LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI MALUKU UTARA RESES MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI MALUKU UTARA RESES MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG"

Transkripsi

1 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI MALUKU UTARA RESES MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bidang energi kita masih menghadapi tantangan utama, berupa peningkatan kebutuhan dan konsumsi yang tidak diimbangi secara proporsional oleh ketersediaan dan peningkatan pasokan. Di sektor ketenagalistrikan kita juga dihadapkan pada persoalan keterbatasan pasokan energi listrik yang belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Termasuk di Provinsi Maluku Utara, yang juga masih terdapat masalah pemenuhan kebutuhan listrik, padahal provinsi ini juga memiliki sumber energi yang cukup banyak dan beragam, selain itu juga memiliki potensi energi yang dapat dikembangkan. Provinsi Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 805 buah pulau besar dan kecil, sekitar 82 pulau yang dihuni dan 723 pulau yang belum dihuni. Dalam pemenuhan kebutuhan energi termasuk salah satu wilayah yang akan diterapkan BBM satu harga. Tahap pertama tahun 2017 ini ditargetkan dengan membangun semacam SPBU mini atau Lembaga Penyalur di 22 lokasi dalam 14 provinsi, Provinsi Maluku Utara termasuk di dalamnya. Halmahera akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur dengan program utama adalah pengembangan industri pengolahan tambang yaitu ferro nikel dan industri hilirnya untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi. Selain itu, di Morotai juga akan dikembangkan kawasan industri pengolahan dan pariwisata. Namun Rasio jumlah pelanggan rumah tangga berlistrik PLN pada tahun 2015 untuk Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 71,79%.Beban puncak gabungan sistem-sistem kelistrikan di Provinsi Maluku Utara saat ini sekitar 58,6 MW. Padahal Di Pulau Halmahera terdapat beberapa potensi energi panas bumi yang cukup besar yaitu mencapai 40 MW yang akan dikembangkan menjadi PLTP Jailolo. Di Telaga Ranu dengan juga terdapat potensi PLTP dengan cadangan terduga sebesar 85 MWe dan Gunung Hamiding sebesar 265 MWe. Di Pulau Bacan juga terdapat potensi sumber panas bumi yaitu di Songa Wayaua namun tidak terlalu besar. Sumber energi primer lainnya adalah tenaga air namun tidak besar dan hanya dapat

3 dikembangkan menjadi PLTM untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat setempat PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (Antam) akan membangun pabrik pengolahan feronikel dengan kapasitas hingga ton di Halmahera Timur. Pembangunan pabrik feronikel ini akan dibangun oleh konsorsium PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan Kawasaki Heavy Industries Ltd. Pembangunan pabrik feronikel terbagi dalam tiga tahap, di tahap pertama Antam menggelontorkan dana sebesar Rp 3,5 triliun yang didapatkan dari Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2015 lalu. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, Komisi VII DPR RI memandang perlu untuk menjadikan Provinsi Maluku Utara sebagai obyek kunjungan pada reses Masa Persidangan IV Tahun Sidang Kunjungan ini dalam rangka melakukan fungsi pengawasan dan kegiatan untuk menyerap aspirasi masyarakat dan pemerintah daerah. Melalui kunjungan kerja ini diharapkan dapat mendukung pemerintah daerah dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi serta membawa informasi dan data terkait bidang bidang kerja Komisi VII DPR RI untuk ditindak lanjuti dalam menjalankan fungsinya Dasar Hukum Dasar Hukum pelaksanaan kunjungan Komisi VII DPR RI adalah: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib. 3. Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tentang Agenda Kerja Masa Persidangan IV Tahun Sidang Maksud dan Tujuan Maksud diadakannya Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Maluku Utara adalah dalam rangka menyerap aspirasi dan melihat secara langsung perkembangan di daerah khususnya pengelolaan energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan teknologi.

4 Adapun tujuan kunjungan kerja ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan informasi dan melihat secara langsung perkembangan sektor energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan teknologi; 2. Mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi di Provinsi Maluku Utara khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral, lingkungan hidup serta riset dan teknologi; 3. Mengetahui tingkat efektivitas peran yang dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat di daerah. 4. Mengetahui kinerja dari mitra Komisi VII DPR RI dalam menjalankan TUPOKSI Waktu, Lokasi Kunjungan dan Agenda Kegiatan Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 14 Mei sd. 17 Mei 2017 dan mempunyai lokasi tujuan kunjungan ke Provinsi Maluku Utara. Sedangkan agenda kegiatan Kunjungan Kerja adalah melakukan pertemuan dengan pihak yang terkait di daerah dan meninjau langsung ke lokasi, dengan agenda sebagai berikut: 1. Kunjungan ke Depot PT. Pertamina (Persero) di Ternate, 2. Pertemuan dengan Dirjen Migas, Anggota Komite BPH Migas, dan Direksi PT. Pertamina (Persero), beserta jajarannya. 3. Pertemuan dengan Gubernur Maluku Utara, DPRD Provinsi Maluku Utara, Dirjen Migas Kementerian ESDM RI, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Kementerian Ristek Dikti RI, Dirjen Minerba Kementerian ESDM RI, Dirjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Direksi PT. Pertamina (Persero), Direksi PT. PLN (Persero), Anggota Komite BPH Migas, SKK Migas, Direksi PT. Antam (Tbk), Direktur Utama PT. Bay Nickel, Direktur Utama PT. NHM dan instansi terkait lainnya. 4. Kunjungan lapangan ke PLTD 2x3 MW di Sofifi; 5. Pertemuan dengan Dirjen Minerba Kementerian ESDM RI, Dirjen PPKL Kementerian LHK RI, Direksi PT. Antam (Tbk), Direktur Utama PT. Bay

5 Nickel, Direktur Utama PT. NHM, Kepala Dinas Pertambangan Provinsi Maluku Utara, BLHD, dan Badan Geologi beserta jajarannya. 6. Pertemuan dengan Direksi PT. PLN (Persero) beserta jajarannya; 1.5. Sasaran dan Hasil Kegiatan Sasaran dari kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Maluku Utara adalah melihat langsung untuk memperoleh informasi terkait dengan bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Lingkungan Hidup (LH), serta Riset dan Teknologi (RISTEK) serta ketenagalistrikan. Hasil kegiatan kunjungan Komisi VII DPR RI diharapkan bisa menjadi rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VII DPR RI dengan mitra terkait, khususnya dalam melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran Metodologi Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan Komisi VII DPR RI dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan (menghimpun data dan informasi awal sebagai informasi sekunder, koordinasi dengan pihak terkait, dan persiapan administrasi kegiatan) 2. Pelaksanaan kegiatan, dilakukan pertemuan dengan berbagai instansi dan melihat langsung objek kunjungan. 3. Pelaporan, berisi seluruh rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan beserta rekomendasinya. 4. Pembahasan dan tindaklanjut hasil-hasil kunjungan lapangan pada rapatrapat Komisi VII DPR RI Anggota Tim Kunjungan Kerja Kunjungan kerja ini diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR RI, yang merupakan representasi dari tiap-tiap fraksi, sebagaimana daftar dalam lampiran.

6 BAB II SEKILAS LOKASI KUNJUNGAN KERJA Provinsi Maluku Utara merupakan daerah hasil pemekaran dari Provinsi Maluku yang resmi berpisah pada tanggal 12 Oktober Provinsi Maluku Utara berada diantara 3º Lintang Utara sampai 3º Lintang Selatan dan 124º 129º Bujur Timur. Provinsi Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 805 buah pulau besar dan kecil, sekitar 82 pulau yang dihuni dan 723 pulau yang belum dihuni. Luas wilayah Provinsi Maluku Utara ,10 km2, terdiri dari luas lautan ,53 km2 atau 69,08 persen dan luas daratan ,57 km 2 atau 30,92 persen. Provinsi Maluku Utara secara administratif memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Halmahera; Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku; Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik; dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Seram. Penduduk Provinsi Maluku Utara berdasarkan Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010 sebanyak jiwa dan sampai tahun 2013 berjumlah jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayah maka tingkat kepadatan penduduk mencapai 24,74 jiwa/km 2. Terdapat empat kabupaten/kota yang mempunyai kepadatan penduduk lebih tinggi dari kepadatan penduduk provinsi, yaitu Ternate (807,89 jiwa per km2), Halmahera Utara (55,26 jiwa per km²), Halmahera Barat (40,91 jiwa per km²), dan Pulau Morotai (24,85 jiwa per km 2 ). Laju pertumbuhan rata-rata 2,24 persen pertahun pada periode Penyebaran penduduk tidak merata dan hanya terpusat pada pulaupulau kecil, sedangkan beberapa pulau besar dan sedang tidak mengalami peningkatan yang signifikan seperti di Kepulauan Sula (Pulau Taliabu, Sulabesi dan Mangoli) serta Halmahera secara keseluruhan yang terdiri dari Halut,

7 Halbar, Halteng, Haltim, dan beberapa pulau di Halmahera Selatan (Pulau Obi, Morotai, Bacan, Makian dan Kayoa). Kawasan andalan dan potensi di tiap Kabupaten / Kota di lingkungan Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada halaman berikut ini. 1. Kota Ternate Kawasan Andalan di Kota Ternate adalah: Pulau Ternate, Ternate Selatan, Ternate Utara dan Moti. Sektor unggulan di Kota Ternate ini adalah adalah: Perikanan, Perkebunan, Pariwisata, Industri, Perikanan laut, Pemerintahan, Perdagangan, Hotel & Restoran, serta Angkutan laut. Sedangkan sub sektor unggulan di Kota Ternate adalah: Perikanan budidaya, Kopra, cengkeh, pala, kakao, Wisata bahari, wisata budaya industri gerabah, serta industri perikanan laut. 2. Kota Tidore Kawasan Andalan di Kota Tidore adalah: Tidore, Tidore Selatan, Tidore Utara, Obi Utara dan Obi. Sektor unggulan di Kota Tidore ini adalah adalah: Pertanian, Perkebunan, Pariwisata, Perikanan laut, Pemerintahan, air bersih, angkutan laut. Sedangkan sub sektor unggulan di Kota Tidore adalah: tanaman pangan, Jambu mete, cengkeh, pala, Wisata bahari, wisata sejarah, wisata alam, serta Cakalang. 3. Kabupaten Halmahera Tengah Kawasan Andalan di Kabupaten Halmahera Tengah adalah: Weda, Patani dan Pulau Gebe. Sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Tengah ini adalah adalah: Perkebunan, Pariwisata, Industri, Pertambangan, Pemerintahan, air bersih, serta Perikanan laut. Sedangkan sub sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Tengah adalah: Industri kayu, wisata alam, wisata bahari, Industri perikanan laut, serta pertambangan nikel. 4. Kabupaten Halmahera Timur Kawasan Andalan di Kabupaten Halmahera Timur adalah: Wasile, Maba, Maba Selatan dan Wasile Selatan. Sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Timur ini adalah adalah: Perkebunan, Pertanian, Perikanan laut, Pertambangan, Air bersih, serta Pariwisata.

8 Sedangkan sub sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Timur adalah: Kopra, kakao, cengkeh, pala, tanaman pangan, cakalang, serta pertambangan emas. 5. Kabupaten Halmahera Selatan Kawasan Andalan di Kabupaten Halmahera Selatan adalah: Makian, Kayoa, Gane Timur, Gane Barat, Obi, Obi Selatan, Bacan, Bacan Timur dan Bacan Barat. Sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Selatan ini adalah adalah: Perkebunan, Perikanan, Industri, pertambangan, serta Pariwisata. Sedangkan sub sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Selatan adalah: kopra, kakao, vanili, cengkeh, pala, kenari, tuna dan cakalang, Industri kelautan, dan industri kayu/gerabah. 6. Kabupaten Halmahera Barat Kabupaten Halmahera Barat berada di Pulau Halmahera, secara geografis terletak di antara 10 lintang utara sampai 30 lintang utara, serta 1250 bujur timur sampai 1280 bujur timur. Kawasan Andalan di Kabupaten Halmahera Barat adalah: Jailolo, Jailolo Selatan, Sahu, Ibu dan Loloda. Sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Barat ini adalah adalah: Pertanian, Perkebunan, Pariwisata, Air bersih, serta Perikanan laut. Sedangkan sub sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Barat adalah: tanaman pangan, Kopra, cengkeh, serta wisata bahari. 7. Kabupaten Kepulauan Sula Kawasan Andalan di Kabupaten Kepulauan Sula adalah: Sanana, Mangole Timur, Sulabesi Barat, Taliabu Barat, Taliabu Timur dan Mangole Barat. Sektor unggulan di Kabupaten Kepulauan Sula ini adalah adalah: Perikanan laut, Pertambangan, Perkebunan, Kehutanan, Industri, serta Pariwisata Sedangkan sub sektor unggulan di Kabupaten Kepulauan Sula adalah: cakalang, tuna, pasir, kuarsa, koral, Kopra, jambu mete, cengkeh, pala, damar, rotan dan bambu, industri kelautan gerabah, serta industri anyamanyaman. 8. Kabupaten Halmahera Utara Secara geografis, Kabupaten Halmahera Utara berada pada posisi kordinat 10,57-20,0 lintang Utara dan 128,17-128,18 bujur timur. Kabupaten

9 Halmahera Utara (Halut) terbentuk pada 31 Mei 2003 dengan ibukota Tobelo. Secara administratif Kabupaten Halmahera Utara berbatasan dengan Kabupaten Pulau Morotai di sebelah utara, Kabupaten Halmahera Timur di sebelah timur, Kabupaten Halmahera Barat di sebelah selatan maupun barat. Kawasan Andalan di Kabupaten Halmahera Utara adalah: Tobelo, Tobelo Selatan, Galela, Morotai Utara, Morotai Loloda Utara, Kao dan Malifut. Sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Utara ini adalah adalah: Pertanian, Perkebunan, Pariwisata, serta Perikanan Sedangkan sub sektor unggulan di Kabupaten Halmahera Utara adalah: tanaman pangan, kopra, wisata alam, serta wisata bahari. 9. Kabupaten Morotai Pulau Morotai (695 mil persegi/1.800 km²) adalah nama sebuah pulau, sekaligus kabupaten definitif baru yang terletak di kepulauan Halmahera, Kepulauan Maluku, Indonesia. Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara, ia merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia. Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara. Kawasan Andalan di Kabupaten Morotai adalah: Morotai Utara, Morotai Selatan, Morotai Selatan Barat, Morotai Jaya, serta Morotai Timur. Sektor unggulan di Kabupaten Morotai ini adalah adalah: Pertanian, Perikanan, Pariwisata, Industri Kelautan, serta Pertahanan Keamanan. Sedangkan sub sektor unggulan di Kabupaten Morotai adalah: Wisata Bahari, wisata alam, wisata, budaya, wisata khusus, serta Tanaman pangan.

10 BAB III PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA 3.1. Pertemuan dengan Dirjen Migas, Anggota Komite BPH Migas, Direksi PT. Pertamina (Persero), beserta jajarannya Dalam pertemuan ini dihadiri oleh Ibu Setyorini Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM, Bapak Martin Ritonga Anggota Komite BPH Migas, Bapak Muchammad Iskandar Direktur Pemasaran PT. Pertamina (Persero) dan Bapak Hendry Achmad Drektur Bahan Bakar Minyak BPH Migas. Pertemuan dilaksanakan di ruang rapat Hotel Grand Dafam-Ternate, Maluku Utara, dalam pertemuan ini diperoleh infomasi antara lain sebagai berikut: - Pada tahun 2017 direncanakan terdapat 40 lokasi BBM satu harga akan dilaksanakan oleh PT. Pertamina (Persero). Terdapat dinamisasi dalam implementasinya karena penetapan formula baru yang ditetapkan. Dengan kondisi tersebut, PT. Pertamina (Persero) akan defisit sebesar Rp 15 Trilliun. - Wilayah kerja PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region VIII termasuk Provinsi Maluku Utara. Khusus Maluku terdapat 4 Terminal BBM yaitu Tobelo (Caps Safe: KL, Cov Days: 15 hari), Ternate (Caps Safe: KL, Cov Days: 21 hari), Labuha (Caps Safe: KL, Cov Days: 20 hari) dan Sanana (Caps Safe: KL, Cov Days: 16 hari). - Harga jual ke konsumen (One Price Policy) yaitu Premium: Rp per liter dan Solar: Rp per liter, dengan ongkos angkut sebesar Maluku dan Maluku Utara sebesar Rp. 18,71 Milliar/Bulan yang ditanggung oleh PT. Pertamina (Persero). - Pertumbuhan penjualan BBM dari tahun untuk solar mengalami kenaikan sebesar 3%, Kerosene mengalami kenaikan sebesar 9%, Premium mengalami kenaikan sebesar 3%, dan BBK (Pertamax dan Pertalite) naik lebih dari 100%.

11 - Program nusantara 1 harga apabila menggunakan pesawat Hercules sebesar 9500 belum termasuk ongkos handling, Ada juga yang hingga mencapai 40ribu per liter. Harga saat ini sebesar 6500 per liter. - Saat ini kendala di lapangan adalah standar pengangkutan BBM. Selama ini menggunakan kapal kayu, dengan adanya aturan dari Perhubungan yaitu dengan kapal dari besi maka bisa dipastikan investasi tidak bisa tercapai. - Kondisi geografis Indonesia yang terdiri banyak kepulauan menjadi tantangan utama dalam melakukan pendistribusian BBM. Namun hal itu bisa dicarikan solusi. Yang patut diperhatikan juga adalah koordinasi dari semua pihak (pemerintah daerah, aparat keamanan, pelaku usaha, dll). Terdapat juga aturan-aturan yang saling bertentangan yang menjadi kendala implementasikan di lapangan. - PT. Pertamina (Persero) - Setyorini: NKRI seperti ini memiliki banyak pulau sehingga upaya yang bisa lakukan adalah mengkonsolidasikan biaya. - Semoga ke depan ada hasil yang nyata dan model yang baik dalam melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah. Gambar 1. Pertemuan dengan Direktur Pemasaran PT. Pertamina (Persero) dan BPH Migas

12 3.2. Pertemuan dengan PT. PLN dan PT. Antam. Dalam pertemuan ini dihadiri oleh Direktur PT. PLN (Persero), Pertemuan dilaksanakan di ruang pertemuan Hotel Dafam Bela dalam pertemuan ini diperoleh infomasi antara lain sebagai berikut: - Rasio elektrifikasi di provinsi Maluku Utara sekitar 76% masih lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Maluku sebesar 77%. - Pembangkit listrik dengan menggunakan diesel di Maluku utara sebesar 37 MW milik PT. PLN, sedangkan 46 MW merupakan sewa. - Tipikal desa di provinsi Maluku Utara berada di pantai, sehinga apabila infrastruktur jalan yaitu trans-halmahera bisa segera diselesaikan maka akan memudahkan dalam pendistribusian listrik. - Tantangan utama yang ada di provinsi Maluku Utara adalah sarana transportasi. Dan juga sarana komunikasi yang masih banyak area yang blank spot. - Beberapa tantangan lainnya: keterbatasan data yang akurat jumlah KK, - Total pembangkit yang akan dibangun hingga tahun 2019 sebesar 171 MW, yang berada di 13 lokasi. - Pada tahun 2017 sebanyak 30 MW, tahun 2018 sebanyak 81 MW dan sebanyak 60 MW pada tahun Yang sedang dilakukan pembenahan beberapa proyek yang mengalami kendala antara lain: PLTU Sofifi 2x3 MW, PLTMG MPP Ternate 30 MW. - PLTP Jailolo statusnya saat ini WKP dikembalikan kepada Pemerintah karena pengembang meminta evaluasi terhadap investasi di Jailolo. - Kebutuhan listrik untuk pabrik ferronikel diperkirakan sebesar 80 MW, saat ini belum tersedia saat ini. - Dengan diresmikannya pembangkit 2 x 7 MW di Tidore, belum bisa mencukupi kebutuhan listrik di pulau tersebut. - Beberapa daerah di kepulauan Maluku Utara pendistribusian ketenagalistrikan dengan sistem isolated karena infrastruktur yang belum memadai. Diperlukan dukungan dari Pemda agar segera menyelesaikan pembangunan infrastruktur jalan.

13 - Ditjen ketenagalistrikan, Pak Mahendra, publikasi dari rasio elektrifikasi merupakan kewenangan dari kementerian ESDM cq Ditjen Ketenagaslitrikan. Hal-hal ini bersumber dari Pemda, PLN sehingga diperoleh bauran berbagai sumber dalam memutuskan rasio elektrifkasi. - Ditjen EBTKE, Ibu Maritje, kondisi geografis Indonesia yang terdapat banyak pulau menyadari bahwa PLN kesulitan dalam menyediakan energi listrik. Pemerintah memiliki program untuk melistriki daerah2 yang terpencil. Dan berdasarkan permen 38 tahun 2017 membolehkan swasta untuk menyediakan tenaga listrik. - Program lampu tenaga surya hemat energi merupakan bagian dari Program Indonesia Terang, diharapkan sebagai pra-elektrifikasi untuk daerah-daerah pelosok yang selama ini belum memperoleh listrik. - PT. PLN (Persero) dan Pemerintah cq Ditjen EBTKE dan Ditjen Ketenagalistrikan sudah berjalan dengan baik, terutama desa-desa mana yang menjadi tanggung jawab dari PLN dan yang akan dikerjakan oleh Pemerintah. - Desa-desa yang mengkuti program Indonesia terang dan menggunakan sumber yang atau teknologi yang belum sustain maka pada setelah tahun 2019 akan dikerjakan oleh PT. PLN (Persero) agar supplai energi dapat berjalan dengan sustain. - PT. Antam memerlukan 80 MW untuk pengoperasian smelter di Halmahera untuk 1 line. Diupayakan dengan menggunakan swadaya. Diharapkan menggunakan energi yang murah sekitar 10 sen dollar/kwh. Rencana terdapat 3 line, jadi kebutuhannya adalah 240 MW. - SKK Migas, Pasokan gas dari Maluku utara dimungkinkan berasal dari tangguh. Karena WK yang berada di Maluku Utara yang berjumlah 3 WK tidak menemukan sumber gas. - September 2016, 45VA tidak mengalami kenaikan, 900 VA berdasarkan data mensos yang 19 jt penduduk diterapkan pengecualian subsidi. Penyesuain bertahapa yaitu januari, maret, dan mei. Misal : 74 ribu >>> 98ribu >> 108ribu >> 160ribu. Penyesuainnya sebesar 1320 rupiah/kwh. Untuk wilayah Maluku dan Maluku Utara sebanyak pelanggan.

14 - Info dari Ditjen Minerba, CNC: 181, Non CNC: Info dari Kemenristek Dikti, terdapat 530 jt untuk 5 judul penelitian di bidang energi. Gambar 2. Pertemuan dengan Dirut PT. Antam Gambar 3. Pertemuan dengan Direktur Regional Maluku Utara dan Papua PT. PLN (Persero)

15 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam kunjungan kerja di Provinsi Maluku Utara diperoleh kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: 1. Tim kunjungan Kerja Komisi VII memahami bahwa PT. Pertamina (Persero) memiliki tanggung jawab melakukan pendistribusian BBM ke seluruh NKRI, namun dengan adanya program nasional BBM satu harga berpotensi mengalami defisit ratusan milliar. Oleh karena itu, Tim kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI merekomendasikan diperlukan konsolidasi biaya-biaya pendistribusian BBM ke seluruh NKRI dengan satu harga. 2. Tim kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI merekomendasikan untuk menjaga keamanan dari tindakan penyalahgunaan dari pelaku usaha yang memanfaatkan program BBM satu harga. Karena adanya disparitas harga yang tinggi tentu akan memunculkan potensi penyalahguanan tersebut. Oleh karena itu, tim kunjungan kerja Komisi VII DPR RI meminta agar PT. Pertamina (Persero) untuk melakukan kerjasama dengan aparat keamanan. 3. Tim kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI akan mengagendakan Rapat Kerja dengan topik Implementasi Program Nasional BBM satu harga. 4. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI memperoleh informasi tentang kondisi kelistrikan di Provinsi Maluku Utara yang memerlukan sekitar 171 MW. 5. Beberapa daerah di kepulauan Maluku Utara pendistribusian ketenagalistrikan dengan sistem isolated karena infrastruktur yang belum memadai. Diperlukan dukungan dari Pemerintah Daerah agar segera menyelesaikan pembangunan infrastruktur jalan. Sehingga akan mempercepat dan memudahkan dalam pembangunan infrastruktur. 6. Tim kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI meminta bahwa program-program Pemerintah dalam menyediakan tenaga listrik bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan (sustainable).

16 7. Tim kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI merekomendasikan untuk mengagendakan rapat dengar pendapat PT. Antam terkait dengan kinerja perusahaan (termasuk progress pembangunan smelter) BAB V PENUTUP Demikian Laporan Kegiatan Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Maluku Utara pada tanggal Mei 2017, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk ditindaklanjuti oleh Komisi VII DPR RI dalam melaksanakan tugas dan fungsinya khususnya fungsi pengawasan. Ternate, 17 Mei 2017 Tim Kunjungan Komisi VII DPR RI Ketua Tim, Syaikhul Islam Ali, Lc., M.Sos.

17 Lampiran: Lampiran 1. Daftar Anggota Komisi VII DPR RI yang melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Maluku Utara DAFTAR ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR-RI KE PROVINSI MALUKU UTARA RESES MASA PERSIDANGAN IV TAHUN SIDANG TANGGAL 14 S.D 17 MEI 2017 NO. NAMA NO. ANGG. FRAKSI JABATAN 1. SYAIKHUL ISLAM ALI, Lc, M.Sos A-63 PKB KETUA TIM 2. AWANG FERDIAN HIDAYAT A-222 PDI-P ANGGOTA 3. DONY MARYADI OEKON A-167 PDI-P ANGGOTA 4. Dr. Ir. H. FADEL MUHAMMAD A-317 P. GOLKAR ANGGOTA 5. BAMBANG HARYADI, S.E A-367 GERINDRA ANGGOTA 6. SAYED ABUBAKAR S. ASSEGAF A-404 P. DEMOKRAT ANGGOTA 7. H. AGUS SULISTYONO, ST. M.T. A-61 PKB ANGGOTA 8. TAMSIL LINRUNG A-121 PKS ANGGOTA 9. H. ACHMAD FARIAL A-517 PPP ANGGOTA 10. Ir. FIRMANSYAH MARDANOES, MM A-537 PPP ANGGOTA 11. H. ENDRE SAIFOEL A-6 NASDEM ANGGOTA

18 Lampiran 2: Dokumentasi Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Maluku Utara Gambar 4. Pertemuan dengan Direksi Pertamina dan BPH Migas Gambar 5. Sambutan Ketu Rombongan Ketua Komisi VII Gambar 6. Foto Bersama

19 Gambar 7. Pertemuan dengan Direksi PT. PLN dan Dirut PT. Antam Gambar 8. Mitra Komisi VII DPR RI dari SKK Migas, Ristek Dikti dan LHK Gambar 9. Mitra Komisi VII DPR RI dari Ditjen EBTKE, Ditjen Ketenagalistrikan

20 Gambar 10. Foto Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN HALMAHERA UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, KABUPATEN KEPULAUAN SULA, KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, DAN KOTA TIDORE KEPULAUAN

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE KOTA PALEMBANG PROVINSI SUMATERA SELATAN MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2016-2017 02-04 Juni 2017 BAGIAN I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pemenuhan

Lebih terperinci

OLEH : GUBERNUR MALUKU UTARA

OLEH : GUBERNUR MALUKU UTARA OLEH : GUBERNUR MALUKU UTARA GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN MALUKU UTARA Mencermati kondisi geografis Maluku Utara yang merupakan daerah kepulauan dengan berbagai keragaman potensi perkebunan pada setiap daerah,

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM RANGKA PENGAWASAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK, LPG DAN LISTRIK MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 2016/1437 H 24 26 Juni 2016

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA R. Didin Kusdian 1 dan Triwidodo

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA MASA RESES KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI PAPUA BARAT MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG TANGGAL AGUSTUS 2017

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA MASA RESES KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI PAPUA BARAT MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG TANGGAL AGUSTUS 2017 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA MASA RESES KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI PAPUA BARAT MASA PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2016-2017 TANGGAL 10 14 AGUSTUS 2017 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 14

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Wilayah enam desa secara administratif berada dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Halmahera Utara (Pemkab Halut). Di bagian utara, berbatasan

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI MASA PERSIDANGAN V TAHUN 2015-2016 KE PROVINSI JAWA BARAT Dalam Rangka Pengawasan Kesiapan Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Gas serta Ketenagalistrikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa wilayah yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2017-2018 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017 PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN 23 Oktober 2017 1 Minyak Solar 48 (Gas oil) Bensin (Gasoline) min.ron 88 Rp.7 Ribu Rp.100 Ribu 59 2 Progress dan Roadmap BBM Satu Harga Kronologis

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JADWAL ACARA RAPAT KOMISI VII DPR RI MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2017-2018 Tanggal 20 September 27 Oktober 2017 Berdasarkan Keputusan Rapat Intern Komisi

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI MALUKU RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI MALUKU RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI MALUKU RESES MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 SEKRETARIAT KOMISI VII DPR RI 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE TBBM PENGAPON SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE TBBM PENGAPON SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE TBBM PENGAPON SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH DALAM RANGKA PENGAWASAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK, LPG DAN LISTRIK MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 2017/1438

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak antara 3 0 Lintang Utara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak antara 3 0 Lintang Utara BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Provinsi Maluku Utara 4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak antara 3 0 Lintang Utara 3 0 Lintang Selatan dan 124 0-129

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T No.713, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tenaga Listrik. Uap Panas bumi. PLTP. Pembelian. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PULAU MOROTAI DI PROVINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa wilayah

Lebih terperinci

STRATEGIOPERASIONALISASIPERWUJUDANKAWASANANDALAN DI KEPULAUAN MALUKU

STRATEGIOPERASIONALISASIPERWUJUDANKAWASANANDALAN DI KEPULAUAN MALUKU STRATEGIOPERASIONALISASIPERWUJUDANKAWASANANDALAN DI KEPULAUAN MALUKU 1. Kawasan Andalan Seram Pertanian Kehutanan Perkebunan Perikanan Pariwisata a. mengembangkan Kawasan Andalan Seramuntuk kegiatan pertanian,

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA TENGAH DALAM RANGKA PENGAWASAN KETERSEDIAAN BAHAN BAKAR MINYAK, LPG DAN LISTRIK MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 2016/1437 H 24 26 Juni 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan bakar minyak yang biasa digunakan pada kendaraan bermotor adalah bensin dan solar. Bahan bakar minyak itu diambil dari dalam tanah dan berasal dari fosil

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI GORONTALO RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI GORONTALO RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI GORONTALO RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2017-2018 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2017 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SULAWESI UTARA MASA PERSIDANGAN II TAHUN DESEMBER 2017

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SULAWESI UTARA MASA PERSIDANGAN II TAHUN DESEMBER 2017 LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI SULAWESI UTARA MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2017-2018 6 9 DESEMBER 2017 SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012 logo lembaga [ PKPP F.1 ] [ Optimalisasi Sistem Energi untuk Mendukung Ketahanan Energi dan Pembangunan Ekonomi Koridor 6 ] [ Adhi Dharma Permana, M. Sidik Boedyo, Agus Sugiyono ] [ BADAN PENGKAJIAN DAN

Lebih terperinci

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo

PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL. Agus Nurhudoyo PENELAAHAN PRIORITAS BESARAN CADANGAN BAHAN BAKAR NASIONAL Agus Nurhudoyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi agusn@p3tkebt.esdm.go.id

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI PANJA KETENAGALISTRIKAN KE KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR 5 7 OKTOBER 2017

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI PANJA KETENAGALISTRIKAN KE KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR 5 7 OKTOBER 2017 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI PANJA KETENAGALISTRIKAN KE KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR 5 7 OKTOBER 2017 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2017 A. LATAR BELAKANG Persoalan

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KETENAGALISTRIKAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

. BAGIAN I PENDAHULUAN

. BAGIAN I PENDAHULUAN . BAGIAN I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI, sesuai dengan ketentuan Pasal 58 ayat (3) Peraturan DPR RI No.1/DPRRI/I/2014-2019 tentang Tata Tertib, maka

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini secara nasional ketergantungan terhadap energi fosil (minyak bumi, gas bumi dan batubara) sebagai sumber energi utama masih cukup besar dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 26/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KOTA SEBATIK SEBAGAI

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi No.1812, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU Medan, 8 September 2016 BAB I LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO)

PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN PENGESAHAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (RUPTL) PT PLN (PERSERO) 2017-2026 disampaikan oleh: Alihuddin Sitompul

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a bahwa dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TAHUN 2015

PENCAPAIAN TAHUN 2015 ESDM Dalam Angka PENCAPAIAN TAHUN 2015 Jakarta, 29 Desember 2015 1 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Daftar Isi 3 4-5 6-8 9-11 12 13 14 15 16 17-18 7 Perubahan Sistemik Energi Baru, Terbarukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional. - 583 - BB. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air

Lebih terperinci

NO. STRATEGI OPERASIONALISASI. Jalur Distribusi Ambon. Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi Minyak dan Gas Bumi

NO. STRATEGI OPERASIONALISASI. Jalur Distribusi Ambon. Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi Minyak dan Gas Bumi PERWUJUDAN NASIONAL DI KEPULAUAN MALUKU I. Pipa Minyak dan Gas Bumi I.1. II. II.1. Jalur Distribusi Ambon Pipa dan Distribusi Minyak dan Gas Bumi Tenaga Panas Bumi (PLTP) Energi a. mengembangkan jaringan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR Heru Husaini Mahasiswa Program Doktor Manajemen Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) Abstrak Setelah enam puluh dua tahun Indonesia merdeka, masih terdapat

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM

LAPORAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM LAPORAN PELAKSANAAN POSKO NASIONAL SEKTOR ESDM IDUL FITRI 1438 H / TAHUN 2017 11 Juni 2017 / Shift II ( H-14) RESUME PELAKSANAAN POSKO ESDM 1. BBM & LPG Secara Umum/Nasional proses penyaluran BBM dan LPG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA

KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA Jakarta, Januari 2017 1 LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017

LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU. MASA PERSIDANGAN II TAHUN November 2 Desember 2017 LAPORAN KUNJUNGAN SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI RIAU MASA PERSIDANGAN II TAHUN 2017-2018 30 November 2 Desember 2017 SEKRETARIAT KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2017 I. LATAR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Disampaikan pada Pekan Pertambangan Jakarta, 26 September 2017 1 #EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH - 763 - BB. PEMBAGIAN URUSAN AN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL SUB 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah 1. Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Lebih terperinci

Oleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21

Oleh Kamis, 19 Oktober :36 - Update Terakhir Kamis, 02 November :21 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro hari Rabu (18/10) memaparkan kesiapan sektor ESDM terutama bidang listrik, migas dan geologi menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1427 Hijriyah.

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dalam tesis ini menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dimana akan dibahas mengenai potensi sumber daya panas bumi di Indonesia, kegiatan pengembangan panas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. No.555, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Pengendalian. Pengguna. Bahan Bakar Minyak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 27/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN CIBALIUNG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1217, 2015 KEMEN ESDM. Bahan Bakar Nabati Pembiayaan Badan Pengelola. Kelapa Sawit. Pemanfaatan. Penyediaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2002 TENTANG HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meringankan beban keuangan Negara yang semakin berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Plt Menteri ESDM menekankan pentingnya pengembangan inovasi dalam berbagai aspek dan

Plt Menteri ESDM menekankan pentingnya pengembangan inovasi dalam berbagai aspek dan Pada peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-71, Plt Menteri ESDM, Luhut Binsar Panjaitan juga menyampaikan apresiasi kepada 15 Penerima Penghargaan Energi 2016 di Plaza Kementerian ESDM (4/10).

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL MOROTAI TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan sumber energy yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industry, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari hari

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK MASYARAKA ARAKAT MISKIN Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembara Negara SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PREMIUM DAN SOLAR BERSUBSIDI DI TINGKAT KIOS BBM BERSUBSIDI DI KABUPATEN BULUNGAN

Lebih terperinci