Lampiran 1, Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup beton semi pracetak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1, Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup beton semi pracetak"

Transkripsi

1 Air untuk Beton SPC Water for PUR A Iron ore Diesel engine truck B Aluminium 0% recycled ETH T Aluminium SPC Sinter, pellet Crude coal B Steel I Lime stone bj Coke S GS-70 I Manganese I Iron Baja Cetakan SPC Oxygen bj Furnace gas B Natural gas B Silicon I Lime stone bj Crude coal bj Diesel engine truck B Steel bj Steel sheet 20% rec. bj Oxygen bj Baja Ringan SPC Furnace coal B Crude coal B Steel I St13 I Manganese I Baja Scafolding Trailer I Silicon I Scrap (iron) I Barge I Gravel from pit ETH T Energy Australia I Bata Merah SPC Bulk carrier I Netherlands ETH I Gravel I Bulk carrier I Batu Pecah SPC Barge I Bulk carrier I Crude iron I Train I Bulk carrier I Bulk carrier I Train I GG35 I Besi Beton SPC Train I UCPTE Med. Trailer I Scrap (iron) I Barge I Manganese I PR Semi Precast Silicon I Iron ore Diesel engine truck B Sinter, pellet Crude coal B Lime stone bj Coke S Iron Besi Biasa SPC Oxygen bj Furnace gas B Natural gas B Crude coal bj Diesel engine truck B Glass (white) B250 Glass (virgin) Kaca SPC Glass (green) B250 UCPTE Med. Energy Asia I Energy Asia I Energy oil I Mengkulang I Petrol I Kayu Panel Pintu SPC Chain sawing I Crude oil I Trailer I Bulk carrier I Natural gas I Ceramics I Bulk carrier I Keramik & Sanitair SPC Truck I Oil Bekesting SPC Residual oil stock CH T Sand ETH T Pasir SPC UCPTE Med. Portland clinker Holland B Cement Portland Semen SPC Holland B UCPTE Med. Truck 16t B250 Heat diesel B Lampiran 1, Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup beton semi pracetak PR Semi Precast Besi Beton SPC Semen SPC GG35 I UCPTE Med. Cement Portland UCPTE Med. 197

2 Bauxite Rock salt NaOH bj Alum earth without emission B Lime bj Lime stone bj Crude coal B Air untuk Beton PC Water for PUR A Anode material Coke S Aluminium (block) bj Aluminium raw bj Aluminium PC Bauxite Furnace gas B Natural gas B UCPTE Med. Steel I Aluminium fluoride Rock salt Manganese I Lime bj Lime stone bj GS-X40CrNiSi I Chromium I Fuels for electr. Al B Baja Cetakan PC Nickel I Molybdenum I Steel I Steel low alloy ETH T Baja Ringan PC Scrap (Stainless st) I Truck I UCPTE Manganese I X6CrNi18 (~304) I Baja Scafolding PC Silicon I Trailer I UCPTE Scrap (iron) I Ferrochromiu m I Barge I Gravel ETH T Energy Australia I Bata Merah PC Nickel I Bulk carrier I Barge I Sand I Bulk carrier I Batu Pecah PC Netherlands ETH I Bulk carrier I Crude iron I Train I Bulk carrier I Bulk carrier I Train I Train I GGG-NiCr I Besi Beton PC Trailer I UCPTE Low Scrap (iron) I Barge I PR Precast Manganese I Silicon I Chromium I Nickel I Iron ore Diesel engine truck B Sinter, pellet Crude coal B Lime stone bj Coke S Iron Besi Biasa PC Oxygen bj Furnace gas B Natural gas B Crude coal bj Diesel engine truck B Glass (white) B250 Kaca PC Petrol I Chain sawing I Crude oil I Energy oil I Netherlands ETH I Meranti I Kayu Panel Pintu PC Powerplant oil I Trailer I Bulk carrier I Natural gas I Ceramics I Bulk carrier I Keramik & Sanitair PC Truck I Oil Bekesting PC Residual oil refinery CH T Sand ETH T Pasir PC Portland clinker Holland B Cement Portland Semen PC Holland B Truck 40t B250 Heat diesel B Lampiran 2, Hasil analisis diagram pohon tahapan proses daur hidup beton pracetak. 198 Besi Beton PC PR Precast Semen PC GGG-NiCr I UCPTE Low Cement Portland

3 199 Lampiran 3, Persamaan matematika model pengembangan rusunawa A. Sub-sistem Sosial Kependudukan No Parameter Konstanta / Persamaan 1 Fraksi Emigrasi 0,02 2 Fraksi Imigrasi 0,091 3 Fraksi Kelahiran 0,017 4 Fraksi Non TK 1-'Fraksi Tenaga Kerja' 5 Fraksi Non TK BMR 0,5 6 Fraksi Tenaga Kerja 0, Fraksi TK BMR Berkeluarga 1-'Fraksi TK BMR Lajang' 8 Fraksi TK BMR Lajang 0,6 9 Fraksi TK-BMR 0,3 10 Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Eksisting GRAPH(TIME;2006;1;{713960;724315;892469;932892; }) 12 Kepadatan Penduduk 'Jumlah Penduduk'/'Luas Wilayah' 13 Laju Emigrasi 'Jumlah Penduduk'*'Fraksi Emigrasi' 14 Laju Imigrasi 'Jumlah Penduduk'*'Fraksi Imigrasi' 15 Laju Pertambahan Penduduk ('Jumlah Penduduk'*'Fraksi Kelahiran')+'Laju Imigrasi' 16 Luas Wilayah Non TK 'Jumlah Penduduk'*'Fraksi Non TK' 18 Non TK BMR 'Non TK'*'Fraksi Non TK BMR' 19 Tenaga Kerja 'Jumlah Penduduk'*'Fraksi Tenaga Kerja' 20 TK Belum Memiliki Rumah 'Tenaga Kerja'*'Fraksi TK-BMR' 21 TK BMR Berkeluarga 'TK Belum Memiliki Rumah'*'Fraksi TK BMR Berkeluarga' 22 TK-BMR Lajang 'TK Belum Memiliki Rumah'*'Fraksi TK BMR Lajang'

4 200 B. Sub-sistem Fisik Pemukiman No Parameter Konstanta / Persamaan 1 Fraksi Alokasi Pemukiman 14136/ Fraksi Pengurangan Rumah Bermasalah TK 0,5 3 Peningkatan TB Rusun TK 0,25 4 Kebutuhan Rumah Non TK ('Non TK BMR'-(3*'TK BMR Berkeluarga'))/4 5 6 Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga Kebutuhan RumahTK BMR Lajang 'TK BMR Berkeluarga'/1 'TK-BMR Lajang'/4 7 Kebutuhan TB Rusun TK 'Kebutuhan Unit Rusun TK'/96 8 Kebutuhan Unit Rumah 'Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga'+'Kebutuhan Tapak TK RumahTK BMR Lajang' 9 Kebutuhan Unit Rusun 'Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga'+'Kebutuhan Konvensional TK RumahTK BMR Lajang' 10 Kebutuhan Unit Rusun 'Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga'+'Kebutuhan Semi-PC TK RumahTK BMR Lajang' 11 Kebutuhan Unit Rusun TK 'Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga'+'Kebutuhan RumahTK BMR Lajang' 12 Laju Pemenuhan TB Rusun 'Pemenuhan TB Rusun TK'*' Peningkatan TB TK Rusun TK' 13 Pemenuhan TB Rusun TK 'Rusun TB TK Eksisting' 14 Pemenuhan Unit Rusun TK 'Pemenuhan TB Rusun TK'*96 15 Pengurangan Rumah Bermasalah TK 16 Rumah Bermasalah TK 17 Rusun TB TK Eksisting TB Rusun TK Belum Terpenuhi Unit Rusun TK Belum Terpenuhi Waktu Rumah Tapak TK Waktu Rusun Konvensional TK 'Rumah Bermasalah TK'-('Pemenuhan Unit Rusun TK'*'Fraksi Pengurangan Rumah Bermasalah TK') ('Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga'+'Kebutuhan RumahTK BMR Lajang')*0,2 'Kebutuhan TB Rusun TK'-'Pemenuhan TB Rusun TK' IF(('Kebutuhan Unit Rusun TK'-'Pemenuhan Unit Rusun TK')>=0;'Kebutuhan Unit Rusun TK'-'Pemenuhan Unit Rusun TK';0) ('Kebutuhan Unit Rumah Tapak TK'/96)*24 ('Kebutuhan Unit Rusun Konvensional TK'/96)*8

5 201 Lahan No Parameter Konstanta / Persamaan 1 Fraksi Kebutuhan Lahan Pemukiman 0,25 2 Fraksi Luas Hutan thd Volume 60 3 Fraksi Luas Lahan Terbangun Eksisting 0,3 4 Fraksi Peningkatan Lahan Terbangun 0,017 5 Kebutuhan Lahan Pemukiman 'Luas Peningkatan Lahan Terbangun'*'Fraksi Kebutuhan Lahan Pemukiman' 6 Kebutuhan Lahan Pemukiman dgn 'Kebutuhan Lahan Pemukiman plus Rumah Tapak Rumah Tapak TK'+'Kebutuhan Lahan Rumah Tapak Non TK' 7 Kebutuhan Lahan Pemukiman dgn 'Kebutuhan Lahan Pemukiman plus Rusun Rusun TK'+'Kebutuhan Lahan Rusun Non TK' 8 Kebutuhan Lahan Pemukiman plus 'Kebutuhan Lahan Pemukiman'+'Kebutuhan Rumah Tapak TK Lahan Rumah Tapak TK' 9 Kebutuhan Lahan Pemukiman plus 'Kebutuhan Lahan Pemukiman'+'Kebutuhan Rusun TK Lahan Rusun TK' 10 Kebutuhan Lahan Rumah Tapak Non TK 'Kebutuhan Rumah Non TK'*0, Kebutuhan Lahan Rumah Tapak TK ('Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga'+'Kebutuhan RumahTK BMR Lajang')*0, Kebutuhan Lahan Rusun Non TK ('Kebutuhan Rumah Non TK'/96)*0, Kebutuhan Lahan Rusun TK (('Kebutuhan Rumah TK BMR Berkeluarga'+'Kebutuhan RumahTK BMR Lajang')/96)*0, Laju Peningkatan Lahan Terbangun 'Luas Peningkatan Lahan Terbangun'*'Fraksi Peningkatan Lahan Terbangun' 15 Luas Alokasi Lahan Pemukiman 'Luas Kawasan Budidaya'*'Fraksi Luas Alokasi Pemukiman' 16 Luas Hutan Konversi 9282,77 17 Luas Hutan Lindung 12081, Luas Hutan Produksi 11967, Luas Hutan Suaka (16000, ,6500) 20 Luas Kawasan Budidaya 'Luas Wilayah'-'Luas Kawasan Lindung' 21 Luas Kawasan Lindung ('Luas Hutan Konversi'+'Luas Hutan Lindung'+'Luas Hutan Produksi'+'Luas Hutan Suaka')-'Luas Hutan Konversi' 22 Luas Lahan Terbangun Eksisting 'Luas Wilayah'*'Fraksi Luas Lahan Terbangun Eksisting' 23 Luas Peningkatan Lahan Terbangun 'Luas Lahan Terbangun Eksisting' 24 Luas Wilayah Penghematan Luas Hutan Rumah 'Penghematan Kayu Rumah Tapak vs Rusun SPC Tapak vs SPC TK TK'/'Fraksi Luas Hutan thd Volume' 26 Penghematan Luas Hutan Rusun Konv 'Penghematan Kayu Rusun Konv vs Rusun SPC vs SPC TK Pengurangan Luas Alokasi Lahan Pemukiman thd Rumah Tapak Kebutuhan Lahan Rumah Tapak & Rusun TK'/'Fraksi Luas Hutan thd Volume' 'Luas Alokasi Lahan Pemukiman'-'Kebutuhan Lahan Pemukiman dgn Rumah Tapak' 'Fraksi Kebutuhan Lahan'+5618,11 29 Luas Lahan Rusun 'Pemenuhan TB Rusun TK'*0, Pengurangan Luas Alokasi Lahan Pemukiman thd Rusun TK 'Luas Alokasi Lahan Pemukiman'-'Kebutuhan Lahan Pemukiman plus Rusun TK'

6 202 Kayu Parameter Konstanta / Persamaan Fraksi Luas Hutan thd Volume 60 Kebutuhan Kayu Rumah Tapak TK Kebutuhan Kayu Rusun Konvensional TK Kebutuhan Kayu Rusun Semi-PC TK Kebutuhan Pohon Rumah Tapak TK Kebutuhan Pohon Rusun Konvensional TK Kebutuhan Pohon Rusun Semi-PC TK Penghematan Kayu Rusun Konv vs Rusun SPC TK Penghematan Kayu Rumah Tapak vs Rusun SPC TK Penghematan Luas Hutan Rumah Tapak vs SPC TK Penghematan Luas Hutan Rusun Konv vs SPC TK Potensi penyerapan CO2 Rumah Tapak vs SPC TK Potensi penyerapan CO2 Rusun Konv vs SPC TK C. Sub-sistem Nilai Ekonomi Parameter Biaya Pembangunan Rumah Tapak TK Biaya Pemb. Rusun Konvensional TK Biaya Pembangunan Rusun Semi-PC TK Biaya Sewa Rumah Tapak TK Biaya Sewa Rusun Konvensional TK Biaya Sewa Rusun Semi-PC TK Keuntungan Biaya Pembangunan Konv vs Semi-PC Keuntungan Biaya Pembangunan Tapak vs Semi PC Keuntungan Sewa Tapak vs Rusun 'Kebutuhan Unit Rumah Tapak TK'*3,8 'Kebutuhan Unit Rusun Konvensional TK'*(( ,36)/96) 'Kebutuhan Unit Rusun Semi-PC TK'*(5,36/96) 'Kebutuhan Kayu Rumah Tapak TK'/16 'Kebutuhan Kayu Rusun Konvensional TK'/16 'Kebutuhan Kayu Rusun Semi-PC TK'/16 'Kebutuhan Kayu Rusun Konvensional TK'-'Kebutuhan Kayu Rusun Semi-PC TK' 'Kebutuhan Kayu Rumah Tapak TK'-'Kebutuhan Kayu Rusun Semi-PC TK' 'Penghematan Kayu Rumah Tapak vs Rusun SPC TK'/'Fraksi Luas Hutan thd Volume' 'Penghematan Kayu Rusun Konv vs Rusun SPC TK'/'Fraksi Luas Hutan thd Volume' 'Penghematan Luas Hutan Rumah Tapak vs SPC TK'*'Fraksi CO2 thd Luas Hutan' 'Penghematan Luas Hutan Rusun Konv vs SPC TK'*'Fraksi CO2 thd Luas Hutan' Konstanta / Persamaan 'Kebutuhan Unit Rumah Tapak TK'*(0, *(1+0,6)) ('Kebutuhan Unit Rusun Konvensional TK'/96)*13, ('Kebutuhan Unit Rusun Semi-PC TK'/96)*11, 'Kebutuhan Unit Rumah Tapak TK'*(0, *12) 'Kebutuhan Unit Rusun Konvensional TK'*(12*0, ) 'Kebutuhan Unit Rusun Semi-PC TK'*(12*0, ) 'Biaya Pembangunan Rusun Konvensional TK'-'Biaya Pembangunan Rusun Semi-PC TK' 'Biaya Pembangunan Rusun Semi-PC TK'-'Biaya Pembangunan Rumah Tapak TK' 'Biaya Sewa Rumah Tapak TK'-'Biaya Sewa Rusun Semi-PC TK' D. Validasi Model Parameter Konstanta / Persamaan AME ABS(('Jumlah Penduduk Eksisting'-'Jumlah Penduduk')/'Jumlah Penduduk Eksisting')*100

7 203 Lampiran 4, Kuisioner pakar 2010 KUISIONER PAKAR Penelitian Disertasi: Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan Green Construction di Batam Tingginya pertumbuhan penduduk di perkotaan dan sangat terbatasnya lahan mengakibatkan kondisi pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan masih belum terealisir sepenuhnya. Bahkan kondisi ini terjadi hampir di seluruh Indonesia, karena pertambahan penduduk setiap tahunnya relatif tidak diimbangi dengan ketersediaan perumahan dan permukiman. Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah adalah dengan mengembangkan rumah susun sederhana, baik yang bersifat sewa (Rusunawa) maupun yang menjadi milik (Rusunami) melalui program menara rumah susun sederhana. dalam 5 tahun ke depan merencanakan pembangunan 650 menara Rusunawa, yang akan dikembangkan oleh Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum (Bappenas, RPJMN ). Pengembangan Rusunawa dirancang semaksimal mungkin sesuai kaidah bangunan yang ramah lingkungan atau green building, seperti: efisiensi lahan, energi, air, material, kesehatan dan kenyamanan. (Green Building Council Indonesia, 2010), namun dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, masih ada peluang melakukan optimasi agar lebih ramah lingkungan yang pada gilirannya berkontribusi mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim. Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi metoda pelaksanaan konstruksi yang lebih efisien, efektif dan berkesinambungan, sehingga dapat memberikan masukan bagi kebijakan pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan. Hairul Sitepu, NRP: Program Studi: Pengembangan Sumber Daya & Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor

8 204 KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama Lengkap :.. 2. Pekerjaan/Institusi :.. Keahlian : Pengelolaan sumberdaya alam publik Planologi/Arsitektur/Sipil//Manaj. Kehutanan/Ruang Terbuka Hijau Ekologi/Konservasi/Keanekaragaman hayati Penataan ruang dan wilayah Rancang bangun konstruksi bangunan Pelaksanaan konstruksi bangunan Pengawasan pelaksanaan konstruksi bangunan Sosial, budaya dan kelembagaan Ekonomi sumberdaya alam Lainnya: Penelitian di bidang pengelolaan lingkungan/konstruksi/green building: Pendidikan di Bidang : S1: S2: S3: at : at Telepon/HP/Fax :....../ / Tanggal Pengisian Kuesioner:

9 205 Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan Green Construction Bagian 1, A H P 1. Pengantar Penentuan alternatif strategi Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan dipengaruhi berbagai kriteria, baik berupa fokus, aktor, faktor, maupun tujuan yang memiliki tingkat kepentingan yang sangat bervariasi. Guna mengidentifikasi berbagai kriteria tersebut secara sistematis, maka akan dilakukan pembobotan melalui pendapat para pakar. Hal ini akan digunakan sebagai bahan kajian pemilihan alternatif strategi pengembangan rusunawa menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). 2. Penentuan Aktor Dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan Hijau (Green Buliding) Mohon diberikan tanda ( ) pada kolom SS, ST, CS, KS atau TS pada masingmasing pernyataan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu jika pernyataan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai kriteria Aktor dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan, dimana: SS : setuju ST : Setuju CS : Cukup setuju KS : Kurang setuju TS : Tidak setuju Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 205

10 206 Aktor dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan adalah: No Aktor SS ST CS KS TS 1 Pusat 2 Daerah Provinsi 3 Daerah Kabupaten/Kota 4 Kementerian Pekerjaan Umum 5 Kementerian Perumahan Rakyat 6 Dinas Pekerjaan Umum 7 Pengelola Rusuna 8 Pelaku Usaha 9 Akademisi 10 Praktisi Lembaga Swadaya (LSM) 10 Lainnya (jika ada mohon dituliskan):...

11 Penentuan Faktor Dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan Hijau (Green Building) Mohon diberikan tanda ( ) pada kolom SS, ST, CS, KS atau TS pada masingmasing pernyataan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu jika pernyataan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai kriteria Faktor dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan, dimana: SS : setuju ST : Setuju CS : Cukup setuju KS : Kurang setuju TS : Tidak setuju faktor dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan adalah: No Faktor SS ST CS KS TS 1 Sumber daya alam 2 Sumber daya manusia 3 Kebutuhan perumahan 4 Teknologi konstruksi 5 masyarakat 6 pemerintah 7 Lainnya (jika ada mohon dituliskan): Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 207

12 Penentuan Tujuan Dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan Mohon diberikan tanda ( ) pada kolom SS, ST, CS, KS atau TS pada masingmasing pernyataan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu jika pernyataan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai kriteria Tujuan dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan, dimana: SS : setuju ST : Setuju CS : Cukup setuju KS : Kurang setuju TS : Tidak setuju tujuan dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan adalah: No Tujuan SS ST CS KS TS 1 2 Terpeliharanya kualitas lingkungan Menurunnya (bahan bangunan) 3 Hematnya energi (fosil) 4 Terpenuhinya koefisien-koefisien dasar 5 Lainnya (jika ada mohon dituliskan):

13 Penentuan Alternatif Dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan (Diskripsi dari masing-masing alternatif, pada halaman 21) Mohon diberikan tanda ( ) pada kolom SS, ST, CS, KS atau TS pada masingmasing pernyataan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu jika pernyataan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai kriteria Alternatif dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan, dimana: SS : setuju ST : Setuju CS : Cukup setuju KS : Kurang setuju TS : Tidak setuju alternatif kebijakan dalam Pengembangan Rusunawa Ramah Melalui Optimasi Pelaksanaan adalah: No Alternatif SS ST CS KS TS 1 Melaksanakan pembangunan menggunakan beton konvensional Melaksanakan pembangunan menggunakan beton semi pracetak Melaksanakan pembangunan menggunakan beton pracetak penuh Lainnya (jika ada mohon dituliskan): Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 209

14 210 HIERARKHI MODEL Analisis data pengembangan model Pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan menggunakan Metode Analisis Hierarki Proses (AHP). Metode pengelolaan Rusunawa ini disusun atas lima tingkat hierarki, seperti gambar di bawah ini. Fokus Model kebijakan pengembangan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang ramah lingkungan melalui optimasi pelaksanaan konstruksi (green Aktor Pengelola Pelaku Usaha Akademisi Faktor Sumberdaya manusia Sumberdaya alam Kebutuhan Perumahan Teknologi kontruksi masyarakat pemerintah Green Building Tujuan Terpeliharanya Menurunnya Hematnya Terpenuhinya Koefisien2 Alternatif Melaksanakan Melaksanakan Melaksanakan Hierarki pengambilan keputusan model pengembangan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang ramah lingkungan melalui optimasi pelaksanaan konstruksi (green building)

15 211 PETUNJUK PENGISIAN Pengisian kuisioner dilakukan dengan cara membandingkan variabel satu dengan variabel lain (Komponen kiri dengan komponen kanan pada baris yang sama pada kolom/tabel isian. Skala yang digunakan didasarkan pada skala yang ditetapkan Saaty, seperti terlihat pada tabel di bawah ini Tabel 1. Penilaian antar variabel Nilai Keterangan 1 Variabel A sama penting dengan variabel B 3 Variabel A sedikit lebih penting dari variabel B 5 Variabel A Jelas lebih penting dari variabel B 7 Variabel A sangat jelas lebih penting dari variabel B 9 Variabel A mutlak lebih penting dari variabel B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai variabel yang berdekatan Keterangan : Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 211

16 212 A. Pembobotan Aktor (Stakeholders) No. 1. Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap aktor yang berperan dalam pengembangan kebijakan Pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan. Intensitas Kepentingan A Diisi jika peran aktor kolom kiri (A) lebih penting dibanding kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama nya Diisi jika peran aktor di kolom kanan (B) lebih penting dibanding di kolom kiri (A) Sedikit Lebih B Skor Pengelola 2. Dunia Usaha 3. Akademisi Pengelola Dunia Usaha 6. Pengelola Akademisi 7. Pengelola 8. Dunia Usaha Akademisi 9. Dunia Usaha 10. Akademisi

17 213 Pembobotan Faktor 2. Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap faktor yang terkait dengan Intensitas Kepentingan Diisi jika faktor di kolom kiri Diisi jika faktor di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. A kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih B Skor Sumber Daya 2. Sumber Daya 3. Sumber Daya 4. Sumber Daya 5. Sumber Daya 6. Sumber Daya 7. Sumber Daya 8. Sumber Daya 9. Sumber Daya 10. Kebutuhan Perumahan 11. Kebutuhan Perumahan 12. Kebutuhan Perumahan 13. Teknologi 14. Teknologi 15 Sumber Daya Kebutuhan Perumhan Teknologi Kebutuhan Perumhan Teknologi Teknologi Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 213

18 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap faktor yang terkait dengan Pengelola Intensitas Kepentingan Diisi jika faktor di kolom kiri Diisi jika faktor di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. A kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih B Skor Sumber Daya 2. Sumber Daya 3. Sumber Daya 4. Sumber Daya 5. Sumber Daya 6. Sumber Daya 7. Sumber Daya 8. Sumber Daya 9. Sumber Daya 10. Kebutuhan Perumahan 11. Kebutuhan Perumahan 12. Kebutuhan Perumahan 13. Teknologi 14. Teknologi 15 Sumber Daya Kebutuhan Perumhan Teknologi Kebutuhan Perumhan Teknologi Teknologi

19 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap faktor yang terkait dengan Pelaku Usaha Intensitas Kepentingan Diisi jika faktor di kolom kiri Diisi jika faktor di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. A kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih B Skor Sumber Daya 2. Sumber Daya 3. Sumber Daya 4. Sumber Daya 5. Sumber Daya 6. Sumber Daya 7. Sumber Daya 8. Sumber Daya 9. Sumber Daya 10. Kebutuhan Perumahan 11. Kebutuhan Perumahan 12. Kebutuhan Perumahan 13. Teknologi 14. Teknologi 15 Sumber Daya Kebutuhan Perumhan Teknologi Kebutuhan Perumhan Teknologi Teknologi Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 215

20 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap faktor yang terkait dengan Akademisi Intensitas Kepentingan Diisi jika faktor di kolom kiri Diisi jika faktor di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. A kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih B Skor Sumber Daya 2. Sumber Daya 3. Sumber Daya 4. Sumber Daya 5. Sumber Daya 6. Sumber Daya 7. Sumber Daya 8. Sumber Daya 9. Sumber Daya 10. Kebutuhan Perumahan 11. Kebutuhan Perumahan 12. Kebutuhan Perumahan 13. Teknologi 14. Teknologi 15 Sumber Daya Kebutuhan Perumhan Teknologi Kebutuhan Perumhan Teknologi Teknologi

21 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap faktor yang terkait dengan Intensitas Kepentingan Diisi jika faktor di kolom kiri Diisi jika faktor di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. A kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih B Skor Sumber Daya 2. Sumber Daya 3. Sumber Daya 4. Sumber Daya 5. Sumber Daya 6. Sumber Daya 7. Sumber Daya 8. Sumber Daya 9. Sumber Daya 10. Kebutuhan Perumahan 11. Kebutuhan Perumahan 12. Kebutuhan Perumahan 13. Teknologi 14. Teknologi 15 Sumber Daya Kebutuhan Perumhan Teknologi Kebutuhan Perumhan Teknologi Teknologi Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 217

22 218 C. Pembobotan Tujuan 7. Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan kualitas Sumber Daya dalam Pengembangan Rusunawa yang Berkelanjutan. Intensitas Kepentingan Diisi jika tujuan di kolom kiri Diisi jika tujuan di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. (A) kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih (B) Skor Terpeliharanya 2. Terpeliharanya 3. Terpeliharanya 4. Menurunnya 5. Menurunnya 6. Hematnya Menurunnya Hematnya Hematnya

23 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan ketersediaan Sumber Daya dalam Pengembangan Rusunawa. Intensitas Kepentingan Diisi jika tujuan di kolom kiri Diisi jika tujuan di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. (A) kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih (B) Skor Terpeliharanya 2. Terpeliharanya 3. Terpeliharanya 4. Menurunnya 5. Menurunnya 6. Hematnya Menurunnya Hematnya Hematnya Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 219

24 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan pemenuhan Kebutuhan Perumahan dalam Pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan Intensitas Kepentingan Diisi jika tujuan di kolom kiri Diisi jika tujuan di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. (A) kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih (B) Skor Terpeliharanya 2. Terpeliharanya 3. Terpeliharanya 4. Menurunnya 5. Menurunnya 6. Hematnya Menurunnya Hematnya Hematnya

25 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan pengembangan Teknologi dalam Pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan Intensitas Kepentingan Diisi jika tujuan di kolom kiri Diisi jika tujuan di kolom No. (A) (A) lebih penting dibanding kolom kanan (B) kanan (B) lebih penting dibanding kolom kiri (A) (B) Jelas Sedikit Sama Sedikit Jelas Skor Terpeliharanya 2. Terpeliharanya 3. Terpeliharanya 4. Menurunnya 5. Menurunnya 6. Hematnya Menurunnya Hematnya Hematnya Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 221

26 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan tingkat dalam Pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan. Intensitas Kepentingan Diisi jika tujuan di kolom kiri Diisi jika tujuan di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. (A) kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih (B) Skor Terpeliharanya 2. Terpeliharanya 3. Terpeliharanya 4. Menurunnya 5. Menurunnya 6. Hematnya Menurunnya Hematnya Hematnya

27 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan dalam Pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan. Intensitas Kepentingan Diisi jika tujuan di kolom kiri Diisi jika tujuan di kolom (A) lebih penting dibanding kanan (B) lebih penting No. (A) kolom kanan (B) Sedikit lebih Sama dibanding kolom kiri (A) Sedikit Lebih (B) Skor Terpeliharanya 2. Terpeliharanya 3. Terpeliharanya 4. Menurunnya 5. Menurunnya 6. Hematnya Menurunnya Hematnya Hematnya Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 223

28 224 D. Pembobotan Alternatif (Diskripsi masing-masing Alternatif, pada halaman 21) No. 13. Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap alternatif Pengembangan Rusunawa yang dapat mewujudkan Terpeliharanya. Intensitas Kepentingan (A) Diisi jika alternatif di kolom kiri (A) lebih penting dibanding kolom kanan (B) P ti Jelas Sedikit Sama Diisi jika alternatif di kolom kanan (B) lebih penting dibanding kolom kiri (A) Sedikit Jelas (B) Skor Melaksanakan Konvensional 2. Melaksanakan Konvensional 3 Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Pracetak Penuh Melaksanakan Pracetak penuh No. 14. Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap alternatif Pengembangan Rusunawa yang dapat mewujudkan Menurunnya Sumber Daya Untuk Bahan. Intensitas Kepentingan (A) Diisi jika alternatif di kolom kiri (A) lebih penting dibanding kolom kanan (B) P ti Jelas Sedikit Sama Diisi jika alternatif di kolom kanan (B) lebih penting dibanding kolom kiri (A) Sedikit Jelas (B) Skor Melaksanakan Konvensional 2. Melaksanakan Konvensional 3 Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Pracetak Penuh Melaksanakan Pracetak penuh

29 Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap alternatif Pengembangan Rusunawa yang dapat mewujudkan Hematnya Energi (Bahan Bakar Fosil). No. (A) Diisi jika alternatif di kolom kiri (A) lebih penting dibanding kolom kanan (B) Intensitas Kepentingan Diisi jika alternatif di kolom kanan (B) lebih penting dibanding kolom kiri (A) (B) P ti Jelas Sedikit Sama Sedikit Jelas Skor Melaksanakan Konvensional 2. Melaksanakan Konvensional 3 Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Pracetak Penuh Melaksanakan Pracetak penuh 16. Berilah tanda ( ) pada kolom skor berdasarkan tingkat kepentingan setiap alternatif Pengembangan Rusunawa yang dapat mewujudkan Terpenuhinya Koefisien2 Dasar. No. (A) Diisi jika alternatif di kolom kiri (A) lebih penting dibanding kolom kanan (B) Intensitas Kepentingan Diisi jika alternatif di kolom kanan (B) lebih penting dibanding kolom kiri (A) (B) P ti Jelas Sedikit Sama Sedikit Jelas Skor Melaksanakan Konvensional 2. Melaksanakan Konvensional 3 Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Semi Pracetak Melaksanakan Pracetak Penuh Melaksanakan Pracetak penuh Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 225

30 226 Diskripsi Alternatif Metoda Pembangunan Rusunawa Melalui Optimasi Pelaksanaan 1. Beton Konvensional Adalah beton yang dicetak sesuai bentuk dan tempat pada gambar konstruksi di lokasi. Cetakan/bekesting biasanya terbuat dari kayu yang masa nya terbatas, perancah dari kayu/besi dibutuhkan maksimal menopang beban beton. Dinding menggunakan bata merah. 2. Beton Semi Pracetak Adalah beton yang dicetak terlebih dahulu di pabrik atau dilapangan selanjutnya dirakit mengikuti kebutuhan konstruksi di lokasi. Cetakan/bekesting dapat digunakan berulang, menggunakan perancah minimal. Pada alternatif ini, beton pada balok, kolom dan lantai memakai pracetak, sedangkan dinding menggunakan pasangan bata merah. 3. Beton Pracetak Penuh Seluruh beton menggunakan Pracetak, baik beton balok, kolom, lantai dan dinding. Konvensional Pracetak Kebutuhan bahan bangunan utama, tenaga kerja dan kandungan energi bahan bangunan No Komponen Utama Konvensional Semi Pracetak Pracetak Penuh 1 Semen 677 ton 688 ton 569 ton 2 Pasir m m3 682 m3 3 Batu pecah 339 m3 398 m3 642 m3 4 Besi tulangan 180 ton 77 ton 122 ton 5 Cetakan Kayu 41 m3 Baja 7,9 ton Baja 9,2 ton 6 Perancah Kayu 562 m3 Baja 7,8 ton Baja 7,8 ton 7 Tenaga terampil 25 org 50 org 60 org 8 Tenaga tdk terampil 100 org 40 org 20 0rg 9 Biaya (Rp x 1 milyar) 13,406 11,500 11,456

31 227 Bagian 2, I S M Interpretatif Structural Modelling (ISM) 1. Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretatif Structural Modelling) digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan dimasa yang akan datang. Analisis ini digunakan sebagai salah satu alat (tool) dalam penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor kunci dan tujuan strategis apa saja yang berperan dalam peningkatan daya dukung lingkungan, sesuai dengan pendapat dari para pelaku (stakeholder) yang terlibat di dalam pengembangannya. Selanjutnya faktor kunci dan tujuan strategis tersebut akan digunakan untuk mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan bagi daya dukung lingkungan, melalui pemodelan dinamika sistem. 2. Teknik Permodelan Interpretasi Struktural (Interpretatif Structural Modelling) digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan dimasa yang akan datang. Menurut Marimin (2004), ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) di mana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknis ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistik deskriptif. 3. Petunjuk Pengisian Apabila Ibu/Bapak telah menentukan pilihan alternatif terbaik sesuai pertanyaan pada kuesioner AHP nomor di atas, selanjutnya dimohon memberikan pendapat atas beberapa pertanyaan terkait rencana pengembangan alternatif tersebut. Kuesioner ini dimaksudkan untuk menstrukturisasi sub elemen-sub elemen pada elemen-elemen yang terkait dengan kebijakan pengembangan Rusunawa yang ramah lingkungan, yang saling berkaitan. Untuk membandingkan antar sub-elemen pada setiap elemen, maka Bapak/Ibu dapat memilih huruf-huruf V, A, X, dan O dimana : V : Jika sub-elemen yang ke-1 lebih penting atau harus lebih dahulu ditangani dibandingkan dengan sub-elemen ke-2 A : Jika sub-elemen yang ke-2 lebih penting atau harus lebih dahulu ditangani dibandingkan dengan sub-elemen ke-1 X : Jika kedua sub-elemen sama pentingnya atau keduanya harus ditangani bersama O : Jika kedua sub-elemen tidak sama penting atau kedua sub-elemen bukan prioritas yang harus ditangani. Kuisioner Pakar - Model Pengembangan Rusunawa Yang Ramah 227

32 228 A. Aktor / Stakeholder No Sub-elemen ke-i Sub-elemen ke-j LSM Praktisi Akademisi Pelaku Usaha Pengelola Rusuna Dinas PU Kementerian Perumahan Rakyat Kementerian PU Pemkab/Pemkot Pemprov Pusat Pusat 2 Pemprov 3 Pemkab/Pemkot 4 Kementerian PU 5 Kementerian Perumahan Rakyat 6 Dinas PU 7 Pengelola Rusuna 8 Pelaku Usaha 9 Akademisi 10 Praktisi LSM

33 229 B. Permasalahan Pengembangan No Sub-elemen ke-i Sub-elemen ke-j Pekerjaan terlambat Gagal konstruksi SOP/pemeliharaan belum ada SOP/pelaksanaan belum ada Kurang bantuan perbankan Sulinya urus perizinan Keraguan masyarakat Belum semua ada btn mutu tinggi Peralatan terbatas Kontraktor blm semua paham Terbatasnya teknologi Rendahnya inovasi Terbatas bahanramah lingkungan Lemah pengawasan Kurangnya Terbatasnya SDM Kurangnya sosialisasi Kurangnya sosialisasi 2 Terbatasnya SDM 3 Kurangnya 4 Lemah pengawasan 5 Terbatas Bahan bangunan ramah lingkungan 6 Rendahnya inovasi 7 Terbatasnya teknologi 8 Kontraktor blm semua paham 9 Peralatan terbatas 10 Belum semua daerah ada beton mutu tinggi 11 Keraguan masyarakat 12 Sulinya urus perizinan 13 Kurang bantuan perbankan 14 SOP/pelaksanaan belum ada 15 SOP/pemeliharaan belum ada 16 Gagal konstruksi 17 Pekerjaan terlambat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kota Batam 4.1.1 Geografis dan Administrasi Kota Batam sebelum menjadi daerah otonom, merupakan kotamadya kedua di Provinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Di negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, dengan tingkat kesejahteraan masih rendah, pembangunan menjadi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Hari Nugraha Nurjaman Hairul Sitepu HR Sidjabat

Hari Nugraha Nurjaman Hairul Sitepu HR Sidjabat Sistem Pracetak Beton sebagai Sistem Konstruksi Hijau : Studi Kasus Perbandingan Energi Konstruksi dan Dampak Lingkungan di Pembangunan Rumah Susun di Batam Hari Nugraha Nurjaman Hairul Sitepu HR Sidjabat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. efisien, ekonomis, mudah didapat dan bahan dasar yang melimpah.

BAB 1 PENDAHULUAN. efisien, ekonomis, mudah didapat dan bahan dasar yang melimpah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinding adalah salah satu elemen non-struktur yang terdapat dalam suatu bangunan gedung maupun rumah yang berfungsi sebagai penyetabil, pengikat balok dan kolom, penyekat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran 62 BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon (hasil pemeliharaan ulat sutera) menjadi benang, kain sutera,

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA Alfonsus Dwiputra W. 1, Yulius Candi 2, Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK: Proses pembangunan perumahan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Lampiran. Kuesioner AHP PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ================================================= Kepada Yang Terhormat Bogor, Februari 203

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT

SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT SMART SOLUTIONS FOR MULTISTOREY BUILDINGS OLEH : IR. H. SULISTYANA, MT PT. Kinarya Beton Indonesia Permata Niaga Sukajadi Blok B No. 3 Batam Indonesia Telp.(0778) 451 804 Fax. (0778) 428 728 Email :info@flyslab.com,

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA. Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin ESTIMASI BIAYA DAN MANAJEMEN WAKTU

ESTIMASI BIAYA. Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin ESTIMASI BIAYA DAN MANAJEMEN WAKTU ESTIMASI BIAYA Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin DAFTAR HARGA SATUAN UPAH ESTIMASI BIAYA DAN MANAJEMEN WAKTU No. Macam Pekerja Upah Tenaga 1 Pekerja /hari 2

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29

Laporan Tugas Akhir Rekayasa Nilai Pembangunan RS Mitra Husada Slawi 29 BAB III PENDEKATAN METODE 3.1 PENDAHULUAN Metodologi adalah tatacara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB V Hasil Pembahasan Kontraktor

BAB V Hasil Pembahasan Kontraktor BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Hasil Pembahasan Kontraktor Berdasarkan hasil pembahasan tentang sisa material pada 4 proyek gedung di Kota Padang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR

ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Spectra Nomor 19 Volume X Januari 2012: 52-61 ANALISIS PEMILIHAN KONSTRUKSI KUDA-KUDA BAJA BENTANG BESAR Munasih Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Persaingan usaha jasa konstruksi yang semakin

Lebih terperinci

Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia

Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia Maruli A. Hasoloan Ses. Badan Penelitian Pengembangan & Informasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi The National Conference on Green Jobs the Way Forward Jakarta,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran ini merupakan hasil dari penelitian mengenai Dampak Sosial dan Ekonomi Pembangunan Rusunawa Gowongan Yogyakarta. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA LAMPIRAN LAMPIRAN A KUISIONER PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA Pengembangan Majalaya sebagai salah satu kawasan industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mahal, dan hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan rumah landet house

BAB 1 PENDAHULUAN. mahal, dan hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan rumah landet house BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan terus bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Jakarta bagian Barat membuat daya tampung kota ini dalam melayani penduduk yang ada semakin lama semakin berkurang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir, beton merupakan material konstruksi yang paling umum dan sering digunakan. Pada dasarnya beton terbentuk dari dua bagian utama yaitu pasta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur adalah bangunan yang mendukung dan atau meningkatkan kegiatan ekonomi/bisnis dan atau kegiatan sosial suatu masyarakat. Jalan merupakan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses Penelitian Penelitian dimulai dengan melakukan pengamatan dilapangan, merumuskan masalah dan judul penelitian yang didukung dengan suatu kajian pustaka. Hal tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya kebutuhan gedung dan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Seperti kita ketahui bersama, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

BAB IV Analisis Data

BAB IV Analisis Data BAB IV Analisis Data IV.1. Studi Kasus Studi kasus penelitian ini dilakukan pada proyek pengembangan perumahan kelas menengah di wilayah Bandung. Pemilihan perumahan kelas menengah didasarkan pada pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin pesat, maka permintaan akan tempat tinggal seperti apartment, dan pusat kegiatan ekonomi atau perkantoran untuk

Lebih terperinci

Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster

Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster 200 Lampiran 1 Profil Usahatani, Industri Kecil Penyulingan dan Pedagang/Pengumpul Form A Kuesioner Profil Usaha Tani Program Penelitian Pemberdayaan Agroindustri Nilam di Pedesaan dalam Sistem Klaster

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi beton pracetak di Indonesia berkembang pesat, hal ini terkait dengan biaya konstruksi yang terus meningkat. Bila dibandingkan dengan biaya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan dan pemanasan global sudah menjadi isu yang begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia. Perkembangan proyek konstruksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI Febrian Pratama Poetra Setiawan 1, Grace Erny Gazali 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA

OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA OPTIMASI SISTEM STRUKTUR CABLE-STAYED AKIBAT BEBAN GEMPA Yusep Ramdani, MT (1), Murdini Mukhsin, MT, Iman Handiman, MT Teknik Sipil Universitas Siliwangi Tasikmalaya Email (1) ramdani.yusep1975@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi dan industri yang semakin tahun semakin bergerak maju. Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang pesat

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang diterapkan pada perancangan pusat industri pengalengan ikan layang di Brondong lamongan adalah arsitektur hemat energi. Pada perancangan pusat

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut: BAB IV : KONSEP 4.1. Konsep Dasar Konsep rancangan dasar pada perancangan Rumah Sakit Pendidikan Karawaci di Tangerang ini adalah arsitektur hijau. Arsitektur hijau ialah sebuah konsep arsitektur yang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat cepat berimplikasi terhadap kepadatan suatu kota. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut mengakibatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya proyek. Sebelum pemilik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya proyek. Sebelum pemilik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada pembangunan suatu proyek konstruksi pengendalian biaya proyek merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya proyek. Sebelum pemilik proyek memutuskan untuk

Lebih terperinci

Tatia Ardilla / Dosen Pembimbing : Cahyono Bintang Nurcahyo, ST. MT.

Tatia Ardilla / Dosen Pembimbing : Cahyono Bintang Nurcahyo, ST. MT. PENERAPAN REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN ASRAMA X PROVINSI BALI (The Application of Value Engineering in The Project of X Dormitory Bali Province) Tatia Ardilla / 3109100091 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN RUSUNAWA RAMAH LINGKUNGAN MELALUI OPTIMASI PELAKSANAAN GREEN CONSTRUCTION DI BATAM HAIRUL SITEPU

MODEL PENGEMBANGAN RUSUNAWA RAMAH LINGKUNGAN MELALUI OPTIMASI PELAKSANAAN GREEN CONSTRUCTION DI BATAM HAIRUL SITEPU MODEL PENGEMBANGAN RUSUNAWA RAMAH LINGKUNGAN MELALUI OPTIMASI PELAKSANAAN GREEN CONSTRUCTION DI BATAM HAIRUL SITEPU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

Lebih terperinci

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang No.771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN PU-PR. Bendungan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan yaitu dengan menyiapkan data berupa denah dan detil rusunawa Universitas Lampung

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan berbagai

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi seperti pemanasan global dan pengurangan sumberdaya alam. Salah

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo JURNAL TEKNIK POMITS Vol 1, No 1, (2012) 1-5 1 Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo Novan Dwi Aryansyah, Retno Indryani Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini isu mengenai Global Warming dan keterbatasan energi kerap menjadi perbincangan dunia. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kelompok penelitinya yaitu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Karya Mortar Pasangan Bata 50 Kg

BAB IV ANALISA DATA. Karya Mortar Pasangan Bata 50 Kg BAB IV ANALISA DATA IV. 1. ANALISA DATA Data data yang diperlukan untuk di analisa dalam pembahasan skripsi studi kasus pengaruh material material alternatif terhadap proyek konstruksi perumahan Taman

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tak pernah berhenti melakukan pembangunan proyek konstruksi terutama bangunan gedung, walaupun sudah terdapat

Lebih terperinci

Nama Responden :... Alamat Responden :... Tanggal Wawancara :...

Nama Responden :... Alamat Responden :... Tanggal Wawancara :... L.1. Kuisioner Analytical Hierarchy Process (AHP) STUDI AHP UNTUK MERUMUSKAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA YANG MENDUKUNG POTENSI CADANGAN KARBON Nama Responden :... Pekerjaan Responden :...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tiang pancang, balok, kolom dan pelat. Berkembangnya metode seperti ini

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tiang pancang, balok, kolom dan pelat. Berkembangnya metode seperti ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi karena metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang maksimal terutama jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah (papan) adalah salah satu kebutuhan pokok manusia selain makanan (pangan), dan pakaian (sandang). Ketersediaan lahan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan gedung bertingkat saat masa sekarang ini semakin pesat dan dalam pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan bangunan yang banyak dipilih oleh para ahli struktur. Banyaknya pemakaian beton disebabkan beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh,

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.155 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/M- IND/PER/1/2012 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGURANGAN EMISI CO 2INDUSTRI SEMEN DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

APLIKASI SNI PRACETAK

APLIKASI SNI PRACETAK APLIKASI SNI PRACETAK SNI 7832-2012 2012 (Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak untuk Konstruksi Bangunan Gedung) Dr. Ir. Dwi Dinariana, MT SNI 7832-2012 (Tata Cara Perhitungan Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA (0404210189)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH MPANEL DENGAN RUMAH PRACETAK PADA PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA DI SAWOJAJAR MALANG

PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH MPANEL DENGAN RUMAH PRACETAK PADA PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA DI SAWOJAJAR MALANG PERBANDINGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH MPANEL DENGAN RUMAH PRACETAK PADA PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA DI SAWOJAJAR MALANG Vicky Ramadhani, M. Hamzah Hasyim, Saifoe El Unas Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS (direncanakan tahun 2020) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sisa Material Menurut Construction Waste Management Guide, sisa material adalah benda yang tidak berbahaya berwujud yang berasal dari aktivitas pembangunan, penghancuran dan

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA

GAPEKSINDO GABUNGAN PERUSAHAAN KONSTRUKSI NASIONAL INDONESIA halaman halaman PENGANTAR Buku saku PETUNJUK KERJA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK TUKANG BANGUNAN Pembangunan, adalah sebuah upaya umat manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, dan dalam parameter global,

Lebih terperinci

Seminar Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Seminar Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014 Seminar Tugas Akhir PERBANDINGAN PENGGUNAAN MATERIAL BATU BATA MERAH DENGAN BATA RINGAN I-CON TERHADAP PERUBAHAN DESAIN STRUKTUR DITINJAU DARI BIAYA DAN WAKTU (STUDI KASUS : GEDUNG REKTORAT DAN TI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak BB V HSIL RNCNGN Luas lahan rumah susun ini adalah ±1.3 ha dengan luas bangunan ±8500 m². seperempat dari luas bangunan ditujukan untuk fasilitas umum dan sosial yang dapat mewadahi kebutuhan penghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena pemanasan bumi, degradasi kualitas lingkungan dan bencana lingkungan telah membangkitkan kesadaran dan tindakan bersama akan pentingnya menjaga keberlanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun , dan tidak termasuk. Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Khusus Ibukota Jakarta dalam rentang tahun , dan tidak termasuk. Tabel 1.1 Pertumbuhan Panjang Jalan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi lingkungan global dan lokal saat ini sudah mulai memprihatinkan yang dapat mengancam kehidupan di muka bumi. Salah satu sumber terjadinya masalah antara alam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai analisis perbandingan biaya dan waktu pekerjaan dinding menggunakan pasangan bata merah dan bata ringan pada proyek bangunan gedung

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN PRAKTEK REKAYASA BATU DAN BETON PADA WORKSHOP KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL FT-UNP

ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN PRAKTEK REKAYASA BATU DAN BETON PADA WORKSHOP KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL FT-UNP ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN PRAKTEK REKAYASA BATU DAN BETON PADA WORKSHOP KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL FT-UNP Yenni Deswita 1, Zulfa Eff Uli Ras 2, Armon. S 3 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FT

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1 Pemilihan Lokasi dan Lokasi Tapak 4.1.1 Lingkungan Tapak Dalam Buku Profil Penataan Ruang DKI Jakarta tahun 2003, pada bagian 2.2.3 Kawasan permukiman tercantum bahwa pemanfaatan

Lebih terperinci

K U E S I O N E R. Intensitas Pentingnya

K U E S I O N E R. Intensitas Pentingnya 105 Lampiran 1. Model Kuesioner AHP yang Digunakan Untuk Mencapai Tujuan Peningkatan Cakupan Sampah Perumahan Nama Responden Pendidikan SMA Sarjana Master Doktor Keterwakilan Jabatan/Pekerjaan K U E S

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai proses analisa data, termasuk gambaran umum data yang di analisa guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dan pengolahan

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Media Teknik Sipil, Volume IX, Januari 2009 ISSN 1412-0976 KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK Endah Safitri, Djumari Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN HARGA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT

STUDI PERBANDINGAN HARGA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 STUDI PERBANDINGAN HARGA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT DENGAN METODE PRACETAK DAN KONVENSIONAL DI WILAYAH JAKARTA DAN PALEMBANG 1 M. Rizki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti pasir merupakan salah satu pendukung sektor pembangunan baik secara fisik, ekonomi maupun sosial.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

B A B 1 P E N D A H U L U A N

B A B 1 P E N D A H U L U A N B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fungsi utama dari arsitektur adalah mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsurunsur iklim yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural

BAB I PENDAHULUAN. lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Secara struktural BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya sarana maupun fasilitas kepentingan umum yang layak dan memadai, merupakan salah satu wujud dari keberhasilan program pembangunan. Fasilitas kepentingan

Lebih terperinci

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG

PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL 4 LANTAI JALAN INDRAPURA SEMARANG Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci