BAB II DASAR TEORI 2.1. Komunikasi Jala-Jala/ Power Line Carrier (PLC)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI 2.1. Komunikasi Jala-Jala/ Power Line Carrier (PLC)"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori teori yang digunakan sebagai acuan pada pembuatan tugas akhir ini.. Teori-teori yang digunakan, antara lain komunikasi jala-jala, modulasi dan demodulasi gelombang, transformator dan kapasitor coupling, frekuensi audio, LM1893, audio amplifier, filter, carrier detector circuit, dan komparator Komunikasi Jala-Jala/ Power Line Carrier (PLC) Komunikasi jala-jala atau yang lebih dikenal dengan Power Line Carrier adalah sistem untuk menyalurkan informasi melalui konduktor yang juga digunakan untuk transmisi tenaga listrik. Dalam penjelasan yang lebih sederhana jaringan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) selain untuk menghantarkan tenaga listrik juga digunakan untuk membawa informasi [1]. Teknologi PLC ini juga sering diartikan Power Line Communication, komunikasi melalui listrik tegangan tinggi (telekomunikasi powerline). Perusahaan yang dominan dalam dalam bidang telekomunikasi powerline adalah Norweb (anak perusahaan United Utilities PLC, London), terutama seorang staffnya Dr. Paul Brown. Sebenarnya sebelum Dr.Brown sudah banyak yang mencoba mengembangkan telekomunikasi powerline tersebut, namun mereka masih gagal karena noise. Pada tahun 1991, Dr. Brown memulai risetnya dan menemukan solusi kegagalan pendahulu-pendahulunya. Dengan menggunakan sinyal-sinyal dengan frekuensi tinggi maka dapat meminimalisir noise pada telekomunikasi powerline [1]. Sesuai dengan riset Dr. Brown teknologi PLC yang ada saat ini mengirimkan sinyal informasi bersamaan dengan transmisi tenaga listrik menggunakan sinyal-sinyal dengan frekuensi tinggi. Pada dasarnya sinyal informasi ini ditumpangkan ke listrik tegangan tinggi. Di bagian transmitter, sebelum ditumpangkan sinyal informasi ini harus melalui proses modulasi untuk mengubahnya menjadi frekuensi tinggi agar tidak terganggu oleh noise. Kemudian dibagian receiver sinyal frekuensi yang sudah di modulasi ini kemudian didemodulasi supaya kembali menjadi sinyal informasi yang semula. Dalam penerapannya di Indonesia listrik bertegangan tinggi yang dimaksud adalah listrik PLN bertegangan AC 220 V dengan frekuensi Hz. Jadi sinyal informasi 5

2 tersebut ditumpangkan ke listrik PLN. Dengan sistem PLC ini maka pengiriman informasi tidak memerlukan kabel tambahan, cukup dengan kabel listrik PLN yang sudah terpasang sebagai media transmisi. Sehingga untuk setiap area yang sudah terinstalasi listrik PLN dapat digunakan metode telekomunikasi powerline untuk berkomunikasi Standard dan Regulasi Kurangnya standarisasi menjadi salah satu kendala utama terlambatnya perkembangan teknologi powerline. Namun terdapat beberapa standarisasi dari berbagai negara maupun organisasi yang dapat dijadikan acuan, seperti: Band frekuensi di Eropa Di Eropa oleh CENELEC ditetapkan sinyal untuk instalasi listrik tegangan rendah pada rentang frekuensi 3 khz 148,5 khz. Untuk band frekuensi 3-9 khz output dari transmiter tidak lebih dari 5V. Band frekuensi 9 khz maksimal 5 V dan menurun secara eksponensial menjadi 1 V untuk band frekuensi 95 khz. Untuk band frekuensi 95 khz 148,5 khz tidak lebih dari 0.63 V. Band frekuensi di USA FCC menetapkan band frekuensi yang boleh digunakan untuk PLC adalah khz (dialokasikan khz). Band Frekuensi di Jepang Di Jepang band frekuensi khz diperbolehkan. Regulasi maupun standarisasi diatas ditujukan untuk teknologi PLC Ultra Narrow Band (0,3-3 khz) dan Narrow band (3-500 khz). Pada dasarnya penggunaan PLC dibagi menjadi dua, yaitu access dan in-house. Teknologi access digunakan untuk mengirimkan data melalui listrik tegangan rendah ke rumah-rumah. Salah satu aplikasinya adalah untuk menyediakan koneksi internet ke rumah-rumah. Berbeda dengan access, teknlogi in-house adalah teknologi PLC yang diaplikasikan dalam sebuah rumah dan lingkup pengiriman datanya terbatas pada satu rumah itu sendiri. Jadi access digunakan untuk pengiriman jarak jauh sedang in-house pengiriman data dengan jarak yang pendek. Untuk access dibutuhkan band frekuensi yang lebih besar (satuan MHz) dari regulasi-regulasi diatas, sedang untuk skripsi ini merupakan aplikasi dari teknologi PLC in-house yang berada pada Narrow Band PLC. 6

3 2.1.2.Penumpangan Sinyal Informasi ke Saluran Daya Pada prinsipnya penumpangan sinyal informasi ke listrik PLN adalah penggabungan dua gelombang yang memiliki amplitudo, frekuensi, dan fase yang bervariasi menjadi sebuah gelombang kompleks. Dalam penerapannya sistem PLC ini yaitu penggabungan sinyal informasi termodulasi yang memiliki frekuensi tengah 125 khz dengan amplitudo yang kecil dan listrik PLN yang frekuensinya 50 Hz dengan amplitudo yang jauh lebih tinggi. Penggabungan dua buah gelombang menjadi sebuah gelombang kompleks menggunakan cara superposisi gelombang, yaitu dua atau lebih gelombang sinus dapat melintasi jalan yang sama pada waktu yang sama di sebuah media dan tidak saling mengganggu. Dengan kata lain, kedua gelombang masih ada dan masing-masing dapat dikembalikan ke bentuk semula dari gelombang yang kompleks [4]. Gambar 2.1. Dua buah gelombang yang mempunyai karakteristik yang berbeda [4] 7

4 Gambar 2.2. Gelombang hasil superposisi [4] Kendala Komunikasi PLC Sistem PLC yang memiliki keuntungan tidak perlu menambah instalasi kabel untuk media transmisi karena menggunakan instalasi daya yang biasanya sudah ada dalam sebuah gedung. Meskipun demikian dalam pengaplikasian tetap memiliki kekurangan. Berbeda dengan jalur yang khusus digunakan untuk telekomunikasi biasa yang dapat kita katakan memiliki kestabilan, sehingga lalu lintas suara dan data memiliki sedikit kemungkinan untuk terjadi kegagalan. Mengalirnya listrik pada suatu penghantar dapat menyebabkan terjadi jatuh tegangan (Voltage Drop) pada penghantar tersebut, sehingga menyebabkan ketidakstabilan tegangan atau selalu berfluktuasi. Selain itu tingkah laku fisik dari jaringan berubah setiap adanya peralatan yang di on/off. Disamping itu jaringan listrik juga merupakan sistem terbuka yang memungkinkan sinyal/ noise dari luar masuk sehingga mengganggu jalannya komunikasi. Kendala-kendala lainnya sebagi berikut: a. Noise Noise pada saluran daya sebagian besar disebabkan oleh peralatan listrik yang terhubung ke saluran, seperti proses switching penyuplai-penyuplai daya. Menggunakan frekuensi tinggi dapat meminimalisir gangguan akibat noise. b. Distorsi Distorsi disebabkan oleh peralatan mesin bor, oven microwave dan blender, tetapi juga disebabkan oleh lampu-lampu yang di on/off. c. Atenuasi Salah satu problem utama dari PLC adalah atenuasi (peredaman) sinyal yang sangat tinggi, terutama jika frekuensi kerjanya diatas kisaran puluhan MHz. 8

5 Adanya Atenuasi akan menyebabkan menurunkan tingkat sinyal pada suatu jarak tertentu [8]. Beberapa jenis atenuasi: Sinyal Atenuasi oleh Perangkat Aktif: Perangkat seperti relay, transistor, dan rectifier membuat kebisingan (noise) dalam sistem masing-masing, meningkatkan kemungkinan degradasi sinyal. Sinyal Atenuasi oleh Perangkat Pasif: Transformers dan konverter DC-DC meredam frekuensi sinyal input hampir sepenuhnya. Metode bypass menggunakan transformator IF dan kapasitor diperlukan untuk sinyal yang akan diteruskan ke node penerima. d. Interferensi Interferensi dari sistem terdekat dapat menyebabkan degradasi sinyal sehingga modem mungkin tidak dapat menentukan frekuensi tertentu di antara banyak sinyal dalam bandwidth dan line yang sama [9]. Kekurangan komunikasi jala-jala adalah komunikasi ini tidak dapat terhubung apabila di antara kedua titik terdapat transformator. Seperti yang sudah dijelaskan dalam faktor-faktor diatas, bahwa transformator akan meredam sinyal input hampir sepenuhnya Modulasi dan Demodulasi Gelombang Tujuan dari suatu sistem komunikasi adalah mengirim sinyal informasi melalui sebuah saluran komunikasi dimana posisi transmitter dan receiver mempunyai tempat yang terpisah. Dalam ilmu komunikasi sinyal-sinyal informasi disebut juga dengan sinyal pita dasar (baseband signals). Sinyal baseband ini memiliki lebar frekuensi yang mewakili sinyal-sinyal asli yang merupakan sumber informasi. Parameter sinyal pembawa (carrier) akan berubah-ubah menurut perubahan sinyal baseband. Secara umum bentuk sinyal carrier adalah gelombang sinusoidal sedangkan sinyal informasi yang berupa suara adalah gelombang kontinyu. Sinyal baseband ini disebut sebagai gelombang pemodulasi sedangkan hasil proses modulasi disebut sebagai gelombang termodulasi [6]. Modulasi merupakan proses terakhir dari pengiriman informasi yang digunakan pada sistem komunikasi. Sedangkan pada penerima proses terakhirnya adalah berupa pengambilan kembali sinyal yang asli untuk diterima oleh user. Proses penerimaan kembali sinyal yang dikirim disebut demodulasi yang kebalikan dari proses modulasi. 9

6 Gambar 2.3. Komponen sistem modulasi gelombang kontinyu (a)transmitter dan (b) Receiver Modulasi Frekuensi (Frequency Modulation) Pada modulasi frekuensi kombinasi antara sinyal baseband dan sinyal carrier menyebabkan sinyal output dari modulator FM memiliki frekuensi yang bermacam-macam tergantung dari amplitudo dari sinyal baseband/ pemodulasi. Gambar 2.4 memperlihatkan bentuk dari model pemodulasian dengan FM. Gambar 2.4. Modulasi FM Bentuk gelombang hasil modulasi frekuensi berupa sinyal termodulasi frekuensi seperti pada pemodelan gambar 2.4 yang memperlihatkan amplitudo yang tetap dan frekuensi yang berubah ubah. Bentuk gelombang termodulasi frekuensi akan mempunyai spektrum frekuensi dengan frekuensi yang banyak. Banyaknya frekuensi yang dihasilkan pada modulasi FM menentukan lebar pita dari suatu transmitter FM. Dengan demiian 10

7 semakin banyak sinyal sideband yang dihasilkan oleh suatu transmitter FM maka semakin besar pula range frekuensi yang digunakan oleh transmiiter FM tersebut. Dari spektrum yang dihasilkan dapat diketahui besarnya bandwidth untuk modulasi FM, yaitu dengan menggunakan rumus (BW) = 2f m n dengan n adalah banyaknya sinyal sideband yang dihasilkan pada proses modulasi, f m adalah frekuensi informasi. Sedangkan untuk persamaan sinyal termodulasi frekuensi adalah: e FM = A cos[2πf c t + β sin(2πf m t)] (2.1) β = f f m (2.2) Menurut aturan Carson lebar pita (BW) pada termodulasi frekuensi dirumuskan menjadi: BW 2(β + 1)f m = 2( f + f m ) (4.2) dengan: e FM (t) A f m f c β f = bentuk sinyal termodulasi FM = amplitudo sinyal pembawa = frekuensi sinyal informasi = frekuensi sinyal pembawa = indeks modulasi = perubahan frekuensi 2.3. Transformator dan Kapasitor Coupling Trafo yang digunakan pada tugas akhit ini mempunyai dua fungsi utama. Kegunaan pertama adalah untuk menjembatani sinyal informasi atau sinyal termodulasi saat akan ditumpangkan ke jala-jala listrik PLN. Janis jenis trafo yang beredar di pasar sangat banyak dan mempunyai fungsi yang berbeda beda. Pada tugas akhir ini jenis trafo yang digunakan adalah jenis trafo Intermediate/ Medium Frequency (IF/MF) yang digunakan untuk menumpangkan sinyal termodulasi ke jala-jala listrik PLN dan trafo step down yang digunakan untuk catu daya rangkaian. Trafo IF/MF biasanya terdapat pada pesawat radio yang berfungsi untuk 11

8 menghubungkan / couple (biasa digabungkan dengan kapasitor) antar frekuensi serta memperkuat sinyal-sinyal frekuensi menenengah. Selain itu trafi IF/MF juga berfungsi sebagai Matcing Impedance dua buah rangkaian. Umumnya trafo ini bekerja pada frekuensi 455 khz [11]. Kapasitor coupling berfungsi untuk memblok sinyal Direct Current (DC) dan melewatkan sinyal AC. Kapasitor coupling juga digunakan sebagai high-pass filter (digunkan bersama dengan trafo IF/MF), yang berarti akan melemahkan sinyal dibawah titik frekuensi tertentu [12]. Jadi kapasitor coupling dapat digunakan untuk mengisolasi jala-jala listrik PLN dari rangkaian modem karena frekuensi bawah akan diblok yaitu frekuensi 50Hz yang mmiliki amplitudo yang tinggi Audio Audio dapat diartikan sebagai suara. Gelombang suara adalah gelombang yang dihasilkan dari sebuah benda yang bergetar. Seperti contoh senar gitar saat kita petik akan bergetar dan getarannya tersebut merambat melalui udara. Gelombang suara mempunyai lembah dan bukit, apabila ada satu lembah dan satu bukit pada satu siklus dan berulangulang maka dapat disebut dengan frekuensi. Telinga manusia dapat mendengar bunyi antara 20 Hz hingga 20 KHz sesuai batasan audio. Karena pada dasarnya sinyal audio adalah sinyal yang dapat diterima oleh telinga manusia Lingkar Fase Terkunci (Phase-Locked Loop, PLL) Lingkar fase terkunci (Phase-Locked Loop, PLL) merupakan suatu rangkaian yang memberi kemungkinan sinyal acuan luar yang mengendalikan frekuensi dan fase suatu osilator dalam suatu lingkar. Apabila sinyal acuan dibangkitkan oleh osilator kristal, frekuensi yang lain dapat dijabarkan dan mempunyai stabilitas yang sama dengan frekuensi kristal, ini merupakan dasar dari pesintesis (synthesizer) frekuensi. Kalau sinyal acuan mempunyai frekuensi yang berubah uabah (seperti dalam gelombang termodulasi frekuesni), frekuensi osilator lingkar akan mengikuti jejak frekuensi masukan Penjelasan Sederhana dari Operasi PLL Gambar 2.5 menunjukkan komponen yang biasa terdapat pada lingkar fase terkunci. Diasumsikan bahwa lingkar dalam keadaan terkunci, frekuensi sinyal masuk dan osilator terkendali tegangan (VCO) identik (f s = f o ) dan beda fase relatif, θ d = θ s θ o, ditentukan 12

9 oleh karakteristik detektor fase dan penyimpangan fs dari frekuensi erak bebas f f (yang didefinisikan dengan tegangan kendali V d = 0) dari VCO. Apabila sinyal masukan mempunyai f s = f f, tegangan kendali ke VCO tidak diperlukan sehingga keluaran detektor fase yang diperlukan sama dengan nol. Fase θ o pada VCO mengatur sendiri untuk menghasilkan beda fase θ d = θ s θ o, yang akan menghasikan keluaran nol pada detektor fase. Apabila frekuensi masuk berubah-ubah sehingga fs f f, beda fase θ d harus cukup berubah untuk menghasilkan tegangan kendali V d yang akan menggeserkan frekuensi VCO f o = f s. daerah frekuensi yang dimungkinkan untuk pengendalaian tersebut merupakan fungsi dari komponen-komponen lingkar. Gambar 2.5. Komponen dasar PLL (1) 13

10 Penjelasan sederhana matemtika dalam suatu komponen PLL ditunjukkan dalam gambar 2.6. Gambar 2.6. Komponen dasar PLL (2) 2.6. LM1893 LM1893 adalah IC (Integrated Circuit) yang dikembangkan oleh National Semiconductor, fungsi utama IC ini adalah sebagai modulator atau demodulator data digital dan sebagai antarmuka komunikasi melalui jala-jala listrik. Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh IC ini adalah sebagai berikut: Modulasi atau demodulasi dengan berbasis modulasi FM. Sinyal pembawa dapat divariasikan antara 50 khz hingga 300 khz. Dapat dikondisikan sebagai pengirim (tx) atau penerima (rx). Mendukung komunikasi dua arah (half duplex). Kecepatan pengiriman data hingga bps. Dapat digunakan pada level tegangan TTL maupun MOS. 14

11 Gambar 2.7. Konfigurasi pin IC LM1893 [5, h.6] Gambar 2.8 menunjukkan rangkaian modem PLC yang dibangun dengan komponen utama IC LM1893 dengan beberapa komponen tambahan yang akan menghasilkan sinyal pembawa (carrier) sebesar 125 khz. Gambar 2.8. Rangkaian IC PLC [5, h.1] 2.7. Tapis (Filter) Tapis (filter) adalah suatu rangkaian yang berfungsi untuk melewatkan tegangan pada frekuensi tertentu yang diinginkan serta melemahkan tegangan pada frekuensi tertentu yang tidak diiginkan. Filter terdiri dari 2 macam jenis yaitu filter pasif dengan komponen R, L, dan C serta filter aktif dengan tambahan OP-AMP atau transistor. Filter ada beberapa macam, yaitu low-pass, high-pass, band-band, band-stop. 15

12 Gambar 2.9. Rangkaian dasar dan respon frekuensi tapis lolos bawah Pada Gambar 2.9 terdapat rangkaian filter low-pass pasif yang akan digunakan dalam tugas akhir ini. Untuk filter pasif seperti diatas dapat digunakan frekuensi cut-off (fc) sebagai acuan menentukan frekuensi mana yang akan dilewatkan atau dilemahkan. Penghitungan fc untuk penggunakan komponen R dan C sebagai filter low-pass pasif seperti Gambar 2.10 digunakan rumus sebagai berikut: f c = 1 2πRC (4.2) Pada tugas akhir ini digunakan pula low-pass filter aktif dengan menggunakan ic TL082 dengan topologi sallen-key untuk mengimplementasikan low-pass filter orde 2. Topologi sallen-key ditunjukkan dalam gambar Dalam perhitungannya digunakan rumus sebagai berikut: Q o = mn m+1 (4.3) f c = 1 2π mnrc (4.4) dimana: Q o m n f c = Q faktor yang menentukan tinggi dan lebar puncak dari tanggapan frekuensi filter. = pengali nilai resistor = pengali nilai kapasitor = frekuensi penggal. 16

13 Gambar Rangkaian tapis lolos bawah Sallen-Key 2.8. LM567 Pada tugas akhir ini prinsip utama kerja rangkaian penerima adalah harus dapat mengetahui apakah ada sinyal pembawa yang masuk atau tidak yang nantinya digunakan sebagai inputan. Tugas akhir ini menggunakan IC LM567 Tone Decoder sebagai pendeteksi sinyal. LM567 membentuk sebuah filter yang dinamakan bandpass filter yang mana dapat mengetahui adanya masukan sinyal pembawa yang berada dalam rentang frekuensi bandpass-nya. Apabila terdapat sinyal masukan maka nilai LM567 akan low karena karakteristik IC LM567 adalah aktif low. Gambar 2.11 adalah skema yang terdapat pada datasheet LM567, fungsinya adalah untuk mendeteksi input pada frekuensi tertentu. Gambar Skema LM567[11] 17

14 2.9. Audio Amplifier Audio Amplifier adalah sebuah alat yang berfungsi memperkuat sinyal audio dari sumber-sumber sinyal yang masih kecil sehingga dapat dikeluarkan oleh speaker. Audio amplifier diperlukan untuk menguatkan sinyal keluaran dari PLL yang terintegrasi di LM1893. Pada tugas akhir ini digunakan IC LM W sebagai penguat audionya, LM380 adalah penguat dengan gain tegangan fix 50. Gambar 2.12 adalah konfigurasi IC LM380 yang digunakan sebagai amplifier utama dalam tugas akhir ini. Gambar LM W audio power amplifier [16] LM565 LM565 adalah sebuah IC PLL, oleh sebab itu IC LM565 dapat digunakan untuk demodulasi FSK dan FM. Dengan sedikit modifikasi IC LM565 dapat digunakan pula sebagai pembangkit sinyal yang digunakan untuk membuat pemodelan frekuensi modulasi (FM). Gambar 2.13 menunjukkan konfigurasi dari IC LM

15 Gambar Konfigurasi kaki IC LM565 [17] Penguat Diferensial Penguat diferensial adalah suatu oenguat yang bekerja dengan memperkuat sinyal yang merupakan selisih dari kedua masukannya. Gambar 2.14 adalah penguat diferensial sederhana menggunakan 2 buat transistor yang identik Gambar Penguat diferensial [15] Penguat diferensial pada gambar 2.14 tersebut menggunakan komponen BJT (Bipolar Junction Transistor) yang identik sebagai pebguat. Pada penguat diferensial terdapat dua sinyal masukan yaitu V 1 dan V 2. Dalam kondisi ideal, apabila masuka identik (V id = 0), maka keluaran di V od = 0, disebabkan karena I b1 = I b1 sehingga Ic 2 = Ic 2 dan I e1 = 19

16 I e2. Karena itulah tegangan keluaran (V c1 dan V c2 ) mempunyai nilai yang sama dimana akan membuat nilai dari V od = 0. Apabila terdapat perbedaan antara sinyal masukan dari V 1 dan V 2, maka V id = V 1 V 2. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perbedaaan antara I b1 dan I b2. Dengan adanya perbedaan tersebut harga I c1 berbeda dengan I c2 sehingga V od meningkat sesuai dengan besar penguatan transistror. Untuk memperbesar penguatan dapat digunakan dua tingkat penguat diferensial. Keluaran dari penguat diferensial pertama dihubungkan dengn masukan penguat diferensial berikutnya. Dengan demikian besaran pengatan total adalah hasil kali antara penguatan penguat diferensial pertama (V d1 ) dan penguatan penguat diferensial kedua (V d2 ). Dalam penerapannya, penguat diferensial biasanya memiliki satu keluaran. Jadi yang digunakan adalah tegangan antara satu keluaran dan ground. Untuk dapat menghasilkan satu keluaran yang tegangannya terhadap ground sama dengan tegangan antara dua keluaran (V od ), maka salah satu keluaran dari penguat diferensial tingat kedua fihubungkam dengan suatu pengikut emitor, Untuk memperoleh kinerja yang lebih baik, maka keluaran dari pengikut emitor dihubunkan dengan suatu konfigurasi yang disebut dengan totem-pole. Dengan menggunakan konfigurasi totem-pole, maka tegangan keluaran X dapat berayun secara positif hinga mendekati harga V CC dan keluaran Y dapat berayun mendekati harga V EE Rangkaian ini dapat disebut juga sebagai penguat operasional (Operational Amplifier (Op Amp)). 20

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa Disusun oleh: (Telkom Group) 1. Alwin Bahari 2. Aulya Rahman F 3. Firman Anggoro 4. Gunawan 5. Hafiz Maulana 6. Irfan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

Transmisi Suara dan Pengendalian Penyuara melalui Jala-Jala berbasis IC LM1893

Transmisi Suara dan Pengendalian Penyuara melalui Jala-Jala berbasis IC LM1893 Transmisi Suara dan Pengendalian Penyuara melalui Jala-Jala berbasis IC LM1893 Budihardja Murtianta 1, Hendry Yuwono Ariowibowo 2, F.D. Setiaji 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER Eko Supriyatno, Siswanto Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Jakarta Email : anzo.siswanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang... ABSTRAK Kemajuan teknologi sudah berkembang dengan pesat terutama dengan banyak terciptanya berbagai macam peralatan dalam bidang telekomunikasi yang salah satunya yaitu modem sebagai alat modulasi dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan BAB II DASAR TEORI Pemancar radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga

Lebih terperinci

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa BAB II PEMBAHASAN Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal informasi kepada sinyal pembawa, biasanya berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada suatu gelombang sinusoidal

Lebih terperinci

DATA ANALOG KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Transmisi Analog (Analog Transmission) Data Analog Sinyal Analog DATA ANALOG

DATA ANALOG KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Transmisi Analog (Analog Transmission) Data Analog Sinyal Analog DATA ANALOG Transmisi Analog (Analog Transmission) DATA ANALOG SINYAL ANALOG PROJECT KOMUNIKASI DATA DATA DIGITAL SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T DATE GENAP 2013/2014 MATERI 4. TRANSMISI ANALOG Data Analog Sinyal

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Tinjauan Umum Alat Alat ini menggunakan system PLL hanya pada bagian pemancar, terdapat juga penerima, dan rangkaian VOX atau voice operated switch, dimana proses pengalihan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2 2.1 Tinjauan Pustaka Adapun pembuatan modem akustik untuk komunikasi bawah air memang sudah banyak dikembangkan di universitas-universitas di Indonesia dan

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1] BAB II DASAR TEORI 2.1. Receiver Penerima (Receiver) adalah sebuah alat yang menerima pancaran sinyal termodulasi dari pemancar (transmitter) dan mengubah sinyal tersebut kembali menjadi sinyal informasi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI BAB II SISTEM KOMUNIKASI 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI ABSTRAK Transceiver (transmitter receiver) tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara saja tetapi dapat digunakan untuk komunikasi data dengan menggunakan sebuah modem. Untuk komunikasi jarak jauh biasa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 18 BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada pembahasan perancangan sistem ini akan menjelaskan cara kerja dari keseluruhan sistem kendali on/off dan intensitas lampu menggunakan frekuensi radio. Pengiriman data

Lebih terperinci

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta DEMODULASI DELTA DEMODULASI DELTA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com INTISARI Demodulasi Delta merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM 3.1 Gambaran Umum Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate 64 Kbps untuk melakukan proses modulasi terhadap sinyal data digital. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Tujuan Pengukuran dan Analisis Tujuan pengukuran dan analisis pada proyek akhir ini adalah untuk mengetahui karakteristik, level tegangan dan frekuensi dari suatu sinyal

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi modul praktikum FM menggunakan PLL (Phase Locked Loop) sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septiandi mahasiswa Program Studi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

Dasar- dasar Penyiaran

Dasar- dasar Penyiaran Modul ke: Fakultas FIKOM Dasar- dasar Penyiaran AMPLITUDO MODULATON FREQUENCY MODULATON SHORT WAVE (SW) CARA KERJA PEMANCAR RADIO Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan pengujian dan beberapa pengukuran pada beberapa test point

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang komunikasi data. Komunikasi berarti pengiriman informasi dari pengirim ke penerima

Lebih terperinci

Pemancar dan Penerima FM

Pemancar dan Penerima FM Pemancar dan Penerima FM Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu Ringkasan

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 2015 dan tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret - Mei 205 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian terhadap sistem yang telah dibuat dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dibuat sudah dapat digunakan sesuai dengan perencanaan yang ada. Pengujian dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM 3.1. Perancangan Pedoman Praktikum Pada perancangan pedoman praktikum untuk mata kuliah Elektronika Telekomunikasi Analog terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Tujuan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan)

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan) Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi VSAT VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal, awalnya merupakan suatu trademark untuk stasiun bumi kecil yang dipasarkan sekitar tahun 1980 oleh

Lebih terperinci

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK PERANCANGAN RADIO PORTABEL UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA BERBASIS FREKUENSI MODULASI (FM) DENGAN MENGGUNAKAN MP3, MEMORY CARD, KOMPUTER DAN LINE IN MICROPONE SEBAGAI MEDIA INPUT

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN Konsep dasar sistem monitoring tekanan ban pada sepeda motor secara nirkabel ini terdiri dari modul sensor yang terpasang pada tutup pentil ban sepeda

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PEMESANAN MAKANAN DI RESTORAN SECARA WIRELESS

PERANCANGAN ALAT PEMESANAN MAKANAN DI RESTORAN SECARA WIRELESS TESLA Vol. 8 No. 2, 61 68 (Oktober 2006) Jurnal Teknik Elektro PERANCANGAN ALAT PEMESANAN MAKANAN DI RESTORAN SECARA WIRELESS Tjandra Susila 1), Tony Winata 1) dan Rakhman Setyo Nugroho 2) Abstract To

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Seminar Tugas Akhir Selasa, 24 Januari 2012 Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Riski Andami Nafa 2209106071 Pembimbing :

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T KOMUNIKASI DATA PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER 3 GANJIL 2017/2018 DOSEN : SUSMINI I. LESTARININGATI, M.T Sinyal Digital Selain diwakili oleh sinyal analog, informasi juga dapat diwakili oleh sinyal digital.

Lebih terperinci

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT Respati Loy Amanda, Eko Setijadi, dan Suwadi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL VII. PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO VII.1. BLOK DIAGRAM PEMANCAR AM / FM a. MOD Sinyal AM / FM / SSB Antena b. MOD AMP POWER Mikr s.akustik s. Listrik f LO LOCAL OSCIL Antena c. MOD FREK FREQ. MULTI PLIER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1Amplitude Modulation and Demodulation

BAB II DASAR TEORI. 2.1Amplitude Modulation and Demodulation BAB II DASAR TEORI 2.1Amplitude Modulation and Demodulation Modulasi adalah suatu proses dimana parameter dari suatu gelombang divariasikan secara proposional terhadap gelombang lain. Parameter yang diubah

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI LAPORAN PERCOBAAN 8 PHASE LOCKED LOOP Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Elektronika Telekomunikasi Semester IV PEMBIMBING : Lis Diana Mustafa, ST. MT.

Lebih terperinci

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya:

Sinyal pembawa berupa gelombang sinus dengan persamaan matematisnya: Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation, AM) adalah proses menumpangkan sinyal informasi ke sinyal pembawa (carrier) dengan sedemikian rupa sehingga amplitudo gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan

Lebih terperinci

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 08 Teknik Modulasi Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PengTekTel-Modul:08 PengTekTel-Modul:08 Apa itu Modulasi? Modulasi adalah pengaturan parameter

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK

KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK KOMUNIKASI DATA VIA JALA JALA LISTRIK Rama Kurnia Pasifik, Bayu Al Fajri, Angga Setya Perdana Program Studi Teknik Elekomunikasi Politeknik Negeri Jakarta, Depok ABSTRAK Dengan kemajuan dalam bidang telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SENSOR MEKANIK KETINGGIAN LEVEL AIR Transduser adalah alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Sebuah tranduser digunakan untuk mengkonversi suatu besaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang berfrekuensi tinggi sesuai sinyal informasi (pemodulasi) yang frekuensinya lebih rendah, sehingga

Lebih terperinci

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, http://sigitkus@ub.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kebutuhan

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, , 56 Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Antara Output LM 35 dengan Termometer No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0,25 25 0 2 0,26 26 0 3 0,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0,29 28 1 6

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 206/207 JUDUL SINGLE SIDEBANDD-DOUBLE SIDEBAND (SSB-DSB) GRUP 2 3C PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

MODULASI AM, DSB, SSB dan DEMODULASI AMPLITUDO

MODULASI AM, DSB, SSB dan DEMODULASI AMPLITUDO MODULASI AM, DSB, SSB dan DEMODULASI AMPLITUDO 1. Tujuan 1.1 Mahasiswa dapat mempelajari tentang modulasi amplitudo (AM, DSB dan SSB) 1.2 Mahasiswa dapat mempraktekkan modulasi amplitudo (AM, DSB dan SSB)

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah BAB II PEMBAHASAN.1. Pengertian Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah.

Lebih terperinci

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A 1. Jelaskan jenis-jenis modulasi digital? 2. Apa keuntungan modulasi FM jika dibandingkan dengan modulasi AM? 3. Sebutkan interface mux SDH dan dapan menampung sinyal

Lebih terperinci

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT. (roedig@yahoo.com) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2010 1 Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan

Lebih terperinci

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto Status Revisi : 00 Tanggal Pembuatan : 5 Desember 2014 MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM

Lebih terperinci

TEKNIK MODULASI. Kelompok II

TEKNIK MODULASI. Kelompok II TEKNIK MODULASI Kelompok II Pengertian Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah Contoh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

Modul VIII Filter Aktif

Modul VIII Filter Aktif Modul VIII Filter Aktif. Tujuan Praktikum Praktikan dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari sebuah filter. Praktikan dapat mengetahui karakteristik sebuah filter. Praktikan dapat membuat suatu filter

Lebih terperinci

PENGONTROLAN BEBAN LISTRIK SATU FASA PADA SEMBARANG TEMPAT DENGAN MEMANFAATKAN JALA-JALA PLN

PENGONTROLAN BEBAN LISTRIK SATU FASA PADA SEMBARANG TEMPAT DENGAN MEMANFAATKAN JALA-JALA PLN PENGONTROLAN BEBAN LISTRIK SATU FASA PADA SEMBARANG TEMPAT DENGAN MEMANFAATKAN JALA-JALA PLN Oleh : Desmiwarman, Nazris Nazaruddin, Salwin Anwar Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI Kompetensi: Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi (modem). Mendesain dan merangkai contoh modulasi dengan perpaduan piranti elektronika

Lebih terperinci

PENELITIAN JALA-JALA LISTRIK SEBAGAI MEDIA TRANSMISI. oleh Desiy Budi Santosa NIM :

PENELITIAN JALA-JALA LISTRIK SEBAGAI MEDIA TRANSMISI. oleh Desiy Budi Santosa NIM : PENELITIAN JALA-JALA LISTRIK SEBAGAI MEDIA TRANSMISI oleh Desiy Budi Santosa NIM : 612009709 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PENGERTIAN GELOMBANG RADIO

PENGERTIAN GELOMBANG RADIO PENGERTIAN GELOMBANG RADIO PENGERTIAN GELOMBANG RADIO Sebelumnya kita bahas tentang Pengertian Radio Terlebih Dahulu. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara Radiasi dan

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

Perancangan Prototipe Receiver Beacon Black Box Locator Acoustic 37,5 khz Pingers

Perancangan Prototipe Receiver Beacon Black Box Locator Acoustic 37,5 khz Pingers Jurnal ELKOMIKA Vol. 4 No. 1 Halaman 66-82 ISSN (p): 2338-8323 Januari - Juni 2016 ISSN (e): 2459-9638 Perancangan Prototipe Receiver Beacon Black Box Locator Acoustic 37,5 khz Pingers RUSTAMAJI 1, PAULINE

Lebih terperinci

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com MODULASI Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan atau penggabungan sinyal informasi (pemodulasi) kepada gelombang pembawa (carrier), sehingga memungkinkan sinyal

Lebih terperinci

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB IV SINYAL DAN MODULASI DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau 7 BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau komponen yang digunakan, antara lain teori tentang: 1. Sistem Monitoring Ruangan 2. Modulasi Digital

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Sistem Remote Kontrol Peralatan Listrik Melalui Jala-Jala Listrik Pada Frekuensi 455 khz Dengan Modulasi ASK

Sistem Remote Kontrol Peralatan Listrik Melalui Jala-Jala Listrik Pada Frekuensi 455 khz Dengan Modulasi ASK Sistem Remote Kontrol Peralatan Listrik Melalui Jala-Jala Listrik Pada Frekuensi 455 khz Dengan Modulasi ASK Rana Zaini Fathiyana 1, Devi Mayang Sari 2, Eril Mozef 3 1,2,3 Politeknik Negeri Bandung Jalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Modulasi dan Demodulasi Modulasi adalah suatu proses dimana parameter dari suatu gelombang divariasikan secara proposional terhadap gelombang lain. Parameter yang diubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Mekanik Ketinggian Level Air Transduser adalah alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Sebuah tranduser digunakan untuk mengkonversi suatu besaran

Lebih terperinci

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi==

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi== TRANSMISI DATA KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi== Direct link digunakan untuk menunjukkan jalur transmisi antara dua perangkat dimana sinyal dirambatkan secara langsung dari transmitter menuju receiver

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor RF (Radio Frekuensi) Sensor RF (Radio Frekuensi) adalah komponen yang dapat mendeteksi sinyal gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh sistem komunikasi untuk mengirim

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci