BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik yang sesuai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik yang sesuai"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan penelusuran data, diperoleh 4 pasien. Namun karena terdapat pasien yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena memiliki penyakit penyerta DM dan pulang dengan kehendak sendiri maka, hanya pasien yang memenuhi kriteria inklusi. A. Gambaran Subjek Penelitian. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Tujuan pendistribusian pasien berdasarkan jenis kelamin adalah untuk mengetahui pasien anak yang berjenis kelamin pria atau wanita yang paling rentan terhadap penyakit diare akut. Menurut (0), penyakit diare akut adalah penyakit yang tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4. Jenis kelamin 46% Pria 54% Wanita Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 4 di atas maka dapat dilihat bahwa persentase pasien diare anak yang menderita diare lebih banyak dialami oleh anak berjenis kelamin pria daripada wanita. Namun, hal ini sebenarnya tidak membuktikan bahwa

2 penderita diare lebih banyak berjenis kelamin pria daripada wanita karena baik pria maupun wanita memiliki faktor resiko yang sama terhadap penyakit diare akut (Suraatmaja, 007). Selain itu pengaruh makanan yang kotor dan tercemar juga dapat menjadi penyebab diare yang sering dialami oleh anak, bakteri juga menjadi salah satu penyebab diare, bakteri yang paling sering menyebabkan diare yaitu E. coli dan Sallmonela (, 0). Hal ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (0) yang menggambarkan penderita diare lebih banyak dialami oleh pria, karena dimasa kanak-kanak anak laki-laki lebih aktif dalam mengenali dunia sekitar sehingga mudah terkena bakteri ataupun kontaminan yang ada di sekitar.. Distribusi pasien berdasarkan usia Tujuan distribusi pasien berdasarkan usia ini untuk mengetahui rentang usia pasien anak yang paling rentan terkena diare. Menurut (006), anak dibagi menjadi 4 yaitu anak yang baru lahir hingga usia 8 hari disebut neonate, berusia 8 hari hingga disebut infant, anak berusia hingga 4 disebut young child, anak yang berusia 5 sampai disebut older child. Sehingga pembagian usia disesuaikan standar tersebut. Distribusi pasien anak berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar < 8 hari Usia hari 5 Rentang Usia (Tahun) Gambar 5. Distribusi pasien berdasarkan usia Pria Wanita

3 3 Berdasarkan hasil dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa penyakit diare dapat menyerang anak-anak di segala usia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang menyatakan anak-anak lebih rentan terhadap penyakit diare akut dibandingkan dengan orang dewasa (, 0). Sementara itu, penyakit diare akut sendiri lebih banyak diderita oleh anak yang berusia 8 hari sampai karena anakanak pada usia itu mulai aktif untuk mencoba berbagai hal, sehingga dapat memicu terjadinya infeksi yang disebabkan karena sistem kekebalan dan daya tahan tubuh yang dimiliki belum baik (, 0). Menurut penelitian yang dilakukan Pratiwi (0) anak yang lebih rentan terhadap penyakit diare akut adalah anak yang berusia kurang dari, karena anak-anak pada usia kurang dari memiliki sistem daya tahan tubuh yang masih lemah. 3. Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan Lama perawatan pasien ditentukan atas kesepakatan bersama antara petugas medis dengan pasien yang dilihat dari hasil atau keadaan akhir pasien selama perawatan inap. Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan dapat dilihat pada Gambar 6: Lama Perawatan Jumlah Hari Jumlah Pasien (%) Gambar 6: Distribusi Pasien Berdasarkan Lama Perawatan

4 4 Berdasarkan Gambar 6 di atas maka dapat diketahui bahwa pasien anak yang menderita diare yang paling banyak dirawat selama hari, pasien yang dirawat kurang dari 4 hari memiliki data lab yang menunjukkan pasien tersebut hanya mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan, dan tidak terdapat parasit jamur patogen pada kultur tinjanya. Ini sama dengan penelitian yang dilakukan Nurwidati (00) yang menyebutkan bahwa lamanya perawatan pasien diare tergantung dari tingkat keparahan diare yang diderita pasien. Hal ini sesuai dengan definisi diare akut yang biasanya berakhir < 4 hari (Spruill and Wade, 008). B. Evaluasi Penggunaan Obat untuk Terapi Diare. Obat Berdasarkan penelusuran data rekam medis penggunaan obat ditemukan terdapat 6 golongan obat yang diberikan pada pasien subjek penelitian. Golongan obat yang diberikan antara lain, antibiotik, antiemetik, vitamin dan mineral, analgetik antipiretik serta prebiotik. Distribusi golongan obat yang diberikan pada terapi diare dapat dilihat pada Tabel III: No. Tabel III: Terapi pengobatan yang digunakan pada terapi diare Golongan Obat Kesesuaian Standar Standar Frekuensi Penggunaan per lama pewawatan Persenta se (%)* a. Obat Vitamin dan Mineral Zink WHO 63 5, Vitamin a. Vitamin A b. Vitamin D c. Vitamin E d. Vitamin K Kurang Kurang, 0, 0, 0, 0 0,80 0,80 0,80 0,80

5 5 Obat lain Antibiotik a. Ampisilin 3 b. Metronidazol c. Clindamisin Tabel III. Lanjutan... Kurang WHO WHO WHO 4 3 4,59,9,59 4 Antiemetik a. Domperidon, 0 4,78 5 Prebiotik, , 6 Analgetik dan Antipiretik, 0 7,79 b. Terapi Cairan Oralit WHO 60 3,9 Asering WHO 0,40 3 D ¼ S WHO 6 6,37 Total penggunaan 5 00 Ket = * Persentase dihitung dari frekuensi penggunaan tiap golongan dibagi total penggunaan dikalikan 00%. Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak digunakan untuk mengobati diare pada anak adalah zink (5,%). Zink yang merupakan mikronutrien yang penting bagi tubuh, menurut hasil studi yang pernah dilakukan zink mempunyai tingkat guna sebesar 67% (Aminah, 0). Zink saat ini sangat direkomendasikan untuk mengobati diare akut maupun kronis pada anak-anak (, 005). Zink diberikan pada diare akut untuk memperpendek masa diare dan mencegah keparahan juga untuk mencegah berulangnya diare pada -3 bulan ke depan (Aminah, 0). Konsumsi zink pada pasien diare anak dapat menurunkan jumlah ekskresi feses sampai 3%. Tidak hanya itu frekuensi buang air besar (BAB) juga berkurang sampai 40% dengan pemberian suplemen zink (Waspada, 0). Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 8, manfaat zink sebagai pengobatan diare adalah mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, durasi diare akut sebesar 0%, durasi diare persisten sebesar 4%, hingga, kegagalan terapi atau kematian akibat diare

6 6 persisten sebesar 4% (, 005). Data lab pasien yang menerima zink, menunjukkan bahwa zink diberikan pada hampir semua pasien ( pasien) yang menderita diare akut dehidrasi ringan sampai sedang baik yang pada kultur tinjanya ditemukan bakteri ataupun tidak. Pada kasus diare yang disebabkan oleh bakteri, penggunaan antibiotik adalah suatu hal yang penting, tetapi tidak semua antibiotik dapat mengobati diare, ada beberapa antibiotik yang memiliki efek samping diare seperti clindamisin dan sulfonilamid (Spruill and Wade, 008). Ampisilin memiliki spektrum kerja yang luas, yang meliputi banyak gram negatif, ampisilin banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas, saluran cerna dan saluran kemih (Tjay dan Rahardja, 007). Pada data lab terdapat pasien yang dinyatakan 98% positif ditemukan bakteri Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa. Klebsiella pneumonia adalah bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan yaitu penyakit pneumonia selain itu bekteri ini juga dapat menyebabkan meningitis, sedangkan Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, termasuk penyakit endokarditis, pneumonia dan meningitis, infeksi saluran kemih dapat juga disebabkan oleh bakteri ini (Jawetz dkk., 996). Kedua bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif yang dapat dibunuh oleh antibiotik ampisilin, hal ini sesuai dengan standar WHO yang menyatakan bahwa ampisilin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk diberikan pada pasien diare anak yang terdapat bakteri pada kultur tinjanya. Metronidazole adalah antibiotik yang sangat efektif melawan bakteri anaerob dan bakteri gram negatif seperti Klebsiella (Tjay dan Rahardja,

7 7 007) maka metronidazole dapat digunakan untuk membunuh bakteri Klebsiella pneumoniae yang terdapat pada tubuh pasien. Clindamisin memiliki khasiat bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit daripada makrolida, terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob. Bakteri aerob dan gram negatif seperti Pseudomonas, Legionella dan Klebsiella resisten terhadap clidamicin (Tjay dan Rahardja, 007). Maka clindamicin kurang tepat jika diberikan pada pasien diare dengan bakteri Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa, karena clindamisin tidak efektif membunuh bakteri tersebut. Antiemetik yang digunakan pada terapi diare adalah domperidon. Domperidon adalah obat yang digunakan untuk mengobati mual dan muntah karena berbagai penyebab (Tjay dan Rahardja, 007). Dalam hal ini domperidon digunakan untuk mengobati mual dan muntah yang terjadi karena efek dari diare, muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut (Nurwidati, 00). Penggunaan antiemetik sebenarnya tidak untuk mengobati diare yang dialami pasien tetapi untuk menekan efek samping yang mungkin muncul dari penggunaan zink, dan antibiotik (Nurwidati, 00). Selain itu domperidon juga memiliki efek samping yang kecil jika dibandingkan dengan antiemetik lainnya, sehingga domperidon dipilih sebagai terapi pengobatan mual dan muntah karena diare (Tjay dan Rahardja, 007). Prebiotik adalah terapi pendukung yang sangat cocok untuk mengobati diare akut anak karena prebiotik sangat berguna untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh gangguan flora normal tubuh (McFarland dkk., 006).

8 8 Prebiotik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium dengan komponen bioaktif telah terbukti mampu mengontrol pertumbuhan bakteri yang ada di usus (Spruill and Wade, 008). Prebiotik yang digunakan untuk terapi diare anak adalah Lacto-B yang mengandung Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus salivarius, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium lactis, Bifidobacterium longum, dan Lactococcus lactis. Prebiotik yang digunakan di RS Dr. Moewardi memiliki persentase yang cukup besar yaitu 9,%, hal ini membuktikan bahwa penggunaan prebiotik merupakan pilihan utama untuk membantu pasien memulihkan flora normal tubuhnya (McFarland dkk., 006). Vitamin yang mampu mengobati diare adalah Vitamin A dan Vitamin K (Ferdriyansyah dkk., 00). Menurut penelitian defisiensi vitamin K terjadi karena berkurangnya flora normal tubuh dalam usus yang disebabkan oleh diare (Ferdiyansyah dkk., 00). Vitamin K memiliki peran penting dalam tubuh yaitu dalam proses pembekuan darah, pada proses pembekuan darah terdapat serangkaian protein yang harus di aktifkan, beberapa protein tersebut hanya dapat di aktifkan oleh vitamin K (Melvira, 008). Jika terjadi defisiensi seng maka akan menimbulkan gangguan dalam proses sintesis retinol binding protein (RBP), sehingga vitamin A akan banyak dalam hati dan rendah dalam sirkulasi darah, berakibat vitamin A tidak dapat berfungsi secara optimal. Hal ini akan berpengaruh pada sistem imun yang menyebabkan anak mudah terserang diare (Ferdiyansyah dkk., 00).

9 9 Menurut (0) vitamin D dan juga E bukan merupakan vitamin yang dapat digunakan untuk terapi diare karena kedua vitamin tersebut samasama memiliki efek samping diare, hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan tidak diberikannya vitamin D dan vitamin E pada terapi diare. Menurut Ferdiyansyah dkk (00) pada prakteknya penggunaan vitamin D dan E pada pasien diare mungkin disebabkan karena pasien mengalami defisiensi vitamin tersebut. Analgetik dan antipiretik yang digunakan bersama dengan obat lainnya untuk mengobati diare adalah parasetamol. Parasetamol digunakan untuk mengatasi demam yang biasa terjadi pada diare akut (Pratiwi, 00). Demam merupakan salah satu gejala diare yang timbul karena pada saat diare, metabolisme tubuh cenderung terganggu sehingga mengakibatkan suhu tubuh naik (Suraatmaja, 007). Demam yang terjadi ada pula yang disebabkan oleh bakteri, meskipun hanya 5-0 persen disebabkan oleh bakteri (Eswati, 00). Pada penelitian ini terdapat 5 pasien yang mengalami demam diantaranya disebabkan oleh bakteri dan 4 diantaranya tidak disebabkan oleh bakteri. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, (00) yang menyatakan bahwa parasetamol menjadi pilihan utama untuk mengobati demam yang menyertai diare akut. Tatalaksana terapi cairan bagi pasien diare anak di rumah sakit Dr. Moewardi salah satunya dengan menggunakan oralit. Pemberian oralit dilakukan pada pasien diare dengan dehidrasi sedang sampai berat. Oralit diberikan dengan frekuensi penggunan sebanyak 60 dengan dosis yang bervariasi disesuaikan

10 30 dengan keparahan diare mulai dari 70 ml sampai 00 ml per serangan diare. Oralit merupakan larutan dari campuran NaCl 3,5 gram, KCl,5, gram, natrium Sitrat,5 gram dan glukosa 0 gram dalam liter air matang (, 005). Penggunaan oralit untuk mengatasi dehidrasi yang dialami pasien. Cairan rehidrasi harus segera diberikan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena diare dan muntah-muntah. Cairan rehidrasi yang diberikan pada pasien diare anak adalah larutan karbohidrat dan elektrolit yang berupa D ¼ S serta resusitasi elektrolit yang berupa asering (Nurwidati, 00). D ¼ S adalah larutan yang terdiri dari glukosa anhidrat 5 mg, dan Na klorida,5 mg dalam tiap 5 ml infus sedangkan asering adalah infus yang terdiri dari Na-klorida 3 gram, kalium klorida 0,5 gram, Na-asetat HO,9 gram, Ca klorida HO 0, gram tiap 500 ml infus (Nurwidati, 00). Pada penelitian kali ini ditemukan terdapat pasien yang diberikan asering dan 4 pasien yang diberikan D ¼ S. Asering merupakan larutan resusitasi elektrolit yang diberikan pada pasien diare yang menderita dehidrasi, sedangkan pemberian D ¼ S dilakukan untuk mengganti asupan karbohidrat dan elektrolit yang hilang pada penderita diare akut (Nurwidati, 00). Larutan rehidrasi oral tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama feses. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut, dehidrasi dapat dihindarkan (, 008). Cairan rehidrasi oral merupakan cara terbaik untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi yang diderita karena kehilangan cairan saat diare Menurut WHO dan UNICEF, pemberian larutan rehidrasi oral harus dikombinasi dengan pemberian nutrisi yang tepat dan

11 3 mengurangi konsumsi kalori dan protein sehingga memberikan efek yang sangat besar dalam mengurangi diare dan malnutrisi pada anak (, 008). Selain itu menu makan sehat untuk anak perlu ditambahkan untuk membantu proses penyembuhan dan membantu mengembalikan kekebalan tubuh. Makanan yang diberikan pada anak dalam masa penyembuhan diare adalah makanan yang mudah ditelan, dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan seperti bubur dan tim, makanan yang mengandung pektin seperti pisang dan apel, wortel, apricot, kacang polong, dan kentang, dalam hal ini pektin membantu dalam proses penyerapan air. Untuk menggantikan cairan yang hilang dapat juga diberikan jus dari buah seperti melon. Sedangkan makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang berserat tinggi seperti mangga, makanan yang merangsang produksi gas seperti kubis, dan makanan pedas (Ngastiyah, 005). Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan oralit memiliki persentase yang cukup besar yaitu sebanyak 3,9% yakni hampir semua pasien diberikan oralit. Dari data lab yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa semua pasien yang mengalami diare akut dehidrasi ringan hingga berat kesemuanya mendapatkan terapi oralit, hal ini karena ketika dehidrasi terjadi maka pengeluaran air dan garam dari dalam tubuh lebih banyak daripada pemasukan air dan garam (, 005), maka penderita diare harus segera ditolong dengan cairan agar dehidrasi yang dialami tidak semakin parah. Hal ini sesuai dengan standar WHO yang menyatakan bahwa oralit merupakan cairan yang baik untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang besama feses (, 005). Begitu pula dengan asering dan D ¼ S yang mempunyai fungsi yang sama seperti oralit

12 3 yaitu menggantikan cairan tubuh yang hilang (Nurwidati, 00). Oralit diberikan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi yang dialami anak karena diare (, 005). Asering diberikan pada pasien diare yang menderita dehidrasi mengganti elektrolit yang hilang, sedangkan Dextrose ¼ S digunakan untuk pengganti elektrolit Na + dan Cl - serta membantu memenuhi kebutuhan kalori pada pasien dengan keadaan lemas (Nugroho, 0). Dari hasil penelitian maka sudah sesuai bahwa seorang pasien yang tidak mendapatkan oralit diberikan asering untuk mengobati ataupun mengatasi dehidrasi yang dialami pasien, karena baik oralit maupun asering sama-sama memiliki fungsi untuk menggantikan cairan tubuh.. Dosis Penelitian ini melibatkan evaluasi dosis obat yang diberikan kepada subyek penelitian, sebab ketepatan dosis obat sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan terapi dan kesembuhan subyek penelitian. Parameter ketepatan dosis lebih ditekankan pada ketepatan dosis berdasarkan takaran dan frekuensi kemudian dibandingkan dengan standar pengobatan yang ada. Ketepatan dosis pada pasien diare anak dapat dilihat dalam tabel IV.

13 33 Tabel IV. Ketepatan dosis Terapi Diare No. Golongan, Jenis dan Nama Obat Dosis Dosis pemberian Obat Vitamin dan Mineral x 0 mg Zink (usia 6 bulan keatas) x 0 mg (usia 6 bulan kebawah) Obat Antibiotik 00 mg/6 Ampisilin jam (usia 9,5 bulan) 00 mg/ 8 Metronidazol jam (usia 3 ) Obat Antiemetik Domperidon 3 x,5 mg (BB 7,4) Dosis sesuai standar x 0 mg ½ tablet x 0 mg 00 mg/ 6 jam mg/8 jam 0,- 0,4/kg BB sehari Standar yang digunakan Keterangan Untuk anak usia 6 bulan keatas Untuk anak berusia 6 bulan kebawah Untuk anak berusia 3 bulan - Untuk anak berusia -3 Kesesuaian Standar Kurang Kurang Kurang Obat Analgetik Antipiretik rparasetamol x 50 mg Vitamin Vitamin A Vitamin K Terapi Cairan Oralit x IU x,5 mg (usia 5 bulan) 70 ml 0 ml tiap kali BAB (usia kebawah) 00 ml tiap kali BAB (usia ke x 50 mg IU x mg 50 ml - 00 ml tiap kali BAB ml 00 ml tiap kali 005 usia kebawah usia kebawah usia ke atas Kurang Kurang

14 34 Tabel IV. Lanjutan... Asering 3 D ¼ S Obat Lain Prebiotik atas) 300 ml (usia ke bawah) 300 ml (usia ke bawah) x sachet (usia kurang) x sachet (usia kurang) x sachet (usia ke atas) BAB 300 ml 300 ml x sachet x sachet 3 x sachet Kurang Kurang Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa pengobatan diare anak sebagian besar sudah tepat dosis. Namun, masih ada beberapa obat yang tidak sesuai dengan dosis standar separti pemberian zink untuk anak di bawah 6 bulan yang melebihi dari dosis standar yang ditetapkan oleh WHO. Ampisilin yang diberikan untuk anak yang berusia 9,5 bulan melewati batas dosis yang ditentukan oleh IONI, begitu pula dengan domperidon dan vitamin K yang melebihi dosis yang telah ditetapkan. Dari data yang diperoleh di atas maka perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap ampisilin, domperidon, vitamin K, dan pemberian zink untuk anak yang berusia kurang dari. Sedangkan dosis zink untuk anak berusia ke atas, metronidazol, oralit, asering dan D ¼ S sudah sesuai dengan dosis yang ditetapkan standar.

15 35 Namun, terjadi subdosis pada pemberian prebiotik untuk anak berusia kurang dari yang hanya diberikan x sachet saja, yang seharusnya diberikan x sachet. Hal ini perlu pengkajian ulang juga agar pasien mendapatkan terapi yang optimal, sehingga dapat segera sembuh. C. Keterbatasan penelitian Hasil penelitian dibatasi dengan rekam medik yang kurang lengkap kultur feses dan tingkat dehidrasi masih kurang spesifik. Penelitian ini walaupun mengambil data dari catatan kartu rekam medis secara prospektif, tetapi peneliti tidak mengetahui kondisi pasien yang sebenarnya, karena tidak diperbolehkan mengunjungi pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih merupakan penyebab kematian paling utama pada anak-anak, dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun 1978, saat World

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.

BAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diare akut merupakan masalah utama kesehatan anak di seluruh dunia. Di negara berkembang rata-rata 3 episode per anak per tahun pada anak berusia di bawah 5 tahun tapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam,

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam, BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Diare Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan diagnosa penyakit diare di bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan diagnosa penyakit diare di bangsal rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakter Subyek Penelitian 1. Distribusi pasien yang terdiagnosa diare anak Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik pasien anak dengan diagnosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh

Lebih terperinci

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI 1 EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Oleh: NOVITA DWI PURNAMASARI K.100090058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Salah satu dari tujuan Millenium Development Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiga, antara tahun 1990 dan 2015. Pada kasus kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang harus dijaga dan dilindungi. Anak merupakan generasi penerus bangsa maka dari itu harus tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini, diare masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita

BAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita di negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Sekitar 80% kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tatalaksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare masih mendominasi masalah kesehatan pada bayi dan anak di dunia terutama di Negara berkembang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), diperkirakan di

Lebih terperinci

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope TERAPI CAIRAN MAINTENANCE RSUD ABDUL AZIS 21 April 2015 TERAPI CAIRAN TERAPI CAIRAN RESUSITASI RUMATAN Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi Mengganti Kehilangan Akut Koreksi 1. Kebutuhan normal 2. Dukungan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM. 1 PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS Susilowati, SKM, MKM. 2 Masih ingat pebasket internasional Earvin Johnson? Pemain NBA tersohor itu membuat berita mengejutkan dalam karier bermain basketnya. Bukan

Lebih terperinci

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai ASERING JENIS-JENIS CAIRAN INFUS Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteriis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan. dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan.

Dinukleosida Adenosin (DNA) dan Ribonukleosida Adenosin (RNA), dan. dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan. A. DEFINISI ZINC Zinc addalah micronutrisi yang bisa ditemukan disemua jaringan tubuh dan penting bagi pertumbuhan sel, diferensiasi sel dan sintesa DNA. Juga penting untuk menjaga sistem daya tubuh yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Pengertian diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali disertai

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

Buku Saku Petugas Kesehatan

Buku Saku Petugas Kesehatan Buku Saku Petugas Kesehatan Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011 Publikasi ini dibuat oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan dukungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di RSU Puri Asih Salatiga pada tanggal 23-25 Januari 2017. Data penelitian diperoleh dari 67 rekam medis pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pemasaran, distribusi, resep, dan penggunaan obat-obatan dalam masyarakat, dengan penekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan yang memberikan gejala seperti gastroenteritis,

Lebih terperinci

POJOK ORALIT. LAPORAN MANAJEMEN Februari, 2018 : A.FEBY EKA PUTRI STAMBUK : N PEMBIMBING : dr. INDAH P.KIAY DEMAK.M.Med.

POJOK ORALIT. LAPORAN MANAJEMEN Februari, 2018 : A.FEBY EKA PUTRI STAMBUK : N PEMBIMBING : dr. INDAH P.KIAY DEMAK.M.Med. LAPORAN MANAJEMEN Februari, 2018 POJOK ORALIT NAMA : A.FEBY EKA PUTRI STAMBUK : N 111 16 052 PEMBIMBING : dr. INDAH P.KIAY DEMAK.M.Med.Ed dr. AYU SEKARANI.D.PUTRI BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis. lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis. lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diet Pasca-Bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyebab utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 15.00 WIB,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam waktu yang singkat atau kurang dari dua minggu (Spruill and Wade,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam waktu yang singkat atau kurang dari dua minggu (Spruill and Wade, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare akut merupakan diare yang berawal secara mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau hari dapat sembuh kembali dalam waktu yang singkat atau kurang

Lebih terperinci

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre-eklamsia adalah hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan yang biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Pada pre-eklamsia, ditandai dengan hipertensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi tinja encer, dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK

POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK POLA TATALAKSANA DIARE CAIR AKUT DI RSUD WONOSOBO Ika Purnamasari, Ari Setyawati ABSTRAK Latar Belakang : Penyakit diare merupakan penyebab kematian pertama pada usia balita. Penatalaksanaan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan

Lebih terperinci

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Lisa Citra N. Kuluri 1), Fatimawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Populasi penelitian terdiri dari anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini

BAB VI PEMBAHASAN. Populasi penelitian terdiri dari anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini BAB VI PEMBAHASAN Populasi penelitian terdiri dari anak usia 6-24 bulan. Penelitian ini mengambil batasan usia termuda 6 bulan karena pengaruh pemberian asi ekslusif terhadap durasi dan konsistensi feses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan anak penting artinya bagi kel uarga, karena kesehatan anak merupakan kebahagiaan orang tua. Tetapi beberapa penyakit yang uinuin diderita anak, hampir dipastikan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

MAKANAN FORMULA WHO. dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO. Anak Gizi Buruk

MAKANAN FORMULA WHO. dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO. Anak Gizi Buruk MAKANAN FORMULA WHO dr. Benny Soegianto, MPH KONSUMEN DARI MAKANAN FORMULA WHO Anak Gizi Buruk 1. Tahap Stabilisasi 2. Tahap Transisi 3. Tahap Rehabilitasi (Tumbuh Kejar) 1 KRITERIA GIZI BURUK (WHO-1998)

Lebih terperinci

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kematian yang tersering pada anak-anak di negara yang sedang berkembang dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita merupakan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita

Lebih terperinci

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt Farmakoterapi I Diar dan konstipasi Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt DEFINISI Diare Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan dengan kondisi normal. BAB (defekasi) dengan jumlah tinja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan salah satu jenis dari penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan di masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan dalam tubuh mencakup 50% - 60% dari total berat badan (Ignatavicius & Workman, 2006). Jumlah tersebut sangat bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit infeksi pencernaan yang merupakan masalah masyarakat di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu

Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty (**) *Poltekkes Kemenkes Palu **RSUD Undata Palu PENGARUH PEMBERIAN SUSU BEBAS LAKTOSA TERHADAP KARAKTERISTIK BUANG AIR BESAR PASIEN ANAK 1 24 BULAN DENGAN DIARE AKUT DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU 2013 Andi Fatmawati (*), Netty Vonny Yanty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi vitamin A diperkirakan mempengaruhi jutaan anak di seluruh dunia. Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap tahun karena

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Sub bagian Gastroenterologi bagian Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Sub bagian Gastroenterologi bagian Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah Sub bagian Gastroenterologi bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / RS Dr. Kariadi Semarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun dan dapat menyebabkan kematian 1,5 juta anak-anak setiap tahunnya (WHO, 2009). Di Amerika Serikat diperkirakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci