FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU (STUDI EMPIRIK SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU (STUDI EMPIRIK SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI"

Transkripsi

1 FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU (STUDI EMPIRIK SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Agama Islam (Tarbiyah) Disusun Oleh: ARDIANSYAH G FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

2

3

4 ABSTRAK Perkembangan zaman dengan disertai berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menuntut manusia untuk menguasai berbagai bidang yang ada di kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki kompetensi, menguasai IPTEK, dan mampu bersaing dalam menghadapi tantangan di dunia global. Berdasarkan keadaan tersebut, maka kepala sekolah bertanggung jawab untuk melakukan usaha-usaha dalam bidang peningkatan kualitas guru, karena guru adalah pendidik profesional dan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Guru memegang peran yang utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Penulis tertarik mengadakan penelitian di SMA Al-Islam 3 Surakarta karena di SMA tersebut memiliki keunggulan dengan melaksanaan kurikulum yaitu menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan juga menerapkan pembelajaran multimedia yaitu dengan disediakan laboratorium-laboratorium seperti laboratorium sains (kimia, biologi, dan fisika), bahasa dan multimedia. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta?. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi upaya-upaya kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya mengenai fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru guna mencapai tujuan pendidikan yang baik dan berkualitas, serta dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenalogis. Sumber penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru (PNS dan Non PNS/GTY). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Kesimpulan penelitian ini menjelaskan bahwa upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta melalui: menjaga dan meningkatkan kedisiplinan kerja, mendorong untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, workshop, diklat, pembinaan karier, penataran, mengikuti perkumpulan MGMP dan pendidikan lanjut, mengikuti program sertifikasi guru untuk meningkatkan kinerja guru, memberi motivasi kepada guru, memberi penghargaan bagi guru yang mempunyai prestasi kerja yang baik, menjaga komunikasi dan hubungan baik, memberi gaji dan jaminan keselamatan kerja dengan memberi bantuan dana sosial apabila ada kecelakaan kerja saat melaksanakan tugas. Kata Kunci: Fungsi Kepala Sekolah, Kualitas Guru

5 PENDAHULUAN Perkembangan zaman dengan disertai berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menuntut manusia untuk menguasai berbagai bidang yang ada di kehidupan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, memiliki kompetensi, menguasai IPTEK, dan mampu bersaing dalam menghadapi tantangan di dunia global. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan suatu negara. Salah satu upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan pendidikan, baik pendidikan formal, pendidikan informal, maupun pendidikan non formal. Ety Rochaety dkk. (2005: 38) mengatakan bahwa paling tidak kebijakan program untuk meningkatkan mutu pendidikan harus meliputi tiga aspek utama, yaitu: pertama, pengembangan kurikulum berkelanjutan di semua jenjang dan jenis pendidikan. Kedua, meningkatkan kesejahteraan dan profesionalitas guru. Ketiga, pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan keadan tersebut Indonesia berusaha untuk memperbaiki kondisi yang sebenarnya yang berada di lapangan, salah satunya yaitu sumber daya manusianya (SDM) dalam hal ini adalah guru. Guru merupakan komponen yang sangat peting dalam system pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Guru memegang peran yang utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di lingkungan sekolah (Mulyasa, 2007: 5). Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai. Disamping kemampuan guru menjadi faktor penentu keberhasilan proses dengan out put yang diharapkan, kepala sekolah juga mempunyai kewajiban membangun lingkungan pendidikan yang kondusif antara masyarakat lingkungan sekolah dengan wali murid dan masyarakat. (Mulyasa, 2007: 3). Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pedidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas serta memiliki kinerja yang bagus Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menjalankan roda organisasi sekolahnya. Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki tanggung jawab yang amat besar untuk memenuhi harapan dari berbagai pihak yang terkait, sesuai fungsi dan tugas kepala sekolah yang diakronimkan menjadi EMASLIME yaitu educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator dan entrepreneur (dalam Mulyasa, 2002: ). Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kepala sekolah harus menempatkan guru pada jabatan profesional dengan membenahi pendidikannya, pembiayaan PBM dan pengembangan kurikulum menjadi prioritas sekolah. Membuat pengukuran kinerja guru, perbaikan sistem, memberi sanksi yang setimpal atas kegagalan guru melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, memberi penghargaan yang pantas terhadap prestasi guru. (Saiful Sagala, 2007: 93). Kepala sekolah memiliki fungsi yang strategis dalam rangka meningkatkan kualitas guru, baik sebagai educator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader

6 (pemimpin), pencipta iklim kerja maupun sebagai wirausahawan. Seberapa jauh kepala sekolah dapat mengoptimalkan segenap fungsi dan peran yang diembannya, secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas guru, dan pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Secara operasional peningkatan kualitas SDM dilaksanakan melalui berbagai sektor pembangunan, antara lain sektor pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, kependudukan, tenaga kerja, dan sektor-sektor pembangunan lainnya (Mulyadi, 2003: 2). Sekolah menengah atas (SMA) Al-Islam 3 Surakarta merupakan suatu lembaga pendidikan swasta yang mempunyai kualitas bagus. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikasi, yaitu kurikulum pendidikan, output, kualitas guru, minat orang tua, bangunan gedung serta fasilitas yang ada di sekolah tersebut. SMA Al-Islam 3 Surakarta memiliki kelebihan dalam pelaksanaan kurikulum yaitu menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sekolah tersebut juga menerapkan pembelajaran multimedia yaitu dengan disediakan laboratoriumlaboratorium seperti laboratorium sains (kimia, biologi, dan fisika), bahasa dan multimedia. Berdasarkan permasalahan diatas, maka menjadi alasan bagi penulis untuk meneliti bagaimana fungsi kepala sekolah di SMA Al-Islam 3 Surakarta dalam meningkatkan kualitas guru sehingga sekolah tersebut menjadi salah satu sekolah yang outputnya bagus di Surakarta. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya-upaya kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. LANDASAN TEORI A. Fungsi Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepala Sekolah Kepala sekolah menurut Sudarwan Danim (2002: 145) adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Sedangkan menurut Wahjosumidjo (2011: 84), kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas prosedur dan persyaratan tertentu seperti: latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas. Fungsi kepala sekolah sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatan kualitas pendidikan. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab tunggal di sekolah, yang sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan pendidikan sekolah. Menurut peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs meliputi: (a) berstatus sebagai guru SMP/MTs, (b) memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, (c) memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun di SMP/MTs dan (d) memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan (pasal 36 ayat 3). Berdasarkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang diangkat menjadi kepala sekolah yang memiliki kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah serta memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut.

7 2. Tanggung Jawab Kepala Sekolah Kepala sekolah juga mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam bidang: kurikulum, personalia, kesiswaan, keuangan, sarana pendidikan, sistem informasi sekolah dan supervisi pendidikan (Tim FKIP UMS, 2002: 86-87). Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki tugas sebagai manager, leader, administrator, instruktur, dan pengembangan kurikulum. Dari tugas itu, maka diperlukan staffing untuk menggurus tiap-tiap tugas tersebut (Hendiyat, 1984: 37-38). Adapun tugas - tugas kepala sekolah secara umum meliputi: a. Meningkatkan diri dan staf secara profesional b. Meningkatkan pengajaran di kelas c. Menyusun dan meningkatkan program sekolah d. Memberikan bimbingan dan meningkatkan disiplin e. Menumbuhkan profesi dalam bidang kerja masing- masing f. Mengusahakan hubungan dengan masyarakat yang intim dan terpadu g. Menyediakan dan mengelola fasilitas yang memadai. h. Mengembangkan etika profesional dan hubungan yang intim dengan staf dan supervisor. i. Mengelola pengadaan, pendayagunaan dan pelaporan keuangan sekolah. j. Mengatur pelayanan khusus (special service) di sekolah. 3. Fungsi Kepala Sekolah Kepala sekolah selain berfungsi sebagai pemimpin juga berfungsi sebagai manajer di sekolah. Tugas kepala sekolah sering dirumuskan sebagai EMASLIM yaitu educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (Mulyasa, 2009: ). a. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik) Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akseleri bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Kepala Sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan memberi contoh mengajar. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orangorang yang beruntung. (QS. Ali Imron: ayat 104). b. Kepala Sekolah sebagai Manager Sebagai manajer sekolah, tugas kepala sekolah mencakup empat

8 tahap yaitu perencanaan, pengoganisasian, pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menyusun program sekolah baik yang berupa program pengembangan jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek, yang bersifat akademis maupun yang non akademis termasuk Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS). Dan Anggaran Biaya Sekolah (ABS). Kepala Sekolah juga mampu menyusun organisasi personalia untuk semua tempat dan tugas yang bersifat tetap misalnya pengelola perpustakaan, laboratorium maupun yang bersifat incidental seperti dalam kepanitiaan. Kepala Sekolah juga harus mampu mendayagunakan sumber daya sekolah seperti dalam hal perawatan sarana dan prasarana sekolah, dan program peningkatan tenaga kependidikan. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Sebagaimana dalam Al Quran Surat Yunus ayat 3 dinyatakan sebagai berikut : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran? c. Kepala Sekolah sebagai Administrator Kepala Sekolah sebagai admisnistrator berhubungan erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah juga memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, personalia, sarana dan prasarana, kearsipan dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Tugas sebagai supervisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervise merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat mendayagunakan pengetahuan dan kemampuannya

9 untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. e. Kepala Sekolah sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi (Mulyasa, 2009: ). Menurut Wahjosumidjo (dalam Mulyasa, 2003: 115), kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Pembahasan tentang pemimpin atau leader telah dijelaskan dalam Q.S As-Sajdah ayat: 24 Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami. f. Kepala Sekolah sebagai Inovator Sebagai seorang inovator, kepala sekolah harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah. Kepala Sekolah harus konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional dan obyektif, adaptif dan fleksibel. Dengan demikian kepala sekolah harus mampu menemukan gagasan baru misalnya moving class ataupun pembelajaran terpadu dan sebagainya. g. Kepala Sekolah sebagai Motivator Kepala Sekolah harus mampu memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB). Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.

10 4. Kompetensi Kepala Sekolah Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan menguasai ketrampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya. Kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Kompetensi kepala sekolah menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah adalah: a. Kompetensi kepribadian, meliputi: akhlak mulia, menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah, mengembangkan tradisi akhlak mulia, memiliki integritas keprinadian sebagai pemimpin, bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas dan mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan. b. Kompetensi manajerial, meliputi: menyusun perencanaan sekolah, mengembangkan organisasi sekolah, mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, mengelola sarana prasana, mengelola peserta didik, mengelola kurikulum, mengelola keuangan sekolah, mengelola ketatausahaan dan memanfaatkan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran. c. Kompetensi kewirausahaan, meliputi: menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah. d. Kompetensi supervisi, meliputi: merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalitas guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan teknik supervisi yang tepat dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. e. Kompetensi sosial, meliputi: bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan memiliki kepekaan sosial terhadap orang lain (Wahyudi, 2012: 28-32). B. Kualitas Guru 1. Pengertian Guru Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Kunandar, 2010: 54). 2. Syarat-syarat Kualitas Guru Dalam perspektif agama Islam, syarat menjadi guru yang berkualitas sebagaimana disampaikan oleh Munir Mursi (dalam Ilmu Pendidikan dalam

11 Perspektif Islam Ahmad Tafsir, 1994:81) adalah sebagai berikut: a. Umur, harus sudah dewasa. Dibuktikan dengan memperlihatkan akte kelahiran. b. Kesehatan, harus sehatjasmani dan rohani. c. Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu mendidik. d. Harus berkepribadian Muslim. Guru yang berkualitas memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Unsur penting dalam sebuah profesi adalah penguasaan sejumlah kemampuan sebagai keterampilan atau keahlian khusus, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Guru yang kompeten adalah: (1) memiliki kualifikasi akademik D-IV/S1, (2) memiliki kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian, (3) memiliki sertifikat pendidik sesuai bidangnya, (4) sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Hikmat, 2009: 287). 3. Tugas-tugas Guru Guru mempunyai beberapa tugas diantaranya yaitu: a. Educator Tugas utama dan pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator ilmu adalah syarat utama. b. Leader Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu ia harus menguasai, mengendalikan dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin guru harus terbuka, demokratis dan menghindari cara-cara kekerasan. c. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Guru membutuhkan latihan terusmenerus dan evaluasi rutin untuk mengetahui bakat anak didik. d. Motivator Sebagai motivator seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya dan bagaimanapun berat tantangannya (Jamal Ma mur Asmani, 2009: 39-45). 4. Kinerja Guru Kinerja dalam bahasa Inggris disebut performance atau prestasi kerja. Sedangkan menurut Prawirosentono, kinerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman Husaini, 2009: ). Islam sudah mengajarkan kepada umatnya bahwa kinerja harus dinilai. Ayat yang harus menjadi rujukan penilaian kinerja itu adalah surat at-taubah ayat 105. Sebagai berikut:

12 Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. 5. Kompetensi-kompetensi Guru Menurut Kunandar (2010: 51) Guru profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Adapun kompetensi guru yang harus dimiliki adalah: a. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi: pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. c. Kompetensi profesional Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional pendidikan. d. Kompetensi sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar (PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). C. Peningkatan Kualitas Guru Kepala sekolah sebagai manajer sekolah mempunyai tugas dalam memberdayakan guru agar benar-benar berkualitas. Upaya peningkatan kualitas guru harus dipersiapkan sejak menyusun perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai pengendalian, sehingga seluruh aktivitas akan bermanfaat bagi warga sekolah (Samino, 2010: 166). Mulyasa, (2007: 141) mengemukakan bahwa ada beberapa upaya yang dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, antara lain melalui: 1. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri (self-dicipline). Karena disiplin dianggap penting untuk menanamkan rasa hormat terhadap kewenangan, upaya untuk menanamkan kerjasama dan rasa hormat terhadap orang lain. 2. Pemberian motivasi Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik yang berbeda atara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari pemimpinnya, agar dapat memanfaatkan waktu untuk

13 meningkatkan kinerja. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas kerja, perlu diperhatikan motivasi para tenaga kependidikan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keefektifan kerja. Motivasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam suatu lembaga. Para tenaga kependidikan akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila tenaga kependidikan memiliki motivasi yang positif maka ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan. 3. Penghargaan (Rewards) Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan diharapkan tenaga kependidikan dapat meningkatkan kinerja secara positif dan produktif. Penghargaan ini dikaitkan dengan prestasi kerja tenaga kependidikan. Penghargaan tidak selalu berarti financial (uang/gaji), tetapi bisa berupa piagam atau pernyataan terima kasih saja, atau bisa juga berupa kenaikan pangkat atau jabatan fungsional (Udin Syaefudin S, 2009: 92). 4. Kesejahteraan Penghargaan memiliki pengertian yang luas, baik penghargaan secara materi maupun mental spiritual. Oleh karena itu penghargaan terhadap guru terkait erat dengan kesejahteraan guru. Gaji memang sering digunakan sebagai standar kesejahteraan pegawai, namun itu bukan satu-satunya. Pengertian kesejahteraan guru jauh lebih luas dibandingkan dengan hanya sekedar gaji. Hal-hal yang terkait dengan faktor kesejahteraan adalah: (1) sarana dan prasarana kerja yang cukup, (2) gaji yang memenuhi standar hidup, (3) suasana kerja yang kondusif, aman dan nyaman, (4) sistem kerja yang adil dan terbuka, penuh kebersamaan, dan (5) aspirasi dan kreativitas kerja dapat tumbuh dengan subur. Faktorfaktor tersebut akan menimbulkan moral kerja dan etos kerja guru yang tinggi, yang pada gilirannya akan meningkatkan kinerja profesionalnya (Suparlan, 2005: ). 5. Persepsi Kepala sekolah perlu menciptakan persepsi yang baik bagi setiap tenaga kependidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya. Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif bagi tenaga kependidikan. Berkaitan dengan motivasi di atas, (Maslow, 1987: 71) dalam teorinya tentang kebutuhan manusia menyebutkan bahwa manusia memiliki beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mendeteksi motivasi manusia. Maslow membagi kebutuhan manusia ke dalam lima kategori kebutuhan yaitu: 1. Kebutuhan fisiologikal (Fisiological needs) Kebutuhan fisiologikal merupakan kebutuhan paling dasar, paling kuat dan paling jelas. Sebelum seseorang menginginkan kebutuhan diatasnya, kebutuhan ini harus dipenuhi terlebih dahulu. Contoh kebutuhan ini adalah kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen. Untuk memenuhi kebutuhan ini manusia biasanya berusaha keras untuk mencari rezeki. 2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety needs/security needs) Setelah kebutuhan fisiologikal terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman. Contoh kebutuhan ini antara lain menabung, mendapatkan

14 tunjangan pensiun, memiliki asuransi. 3. Kebutuhan akan rasa memilikidimiliki dan akan kasih sayang (Social needs, love needs, belonging needs, affection needs) selanjutnya Maslow berpendapat bahwa akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang terhadap orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan rasa memiliki tempat ditengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras mencapai tujuan yang satu ini. Contoh kebutuhan ini antara lain membina keluarga, bersahabat, bergaul, bercinta, menikah dan mempunyai anak, bekerja sama dan menjadi anggota organisasi. Untuk memenuhi kebutuhan ini, manusia biasanya berdoa dan berusaha memenuhinya. 4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem needs, egoistic needs) Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yaitu: harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompensasi, penguasaan, kecukupan prestasi, ketidakbergantungan dan kebebasan. Adapun penghargaaan dari orang lain meliputi: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self actualization needs) Kebutuhan ini muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan. Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan ini berarti kebutuhan akan realisasi diri atau pemenuhan kepuasan atau ingin berprestise. Contoh kebutuhan ini antara lain: mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, melakukan pekerjaan yang kreatif dan ingin pekerjaan yang menantang. A. Dale Timpe (1986: 25-28) juga menjelaskan ada beberapa cara memotivasi pegawai, yaitu: 1. Penerimaan pegawai Pencarian dan penerimaan pegawai sangat penting dalam membangun dan memelihara tenaga kerja yang produktif. Perusahaan harus memperlakukan pegawai dengan adil, menyediakan penggajian dan mengembangkan suasana kerja yang positif. 2. Pelatihan Program-program pelatihan yang membantu para pekerja beradaptasi dengan perubahan yang terus terjadi akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk terus berfungsi secara efektif. 3. Tata usaha gaji dan upah Tujuan utama program gaji dan upah yang efektif adalah lebih untuk menarik dan menahan jenis pegawai yang mampu yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan produktivitas perusahaan. Pegawai dimotivasi oleh kepuasan yang mereka dapat dari melaksanakan pekerjaan mereka, dan dari peningkatan performa serta keterampilan. 4. Komunikasi Komunikasi yang efektif antara manajer dan pegawai sangat penting untuk motivasi pegawai.sikap manajer, umpan balik dan mampu mendengarkan sangat diperlukan untuk komunikasi yang baik. Menurut Habirson dan Myers 1964 (dalam buku Inovasi Pendidikan Sudarwan Danim, 2002: 123), ada empat jalur pengembangan SDM, yaitu: 1. Jalur pendidikan formal menurut jenjang dan jenisnya. 2. Jalur pelatihan dalam jabatan pelatihan informal yang dilembagakan. 3. Jalur pengembangan diri (self development) untuk mendapatkan

15 pengetahuan, ketrampilan dan kapasitas kerja yang lebih besar. 4. Melalui peningkatan mutu kesehatan populasi, seperti program layanan medis, layanan kesehatan publik, perbaikan nutrisi dan sebagainya. Selain itu pengembangan profesionalitas guru dapat dilakukan melalui program pre-service education (seperti lembaga pengadaan tenaga kependidikan), in-service education (pendidikan lanjutan), dan in-service training, seperti: penataran, ada tiga macam penataran, yaitu: (Suhertian, 1994: 68-70). Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain sebagai berikut (Sudarwan Danim, 2010: 30-33). Wujud nyata pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas guru salah satunya dengan sertifikasi guru. Tujuan utama dalam mengikuti sertifikasi bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi melainkan untuk menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam kompetensi guru. Berdasarkan hal tersebut, sertifikasi akan membawa dampak positif bagi peningkatan kualitas guru (Suyanto dan Asep Djihad, 2012: 41). METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan yang dapat diamati yang dilakukan dalam kehidupan yang nyata dan sebenarnya (Moleong, 2007: 4). Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenalogis (Moleong, 1993: 9). Yaitu menggambarkan data dengan apa adanya. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu 1) metode wawancara, metode wawancara dalam penelitian ini dipakai penulis untuk mengambil informasi dan data yang berhubungan dengan fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta, yaitu langkah-langkah/upaya apa saja yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah, waka kurikulum dan guru. 2) Metode observasi, Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta kondisi umum yang ada di SMA Al- Islam 3 Surakarta. 3) metode dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan data-data dokumentasi tentang sejarah berdirinya, visi, misi sekolah, prestasi sekolah dan hal-hal yang berkaitan dengan fungsi kepala sekolah Dalam menganalisis hasil penelitian ini, digunakan analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi (Milles dan Hiberman, 1992: 16). Informan dalam penelitian ini yakni Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, guru tetap yayasan, dan guru PNS. HASIL PENELITIAN A. Fungsi Kepala Sekolah 1. Educator Fungsi kepala sekolah sebagai educator di SMA ini yaitu: mampu menciptakan suasana sekolah yang kondusif, rasa kekeluargaan yang terjalin antara warga sekolah baik kepala sekolah, guru, staff, karyawan dan siswa/siswi, sehingga warga sekolah merasa nyaman dalam lingkungan sekolah tersebut. Kepala sekolah selalu

16 berusaha menjaga keharmonisan hubungan dengan memberi nasehat dan bimbingan untuk staff, guru, karyawan dan siswa/siswa apabila mendapati suatu masalah serta menganjurkan untuk menggunakan metode active learning dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi tidak bosan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa (2009: ), bahwa salah satu dari fungsi kepala sekolah yaitu sebagai educator/pendidik harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, mampu menciptakan suasana atau iklim yang kondusif bagi warga di sekolah dan memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. 2. Motivator Mulyasa (2009: ) telah menjelaskan dalam teorinya tentang fungsi kepala sekolah sebagai motivator yaitu berfungsi memberikan motivasi kepada seluruh tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas masingmasing. Motivasi bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja, dispilin kerja yang tinggi sehingga setiap pekerjaan dan tugasnya akan terselesaikan dengan baik. Hal yang demikian itu telah dilaksanakan oleh kepala sekolah di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Bahwa kepala sekolah memberikan motivasi kepada staff, guru dan karyawan untuk mengerahkan potensi dan kemampuan yang dimiliki setiap individu. Selain itu kepala sekolah di SMA ini berusaha memberi arahan dalam setiap pekerjaan dan membuat lingkungan kerja agar terasa nyaman serta selalu berdisiplin dalam bekerja agar memperoleh hasil pekerjaan yang maksimal. 3. Manager Kepala sekolah berusaha mendayagunakan sumber daya yang ada di sekolah dengan memberikan arahan kepada staff, guru dan tenaga kependidikan. Selain itu, kepala sekolah membuat perencanaan melalui programprogram sekolah yang akan dilaksanakan dan melakukan supervisi terhadap setiap kegiatan yang telah dilakukan. Seperti halnya yang dijelaskan oleh teorinya Mulyasa (2009: ) dan teori dari Husaini Usman (2010: ), tentang fungsi kepala sekolah sebagai manager di sekolah. Manajerial kepala sekolah digunakan untuk membuat perencanaan sampai dengan evaluasi program-program sekolah. Hal tersebut mempermudah kepala sekolah dalam mengawasi setiap kegiatan yang diadakan di sekolah. 4. Leader Kepala sekolah di SMA ini telah mampu membuka komunikasi dua arah atau mampu berkomunikasi dengan baik serta mampu mengambil keputusan secara tepat. Adapun pengambilan keputusan terkadang melalui musyawarah tetapi terkadang juga dari kepala sekolah sendiri. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari teori Wahjosumidjo (dalam Mulyasa, 2003: 115), bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan dapat memberikan contoh yang baik bagi tenaga kependidikan lain dan dapat berpengaruh pada hubungan kerja yang harmonis antara kepala sekolah dengan seluruh warga di sekolah.

17 5. Inovator Inovasi yang telah dilakukan di SMA ini, diantaranya bagaimana guru dapat menciptakan iklim mengajar yang menyenangkan, maka dari itu saya berupaya melakukan perbaikanperbaikan di segala bidang dengan mengadakan seminar yang di isi oleh pakar-pakar dalam bidangnya. Hal tersebut sudah hampir sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa (2009: ) dan teori dari Husaini Usman (2010: ), tentang fungsi kepala sekolah sebagai inovator/wirausaha. Inovasi-inovasi baru dan maju yaang dilakukan secara terusmenerus oleh kepala sekolah akan berdampak positif bagi perkembangan sekolah ke depannya. Sekolah yang baik akan lebih diminati warga. 6. Supervisor Menurut Mulyasa (2009: ) dan Husaini Usman (2010: ), kepala sekolah mempunyai fungsi sebagai supervisor. Terkait dengan fungsi ini kepala sekolah di SMA ini telah melakukan supervisi semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh guru dan tenaga kependidikan agar ke depannya bisa lebih baik. Dan setiap program kerja tiap bidang yang di rencanakan serta telah dilaksanakanoleh guru dan tenaga kependidikan juga di supervisi oleh kepala sekolah beserta yayasan. Supervisi berguna untuk perbaikan program-program kerja yang akan datang dan akan mempermudah dalam pelaksanaannya. 7. Administrator Kepala sekolah di SMA ini dibantu oleh bagian tata usaha dan wakilnya melakukan pencatatan kersipan dengan baik serta menatanya dan memilah milah data arsip dengan rapi agar mempermudah setiap kegiatan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2009: ), tentang fungsi kepala sekolah sebagai administrator, yang berhubungan erat dengan kegiatan pencataan/pengarsipan setiap program sekolah. Mulai dari program yang diadakan oleh kurikulum, peserta didik, keuangan, personalia, dan sarana prasarana sekolah. B. Kompetensi Guru Secara kuantitas guru-guru di SMA ini berjumlah 27 guru dan sudah dapat mencukupi kebutuhan akan guru, sedangkan dari segi kualifikasi pendidikan guru yang ada di SMA Al- Islam 3 Surakarta dapat diketahui bahwa tugas mengajar guru sudah disesuaikan dengan ijazah masingmasing atau kualifikasi pendidikan guru tersebut. 1. Kompetensi personal dan kinerja guru Guru di SMA ini memiliki kinerja yang cukup baik serta secara personal guru di sini bisa menjadi contoh dan teladan bagi peserta didik di SMA Al-Islam 3 Surakarta. Pribadinya ramah dan baik. Karena pribadi guru yang baik dapat mempengaruhi terhadap perilaku keseharian guru tersebut, maka apabila pribadi guru sudah baik akan menghasilkan dampak positif bagi pekerjaannya dan lingkungan sekitar akan merasa nyaman. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kunandar (2010: 51) bahwa standar kompetensi guru salah satunya yaitu memiliki kompetensi kepribadian. Kepribadian yang baik akan dapat memberikan contoh yang baik bagi personel lain di sekolah. Mengenai kinerja guru di SMA ini sudah dapat dikatakan cukup baik, setiap guru menampilkan yang terbaik dalam pekerjaannya dan telah melakukannya dengan usaha

18 yang maksimal. Hal ini sependapat dengan (Usman Husaini, 2009: 497), menyatakan bahwa kinerja guru merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru dalam pelaksanaan tugas-tugas yang diembankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman dan kesungguhan. 2. Kompetensi pedagogik Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, guru dianjurkan untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelum mengajar seperti: program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode active learning. Kaitannya dengan fasilitas di SMA ini sudah ada sebagian yang difasilitasi tetapi ada juga yang masih belum terfasilitasi dengan baik. Hal tersebut menjelaskan bahwa guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta telah memiliki standar kompetensi pedagogik yang dikemukakan oleh Kunandar (2010: 51). Tetapi masih perlu disempurnakan mengenai fasilitas yang belum disediakan untuk menunjang akademik peserta didik. 3. Kompetensi profesional Kunandar (2010: 51) dalam teorinya tentang kompetensi profesional menjelaskan bahwa guru selain memiliki beberapa kompetensi di atas, untuk menjadi guru berkualitas juga harus memiliki kompetensi profesional. Terkait dengan profesionalisme yang harus dimiliki setiap guru di sini sudah disesuaikan antara ijazah yang dimiliki tiap guru dengan mata pelajaran yang harus diampu. Sehingga setiap guru telah menguasai materi berdasarkan latar belakang pendidikan masingmasing, karena penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam akan mempermudah dalam melaksanakan bimbingan belajar kepada peserta didik. 4. Kompetensi sosial Hubungan yang terjalin antara kepala sekolah dan guru sangat baik, dan dekat. Menggunakan asas kekeluargaan dan tidak ada istilah bawahan di sini. Hal tersebut menjelaskan bahwa guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta sudah memiliki standar kompetensi sosial yang dikemukakan oleh Kunandar dalam kompetensi guru (2010: 51), yang menjelaskan bahwa dampak dari hubungan yang baik akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran di sekolah. Kepala sekolah yang dapat menjalin kerja sama dan sosial yang baik akan dapat mempermudah dalam setiap pelaksanaan tugasnya. C. Usaha Peningkatan Kualitas Guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta Kepala sekolah sebagai manajer sekolah mempunyai tugas dalam memberdayakan guru dan tenaga kependidikan lainnya agar benar-benar berkualitas. Upaya/cara yang dilakukan kepala sekolah untuk dapat meningkatkan kualitas guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Menjaga dan meningkatkan kedisiplinan dimulai dari individu kepala sekolah, guru serta pegawai. Ada teguran dan hukuman bagi yang melanggar aturan kedisiplinan dan ada apresiasi bagi yang tepat waktu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2007) bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan diantaranya melalui pembinaan disiplin tenaga kependidikan. Disiplin kerja yang baik dapat mempermudah penyelesaian pekerjaan dan tugas tepat waktu serta dapat menimbulkan rasa hormat terhadap orang lain.

19 2. Kepala sekolah di SMA Al-Islam 3 Surakarta menganjurkan serta mendorong untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, workshop, penataran, diklat, pembinaan karier serta pernah juga mengadakan seminar dan diklat sendiri. Ada beberapa bukti sertifikat seminar, workshop dan foto dokumentasi terlampir. Hal ini sependapat juga dengan Habirson dan Myers 1964 (dalam buku Inovasi Pendidikan Sudarwan Danim, 2002: 123) tentang pengembangan sumber daya manusia melalui jalur pelatihan dalam jabatan pelatihan informal yang dilembagakan. Suhertian (1994) tentang usaha pengembangan profesionalitas guru melalui pelatihan, loka karya dan penataran, pendapat dari A. Dale Timpe (1986) mengenai pengembangan SDM melaui pelatihan, dan pendapat dari Sudarwan Danim (2010) tentang pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat serta pendapat dari Balit bang Diknas (dalam Suyanto dan Asep Djihad, 2012) tentang peningkatan kualitas guru melalui revitalisasi pelatihan untuk meningkatkan kinerja guru. Mengikuti pelatihan-pelatihan akan dapat membantu bagi guru untuk beradaptasi dengan perubahanperubahan yang terjadi serta dapat meningkatkan pengalaman dan wawasan akan sesuatu yang baru. 3. Mengikuti perkumpulan MGMP. Hal ini sependapat juga dengan Habirson dan Myers (dalam Sudarwan Danim, 2002: 123) tentang jalur pengembangan SDM yaitu melalui pengembangan diri untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan dan kapasitas kerja yang lebih besar. Dan Sudarwan Danim (2010) tentang pendidikan dan pelatihan seperti: in-house training yang dilakukan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan serta pembinaan internal sekolah tersebut. 4. Kepala sekolah memberi kebebasan dan mendorong secara moral untuk mengikuti pendidikan lanjut. Hal ini sependapat juga dengan Habirson dan Myers (dalam Sudarwan Danim, 2002: 123) tentang jalur pengembangan SDM yaitu melalui pendidikan formal menurut jenjang dan jenisnya dan pendapat Sudarwan Danim, (2010) mengenai pendidikan lanjut, kemudian pendapat dari Suhertian (1994) tentang in-service education/ pendidikan lanjutan, serta pendapat lain dari Balit bang Diknas (dalam Suyanto dan Asep Djihad, 2012), tentang usaha peningkatan kualitas guru melalui dorongan para guru untuk bersikap kritis dan selalu berusaha meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan. 5. Kepala sekolah merekomendasikan tiap guru untuk mengikuti program sertifikasi untuk menunjang kualitas diri dan kinerjanya. Bahkan di SMA Al-Islam 3 Surakarta telah banyak guru baik PNS ataupun GTY yang sudah mengikuti program sertifikasi guru. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suyanto dan Asep Djihad, 2012 dalam usaha peningkatan kualitas guru melalui salah satunya program sertifikasi. Sertifikasi yang dilakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa guru telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan oleh guru agar berkualitas. 6. Pemberian motivasi kepada guru untuk selalu berusaha selalu semangat dan meningkatkan kualitas kerja demi tujuan bersama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

20 Mulyasa (2007) bahwa upaya untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan diantaranya melalui pemberian motivasi. Motivasi yang baik yang diberikan oleh kepala sekolah berfungsi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Motivasi bisa berupa memberi dukungan penuh dalam melaksanakan tugasnya, berupa penghargaan yang diberikan dan berupa gaju atau upah. 7. Kepala sekolah memberikan penghargaan bagi guru apabila mempunyai prestasi kerja yang baik seperti dapat meningkatkan nilai/prestasi siswa dengan diberi imbalan berupa financial/uang secukupnya, dengan pujian, sertifikat, piagam dan surat keterangan prestasi kerja bagus. Hal tersebut sesuai pendapat Mulyasa (2007) tentang upaya peningkatan kinerja tenaga kependidikan dengan pemberian penghargaan dan pendapat yang dikemukakan oleh Abraham Maslow (1987) tentang kebutuhan manusia akan penghargaan. Penghargaan yang diberikan akan dapat meningkatkan semangat kerja dan menunjukkan kualitas diri menjadi lebih maju dan baik. 8. Hubungan kerja dan komunikasi yang terjalin antara kepala sekolah dan guru sangat baik dan kekeluargaan. Kepala sekolah mampu berkomunikasi dua arah dengan baik. Hal ini dapat mempermudah dan memberi kelancaran serta meningkatkan kualitas guru dalam bekerja. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa (2007) tentang penciptaan persepsi yang baik, teori dari Abraham Maslow (1987) tentang kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki dan akan kasih sayang, teori dari A. Dale Timpe (1986) tentang usaha memotivasi pegawai melalui komunikasi. Hubungan kerja dan komunikasi yang terjalin antara kepala sekolah dan warga sekolah di SMA Al-Islam 3 Surakarta yang baik akan mempermudah dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya. 9. Kesejahteraan yang diberikan kepala sekolah dan yayasan di SMA al-islam 3 Surakarta sudah sangat baik dan mencukupi. Kepala sekolah memberi tambahan gaji atau imbalan disesuaikan dengan tambahan beban mengajar dan setiap kepanitiaan juga disediakan imbalan. Hal tersebut sependapat dengan Mulyasa (2007) tentang kesejahteraan, teori dari Abraham Maslow (1987) tentang hierarki kebutuhan manusia berupa kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan fisiologikal, serta pendapat A. Dale Timpe (1986) tentang pemberian gaji dan upah. Pemberian gaji dan upah untuk tenaga kependidikan bermaksud agar mereka dapat melaksanakan tugas dan dapat meningkatkan performa/kinerja serta ketrampilan kerja. 10. Jaminan keselamatan kerja, apabila terjadi kecelakaan kerja dan apabila ada musibah dengan guru, maka sekolah memberi bantuan berupa dana sosial secukupnya. Teori tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja dijelaskan dengan teori dari A. Dale Timpe (1986) dan teori Suparlan, (2005) tentang faktor kesejahteraan salah satunya yaitu suasana kerja yang kondusif, aman dan nyaman.jaminan keselamatan kerja yang diberikan akan menyebabkan rasa aman dan nyaman yang dirasakan oleh guru apabila nanti ada musibah dengan pekerjaan yang dilakukannya. KESIMPULAN Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas

21 guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta melalui: 1. Menjaga dan meningkatkan kedisiplinan kerja mulai dari diri kepala sekolah dan guru. 2. Mendorong untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, workshop, diklat, pembinaan karier, penataran, mengikuti perkumpulan MGMP dan pendidikan lanjut. 3. Mengikuti program sertifikasi guru untuk meningkatkan kinerja guru. 4. Memberi motivasi kepada guru untuk selalu bersemangat dalam setiap pekerjaan. 5. Memberi penghargaan bagi guru yang mempunyai prestasi kerja yang baik dengan memberi bonus uang, pujian, piagam, sertifikat atau dengan surat keterangan prestasi kerja bagus. 6. Menjaga komunikasi dan hubungan baik antara kepala sekolah dan guru serta seluruh warga sekolah. 7. Memberi gaji dan jaminan keselamatan kerja dengan memberi bantuan dana sosial apabila ada kecelakaan kerja saat melaksanakan tugas. SARAN Kepada kepala sekolah dan guru di SMA Al-Islam 3 Surakarta. 1. Bagi kepala sekolah a. Diharapkan untuk selalu melakukan inovasi-inovasi yang bersifat baru, kreatif dan terus-menerus, terutama terhadap usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas guru agar tercipta kinerja guru yang bagus sehingga berpengaruh pada aktifitas belajar mengajar yang menyenangkan dan menghasilkan output yang berkualitas. b. Meningkatkan keikutsertaan guru dalam pelatihan, workshop, penataran, pembinaan karier, diklat terutama pelatihan pembelajaran active learning dan penggunaan fasilitasfasilitas yang ada di sekolah. c. Berusaha meningkatkan kemajuan sekolah dengan meningkatkan fungsi kewirausahaannya. 2. Bagi guru a. Selalu berusaha meningkatkan kualitas diri melalui pelatihanpelatihan, workshop, penataran, pembinaan karier, diklat dll sehingga akan berdampak pada peningkatan kinerja guru. b. Menggunakan metode active learning dalam pembelajaran di kelas agar peserta didik tidak merasa bosan dan mengurangi serta menghindari penggunaan merode ceramah interaktif dalam pembelajaran di kelas. DAFTAR PUSTAKA Dale Timple Seri Ilmu dan Seni manajemen Bisnis Memotivasi Pegawai. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, Gramedia. Ety, Rochaety dkk Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hendiyat Soetopo, dkk Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Malang: PT Bina Aksara. Lexy, Moleong Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ma mur, Jamal Asmani Tips Sukses PLPG. Jogjakarta: Diva Press. Mulyasa, E Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari Perencanaan SDM. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) STUDI EMPIRIK

MANAJEMEN MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) STUDI EMPIRIK MANAJEMEN MADRASAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) STUDI EMPIRIK MTs AL-MAWADDAH COPER-JETIS-PONOROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan disertai berkembangnya ilmu. kompetensi, menguasai IPTEK, dan mampu bersaing dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan disertai berkembangnya ilmu. kompetensi, menguasai IPTEK, dan mampu bersaing dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dengan disertai berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menuntut manusia untuk menguasai berbagai bidang yang ada di kehidupan.

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kehidupan tersebut, di satu sisi sangat bermanfaat bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kehidupan tersebut, di satu sisi sangat bermanfaat bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan manusia, baik itu dalam bidang ekonomi, politik, sosial,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 1 Salatiga Pada 1 Juli yayasan SMA B didirikan oleh beberapa tokoh, terutama mereka yang berada di DPRD Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin**

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** EVALUASI PERAN KEPALA SEKOLAH DI SMA NEGERI SE KOTA KOTAMOBAGU Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin** Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi istilah. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu:

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu: KONSEP KEPAHLAWANAN DRS. R. A. ANGGORO RAHARDJO HARRY ANWAR, SH., MH. Peran Pendidik dalam Penerapan Konsep Kepahlawanan di Lingkungan Sekolah KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI PEDAGOGIK SOSIAL KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

Oleh: Ana Khusnul Khotimah NIM: G NIRM: 11/X/02.2.1/0935 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Oleh: Ana Khusnul Khotimah NIM: G NIRM: 11/X/02.2.1/0935 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DI SMA MUHAMMADIYAH 01 SIMO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Program StudiPendidikan Agama Islam (Tarbiyah)

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN SDM GURU DAN KARYAWAN DI SDIT HIDAYATURRAHMAN MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN SDM GURU DAN KARYAWAN DI SDIT HIDAYATURRAHMAN MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN SDM GURU DAN KARYAWAN DI SDIT HIDAYATURRAHMAN MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN KESISWAAN DI SDI AL FATTAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN KESISWAAN DI SDI AL FATTAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN KESISWAAN DI SDI AL FATTAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan setiap individu adalah melalui proses pendidikan. Melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK Pengelolaan pendidikan terkait dengan Pemerintah secara makro sebagai pembuat kebijakan dan secara mikro Kepala Sekolah sebagai sebagai pengelola sekolah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipisah antara unsur yang satu dengan yang lainnya dan juga tidak bisa dipisahkan dengan sistem-sistem kehidupan

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting karena gurulah yang melaksanakan proses pendidikan langsung menuju

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penyajian data yang telah penulis lakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu: 1. Pelaksanaan peran kepala sekolah di SMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ProfesiKeguruan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN 2014-2015 NASKAH PUBLIKASI Dibuat untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone No.1627, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Kepala Madrasah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI KUDU 01 BAKI SUKOHARJO

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI KUDU 01 BAKI SUKOHARJO PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI KUDU 01 BAKI SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai organisasi yang menjalankan proses pendidikan dengan segala fungsi dan hasilnya, mempunyai perangkat yang mewujudkan fungsi dan tugasnya melalui manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi kompleks dan unik, yang memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Sehingga tercapainya tujuan sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluq yang Allah menganugerahkan kepada dirinya sebuah kesempurnaan

BAB I PENDAHULUAN. makhluq yang Allah menganugerahkan kepada dirinya sebuah kesempurnaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bila dilihat dari sudut pandang Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap individual orang muslim, karena manusia merupakan makhluq yang Allah menganugerahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha menciptakan manusia yang mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Selain itu, pendidikan juga meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Definisi Pengawas Pengawas sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang bertugas untuk membantu kinerja guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, hal ini karena tanpa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Identifikasi Masalah 1. Latar Belakang Dalam menghadapi perkembangan abad 21 semua organisasi dituntut untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil dan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH

UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH (Studi Kasus Pada Guru SMP Di Lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten) NASKAH

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. 175 BAB VI KESIMPULAN Bab ini merupakan bab terakhir atau bab penutup. Pada bab ini memuat tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa: 6.1.1 Peran dan Fungsi Kepala Sekolah sebagai Pendidik (Educator) Kepala sekolah

Lebih terperinci

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL Nama Sekolah Alamat Cabang Daerah Nama Kasek : Mandailing Natal Petunjuk : Berikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1301, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Pendidikan. Agama. Madrasah. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEPALA MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG Sebagaimana yang telah tercantum dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS Berikut Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) DIMENSI KOMPETENSI INDIKATOR Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada berbagai pendapat menyangkut pola, peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah pada suatu lembaga pendidikan. Ketika ada atau tidak ada Kepala Sekolah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan suatu sistim yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang harus digerakkan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan di Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelengaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru. Dimana peranan guru sangatlah besar dalam menyiapkan generasi bangsa yang unggul

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Pedagogik Guru Sebelum membahas secara khusus tentang kompetensi pedagogik guru, ada baiknya terlebih dahulu dibahas tentang kompetensi secara umum. Kompetensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kelangsungan hidup suatu negara salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada sisi lain, arus. (SDM) yang berkualitas. Dalam suatu organisasi untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada sisi lain, arus. (SDM) yang berkualitas. Dalam suatu organisasi untuk menjalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan arus globalisasi telah membawa dampak positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada sisi lain, arus globalisasi juga telah membawa dampak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG A. Analisis Kompenetensi Guru PAI di SD Negeri 03 Mojo Guru merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Berprestasi 1. Pengertian Guru Berprestasi Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan Dasar Tingkat Nasional Tahun 2013 yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, dapat diperoleh manusia yang produktif.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan bukan saja untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, dapat diperoleh manusia yang produktif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia, pendidikan juga merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berarti sebagai langkah dan usaha sadar untuk mencerdaskan, mengembangkan potensi diri, menuju insan yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, berilmu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan hingga sepanjang hidupnya, manusia tidak lepas dari suatu kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan. Dewasa ini, masyarakat sering memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh dalam pembangunan nasional. Komponen pendidikan yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah sangat strategis. Walaupun perkembangan teknologi cukup pesat, sampai saat ini peranan guru sebagai pendidik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG. Oleh

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG. Oleh Media Bina Ilmiah41 MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG Oleh Made Dwianan Mustawan Dosen pada STAH Santika Darma Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan berpengaruh terhadap kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan yang berkualitas akan berpengaruh

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah

Lebih terperinci