Gambaran Umum Kondisi Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambaran Umum Kondisi Daerah"

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16 Daftar Isi Halaman Kata Pengantar Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor Tahun 0 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Tangerang Selatan tahun Daftar Isi......i Daftar Gambar v Daftar Tabel......vi BAB I. PENDAHULAN.... Latar Belakang Dasar Hukum Penyusunan Hubungan Rpjmd Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Sistematika Penulisan Maksud Dan Tujuan BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH.... Aspek Geografi Dan Demografi Letak Geografi dan Luas Wilayah......

17 .. Keadaan Iklim Potensi Pengembangan Wilayah Struktur Ruang Pola Ruang Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Rawan Bencana Demografi Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Laju Inflasi Kesenjangan Perwilayahan Fokus Kesejahteraan Sosial Angka Melek Huruf dan Ratarata Lama Sekolah Fokus Seni Budaya dan Olahraga Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib... 3

18 .3.. Angka Partisipasi Sekolah Fokus Layanan Urusan Pilihan Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/ PMA) Aspek Daya Saing Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur Fokus Iklim Berinvestasi Angka Kriminalitas dan Jumlah Demonstrasi Fokus Sumber Daya Manusia Kualitas Tenaga Kerja Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan) BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja Pelaksanaan APBD Neraca Daerah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi Penggunaan Anggaran

19 3.. Analisis Pembiayaan Kerangka Keuangan Daerah Proyeksi Pendapatan Proyeksi Belanja BAB IV. ANALISIS ISUISU STRATEGIS Tinjauan terhadap Prioritas Pembangunan RPJMN, RPJMD Provinsi Banten dan Rancangan RPJPD Kota Tangerang Selatan Permasalahan Pembangunan Isu Strategis BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Meningkatkan Kualitas Kehidupan Masyarakat Meningkatkan keharmonisan fungsi ruang kota yang berwawasan lingkungan Menata sistem sarana dan prasarana dasar perkotaan Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan masyarakat

20 6.5 Meningkatkan fungsi dan peran kota sebagai sentra perdagangan dan jasa Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum Program Prioritas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Urusan Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri Urusan Sosial Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Urusan Kepemudaan dan Olahraga Urusan Kebudayaan Urusan Penataan Ruang Urusan Lingkungan Hidup Urusan Pekerjaan Umum Urusan Perhubungan Urusan Komunikasi dan Informatika Urusan Perumahan

21 7..3 Urusan Pendidikan Urusan Perpustakaan Urusan Perumahan Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Urusan Ketenagakerjaan Urusan Ketransmigrasian Urusan Perdagangan Urusan Pariwisata Urusan Pertanian Urusan Kelautan dan Perikanan Urusan Ketahanan Pangan Urusan Penanaman Modal Urusan Industri Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian... 7

22 7..9 Urusan Kearsipan Urusan Pertanahan Urusan Perencanaan Pembangunan BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X. PENUTUP Pedoman Transisi Kaidah Pelaksanaan LAMPIRAN LAMPIRAN

23 Daftar Gambar Halaman Gambar. Hubungan RPJM Daerah Kota Tangerang Selatan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya......I9 Gambar II. Iklim di Kota Tangerang Selatan Tahun II3 Gambar II. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun II3 Gambar II.3 Penduduk Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Kepadatan dan Jenis Kelamin Tahun II5 Gambar II.4 Penduduk Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Usia dan Agama Tahun II7 Gambar II.5 Gambaran kontribusi sektor lapangan usaha pada tahun II5 Gambar II.6 Gambaran kontribusi kelompok sektor (primer, sekunder dan tersier) pada tahun II4 Gambar III. Perkembangan Komponen Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Periode III4 Gambar III. Kontribusi Komponen Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun III5 Gambar III.3 Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan dan Komponennya Periode III6

24 Gambar III.4 Komposisi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Periode III8 Gambar III.5 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Pendapatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun III9 Gambar III.6 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Belanja Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan III Gambar IV. Permasalahan Pokok Kota Tangerang Selatan IV6 Gambar IV. Kriteria Isu Strategis IV7 Gambar IV.3 Isu Strategis IV7

25 Daftar Tabel Halaman Tabel II. Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan II Tabel II. Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Kota Tangerang Selatan II Tabel II.3 Situ di Kota Tangerang Selatan Tahun II Tabel II.4 Lokasi Rawan Banjir di Kota Tangerang Selatan II Tabel II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun II3 Tabel II.6 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan II4 Tabel II.7 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun II4 Tabel II.8 Jumlah Penduduk Per Jenis Kelamin II5 Tabel II.9 Jumlah Penduduk Per Usia di Kota Tangerang Selatan II6 Tabel II.0 Jumlah Penduduk Per Agama II6 Tabel II. Jumlah Penduduk Per Status Kawin II7 Tabel II. Jumlah Penduduk Per Pendidikan II8 Tabel II.3 Penduduk Per Pekerjaan II8

26 Tabel II.4 Jumlah Penduduk Per Jenis Kecacatan II0 Tabel II.5 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun A.D.H. Konstan Tahun 000 Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan II Tabel II.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun A.D.H. Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan II Tabel II.7 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan II Tabel II.8 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 007 Sampai Dengan Tahun 009 Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan II Tabel II.9 Perkembangan PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan II6 Tabel II.0 Nilai Inflasi RataRata Tahun Kota Tangerang dan Provinsi Banten II6 Tabel II. Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial 008 Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun II7 Tabel II. Indeks Pencapaian Pendidikan Kota Tangerang Selatan Tahun (Tahun masih Kabupaten Tangerang) II9 Tabel II.3 Jumlah Fasilitas Olahraga Dan Rekreasi Per Kecamatan

27 Di Kota Tangerang Selatan Tahun 009/ II30 Tabel II.4 Jumlah Klub Kepemudaan, Olahraga Dan Kebudayaan Di Kota Tangerang Selatan Tahun II3 Tabel II.5 Tingkat Partisipasi Kasar Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun II3 Tabel II.6 Tingkat Partisipasi Murni Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun II3 Tabel II.7 Jumlah Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Tahun II3 Tabel II.8 Kondisi Umum Perindustrian Dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan II33 Tabel II.9 Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar Kota Tangerang Selatan II34 Tabel II.30 Pasar Tradisional Milik Pemerintah Kabupaten di Tanah Milik Pemerintah di Kota Tangerang Selatan Tahun II34 Tabel II.3 Rekapitulasi Jumlah Dan Panjang Jalan Kota Tangerang Selatan II35 Tabel II.3 Rekapitulasi Data Jumlah & Panjang Jembatan Kota Tangerang Selatan II36 Tabel II.33 Ruas dan Panjang Jalan Kota Tangerang Selatan II36 Tabel II.34 Stasiun Kereta Rel Listrik di Kota Tangerang Selatan Tahun II38 Tabel II.35 Data Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat Wilayah Kota Tangerang Selatan Wilayah Hukum Polres Metro Tangerang Kabupaten & Polres Metro Jakarta Selatan II40

28 Tabel II.36 Jumlah Penduduk Per Pendidikan II4 Tabel II.37 Jumlah Penduduk Per Usia di Kota Tangerang Selatan II4 Tabel III. Ratarata Pertumbuhan dan Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 009 s/d Tahun 0Kota Tangerang Selatan III Tabel III. Perkembangan Kontribusi Komponen Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Periode 000 (%) III4 Tabel III.3 RataRata Pertumbuhan dan Perkembangan Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan Periode III7 Tabel III.4 Komposisi Komponen Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan Periode III8 Tabel III.5 Belanja per Kapita Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun III9 Tabel III.6 Neraca Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun III0 Tabel III.7 Analisis Rasio Keuangan Kota Tangerang Selatan III Tabel III.8 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Tangerang Selatan III4 Tabel III.9 Defisit Anggaran Kota Tangerang Selatan III5 Tabel III.0 Komposisi Penutup Defisit Anggaran Kota Tangerang Selatan III5 Tabel III. Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kota Tangerang Selatan III6

29 Tabel III. Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun 006 (juta Rp) III8 Tabel III.3 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Belanja Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun 006 (juta Rp) III0 Tabel IV. Keterkaitan Arah Kebijakan Nasional, Regional dan Lokal IV5 Tabel V. Capaian Indikator Makro Pembangunan Kota Tangerang Selatan V6 Tabel IX. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kota Tangerang Selatan IX

30 BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada dasarnya menerjemahkan suatu proses pemikiran strategis dan merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih dan yang telah ditetapkan. Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses menetapkan arah pengembangan daerah dan target yang hendak dicapai dalam lima tahun mendatang, cara mencapainya dan langkahlangkah strategis yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai. Penyusunannya berpedoman pada UndangUndang Nomor 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UndangUndang Nomor 3 Tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan berbagai turunan peraturan pelaksanaannya. Dokumen RPJMD ini terstruktur berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 00 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Pasal 4 ayat () UU No.5 Tahun 004 mengamanatkan Kepala Bappeda untuk menyiapkan rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Rancangan awal tersebut selanjutnya dikaji ulang disesuaikan sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih. Kepentingannya adalah merumuskan strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan kerangka ekonomi daerah selaras dengan visi dan misi Kepala Daerah terpilih. Ketentuan tentang penyampaian visi dan misi kepala daerah pemilihan kepala daerah secara langsung juga diatur dalam UndangUndang Nomor tahun 008 Pemerintahan Daerah pasal 59 ayat (5) yang

31 mewajibkan pasangan calon Kepala Daerah untuk menyampaikan visi, misi, dan program dari pasangan calon secara tertulis kepada masyarakat. RPJMD 0 06 merupakan pedoman pokok pembangunan untuk kurun waktu 5 (lima) tahun sejalan dengan masa tugas Kepala Daerah terpilih. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD disusun mengacu kepada berbagai dokumen perencanaan terkait, baik yang dihasilkan oleh komponen vertikal maupun horizontal. Dari komponen vertikal dapat digunakan sebagai acuan adalah RPJM Nasional dan Provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/Provinsi, dan dokumen perencanaan lainnya yang disusun secara sektoral. Dari sisi horizontal, RPJMD Kota mengacu kepada RPJPD Kota, RTRW Kota, dan dokumen perencanaan lainnya, baik yang telah disusun dan ditetapkan di daerah yang bersangkutan, ataupun kabupaten/kota tetangga yang berbatasan langsung. Maksud dirujuknya semua dokumen perencanaan dimaksud adalah untuk menjamin terciptanya sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar tingkat pemerintahan. Sebagai daerah otonom baru sesuai dengan Undangundang Nomor 5 Tahun 008, Kota Tangerang Selatan belum memiliki rangkaian dokumen perencanaan yang lengkap yang diperlukan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunannya. Dokumen RPJMD ini menjadi acuan jangka menengah kerangka kebijakan dan strategi pembangunan Kota Tangerang Selatan menengah sesuai dengan ketentuan perundangundangan, sehingga penyusunannya merupakan langkah strategis yang menentukan pembangunan Kota Tangerang Selatan 5 (lima) tahun ke depan. Dokumen RPJMD ini pada dasarnya disusun berdasarkan beberapa pendekatan berikut:. Pendekatan Politik, pendekatan ini memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah sebagai proses penyusunan rencana program, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan programprogram pembangunan yang ditawarkan para calon Kepala Daerah. Dalam hal ini rencana pembangunan adalah penjabaran agendaagenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah saat kampanye ke dalam RPJMD;

32 . Pendekatan Teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional bertugas untuk hal tersebut; 3. Pendekatan Partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki; 4. Pendekatan AtasBawah (topdown) dan Bawah Atas (bottomup), pendekatan ini dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Hasil proses tersebut kemudian diselaraskan melalui musyawarah pembangunan. RPJMD Kota Tangerang Selatan Tahun 0 06 disusun melalui tahapan perencanaan partisipatif dengan mengedepankan proses evaluasi, proyeksi dan analisis terhadap faktorfaktor internal dan eksternal yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan daerah Kota Tangerang Selatan. Berbagai tahapan analisis sektoral & tata ruang, penjaringan aspirasi masyarakat, serta dialog yang melibatkan pemangku kepentingan strategis telah dilakukan dalam rangka mewujudkan perencanaan yang komprehensif... Dasar Hukum Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 0 06 adalah dokumen resmi yang menjadi payung hukum dalam perencanaan pembangunan daerah. Landasan hukum penyusunan dokumen ini tidak lepas dari dasar penyusunan RPJMD adalah sebagai berikut:. UndangUndang Nomor 8 Tahun 999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385);

33 . UndangUndang Nomor 7 Tahun 003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487); 3. UndangUndang Nomor Tahun 004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 004 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4353); 4. UndangUndang Nomor 5 Tahun 004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. UndangUndang Nomor 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 004 Nomor 04, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44); 6. UndangUndang Nomor 3 Tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor Tahun 008 tentang Perubahan Kedua Atas Undangundang Nomor 3 Tahun 004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 006 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. UndangUndang Nomor 33 Tahun 004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 004 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. UndangUndang Nomor 7 Tahun 007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

34 9. UndangUndang Nomor 6 Tahun 007 tentang Penataan Ruang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 475); 0. UndangUndang Nomor 5 Tahun 008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 008 Nomor 4935);. UndangUndang Nomor 8 Tahun 009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);. UndangUndang Nomor Tahun 0 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 0 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 534); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 005 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 005 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

35 Tahun 007 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 474); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 008 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 485); 0. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487);. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 00 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 503);. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 00 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 00 04; 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 00 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 5. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor Tahun 00 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 00505;

36 6. Peraturan Daerah Nomor Tahun 00 Propinsi Banten Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor Tahun 007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 007 0; 7. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor Tahun 0 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten (Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 0 Nomor ); 8. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 00 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan..3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Sistem Perencanaan Pembangunan adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencanarencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam hal ini keterkaitan suatu dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan lainnya sangat menentukan dan diupayakan saling bersinergi. Sebagaimana amanat Undang Undang Nomor 5 Tahun 004, ruang lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional, maka dokumen perencanaan terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun , Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 00 04, Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga. Sejalan dengan payung hukum perencanaan di tingkat pusat, maka dokumen Perencanaan Daerah meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini meliputi kegiatan Perencanaan Pembangunan yang mencakup wilayah seluruh Kota Tangerang Selatan. Dalam penyusunannya mengacu pada Rancangan Rencana

37 Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Selatan yang saat ini masih dalam proses pembahasan dengan DPRD. RPJMD ini juga memperhatikan pada Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tangerang pada saat wilayah Kota Tangerang Selatan masih menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang, dan pada Rancangan Peraturan Daerah RTRW Kota Tangerang Selatan 0 03 yang saat ini masih dibahas di BKPRN. Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ini akan diimplementasikan pelaksanaannya dalam dokumen Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang menjabarkan RPJMD dalam rencana program dan kegiatan dalam lima tahunan, serta menjadi acuan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang berlaku satu tahunan. Dalam hal kaitannya dengan sistem keuangan yang diamanatkan dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 003 tentang Keuangan Negara, maka RPJMD Kota Tangerang Selatan akan dijabarkan ke dalam RKPD untuk setiap tahunnya, dan dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kota Tangerang Selatan. Berikut ini diuraikan secara diagramatis kaitan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan di tingkat pusat, dokumen perencanaan yang menjadi pedoman dan turunan dari RPJMD, serta perencanaan keuangan daerah.

38 RENSTRA K/L RPJP NASIONAL Pedoman Pedoman RPJMD DAERAH RENSTRA SKPD Pedoman RKP RKA K/L Pedoman RINCIAN APBN Pedoman APBN RAPBD Pedoman APBD RKA SKPD Pedoman RINCIAN APBD RAPBN Diserasikan melalui musrenbang Diperhatikan RPJP DAERAH Pedoman Diacu Dijabarkan Dijabarkan RKPD Pedoman Diacu Pedoman DAERAH PEMERINTAH Diacu RPJMD NASIONAL RENJA K/L Pedoman Pedoman PEMERINTAH PUSAT Pedoman UU No 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan RENJA SKPD Pedoman UU No. 7 Tahun 003 tentang Keuangan Negara Gambar Hubungan RPJM Daerah Kota Tangerang Selatan dengan Dokumen Perencanaan Lainnya.4. Sistematika Penulisan Sebagai dokumen publik, Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan memuat visi dan misi walikota dan wakil walikota terpilih, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka kegiatan yang bersifat indikatif. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 00 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah maka sistematika penyusunan dokumen Rancangan RPJMD Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan yang mengawali naskah arah pembangunan ini menguraikan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan, dasar penyusunan,

39 hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, serta sistematika penulisan. Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah, isinya menguraikan kondisi dari aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah Kota Tangerang Selatan. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan, memuat hasil kondisi keuangan daerah sebagai dasar dalam perumusan arah kebijakan keuangan daerah yang mencakup kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Bab IV Analisis Isuisu Strategis, membahas tentang isuisu strategis dengan tujuan untuk memudahkan proses perumusan arah kebijakan, strategi dan skala prioritas. Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, membahas visi dan misi Kota Tangerang Selatan 0 06, sebagai dasar bagi pembangunan daerah serta tujuan dan sasaran yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun tersebut. Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah, membahas berbagai strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang diambil dalam rangka mengimplementasikan visi dan misi Kepala Daerah. Strategi disusun dalam konteks pengembangan spatial dan sektoral sebagai landasan bagi perumusan program dan kegiatan pembangunan. Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah, dijelaskan berbagai kebijakan dan program prioritas pembangunan daerah yang diambil sebagai landasan bagi perumusan program dan kegiatan pembangunan di setiap SKPD. Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan, dijelaskan berbagai rencana program yang sifatnya prioritas sesuai visi

40 dan misi walikota dan wakil walikota 0 06, disertai kebutuhan pendanaannya. Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah, diuraikan indikator kinerja yang harus dicapai oleh pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu Bab X Penutup, membahas program transisi untuk kurun waktu satu tahun, disiapkan untuk melayani perencanaan pembangunan paska masa kerja Kepala Daerah terpilih. Program disusun untuk menjembatani kekosongan RPJMD pada masa pemilihan Kepala Daerah. Program disiapkan untuk dapat dilaksanakan oleh pejabat Kepala Daerah hingga terpilih dan ditetapkannya Kepala Daerah yang akan menjabat untuk masa lima tahun berikutnya. Selain itu, bab ini juga membahas kaidahkaidah pelaksanaan RPJMD, sebagai pedoman bagi tersusunnya dokumen perencanaan di satuansatuan kerja pemerintah daerah, seperti Renstra dan RKPD..5 Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan dokumen RPJMD 0 06 Kota Tangerang Selatan adalah untuk memberikan landasan kebijakan strategis dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan dan menjadi bahan bagi penentuan kebijakan strategis jangka menengah. Sebagai suatu dokumen perencanaan, RPJMD 0 06 ini akan digunakan oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tangerang Selatan sebagai acuan dan dasar bagi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jangka menengah. Di dalamnya tertuang kebijakankebijakan yang perlu ditempuh Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam rangka membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tangerang Selatan. Tujuan penyusunan RPJMD 0 06 Kota Tangerang Selatan tidak dapat dilepaskan dari proses perencanaan pembangunan sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. 3 Tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:

41 . Menetapkan dan menjabarkan visi dan misi Kepala Daerah terpilih ke dalam bentuk strategi, kebijakan, dan program. Merumuskan tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang konsisten dengan visi, misi program Kepala Daerah Terpilih dan dapat dilaksanakan dalam kerangka waktu sesuai kemampuan daerah atau organisasi. 3. Sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan penganggaran. 4. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar waktu, antar fungsi pemerintah, baik inter organisasi dalam daerah maupun dengan pusat dalam pencapaian sasaran. 5. Sebagai pedoman dalam melihat dan memelihara konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.

42

43 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH.. Aspek Geografi dan Demografi... Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan kota yang menghubungkan 3 provinsi, yaitu terletak di Provinsi Banten yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta di sebelah timur dan utara sedangkan berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah selatannya. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah sebesar 4.79 ha dengan 7 kecamatan yang terdiri dari 49 kelurahan dan 5 desa dan masingmasing luas wilayahnya terdapat pada tabel II. dan tabel II. Dengan letak daerah yang begitu strategis, Kota Tangerang Selatan diharapkan mampu menjadi kota yang cepat berkembang dan mampu bersaing dengan kota atau kabupaten lainnya di Indonesia. Tabel II. Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan No. Potensi Fisik Dasar Keterangan Letak geografis Di sebelah timur Provinsi Banten Luas Wilayah 47,9 Km atau 4.79 Ha 3 Titik Koordinat BT dan LS 4 Batasbatas Sebelah Utara Kota Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta Sebelah Timur Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok Sebelah Selatan Kota Depok dan Kabupaten Bogor

44 5 Sebelah Barat Kabupaten Tangerang Wilayah Pemerintahan Kecamatan 7 Kecamatan Kelurahan 49 Kelurahan Desa 5 Desa Sumber: Undangundang Nomor 5 Tahun 008 Hasil Olah Potensi Desa Tahun 006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (008) Tabel II. Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Kota Tangerang Selatan No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase terhadap luas kota Serpong.404 6,33% Serpong Utara.784,% 3 Ciputat.838,49% 4 Ciputat Timur.543 0,48% 5 Pamulang.68 8,% 6 Pondok Aren.988 0,30% 7 Setu.480 0,06% ,00% Kota Tangerang Selatan Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (008)

45 ... Keadaan Iklim Data iklim di Kota Tangerang Selatan diambil dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu berupa temperatur udara, kelembaban udara, intensitas matahari, banyaknya curah hujan dan kecepatan angin. Pada tahun 009, temperatur udara ratarata berada disekitar 3,74 C 3,68 C dengan temperatur udara maksimum di bulan September, yaitu sebesar 34,5 C dan temperatur udara minimum berada di bulan Juli sebesar,90 C. Ratarata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 79,0 % dan 53,8 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 359mm, sedangkan ratarata curah hujan dalam setahun adalah 66,7mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Januari dengan hari hujan sebanyak 9 hari. Ratarata kecepatan angin dalam setahun adalah 5,3 Km/jam dan kecepatan maksimum ratarata 35,8 Km/jam Banyaknya Curah Hujan Kota Tangerang Selatan Tahun 009 Curah Hujan (mm) 0 Banyaknya Hari Hujan Kota Tangerang Selatan Tahun Hari Hujan (Hari) Ratarata 5 Jan Mar May Jul Sep Nov 0 Jan Mar May Jul Sep Nov

46 Gambar II. Iklim di Kota Tangerang Selatan Tahun Potensi Pengembangan Wilayah..3.. Struktur Ruang Struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusatpusat pelayanan kegiatan kota yang berhirarki satu dengan yang lain terkait secara fungsional yang dihubungkan oleh sistem jaringan sarana prasarana kota. Rencana struktur ruang kota diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem pusat pelayanan kota dan arahan sistem prasarana perkotaan dan aspek kependudukan mempengaruhi dalan pembangunan wilayah. Dalam penetapan pusat pusat kota dilakukan analisis terhadap 5 faktor pengaruh, yaitu:. Aspek Sosial. Aspek Ekonomi 3. Aspek Guna Lahan 4. Aspek Transportasi 5. Aspek Infrastruktur Dasar Rencana struktur ruang wilayah kota meliputi: a. Sistem Pusat Pelayanan; Kota Tangerang Selatan ditetapkan 3 (tiga) jenis pusat pelayanan kota dengan rincian sebagai berikut:. Pusat pelayanan kota (PPK);. Subpusat pelayanan kota (SPK) 3. Pusat lingkungan (PL) Rincian penetapan masingmasing pusat kota tersebut dapat dirinci sebagaimana tersebut dibawah ini:. PPK, meliputi: Berdasarkan Rancangan RTRW Kota Tangerang Selatan 003 (sd. 07 Oktober 0)

47 a. PPK I sebagai pusat pemerintahan, pelayanan umum, perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Ciputat; b. PPK II memiliki fungsi sebagai kegiatan pemerintahan, pelayanan umum, perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Serpong; dan c. PPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Pondok Aren.. SPK, meliputi: a. SPK I memiliki fungsi sebagai pelayanan umum, perdagangan dan jasa, dan perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Serpong Utara; b. SPK II memiliki fungsi sebagai perkantoran pemerintahan, dan perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Setu; c. SPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Ciputat Timur; dan d. SPK IV memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, perdangan dan jasa dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Pamulang. 3. PL, meliputi: a. PL memiliki fungsi sebagai kegiatan ekonomi ditetapkan di:. Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Paku Alam, Kelurahan Jelupang, dan Kelurahan Lengkong Karya, Kecamatan Serpong Utara; dan. b. Kelurahan Muncul dan Kelurahan Setu, Kecamatan Setu PL memiliki fungsi sebagai kegiatan pendidikan ditetapkan di:. Kelurahan Pondok Aren, Kelurahan Pondok Jaya, Kelurahan Jurangmangu, Kelurahan Pondok Karya di Kecamatan Pondok Aren;. Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur; 3. Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat;

48 4. Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang; dan 5. Kelurahan Rawa Buntu, Kelurahan Serpong, dan Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong. c. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang; d. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di sekitar Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat; e. PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di Kelurahan Rawa Buntu, Kelurahan Serpong, Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong; dan f. PL kegiatan ekonomi lokal terletak di lokasi pertigaan Puspitek hingga perempatan Muncul, Kelurahan Muncul dan Kelurahan Setu, Kecamatan Setu. b. Sistem Prasarana Wilayah Kota. Rencana Sistem Prasarana Utama Rencana sistem prasarana utama wilayah kota, meliputi:. Rencana sistem jaringan transportasi darat. Rencana sistem jaringan transportasi perkeretaapian 3. Rencana sistem jaringan transportasi udara. Rencana Sistem Prasarana Lainnya Rencana system prasarana lainnya meliputi:. Rencana system jaringan prasarana energi. Rencana system jaringan prasarana telekomunikasi 3. Rencana system jaringan prasarana sumber daya air 4. Rencana infrastruktur perkotaan..3. Pola Ruang Pola Ruang Kota Tangerang Selatan dibagi menjadi kawasan yaitu:. Kawasan Lindung

49 Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung meliputi kawasan lindung setempat yang berupa kawasan sungai dan sempadan sungai, kawasan situ dan sempadan situ, kawasan sempadan jalur pipa gas dan sempadan SUTET atau SUTT, sempadan rel kereta api dan sempadan jalan.. Kawasan Budidaya a. Kawasan Industri Pengembangan kawasan peruntukan industri, meliputi industri kecil dan rumah tangga dan industri kreatif. Kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga dapat dikembangkan pada kawasan perumahan dengan ketentuan kegiatan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya, sedangkan pengembangan kegiatan industri kreatif diseluruh wilayah Kota dengan ketentuan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya. b. Kawasan pariwisata Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata, meliputi pengembangan wisata alam dan rekreasi diarahkan di Sungai Cisadane, Situ Gintung, Situ Ciledug, Situ Pondok Jagung, taman kota dan hutan kota, pengembangan wisata belanja diarahkan di Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Serpong, dan Kecamatan Ciputat Timur serta pengembangan wisata kuliner di Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren. c. Kawasan Perumahan Sebaran kawasan perumahan yang direncanakan yakni : Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang Sebaran Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 030 meliputi Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Pamulang. Kawasan Perumahan Kepadatan Tinggi

50 Sebaran Kawasan Perumahan Kepadatan Tinggi yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 030 meliputi Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Serpong, Kecamatan Setu, Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Ciputat. d. Kawasan Perdagangan dan jasa Rencana pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa terdiri dari pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Kawasan pasar tradisional meliputi pasar Ciputat di Kecamatan Ciputat, pasar Ciputat Permai, di Kecamatan Ciputat, pasar Jombang di Kecamatan Ciputat, pasar Bintaro Sektor di Kecamatan Ciputat Timur, pasar Serpong di Kecamatan Serpong dan pasar Gedung Hijau di Kecamatan Serpong Utara, kemudian pusat perbelanjaan meliputi pengembangan perdagangan skala regional kota berupa perdagangan grosir dan pasar besar ditetapkan di Kecamatan Serpong, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Pondok Aren dan pengembangan kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di sepanjang jalan arteri sekunder dan jalan kolektor sekunder, sedangkan toko modern penempatannya ditetapkan dalam peraturan walikota. e. Kawasan Perkantoran Kawasan perkantoran merupakan kawasan yang difungsikan untuk kegiatan kepemerintahan dari tingkat kelurahan sampai tingkat kota. Kawasan peruntukan perkantoran pemerintahan meliputi Kecamatan Ciputat, Kecamatan Setu, Kecamatan Serpong, kantor kecamatan tersebar di setiap kecamatan dan kantor kelurahan tersebar di setiap kelurahan. () Kawasan Non Hijau Sebaran kawasan non hijau yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 030 meliputi pelataran parkir stasiun Pondok Ranji di Kecamatan, pelataran parkir stasiun Jurang Mangu di Kecamatan, pelataran parkir stasiun Sudimara di Kecamatan, pelataran parkir stasiun Rawa Buntu di Kecamatan, pelataran parkir stasiun Serpong di Kecamatan, pelataran parkir terminal

51 Kecamatan Ciputat, pelataran parkir terminal Kecamatan Pamulang, pelataran parkir pusatpusat perdagangan, perkantoran dan jasa dan pedestrian. (3) Kawasan Peruntukan Sektor Informal Sebaran ruang bagi kegiatan sektor informal, diantaranya yaitu sektor 9 Bintaro Jaya Kelurahan Pondok Jaya Kecamatan Pondok Aren, pasar modern Bumi Serpong Damai Kelurahan Kecamatan Lengkong Gudang Timur, pusat perdagangan Kecamatan Pamulang, Kecamatan Setu, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur dan Kecamatan Pondok Aren.penentuan lokasi untuk kegiatan sektor informal lebih lanjut ditetapkan dengan Peraturan Walikota. (4) Kawasan Evakuasi Bencana Kawasan evakuasi bencana bertujuan untuk memberikan ruang terbuka yang aman dari bencana alam sebagai tempat berlindung dan penampungan penduduk sementara dari suatu bencana alam yang meliputi ruang evakuasi bencana skala kota dan ruang evakuasi bencana skala lingkungan. Ruang evakuasi bencana skala kota terdiri dari Lapangan Bola Cilenggang, AlunAlun Kecamatan Pondok Aren, Kantor Kecamatan Pamulang, Kantor Kecamatan Ciputat Timur, Kawasan Puspiptek dan Stadion Mini Ciputat, sedangkan ruang evakuasi bencana skala lingkungan meliputi Kecamatan Ciputat, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang dan Kecamatan Setu. (5) Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukkan lainnya terdiri dari : a. Kawasan Pertanian Pengembangan kawasan peruntukan pertanian di Kota berada di Kecamatan Setu meliputi, fungsi sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya, pengembangan kegiatan tanaman hias, pengembangan kegiatan tanaman buah dan holtikultura, pengembangan kegiatan peternakan terintegrasi dengan kegiatan pertanian dan

52 pengembangan kegiatan perikanan darat diarahkan untuk meningkatkan komoditas ikan hias. b. Kawasan Pendidikan Sebaran Kawasan Pendidikan yang direncanakan hampir di setiap kecamatan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 030. c. Kawasan Kesehatan Sebaran Kawasan kesehatan yang direncanakan ada di Kota tangerang Selatan pada tahun 030 berada di seluruh wilayah kota. d. Kawasan Peribadatan Sebaran Kawasan peribadatan yang direncanakan ada di Kota tangerang Selatan pada tahun 030 berada di seluruh wilayah kota. e. Kawasan Pergudangan Sebaran Kawasan pergudangan ditetapkan di Kecamatan setu dan Kecamatan Serpong. f. Kawasan Pertahanan dan Keamanan Sebaran Kawasan pertahanan dan keamanan yang direncanakan ada di Kota Tangerang Selatan pada tahun 030 meliputi Markas Batalyon Kaveleri9 Kecamatan Serpong Utara, Komando Pendidikan dan Latihan (KODIKLAT) di Kecamatan Serpong, Pusat Penerbangan Angkatan Darat (PENERBAD) di Kecamatan Pamulang dan Polisi Udara Di Kecamatan Pamulang. g. Kawasan Lapangan Terbang Kawasan peruntukan lapangan terbang ditetapkan di lapangan terbang Pondok Cabe Kecamatan Pamulang Kebijakan Pemanfaatan Ruang Arahan pemanfaatan ruang terdiri dari indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Indikasi program utama

53 pemanfaatan ruang meliputi indikasi program utama perwujudan struktur ruang dan indikasi program utama perwujudan pola ruang. Indikasi sumber pendanaan terdiri dari dana Pemerintah, Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Swasta Dan atau kerjasama pendanaan. Indikasi pelaksana kegiatan terdiri dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Swasta Dan Masyarakat. Indikasi waktu pelaksanaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu:. Tahap pertama, yaitu tahun 0 05, diprioritaskan pada percepatan pembangunan wilayah;. Tahap kedua, yaitu tahun 06 00, diprioritaskan pada pemerataan pembangunan wilayah; 3. Tahap ketiga, yaitu tahun 0 05, diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan ruang wilayah; dan 4. Tahap keempat, yaitu tahun , diprioritaskan pada keberlanjutan pemanfaatan ruang wilayah...4. Wilayah Rawan Bencana Potensi bencana di Kota Tangerang Selatan adalah kemungkinan jebolnya tanggul yang terdapat pada situsitu dan banjir. Kota Tangerang Selatan memiliki 9 (sembilan) situ yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Pada tahun 009, terjadi peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung yang menelan korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. Wilayah yang rawan bencana banjir, pada umumnya terletak pada wilayah sekitar Sungai Pesanggrahan, Sungai Ciputat dan Kali Angke yang disebabkan oleh luapan air sungai terutama pada musim penghujan. Selain itu, banjir juga disebabkan oleh saluran air yang tidak berfungsi dengan baik. Tabel. II.3 Situ di Kota Tangerang Selatan Tahun 009 No Nama Situ Kecamatan Luas Situ (Ha) Kapasitas Saat ini (m3) Status/ Kewenangan Pondok Aren 5, Pusat/ Provinsi Situ Parigi Situ Bungur Ciputat 3, Pusat/ Provinsi 3 Situ Kayu Antap Ciputat, Bermasalah 4 Situ Rompong Ciputat Timur, Pusat/ Provinsi

54 No Nama Situ Kecamatan Luas Situ (Ha) Kapasitas Saat ini (m3) Status/ Kewenangan 5 Situ Legoso Ciputat 4, Hilang 6 Situ Gintung Ciputat Timur, Dalam proses revitalisasi 7 Situ Pamulang Pamulang 5, Pusat/ Provinsi 8 Situ Ciledug Pamulang 3, Pusat/ Provinsi 9 Situ Pondok Jagung Serpong Utara 7, Pusat/ Provinsi 0, Kota Tangerang Selatan Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 00 Tabel. II.4 Lokasi Rawan Banjir di Kota Tangerang Selatan No Lokasi Banjir Penyebab Banjir Kelurahan Kecamatan Perum Puri Bintaro Indah Luapan sekunder Ciledug Jombang Ciputat Perum Ciputat Baru Luapan kali Ciputat Sawah Ciputat 3 Perum Graha Permai Luapan kali Ciputat Sawah Ciputat 4 Perum Sarua Indah Luapan saluran sekunder Ciledug Serua Ciputat 5 Perum Sarua Makmur Luapan saluran sekunder Ciledug Serua Ciputat 6 Perum Pondok Hijau Luapan kali Ciputat Cempaka Putih Ciputat Timur 7 Perum Cirendeu Permai Luapan kali Pesanggrahan Cirendeu Ciputat Timur 8 Perum Inhutani Luapan kali Ciputat Cipayung Pamulang 9 Bukit Pamulang Indah (BPI) Luapan kali BPI Pamulang Barat Pamulang Pondok Cabe Udik Pamulang Jurang Mangu Barat Pondok Aren 0 Perum Cipayung Mas Luapan kali Ciputat Perum Jurang Mangu Timur Penyumbatan sampah, karena adanya lintasan kabel

55 No Lokasi Banjir Penyebab Banjir Kelurahan Kecamatan Perum Taman Mangu Indah Penyempitan kali Ciputat, tingginya debit air Jurang Mangu Barat & Pondok Aren Pondok Aren 3 Mekarsari RT 0, 3, 4, 5 Drainase buruk Pondok Betung Pondok Aren 4 Perum Wadas Sari Drainase buruk Pondok Betung Pondok Aren 5 Perum SEKNEG Luapan kali Angke Pondok Kacang Barat Pondok Aren 6 Perum Kacang Prima Jembatan terlalu rendah dan Pondok Kacang Timur menyempit Pondok Aren 7 Perum Villa Bintaro Regensi Luapan kali Sarua Pondok Kacang Timur Pondok Aren 8 Perum Pondok Mahartha Pondok Kacang Timur Pondok Aren Tol SerpongBintaro Pondok Aren Luapan kali Sarua 9 KM 03 Tol Bintaro Serpong Penyumbatan saluran pembuang drainase tol 0 Kali Ciater (jembatan 3) Aliran air terhalan jembatan Lengkong Wetan & & pendangkalan Lengkong Karya Serpong Utara Perum Duta Bintaro Penyempitan kali Pondok Jagung Paku Jaya Serpong Utara Depan PUSDIKLANTAS Goronggorong saluran terlalu kecil Pondok Jagung Timur Serpong Utara 3 Saluran Cipeucang Penyempitan & luapan kali Cipeucang Kedemangan & Serpong Setu Sumber: Hasil Monitoring Drainase Dinas Bina Marga & Pengairan Kota Tangerang Selatan, Demografi Kota Tangerang Selatan memiliki jumlah penduduk yang relatif meningkat dari tahun ke tahun, berdasarkan hasil sensus penduduk 0 (sepuluh) tahunan yang dilakukan oleh BPS, jumlah sementara penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 00 sebanyak jiwa dengan jumlah penduduk lakilaki sebesar jiwa atau sebesar 50,53% dan penduduk perempuan sejumlah jiwa atau sebesar 49,47%. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Pondok Aren dengan jumlah penduduk sebesar jiwa atau sebesar 3,56%, sedangkan Kecamatan Setu merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil, yaitu sebesar jiwa atau 4,99%.

56 Tabel II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 00 No Kecamatan Lakilaki Perempuan Jumlah Penduduk Rasio Jenis Kelamin Serpong ,35 Serpong Utara ,9 3 Setu ,84 4 Pamulang ,65 5 Ciputat ,98 6 Ciputat Timur ,08 7 Pondok Aren ,99 Jumlah ,5 Sumber: Angka tahun 00 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 00 (BPS, 00) Penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 00 meningkat sebesar 0,75% dari tahun 009. Peningkatan pertumbuhan periode merupakan pertumbuhan tertinggi dari 3 (tiga) periode sebelumnya. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Lakilaki Perempuan Sumber: BPS, hasil sementara sensus penduduk tahun 00 Gambar II. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 00

57 3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 Tabel II.6 Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km) Pertumbuhan Penduduk (%) , , ,37 007**) Ket: *) **) Angka tahun 00 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 00 (BPS, 00) Kabupaten Tangerang Dalam Angka 007/008 Dengan luas wilayah sekitar 47,9 Km, maka kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 00 sebesar jiwa per kilometer persegi, hal ini berarti bahwa setiap satu kilometer persegi dihuni sekitar orang. Kepadatan terbesar berada pada Kecamatan Ciputat Timur, yaitu.88 orang per kilometer persegi, sedangkan terkecil terdapat di Kecamatan Setu sebesar 4.9 orang per kilometer persegi. Kepadatan tahun 00 ini pun meningkat sebesar,03% dari tahun 009. Tabel II.7 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 00 No Kecamatan Jumlah Penduduk *) Luas Wilayah **) (Km) Kepadatan (Org/Km) Serpong , Serpong Utara 6.9 7, Setu , Pamulang , Ciputat , Ciputat Timur , Pondok Aren , Jumlah ,

58 No Kecamatan Luas Wilayah **) (Km) Jumlah Penduduk *) Kepadatan (Org/Km) , , ***) , Sumber: *) **) ***) Angka tahun 00 adalah data hasil sementara Sensus Penduduk Tahun 00 (BPS, 00) Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (008) Kabupaten Tangerang Dalam Angka 007/008 Penduduk Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 00 Kepadatan Penduduk Pondok Aren Perempuan 49,47% Ciputat Setu Lakilaki 50,53% Serpong Sumber: BPS, hasil sementara sensus penduduk tahun 00 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan Gambar II.3 Penduduk Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Kepadatan dan Jenis Kelamin Tahun 00 Berdasarkan pencatatan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, hingga bulan Oktober 00 jumlah penduduk adalah sebesar jiwa. Selisih antara data penduduk Disdukcapil dengan data penduduk BPS kemungkinan disebabkan adanya penduduk yang belum terdata oleh pencatatan yang dilakukan oleh Disdukcapil. Hal ini tidak berpengaruh signifikan terhadap persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin yang masih menunjukkan angka 50,9% untuk penduduk berjenis kelamin lakilaki, sedangkan 49,08% untuk perempuan.

59 Tabel II.8 Jumlah Penduduk Per Jenis Kelamin No. Keterangan Jumlah* Persentase Lakilaki ,9% Perempuan ,08% % TOTAL Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 00) Dari data jumlah penduduk berdasarkan usia yang didapat dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, pada tahun 00 sebagian besar penduduk Kota Tangerang Selatan masih terpusat pada selang umur yang produktif. Jumlah penduduk usia muda (04 tahun) sebanyak 5.90 orang atau sebanyak,77%, penduduk usia produktif (564 tahun) sebanyak orang atau 74,95%, dan penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sebanyak orang atau sebanyak 3,8%. Persentase besarnya penduduk usia produktif sangat berkaitan erat dengan potensi tenaga kerja. Persentase penduduk yang paling besar terdapat pada selang usia produktif, yaitu pada 3034 tahun sebesar 0,34%, kemudian disusul penduduk selang usia 59 tahun sebesar 0,7% dan usia 3539 tahun sebesar 9,64%. Sedangkan persentase penduduk yang paling kecil terdapat pada selang usia < tahun sebesar 0,%. Tabel II.9 Jumlah Penduduk Per Usia di Kota Tangerang Selatan No. Keterangan LakiLaki Perempuan Jumlah Jumlah < tahun ,% 4 tahun ,65% tahun ,0% tahun ,9% tahun ,65%

60 No. Keterangan LakiLaki Perempuan Jumlah Jumlah tahun ,80% tahun ,7% tahun ,34% tahun ,64% tahun ,58% tahun ,3% tahun ,63% tahun ,74% tahun ,6% tahun ,4% tahun ,9% 7 > 74 tahun ,96% TOTAL ,00% Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Keterangan: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 00) Kelompok umur 04 tahun merupakan penduduk kelompok umur muda Kelompok umur 564 tahun merupakan penduduk kelompok umur produktif kelompok umur 65 tahun keatas merupakan penduduk kelompok umur tua Tabel II.0 Jumlah Penduduk Per Agama No. Keterangan Jumlah* Persentase Islam ,4% Kristen ,5% 3 Katholik ,36% 4 Hindu.675 0,6% 5 Budha ,9%

61 6 Konghucu 39 0,03% 7 Penganut Kepercayaan 0,00% 8 Lainnya 38 0,03% % TOTAL Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 00) Jumlah Penduduk Per Agama Kota Tangerang Selatan Hingga Oktober 00 Islam 90,4% Kristen 5,5% Lainnya 0,03% Penganut Kepercayaa n 0,00% Konghucu 0,03% Budha 0,9% Katholik 3,36% Hindu 0,6% Sumber: Disdukcapil Kota Tangerang Selatan, 00 Gambar II.4 Penduduk Kota Tangerang Selatan Berdasarkan Usia dan Agama Tahun 00 Penduduk Kota Tangerang Selatan 90,4% beragama Islam, 5,5%, beragama Kristen Protestan, Katolik sebesar 3,36%, Hindu sebesar 0,6%, Budha sebesar 0,9%, Konghucu sebesar 0,03%, penganut kepercayaan 0,00% dan selainnya 0,03%. Sedangkan jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan belum kawin sebesar 50,69%, kawin 46,56%, cerai hidup 0,66% dan cerai mati,09%.

62 Tabel II. Jumlah Penduduk Per Status Kawin No. Keterangan Jumlah* Persentase Belum Kawin ,69% Kawin ,56% 3 Cerai Hidup ,66% 4 Cerai Mati.73,09% % TOTAL Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 00) Sebanyak 3,6% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan lulus SLTA, angka ini merupakan angka terbesar dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya. Sementara itu sebesar 4,5% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan tingkat perguruan tinggi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 Tabel II. Jumlah Penduduk Per Pendidikan No Keterangan Jumlah* Persentase Tidak/ Belum Sekolah 5.08,07% Belum Tamat SD/ Sederajat ,78% 3 Tamat SD/ Sederajat ,0% 4 SLTP/ Sederajat ,0% 5 SLTA/ Sederajat ,6% 6 Perguruan Tinggi.474 4,5% Total % Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 00) 7

63 Penduduk Kota Tangerang Selatan memiliki beragam mata pencaharian, dari penduduk yang terdata, sebanyak 4,77% belum memiliki pekerjaan, 9,3% mengurus rumah tangga, 5,4% pelajar/ mahasiswa, 0,98% pensiunan. Sedangkan 8,9% bermata pencaharian sebagai karyawan swasta,,7% sebagai wiraswasta,,30% sebagai Pegawai Negeri Sipil,,37% sebagai buruh harian lepas dan selainnya tersebar pada berbagai macam mata pencaharian seperti pada Tabel II.3. Tabel II.3 Jumlah Penduduk Per Pekerjaan No. Keterangan Mata Pencaharian Jumlah Persentase Belum/Tidak Bekerja ,77% Mengurus Rumah Tangga ,3% 3 Pelajar/Mahasiswa ,4% 4 Pensiunan ,98% 5 Pegawai Negeri Sipil 3.880,30% 6 Tentara Nasional Indonesia.989 0,9% 7 Kepolisian RI.449 0,4% 8 Perdagangan ,83% 9 Petani/Pekebunan.859 0,8% 0 Peternakan.877 0,8% Nelayan/Perikanan 63 0,06% Industri ,46% 3 Konstruksi.490 0,4% 4 Transportasi.300 0,% 5 Karyawan Swasta ,9% 6 Karyawan BUMN 3.8 0,3% 7 Karyawan BUMD 30 0,0% 8 Karyawan Honorer 98 0,09% 9 Buruh Harian Lepas 4.89,37% 0 Buruh Tani/ Perkebunan.574 0,5%

64 No. Keterangan Mata Pencaharian Jumlah Persentase Buruh Nelayan/ Perikanan 50 0,0% Buruh Peternakan 84 0,0% 3 Pembantu Rumah Tangga.98 0,9% 4 Tukang Cukur 3 0,003% 5 Tukang Listrik 70 0,0% 6 Tukang Batu 333 0,03% 7 Tukang Kayu 0,0% 8 Tukang Sol Sepatu 4 0,00% 9 Tukang Las/ Pandai Besi 53 0,0% 30 Tukang Jahit 30 0,03% 3 Tukang Gigi 6 0,0% 3 Penata Rias 44 0,00% 33 Penata Busana 78 0,0% 34 Penata Rambut 58 0,0% 35 Mekanik 99 0,0% 36 Seniman 56 0,0% 37 Tabib 0,00% 38 Paraji 7 0,00% 39 Perancang Busana 3 0,00% 40 Penterjemah 3 0,003% 4 Imam Mesjid 8 0,00% 4 Pendeta 53 0,0% 43 Pastor 0,00% 44 Wartawan 397 0,04% 45 Ustadz/Mubaligh 57 0,0% 46 Juru Masak 49 0,005%

65 No. Keterangan Mata Pencaharian Jumlah Persentase 47 Promotor Acara 7 0,00% 48 Anggota DPRRI 9 0,003% 49 Anggota DPD 5 0,0005% 50 Anggota BPK 0 0,0% 5 Anggota Mahkamah Konstitusi 5 0,0005% 5 Anggota DPRD Provinsi 8 0,003% 53 Anggota DPRD Kabupaten/ Kota 3 0,003% 54 Dosen.05 0,0% 55 Guru ,63% 56 Pilot 55 0,0% 57 Pengacara 9 0,0% 58 Notaris 03 0,0% 59 Arsitek 4 0,0% 60 Akuntan 49 0,005% 6 Konsultan 6 0,03% 6 Dokter.03 0,% 63 Bidan 09 0,0% 64 Perawat 469 0,05% 65 Apoteker 67 0,0% 66 Psikiater/ Psikolog 8 0,003% 67 Penyiar Televisi 8 0,00% 68 Penyiar Radio 8 0,00% 69 Pelaut 97 0,0% 70 Peneliti 44 0,0% 7 Sopir.70 0,6% 7 Pialang 4 0,004%

66 No. Keterangan Mata Pencaharian Jumlah Persentase 8 0,00%.747 0,6% 73 Paranormal 74 Pedagang 75 Perangkat Desa 4 0,0% 76 Kepala Desa 3 0,003% 77 Biarawati 40 0,004% 78 Wiraswasta.67,7% 79 Lainnya 0.899,05% 80 Pengusaha 5 0,00% TOTAL Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Menurut data kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, hampir keseluruhan penduduk Kota Tangerang Selatan atau sekitar 99,99% berada pada kondisi yang normal, dalam arti tidak ada cacat yang diderita. Sedangkan beberapa diantaranya mengalami cacat fisik, cacat netral, cacat rungu, cacat mental, dan cacat lainnya seperti pada data Tabel II.4. Tabel II.4 Jumlah Penduduk Per Jenis Kecacatan No. Keterangan Jumlah Persentase Tidak Ada ,99% Cacat Fisik 69 0,0066% 3 Cacat Netra/Buta 0 0,009% 4 Cacat Rungu/Wicara 4 0,003% 5 Cacat Mental/Jiwa 4 0,003% 6 Cacat Fisik dan Mental 9 0,008% 7 Cacat Lainnya 0 0,000% TOTAL Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00

67 .. Aspek Kesejahteraan Masyarakat... Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... Pertumbuhan PDRB PDRB Menurut Lapangan Usaha. Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan menunjukkan pertumbuhan positif meskipun terdapat perbedaan dalam tingkat kecepatannya. Sektor yang paling tinggi laju pertumbuhannya selama tahun 007 hingga 009 adalah sektor bangunan dan konstruksi serta sektor bank, persewaan & jasa perusahaan yang ratarata per tahunnya masingmasing mencapai 3,%, disusul sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar,3%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terdapat di sektor pertanian yang tumbuh sebesar 0,55 %. Fenomena ini menggambarkan bahwa Kota Tangerang Selatan sudah bukan lagi daerah agraris. Diikuti pertumbuhan terendah kedua adalah sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar,7 persen. Tabel II.5 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun A.D.H. Konstan Tahun 000 Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan 007*) No. Lapangan Usaha 008*) 47,078.75,9.8 Distribusi (%).3% 0.03% 3 Industri Pengolahan 808, Listrik, Gas & Air Bersih 5 Bangunan / Konstruksi 83, ,779.9 Pertanian Pertambangan & Penggalian 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Bank, persewaan & jasa perusahaan 9 Jasajasa Jumlah *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, **) 46,86.5,98.7 Distribusi (%).03% 0.03% 9.40% 8, % 7.7% 86, ,3.9,3, % 40, , , ,68, (Juta Rupiah) 47,59.9, Distribusi (%) 0.96% 0.03% 8.04% 836, % 4.09% 7.35% 94, , % 7.63%,495, %,630, % 0.0% 0.9% 46, , %.6% 54, , %.63% 5.8% 00.00% 697, ,560, % 00.00% 759, ,947, % 00.00% (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)

68 Tabel II.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun A.D.H. Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Tangerang Selatan 007*) No Lapangan Usaha 74,983.5, ,553.93,000.84,48, , ,580.68,69, % 4.04% 6.07% 9.67%,53, ,77.3 6,900.47,764,649.33,066, % 950,475.49,093, ,649,549.5 (Juta Rupiah) Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Bank, persewaan & jasa perusahaan 9 Jasajasa Jumlah 009**) Distribusi (%) 0.90% 0.0% Pertanian Pertambangan & Penggalian *) Distribusi (%) 0.98% 0.0% 85,85.88,39.84 Distribusi (%) 0.85% 0.0% 7.06% 3.74% 6.86% 30.96%,597, ,3.4 77, ,69, % 3.49% 7.9% 3.9%,43, %,480, %.43%,, %,84, % 4.30% 00.00%,48, ,93, % 00.00%,47,5.4 0,7, % 00.00% (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 00 Tabel II.7 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan No, Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Bank, persewaan & jasa perusahaan Jasajasa Jumlah *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 00 (Diolah) 007*) HB HK 0.98%.3% 0.0% 0.03% 8.54% 9.40% 4.04% 4.39% 6.07% 7.7% 9.67% 3.69% 3.94% 0.0%.43% 0.9% 4.30% 5.8% 00.00% 00.00% 008*) HB HK 0.90%.03% 0.0% 0.03% 7.06% 8.04% 3.74% 4.09% 6.86% 7.35% 30.96% 3.80% 3.9% 0.%.56%.6% 3.98% 5.9% 00.00% 00.00% 009**) HB HK 0.85% 0.96% 0.0% 0.03% 5.77% 6.9% 3.49% 3.93% 7.9% 7.63% 3.9% 3.95% 4.6% 0.6%.68%.63% 4.09% 5.35% 00.00% 00.00%

69 Tabel II.8 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 007 Sampai Dengan Tahun 009 Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan No Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Bank, persewaan & jasa perusahaan Jasajasa Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, 00 (Diolah) Pertumbuhan HB HK 4.50%.09%.09%.%.63% 3.44% 4.% 6.5% 56.70% 6.43% 39.63% 3.4% 38.80% 4.65% 35.% 6.4% 30.49% 0.03% 3.40% 8.69% Berdasarkan data PDRB adh berlaku tahun 007 hingga 009, empat besar sektor pada struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan adalah perdagangan hotel dan restoran, industri pengolahan, jasajasa, pengangkutan dan komunikasi. Sektor dengan kontribusi ratarata di bawah % adalah pertanian dan pertambangan & penggalian. Jasajasa 4,09% Pertanian 0,85% Pertambangan & Penggalian 0,0% Industri Pengolahan 5,77% Listrik, Gas & Air Bersih 3,49% Bank, persewaa n & jasa perusahaan,68% Bangunan / Konstruksi 7,9% Perdagangan, Hotel & Restoran 3,9% Pengangkutan & Komunikasi 4,6% Gambar II.5 Gambaran kontribusi sektor lapangan usaha pada tahun 009

70 Jika dilihat dari laju pertumbuhannya selama kurun waktu tersebut, sektor dengan laju pertumbuhan ratarata tertinggi adalah bangunan/konstruksi, disusul oleh perdagangan hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi. Meskipun semua sektor menunjukkan laju pertumbuhan yang positif, tingkat lajunya berbedabeda. Ada sektorsektor yang mengalami percepatan dan ada sektor yang mengalami perlambatan. Sektorsektor yang mengalami percepatan adalah bangunan/konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; bank, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasajasa, yang masuk ke dalam kelompok sektor tersier, kecuali bangunan/konstruksi. Sektorsektor yang mengalami perlambatan adalah pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; dan listrik, gas dan air bersih. Dua sektor pertama masuk ke dalam sektor primer dan dua sektor terakhir masuk ke dalam sektor sekunder. Berdasarkan informasiinformasi tersebut, diketahui bahwa ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektorsektor perdagangan hotel dan restoran; industri pengolahan; jasajasa; serta pengangkutan dan komunikasi dengan kecenderungan pergeseran membesarnya andil sektor perdagangan hotel dan restoran; Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 industri 3 pengolahan; jasajasa; pengangkutan dan komunikasi dan mengecilnya andil sektor industri pengolahan. Berdasarkan data PDRB tahun 009, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan restoran; jasajasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi hampir 7,68%. Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi) memberikan kontribusi 6,45%, dan sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) hanya memberikan kontribusi sebesar 0,87%.

71 Kontribusi Kelompok Sektor Tahun 009 Primer 0,87% Sekunder 6,45% Tersier 7,68% Gambar II.6 Gambaran kontribusi kelompok sektor (primer, sekunder dan tersier) pada tahun 009 Jika dilihat kecenderungan tahun 007 hingga tahun 009, berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 000, sektor primer mengecil kontribusinya sebesar 0,7% dari,6% menjadi 0,99%. Demikian juga dengan sekunder, yaitu mengecil sebesar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 4,48% dari 30,96% menjadi 8,47%. Hal yang sebaliknya terjadi pada sektor tersier yang meningkat kontribusinya sebesar,65% dari 67,88% menjadi 70,54%. Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Kota Tangerang Selatan semakin bergeser ke arah sektorsektor tersier atau berarti juga semakin bertumpu pada sektorsektor tersier. Ini berarti bahwa, ekonomi Kota tidak bergantung kepada eksploitasi sumber daya alam, melainkan lebih bertumpu pada nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan informasi, kapasitas kreatif, organisasi dan koordinasi antara berbagai pihak. PDRB Menurut Kecamatan. Jika dilihat per kecamatan, total PDRB adh berlaku yang cukup besar selama tahun 007 hingga 009 adalah di Serpong, Serpong Utara, dan Ciputat Timur dengan angka sebesar Rp.,6 Trilyun dan yang terkecil adalah di Setu dengan nilai di bawah Rp.400 Milyar Rupiah. Hanya dua kecamatan, yaitu Setu dan Ciputat, yang PDRBnya di bawah satu trilyun rupiah pada tahun 009.

72 Jika dilihat dari PDRB per kapita, tiga kecamatan memiliki angka di atas sepuluh juta rupiah per orang per tahun adalah Serpong, Serpong Utara dan Ciputat Timur. Empat kecamatan lain memiliki PDRB per kapita yang berkisar antara 3 6 juta rupiah. Hal ini menunjukkan masih adanya kesenjangan antar daerah, sebagaimana ditunjukkan oleh indeks Williamson. Namun, jika dilihat dari pertumbuhannya, tiga kecamatan yang mengalami pertumbuhan paling cepat adalah Serpong, Serpong Utara dan Pondok Aren. Berdasarkan harga konstan, terlihat bahwa Serpong dan Serpong Utara memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan dan juga tumbuh paling cepat. Hal yang sama terlihat pada angka PDRB per kapita: Serpong, Serpong Utara dan Ciputat Timurlah yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 008 dan 009. Tabel II.9 Perkembangan PDRB Tahun Atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK) Kota Tangerang Selatan No. Lapangan Usaha Setu 007*) HB 36,593.6 Serpong,670,64.55 Pamulang 888,04.67 Ciputat 733,73.5 Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Utara,09, ,383.5,035, Standar Kota 7,649,549.5 Standar Provinsi Standar Nasional 3,953,968.0 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Sumber: BPS Kabupaten Tangerang, *) HK 60, , , ,006.50,8, , , ,68,900.45,963,9.80 HB 39,786.7,8,757.65,09, ,9.0,497,769.0,40,693.39,760, ,93,76.87, ,95, **) HK 76,838.66,79, , , , , , ,560, HB 0,7, HK 84,3.38,554, , , , , , ,947,866.89,08, ,63,44.70,76, ,80.48,64,07.70,7, ,708.37,700,70.85,96,56.39,99, Laju Inflasi Perhitungan inflasi belum dilakukan khusus untuk Kota Tangerang Selatan. Namun, asumsi inflasi dapat menggunakan angka Kota Tangerang. Tabel II.0 Nilai Inflasi RataRata Tahun

73 Kota Tangerang dan Provinsi Banten Uraian Kota Tangerang Provinsi Banten 007 n.a. 6.3% %.47% %.86% % 6.0% Ratarata 6.44% 6.69% Sumber: BPS Provinsi Banten, Kesenjangan Perwilayahan Selain pengangguran dan kemiskinan, Kota Tangerang Selatan juga menghadapi masalah kesenjangan antar wilayah. Dilihat dari kontribusi PDRB per kecamatan pada tahun 008, beberapa kecamatan memberikan kontribusi yang besar, seperti Serpong (5,9%), Serpong Utara (9,66%) dan Ciputat Timur (6,79%), namun Setu dan Ciputat hanya memberikan kontribusi di bawah 0%. Dilihat dari PDRB per kapita juga terlihat perbedaan mencolok. Angka PDRB per kapita di Ciputat Timur, Serpong dan Serpong Utara lebih besar dari Rp.0 juta sedangkan Setu, Pamulang, Ciputat dan Pondok Aren lebih kecil dari Rp.6 juta. Angka indeks Williamson, salah satu indikator kesenjangan antar wilayah, juga mengindikasian hal yang sama. Indeks tahun 009 dan 008 masingmasing adalah sebesar 0,79 dan 0,7 yang menunjukkan terjadinya kesenjangan yang cukup besar. Dibandingkan angka tahun 007 yang sebesar 0,60, angka tersebut lebih tinggi yang menjadi indikasi peningkatan kesenjangan antar wilayah (diolah dari data BPS, 00). Kesenjangan diduga akibat pembangunan yang sangat cepat di wilayah Serpong, Serpong Utara dan Ciputat Timur dibandingkan wilayah lain. Karena itu perlu adanya intervensi dari pemerintah untuk meningkatkan nilai PDRB per kapita di kecamatankecamatan dengan PDRB per kapita yang lebih kecil dibandingkan dengan kecamatan dengan PDRB per kapita yang lebih besar. Pada tahun 005, Pemerintah melakukan sensus sebagai dasar untuk menentukan penerima Bantuan Tunai Langsung (BLT). Pada tahun 008, Pemerintah melakukan verifikasi data tersebut dengan melakukan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS08). Berdasarkan hasil PPLS08, jumlah rumah tangga sasaran (RTS) Tangerang Selatan adalah RT dengan jumlah kepala dan anggota rumah tangga orang atau 4,89% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 008. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Banten, Tangerang Selatan menempati peringkat kedua RTS terendah setelah Kota Cilegon. Tabel II.

74 Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial 008 Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 008 No Kecamatan Serpong Serpong Utara Setu Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Sumber: Rumah Tangga Penerima BLT Rumah Tangga Sasaran PPLS '08,463,74,993 5,963,438,685,80 9,04,40,590,87 5,99,848 98,4 6,303 Kepala & Persentase RTS Jumlah Anggota Terhadap Jumlah RTS PPLS Penduduk Penduduk '08 5,37 0, % 5,453 79, % 6,33 57, % 8,9 54, % 6,086 65, % 4,003 64,07.44% 7,353 5,76.9% 5,644,076, % Bappeda Kabupaten Tangerang (008) Pendataan Program Perlindungan Sosial 008, BPS Kabupaten Tangerang Jika dilihat per kecamatan, persentase jumlah kepala dan anggota RTS tertinggi adalah di Setu dengan 0,93% dan yang terendah adalah di Ciputat Timur dengan,44%. Jika dilihat sebarannya, terlihat ada ketidakmerataan antar kecamatan dan rentang perbedaan yang cukup lebar yaitu,44% 0,93%.... Fokus Kesejahteraan Sosial... Angka Melek Huruf dan RataRata Lama Sekolah Kota Tangerang Selatan yang berdiri pada bulan November 008 pada tahun 009 masih terdapat,86 % penduduk (usia 5 tahun keatas) yang buta huruf, hal ini dapat dilihat dari angka melek huruf yang mencapai 98,4 %. Angka Melek Huruf di Kota Tangerang Selatan ini jika dibandingkan dengan seluruh Kab/Kota di Provinsi Banten menempati peringkat ketiga setelah Kota Cilegon (98,7%) dan disusul Kota Tangerang (98,35%) sedangkan daerah induk, yaitu Kabupaten Tangerang menempati peringkat kelima (95,66%) setelah Kota Serang (96,7%). AMH Kota Tangerang Selatan juga berada diatas AMH Provinsi Banten yang mencapai 95,95%. Meskipun AMH di Kota Tangerang Selatan ini tergolong cukup baik namun sebagai daerah terbuka yang juga berbatasan langsung dengan Provinsi DKI jakarta tentunya juga harus menjadi kewaspadaan dan perhatian Pemerintah Kota Tangerang Selatan karena bukan tidak mungkin dengan potensi pertumbuhan yang pesat mendorong terjadinya urbanisasi masuk ke Kota Tangerang Selatan baik dari wilayah sekitar seperti dari daerah lain di Provinsi Banten, maupun sekitar Bogor Jawa Barat, bahkan dari

75 Provinsi lain yang mungkin saja urbanisasi ini banyak terdiri dari kalangan pendidikan rendah ataupun masih buta huruf. Grafik.... Angka Melek Huruf di Kabupaten/Kota dan Prop Banten Tahun Kota Tangerang; 98,35 Kota Tangerang Selatan; 98,4 Kota Cilegon; 98,7 Kab. Tangerang; 95,66 96,3 94,55 Propinsi Banten; 95,95 94, Kab. Pandeglang Kab. Lebak Kab. Tangerang Kab. Serang Kota Tangerang Kota Cilegon Kota Serang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan Indikator pendidikan yang lain dalam komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu ratarata lama sekolah (RLS), Kota Tangerang Selatan untuk tahun 009 mencapai 9,95 tahun. Jika dilihat dari ratarata lama sekolah seluruh Kab/Kota se Provinsi Banten, hal ini berarti angka Ratarata Lama Sekolah tertinggi di Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang. Kota Tangerang Selatan meski sebagai daerah otonom baru yang lahir di tahun 008 hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Tangerang, namun kondisi pendidikan masyarakatnya sudah relatif lebih maju di banding daerah lainnya, disamping secara geografis sebagian besar wilayah kecamatannya berbatasan dan berinteraksi langsung dengan Provinsi DKI Jakarta seperti Pondok Aren, Pamulang dan Ciputat juga banyak tersebar sekolah dan perguruan tinggi yang berada di wilayah tersebut, seperti terdapat kampus Universitas Terbuka (UT) di Pamulang, Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) di Pondok Aren, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) di Ciputat Timur dan perguruan tinggi swasta lainya. Ratarata Lama Sekolah untuk Kabupaten Tangerang sebagai Kabupaten induk setelah terpisah dengan Kota Tangerang Selatan, yaitu 8,93 tahun menempati urutan keempat setelah Kota Cilegon yang menempati urutan ketiga, yaitu 9,66 tahun, dan yang terendah adalah kabupaten Lebak yaitu 6, tahun. Sedangkan ratarata lama sekolah di Provinsi Banten masih dibawah Kota Tangerang Selatan, yaitu hanya mencapai 8,5 tahun.

76 Ratarata lama sekolah ini sangat dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan penduduk untuk melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi namun disisi lain juga peningkatan fasilitas serta prasarana gedung sekolah dan yang lebih penting adalah program kebijakan dari pemerintah dalam mengurangi angka putus sekolah khusunya bagi kalangan masyarakat kurang mampu. Tabel II. Indeks Pencapaian Pendidikan Kota Tangerang Selatan Tahun (Tahun masih Kabupaten Tangerang) No. Indikator *) 009 () () (3) (4) (5) (6). Angka Melek Huruf (AMH) 94,7 95,3 98, 98,4. Indeks AMH 94,7 95,3 98, 98,4 3. Ratarata Lama Sekolah (RLS) 8,9 8,9 9,94 9,95 4. Indeks RLS 59,3 59,3 66,7 66,33 83,30 87,50 87,54 Indeks Pendidikan 8,90 *) Angka perbaikan Sumber : BPS..3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Selain menjadi hunian yang strategis dan nyaman, Kota Tangerang Selatan dari tahun 009 sudah memiliki fasilitas olahraga dan rekreasi per kecamatan. Beberapa diantaranya seperti yang tampak pada Tabel II.3 berikut ini: Tabel II.3 Jumlah Fasilitas Olahraga Dan Rekreasi Per Kecamatan

77 Di Kota Tangerang Selatan Tahun 009/ 00 Lapangan No Kecamatan Gedung Olahraga Sepak Bola Bulu Tangkis Bola Voli Tenis Golf Kolam Pacuan Renang Kuda Mall GOR / GSG Serpong Serpong Utara Ciputat Ciputat Timur Pamulang Pondok Aren Setu Kota Tangerang Selatan Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan, 00 Klub kepemudaan, olahraga dan kebudayaan di Kota Tangerang Selatan juga cukup banyak. Masingmasing klub tersebar di 7 kecamatan. Klub renang yang tercatat paling banyak terdapat di Kota Tangerang Selatan, selain itu klub futsal dan klub pencak silat juga banyak tersebar. Tabel II.4 Jumlah Klub Kepemudaan, Olahraga Dan Kebudayaan Di Kota Tangerang Selatan Tahun 009 No Klub Olahraga Serpong Sepak Bola 3 Serpong Utara Setu Pamulang Ciputat Kota Ciputat Pondok Tangerang Timur Aren Selatan 5

78 No Klub Olahraga Serpong Serpong Utara Setu Pamulang Ciputat Kota Ciputat Pondok Tangerang Timur Aren Selatan Futsal Voli 0 4 Bulu Tangkis 9 5 Tenis 6 Basket 7 Atletik 8 Pencak Silat Karate 8 0 Gulat Tinju Yudo 3 Renang Golf 3 5 Hockey 6 Catur 5 Sumber : Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, Aspek Pelayanan Umum.3.. Fokus Layanan Urusan Wajib.3... Angka Partisipasi Sekolah Tingkat partisipasi kasar penduduk berpendidikan SD Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana yang semula sebesar 97,58 tahun 008 menjadi 99,5 di tahun 009. Kecenderungan positif juga terlihat dalam tingkat partisipasi kasar SLTP dan SLTA.

79 Tabel II.5 Tingkat Partisipasi Kasar Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun Pendidikan SD SLTP SLTA ,58 89,0 65,80 99,5 89,33 7,0 Sumber : BPS, Susenas (diolah) Tingkat partisipasi murni juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari periode 008 ke 009, baik di tingkat SD, SLTP ataupun SLTA. Tabel II.6 Tingkat Partisipasi Murni Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun Pendidikan SD 80,58 8,5 SLTP 48,67 49,33 SLTA 38,08 38,76 Sumber : BPS, Susenas (diolah).3.. Fokus Layanan Urusan Pilihan.3... Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah investasi PMA dan PMDN di Kota Tangerang Selatan pada tahun 009 mencapai Rp, triliun dan US $,6 milyar. Jumlah perusahaan yang menanamkan investasi terhitung sebanyak 94 buah perusahaan.

80 Tabel II.7 Jumlah Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Tahun 009 Status Penanaman Modal Asing Penanaman Modal Dalam Negeri JUMLAH Investasi Rupiah Dolar AS,006,04,368,500,578,93, ,30,76,000,6,334,644,500,578,93, Jumlah Perusahaan Aspek Daya Saing Daerah.4.. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Semenjak dua tahun terbentuk, Kota Tangerang Selatan sudah memiliki beberapa kawasan industri dan perdagangan. Luas yang disediakan untuk zona industri di Kota Tangerang Selatan adalah seluas 8,3 hektar dengan.386 unit industri yang termanfaatkan. Sedangkan luas yang disediakan untuk kawasan industri adalah seluas 84 hektar dengan 64 unit industri yang termanfaatkan. Kawasan perdagangan di Kota Tangerang Selatan terbagi menjadi dua, yaitu kawasan dengan skala kota dan lokal serta kawasan perdagangan jasa. Luas yang disediakan untuk kawasan perdagangan skala kota dan lokal adalah seluas 050 hektar, sedangkan untuk kawasan perdagangan jasa seluas 4,79 hektar. Tabel. II.8 Kondisi Umum Perindustrian Dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan No. Alokasi Peruntukan Luas yang disediakan Termanfaatkan Industri Ket Luas Kawasan Perindustrian Zona Industri Kawasan Industri 8,3 Ha 386 Unit 84 Ha 64 Unit 854,64 Ha PT. Bumi Serpong Damai 00 Ha PT. Benua Permai Lestari 50 Ha

81 No. Alokasi Peruntukan Luas yang disediakan Termanfaatkan Industri PT. Purati Kencana Alam Ket Luas 70 Ha 73,64 Ha 300 Ha PT. Mitra Tangerang Bumimas 0 Ha PT. Mitra Tangerang Bumimas 30 Ha PT. Adhibalaraja 300 Ha PT. Putra Daya Perkasa PT. Cipta Cakra Murdaya PT. Bhumi Citra Ha Permai/ Milenium 58 Ha PT. Kwarta Sejahtera 98 Ha 50 Ha 5 Ha PT. Telaga King PT. Sinar Rejeki Propertindo Total Perindustrian 350,3 Ha 4000 Unit 854,64 Ha 050 Ha 4,79 Ha 74,79 Ha 0 Unit 0 Ha 8,3 Ha 386 Unit 83 Ha Kawasan Perdagangan Skala Kota dan Lokal Jasa Total Perindustrian Kawasan Pergudangan Kawasan Pergudangan PT. Trisula Indah Lestari 95 PT. Bangun Kosambi Sukses 30 PT. Bangun Kosambi Sukses 0 PT. Bangun Kosambi Sukses 0 PT. Angkasa Putra Bersaudara 5 PT. Kukuh Mandiri PT. Agusindo Binatama 00 5

82 No. Termanfaatkan Luas yang disediakan Alokasi Peruntukan Industri PT. Parungrapan Ket Luas 400 PT. Ocean Park 30 PT. Welirang Utomo 33 PT. Bintang Mahailex 75 Zona Gudang Total Perindustrian 84 Ha 350,3 Ha 386 Unit 83 Ha Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan, 00 Selain kawasan perindustrian dan perdagangan, Kota Tangerang Selatan juga memiliki kawasan pergudangan. Lahan kawasan pergudangan pun terbagi menjadi dua, yaitu lahan yang disediakan untuk kawasan pergudangan, yaitu sebesar 8,3 hektar dengan perusahaan 386 unit dan lahan yang disediakan untuk zona gudang, yaitu sebesar 350,3 hektar dengan 386 unit perusahan. Berikut ini adalah sebaran industri di Kota Tangerang Selatan, yang masih banyak ditemukan tersebar di beberapa kecamatan di Kota Tangerang Selatan di antaranya adalah industri kerajianan anyaman, industri makanan, dan pabrik. Tabel. II.9 Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar Kota Tangerang Selatan No. Kecamatan Kerajinan Kayu Kerajinan Anyaman Kerajinan Gerabah Kerajinan Kain Industri Makanan Pabrik Serpong 3 Serpong Utara 6 3 Ciputat 4 Ciputat Timur 4 5 Pamulang

83 No. Kecamatan Kerajinan Kayu Kerajinan Anyaman Kerajinan Gerabah Kerajinan Kain Industri Makanan Pabrik 6 Pondok Aren Setu Kota Tangerang Selatan Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan, 00 Terdaftar ada lima pasar tradisional yang berada di tanah milik pemerintah Kota Tangerang Selatan akan tetapi masih merupakan pasar tradisional milik Pemerintah Kabupaten. Tabel. II.30 Pasar Tradisional Milik Pemerintah Kabupaten di Tanah Milik Pemerintah di Kota Tangerang Selatan Tahun 009 No Nama Pasar Kec. Kondisi Komoditi Yg Dijual Jumlah Kios Jumlah Los Pedagang Kaki Lima Luas Areal (M ) Ket. Ciputat Ciputat Cukup Baik Sembako, sandang, perhiasan Lantai Jombang Ciputat Kurang Baik Sembako, sandang, perhiasan Lantai 3 Ciputat Permai Ciputat Timur Kurang Baik Sembako Lantai 4 Bintaro Sektor Pondok Aren Kurang Baik Sembako, sandang Sedang dibangun 5 Serpong Serpong Baik Sembako, sandang, perhiasan Dibangun Gedung Hijau Serpong Utara Kurang Baik Sembako Tidak digunakan

84 No Nama Pasar Kec. Kondisi Komoditi Yg Dijual JUMLAH Jumlah Kios Jumlah Los Pedagang Kaki Lima Luas Areal (M ) Ket. Sumber: PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kab. Tangerang, 009 dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangsel, Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Jumlah jalan di Kota Tangerang Selatan tercatat sebanyak.74 buah, dengan total panjang jalan sebesar ,9 meter. Tabel. II.3 Rekapitulasi Jumlah Dan Panjang Jalan Kota Tangerang Selatan No Kecamatan Jumlah (bh) Panjang (m) Jalan 0, ,0 Jalan Gang, ,00 4, ,,00 800,00 Jalan Lingkungan 0, ,00 Jalan Gang 6, ,00 Jalan 7,00 9.9,00 Jalan Gang,00.300,00 Jalan Lingkungan 9, ,00 Jalan Gang 64, ,00 Kecamatan Serpong Utara Kecamatan Pondok Aren Jalan Jalan Gang Kecamatan Serpong Kecamatan Setu Kecamatan Pamulang

85 No 6 7 Kecamatan Jumlah (bh) Panjang (m) Jalan 54, ,50 Jalan Gang,00 750,00 Jalan 0, ,00 Gang 4,00.500,00 Jumlah Jalan.054, ,9 Jumlah Gang 0, ,00 TOTAL JALAN & GANG.74, ,9 Kecamatan Ciputat Timur Kecamatan Ciputat Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 00 Kota Tangerang Selatan memiliki jembatan sejumlah 8 buah dengan total panjang.73,0 meter yang tersebar di masingmasing kecamatan. Tabel. II.3 Rekapitulasi Data Jumlah & Panjang Jembatan Kota Tangerang Selatan No Kecamatan Jumlah (bh) Panjang (m) 5,00 33,00 64,00 68,00 Jembatan 4,00 90,55 Jembatan kayu,00 5,00 5,00 06,50 Kecamatan Serpong Utara Jembatan Kecamatan Pondok Aren Jembatan 3 4 Kecamatan Serpong Kecamatan Setu Jembatan 5 Kecamatan Pamulang

86 Jembatan 6 30,00 3,00 47,50 4,00 3,47 8,00.73,0 Kecamatan Ciputat Timur Jembatan 7 7,00 Kecamatan Ciputat Jembatan Jumlah Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 00 Kota Tangerang Selatan memiliki 3 ruas jalan, yaitu jalan negara sepanjang 9,6 Km, jalan provinsi 48,90 Km, jalan kota Km (37,78 Km dan 487,76 Km jalan lingkungan). Tabel. II.33 Ruas dan Panjang Jalan Kota Tangerang Selatan No. Nama Ruas Jalan Panjang (Km) A Jalan Negara Jl. RE Martadinata Dewi Sartika Juanda 9,6 Total Jalan Negara 9,6 B Jalan Provinsi Jl. Serua Dukuh Jombang,3 Jl. Aria Putra (Ciputat Serua Dukuh) 3,38 3 Jl. Jombang Raya 3,08 4 Jl. Serpong Kadusirung,03 5 Jl. Puspiptek 4,40 6 Jl. Pamulang Raya,6 7 Jl. Cabe Raya Pondok Cabe Raya 6,98 8 Jl. Pondok Kacang,96 9 Jl. Raya Parigi,36 0 Jl. Pahlawan Seribu 7,95

87 No. Nama Ruas Jalan Panjang (Km) Jl. Serpong Raya 7,05 Jl. Serpong Kadu Sirung 6,4 Total Jalan Provinsi 48,90 C Jalan Kota Jl. Pondok RanjiKp. Sawah,70 Jl. CiputatPondok Betung 6,50 3 Jl. Pondok ArenPondok Betung 5,00 4 Jl. Ciputat Kp. SawahSerua 6,00 5 Jl. Serua DukuhCilenggang 5,30 6 Jl. CilenggangPasar Jengkol 7,0 7 Jl. Tanah Merah WetanDs.Gempol,80 8 Jl. CilenggangSerpong,30 9 Jl. RempoaMabadBatas DKI 3,00 0 Jl. Pondok PucungKp. Sawah 4,50 Jl. LegosoPd. Cabe Ilir,50 Jl. LegosoCireundeu 4,00 3 Jl. Jurang ManguKreo 3,90 4 Jl. Pondok Jaya (Pondok Belimbing)Pondok Jengkol,00 5 Jl. Lengkong GudangJombang 6,50 6 Jl. BuaranPondok Kacang,00 7 Jl. Rawa BuntuCiater,70 8 Jl. MerugaPondok Benda 4,46 9 Jl. KedaungBambu Apus Barat (Pamulang Barat),30 0 Jl. Pasar Situ GintungCireunda,60 Jl. CireudeuPd. Cabe Udik/Bts DKI,00 Jl. Surya KencanaReni Jaya,60

88 No. Nama Ruas Jalan Panjang (Km) 3 Jl. CirumpakKandayakanGagawarung 6,60 4 Jl. Lengkong GudangLengkong Gudang Timur,00 5 Jl. Bambu ApusDepag,98 6 Jl. Pd. Cabe IlirCinere,53 7 Jl. Akasia 0,88 8 Jl. Cemara 0,47 9 Jl. Sasak TinggiKedaung,9 30 Jl. Lingkungan DesaSawah Baru,5 3 Jl. Sukadamai 0,89 3 Jl. Sukabakti 0,9 33 Jl. Tarumanagara,94 34 Jl. JombangTegal Rotan,9 35 Jl. AlAmanahGontari Jami AlIslamiyah,4 36 Jl. Bale DesaSMPN II,76 37 Jl. Ds. Jr. Mangu,58 38 Jl. PerigiLengkong Wetan 3,73 39 Jl. Kp. Kelapa PLN,0 40 Jl. Rawa BuntuKp. SawahCiater,65 4 Jl. Ds. Buaran TimurCiater Satu,8 4 Jl. Kp. Jelupang,93 43 Jl. Kp. Kodam 3,0 44 Jl. Masuk TPA Cipeucang 0,43 45 Jl. CilenggangDadap 0,7 46 Jl. Bhayangkara 3,6 47 Jl. RM. Mansyur (Pakuja), 48 Jl. Pondok Jagung,43

89 No. Nama Ruas Jalan Panjang (Km) 49 Jl. Pondok BendaSerua 3,48 50 Jl. Ds. Cempaka PutihDs. Rempoa,90 5 Jl. Pondok PucungPondok Kacang 5,30 D Total Jalan Kota 37,78 Jalan Desa dan Jalan Lingkungan 487,76 Jumlah Total 683,60 Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, 00 Untuk mendukung pengoperasian angkutan kereta api, di wilayah Kota Tangerang Selatan dilengkapi dengan 5 stasiun dengan kondisi yang belum memadai dari segi kapasitas maupun tingkat pelayanan. Jaringan kereta api pada Jalur padat yang melayani angkutan komuter seperti pada lintas TangerangJakarta dan lintas SerpongJakarta yang masih dilayani dengan spur tunggal (single track) dan saat ini, terdapat 5 stasiun kereta api di Kota Tangerang Selatan: Tabel.II.34 Stasiun Kereta Rel Listrik di Kota Tangerang Selatan Tahun 00 Lokasi Panjang (KM+HM) SPUR (M) Tanah Bangunan Serpong x376, Rawabuntu Serpong x Jombang Ciputat Pondok Jaya & Sawah Baru Pondok Aren Pondok Ranji Ciputat Timur 0+07 x No. Nama Stasiun Kereta Rel Listrik Kelurahan/ Desa Kecamatan Stasiun Serpong Serpong Stasiun Rawabuntu 3 Stasiun Sudimara 4 Stasiun Jurangmangu 5 Stasiun Pondok Ranji Luas (m)

90 Sumber: Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CDROM 005/006, Gunther W. Holtorf Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang Selatan, Fokus Iklim Berinvestasi Angka Kriminalitas dan Jumlah Demonstrasi Pada tabel II.35 terlampir data ketertiban dan ketentraman masyarakat Kota Tangerang Selatan periode tahun 009 hingga periode bulan Mei 00. Jumlah personel polisi dimasingmasing Polsek tersebut dari tahun 009 hingga bulan Mei 00 meningkat sebanyak 6 orang. Kasuskasus guantibmas yang terjadi di Kota Tangerang Selatan ada yang meningkat ada pula yang menurun. Kasus pembunuhan meningkat sebanyak 3 kasus, kasus Penganiayaan Berat (Anirat) menurun sebanyak 8 kasus, kasus Pencurian Berat (Curat) menurun sebanyak 6 kasus, kasus Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor) roda menurun sebanyak 5 kasus, roda3 menurun 7 kasus, roda4 menurun 47 kasus. Kasus perkosaan pun menurun sebanyak 38 kasus, kasus narkotika 45 kasus, kasus penipuan 97 kasus, kecelakaan lalu lintas 9 kasus. Akan tetapi kasus demontrasi dan Unjuk Rasa (Unras) meningkat sebanyak 3 kasus. Untuk keterangan lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel II.33 berikut ini:

91 Tabel II.35 Data Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat Wilayah Kota Tangerang Selatan Wilayah Hukum Polres Metro Tangerang Kabupaten & Polres Metro Jakarta Selatan POLSEK WILAYAH KOTA TANGERANG SELATAN DATA KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT NO I JUMLAH PERSONEL POLSEK II REKAP KASUS GUANTIBMAS JUMLAH KASUS SEK SERPONG SEK PD. AREN SEK CISAUK SEK CIPUTAT SEK CIPUTAT TIMUR SEK PAMULANG Pembunuhan 5 Anirat Curat Curas A. Todong 5 B. Rampas C. Rampok D.Bajak A. Roda B. Roda Curanmor

92 C. Roda Perkosaan Narkotika Penipuan Kecelakaan Lalu Lintas Perkelahian MabukMabukan Perijinan 3 Bunuh Diri 4 Tenggelam 5 Demonstrasi / Unras JUMLAH III NARAPIDANA TIDAK TERSEDIA KETERANGAN. Data personel polri di wilayah Tangerang Selatan terhitung pada periode bulan Desember tahun 009 dan periode bulan Mei 00.. Data Guantibmas dan aksi Unras di wilayah Tangerang Selatan di sesuaikan dengan rumus dari Polda Metro Jaya, yang diambil dari laporan Guantibmas bulanan Polres Metro Tangerang Kabupaten & Metro Jakarta Selatan. Untuk tahun 009 sembilan periodenya mulai bulan Januari s/d Desember 3. Untuk data narapidana tidak tersedia di polres metro Tangerang Kabupaten dan metro Jakarta Selatan 4. Polsek Serpong mencakup kecamatan yaitu Kecamatan Serpong dan Serpong Utara 5. Polsek Cisauk mencakup Kecamatan Setu

93 Penetapan Indikator Kinerja Daerah.4.4. Fokus Sumber Daya manusia Kualitas tenaga kerja Sebanyak 3,6% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan lulus SLTA, angka ini merupakan angka terbesar dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya. Sementara itu sebesar 4,5% penduduk Kota Tangerang Selatan berpendidikan tingkat perguruan tinggi. Tabel II.36 Jumlah Penduduk Per Pendidikan No Keterangan Jumlah* Persentase Tidak/ Belum Sekolah 5.08,07% Belum Tamat SD/ Sederajat ,78% 3 Tamat SD/ Sederajat ,0% 4 SLTP/ Sederajat ,0% 5 SLTA/ Sederajat ,6% 6 Perguruan Tinggi.474 4,5% Total % Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 00) Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan) Dari data jumlah penduduk berdasarkan usia yang didapat dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, pada tahun 00 sebagian besar penduduk Kota Tangerang Selatan masih terpusat pada selang umur yang produktif. Jumlah penduduk usia muda (04 tahun) sebanyak 5.90 orang atau sebanyak,77%, penduduk usia produktif (564 tahun) sebanyak orang atau 74,95%, dan penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sebanyak orang atau sebanyak 3,8%. Persentase besarnya penduduk usia produktif sangat berkaitan erat dengan potensi tenaga kerja, sementara besarnya angka beban

94 Penetapan Indikator Kinerja Daerah ketergantungan pada tahun 00 adalah sebesar 33,43 hal ini berarti setiap 00 penduduk usia produktif menanggung beban sekitar 34 penduduk usia muda dan usia tua. Tabel II.37 Jumlah Penduduk Per Usia di Kota Tangerang Selatan No. Keterangan LakiLaki Perempuan Jumlah < tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun > 74 tahun TOTAL menurut kelompok umur % 5.90,77% ,95% ,8% ,00% Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Selatan, 00 Ket: *) Berdasarkan pencatatan dokumen kependudukan (Oktober, 00) Kelompok umur 04 tahun merupakan penduduk kelompok umur muda Kelompok umur 564 tahun merupakan penduduk kelompok umur produktif kelompok umur 65 tahun keatas merupakan penduduk kelompok umur tua

95 Penetapan Indikator Kinerja Daerah BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumbersumber penerimaan yang cukup dengan mengacu pada peraturan perundangundangan. Keuangan daerah merupakan salah satu elemen utama yang turut menentukan kualitas dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah Kota Tangerang Selatan, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja Pelaksanaan APBD Bagian ini menguraikan perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran belanja daerah Kota Tangerang Selatan. A Pendapatan Daerah Pendapatan daerah menurut UU No. 33 Tahun 004 pasal ayat 3 merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah menurut PP Nomor 55 Tahun 005 dikelompokkan atas : () Pendapatan Asli Daerah, yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan. PAD pada umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lainlain PAD yang sah. () Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan

96 Penetapan Indikator Kinerja Daerah daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. (3) Lainlain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana darurat, DBH pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan otsus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemda lainnya. Pada awal terbentuknya Kota Tangerang Selatan, jumlah pendapatan di tahun 009 ialah sebesar Rp. 9,7 milyar, yang didapat dari komposisi pendapatan asli daerah dan lainlain Pendapatan. Kemudian pada APBD tahun 00 tumbuh secara drastis sebesar 34,94% atau sebesar Rp. 603,7 milyar menjadi Rp. 795,4 milyar. Hal ini disebabkan karena pada tahun 00 Kota Tangerang Selatan sudah mendapatkan alokasi Dana perimbangan yang pada tahun sebelumnya tidak ada, yaitu sebesar Rp. 458,3 milyar. Tabel III. Ratarata Pertumbuhan dan Perkembangan Pendapatan Daerah Tahun 009 s/d Tahun 0 Kota Tangerang Selatan No. Uraian (Rp) (Rp) (Rp) Pertumbuhan (%) % % %..3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan..4. Lainlain PAD yang sah %.. Dana Perimbangan %... Dana bagi hasil pajak % PENDAPATAN.. Pendapatan Asli Daerah... Pajak daerah... Retribusi daerah Ratarata

97 Penetapan Indikator Kinerja Daerah No. 009 Uraian 00 (Rp) 0 (Rp) Ratarata Pertumbuhan (%) (Rp) /bagi hasil bukan pajak... Dana alokasi umum %..3. Dana alokasi khusus %.3. LainLain Pendapatan Daerah yang Sah %.3. Hibah %.3. Dana darurat.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya %.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus %.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya % Sumber : Bappeda dan DPPKAD Kota Tangerang Selatan (0) Pada tahun 0 jumlah pendapatan Kota Tangerang Selatan meningkat sebesar 64,3% atau sebesar Rp. 5,58 milyar dari tahun 00. Peningkatan pendapatan yang signifikan pada tahun 0 diantaranya disumbang dari peningkatan pajak daerah. Tingginya pajak daerah di tahun 0 salah satunya karena pada tahun 0 pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pengelolaan BPHTB telah dialihkan dari Pemerintah Pusat (Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan) kepada Pemerintah Kabupaten/ Kota. Hal ini sesuai dengan ketentuan UU No. 8 Tahun 008 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dimana terhitung Januari 0 pengelolaan BPHTB diserahkan dan menjadi wewenang sepenuhnya masingmasing kabupaten/kota. Pengelolaan BPHTB menjadi pajak daerah berpotensi

98 Penetapan Indikator Kinerja Daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bertujuan meningkatkan local taxing power kabupaten dan kota. Pada tahun anggaran 0, pajak BPHTB Kota Tangerang Selatan menempati porsi yang dominan dari total pajak daerah, yaitu sebesar 50%. Peningkatan pertumbuhan pendapatan yang tinggi pada tahun 0 juga didapatkan dari alokasi dana khusus. Tetapi terdapat pula penurunan pendapatan, yakni pada dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak dan hibah. Selain itu, penurunan terjadi juga di pos dana hibah, dikarenakan sesuai dengan peraturan pembentukan Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan mendapat bantuan dana hibah hanya selama tahun dari Kabupaten Induk. Gambar III. Perkembangan Komponen Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Periode Pendapatan Asli Daerah 600 Dana Perimbangan 500 LainLain Pendapatan Daerah yang Sah Rp Sumber : Hasil Analisis, 0 Struktur komponen pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan masih didominasi oleh dana perimbangan. Sedangkan komponen pendapatan asli daerah (PAD) merupakan kompenen terkecil yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Namun tren pertumbuhan kontribusi PAD tiap DPPKAD Kota Tangerang Selatan, Profil APBD Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 0.

99 Penetapan Indikator Kinerja Daerah tahunnya mengalami kenaikan yang signifikan, dimana jika pada tahun 00 hanya memberikan kontribusi pendapatan sebesar 3,9%, maka di tahun 0 mencapai 3,5%. Tabel III. Perkembangan Kontribusi Komponen Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Periode 000 (%) Uraian RataRata Kontribusi Pendapatan Asli Daerah 3,9% 3.5% 8.7% Dana Perimbangan 57,6% 49.7% 53.7% LainLain Pendapatan Daerah yang Sah 8,5% 6.8% 7.7% 00,0% 00,0% 00,0% TOTAL PENDAPATAN Sumber : Hasil Analisis, 0 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 Gambar III. Kontribusi Komponen Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 0 Penapatan Lainlain yang sah 7% Pendapatan Asli Daerah 3% Dana Perimbangan 50% 34

100 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Sumber : Hasil Analisis, 0 Jika dibandingkan secara nasional pada tahun 009, ratarata komposisi PAD tingkat kabupaten/kota hanya mencapai 7,5% dari total pendapatan yang ada. Sedangkan komposisi PAD di wilayah JawaBali ratarata mencapai 6,8%3. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Tangerang Selatan relatif cukup baik bila dibandingkan dengan ratarata kabupaten/kota lainnya secara nasional. Peningkatan PAD ini terutama ditunjang oleh peningkatan pajak daerah. Tren kenaikan PAD ini menunjukkan indikasi yang positif dalam struktur pendapatan daerah. Jika dilihat pertumbuhannya, PAD periode 000 mengalami peningkatan sebesar 78,3%, yang lebih besar bila dibandingkan dengan pertumbuhan total pendapatan Kota Tangerang Selatan yang hanya sebesar 64,3%. Laporan Analisis Realisasi APBD Tahun 009, Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan, 00 Gambar III.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 Pertumbuhan Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan 3 5 dan Komponennya Periode 00 0 TOTAL PENDAPATAN 64,3% LainLain Pendapatan Daerah yang Sah 54,4% Dana Perimbangan 4,7% Pendapatan Asli Daerah 78,3% 0% 3 50% 00% 50% 00% Laporan Analisis Realisasi APBD Tahun 009, Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan, 00

101 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Sumber : Hasil Analisis, 0 B Belanja Daerah Belanja daerah menurut UU No. 33 Tahun 004 merupakan semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri Nomor 3 Tahun 006 yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja Pemerintah Kota Tangerang Selatan sejak tahun 0090, secara nominal juga terus mengalami peningkatan. Ratarata mengalami pertumbuhan belanja daerah sekitar 9,3% per tahun. Tingginya ratarata pertumbuhan belanja ini disebabkan Kota Tangerang Selatan masih merupakan daerah baru, sehingga lonjakan belanja sangat dirasakan terutama dari tahun 009 ke tahun 00. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan Tabel III.3 RataRata Pertumbuhan dan Perkembangan Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan Periode 0090 URAIAN RataRata Pertumbuhan (%) 5 BELANJA DAERAH 5. Belanja Tidak Langsung ,6% 5., Belanja Pegawai ,5% 5.,4 Belanja Hibah ,9% 5.,5 Belanja Bantuan Sosial ,0% ,% 5.,7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota dan

102 Penetapan Indikator Kinerja Daerah URAIAN RataRata Pertumbuhan (%) Pemerintahan Desa 5.,8 Belanja Tidak Terduga ,0% 5. Belanja Langsung ,8% 5., Belanja Pegawai ,4% 5., Belanja Barang dan Jasa ,5% 5.,3 Belanja Modal ,8% ,3% JUMLAH BELANJA DAERAH Sumber : Bappeda Kota Tangerang Selatan Jika pada awal terbentuknya Kota Tangerang Selatan di tahun 009 nilai belanja daerah sebesar Rp 9,7 milyar, maka di tahun 00 meningkat sangat tajam menjadi Rp 830, milyar atau tumbuh sebesar 333%. Proporsi belanja tidak langsung selama periode 0090, ratarata mencapai 39,5%. Total belanja tidak langsung pada tahun 0 mencapai sebesar Rp 50,6 milyar. Komponen belanja yang sangat besar ialah pada belanja pegawai. Ratarata belanja pegawai Kota Tangerang Selatan ialah menghabiskan 30,7% dari total belanja yang ada. Sedangkan proporsi belanja langsung dalam arti dialokasikan dalam bentuk kegiatan langsung kepada masyarakat selama periode 0090 ratarata mencapai 60,5%. Nilai belanja langsung ini relatif lebih besar bila dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Ini mengindikasikan bahwa belanja diorientasikan pada yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik. Hal ini juga dapat menunjukkan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik. Tabel III.4 Komposisi Komponen Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan Periode 0090

103 Penetapan Indikator Kinerja Daerah URAIAN RataRata Komposisi BELANJA DAERAH 5. Belanja Tidak Langsung 8,0% 50,6% 39,9% 39,5% 5., Belanja Pegawai 9,8% 39,9% 3,% 30,7% 5.,4 Belanja Hibah 5,% 8,5% 5,8% 6,5% 5.,5 Belanja Bantuan Sosial,6% 0,6% 0,8%,3% 5.,7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota dan Pemerintahan Desa 0,0%,4% 0,9% 0,8% 5.,8 Belanja Tidak Terduga 0,5% 0,% 0,% 0,3% 5. Belanja Langsung 7,0% 49,4% 60,% 60,5% 5., Belanja Pegawai 3,3% 8,7% 7,0% 9,6% 5., Belanja Barang dan Jasa 35,0% 8,8% 4,6% 6,% 5.,3 Belanja Modal 3,7%,0% 8,6% 4,8% 00,0% 00,0% 00,0% 00,0% JUMLAH BELANJA DAERAH Sumber : Bappeda Kota Tangerang Selatan Gambar III.4 Komposisi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Periode 0090

104 Penetapan Indikator Kinerja Daerah 80% 7,0% Belanja Tidak Langsung 70% Belanja Langsung 60% 50,6% 49,4% 50% 40% 30% 60,% 39,9% 8,0% 0% 0% 0% Sumber : Hasil Analisis, 0 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan Artinya di Kota Tangerang Selatan, relatif tersedia anggaran yang dapat dialokasikan secara langsung untuk kegiatan di masyarakat. Pada belanja langsung, komponen yang dominan dialokasikan ialah pada belanja barang dan jasa, serta belanja modal. Belanja daerah per kapita Kota Tangerang Selatan yang menunjukkan perkiraan besaran alokasi dana kepada seluruh penduduk pada tahun 00 ialah sebesar Rp ,. Belanja per kapita ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tahun 009 yang hanya mencapai Rp 64.76,. Nilai yang lebih besar dari belanja daerah per kapita mencerminkan bahwa tersedia kapasitas layanan pemerintah yang besar kepada penduduk, secara langsung maupun tidak langsung. Tabel III.5 Belanja per Kapita Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun Uraian jumlah penduduk (jiwa) Belanja APBD (Rp) Belanja Per Kapita (Rp) Sumber : Hasil Analisis, 0 (dari berbagai sumber)

105 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Neraca Daerah Menurut Peraturan Pemerintah Nomor tahun 00 tentang Informasi Keuangan Daerah, Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi masing masing pemerintah. Neraca daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang sumber daya ekonomik yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah, memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, serta dapat diukur dalam uang. Neraca Daerah Kota Tangerang Selatan pada tahun 009, yaitu jumlah aset lancar sebesar Rp ,00. Sedangkan jumlah aset tetap sebesar Rp ,00. Selain itu, nilai aset lainnya ialah sebesar Rp Total keseluruhan Aset Daerah Kota Tangerang Selatan yang tercatat pada tahun 009 ialah sebesar Rp Kewajiban memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah. Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang. Untuk Kewajiban jangka pendek daerah di tahun 009 tercatat sebesar Rp ,00,. Sedangkan secara keseluruhan, total jumlah kewajiban dan ekuitas Kota Tangerang Selatan sebesar Rp ,00. Tabel III.6 Neraca Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 009 No. Uraian. ASET.. ASET LANCAR Nilai (Rp)

106 Penetapan Indikator Kinerja Daerah No. Uraian... Kas... Piutang..3. Persediaan JUMLAH ASET LANCAR Nilai (Rp) , , , ,00.. ASET TETAP... Tanah... Peralatan dan Mesin..3. Gedung dan Bangunan..4. Jalan, Irigasi dan Jaringan..5. Aset Tetap lainnya..6. Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan 0.00 JUMLAH ASET TETAP , , , , , ,00.3. ASET LAINNYA.3.. Tagihan Piutang Penjualan Tagihan Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Kemitraan dengan pihak ketiga Aset Tak Berwujud JUMLAH ASET DAERAH , ,00. KEWAJIBAN.. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK... Utang Perhitungan Pihak ketiga... Utang Bunga Utang Pajak Bagian Lancar Utang Jangka Panjang ,00

107 Penetapan Indikator Kinerja Daerah No. Uraian Nilai (Rp)..5 Pendapatan Diterima Dimuka Utang Jangka Pendek Lainnya 0.00 JUMLAH KEWAJIBAN ,00 3. EKUITAS DANA 3.. EKUITAS DANA LANCAR , SILPA , Pendapatan yang ditangguhkan Cadangan Piutang Cadangan Persediaan 3.. EKUITAS DANA INVESTASI , Diinvestasikan dalam aset Tetap , Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak termasuk dana cadangan ) 49.58, , , ,00 JUMLAH EKUITAS ,00 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS ,00 Sumber : Bappeda Kota Tangerang Selatan Analisis rasio merupakan analisis dengan cara membandingkan kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang lain. Dari nilai neraca daerah Kota Tangerang Selatan di atas, maka dapat diketahui beberapa kemampuan keuangan Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio keuangan sebagai berikut.

108 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Tabel III.7 Analisis Rasio Keuangan Kota Tangerang Selatan NO Uraian 009 A. Rasio Likuiditas. Rasio lancar (current ratio).50. Rasio quick (quick ratio).09 B. Rasio Solvabilitas 3. Rasio total hutang terhadap total aset 0,03% 4. Rasio hutang terhadap modal 0,03% C. Rasio Aktivitas 5. Ratarata umur piutang 6. Ratarata umur persediaan Sumber : Bappeda Kota Tangerang Selatan Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan daerah dalam melunasi kewajibankewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar daerah dapat menjamin hutang lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin hutanghutang perusahaan kepada kreditor. Dari Tabel di atas terlihat bahwa nilai rasio lancar sangat tinggi (.50) yang menandakan bahwa aktiva lancar daerah dapat menjamin hutang lancarnya. Sedangkan untuk quick ratio juga menunjukkan nilai yang relatif tinggi, sehingga berada pada posisi aman. Rasio Total Hutang terhadap Total Aset menunjukkan tingkatan resiko keuangan daerah. Dari Tabel di atas terlihat bahwa Rasio Total Hutang terhadap Total Aset Kota Tangerang Selatan sangatlah kecil yang menunjukkan bahwa resiko keuangan daerah

109 Penetapan Indikator Kinerja Daerah sangat minim, yaitu sebesar 0,03%. Nilai yang sangat kecil ini juga berlaku pada Rasio Hutang terhadap Modal, dimana menunjukkan bahwa daerah dapat memenuhi kewajibannya dari kemampuan modal sendiri. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Pada tahun 009 APBD Kota Tangerang Selatan Sebesar Rp ,00 dimana pembagian dari APBD tersebut yakni, 8.0% atau sebesar Rp ,00 untuk kebutuhan belanja Langsung dimana sebagian besarnya untuk pemenuhan belanja Pegawai. Sebesar 7,99% atau sebesar Rp ,00 untuk kebutuhan Belanja Langsung, dimana sebagian besarnya untuk kebutuhan Belanja Barang jasa. Pada Tahun 00 APBD Kota Tangerang Selatan Selatan meningkat sebesar 333,0% atau sebesar Rp ,74 menjadi Rp ,74 dimana Proporsi dari Belanja APBD 00, yaitu 50,56% atau sebesar Rp ,74 untuk kebutuhan Belanja Tidak Langsung, dimana sebagian besarnya untuk Belanja pegawai dan 49,44% atau sebesar Rp ,00 untuk kebutuhan belanja langsung. Penggunaan terbesarnya untuk belanja modal, lalu pada tahun 0 APBD Kota Tangerang Selatan sebesar Rp ,00 atau terdapat kenaikan 5,50% atau sebesar Rp ,00 dari tahun 00. Proporsi belanja APBD tahun 0 yaitu, 39,88% atau sebesar Rp ,99 untuk kebutuhan Belanja tidak Langsung dan 60,% atau sebesar Rp ,00 untuk kebutuhan belanja Langsung dan penggunaannya terbesarnya sama seperti tahun 00. Proporsi Penggunaan Anggaran Penggunaan Anggaran mengenai proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dan proporsi realisasi belanja pendidikan pada tahun 009 untuk pemenuhan kebutuhan aparatur 33% atau sebesar Rp ,00. Sedangkan proporsi

110 Penetapan Indikator Kinerja Daerah belanja pendidikan 9.30% atau sebesar Rp ,00. Pada tahun 00 untuk pemenuhan kebutuhan aparatur mencapai 49% atau sebesar Rp ,00 dan proporsi belanja pendidikan 9.9% atau sebesar Rp ,0. Kemudian pada tahun 0 untuk pemenuhan kebutuhan aparatur menjadi sebesar 39% atau sebesar Rp ,00 dan proporsi belanja pendidikan menjadi sebesar 7.3% atau sebesar Rp ,0. Bila dilakukan komparasi dengan komposisi belanja pegawai secara kabupaten/kota secara nasional, maka presentasi belanja pegawai Kota Tangerang Selatan relatif cukup baik. Pada tahun 00, nilai ratarata belanja pegawai kabupaten/kota secara nasional mencapai 5%4. Tabel III.8 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Tangerang Selatan No Uraian Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) (a) Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) Prosentase (Rp) (b) (a) / (b) x 00% Tahun anggaran Tahun anggaran Tahun anggaran Sumber : Bappeda Kota Tangerang Selatan Diharapkan dalam struktur APBD Kota Tangerang Selatan ke depan, proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur tidak terlalu dominan. Hal ini dilakukan agar alokasi APBD dapat lebih difokuskan pada layanan umum dan dapat menjadi bukti keberpihakan pada publik. 4 Laporan Deskripsi dan Analisis APBD 00, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan, 00

111 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Rasionalisasi pemenuhan kebutuhan aparatur harus dikelola secara berkesinambungan agar anggaran yang ada dapat dialokasikan secara tepat sasaran, yaitu terfokus pada pelayanan bagi masyarakat. Analisis Pembiayaan Pembiayaan daerah sesuai dengan UU No. 33 Tahun 004 merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahuntahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan menunjukkan semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Jenis penerimaan pembiayaan diantaranya adalah SiLPA, Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Sah, dan Penerimaan Pinjaman dan Obligasi. Pengeluaran pembiayaan menunjukkan semua pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Jenis pengeluaraan pembiayaan diantaranya adalah Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal, Pembayaran Pokok Pinjaman, dan Pemberian Pinjaman ke daerah lain. Untuk kondisi pembiayaan daerah Kota Tangerang Selatan dalam kurun tahun 0090, dapat digambarkan dari tabel berikut : Tabel III.9 Defisit Anggaran Kota Tangerang Selatan (murni) 0 (perubahan) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) NO Uraian. Pendapatan Daerah ,306,697,80,874. Belanja Daerah NA 3. Pengeluaran Pembiayaan Daerah NA

112 Penetapan Indikator Kinerja Daerah NO 4. Uraian Defisit (murni) 0 (perubahan) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) ( ) ( ) NA Sumber : Analisis, 0 (APBD Kota Tangerang Selatan) Selanjutnya untuk penutup defisit riil anggaran pada kurun tahun yang sama, dapat digambarkan komposisinya berikut ini. Tabel III.0 Komposisi Penutup Defisit Anggaran Kota Tangerang Selatan Proporsi dari total defisit riil No. Uraian (%) (%) (%). Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya 00% 00%. Pencairan Dana Cadangan 3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan 4. Penerimaan Pinjaman Daerah 5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 6. Penerimaan Piutang Daerah Sumber : Analisis, 0 (APBD Kota Tangerang Selatan) Penutup defisit anggaran Kota Tangerang Selatan ditutui oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya. Untuk sisa lebih perhitungan anggaran pemerintah daerah, dengan kurun waktu yang sama pada tahun 0090, gambarannya sebagai berikut : Tabel III. Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kota Tangerang Selatan

113 Penetapan Indikator Kinerja Daerah 009 No. Uraian 00 % dari SiLPA Rp 0 % dari SiLPA Rp % dari SiLPA Rp. Jumlah SiLPA Pelampauan penerimaan PAD 3. Pelampauan penerimaan dana perimbangan 4. Pelampauan penerimaan lainlain pendapatan daerah yang sah 5. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 7. Kegiatan lanjutan Sumber : Analisis, 0 (APBD Kota Tangerang Selatan) Isu dalam hal pembiayaan daerah Kota Tangerang Selatan adalah bahwa penutup defisit anggaran masih bertumpu pada Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya. Sedangkan komponen lain, seperti (i) Pencairan Dana Cadangan, (ii) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan (iii) Penerimaan Pinjaman Daerah, (iv) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah, dan (v) Penerimaan Piutang Daerah masih belum digunakan/belum ada dapat menutup defisit. Hal ini cukup wajar karena Kota Tangerang Selatan masih sebagai daerah yang baru berdiri. Kerangka Keuangan Daerah Pada bagian ini akan dijelaskan berkaitan dengan proyeksi keuangan dari pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan di masa depan selama periode 006. Proyeksi Pendapatan Dalam analisis proyeksi pendapatan ke depan, beberapa asumsi dan pertimbangan digunakan sebagai dasar penunjung analisis berdasarkan

114 Penetapan Indikator Kinerja Daerah ketersediaan data yang ada dan potensi pajak daerah. Karena Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang baru berdiri, maka data tahuntahun sebelumnya belum cukup untuk dijadikan dasar analisis trend pertumbuhan pendapatan. Selain itu, pada awal masa pendirian Kota Tangerang Selatan, tingkat pertumbuhan komponen APBD (termasuk pendapatan) mengalami fluktuasi yang cukup tinggi karena masih dalam proses peralihan, terutama di tahun 009 dan 00. Hal ini menjadikan proyeksi berdasarkan analisis trend tidak layak dilakukan (peningkatan pertumbuhan masih sangat belum stabil). Relatif stabilnya komponen pendapatan Kota Tangerang Selatan dalam hal ini diasumsikan mulai berkembang pada tahun 0, yaitu 3 (tiga) tahun semenjak terbentuknya Kota Tangerang Selatan di Tahun 008. Didasarkan pada pertimbangan di atas, maka proyeksi pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan difokuskan pada analisis potensi (potential analysis) ke depan. Analisis potensi dalam hal ini menjelaskan penelaahan struktural secara makro dari karakteristik, kemampuan dan kapasitas pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan di masa depan. Proyeksi yang dilakukan dalam hal ini terfokus pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ini terutama karena karaktertistik PAD yang cenderung dapat dicontrol (controllable) oleh pihak daerah, sehingga proyeksi ke depan dapat diestimasi dengan menggunakan asumsi dan pertimbangan yang relatif lebih jelas, terutama dari gambaran potensi perkembangannya. Proyeksi ke depan juga dilakukan dengan mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang ada. Peningkatan pendapatan daerah berkaitan dengan pertumbuhan aktivitas masyarakat atau pertumbuhan ekonomi, sehingga semakin meningkat ekonomi suatu daerah maka potensi pendapatan daerah juga akan meningkat, baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan asumsi dan pertimbangan di atas, maka proyeksi PAD Kota Tangerang Selatan selama periode 006 diestimasi mengalami pertumbuhan pada kisaran 7% per tahunnya. Adapun kenaikan yang cukup signifikan diproyeksikan akan terjadi pada Tahun Anggaran 04. Hal ini

115 Penetapan Indikator Kinerja Daerah disebabkan adanya pemberlakukan pendapatan PBB menjadi Pajak Daerah sesuai ketentuan Undangundang Nomor 8 Tahun 009. Tabel III. Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun 006 (juta Rp) ) Uraian PAD ) Kondisi Eksisting APBDP Proyeksi APBD , 0.366, 307,76. Proyeksi PAD 3) , ,000 50, , ,000 Keterangan : ) Periode T.A berpedoman pada angka target penerimaan dalam APBDP, sedangkan untuk realisasi penerimaan secara keseluruhan melampaui target yang ditetapkan. ) Pada T.A 006 angka target penerimaan PAD dan pertumbuhannya menggunakan asumsi kisaran 7%. 3) Terjadi lonjakan pertumbuhan pada T.A 04 disebabkan PBB menjadi Pajak Daerah sesuai ketentuan UU No. 8 tahun 009. Sumber : Hasil Analisis, 0 Hal yang perlu diperhatikan dalam estimasi proyeksi PAD ini bahwa analisis yang dilakukan masih bersifat makro. Perlu digarisbawahi bahwa PAD terdiri dari komponen (i) pajak daerah, (ii) retribusi daerah dan (iii) lainlain pendapatan asli daerah yang sah, yang memiliki perilaku (behaviors) dan kecenderungan (tendency) pertumbuhan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, tiap komponenkomponen yang spesifik dari PAD bila dijabarkan lebih lanjut secara mendetail (pada tataran yang lebih mikro) dapat memiliki tingkat pertumbuhan yang berbedabeda. Namun secara makro, PAD Kota Tangerang Selatan diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7% per tahunnya. Gambar III.5 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Pendapatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun 006

116 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Proyeksi PAD didasarkan pada estimasi potensi yang ada di Kota Tangerang Selatan PAD (Kondisi Eksisting) PAD (Proyeksi) Rp Jutaan Proyeksi PAD Diasumsikan mengalami pertumbuhan 7%/tahun Sumber : Hasil Analisis, 0 Dengan menggunakan asumsi dan pertimbangan yang ada, maka pada tahun 06 pendapatan asli daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan diproyeksikan dapat mencapai Rp. 595 milyar. Capaian dari proyeksi tentunya bergantung pada beberapa faktor, baik secara internal ataupun eksternal. Selain itu, optimalisasi pemanfaatan dan pengelolaan sumbersumber pendapatan juga akan sangat mempengaruhi hasil capaian di masa depan. Proyeksi Belanja Pengelolaan belanja daerah sangat erat kaitannya dengan sistem pengelolaan keuangan daerah, sistem penganggaran maupun akuntansi. Dalam mengestimasi pertumbuhan belanja daerah, maka komponen dan kencenderungan belanja harus mempertimbangkan kenaikan dan proporsi belanja langsung dan tidak langsung. Diharapkan ke depan proporsi belanja langsung yang merepresentasikan layanan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung relatif menjadi lebih besar. Bila diasumsikan jumlah besaran pertumbuhan belanja daerah Kota Tangerang Selatan per tahun, menggunakan besaran pertumbuhan yang sama dengan skema proyeksi pendapatan asli daerah (PAD) yaitu sebesar 7% per

117 Penetapan Indikator Kinerja Daerah tahun, maka tren kenaikannya dengan skema proporsi tertentu dari belanja tidak langsung dan belanja langsung dapat diuraikan sebagaimana Tabel di bawah ini. Hal yang menjadi perhatian adalah besaran belanja langsung dan tidak langsung ini tentunya tidak hanya bersumber dari PAD saja, namun bersumber juga dari Dana Perimbangan dan LainLain Pendapatan Daerah yang Sah (aggregatif), sehingga dalam perjalanan waktu proyeksi ini tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi yang pasti akan tercapai. Tabel III.3 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Belanja Pemerintah Kota Tangerang Selatan Tahun 006 (juta Rp) Kondisi Eksisting ) 0 (murni) Proyeksi ) Uraian Nilai (juta) BELANJA Proporsi (%) Belanja Tidak Langsung Proporsi Tetap ,345,8,440,09,540,83,648,689,764, , ,78 64, ,49 703,56 809,3 865,75 96,353 99,98,060,58 40% Proporsi Tetap Belanja Langsung 0 60% Keterangan : ) Kondisi Belanja pada APBDP 0 belum ada datanya ) Menggunakan proporsi tetap sesuai dengan tingkat proporsi pada tahun 0, yaitu 40% untuk belanja tidak langsung dan 60% untuk belanja langsung. Pada APBD murni tahun 0, total belanja daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan mencapai Rp,6 triliun dengan komposisi 40% untuk belanja tidak langsung dan 60% untuk belanja langsung. Dengan asumsi pertumbuhan belanja daerah sebesar 7 % per tahun, maka pada tahun 06 total nilai belanja Pemerintah Kota Tangerang Selatan diproyeksikan mencapai Rp,8 triliun. Untuk belanja tidak langsung pada tahun 06 diproyeksikan pada kisaran Rp 70, milyar dan belanja langsung sebesar Rp,09 triliun. Proporsi belanja tidak langsung sebesar 40% dan belanja langsung 60% hingga 5 (lima) tahun mendatang diasumsikan tetap karena ini merupakan

118 Penetapan Indikator Kinerja Daerah komposisi yang relatif ideal dalam alokasi belanja daerah. Pemanfaatan belanja daerah yang lebih besar dialokasikan pada belanja langsung menunjukkan komitmen dan keberpihakan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan dalam melayani kebutuhan masyarakat. Secara diagramatis estimasi belanja daerah Kota Tangerang Selatan selama periode 006 mendatang, dengan skema proporsi tetap dari belanja tidak langsung dan belanja langsung dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar III.6 Estimasi Proyeksi Pertumbuhan Belanja Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan Proyeksi Eksisting Belanja Tidak Langsung (Kondisi Eksisting) Rp Juta Sumber : Hasil Analisis, 0 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 3

119 Penetapan Indikator Kinerja Daerah BAB IV ANALISIS ISUISU STRATEGIS 6.. Tinjauan terhadap Prioritas Pembangunan RPJMN, RPJMD Provinsi Banten dan Rancangan RPJPD Kota Tangerang Selatan Penentuan isu strategis pembangunan daerah tentunya tidak terlepas dari arah kebijakan pembangunan yang secara heirarki baik dari dasar hukumnya maupun tingkat pemerintahan berkedudukan lebih tinggi. Sesuai dengan Permendagri Nomor 54 Tahun 00, penyusunan RPJMD selain menjabarkan visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih, juga mengacu pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional. Dengan demikian, arah pembangunan Kota Tangerang Selatan 5 (lima) tahun mendatang seiring dengan kebijakan nasional dan kebijakan jangka panjang daerah. Pada RPJMN 00 04, Visi dan Misi pemerintah 0004, dirumuskan dan dijabarkan lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas dengan maksud agar lebih mudah diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Terdapat prioritas dan 3 prioritas lainnya yang menjadi dasar penyusunan kebijakan pembangunan hingga 04, yaitu : () reformasi birokrasi dan tata kelola; () pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan bencana;

120 Penetapan Indikator Kinerja Daerah (0) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; () kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi () bidang politik, hukum, dan keamanan, (3) bidang perekonomian, (4) bidang kesejahteraan rakyat Adapun RPJMD Provinsi Banten 007 0, menitikberatkan pada 4 (empat) prioritas pembangunan yang menjadi target utama dari hasil pembangunan, yaitu : () Tata kelola pemerintahan () Sumber daya manusia (3) Ekonomi lokal (4) Pengembangan kawasan dan wilayah Berdasarkan kondisi saat ini dan kondisi yang ingin dicapai dalam 5 (duapuluhlima) tahun mendatang, sebagaimana yang tercantun dalam dokumen Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Selatan 00 05, Visi Pembangunan Kota Tangerang Selatan 0005 adalah: Tangerang Selatan Kota Berkeadilan, Sejahtera dan Nyaman (BERKESAN) Pernyataan Visi Pembangunan Kota Tangerang Selatan diatas, mempunyai makna:. Tangerang Selatan Kota Berkeadilan mempunyai arti bahwa pelaksanaan pembangunan bagi semua dan setiap lapisana masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan; memperoleh lapangan pekerjaan; mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan kesehatan; mengemukakan pendapat; melaksanakan hak politik; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum.. Tangerang Selatan Kota Sejahtera mempunyai arti bahwa bahwa pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan semuanya diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat kota, baik secara materiil maupun spirituil. Dalam rangka

121 Penetapan Indikator Kinerja Daerah mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah memfasilitasi, mendorong dan menjamin keberlangsungan peningkatan kegiatan perekonomian kota, melalui kebijakanankebijakan yang berpihak kepada masyarakat. 3. Tangerang Selatan Kota Nyaman dimaksudkan sebagai kondisi yang diharapkan bagi Kota Tangerang Selatan pada Tahun 05 yang diindikasikan dalam beberapa aspek sebagai berikut: aspek lingkungan hidup yang ditunjukkan dengan diterapkannya pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang ditandai oleh tingginya daya dukung lingkungan, rendahnya tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan, serta tingginya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup. Aspek sumberdaya manusia yang ditunjukkan dengan masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memainkan peran dan fungsi sebagai subjek dan objek dalam pembangunan yang berkelanjutan. Aspek ekonomi ditunjukkan dengan penciptaan struktur ekonomi yang tangguh, pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah tinggi, pemerataan hasil hasil pembangunan ekonomi, serta mampu bersaing diantara kotakota metropolitan lainnya. Aspek pemerintahan ditunjukkan dengan peningkatan kinerja pemerintahan, profesionalisme aparatur, pelayanan publik, akuntabilitas dan transparansi sehingga terwujud pemerintahan yang telah mampu menerapkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government). Aspek sosial dan budaya ditunjukkan dengan kestabilan politik, meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat, terjaminnya keamanan dan ketertiban, pengamalan ajaran agama secara konsisten, terwujudnya kerukunan hidup antar umat beragama serta pelestarian dan pengamalan nilainilai luhur budaya daerah.

122 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Misi Daerah Upaya perwujudan visi pembangunan jangka panjang Kota Tangerang Selatan tersebut akan dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan jangka panjang Tangerang Selatan Tahun sebagai berikut: Misi Satu : Membangun Sumber Daya Manusia yang produktif melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan yang dilandasi oleh nilainilai keagamaan, hukum dan sosial budaya; adalah membangun sumber daya manusia yang sehat jasmani, rohani dan sosial, memiliki tingkat pendidikan dan kompetensi yang tinggi, memiliki daya saing, memiliki akhlak mulia, dan menjunjung nilainilai luhur agama dan budaya, serta memiliki akses terhadap pendidikan, kesehatan dan pelayanan masyarakat yang berkualitas, terpadu, adil dan merata di seluruh lapisan masyarakat; Misi Dua: Meningkatkan perekonomian yang berdaya saing, berbasis potensi daerah serta berkeadilan; adalah mengembangkan dan memperkuat perekonomian yang berdaya saing dan berorientasi pada keunggulan komparatif, kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada segenap potensi yang ada di daerah, untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, pertumbuhan yang tinggi, dan pemerataan yang berkeadilan dengan tetap diterapkannya pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) Misi Tiga: Menyediakan sarana dan prasarana kota dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk mengimbangi pertumbuhan pembangunan kota adalah Mewujudkan penyediaan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana dasar yang diarahkan untuk pembangunan sektor transportasi, pendidikan, kesehatan, perdagangan, sumber daya air, permukiman, energi dan kelistrikan serta sarana/prasarana pemerintahan. Misi Empat: Mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik, bersih, professional, transparan, dan bertanggungjawab adalah meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban,

123 Penetapan Indikator Kinerja Daerah meningkatkan partisipasi masyarakat, membangun akuntabilitas kepemerintahan yang bertanggung jawab, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), peningkatan efisiensi birokrasi, kemitraan yang serasi antarlegislatif dengan eksekutif, dan penciptaan stabilitas politik dan konsistensi dalam penegakan hukum. 6.. Permasalahan Pembangunan Masyarakat, dunia usaha dan pemerintah merupakan pelaku utama pembangunan dan berpotensi untuk mempercepat pembangunan Kota Tangerang Selatan untuk meningkatkan fungsi dan peran kota metropolitan baru ini menuju pencapaian masyarakat yang sejahtera. Namun untuk mencapai kondisi yang diinginkan 5 (lima) tahun mendatang, kenyataannya masih banyak terdapat permasalahan pembangunan yang sedang dan akan dihadapi yang bersifat strategis. Permasalahanpermasalahan ini mempengaruhi kehidupan dan perkembangan Kota Tangerang Selatan secara statis dan/atau dinamis yang perlu diperbaiki dan diantisipasi secara terencana dan sistematis. Dari sekian banyak permasalahan yang telah diidentifikasi, dapat dirumuskan ke dalam 7 (tujuh) permasalahan pokok, yaitu :. Tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya masih belum optimal. Pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya meningkatkan daya beli masyarakat 3. Layanan kesehatan masih tergolong mahal bagi sebagian besar penduduk 4. Perumahan layak huni belum dapat terjangkau masyarakat luas 5. Jaringan dan kualitas jalan belum mendukung pada fungsi kota 6. Lingkungan perkotaan belum tertata dengan baik 7. Pelayanan publik yang belum optimal Permasalahan pokok ini menjadi salah satu acuan penting dalam penentuan isu strategis pembangunan serta visi dan misi daerah 5 (lima) tahun mendatang.

124 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Tingkat pendidikan belum optimal Pertumbuhan ekonomi belum meningkatkan daya beli Pelayanan publik yang belum optimal Lingkungan perkotaan belum tertata dengan baik Permasalahan Pokok Jaringan dan kualitas jalan belum mendukung pada fungsi kota Layanan kesehatan masih tergolong mahal Perumahan layak huni belum terjangkau masyarakat luas Gambar IV. Permasalahan Pokok Kota Tangerang Selatan 6.3. Isu Strategis Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus diperhatikan dan dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas daerah/masyarakat di masa datang. Isu strategis ini perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan pengaruh negatif bagi pembangunan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, antisipasi dan/atau pengelolaan isu strategis juga dimaksudkan sebagai upaya untuk dapat memberdayakan peluang yang dapat dimanfaatkan secara optimal di masa datang demi kesejahteraan masyarakat luas. Dalam analisis isu strategis Kota Tangerang Selatan, aspek terpenting4 6 yang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan 006 menjadi dasar proses penentuannya ialah dengan menentukan kriteria umumnya. Kriteria isu strategis ini adalah sebagai berikut: Kondisi atau hal yang bersifat penting dan mendasar

125 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Bersifat mendesak Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan daerah dan nasional Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah Bersifat jangka menengah dan jangka panjang Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap daerah dan masyarakat Kondisi atau hal yang bersifat penting dan mendasar Bersifat mendesak KRITERIA ISU STRATEGIS Memiliki pengaruh yg besar/signifikan thd pencapaian sasaran pembangunan daerah & nasional Bersifat jangka menengah dan jangka panjang Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap pembangunan daerah Gambar IV. Kriteria Isu Strategis Selain itu, isu strategis pembangunan Kota Tangerang Selatan tentunya juga tidak terlepas dari kondisi dan permasalahan yang dihadapi saat ini untuk mendukung pada perbaikan perbaikan di masa mendatang. Oleh karena itu, Identifikasi terhadap lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan hambatan) merupakan suatu upaya teridentifikasinya isu strategis pembangunan daerah di Kota Tangerang Selatan. A. Kekuatan Faktor internal yang merupakan kekuatan adalah sebagai berikut :

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Pandeglang Tahun 2016-2021 disusun dengan maksud menyediakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Provinsi DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN 20162021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN, WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN. NOMOR : 13 Tahun 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN. NOMOR : 13 Tahun 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR : 13 Tahun 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya

Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian Program Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 213-218 PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 214 Diperbanyak Oleh : Sub Bidang Pengendalian

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Jembrana BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Kabupaten Jembrana BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Pembangunan nasional di selenggarakan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Bintan Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD merupakan penjabaran

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN Pertemuan Konsultatif-1 KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 011 Daftar Isi 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab telah menjadi tuntutan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki hak dan kewenangan dalam mengelola

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG H a l I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah

PENDAHULUAN. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci