MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi Bidang Psikologi Klinis Diajukan oleh: Indha Nurikahapsari T PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i

2 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi Bidang Psikologi Klinis Diajukan oleh: Indha Nurikahapsari T PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 ii

3

4

5 ABSTRAKSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktifitas terapi akuatik Happy Water untuk meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Subjek yang terseleksi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa yang berada disekolah umum antara usia 5-10 tahun di Surakarta yang mempunyai tingkat hiperaktifitas sedang, sebanyak 3 anak. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan teknik uji t antar kelompok ada perbedaan yaitu adanya penurunan gejala hiperaktif akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik antara kelompok subjek yang menerima aktifitas terapi akuatik Happy Water dan kelompok subjek yang tidak menerima aktifitas terapi akuatik Happy Water. Kata kunci: terapi akuatik happy water, kemampuan mengelola psikomotorik v

6 PENGANTAR Anak adalah karunia, kehadirannya disambut dengan suka cita dan penuh harapan. Setiap orang tua selalu mendambakan anak yang sempurna dan sehat secara fisik dan psikis, sebagai modal untuk meneruskan cita-cita kedua orang tuanya. Bagi setiap orang tua memiliki anak yang cerdas dan sehat merupakan anugerah yang tiada tara. Seiring hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan harapan, terkadang Tuhan menitipkan karunia berupa anak yang mengalami perkembangan psikis dan pertumbuhan fisik yang tidak sempur na. Hambatan perkembangan disebabkan karena adanya kondisi psikis dan fisik yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Setiap hambatan perkembangan akan menimbulkan suatu dampak dan konsekuensi bagi orang tua, anak dan lingkungan, karena permasalahan tersebut dapat menghambat optimalisasi perkembangan anak. Hambatan perilaku yang dialami anak dalam perkembangannya dapat berasal dari aspek sosial, emosi, kognisi dan fisik. Hambatan perkembangan anak yang banyak bermunculan saat ini, salah satunya adalah gangguan hiperaktif. Kondisi di Indonesia semakin lama jumlah anak yang terdiagnosa mengalami gangguan hiperaktifitas semakin meningkat, yang pada umumnya disertai dengan masalah kesulitan belajar, perilaku dan masalah emosional lainnya (Gamayanti dkk, 2005) Penyebab semakin banyaknya anak yang mengalami gangguan hiperaktif adalah faktor psikososial atau faktor diluar anak sendiri. Seperti stres, kesulitan di 1

7 sekolah, kesulitan dengan kontak sosial, manja, traumatik, penyakit dalam keluarga, tingkat kelas terlalu tinggi atau terlalu rendah, hereditas, gangguan pada masa prenatal dan perinatal. Dan juga kerusakan otak seperti misalnya penyakit pada saat hamil, epilepsy, kecelakaan, disfungsi minimal otak pada anak premature); dan alergi terhadap makanan tertentu (misal pada bumbu masak: MSG atau vetsin), (Gamayanti, 2000). Hasil penelitian Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan psikiatrik atau gangguan perilaku pada anak yang paling banyak dijumpai di sekolah maupun di klinik (Saputro, 2001). Anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan dampak yang panjang dan kompleks. Dampak kompleksitas yang ditimbulkan salah satunya berkaitan dengan perkembangan kognitif dan psikomotorik yaitu: sulit mengatur aktifitas, tidak bisa fokus terhadap tugas, tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan gagal dalam menyelesaikan tugastugas akademik. Sedangkan yang dimaksud dengan gangguan hiperaktifitas menurut National Medical Series (dalam Hamidi, 2006) adalah suatu peningkatan aktifitas motorik sehingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Gangguan hiperaktifitas akan menimbulkan dampak bagi diri sendiri berkaitan dengan kemampuan intelektual, kemampuan dalam berhubungan sosial dan gangguan perilaku. Saputro (2001) menemukan bahwa gangguan ini menimbulkan disfungsi utama yaitu gangguan tingkah laku, sosial-emosional dan kognitif sehingga menyebabkan kegagalan pada bidang akademik dan 2

8 penyesuaian perilaku terhadap lingkungannya. Dampak tersebut akan menjadi kendala bagi anak untuk mengembangkan diri secara optimal karena didalam masyarakat sendiri seringkali dianggap anak yang nakal ataupun bodoh dan seringkali tidak tertangani secara benar. Kondisi psikomotorik yang dimiliki anak hiperaktif tidak sesuai dengan kondisi psikomotorik usia anak-anak normal yang lainnya. Kondisi tersebut akan membawa kesulitan perkembangan sampai pada usia perkembangan selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan anak hiperaktif kurang memiliki kemampuan mengelola psikomotoriknya dan kurang bisa fokus terhadap aktifitas yang sedang dilakukan. Perlunya suatu penanganan yang khusus bagi anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif, agar mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik sehingga dapat fokus terhadap tugas yang sedang ditekuninya. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh berbagai ahli untuk menangani anak hiperaktif. Sala h satunya adalah melalui terapi perilaku, saat ini banyak terapi perilaku yang berkembang dengan berbagai metode yang ditawarkan untuk membantu anakanak hiperaktif. Salah satunya dengan menggunakan teknik terapi air atau yang lebih dikenal dengan terapi Akuatik. Rithaudin (2008) dalam penelitiannya aktivitas Akuatik adalah sebuah aktivitas dengan menggunakan media air secara umum media tersebut dapat berupa kolam renang ataupun tempat sejenis yang mempunyai karakteristik sama yaitu dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan berbagai bentuk aktivitas fisik. Dalam sebuah penelitian menemukan bahwa penggunaan terapi kegiatan air atau berenang dapat memfasilitasi bahasa, konsep diri, ketrampilan motorik 3

9 dan meningkatkan perilaku adaptif (Yilmaz, Konukman, Birkan, Ozen &Yonardag, 2010). Kegiatan Halliwick: (a) mengandalkan alam daya apung tubuh yang memfasilitasi pengembangan kontrol motor, (b) individu belajar bagaimana posisi untuk mengendalikan tubuh mereka melalui berbagai rotasi selalu bergerak dari tidak stabil kekeadaan seimbang, (c) Dengan kontrol nafas untuk mengurangi ketegangan (d) pengendalian posisi dalam turbulensi membangun kekuatan inti untuk memperkuat keyakinan individu (Grosse, 2010) Selain itu juga anak hiperaktif melakukan terapi akuatik Happy Water harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan dan dapat dilakukan dengan mudah. Untuk anak-anak renang dianggap sebagai kegiatan yang menyenangkan karena itu cara yang baik untuk memberikan keuntungan dari latihan dan ketrampilan. Dengan terapi akuatik Happy Water anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif dapat menggerakkan otot-otot tubuh dengan rileks dalam suasana yang menyenangkan, karena menggerak-gerakkan tubuh didalam air dapat menyalurkan energinya. Berkaitan dengan stimulasi dia tas peneliti memilih gerakan permainan khususnya permainan yang dilakukan melalui media air. Karena aktifitas terapi akuatik yang melibatkan media air akan menciptakan relaksasi dan perasaan senang bagi anak-anak. Menurut Landreth dalam Rithaudin (2008) me lalui bermain seorang anak mampu melepaskan perasaan terpendam akan kecemasan, kekecewaan, ketakutan, agresi, rasa tidak aman dan kebingungan. Selain untuk perkembangan fisik aktifitas permainan akuatik juga berguna untuk perkembangan psikis dan otak. Mengikutkan anak dalam aktifitas terapi akuatik 4

10 akan meningkatkan kesehatan fisik, psikis dan psikososial. Karena anak merasa senang mendapatkan suatu stimulasi yang bervariasi. Stimulasi tersebut dapat diterapkan pada semua anak yang sedang mengalami perkembangan psikomotorik dan gangguan konsentrasi bisa dimulai sejak dini, bahkan untuk anak-anak yang mengalami kendala seperti anak berkebutuhan khusus. Salah satunya anak yang mengalami gangguan psikomotorik dan konsentrasi adalah anak hiperaktif dan stimulasi tersebut dapat diterapkan. Apabila gejala hiperaktif banyak yang muncul, akan mengurangi kemampuan mengelola psikomotoriknya. Sehingga akan menghambat proses perkembangan didalam menjalankan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Untuk itu anak hiperaktif harus berlatih agar mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik dan mampu berkonsentrasi. Hasil praktek ataupun latihan kemampuan mengelola psikomotorik anak hiperaktif perlu mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Lingkungan dapat menyediakan denga n memberikan berbagai fasilitas yang mendukung. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas menggunakan media air seperti kolam renang atau media yang mempunyai karakteristik yang sama seperti kolam renang. Aktifitas terapi akuatik Happy Water merupakan salah satu terapi perlakuan pada anak hiperaktif. Aktifitas terapi akuatik Happy Water adalah modifikasi dari dua konsep terapi air. Yaitu konsep Water Fun anda Fitness dan konsep Halliwick. Kedua konsep tersebut digunakan oleh peneliti disesuaika dengan kondisi anak hiperaktif. Aktifitas terapi akuatik Happy Water mengutamakan prinsip belajar pada kemampuan mengelola psikomotorik 5

11 hiperaktif. Dengan aktifitas terapi akuatik Happy Water anak hiperaktif bisa bergerak namun terbatas karena berada dimedia air. Adapun fungsi bermain sebagai media terapi dapat dijelaskan sebagai berikut: selama bermain, perilaku anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah kegiatan alamiah sudah dianugerahkan pada seorang anak. Dalam melakukan aktifitas terapi akuatik harus menggunakan teknik yang benar agar terhindar dari cidera. Dengan didampingi oleh seorang terapis yang berpengalaman akan sangat dibutuhkan agar pelaksanakan aktifitas terapi akuatik optimal. Selain itu juga akan diperoleh manfaat selain mendapatkan kesegaran sekaligus dapat mengelola otot-otot tubuh. Salah satu teknik yang digunakan oleh peneliti adalah teknik terapi akuatik Halliwick. Menurut Yilmaz Ilker dkk (2010) metode Halliwick digunakan untuk aplikasi hidrodinamika dan tubuh mekanik. Dengan adanya aktifitas terapi akuatik Happy Water diharapkan anak hiperaktif dapat berkonsentrasi dan mengelola otot tubuh, apabila anak hiperaktif mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik. Melalui aktifitas terapi akuatik Halliwick maka gejala hiperaktif akan mengalami penurunan secara bertahap. Karena anak hiperaktif mampu menyalurkan gerakan psikomotoriknya lebih terarah dan otot tubuhnya akan lebih lentur. Selain itu juga untuk melatih keseimbangan anak hiperaktif ketika melakukan gerakan psikomotorik sehingga dapat terkoordinir menjadi satu gerakan yang selaras. Untuk itu bagi anak hiperaktif dibutuhkan alternatif terapi perlakuan yang bermanfaat agar memiliki kemampuan mengelola psikomotorik. Aktifitas terapi akuatik Happy Water ini dapat dilaksanakan secara teratur sehingga dapat 6

12 memberikan manfaat bagi anak hiperaktif untuk mempunyai suatu kemampuan dalam mengelola psikomotorik. Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa, pengaruh kemampuan mengelola psikomotorik anak hiperaktif melalui aktifitas terapi akuatik Happy Water adalah semakin tinggi gejala hiperaktif muncul, akan mengurangi kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Apabila gejala hiperaktif mengalami penurunan, maka semakin tinggi kemampuan mengelola psikomotorik. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah anak-anak dengan gejala gangguan hiperaktif berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, karena kondisi gangguan ini tidak memandang pada salah satu jenis kelamin saja. Usia anak hiperaktif yang diikut sertakan dalam penelitian adalah usia 5-10 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada saat usia tersebut anak yang mengalami gejala hiperaktif telah memasuki sekolah formal. Dari sejumlah subjek yang termasuk dalam kategori gejala hiperaktif, sebanyak delapan orang yang memenuhi kriteria untuk mengikuti pelatihan terapi olah raga renang dengan hasil skor Skala Pengelolaan Psikomotorik pada kriteria sedang. Tabel 1 Diskripsi data observasi Skala Pengelolaan Psikomotorik Kategori Skor Skala Pengelolaan Jumlah Psikomotorik Ringan Sedang Berat

13 Selanjutnya jumlah peserta kelompok eksperimen yang bersedia mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir sesi menjadi 6 orang, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2 Identitas Subjek Penelitian No Inisial Jenis Kelamin Usia Pendidikan 1. Za Perempuan 9 tahun SLB E 2. Am Perempuan 9 tahun SLB E 3. Rm Laki- laki 5 tahun TK 4. Rkp Perempuan 10 tahun SLB E 5. RS Perempuan 7 tahun SLB E 6. Rpw Laki- laki 7 tahun TK Ketiga subjek yang menyatakan kesanggupannya untuk mengikuti pelatihan dijadikan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan ketiga subjek yang tidak menyatakan kesanggupannya dijadikan kelompok kontrol dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3 Kategori Kemampuan Mengelola Psikomotorik Kelompok Eksperimen Jenis Skor Pre Test no Inisial Kelamin Ibu Guru Obser ver Terapis Mean Kategori 1. ZA Perempuan ,25 Sedang 2. AM Perempuan ,25 Sedang 3. RM Laki- laki ,75 Sedang 8

14 Tabel 4 Kategori Kemampuan Mengelola Psikomotorik Kelompok Kontrol Jenis Skor Pre Test no Inisial Kelamin Ibu Guru Obser ver Terapis Mean Kategori 1. RS Perempuan Sedang 2. RKP Perempuan ,5 Sedang 3. RPW Laki- laki ,75 Sedang Metode Pengumpulan data menggunakan skala pengelolaan psikomotorik. Skala Pengelolaan Psikomotorik diadaptasi berdasarkan skoring asesmen dan penegakan diagnosis terhadap gejala Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) dari Margaret dkk (dalam Hamidi, 1996) terdiri dari : Tabel 5 Blue Print Skala Pengelolaan Psikomotorik Sebelum Uji Coba No Aspek Butir 1. Inattention 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 2. Hyperaktivity -Impulsivity 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 Modul yang digunakan yaitu modul Aktifitas Terapi Akuatik Happy Water. Kisi-kisi modul dapa t dilihat pada tabel 6 9

15 Tabel 6 Latihan Inti Sesi Materi Dosisi Tujuan Gerakan Manfaat Berdiri dalam air Beridiri dalam air Lempar bola Tengkurap Tengkurap Mengapung Menyelam Berjalan melintasi kolam 1 x keliling Merasakan gerakan kaki Berjalan didalam air 1x keliling Belajar mengatur sambil meniup bola kecil pernafasan didalam kolam Melempar bola pada Minimal: Merasakan sasaran (instruktur) dan 2x3 membengkokkan menangkap Maksimal: atau menggunakan kedua 3x3 memperpanjang tangan otot tangan Pegangan tangan Minimal Merasakan otot disamping kolam sambil 1x10 kaki kedua pergelangan kaki Maksimal diayun -ayun secara 2x10 berirama Pegangan tangan Minimal: Peregangan otot disamping kolam sambil 2x3 dan persendian tubuhnya digulinggulingkan Maksimal: semua tubuh kekanan dan 3x3 kekiri secara berirama Tidur terlentang dalam Minimal Keseimbangan air sambil digulinggulingkan 1x10 kekanan dan Maksimal kekiri 2x10 Menggunakan benda Minimal: Belajar tenggelam yang 2x3 memfokuskan alat berwarna, anak diminta Maksimal: visual mengambil benda 3x3 tersebut didalam air Melatih otot dan persendian kaki Keseimbangan Konsentrasi Mengenal bagian tangan yang bergerak Mengenal bagian tubuh Keseimbangan Koordinasi otot dan persendian kaki Mengenal anggota tubuh Mengenal bagian tubuh Merasakan indra peraba Belajar melatih konsentrasi Melatih konsentrasi 10

16 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil- hasil penelitian beserta pembahasannya, yang diakhiri dengan kelemahan dan kekurangan dari penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pertama, adanya validasi dari ahli fisioterapi terkait dengan modul, kedua sebelum pelaksanaan penelitian dan ketiga, pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. 1.Uji Statistik Diskriptif Tabel 7 Rangkuman Hasil Skor Rerata Pretes-Posttes Kelompok Eksperimen Subjek Re rata Pre tes Kategori Re rata Post tes Kategori Selisih Pre-post tes Kategori Ibu Sedang Sedang Sedang Guru Sedang Sedang Sedang Observer Sedang Sedang Sedang Instruktur Sedang Sedang Sedang Gejala hiperaktif mengalami penurunan, akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik. Hasil Skala Pengelolaan Psikomotorik dari ibu berdasarkan hasil analisis data diketahui rerata empirik sebelum pelatihan sebesar 23,000. Setelah melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik Berdasarkan hasil analisis data Skala Pengelolaan Psikomotorik dari guru diketahui rerata empirik sebelum aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 31,00. Setelah melakukan aktifitas terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik sebesar 26,00 hal ini menunjukkan gejala hiperaktif mengalami perunan 11

17 sehingga akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang, namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data Skala Pengelolaan Psikomotorik dari terapis diketahui rerata empirik sebelum aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 25,333. Dengan demikian sebelum melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water gejala hiperaktif yang muncul tergolong sedang. Setelah melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik sebesar 20,337. Penurunan tersebut menunjukkan gejala hiperaktif mulai berkurang, hal ini akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakukan dan sesudah diberi perlakuan. Sesuai hasil analisis data observer diketahui rerata empirik sebelum pelatihan pengelolaan psikomotorik sebesar 32,000. Dengan demikian sebelum melakukan aktifitas terapi akuatik Happy Water gejala hiperaktif yang muncul tergolong sedang. Setelah melakukan pelatihan pengelolaan psikomotorik diperoleh rerata empirik sebesar 24,667. Penurunan gejala tersebut menunjukkan bahwa gejala hiperaktif mengalami penurunan dan akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakukan dan sesudah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa ketiga subjek yang melakukan aktifitas terapi akuatik Happy Water berhasil menurunkan gejala 12

18 hiperaktif, diharapkan setelah mengikuti pelatihan tersebut subjek memiliki kemampuan mengelola psikomotorik. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik uji t-test yaitu membandingkan skor post test pada kelompok eksperimen dan skor post tes kelompok kontrol. Hasil analisis menggunakan t-test diperoleh nilai t hitung sebesar 3,485 dengan signifikansi 0,002 p < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara skor post test pada kelompok eksperimen dan skor post test pada kelompok kontrol yang ditujukkan dengan nilai probabilitas signifikan 0,002 < 0,05. Hasil rerata skor pengelolaan psikomotorik kelompok yang tidak diberi pelatihan sebesar 25,33 sedangkan yang diberi aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 20,25. Terlebih lagi jika stimulasi yang diberikan oleh lingkungan tersebut dapat dilakukan terus menerus, sehingga anak hiperaktif mempunyai suatu kemampuan dalam mengelola psikomotoriknya. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak la hir atau merupakan hasil latihan atau praktek (Robbins, 2000). Artinya kemampuan psikomotorik anak dapat dilatih terus menerus, sehingga menghasilkan suatu kemampuan mengelola psikomotorik. Pemberian aktifitas terapi akuatik Happy Water secara teratur bagi anak hiperaktif akan membantu anak didalam meningkatkan kemampuan mengelola psikomotoriknya, hal ini terlihat dari adanya penurunan gejala hiperaktif yang muncul dibandingkan ketika tidak memperoleh pelatihan. 13

19 perlakuan: Subjek Hasil pengelolaan psikomotorik sebelum perlakuan dan sesudah Pre test Tabel 8 Hasil Pengelolaan Psikomotorik Sebelum Perlakuan Dan Sesudah Perlakuan Kategori Post test Kategori Keterangan Punurunan Gejala Hiperaktif ZA Ibu 17 Agak rendah 18 Agak rendah Tetap Guru 30 Sedang 24 Sedang Tetap Observer 30 Sedang 12 Agak rendah Turun Terapis 30 Sedang 18 Agak rendah Turun AM Ibu 29 Sedang 25 Sedang Tetap Guru 26 Sedang 24 Sedang Tetap Observer 29 Sedang 24 Sedang Tetap Terapis 25 Sedang 16 Agak rendah Turun RM Ibu 22 Sedang 20 Agak rendah Turun Guru 37 Cukup tinggi 24 Sedang Turun Observer 35 Sedang 12 Agak rendah Turun Terapis 21 Sedang 15 Agak rendah Turun Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat perubahan hasil pengelolaan psikomotorik sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Hal ini dapat dilihat adanya perubahan penurunan gejala hiperaktif dari subjek ZA, berdasarkan penilaian dari observer yang semula skor pre test sebesar 30 kemudian setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 12. Begitu pula sesuai hasil penilaian instruktur diawal sebelum perlakuan skor pre test sebesar 30 setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 18. Subjek AM mengalami penurunan gejala hiperaktif hal ini berdasarkan penilaian dari terapis dengan skor pre test sebesar 25 setelah diberi perlakuan memperolah skor post test sebesar 16. Subjek RM mengalami penurunan gejala 14

20 hiperaktif berdasarkan hasil penilaian dari ibu menunjukkan skor pre test sebesar 22 setelah diberikan terapi akuatik Happy Water diperoleh skor post test sebesar 20. Penilaian dari guru skor pre test sebesar 37 setelah mendapat perlakuan sebesar skor post test sebesar 24. Observer memberikan penilaian bahwa skor pre test yang diperoleh subjek Rama sebesar 35 setelah diberi perlakuan skor post test 12. Begitu pula penilaian dari instruktur yang memberikan skor pre test kepada subjek R ama sebesar 21 setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 15. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis peneliti yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi akuatik Happy Water efektif didalam mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diberikan, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan: 1. Praktisi Pendidikan, khususnya praktisi pendidikan yang menangani anak hiperaktif dapat digunakan sebagai alternatif terapi dalam meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik 2. Praktisi Fisioterapi, sebagai alternatif terapi akuatik bagi a nak hiperaktif 3. Bagi orang tua sebagai alternatif terapi bagi anak berkebutuhan khusus (gangguan hiperaktif) 15

21 4. Kebutuhan untuk meningkatkan hasil dan manfaat penelitian tentang metode terapi akuatik Happy Water, maka saran yang perlu diperhatikan bagi penelitian selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam penelitian ini, diantaranya mempertimbangkan variabelvariabel lain sebagai variabel kontrol agar hasil yang diperoleh lebih dapat dipertanggung jawabkan. DAFTAR PUSTAKA Gamayanti, I. L Aspek Psikologis Anak Dengan Gangguan Pemusatan Hiperaktifitas, Suatu Ilustrasi Khusus. Makalah (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada dan Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh Kembang Anak. Gamayanti,I.L., Kumara A., dan Sumaryono, S Pengembangan Media Audio Visual Elektronik untuk Penanganan Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktifitas(GPPH) Pada Anak. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Grosse, J. Susan The Halliwick Method: Applications for Individuals with Orthopedic Conditions. Diakses dari Diakses pada tanggal 3 Mei Hamidi, Zainuddin Deteksi Dini Gejala -Gejala Hiperaktifitas Pada Anak. Surabaya: Tinjauan Kepustakaan. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Rithaudin, Ahmad Model Permainan di Air sebagai Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi anak Sekolah Dasar kelas bawah (tesis). Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Robbins Landasan Teori Kemampuan. Dalam situs /jiunkpe/s1/eman/2008/jiunkpe-ns-s hanurdachapter2. Diakses pada tanggal 9 Agustus

22 Saputro, D Penatalaksanaan Strategis Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH/ADHD). Anima Indonesia Psychological Journal vol 17. No 1, Yilmaz Ilker, Konukman, Birkan, Arzu Ozen and Mehmet Yanardag Effect of Constant Time Delay Procedure on the Halliwick Method of Swimming Rotation Sills for Children with Autism. 17

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak dijumpai berbagai macam gangguan psikologis yang terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention Deficit Disorder) atau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id ADHD (Attention Deficit Hyperactive

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini telah berkembang dengan pesat, oleh karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Anak merupakan anugerah terindah yang dimiliki oleh orang tua. Namun anugerah tersebut kadang-kadang memiliki kekurangan atau banyak dari mereka yang mengalami gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis) BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan dan lingkungan sosial yang baik perlu diperhatikan bagi orangtua untuk anak-anak mereka. Kesehatan dan lingkungan sosial terhubung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain Penelitian ini adalah pre eksperimental design, yaitu desain percobaan yang tidak mencukupi semua syarat-syarat dari suatu desain percobaan sebenarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ADHD merupakan istilah berbahasa Inggris kependekan dari Attention Deficit Hiperactivity Disorder (Attention = perhatian, Deficit = kekurangan, Hiperactivity

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas : Kecerdasan Emosi 2. Variabel Tergantung : Stres Akademik 1. Kecerdasan Emosi B. Definisi Operasional Variabel Kecerdasan emosi sebagai

Lebih terperinci

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas dimana banyak terjadi pada anak usia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. STUDI KASUS ANAK HIPERAKTIF DAN USAHA GURU DALAM MEMUSATKAN PERHATIAN BELAJAR SISWA DI MI MUHAMMADIYAH CEPORAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun (Suryanah, 1996). Menurut Havighurst salah satu tugas dan perkembangan. tersebut adalah melalui pendidikan formal di sekolah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi,

Lebih terperinci

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Memahami dan membantu anak-anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Oleh: H i d a y a t Apakah itu "ADHD"? Sebelumnya para orang tua dan guru menggambarkan anak-anak yang mudah

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TEKNIK RILAKSASI DALAM MENGURANGI WAKTU PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB N 20 PONDOK II PARIAMAN

EFEKTIFITAS TEKNIK RILAKSASI DALAM MENGURANGI WAKTU PERILAKU HIPERAKTIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB N 20 PONDOK II PARIAMAN Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 340-349 EFEKTIFITAS TEKNIK RILAKSASI DALAM MENGURANGI WAKTU PERILAKU HIPERAKTIF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian eksperimen semu yaitu dengan pemasangan subyek melalui tes awal dan tes akhir dan kelompok kontrol (Ardhana 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai tuntutan kebutuhan baik itu kebutuhan secara fisik-fisiologis maupun sosial-biologis, oleh sebab itu manusia

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan motorik merupakan proses belajar bagaimana tubuh menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik dirasakan sepanjang daur kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun) merupakan masa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugrah Tuhan yang harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam hidupnya. Periode emas atau golden (0-3 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Olahraga yang dilakukan dengan rutin dan tidak berlebihan akan membuat manusia menjadi sehat

Lebih terperinci

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty. Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty Abstrak Kesibukan orangtua yang bekerja berdampak pada kurang diperhatikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan manusia merupakan perubahan. yang bersifat progresif dan berlangsung secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia merupakan perubahan yang bersifat progresif dan berlangsung secara berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai satu tahap perkembangan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak - anak adalah aset bangsa. Pada fase pertumbuhan dan perkembangannya anak memerlukan dukungan yang bersifat jasmani dan rohani untuk stimulasi potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua menganggap bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan normal sesuai dengan tahapan normalnya adalah hal yang paling penting. Orang tua bersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak, maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel sel serta bertambahnya jaringan intraseluler.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua untuk dirawat dan dididik sebaik-baiknya agar kelak menjadi anak yang berguna. Anak juga dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

HUBUNGAN MEDITASI DALAM YOGA DENGAN DAYA TAHAN TERHADAP STRES PADA PAGUYUBAN YOGISWARAN SURAKARTA

HUBUNGAN MEDITASI DALAM YOGA DENGAN DAYA TAHAN TERHADAP STRES PADA PAGUYUBAN YOGISWARAN SURAKARTA HUBUNGAN MEDITASI DALAM YOGA DENGAN DAYA TAHAN TERHADAP STRES PADA PAGUYUBAN YOGISWARAN SURAKARTA Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung (dependent) : Kecemasan ibu hamil hipertensi 2. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS AKUATIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS ATAS DI SLB N PEMBINA YOGYAKARTA E-JOURNAL

PENGARUH AKTIVITAS AKUATIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS ATAS DI SLB N PEMBINA YOGYAKARTA E-JOURNAL PENGARUH AKTIVITAS AKUATIK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS ATAS DI SLB N PEMBINA YOGYAKARTA E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam hidup manusia, pasti akan terjadi sesuatu dalam perkembangannya, menikmati dan merasakan setiap hal yang memang sudah menjadi nasibnya. Perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu objek yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang terdapat pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu diamati dalam penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga PAUD yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai perkembangan karena usia yang tepat

Lebih terperinci

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mengharapkan anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh (Putri, 2009).

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

PELATIHAN RESILIENSI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN AKADEMIK PADA REMAJA

PELATIHAN RESILIENSI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN AKADEMIK PADA REMAJA PELATIHAN RESILIENSI UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN AKADEMIK PADA REMAJA Tesis Minat Utama Bidang Psikologi Klinis Diajukan Oleh: Arifah Kusumawardhani T100100142 PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER PROFESI

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 639-648 Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Tari Melalui Media Audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Hal senada dikemukakan oleh David C.McClelland. McClelland. Sebenarnya inti teori motivasi yang dikemukakan oleh David

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Hal senada dikemukakan oleh David C.McClelland. McClelland. Sebenarnya inti teori motivasi yang dikemukakan oleh David 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkah laku seseorang didorong ke arah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan dapat menyebabkan adanya dorongan internal yang menggerakkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilaksanakan haruslah berdasarkan kajian-kajian dan metode penelitian yang telah didesain sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian didasari oleh masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Perilaku yang kita ketahui, baik pengalaman kita sendiri ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses belajar seumur hidup yang didapatkan baik secara formal maupun nonformal. Pendidikan berlaku untuk semua anak, tanpa memandang jenis

Lebih terperinci

Oleh: Nur Hayati, M.Pd

Oleh: Nur Hayati, M.Pd Oleh: Nur Hayati, M.Pd Deteksi Dini Permasalahan Permasalahan Makro Anak Usia Dini Anak yang terlantar, kurang mendapat perhatian terutama untuk mengembangkan potensinya ( misalnya anak jalanan) Diberlakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keseimbangan merupakan salah satu hal penting dalam proses pertumbuhan anak usia 10-12 tahun karena pada usia tersebut anak mulai mengalami perubahan baru, baik secara

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP KEMAMPUAN LONCAT ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK PKK SEMANDING DAN TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH PABELAN

PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP KEMAMPUAN LONCAT ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK PKK SEMANDING DAN TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH PABELAN PENGARUH PERMAINAN ENGKLEK TERHADAP KEMAMPUAN LONCAT ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK PKK SEMANDING DAN TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH PABELAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Annisa Gitya Margareta

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... ix MODUL 1: PERKEMBANGAN MANUSIA 1.1 Prinsip-prinsip Perkembangan... 1.3 Latihan... 1.10 Rangkuman... 1.11 Tes Formatif 1..... 1.11 Isu dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diberikan dalam setiap jenjang pendidikan formal, mulai dari pendidikan pra sekolah,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS BOLA VOLI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN LEMPAR PUKUL BOLA KERTAS PADA SISWA KELAS VII SMP Muhammad Syaleh Sekolah Tinggi Olahraga Kesehatan Bina Guna Medan msyaleh3@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. memiliki anak dengan riwayat gangguan skizofrenia 61 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat, meliputi : 1. Variabel bebas : pelatihan regulasi emosi

Lebih terperinci

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi STUDI PENDAHULUAN MENGUJI PERBEDAAN KETEGANGAN OTOT ANTARA JENIS KELAMIN, USIA, DAN SUBJEK YANG NOR- MAL DENGAN YANG MENGALAMI KELUHAN NYERI KEPALA DAN PUNDAK Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan jasmaniah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARYATI NURYANA F 100060066 FAKULTAS

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN TERAPI PERMAINAN SOSIALISASI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU IMPULSIF PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD)

EFEKTIVITAS PENERAPAN TERAPI PERMAINAN SOSIALISASI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU IMPULSIF PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) EFEKTIVITAS PENERAPAN TERAPI PERMAINAN SOSIALISASI UNTUK MENURUNKAN PERILAKU IMPULSIF PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD) Deyla Erinta dan Meita Santi Budiani Program Studi Psikologi

Lebih terperinci

PENGARUH BABY SPA (SOLUS PER AQUA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 3-4 BULAN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH BABY SPA (SOLUS PER AQUA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 3-4 BULAN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH BABY SPA (SOLUS PER AQUA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAYI USIA 3-4 BULAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi Disusun oleh: DENY SETIAWAN J

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27 januari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Januari sampai dengan 8 Maret. Namun, pelaksanaan observasi dilakukan mulai tanggal 27

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Responden dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program dan mengerjakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELATIHAN RELAKSASI UNTUK MENURUNKAN STRES PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

EFEKTIVITAS PELATIHAN RELAKSASI UNTUK MENURUNKAN STRES PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 EFEKTIVITAS PELATIHAN RELAKSASI UNTUK MENURUNKAN STRES PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 Tesis Minat Utama Bidang Psikologi Klinis Diajukan Oleh : Laila Nurrokhmah, S. Psi T100 080 090 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan di segala bidang, salah satu komponen kehidupan yang harus dipenuhi manusia adalah pendidikan. Pendidikan dalam hal ini adalah konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis bukan suatu penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang mempunyai berbagai manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian

Lebih terperinci

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI

KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI 1 KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAK- KANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : NURYATI MUSTAMIROH F 100 080 086 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung (dependent variable/ effectual variable) : kualitas hidup 2. Variabel bebas (independent

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENYESUAIAN RAGAM GERAK TERAPI GERAKAN TARI. Berjalan lembeyan. Berjalan lembeyan. kanan

LAMPIRAN A PENYESUAIAN RAGAM GERAK TERAPI GERAKAN TARI. Berjalan lembeyan. Berjalan lembeyan. kanan LAMPIRAN A PENYESUAIAN RAGAM GERAK TERAPI GERAKAN TARI No Terapi Gerakan Tari Gronlund, dkk. (2005) Ragam Terapi Gerakan Tari Gronlund, dkk. (2005) Ragam Gerakan Tari Gembira Teknik Terapi Gerakan Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting, banyak faktor internal maupun external yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, salah satunya adalah kematangan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK JAWA TERHADAP KREATIVITAS ANAK AUTIS DI SLB NEGERI SEMARANG

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK JAWA TERHADAP KREATIVITAS ANAK AUTIS DI SLB NEGERI SEMARANG PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK JAWA TERHADAP KREATIVITAS ANAK AUTIS DI SLB NEGERI SEMARANG Siti Mafulatun *, Mariyam ** *, ** Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berbeda dengan orang dewasa, baik secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh pola pikir yang bersifat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati. Tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang

Lebih terperinci

PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK KELOMPOK A

PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK KELOMPOK A PERMAINAN KESEIMBANGAN TUBUH BERPENGARUH TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK TK KELOMPOK A PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Tidak menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD 1945, bab III pasal 3 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga Negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan anak yang sehat dan normal biasanya dilihat dari bagaimana perkembangan motorik anak tersebut. Terkadang perkembangan motorik dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan

Lebih terperinci

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih progresif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh mendengarkan Al-Qur an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan

Lebih terperinci

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA PENGARUH SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun oleh : WILLY BRAM NAHAMPUN J120121003

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penenlitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, karena peneliti memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Konteks penelitian mencakup situasi dan kondisi obyektif yang terjadi di lapangan. Lokasi penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dojang Taekwondo Salatiga yang berpusat di Jalan Widosari No.1 Salatiga. Jumlah populasi di Dojang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi anak yang menderita autism dan Attention Deficit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses tumbuh kembang dimulai dari dalam kandungan, masa bayi, dan masa balita. Setiap tahapan pada tumbuh kembang anak memiliki ciri khas tersendiri, sehingga jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Efektifitas pembelajaran tematik terhadap peningkatan prestasi belajar matematika dan perubahan perilaku anak hiperaktif di SDN I Pangkalan Kecamatan Karang Rayung Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2005/2006

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar. Yenny, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Attention-Deficit Hyperactivity Disorder Kesulitan Belajar Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Gangguan attention-deficit hyperactivity

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. perilakuan religius terhadap kesejahteraan subjektif penderita gagal ginjal kronis

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. perilakuan religius terhadap kesejahteraan subjektif penderita gagal ginjal kronis BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian tentang pengaruh terapi kognitif perilakuan religius terhadap kesejahteraan subjektif penderita gagal

Lebih terperinci