BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka Infeksi Saluran Kemih Anak Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya infeksi, yaitu pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri disepanjang saluran kemih (meliputi parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih) dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Bakteriuria sendiri adalah istilah untuk adanya suatu bakteri dalam urin, dan bakteriuria bermakna adalah keadaan dimana bakteri dalam urin mencapai jumlah > koloni/ml urin segar dengan cara kultur (baku emas diagnostik ISK). Bakteriuria dapat bersifat asimtomatik pada anak dengan jumlah bakteri bermakna tetapi tidak menunjukkan gejala klinis khas isk, biasanya pada anak wanita yaitu 1-2% pada usia 5-16 tahun dan dari 72% kasus dapat sembuh spontan dalam 5-6 tahun. ISK dapat dibagi dibedakan menjadi ISK atas (Upper UTI) dan ISK bawah (lower UTI). ISK atas (Upper UTI) adalah Infeksi Saluran Kemih bagian atas terutama parenkim ginjal, yang sering disebut dengan pielonefritis. ISK bawah (lower UTI) adalah Infeksi Saluran Kemih yang mengenai vesika urinaria (sistisis) atau uretra (Rusdidjas dan Ramayati, 2010). Berdasarkan kekambuhannya, Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat diklasifikasikan menjadi ISK berulang dan kasus ISK relaps. ISK berulang berarti ada dua kali episode atau lebih dari pielonefritis akut atau Upper UTI, atau satu episode pielonefritis akut disertai dengan satu episode atau lebih dari ISK bawah, atau terdapat tiga atau lebih episode sistisis atau ISK bawah. Sedangkan, kasus relaps adalah timbulnya bakteriuria dengan jenis mikroorganisme yang sama pada biakan urin pertama kali, dan terjadi setelah dilakukan pengobatan terhadap bakteri tersebut (UKK Nefrologi IDAI, 2011). 6

2 7 Genetik dapat mempengaruhi pasien untuk ISK berulang. Identifikasi komponen genetik memungkinkan identifikasi individu yang berisiko mengalami ISK berulang. Beberapa gen bertanggung jawab untuk kerentanan terhadap ISK berulang, yaitu HSPA1B, CXCR1, CXCR2, TLR2, TLR4, dan TGFβ1 (Zaffanello et al,2010). ISK juga dapat di klasifikasikan menjadi ISK kompleks dan ISK simpleks. ISK kompleks adalah istilah untuk ISK dengan komplikasi (complicated UTI), yaitu berupa lesi anatomik maupun fungsional, misalnya sumbatan muara uretra, refluks vesikoureter, urolitiasis, parut ginjal, dan sebagainya, sedangkan ISK simplek adalah ISK tanpa komplikasi (uncomplicated UTI) atau penyulit struktural maupun fungsional (Rusdidjas dan Ramayati, 2010) Kausa Penyebab tersering infeksi saluran kemih pada anak baik simtomatis maupun asimtomatis adalah bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli (70-80%). Bakteri lain yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih seperti Klebsiella, Proteus, Staphylococcus saphrophyticus, coagulase-negative staphylococcus, Pseudomonas aeroginosa, Streptococcus fecalis dan Streptococcus agalactiiae sangat jarang ditemukan. Biasanya bakteri ini bisa muncul pada ISK nosokomial (Rusdidjas dan Ramayati, 2010). Escherichia coli bertanggung jawab atas >80% infeksi pertama dan 75% infeksi ulangan. Organisme seperti Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Pseudomonas lebih sering ditemukan pada ISK dengan komplikasi atau infeksi berulang dan mereka menyebabkan 15% infeksi tambahan. Penyebab ISK lainnya juga dapat berasal dari bakteri anaerobik, seperti Clostridium perfingens, dan spesies Bacteroides serta Fusobacterium yang biasanya dijumpai pada obstruksi dan stasis urinaria. Selain itu, mycobacterium tuberculosis dan beberapa jamur lain terkadang juga menjadi penyebab ISK. Sedangkan virus, belum didapatkan patogenesis yang jelas, namun adenovirus tipe 2 telah diimplikasikan pada sistisis hemoragik (Rudolph et al., 2006).

3 8 Staphylococcus saprophyticus, terutama di kalangan remaja perempuan yang aktif secara seksual sedangkan kelompok streptokokus B lebih sering mengenai neonatus. Jamur (Candida Species) juga dapat menyebabkan ISK, terutama setelah instrumentasi saluran kemih. Adenovirus merupakan penyebab yang jarang dari ISK namun dapat menyebabkan sistitis hemoragik (Finnell, 2011) Faktor Risiko Berbagai faktor baik internal (Host) maupun eksternal (environment) telah diyakini berpengaruh terhadap terjadinya Infeksi Saluran Kemih. Faktor internal seperti kelainan anatomi baik kongenital maupun didapat merupakan faktor yang jelas dapat menyebabkan ISK. Stasis urin dan hambatan aliran urin menjadi faktor risiko mayor yang dapat diakibatkan oleh kelainan anatomi, tumor ginjal, nefrolitiasis, kateter urin yang dipasang terlalu lama, megaureter, ureteropelvic junction, dan lain-lain. Selain itu Refluks vesikoureteral primer (70% kasus) dan sekunder akibat obstruksi traktus urinarius juga merupakan faktor risiko ISK kronis dan meningkatkan kejadian parut ginjal pada anak. Refluks vesikoureteral adalah suatu keadaan terjadinya aliran balik urin dari vesika urinaria ke ureter dan dapat mencapai ginjal. Ginjal yang terpapar aliran balik urin tadi dapat mengakibatkan infeksi akibat pengosongan ureter dan kandung kemih yang tidak tuntas (Marcdante, 2014). Jenis kelainan anatomi lain seperti ureterokel, divertikulum kandung kemih juga menjadi faktor risiko terjadinya ISK pada anak dengan meningkatkan perlengketan mikroorganisme pada mukosa saluran kemih (Syahny, 2012). Selain faktor tersebut, faktor lain pada anak juga ikut mempengaruhi tingkat prevalensi ISK. Prevalensi tersebut bervariasi bergantung oleh faktor risiko ISK yaitu :

4 9 1. Usia Kejadian ISK pertama kali sangat tinggi pada tahun pertama kehidupan dan menurun setelah itu. Prevalensi keseluruhan ISK pada bayi yang mengalami demam adalah 7,0%. Sedangkan tingkat kejadian pada anak perempuan berdasarkan usia 0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-12 bulan, dan >12 bulan berturut-turut adalah 7,5%, 5,7%, 8,3%, 2,1% (Shaikh et al., 2008). Pada masa neonatus, laki-laki memiliki risiko lebih tinggi terkena ISK dibanding perempuan, tetapi belum ada penjelasan yang jelas. Namun, keadaan ini dikaitkan dengan kematuran fungsional mekanisme pertahanan lokal pada anak laki-laki yang lebih lambat dibanding perempuan. Berbeda dengan masa sekolah, angka kejadian pada anak perempuan 30 kali lebih tinggi dibanding anak laki-laki (Rudolph et al., 2006). 2. Jenis Kelamin Jenis kelamin erat kaitannya dengan struktur anatomi. Pada laki-laki, saluran kemih memiliki struktur yang lebih panjang dibanding perempuan. Uretra perempuan yang pendek memudahkan terjadinya infeksi secara ascendens (Rudolph et al., 2006). Pengaruh higienitas dan perilaku toilet training terutama cara cebok dari depan ke belakang juga mempengaruhi mikroorganisme mencapai saluran kemih secara asenden (Natalia dkk, 2006) Patogenesis Patogenesis ISK bergantung dari beberapa faktor, yaitu host, lingkungan dan virulensi organisme. Bakteri yang menginfeksi dapat berasal dari ginjal, pielum, vesikaurinaria ataupun uretra. Selain itu terjadinya infeksi juga bergantung dari faktor risiko yang ikut berperan, seperti kelainan anatomi sistem kemih, obstruksi urin, refluks ataupun konstipasi yang lama. Pada bayi biasanya bakteri bisa berasal dari penjalaran secara asending dari tinjanya sendiri (Rusdidjas dan Ramayati, 2010).

5 10 Faktor pejamu (Host) sangat penting dalam hal mekanisme perlindungan. Mukosa saluran kemih, glikoprotein yang menghambat perlekatan bakteri merupakan suatu mekanisme pertahanan alamiah pejamu (Syahny, 2012). ISK biasanya berkembang ketika uropatogen secara ascendens mencapai vesica urinaria (VU) melalui uretra. Dari VU, patogen dapat menyebar ke saluran kemih lain seperti ginjal (pielonefritis) dan tidak menutup kemungkinan menyebar ke aliran darah (bekteremia). Urin dalam uretra proksimal dan kandung kemih biasanya steril. Masuknya bakteri ke dalam kandung kemih bisa terjadi akibat aliran turbulen selama berkemih normal, disfungsi berkemih, atau kateterisasi. Patogen juga dapat menginfeksi saluran kemih melalui penyebaran langsung melalui rute fecal-perineum-uretra (Finnell, 2011). Pada saat organisme mencapai target sasaran, mereka akan melekat ke sel epitel berkorelasi dengan phili dan fimbriae bakteri. Pili melekat ke suatu reseptor spesifik pada sel epitel. Disamping daya lekat, beberapa strain bakteri memiliki sifat berupa kemampuan hidup dan tumbuh didalam urin, dan kemampuan ini berkorelasi langsung dengan kapasitas organisme dapat menyebabkan pielonefritis. Selain itu, seperti halnya kapsul dari E.coli atau antigen K dapat memengaruhi resistensi organisme terhadap fagositosis. Sehingga bakteri lebih mudah untuk berkembang (Rudolph et al., 2006). Karakteristik bakteri yang memiliki toksin yang mengganggu peristaltik normal ureter dan adanya faktor adhesi, fimbria ataupun fili menyebabkan brkurangnya bakteri yang dikeluarkan melalui urin saat proses miksi, sehingga bakteri dapat naik ke ureter walaupun tanpa adanya refluks vesikoureter. Terdapat 2 jenis fimbria yang mampu melekat pada sel uroepitel. Tipe 1 banyak ditemukan pada bakteri E. Coli. Perlekatan fimbria tipe ini dapat dihambat oleh D-mannose, sehingga fimbria dapat diubah menjadi mannose-sensitive yang tidak memiliki peranan dalam pyelonefritis. Namun, pada fimbria tipe 2 yang ditemukan pada sebagian strain E. Coli tidak berperan dalam terjadinya pyelonefritis. Tetapi reseptor dari fimbria tipe ini yaitu glycosphingolipid dapat dijumpai di sel uroepitel dan eritrosit, sehingga tipe ini dapat menyebabkan aglutinasi dari eritrosit (Syahny, 2012).

6 Diagnosis Gambaran Klinis Gambaran klinis ISK pada anak bervariasi berdasarkan usia. Pada neonatus, gejala cenderung lebih sistemik dibandingkan dengan Batita, dan yang lebih tua. Gambaran yang paling sering adalah kegagalan tumbuh kembang serta nafsu makan yang kurang, muntah, dan diare. Sekitar 30% bayi dengan ISK yang simtomatik menunjukkan gejala sistem saraf pusat (SSP) yaitu, letargi, iritabilitas, serangan kejang dan koma, sedangkan 20% menunjukkan tanda septikemia dan kolik hanya berkisar 5% (Rudolph et al., 2006). Gejala pada masa neonatus tidak spesifik. Gejala seperti apati, anoreksia, ikterus atau kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen dapat muncul. Demam terkadang tidak begitu tinggi dan sering tidak terdeteksi. Kadang-kadang gejala klinik hanya berupa apati dan warna kulit keabu-abuan (grayish colour). Anak yang mengalami pielonefritis dapat menunjukkan demam tinggi disertai menggigil, gejala saluran cerna seperti mual, muntah, diare. Nyeri pinggang dapat ditemukan, disertai gejala neurologis seperti iritabel dan kejang (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Anak usia 0-2 bulan dengan ISK memiliki gejala seperti jaundice, demam, gagal tumbuh kembang, nafsu makan yang buruk, muntah, dan iritabilitas. Bayi dan anak usia 2 bulan sampai 2 tahun yang terkena ISK menampilkan gejala seperti demam >38 C (suhu rektum dan membran timpani), iritabilitas, nafsu makan yang buruk, muntah, nyeri abdomen, dan urin yang berbau tajam (Schroeder, 2015). Batita dan pra-sekolah (usia 2-6 tahun) dapat menampilkan gejala seperti demam, nyeri perut bawah, muntah, urin berbau tajam, enuresis dan urinary simptoms (disuria, urgensi, frekuensi). Anak usia sekolah (>6 tahun) bisa menampilkan gejala seperti pada anak pra sekolah namun dengan urinary simptoms (disuria, urgensi, frekuensi) yang lebih menonjol dan gejala tambahan seperti nyeri punggung, incontinence, dan urin berbau tajam.

7 12 Pemeriksaan fisik dapat dijumpai nyeri sudut costovertebral, nyeri perut dan suprapubik saat palpasi, dan VU teraba (Prentiss, 2011). Miesien (2006) menuliskan sebaran gejala klinis ISK pada anak di RS dr.cipto Mangunkusumo berdasarkan kelompok usia berkisar 2 bulan hingga 5 tahun. Kasus ISK terbanyak usia 2 bulan 2 tahun (32 anak dari 50 total subyek). Didapatkan lima gejala klinis terbanyak yaitu nafsu makan menurun pada 28 anak, demam 2-7 hari dialami 17 anak, diare pada 21 anak, kencing tidak lancar dialami 17 anak dan muntah pada 15 anak, sedangkan konstipasi hanya dialami oleh 2 orang anak. Tiga tanda klinis lain terbanyak lainnya adalah demam, balanitis dan ikterus. Sebagian besar pemeriksaan penunjang normal Pemeriksaan Urin Urinalisis Pemeriksaan urinalisis terdiri dari leukosituria, nitrit, leukosit esterase, protein, dan darah. Leukosituria merupakan tanda yang mengarah kepada bakteriuria, bukan sebagai diagnostik spesifik dalam menentukan ISK atau bukan ISK. Namun, pada anak ISK biasanya ditemukan leukosituria sekitar 80-90% disetiap episode ISK simtomatik. Dalam hal ini, hasil leukosituria yang negatif tidak menyingkirkan kemungkinan ISK. Pada infeksi kuman Proteus sp., Klamidia sp., dan ureaplasma urealitikum perlu pertimbangan untuk leukosituria dengan urin steril (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Piuria (leukosituria, ditemukan >10 leukosit/mm3) menunjukkan adanya infeksi, namun tidak hanya pada ISK tetapi dapat juga ditemukan pada kasus uretritis, vaginitis, nefrolitiasis, glomerulonefritis, dan nefritis interstisialis (Marcdante, 2014). Pemeriksaan dengan stik urin dapat mendeteksi adanya leukosit esterase yang merupakan suatu enzim didalam leukosit neutrofil yang mewakili gambaran banyaknya leukosit dalam urin. Dalam urin normal, tidak ditemukan kadar nitrit, terkecuali nitrat yang diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Uji nitrit merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap bakteri dalam urin.

8 13 Sehingga uji nitrat positif dapat menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri dalam urin. Namun uji urin ini bergantung dengan berat jenis urin. Semakin tinggi berat jenis, maka sensisitivitas uji nitrit akan menurun. Pemeriksaan lain seperti protein dan darah dalam urin tidak dijadikan sebagai indikator diagnostik, walaupun sebagian besar hematuria dapat menyertai ISK. Protein dan darah memiliki sensitivitas dan spesifitas rendah dalam diagnostik urin (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Pemeriksaan urinalisis menurut American Academy of Pediatric (1999) didapatkan nilai yang signifikan dalam mendiagnosis ISK. Leukosit Esterase (LE) memiliki nilai sensitivitas dan spesifitas masing-masing 83% dan 84%. Jika dikombinasi dengan 2 parameter, yaitu leukosit esterase dan nitrit akan didapatkan nilai sensitivitas 88% dan spesifitas 93%. Sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopik cat gram memiliki sensitivitas 93% dan spesifitas 95%. Purbanugraha (2012) melakukan uji diagnostik pada 140 anak dengan ISK di RSUP Sardjito pada tahun , didapatkan bahwa pemeriksaan dengan kombinasi menghasilkan nilai sensitivitas dan spesifitas yang semakin tinggi. Pemeriksaan mikroskopik dengan pengecatan gram memiliki sensitivitas dan spesifitas masing-masing 76% dan 95%, nitrit dengan nilai sensitivitas 60% dan spesifitas 93%, sedangkan LE dengan nilai sensistivitas 88% dan spesifitas 71%. Uji diagnostik dengan 2 parameter didapatkan nilai yang semakin baik, yaitu sensitivitas 88% dan spesifitas 94% pada pengecatan gram dan LE. Uji diagnostik juga dilakukan dengan mengkombinasi 3 parameter yaitu gram, nitrit, dan LE memiliki sensitivitas dan spesifitas masing-masing 91% dan 92% Dipstick test Tes dipstik urin yaitu reagen strip berupa strip plastik dengan kertas seluloid yang merupakan kombinasi pemeriksaan leukosit esterase dan nitrit memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (masing-masing 88% dan 93%) untuk mendeteksi adanya ISK (Marcdante, 2014).

9 14 Dalam sebuah studi pada bayi demam berusia 1-90 hari, telah dibuktikan bahwa dengan tes dipstik saja sudah cukup memberikan gambaran ISK awal yang memadai dibandingkan dengan tes miksroskopis (Glissmeyer, 2014) Kultur urin Kultur urin merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Urin dibiakan dalam media agar darah dan McConkey. Dalam hal ini, tidak semua bakteri dapat tumbuh baik pada media tersebut, sehingga untuk bakteri yang tidak lazim pada ISK harus memerlukan media kultur khusus. Urin yang digunakan untuk kultur dapat diperoleh dengan cara aspirasi suprapubik, kateter urin, pancar tengah (midstream), dan menggunakan urine collector. Aspirasi suprapubik adalah cara terbaik untuk menghindari kontaminasi urin. Setelah sampel urin didapat, maka harus segera dibiakkan di laboratorium mikrobiologi. Pengiriman bahan yang terlalu lama atau sampel urin berada dalam suhu kamar lebih dari ½ jam, maka kuman dapat membiak dengan cepat sehingga memberikan hasil biakan positif palsu. Jika tidak langsung dikultur, maka bahan tadi dapat disimpan dalam lemari es pada suhu 40 C selama jam sebelum dibiak. Teknik pengambilan sampel urin, waktu, dan keadaan klinik sangat bergantung pada interpretasi hasil biakan urin (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Pada pengambilan midstream urine dianggap bakteriuria bermakna jika terdapat CFU/ml (colony forming unit) bakteri yang tumbuh dari organisme tunggal. Urin yang didapatkan dari kateterisasi, akan dianggap bakteriuria bermakna jika ditemukan bakteri lebih dari CFU/ml. Urin yang diperoleh dengan dengan aspirasi suprapubik dianggap bakteriuria bermakna jika ditemukan 1000 CFU/ml pertumbuhan bakteri dari satu organisme. Meskipun metode aspirasi suprapubik merupakan cara yang paling baik untuk kultur, namun pada bayi hanya dilakukan apabila bayi tersebut tidak dapat berkemih selama 1-3 jam (Marcdante, 2014).

10 Pemeriksaan Penunjang USG (Ultrasonografi) Ultrasonografi dari saluran kemih telah diganti menjadi pyelographyintravena (IVP) sebagai studi pencitraan pilihan pada anak dengan ISK. The AAP Clinical Practice Guidelines merekomendasikan pemeriksaan USG secara rutin pada anak usia 2-24 bulan setelah terkena demam ISK pertama. USG sangat aman digunakan, bersifat non-invasif dan juga mudah digunakan. Pemeriksaan USG memberikan informasi yang sangat terbatas terhadap adanya parut ginjal (renal scarring), namun dapat digunakan untuk menyingkirkan adanya kelainan anatomi (Marcdante, 2014) VCUG (Voiding Cystourethrogram) VCUG merupakan pencitraan yang terbaik dalam mendeteksi refluks vesikoureteral. Dahulu VCUG telah direkomendasikan untuk bayi dan anak-anak setelah demam ISK pertama. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa sebagian besar ISK bagian atas terjadi karena infeksi kandung kemih dan refluksvesicoureteral (VUR) mentransfer bakteri dikandung kemih ke ginjal. Namun, penelitian scintigraphic telah menunjukkan bahwa banyak anak-anak dengan pielonefritis tidak memiliki bukti VUR. VCUG diindikasikan jika hasil USG ginjal dan kandung kemih ditemukan hidronefrosis, jaringan parut, atau temuan lain yang menyarankan baik bermutu tinggi VUR atau uropati obstruktif (American Academy of Pediatrics, 2011). VCUG dibagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkat 1 yang hanya melibatkan ureter, sampai tingkat ke-5 yang dapat memperlihatkan pelebaran menyeluruh pada ureter dan obliterasi pada kaliks ginjal dan anatomi panggul (Marcdante, 2014) Pemeriksaan Pencitraan Lainnya Selain USG, jenis pemeriksaan pencitraan lainnya adalah miksiosistouretrografi (MSU), PIV (pielografi inravena), skintigrafi DMSA (dimercapto succinic acid), CT-scan dan magnetic resonance imaging (MRI).

11 16 Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi kelainan anatomi dan fungsional ginjal yang dapat menjadi faktor predisposisi ISK pada anak. Menurut rekomendasi NICE 2007, pemeriksan pencitraan pada anak dengan ISK, dibedakan menjadi rekomendasi untuk bayi < 6 bulan, bayi 6 bulan hingga 3 tahun, dan untuk anak > 3 tahun (UKK Nefrologi IDAI, 2011) Algoritma pencitraan Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada anak, IDAI (2011), algoritma pencitraan dibagi menurut usia, yaitu : 1) Usia < 6 bulan <6 Bulan Responsif antibiotik dalam 48 jam ISK Atipik ISK Berulang USG Normal Observasi Abnormal MSU USG + DMSA/PIV + MSU USG + DMSA/PIV + MSU 2) Usia 6 bulan 3 tahun 6 bulan-3 tahun ISK Atipikal ISK Berulang Responsif antibiotik dalam 48 jam USG+DMSA/PIV USG+DMSA/PIV Normal Abnormal Normal Abnormal Observasi Observasi MSU Observasi MSU

12 17 3) >3 tahun >3 tahun ISK Atipikal ISK Berulang Responsif antibiotik dalam 48 jam USG USG+DMSA/PIV Normal Observasi Kelainan Major DMSA/PIV Observasi Normal Abnormal MSU Terapi Pada anak dengan gejala klinis dan hasil kultur urin positif ISK perlu diberikan terapi empiris yang sesuai. Sama halnya pada anak dengan gejala negatif namun didapatkan hasil kultur positif, harus diberikan terapi antibiotik secara parenteral ataupun oral. Neonatus yang terkena ISK diberikan antibiotik secara parenteral selama hari, sedangkan anak-anak yang lebih tua diberikan terapi selama 7-14 hari dengan antibiotik oral. Trimethoprimsulfamethoxazole (TMP-SMZ) masih sering digunakan walaupun dengan tingkat resistensi tinggi. Jika bayi dan anak tidak menunjukkan respon klinis setelah pemberian antibiotik selama 2 hari, harus dievaluasi ulang dengan mengambil ulang sampel urin untuk kultur kembali, serta menjalani pemeriksaan USG, VCUG segera (Marcdante, 2014).

13 18 Tabel 2. Pilihan antimikroba parenteral pada infeksi saluran kemih (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Jenis antibiotik Seftriakson Sefotaksim Seftazidim Sefazolin Gentamisin Amikasin Tobramisin Tikarsilin Ampisilin Dosis per hari 75 mg/kgbb/hari 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam Tabel 3. Pilihan antibiotik oral untuk ISK anak (Robinson et al.,2011). Drug Dosage per day Amoxicillin 50 mg/kg/day (dibagi dalam 3 dosis ) Amoxicillin/clavulanate (7:1 formulation) 40 mg/kg/day (dibagi dalam 3 dosis) Co-trimoxazole 8 mg/kg/day of the trimethoprim component, dibagi dalam 2 dosis (0.5 ml/kg/dose) Cefixime 8 mg/kg/day (single dose ) Cefprozil Cephalexin Ciprofloxacin* 30 mg/kg/day (dibagi dalam 2 dosis) 50 mg/kg/day (dibagi dalam 2 dosis) 30 mg/g/day (dibagi dalam 2 dosis) Selain terapi kausal terhadap infeksi, pengobatan suportif dapat dipertimbangkan. Pada anak dengan gejala demam dan muntah dapat diberikan tambahan cairan. Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin diuresis yang lancar. Gejala disuria dapat diberikan fenazopiridin HCl (Pyridium) dengan dosis 7 10 mg/ kgbb/hari. Perawatan di rumah sakit diperlukan bagi pasien sakit berat seperti demam tinggi, muntah, sakit perut maupun sakit pinggang. Edukasi yang baik juga sangat diperlukan.

14 19 Anak yang sudah besar dapat disuruh untuk mengosongkan kandung kemih setiap miksi. Higiene perineum perlu ditekankan terutama pada anak perempuan (UKK Nefrologi IDAI, 2011) Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul karena ISK menurut UKK Nefrologi IDAI (2011) adalah gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis. ISK jangka panjang dapat menyebabkan parut ginjal (8-40% pasien setelah mengalami pielonefritis akut). Keadaan ini dapat meningkat pada usia yang lebih muda, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah hipertensi dan gagal ginjal Prognosis Prognosis ISK anak bergantung dari banyak hal. Kekambuhan pada ISK cukup tinggi yaitu 25-40% dan sering terjadi setelah 2 3 minggu setelah terapi. Maka dari itu, perlu kultur urin ulang 1 2 minggu setelah terapi selesai. Tingkatan dari refluk juga akan mempengaruhi lamanya penyembuhan, dimana refluk tingkat 1 dan 3 memiliki angka kesembuhan 13% tahun dan tingkat 4-5 hanya 5% pertahun (Marcdante, 2014).

15 Kerangka Teori Kelainan Anatomi : 70% kasus (Marcdante, 2014) Usia : Usia sekolah 30x meningkat pada wanita (Shaikh et al., 2008) Jenis Kelamin : Laki-laki > wanita pada neonatus. Wanita > laki-laki pada usia lebih tua. (Rudolph et al.,2006) Antibiotik Per-oral Parenteral Infeksi Saluran Kemih ISK atas (Pielonefritis) ISK bawah (sistisis) (Rusdidjas dan Ramayati, 2010) (UKK Nefrologi IDAI,2011) Bakteri : 80% E.Coli (Rudolph et al.,2006) Virus : Adenovirus (Rudolph et al.,2006) Fungi : Clostridium Perfingens Gambaran Klinis Demam Iritabilitas Mual,muntah Diare Nyeri pinggang Gagal tumbuh Urinary symptoms Komplikasi Gagal ginjal akut Bakteremia Sepsis Meningitis (UKK Nefrologi IDAI,2011) ISK simpleks (tanpa komplikasi) ISK kompleks (dengan komplikasi) (UKK Nefrologi IDAI,2011) ISK relaps ISK berulang (UKK Nefrologi IDAI,2011) (Rudolph et al.,2006) (UKK Nefrologi IDAI,2011) Urinalisis : mikroskopis gram, nitrit dan LE (sensitivitas 91%, spesifitas 92%) (Purbanugraha,2012) Dipstick : sensitivitas 88%, spesifisitas 93% (Marcdante,2014) Kultur Urin : Gold Standar (UKK Nefrologi IDAI,2011)

16 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Tergantung Variabel Bebas Infeksi Saluran Kemih pada Anak Usia Jenis Kelamin 2.4 Hipotesis Usia dan jenis kelamin merupakan faktor risiko terjadinya Infeksi Saluran Kemih pada anak usia 0-18 tahun di RS PKU Muhammadiyah Bantul tahun

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi dan prevalensi infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium yang melapisi saluran kemih karena adanya invasi bakteri dan ditandai dengan bakteriuria dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Periode anak adalah masa yang sangat penting dalam hal tumbuh dan kembang. Kesehatan anak merupakan syarat penting bagi kelangsungan tumbuh kembang yang optimal. Menurut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Subyek Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2016. Subyek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. sepsis terbanyak setelah infeksi saluran nafas (Mangatas, 2004). Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan populasi manusia setiap tahunnya. ISK merupakan penyebab sepsis terbanyak setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di

BAB I PENDAHULUAN. (ureteritis), jaringan ginjal (pyelonefritis). 1. memiliki nilai kejadian yang tinggi di masyarakat, menurut laporan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran kemih. Saluran kemih yang bisa terinfeksi antara lain urethra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri patogen dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK) 2.1.1 Terminologi Infeksi saluran kemih (ISK) berkaitan dengan interaksi virulensi bakteri dan host. ISK berhubungan dengan interaksi antara bakteri

Lebih terperinci

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID :

Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kriteria Diagnosis Berdasaran IDSA/ESCMID : Kategori Presentasi Klinis Laboratorium ISK non-komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Pielonefritis non komplikata akut ISK komplikata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih atau yang sering kita sebut dengan ISK adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi klinis yang kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK OLEH: ARIES YUNANDA

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK OLEH: ARIES YUNANDA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK OLEH: ARIES YUNANDA PENDAHULUAN Infeksi saluran kemih (ISK)/ urinary tract infection (UTI), pada anak sering ditemukan dan merupakan penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di indonesia kasus-kasus penyakit yang disebabkan oleh infeksi sering diderita oleh masyarakat kita, salah satu infeksi yang diketahui adalah infeksi organ urogenitalia.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita 6 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Bakteriuria Asimtomatik lnfeksi saluran kemih merupakan gangguan yang sering timbul baik pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Bakteriuria pada wanita hamil perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi saluran pernafasan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalensi infeksi saluran kemih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Urosepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi proses aktivitas proses inflamasi.

Lebih terperinci

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) UNIT KERJA KOORDINASI (UKK) NEFROLOGI KONSENSUS INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) UNIT KERJA KOORDINASI (UKK) NEFROLOGI KONSENSUS INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) UNIT KERJA KOORDINASI (UKK) NEFROLOGI KONSENSUS INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK Disusun oleh: Dr. Sudung O. Pardede, Sp.A(K) Prof. Dr. Taralan Tambunan, Sp.A(K) Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering ditemukan dalam praktek klinik (Hvidberg et al., 2000). Infeksi saluran kemih (ISK)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur,

BAB 1 PENDAHULUAN. kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang menyerang saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita semua umur, ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan inflamasi di bagian sel urotelium yang melapisi saluran kemih. Infeksi saluran kemih di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling banyak terjadi. Menurut National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pielonefritis 2.1.1. Definisi Infeksi saluran kemih adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih dan mengenai parenkim ginjal dalam jumlah

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN KEMIH

INFEKSI SALURAN KEMIH TUTORIAL KLINIK INFEKSI SALURAN KEMIH Pembimbing m : dr. Albert Tri Rustamaji, Sp.PD Definisi i i Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme dl dalam urin. ISK tergantungt

Lebih terperinci

Manajemen ISK dan ISK Rekuren. Dr. dr. Johannes Cansius Prihadi, SpU

Manajemen ISK dan ISK Rekuren. Dr. dr. Johannes Cansius Prihadi, SpU Manajemen ISK dan ISK Rekuren Dr. dr. Johannes Cansius Prihadi, SpU POKOK BAHASAN PENDAHULUAN KLASIFIKASI ETIOLOGI PATOGENESIS FAKTOR RISIKO & PREDISPOSISI TATALAKSANA PENDAHULUAN ISK adalah infeksi yang

Lebih terperinci

Peranan Pencitraan dalam Deteksi Kelainan Anatomik pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih Atas. Rini Andriani

Peranan Pencitraan dalam Deteksi Kelainan Anatomik pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih Atas. Rini Andriani Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.2 April - Juni Tinjauan Pustaka Peranan Pencitraan dalam Deteksi Kelainan Anatomik pada Anak dengan Infeksi Saluran Kemih Atas Rini Andriani Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistitis merupakan keadaan adanya infeksi berupa pertumbuhan dan. perkembangbiakan mikroorganisme dalam kandung kemih dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sistitis merupakan keadaan adanya infeksi berupa pertumbuhan dan. perkembangbiakan mikroorganisme dalam kandung kemih dengan jumlah 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistitis merupakan keadaan adanya infeksi berupa pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme dalam kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna, (Harson

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi saluran kemih paska kateterisasi urin pada anak Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau kontaminasi dari uretra, vagina ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Johansen (2006) menyebutkan di Eropa angka kejadian ISK dirumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISK 2.1.1 Definisi ISK adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih bagian traktus urinarius terinfeksi oleh bakteri yang mampu melemahkan pertahanan tubuh. 11 Kriteria ISK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu invasi mikroorganisme pada ginjal, ureter, kandung kemih, atau uretra. ISK dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, atau mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Kemih 2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. 15 ISK biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN KEMIH PADA WANITA HAMIL BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN URINALISIS RUTIN DI PUSKESMAS SUKAWARNA BANDUNG Adina Pertamigraha, 2008; Pembimbing I : Aloysius Suriawan, dr.,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009). BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering dinegara maju, setelah penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Penelitian dengan judul Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pengobatan Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel. urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh

PENDAHULUAN. Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel. urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistitis adalah suatu penyakit yang merupakan reaksi inflamasi sel-sel urotelium melapisi kandung kemih. Penyakit ini disebabkan oleh berkembangbiaknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteriuria 2.1.1 Definisi Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam kultur/biakan urin dengan jumlah >10 5 /ml. 3 Terdapat 2 keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Feminine hygiene merupakan cara menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan bagian luar. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan membilas secara benar. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Kemih 2.1.1. Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme di dalam urin. Pada kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR TEORI

BAB I KONSEP DASAR TEORI BAB I KONSEP DASAR TEORI A. Pengertian Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002) Pielonefritis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan adanya bakteri dalam urin (bakteriuria). Bakteriuria bermakna bila menunjukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia adalah keberadaan bakteri pada darah yang dapat mengakibatkan sepsis (Tiflah, 2006). Sepsis merupakan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing II : Triswaty Winata,dr,M.Kes. ABSTRAK SKRINING INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA KARYAWAN TAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DENGAN URINALISIS RUTIN, DIPSTIK, DAN PEWARNAAN Sternheimer Malbin PERIODE 2008-2009 Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berada di saluran kemih manusia. Organ-organ pada saluran kemih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan Anak II Disusun oleh : Maizan Rahmatina Putri Pamungkasari Vinda Astri

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan anak merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS. ABSTRAK POLA DAN KEPEKAAN MIKROORGANISME HASIL KULTUR URINE PASIEN RAWAT INAP DI RUANG ICU RS IMMANUEL BANDUNG TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PERIODE 2006 2008 Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M,

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:

Kasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan: Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT 0 EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : ASTRI KURNIASIH K 100060214 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran

BAB II TINJAUAN PUSKATA. dijumpai wanita maupun pria. Wanita lebih sering menderita infeksi saluran BAB II TINJAUAN PUSKATA A. Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih adalah yang di tandai dengan berkembang biaknya mikro organisme dalam saluran kemih. Saluran kemih yang normal tidak mengandung bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia laki-laki yang terletak mengelilingi vesica urinaria dan uretra proksimalis. Kelenjar prostat dapat mengalami pembesaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit, saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran kemih. 5 Invasi Candida spp pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit, saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran kemih. 5 Invasi Candida spp pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Candiduria 2.1.1 Definisi Invasi jamur khususnya Candida spp. bisa terjadi pada berbagai organ tubuh seperti kulit, saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran kemih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang.Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis adalah puncak interaksi kompleks mikroorganisme penyebab infeksi dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE, 2000).The American College

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi bakteri yang paling umum. Wanita lebih sering mengalami ISK dibanding pria. Hampir 1 dari 3 wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN KEMIH KOMPLEKS

INFEKSI SALURAN KEMIH KOMPLEKS INFEKSI SALURAN KEMIH KOMPLEKS Emma Hidayanti Dedi Rachmadi Mei 2008 Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih (Tessy et al., 2001). Infeksi

Lebih terperinci

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

PATOGENISITAS MIKROORGANISME PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit

Lebih terperinci

Bakteriuria Asimtomatik pada Anak Sekolah Dasar Laki-laki dan Perempuan Usia 9-12 tahun

Bakteriuria Asimtomatik pada Anak Sekolah Dasar Laki-laki dan Perempuan Usia 9-12 tahun Sari Pediatri, Vol. 3, No. 2, September 2001: 67-71 Bakteriuria Asimtomatik pada Anak Sekolah Dasar Laki-laki dan Perempuan Usia 9-12 tahun Sondang M. Lumbanbatu, Rusdidjas, Rafita Ramayati, Ramona Tobing

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA .. UNIVERSITAS INDONESIA POLA KEPEKAAN BAKTERI GRAM NEGATIF DARI PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH TERHADAP ANTIBIOTIK GENTAMISIN DAN KOTRIMOKSAZOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK FKUI TAHUN 2001-2005 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme dalam urin (bakteriuria) yang bermakna (significant bacteriuria)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme dalam urin (bakteriuria) yang bermakna (significant bacteriuria) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang menunjukan adanya mikroorganisme dalam urin (bakteriuria) yang bermakna (significant bacteriuria) (Sudoyo

Lebih terperinci

BATU SALURAN KEMIH. Dr. Maimun Syukri, Sp.PD

BATU SALURAN KEMIH. Dr. Maimun Syukri, Sp.PD BATU SALURAN KEMIH Dr. Maimun Syukri, Sp.PD PENDAHULUAN BSK Masalah masa kini dan mendatang Batu kandung kemih Batu ginjal PATOGENESIS BSK Faktor Genetik Kurangnya faktor protektif Faktor biologis Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik untuk Pengobatan ISPA pada Balita Rawat Inap di RSUD Kab Bangka Tengah Periode 2015

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK ) URINARY TRACT INFECTION ( UTI )

INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK ) URINARY TRACT INFECTION ( UTI ) INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK ) URINARY TRACT INFECTION ( UTI ). URINE YANG NORMAL = STERIL DEFINISI ISK: BILA KULTUR URINE ADA SIGNIFICANT BACTERIURIA SBU = BILA DITEMUKAN 100.000 KOLONI PER ML URINE YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah serius di dunia kesehatan. Stroke merupakan penyakit pembunuh nomor dua di dunia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Kemih Infeksi saluran kemih merupakan salah satu infeksi dalam praktik klinik yang sering ditemukan. Lebih dari 25% perempuan akan mengalami ISK paling tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus adalah kelompok penyakit yang terjadi akibat gangguan sistem endokrin yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah. Beberapa tahun terakhir

Lebih terperinci

EVALUASI LEUKOSITURIA PADA TERSANGKA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PERIODE JULI DESEMBER 2014

EVALUASI LEUKOSITURIA PADA TERSANGKA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PERIODE JULI DESEMBER 2014 EVALUASI LEUKOSITURIA PADA TERSANGKA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG PERIODE JULI DESEMBER 2014 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal pembesaran prostat jinak sering ditemukan pada pria dengan usia lanjut. BPH adalah kondisi dimana terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat saat ini. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat saat ini. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan yang serius di kalangan masyarakat saat ini. Salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi adalah infeksi saluran

Lebih terperinci

Modul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :

Modul: Batu Ureter. Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk : Modul: Batu Ureter Mengembangkan kompetensi Sesi didalam kelas Sesi dengan fasilitas pembimbing Sesi praktek dan pencapaian kompetensi Waktu.. x 2 jam (classroom session).. minggu (coaching session) 12

Lebih terperinci