BAB II TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi atau Klasifikasi Ikan Lele Dumbo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi atau Klasifikasi Ikan Lele Dumbo"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo Taksonomi atau Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1968, 1984) adalah sebagai berikut: Phyllum Classis Sub classis Ordo Sub ordo Famili Genus Species : Chordata : Pisces : Teleostei : Ostariophysi : Siluroidea : Clariidae : Clarias : Clarias gariepinus Morfologi Ikan Lele Dumbo Lele dumbo merupakan ikan air tawar hasil persilangan antara induk betina Clarias fuscus yang berasal dari Taiwan dengan induk jantan Clarias mossambicus dari Kenya. Lele dumbo memiliki morfologi tubuh memanjang, tidak bersisik tetapi memiliki kulit yang berlendir, warna tubuh bagian atas gelap, daerah perut dan sisi bawah kepala terang, kadang-kadang terdapat garis bintikbintik terang pada sisi badan, jika terkena sinar matahari, warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut atau stres warna tubuhnya menjadi loren 7

2 8 seperti mozaik hitam putih. Ukuran mulut lele dumbo sekitar seperempat dari panjang total tubuhnya. Di sekitar mulut terdapat empat pasang kumis yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar dan dua pasang sungut mandibula yang berfungsi sebagai alat peraba. Insangnya berukuran kecil dan terletak pada kepala bagian belakang. Siripnya terdiri atas lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor (Najiyanti, 1992). Perbedaan yang sangat mencolok antara lele dumbo dengan lele lokal terletak pada ukuran tubuh, warna, dan sungutnya. Tubuh lele dumbo dumbo cenderung lebih panjang dan lebih gemuk, sedangkan lele lokal kurus dan pendek. Lele lokal berwarna hijau tua kehitaman atau hitam merata dengan perut yang agak kepituhan. Kepala lele dumbo berwarna hitam keabuan pada bagian tengah sampai leher terdapat bercak-bercak agak putih kusam. Badan lele dumbo berwarna kehitaman dengan bercak-bercak agak putih kusam tidak beraturan seperti panu (Najiyanti, 1992). Lele dumbo memiliki patil yang tidak tajam dan bergigi tumpul (Khairuman & Khairul, 2005). Lele dumbo memiliki organ ephibranchial atau organ arborescent yaitu organ yang berfungsi sebagai alat pernafasan tambahan untuk mengatasi perairan dengan kadar oksigen rendah (Mulia, 2012). Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah (Najiyati, 1992). Oleh sebab itu, dalam pemeliharaannya lele dumbo tidak memerlukan pergantian air yang terlalu sering (Mulia, 2012).

3 Habitat Ikan Lele Dumbo Habitat lele dumbo berada di semua perairan tawar, yaitu di sungai yang alirannya tidak terlalu deras, danau, waduk, telaga, rawa, kolam atau pun di bak tanpa inlet dan outlet dan bak terpal seperti yang dilakukan oleh para pembudidaya. Parameter kualitas air yang disukai oleh lele dumbo adalah bersuhu sedang ( C), keasaman (ph) normal (6,5-7,5). Namun, kondisi yang ideal bagi hidup lele dumbo adalah air yang mempunyai ph 6,5-9 dan bersuhu C. Kandungan O 2 yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembunggelembung dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematian lele dumbo (Najiyati, 1992) Perilaku Lele Dumbo Lele dumbo suka meloncat bila tidak merasa aman (Khairuman & Khairul, 2005). Dalam situasi istirahat, biasanya lele dumbo menggerombol, dan sesekali meloncat dari permukaan air atau naik ke dinding kolam. Hal tersebut dilakukan oleh lele dumbo untuk mengambil oksigen (O2) dari udara bebas (Soetomo, 2007). Pada siang hari, lele dumbo cenderung diam dan berlindung di tempat yang gelap, kebiasaan yang dilakukan lele dumbo yaitu membuat atau menempati lubang-lubang di tepi sungai atau kolam sebagai sarangnya dan mengaduk lumpur di dasar air untuk mencari makanan (Najiyanti, 1992). Lele dumbo merupakan hewan yang aktif bergerak dan mencari makan pada malam hari atau disebut hewan nokturnal. Lele dumbo sering digolongkan dalam jenis omnivora yaitu hewan pemakan segala, tetapi di alam bebas makanan alami lele dumbo berupa zooplankton dan fitoplankton seperti jentik-jentik

4 10 nyamuk, anak ikan, dan sisa-sisa bahan organik yang masih segar (Najiyanti, 1992). Menurut Khairuman & Khairul (2008) lele dumbo tergolong hewan yang rakus sebab mampu menyantap makanan alami dasar perairan dan makanan buatan bahkan saat jumlah makananya kurang tersedia, ikan lele dapat bersifat kanibal. Namun, jika dibudidayakan, lele dumbo memakan pakan buatan pabrik (pelet) yang kandungan nutrisinya telah disesuaikan dengan kebutuhan hidup lele dumbo. 2.2 Pakan Ikan Menurut Djarijah (1996) pakan ikan dibedakan menjadi dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam tanpa campur tangan manusia contonhnya plankton dan tumbuhan air lainnya. Pakan buatan adalah pakan yang dibuat secara sengaja dari campuran berbagai macam bahan alami atau olah yang diolah sedemikian rupa sehingga ikan tertarik untuk memakanya dengan mudah dan lahap. Pakan berkualitas adalah pakan yang mengandung nutrisi yang lengkap dengan komposisi yang tepat. Nutrisi yang dibutuhkan ikan antara lain protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Selanjutnya, komposisi pakan yang tepat harus didasarkan pada bahan baku yang digunakan untuk pakan, umur, ikan, jenis ikan, dan ukuran ikan serta menentukan kandungan protein yang sesuai dengan kebutuhan ikan (Buwono, 2000). Untuk mendapat pakan yang berkualitas, perlu diperhatikan pemilihan bahan baku yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) mempunyai nilai gizi yang tinggi, (2) mudah diperoleh, (3) mudah

5 11 diolah, (4) harga relatif murah, (5) tidak merupakan makanan pokok bagi manusia (Mudjiman, 2001). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapat pakan buatan yang tepat bagi ikan hasil budidaya. NRC (1983) mengemukakan bahwa umumnya ikan air tawar dapat tumbuh dengan baik dengan pakan buatan yang mengandung kadar protein antara 25%-35% rasio energi berbanding protein adalah sekirat 8 kkal/gram protein Tepung Bulu Ayam Aves tubuhnya dilindungi oleh bulu. Bulu ayam selain bermanfaat dalam melindungi dan mempertahankan suhu tubuhnya, juga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bulu ayam memiliki sifat yang lembut dan dapat menyerap panas sehingga manusia dapat memanfaatkan sebagai bahan pembuatan sulak, selimut, matras, baju musim dingin, dan lain-lain. Cara pemanfaatan tersebut tidak sebanding dengan limbah bulu ayam yang ada, sehingga masih banyak bulu ayam yang hanya dibuang begitu saja. Di indonesia, produksi limbah bulu ayam pada tahun 2006 mencapai ton/tahun. Dari limbah bulu ayam tersebut dapat diolah menjadi tepung bulu ayam dengan penyusutan sekitar 48,9% dan produksi tepung bulu ayam di Indonesia mencapai ton/tahun atau setara dengan ton/hari (Yunilas, 2009). Menurut Lestari (2006), kandungan zat nutrisi bulu ayam berdasarkan hasil uji proksimat yaitu air 14,18%,abu 5,47%, protein kasar 65,88%, lemak 5,49%, berat kasar 9,45%. Nilai kecernaan bahan kering hanya 5, 8% serta bahan organik

6 12 secara in vitro hanya 0,7% (Wawo, 2002). Supratman (2010), senyawa terbesar yang terkandung dalam bulu ayam adalah keratin. Keratin merupakan protein yang kaya akan asam amino bersulfur sistin yang di dalamnya terdapat ikatan sulfida. Ikatan ini menyebabkan bulu ayam sulit dicerna baik oleh mikrooganisme maupun oleh rumen (Kent & Miller, 1997). Manusia harus mencari alternatif lain dalam pengelolaan limbah bulu ayam agar lebih bermanfaat, tidak mencemari lingkungan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Salah satu pemanfaatan bulu ayam yang bernialai ekonomi tinggi adalah sebagai pakan ikan. Bulu ayam dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif selain pakan ikan konvensional seperti bungkil kedelai dan tepung ikan (Wawo, 2002). Bulu ayam harus diolah atau dijadikan tepung untuk mengurai senyawa keratin sehingga mengkasilkan senyawa yang sederhana dan mudah dicerna (Supratman, 2010). Menurut NRC (1994), komposisi nutrien dalam tepung bulu ayam yaitu serat kasar 0,9%, protein kasar 85,8%, lemak 7,21%, kadar abu 3,5%, Ca 1,19%, P 0,6%. Berdasarkan penelitian Sari et al. (2015), menyatakan bahwa pemrosesan bulu ayam dengan mikrobiologis meningkatkan nilai kecernaan protein bulu ayam sebesar 54,20%. Pada pemrosesan ini menggunakan bantuan bakteri Bacillus liceniformis. Menurut Zerdani et al (2004) B. liceniformis merupakan bakteri yang sangat efisien untuk menghidrolisis bulu ayam. Bakteri ini akan menghasilkan enzim keratinase yang akan mendegradasi protein yang terdapat di bulu ayam.

7 Tepung Ikan Rucah Ikan runcah merupakan limbah dari hasil tangkapan ikan laut, yaitu ikanikan hasil tangkapan yang rusak dan tidak layak dikonsumsi manusia (Anonim, 2013). Para nelayan biasanya membuang ikan rucah begitu saja. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran pada lingkungan. Salah satu cara pemanfaatan limbah ikan rucah sebagai bahan pembuatan pakan ikan. Ikan rucah dapat digunakan sebagai pengganti tepung ikan impor yang mahal sebagai sumber protein hewani, dapat diberikan solusi dengan memanfaatkan ikan rucah yang diolah terlebih dahulu. Persentase protein tepung ikan rucah berkisar antara 40-65% (Napitu et al., 2013). Hasil uji proksimat yang telah dilakukan didapat kandungan protein tepung ikan rucah sebanyak 44% (Yolanda et al., 2013) Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dari pengolahan kedelai menjadi tahu. Limbah tahu biasanya tidak dimanfaatkan atau dibuang begitu saja oleh industri pengolahan tahu. Pembuangan limbah hasil produksi secara terus-menerus akan mencemari lingkungan sehingga dapat bersifat racun dan mengganggu kehidupan. Pemanfaatan limbah ampas tahu masih jarang dilakukan oleh manusia. Padahal jika ampas tahu dimanfaatkan sebagai bahan suatu produk yang bernilai ekonomis akan dapat meningkatkan perekonomian sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan. Ampas tahu biasanya berasal dari kacang kedelai yang telah dimasak, sehingga ampas tahu mempunyai nilai biologis yang lebih tinggi daripada biji kedelai itu sendiri (Winarno dalam Lestari, 2001). Ampas tahu disamping

8 14 mengandung protein (21,3 27%) dan lemak (4,5 17%), juga mengandung serat kasar tinggi (sekitar 16 23%) (Kompiang et al.,1997). Menurut Nuraini et al. (2009) ampas tahu dapat dijadikan sebagai pakan sumber protein karena mengandung protein kasar cukup tinggi yaitu 27,55% dan kandungan zat nutrien lain adalah lemak 4,93%, serat kasar 7,11%, BETN 44,50%, selain itu harga bahan, biaya produksi, dan proses produksinya terbilang murah. Pembuatan pakan ikan dengan ampas tahu dapat dilakukan melalui proses fermentasi. Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama dibandingkan dengan ampas tahu segar. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya yang tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang baik. Guna mengatasi tingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan fermentasi. Lestari (2001) menyatakan bahwa pada proses fermentasi terjadi proses yang menguntungkan, diantaranya mengawetkan dapat menghilangkan bau yang tidak diinginkan, meningkatkan daya cerna, menghilangkan daya racun yang terdapat pada bahan mentahnya dan menghasilkan daya cerna yang diinginkan. Menurut Sustri (2012), bahan makanan yang telah mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari asalnya. Hasil fermentasi diharapkan terjadi peningkatan terhadap kualitas bahan pakan yang akan digunakan sebagai campuran pakan ikan dan mampu meningkatkan pertumbuhan ikan (Widiastuti et al.,2010). Komposisi ampas tahu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

9 15 Tabel 2.1. Komposisi ampas tahu hasil fermentasi Zat makanan Jumlah (%) Protein 27,45 Serat kasar 22,40 Lemak kasar 10,49 Abu 5,92 Ca 0,64 P 0,47 Sumber : Lestari (2001) Berdasarkan kandungan nutrisi yang terdapat dalam ampas tahu, dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ikan. Pemilihan bahan dan kompoisi bahan yang digunakan dalam pembuatan pakan sangat menentukan kelengkapan dan keseimbangan antara asam amino esensial dan non esensial. Kesamaan jumlah asam amino esensial yang terdapat dalam pakan dengan tubuh ikan akan mempengaruhi pertumbuhan ikan yang baik (Buwono, 2000). Menurut Mulia et al. (2014), fermentasi ampas tahu menggunakan A. niger dapat meningkatkan kadar protein kasar (27,00%) dibandingkan ampas tahu yang tidak difermentasi (14,93%), dan mengandung nutrisi lain lemak kasar 9,85%, serat kasar 0,16%, kadar abu 2,13%. Selanjutnya, menurut Nuraini et al. (2007), fermentasi ampas tahu menghasilkan bahan pakan sumber protein kasar yang cukup tinggi berdasarkan bahan kering, yaitu 28,36% dan kandungan nutrien lainnya adalah lemak 5,52% serat kasar 17,06 dan BETN 45,44%. 2.3 Bakteri Aeromonas hydrophila Menurut Holt et al. (1994), klasifikasi A. hydrophila sebagai berikut: Phyllum Classis Ordo : Protophyta : Schizomycetes : Pseudomonadales

10 16 Famili Genus Species : Vibrionaceae : Aeromonas : Aeromonas hydrophila Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri yang dapat menyerang dan menginfeksi secara luas pada hewan, mamalia, tetapi yang banyak diketahui menyebabkan penyakit pada ikan air tawar. Bakteri A. hydrophila menyerang berbagai jenis ikan air tawar seperti nila, patin, gurami, ikan mas, koi, lele, tidak terkecuali udang galah. Bakteri ini bersifat patogen oportunistik yang selalu hidup di air dan berdampingan dengan organisme air. Biasanya, A. hydrophila menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada ikan yang setres dan lemah atau sebagai penginfeksi sekunder yang bergabung dengan patogen lain (Mulia, 2012). Menurut Irianto (2003), A. hydrophila muncul pada ikan akibat stress yang berasal dari penanganan budidaya yang tidak tepat, perubahan suhu, padatnya populasi ikan, dan kadar oksigen yang terlalu rendah dalam air. Bakteri A. hydrophila akan berkembang baik pada perairan air tawar yang mengandung banyak bahan organik. Bakteri ini mampu hidup pada kisaran suhu yang lebar yaitu kisaran C dan tumbuh optimal pada suhu 37 0 C (Mulia, 2012). Koloni bakteri A. hydrophila berbentuk bulat dan cembung berwarna keputih-putihan (krem), berdiameter 2-3 cm Morfologi bakteri berbentuk batang dengan ukuran 0,7-0,8 µm, yang merupakan Gram negatif, tidak memiliki kapsul dan endospora, bersifat anaaerob fakultatif, kemoorganotrof, fermentatif, sitokrom

11 17 oksidase (+), bersifat motil, memiliki genetik, dan fenotip yang beragam (Mulia, 2012). Bakeri A. hydrophila digolongkan dalam bakteri ganas yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan penyakitnya cukup tinggi yaitu berkisar antara sel/ml yang diukur dengan LD50 (Mulia, 2012). Penyakit yang disebabkan oleh bakeri A. hydrophila adalah penyakit MAS (Motil Aeromonas Septicemia). Gejala penyakit yang ditimbulkan akibat terkena penyakit MAS adalah hemorage pada kulit, insang, rongga mulut dan borok pada kulit yang dapat meluas ke jaringan otot. Selain itu, juga ditunjukkan dengan terjadinya pembengkakan pada limpa dan ginjal (Irianto, 2005). Berbagai penanganan penyakit MAS telah dilakukan, baik dengan obatobatan maupun antibiotik, tetapi cara tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, kesehatan konsumen, dan timbulnya mikroorganisme resisten. Selain menggunakan obat-obatan dan antibiotik, telah dillakukan juga penanganan penyakit MAS menggunakan vaksin. 2.4 Vaksinasi Vaksinasi adalah salah satu upaya yang dilakukan dalam kegiatan budidaya ikan untuk mendapatkan ikan yang sehat, bebas dari penyakit sehingga memperoleh ikan yang berkualitas. Vaksinasi merupakan pemberian rangsangan atau antigen secara sengaja agar ikan dapat memproduksi antibodi terhadap suatu bibit penyakit atau patogen. Pemberian vaksin pada ikan akan merangsang pembentukan kekebalan tubuh ikan, sehingga ikan akan tahan terhadap suatu

12 18 penyakit tertentu yang menyerang tubuh ikan tersebut (Supriyadi & Rukyani, 1990). Vaksin umumnya terdiri atas dua macam, yaitu vaksin hidup yang merupakan patogen hidup dan tidak mempunyai tingkat keganasan yang rendah dan vaksin mati adalah patogen yang telah diinaktifkan (Mulia, 2012). Vaksinasi pada ikan dapat dilakukan dengan berbagsi cara yaitu, suntikan, rendaman, dan oral. Pemberian vaksin pada ikan sehat tidak menimbulkan dampak negatif baik pada ikan, lingkungan, maupun konsumen. Dengan demikian, penggunaan vaksin tampaknya mempunyai harapan yang baik dalam kegiatan budidaya ikan (Kamiso, 1990). Beberapa jenis bakteri yang biasa digunakan untuk pembuatan vaksin yaitu, A. hydrophila, Vibrio anguilarium, dan Yersinia ruckeri. Setiap vaksin yang dibuat dari bakteri tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Bakteri V. anguilarium digunakan dalam pembuatan vaksin untuk mencegah penyakit vibriosis, bakteri Y. ruckeri digunakan dalam pembuatan vaksin untuk mencegah penyakit mulut, sedangkan bakteri A. hydrophila digunakan dalam pembuatan vaksin untuk mencegah penyakit MAS (Kamiso, 1990). Vaksin yang terbuat dari A. hydrophila dapat berupa debris dan sitoplasma dari sel A. hydrophila. Sitoplasma sel merupakan bagian dari sel A. hydrophila yang berbentuk cairan. Sitoplasma sel dapat diperoleh dengan cara memecah sel utuh A. hydrophila sehingga protein sel internal akan keluar dan berkumpul menjadi supernatan yang berupa sitoplasma. Sedangkan vaksin yang berupa sel utuh bakteri A. hydrophila dapat dilakukan dengan cara menambahkan formalin

13 19 (Whole cell) pada sel A. hydrophila. Vaksinasi Whole cell efektif melindungi ikan dari serangan bakteri A. hydrophila (Mulia, 2012). Penggunaan vaksin dalam kegiatan budidaya ikan memiliki banyak keuntungan yaitu; (1) tidak memiliki efek samping pada ikan maupun lingkungan hidup, (2) tingkat kekebalan tubuh cukup tinggi, (3) melindungi ikan dari penyakit selama 3-4 bulan pada masa pemelihraan ikan hanya dengan satu kali vaksin (Kamiso, 1990). Selain itu, menurut Pasaribu (1996), beberapa keuntungan vaksin yang dilakukan secara oral (penambahan vaksin pada pakan) yaitu; (1) pemberianya mudah, (2) tidak menimbulkan setres karena dalam pemberian vaksin ikan tidak perlu ditangkap, (3) tidak menimbulkan resistensi antibiotik, (4) tidak mencemari lingkungan di sekitarnya jika dosis dan makanannya tepat. Selain memiliki banyak keuntungan, vaksinasi juga memiliki kekurangan salah satunya yaitu membutuhkan cara dan alat yang khusus untuk menjaga vaksin, agar tidak rusak dan tidak semua bakteri patogen dapad dibuat vaksin, sebab keanekaragaman serotipe, sifat antigenik lemah, tidak dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan yang diberi vaksin atau sulit untuk mendapatkan dan memperbanyak antigen yang menimbulkan respons produktif (Kamiso, 1990). 2.5 Kualitas Air Keberlangsungan hidup lele dumbo dipengaruhi oleh kualitas air pemeliharaan sebagai habitatnya. Parameter kualitas air meliputi fisika, kimia, maupun biologi sangat berpengaruh dalam keberhasilan pemeliharaan lele dumbo. Dalam pemeliharaan lele dumbo, sumber air didapatkan dari pengairan melalui saluran irigasi, penyedotan menggunakan pompa, ataupun menggunakan air hujan

14 20 yang sudah ditampung sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan agar kualitas air tetap baik adalah ketersediaan buangan air kolam untuk menjaga air tetap bersih, tidak berbau, dan tidak kotor (Khairuman & Khairul, 2005). Menurut Djarijah (1996), faktor yang mempengaruhi kualitas air antara lain suhu, ph, dan kandungan oksigen yang terlarut. Meskipun lele dumbo mampu hidup dalam kondisi air yang kurang baik, pemeliharaan lele dumbo harus tetap memperhatikan kualitas air. Kualitas air yang baik akan meningkatkan selera makan ikan sehingga ikan dapat tumbuh dengan baik (Mudjiman, 2001). Pemeliharaan lele dumbo harus memperhatikan kestabilan suhu air. Suhu merupakan salah satu parameter penting yang harus diperhatikan terutama pada saat peneberaan ikan. Suhu air yang optimal untuk pemeliharaan lele dumbo berkisar antara C. Apabila suhu air berada di luar kisaran tersebut, maka akan mempengaruhi kehidupan lele dumbo (Soetomo, 2007). Oleh karena itu, jika suhu air melebiihi atau kurang dari suhu normal, harus segera dilakukan penyesuaian. Kurangnya suhu dari batas optimal dapat disebabkan lokasi kolam yang tertutup oleh pohon rimbun dan besar serta musim. Kedalaman air yang ada dapat mempengaruhi suhu air (Khairuman et al., 2008). Derajat keasaman (ph) air mempengaruhi kualitas air. Derajat keasaman (ph) ditentukan oleh konsentrasi ion H yang terkandung di dalamnya. Derajat keasaman (ph) memiliki nilai Angka 7 menunjukkan bahwa air bersifat netral, angka kurang dari 7 menunjukkan bahwa air besifat asam. Semakin kecil angkanya, maka sifat air semakin asam sedangkan angka lebih dari 7 menunjukkan bahwa air bersifat basa. Semakin besar angkanya, maka sifat air

15 21 semakin basa (Khairuman et al., 2008). Air yang memiliki ph lebih kecil dari 4 atau lebih besar dari 11 dapat menyebabkan kematian pada ikan lele dumbo (Soetomo, 2007). Faktor lain yang mempengaruhi kualitas air adalah kadar oksigen terlarut. Soetomo (2007), menjelaskan bahwa oksigen yang terlarut di dalam air diikat melalui insang, sedangkan oksigen bebas di udara diikat melalui alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent (lipatan kulit tipis yang menyerupai spons). Khairuman & Khairul (2005) menjelaskan agar ikan dapat tumbuh dengan baik, kandungan oksigen yang terlarut minimal 3 ppm. Keberdaan organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Organisme yang dapat menyebabkan penyakit adalah protozoa, metazoa, crustacea, jamur, bakteri, maupun virus.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang sering dipelihara dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Alasan utama masyarakat memelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984/1995) adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984/1995) adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984/1995) adalah sebagai berikut: Phylum Classis Sub Classis Ordo Sub Ordo Familia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Taksonomi Klasifikasi atau pengelompokkan ikan lele dumbo menurut Bachtiar (2007) adalah sebagai berikut : Filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan tersebut memiliki laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat Indonesia. Hampir di seluruh wilayah Indonesia ada budidaya lele dumbo tersebut. Lele dumbo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut (Saanin,1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub kingdom : Metazoa Phylum

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias mossambicus dan lele lokal Taiwan spesies Clarias fuscus. Perkawinan 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1. Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo Lele dumbo adalah ikan introduksi yang didatangkan ke Indonesia tahun 1985. Lele dumbo merupakan lele hibrid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan merupakan hewan yang hidup di air, baik air laut, air payau atau air tawar. Ikan juga merupakan bahan makanan yang banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) 2.1.1 Morfologi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Eceng gondok merupakan tanaman air yang hidup bebas di permukaan air, dapat berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984, 1995) adalah sebagai berikut: Phyllum Classis Ordo Familia Genus Species

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya yang banyak diminati oleh masyarakat.perkembangan dan perawatan lele dumbo yang mudah menjadi alasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus )

TINJAUAN PUSTAKA Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus ) TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo 2.1.1.Identifikasi dan Klasifikasi Lele Dumbo ( Clarias gariepinus ) Lele dumbo (C. gariepinus) adalah ikan hasil kawin silang antara induk betina C. fuscus yang berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya, i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan air tawar yang memiliki sejumlah keistimewaan yaitu pertumbuhannya cepat, pemeliharaanya relatif mudah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) a. Klasifikasi Menurut Saanin (1984) klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Sub Kingdom Phylum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var) Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut : Phylum

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan (1991) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Sub Kingdom : Metazoa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan perilaku dan gaya hidup serta pola konsumsi ke produk perikanan. Adanya keterbatasan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) 1. Klasifikasi Menurut Muktiani (2011 : hal 4), Lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele dumbo melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat dipelihara pada padat penebaran tinggi. Ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Ikan lele dumbo tidak ditemukan di air payau, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia sudah sering mengkonsumsi ikan sebagai menu lauk-pauk sehari-hari. Salah satu jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah lele dumbo.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C.batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang memiliki potensi budidaya yang menjanjikan di Indonesia. Berbagai macam ikan dapat dibudidayakan, terutama ikan air tawar yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut : TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Pisces

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu jenis ikan lele yang merupakan hasil persilangan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984; 1995) adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984; 1995) adalah sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Lele Dumbo Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984; 1995) adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Classis Sub

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan air tawar yang termasuk kedalam famili Cyprinidae yang bersifat herbivore. Ikan ini menyebar di Asia Tenggara, di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele dumbo (Krisnawan, 2011): Kingdom Filum Kelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat konsumsi ikan juga meningkat. Sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai di Indonesia selain tempe. Tahu juga sering dijadikan sebagai lauk-pauk karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan patin siam (P. hypophthalmus) merupakan salah satu komoditas ikan konsumsi air tawar yang bernilai ekonomis penting karena beberapa kelebihan yang dimiliki seperti

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Lele Sangkuriang Lele Sangkuriang merupakan jenis lele hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik (back cross) antara induk betina generasi kedua (F2) dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo Taksonomi Dan Morfologi. Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo 2.1.1. Taksonomi Dan Morfologi Klasifikasi lele menurut Saanin (1984) adalah : Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Teh 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Teh (Camelia sinensis) Menurut Conqruist (1981), teh diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Familia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Ikan air tawar yang bernilai ekonomis cukup penting ini sudah sangat dikenal luas oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan inroduksi yang telah lebih dulu dikenal masyarakat indonesia. Budidaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia dikenal banyak jenis ikan lele, di antaranya lele lokal, lele Dumbo, lele Phiton, dan lele Babon (lele Kalimantan). Namun, yang sangat populer pada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing merupakan buah yang banyak mengandung air. Ada dua macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Belimbing

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus) Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies Pangasius hypophthalmus yang hidup di perairan tropis Indo Pasifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia sekitar bulan November 1986 dari negara Taiwan. Beberapa tahun yang lalu orang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran tepung tulang PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN TEPUNG TULANG IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DAN PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN LELE (Clarias sp.) Agus Tri Susanto, Trianik Widyaningrum ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, khususnya ikan, sudah meningkat. Kementrian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh para pembudidaya karena berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat besar. Kerugian yang terjadi

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aeromonas salmonicida 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi A. salmonicida A. salmonicida merupakan bakteri Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak motil, tidak membentuk spora,

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008). 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuaponik Akuaponik merupakan jawaban dari efisiensi air dan penghematan lahan budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang gurih. Selain itu ikan lele dumbo

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Ikan lele merupakan salah satu hasil perikanan budidaya yang menempati urutan teratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell) Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) berasal dari Benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen.

Pendahuluan. Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen. OLEH : Ir. SUPRATO Pendahuluan Budidaya lele telah berkembang sejak lama. Awalnya jenis ikan lele yang dibudidayakan adalah lele lokal (Clarias batrachus L.) dengan waktu pemeliharaan 6 8 bulan, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Mangrove Excoecaria agallocha 2.1.1 Klasifikasi Excoecaria agallocha Klasifikasi tumbuhan mangrove Excoecaria agallocha menurut Cronquist (1981) adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003; I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari

Lebih terperinci

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

HAMA DAN PENYAKIT IKAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN I. MENCEGAH HAMA DAN PENYAKIT IKAN Hama dan penyakit ikan dapat dibedakan berdasarkan penyerangan yaitu hama umumnya jenis organisme pemangsa (predator) dengan ukuran tubuh lebih

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempe Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa, dll merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan potensial besar untuk usaha budidaya yang meliputi perairan umum seluas 141.690 hektar, sawah seluas seluas 88.500

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nila merah (Oreochromis sp.) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar untuk ikan Nila merah sangat

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) hasil rekayasa genetik lele dumbo melalui cara silang balik (backcross) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) 2.1.1. Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) Ikan lele sangkuriang merupakan keturunan dari lele dumbo, yaitu hasil rekayasa genetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha budidaya ikan. Akibat yang ditimbulkan biasanya tidak sedikit antara lain dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima

Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima Bakhtiar Abstrak; Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau merupakan salah satu hasil perikanan pantai yang banyak disenangi masyarakat karena rasa dagingnya yang enak, terutama daging kepiting yang sedang bertelur,

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara

Lebih terperinci

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) Ikan Lele dumbo (Gambar 1) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan memiliki bentuk tubuh panjang, agak bulat, kepala

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani dari ikan mengalami peningkatan pesat di tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat konsumsi ikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam

BAB I PENDAHULUAN. antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Tanaman koro pedang telah lama dikenal di Indonesia, namun kompetisi antar jenis tanaman menyebabkan tanaman ini tersisih dan jarang ditanam dalam skala luas.

Lebih terperinci