisan). Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke Tampurhyang (Songan). Mpu Semeru terpesona melihat pemandangan Tampurhyang yang indah. Udaranya sejuk menyegarkan badan. Beliau menyucikan diri di Tirta Bungkah, air yang ada pada sebuah kubangan kecil di pinggir Danau Batur, sangat jernih dan bersih airnya. Kemudian melanjutkan perjalanannya, tiba di Toya Bungkah, beliau mensucikan diri, ketika sedang mandi, beliau melihat di sana ada seorang anak kecil, sangat tampan rupanya, sangat tersentuh dan kasihan perasaan Sang Mpu menyaksikan anak kecil, sangat tampan rupanya, sangat tersentuh dan kasihan perasaan Sang Mpu menyaksikan keadaan anak kecil sang prabangkara itu. Kemudian beliau mengadakan Upacara Asta Pangku, terhadap Sang Prabangkara. Karena beliau orang suci, sidhi wakbjra, beliau berdoa amat sempurna, dan berkata: duhai anak kecil semoga kamu menjadi Manusia Utama, paham akan Sastra Utama. Mpu memberkati dirimu, demikianlah maka Asta Pangku yang beliau ucapkan. Ternyata berhasil, dan seketika Sang Prabangkara itu menjadi manusia utama. Karena kuatnya weda yang dianugrahkan pada sang Prabangkara, maka normallah Sang Prabangkara, sempurna badaniah bahkan sudah dapat berbicara, sehingga menjadi sang bujangga Bali Mahutama (Soebandi, 2003:43) Setelah normalnya Sang Prabangkara Mpu Semeru mengubah namanya menjadi Sang Reka dengan nama Mpu Kamareka, dan selanjutnya mengatakannya sebagai putra dan muridnya. Setelah sempurna penjelemaan Bhatara Mpu Kamareka berkat anugrah Asta Pangku Sang Aji Bhatara Mpu Semeru, maka beliau menetap di Tampur Hyang, dan berparhyangan di Tampurhyang (Songan). Beliau senantiasa mengikuti petunjuk dan ajaran Mpu Semeru. Beliau sama sekali tidak berani ingkar atau menyimpang dari petunjuk dan ajaran tersebut. Di Tampurhyang terdapat gundukan-gundukan tanah yang oleh penduduk setempat diberi nama Goa Song. Di sanalah Mpu Kamareka membangun pertapaan, melakukan yoga semadhi dengan melakukan puasa, tanpa makan minum dan sekarang tempat ini dijadikan sebuah pura yaitu Pura Tampurhyang tempat bersemayamnya Mpu Kamareka. Mpu Kamareka beryoga di Goa Song wilayah Tampurhyang. Ditempat itu beliau berjodoh dengan Dedari Kuning (Bidadari Kuning). Dari perkawinan ini lahirlah dua (2) orang putra secara bersamaan (buncing) yang laki bernama Mpu Gnijaya Mahireng, dan yang putri bernama Ni Ayu Cemeng. Keduanya menikah dengan saudara, setelah itu, dari pernikahan Mpu Gnijaya Mahireng dengan Ni Cemeng, lahirlah lima orang putra empat (4) laki-laki dan satu perempuan, kelimanya adalah: yang sulung bernama Mpu Kayu Ireng, Mpu Made Celagi, Mpu Nyoman Tarunyan, Mpu Kayuan, dan Ni Ayu Kayu Selem (Riana, 2011:24-26). Keempat cucu Mpu Kamareka yang laki-laki menguasai daerah sekitar pegunungan, yang pertama (1) Mpu Kayuan pergi dari Goa Song, beryoga di Panarajon (Gunung kahuripan), setelah hancurnya Gunung Penulisan akibat banjir dan hujan badai,

8 berpindah ke Balingkang (Meru Tumpang Tiga Balingkang). (2) Mpu Tarunyan beryoga dekat Gunung Tuluk Biyu, semula bernama Desa Belong, lalu menetap di Tarunyan (Meru Tumpang Tiga di Tarunyan. (3) Mpu Gni Jaya Mahireng Menetap di Goa Song, menjadi Songan. Maka dari itu, Pura Tampurhyang tempat bersemayamnya Mpu Kamareka kemudian dijadikan Pura Tampurhyang sebagai pusat Kawitan Sang Catur Sanak (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuwan) lan Bali Mula, yang di sung-sung oleh warga Catur Sanak. Pura Tampurhyang Sebagai Pemujaan Roh Leluhur Pura sebagai pemujaan roh suci leluhur dapat disimbolkan dengan pematungan roh leluhur/raja, yang dijadikan bhataran lokal atau menjadi jungjungannya, yang terdapat di Pura Tampurhyang, pematungan roh leluhur, terutama raja dikenal dengan konsep Kultus Dewa Raja. Pematungan Dewa merupakan kelanjutan pematungan roh leluhur/raja. Bersamaan dengan pematunga para Rsi, dan Dewa-Dewa. Sebagai Dewa Utama yang dikultuskan, mengikuti aliran yang dipujanya. Zaman inilah (sebelum abad ke X) muncul sektaria di Bali. Sekta yang dianut dapat diselusuri dari sosiofact, mentifact dan tradisi yang tersisa. Umumnya sekta Ganapatia, Durga/Siwa, Indra, atau campuran yang paling menonjol. Juga dapat dijejaki dari ritual ngaben-nya, karena ngaben sesungguhnya acara terakhir dalam ritus daur hidup manusia, sehingga ritus itu mengembalikan roh manusia kepada-nya. Di Terunyan dan di Songan mengembalikan roh suci leluhur kepada Dewa Indra (Sekta Indra), Dewa Perang, sehingga profesi ngaben adalah mewujudkan ideologi mengembalikan roh seseorang pada Indra (dibiarkan kena hujan, angin, dan dibiarkan terbuka di setra). Patung Datonda di Trunyan adalah simbolik wujud Roh Leluhurnya. Sedangkan di Pura Manasa Sinabun dipuja Dewa Ganesha sebagai sungsungan utama di puranya ( dan Patung yang ada di Pura Tampurhyang adalah simbolik wujur Mpu Kamareka yang merupakan leluhur Sang Catur Sanak Kayu Selem, Celagi, Tarunya, Kaywan. Pura Tampurhyang merupakan pemujaan terhadap roh leluhur Mpu Kamareka beserta sanak saudaranya dan keempat cucunya yang disebut Catur Sanak disamping itu Pura Tampurhyang bukan saja sebagai tempat pemujaan roh leluhur tetapi pemujaan terhadap dewa-dewi yang beristana disana seperti halnya purapura lain yang ada di Bali. Sehingga menjadi Pura Tampurhyang yang sekarang ini. Aspek-Aspek dari Pura Tampurhyang yang dapat di jadikan sumber belajar di SMA Aspek-aspek yang dimiliki oleh Pura Tampurhyang sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA, yaitu: a. Aspek Sejarah (Historis) Pura Tampurhyang memiliki sisi historis yang sangat penting pada masa silam. Pura Tampurhyang ini adalah Pura tempat bersemayamnya Mpu Kama Reka dari jaman silam samapi sekarang terus diperbaharui oleh pengempon pura Tampurhyang, pura ini sebagai Pusat Kawitan Sang Catur Sanak lan Bali Mula. Pada saat Mpu Kamareka berparahyngan di Tampurhyang (Songan) beliau senantiasa mengikuti petunjuk dari Mpu Semeru. Beliau sama sekali tidak berani ingkar janji atau menyimpang dari petunjuk dan ajaran tersebut. Di Tampurhyang terdapat gundukangundukan tanah yang oleh penduduk setempat diberi nama goa Song. Disanalah Mpu Kamareka membangun pertapaan, yang sekarang menjadi Pura Tampurhyang, melakukan yoga

9 semadhi, dengan mel;akukan puasa (Soebandi, 2003:48). Berdasarkan pemaparan diatas maka sejarah Pura Tampurhyang ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. Menunjukan bahwa pada masa prasejarah di daerah Songan sudah terdapat masyarakat yang hidup berkelompok, dan memiliki sistem kepercayaan terhadap roh leluhur. Maka dari itu potensi sejarah yang dimiliki oleh Pura Tampurhyang ini dapat menjadi sumber sejarah dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Setelah disesuaikan dengan silabus SMA dalam kurikulum 2013 kelas X maka akan ditentukan strategi pembelajarah sesuai dengan materi ini, strategi yang akan digunakan adalah strategi pembelajaran inquiri yang lebih banyak menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. b. Aspek Arsitektur Keunikan yang dimiliki oleh arrsitektur Pura Tampurhyang ini merupakan salah satu aset arsitektur yang ornamentik dengan ragam hias yang unik serta mengandung unsur historis yang terdapat di bagian candi bentar, yang mrupakan bangunan asli dahulu. Oleh karena itu, arsitektur yang ada di Pura Tampurhyang sangat berguna sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal baik bagi peserta didik maupun generasi muda yang lainnya. Mereka harus dibekali wawasan dalam memahami sejarah dari leluhur orang Bali Aga karena sebagian besar di daerah pegunungan sampai sekarang masih dihuni oleh orang Bali Aga/Mula. Hal inilah yang nantinya akan menumbuhkan nilai-nilai pariotisme, kebersamaan dan persatuan dalam kehidupan atau bermasyarakat. Pelestarian nilai-nilai historis dan tampilan wujud arsitekturnya yang selain sangat unik juga menyimpan nilai sejarah yang tinggi yaitu sejarah dari pura Tampurhyang yang merupakan tempat bersemayamnya Mpu Kamareka dan sebagai pusat dari kawitan Sang Catur Sanak yakni: pasek Kayu Selem, Celagi, Tarunyan dan Kayuan lan Bali Mula. Dengan demikian, adanya Pura Tampurhyang sebagai sumber belajar sejarah lokal diharapkan dapat berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral bagi peserta didik. KESIMPULAN Pura Tampurhyang merupakan pusat Kawitan Sang Catur Sanak yang ada di daerah Bintang Danu yaitu Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, dan Kayuan, keempat ini terlahir dari perkawinan antara Mpu Gnijaya Mahireng dengan Ni Ayu Cemeng yang merupakan cucu dari Mpu Kamareka. Mpu Gnijaya Mahireng dan Ni Ayu Cemeng terlahir dari perkawinan antara Mpu Kamareka dengan seorang Dyah Dedari Kuning, Dyah Dedari Kuning adalah wanita asli Bali yang disebut Bali Mula dan juga Diyah Dedari Kuning adalah seorang wanita mulia yang dikenal oleh warga setempat pada saat itu. Oleh karena itu Pura Tampurhyang menjadi Pusat kawitan Sang Catur Sanak yang ada di daerah bintang danu. Pura Tampurhyang merupakan tempat pemujaan roh leluhur Mpu Kamareka dan leluhur dari empat sanak saudara yang dilahirkan itu beserta istrinya yang bersama-sama diistanakan di Pura Tampurhyang kemudian menjadi pusat percampuran hyang yang ada di Pura Tampurhyang yang sudah ngeniskala. Di samping itu Pura Tampurhyang bukan hanya untuk memuja roh leluhur beserta keturunannya yang disebut Catur Sanak, tetapi di Pura Tampurhyang juga memuja dewa-dewi seperti yang ada di pura lain, sesuai dengan refresentasi pura-pura lain yang ada di Bali atau perwujudan/peruntukan purapura yang ada di Pura Tampurhyang

10 seperti pelinggih Sanggah Suria, Pelinggih Kemulan, Rong Telu, Menjangan Seluang dan lain-lain, yang merupakan penjelasan lebih lanjut atau perjalanan sejarah sehingga menjadi Pura Tampurhyang yang sekarang ini. Pura Tampurhyang yang merupakan tempat bersemayamnya Sire Mpu Kamareka yang ada di Desa Songan kemudian menjadi pusat Kawitan Sang Catur Sanak (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuan) lan Bali Mula. Kemudian yang diempon oleh warga Catur Sanak yang ada di Desa Songan, tetapi ada juga masyarakat luar yang termasuk warga Catur Sanak bersembahyang di Pura Tampurhyang. Pura Tampurhyang dapat dijadikan sumber belajar sejarah di SMA karena memiliki potensi yang sangat berguna jika dijadikan sebagai sumber belajar sejarah lokal, khususnya untuk sekolah terdekat seperti Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kintamani. adapun aspekaspek yang dimiliki oleh Pura Tampurhyang yang dapat dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah lokal yaitu: aspek historis yaitu Pura Tampurhyang dapat dijadikan Pusat Kawitan Catur Sanak dan bisa mempersatukan warga Catur Sanak (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuan), di satu tempat yaitu Pura Tampurhyang. Saran Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran, yakni: 1. Masyarakat Desa Songan khususnya pengempon Pura Tampurhyang hendaknya terus menjaga dan melestarikan kesucian Pura Tampurhyang agar keberadaannya tetap terpelihara dan terjaga kesuciannya dan kelestariannya. 2. Guru dan pengajar lainnya, diharapkan Pura Tampurhyang dapat difungsikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi siswa, karena dalam kurikulum 2013 lebih menekankan sumbersumber sejarah lokal agar nantinyapara pengajar khususnya guru sejarah dapat mengembangkan media pembelajaran yang interaktif bagi para peserta didikny, sehingga pelajaran sejarah senang dipelajari oleh siswa dan bisa terkesan dan bervariasi. DAFTAR PUSTAKA. Riana, I Ketut Lalintih Sang Catur Sanak Bali (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuan Balingkang, Lan Warga Bali Aga. Gianyar: Yayasan Tan Mukti Palapa. Sanjaya Wina Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana. Sudarsana, K Bali Dwipa Mandala. Soebandi, Ketut Babad Pasek Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi. Denpasar:PT Pustaka Manikgeni. Wiana, I Ketut Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu. Surabaya: Paramita. Widana, I Gst. Ketut Mengenal Budaya Hindu Di Bali. Denpasar: PT. BP Denp

11

12 e-journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali

Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali I Nyoman Gde Suardana Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail: suar_bali@yahoo.com ABSTRAK Pulau Bali juga disebut

Lebih terperinci

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT

TAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel Eksistensi Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman Selulung, Kintamani, Bangli (Kajian Tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah) Oleh : I Wayan Pardi, (NIM 0914021066), (e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bali memiliki kekhasan sosial dalam membina kekerabatan secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan ikatan sosial dalam

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh

IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

ARTIKEL. Judul. Oleh. I Putu Sandiasa Adiawan JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ARTIKEL Judul SINKRETISME HINDU-BUDDHA (KONGHUCU) DI PURA BATU MERINGGIT, DESA CANDIKUNING, TABANAN, BALI (STUDI TENTANG SEJARAH DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH) Oleh I Putu Sandiasa Adiawan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA.

ARTIKEL. Judul. Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA. ARTIKEL Judul Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber belajar Sejarah di SMA Oleh Desak Made Suprayanti 1014021014 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan

Lebih terperinci

KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL

KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL ARTIKEL Judul KEBERADAAN PURA TAMAN YEH SELEM DI DESA PANGKUNG PARUK, SERIRIT, BULELENG, BALI ( SEJARAH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEARIFAN LOKAL ) Oleh Kadek Maharta Dharma 0914021049 JURUSAN

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

ARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA ARTIKEL Judul PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) Oleh Ni Wayan Astini

Lebih terperinci

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama, IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan; serta metodologi penelitian penyusunan landasan konsepsual Museum Nelayan Tradisional Bali di Kabupaten Klungkung.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL

IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL IDENTIFIKASI POTENSI MONUMEN PUPUTAN KLUNGKUNG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Oleh I Kadek Dwipayana, (NIM. 0914021009), (e-mail: ikadek_dwipayana@yahoo.com) I Wayan Mudana *) Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali

Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali Memaknai Ulun Danu dalam Kebudayaan Bali Oleh I Gede Mugi Raharja Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar Abstrak Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 pada 2017 bertemakan Ulun Danu (hulu danau). Tema

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasta merupakan suatu sistem pembagian atau pengelompokan masyarakat berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang tersebut bekerja

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI 118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang

Lebih terperinci

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah).

Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Oleh : Ni Luh Sri Karmi Asri, (NIM 0914021002), (e-mail: niluhsrikarmiasri@yahoo.com)

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM. ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM. 1306105035 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004

Lebih terperinci

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Gede Ari Duarsa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI

ARTIKEL. Oleh NI LUH PUTU SRI ADNYANI ARTIKEL Judul MAKAM KERAMAT AGUNG PEMECUTAN DI KELURAHAN PEMECUTAN, KOTA DENPASAR (Studi Tentang Latar Belakang Sejarah, Struktur, Fungsi dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh NI LUH

Lebih terperinci

Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing

Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing Identifikasi Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Bali ( Kajian Tentang Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Wisata Dharma) OLEH

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1- BAB I. PENDAHULUAN Bab Pendahuluan terdiri dari subbab (I.1) Latar Belakang; (I.2) Pertanyaan Dan Tujuan Penelitian; (I. 3) Manfaat Penelitian; (I. 4) Keaslian Penelitian; (I. 5) Batasan Penelitian; dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang lainnya, yaitu agama, teknologi, mata pencaharian, dan kesenian. Di Indonesia ada tiga macam bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, yaitu Tuhan yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

DALEM SEGARA MADHU DI DESA JAGARAGA, SAWAN, BULELENG (LATAR BELAKANG BERDIRI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA)

DALEM SEGARA MADHU DI DESA JAGARAGA, SAWAN, BULELENG (LATAR BELAKANG BERDIRI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) ARTIKEL Judul PURA DALEM SEGARA MADHU DI DESA JAGARAGA, SAWAN, BULELENG (LATAR BELAKANG BERDIRI DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh NI WAYAN YULIASIH NIM. 0914021010 JURUSAN

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah yang merupakan sasaran ekspansi dari kerajaan-kerajaan Jawa Kuna. Daerah Bali mulai dikuasai sejak Periode Klasik Muda dimana kerajaan

Lebih terperinci

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Laporan kemajuan HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan pustaka 1.1 Konsep Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sosial-Budaya Secara umum, sebab terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat adalah karena adanya sesuatu yang dianggap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH BANGLI, BULELENG DAN TABANAN TANGGAL 09 FEBRUARI 2017

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH BANGLI, BULELENG DAN TABANAN TANGGAL 09 FEBRUARI 2017 ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH BANGLI, BULELENG DAN TABANAN TANGGAL 09 FEBRUARI 2017 I. INFORMASI KEJADIAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR LOKASI 1. DESA SONGAN, KEC. KINTAMANI, KAB.

Lebih terperinci

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh

PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI Oleh I Gede Yogi Adi Prawira, Nim 0814021039 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Pulukan merupakan salah satu kawasan yang asri di Pulau Bali. Desa Pulukan merupakan salah satu bagian dari kecamatan Pekutatan dan berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu masalah kasta atau wangsa merupakan permasalahan yang tak kunjung sirna pada beberapa kelompok masyarakat di Bali, khususnya di Denpasar. Pada zaman

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA

PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas

Lebih terperinci

TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA

TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA Bangunan pura pada umumnya menghadap ke arah barat dan bila memasuki pura menuju ke arah timur, sedangkan persembahyangannya menghadap ke arah timur yaitu ke arah

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan

Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan LAPORAN PELAKSANAAN HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS DESA ADAT DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI Oleh : A.A SRI AGUNG PRADNYAPARAMITA 1101605005 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar.

Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar. Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar. Gubahan Bentuk Taman a. Zaman Bali Kuna Bila desain taman peninggalan kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Udayana merupakan salah satu kegiatan pendidikan tinggi yang diselenggarakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang maju maka perlu adanya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

Paket Tour Bali 7 Hari

Paket Tour Bali 7 Hari Hari 01. Arrival - Check In Paket Tour Bali 7 Hari Kami akan menjemput anda di Bandara/Hotel. Setelah makan malam, kami akan mengantar anda ke Hotel untuk Check In dan beristirahat. Hari 02. Watersport

Lebih terperinci

PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN ABSTRAK ABSTRACT

PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN ABSTRAK ABSTRACT JURNAL UDAYANA MENGABDI, VOLUME 15 NOMOR 1, JANUARI 2016 PENATAAN LINGKUNGAN PURA MUNCAK SARI DESA SANGKETAN, PENEBEL, TABANAN I W. Sukerayasa 1, I. B. A. Swamardika 1, I W. A. Wijaya 1 I N. Surata 2,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang terletak di pulau Sumatera, tepatnya berada di ujung Pulau Sumatera yang merupakan pintu masuk pendatang dari pulau

Lebih terperinci

Identifikasi Tempat Suci pada Masa Bali Kuno. Ni Ketut Puji Astiti Laksmi

Identifikasi Tempat Suci pada Masa Bali Kuno. Ni Ketut Puji Astiti Laksmi Identifikasi Tempat Suci pada Masa Bali Kuno Ni Ketut Puji Astiti Laksmi astitilaksmi@yahoo.com Abstrak Sejak masa prasejarah masyarakat Bali menganggap bahwa tanah-tanah yang meninggi seperti bukit dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68 PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi 1.1.1 Letak Geografis Desa Bangli adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara Demografi, Desa Bangli merupakan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Komang Samiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Kawitan yang

Lebih terperinci

PURA GOA GIRI PUTRI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR BAGI WARGA DESA PAKRAMAN SUANA, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI

PURA GOA GIRI PUTRI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR BAGI WARGA DESA PAKRAMAN SUANA, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI PURA GOA GIRI PUTRI SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR BAGI WARGA DESA PAKRAMAN SUANA, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI Oleh Ayu Jaya Wardani, (NIM.0914021007), (e-mail: Gek.jha@yahoo.com) I Gusti Made Aryana*)

Lebih terperinci

PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh: NI LUH SULANDARI NIM

PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh: NI LUH SULANDARI NIM PURA AGUNG DALEM DIMADE DI DESA GULIANG, BANGLI, BALI (POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI SMA) Oleh: NI LUH SULANDARI NIM 1314021008 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

Gambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana.

Gambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana. ARSITEKTUR BALI Mata Kuliah ARSITEKTUR PRA MODERN pertemuan ke 5 Dosen: Dr. Salmon Martana, M.T. Masyarakat Bali sangat percaya bahwa mereka hadir di dunia membawa misi hidup, yaitu berbuat kebaikan. Kesempurnaan

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Medewi, salah satu tempat pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Udayana, merupakan salah satu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI

SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI 1101105001 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN

ARTIKEL. Judul. Oleh I WAYAN GUNAWAN ARTIKEL Judul Identifikasi Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Desa Pakraman Selulung (Kajian tentang Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran IPS pada SMP berdasarkan Kurikulum 2013). Oleh I WAYAN

Lebih terperinci