BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KONSEP PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Secara Umum Konsep wayfinding sebagai penekanan dalam perancangan arsitektur stasiun MRT berkaitan dengan bagaimana merancang kelancaran dan kemudahan dalam perpindahan pengguna bangunan. Sirkulasi yang didesain dengan pendekatan wayfinding berorientasi pada skenario dan pengalaman yang akan dilalui oleh pengguna ketika melewati setiap ruang dalam bangunan. Ketika sirkulasi dan pengalaman ruang pengguna dalam bangunan menjadi orientasi, maka dapat dikatakan bentuk maupun strategi desain arsitektur pada bangunan akan mengikuti fungsi yang diharapkan (form follow function). Untuk meningkatkan perfoma wayfinding didalam bangunan, maka konsep taktilitas diterapkan pada bangunan. Taktilitas pada bangunan berarti menerapkan pendekatan rangsangan kelima sistem sensorik manusia pada desain. Dengan pendekatan kelima sensorik tersebut, selain menjadikan proses wayfinding sebagai proses alamiah juga meluaskan perfoma komponen wayfinding terhadap beberapa pengguna yang memiliki kekurangan pada beberapa sistem sensor (difabel). 4.2 Konsep Sirkulasi Bangunan Konsep wayfinding berkaitan erat dengan sirkulasi pada bangunan. Menentukan bagaimana pengalaman ruang ketika sirkulasi berlangsung menjadi pertimbangan arsitektur selanjutnya pada bangunan. Sirkulasi pada bangunan terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Sirkulasi Eksternal Menentukan skenario sirkulasi eksternal bangunan berkaitan dengan penentuan titik entrance bangunan terhadap site. Titik entrancance dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu : a. Titik potensi crossing sirkulasi pada kawasan. Potensi crossing sirkulasi merupakan titik dimana bertemu nya sirkulasi manusia pada dua arah atau lebih. Titik tersebut termasuk juga pertemuan antara kendaraan dan pejalan kaki. b. Titik nodes pada kawasan. Simpul kegiatan pada kawasan menjadi titik yang mencolok pada kawasan. Dengan menjadi simpul kegiatan pada kawasan maka 113

2 Dari kedua cara tersebut dapat disimpulkan dimana titik yang memiliki kesamaan lokasi dapat menjadi lokasi entrance umum. Semakin banyak terjadi nya crossing atau kegiatan pada nodes maka semakin mencolok titik tersebut yang memudahkan penemuan lokasi entrance. Gambar 4.1 Analisis Sirkulasi Eksternal Dua cara tersebut menjadi penentu dimana titik entrance diletakan. Banyaknya crossing dan potensi nodes pada kawasan tersebut menjadikan posisi entrance kuat dan mudah ditemukan. Entrance menjadi penentu utama untuk sirkulasi internal berikutnya. Posisi entrance tidak serta merta menjadikan seluruh nya memiliki hirarki yang sama. Banyak nya nodes pada kawasan dan crossing sirkulasi yang terjadi pada analisis sebelum nya menjadi penentu hirarki entrance. 114

3 Gambar 4.2 Potensi titik entrance Sumber : Analisis Penulis, 2014 Pada hasil analisis tersebut, Titik entrance ditentukan pada 4 titik. 3 titik ditentukan karena adanya nodes dan crossing sirkulasi, sedangkan satu titik hanya terdapat crossing sirkulasi. Entrance dengan titik nodes didekatnya memiliki hirarki yang lebih besar serta hirarki mengikuti ukuran dan ketercapaian nya terhadap kawasan. Gambar 4.3 Aksonometri desain titik entrance 115

4 4.2.2 Sirkulasi Internal Sirkulasi internal pada bangunan dapat ditentukan setelah titik entrance telah diketahui. Skenario sirkulasi dalam bangunan dibagi berdasarkan level bangunan sebagai berikut : a. Level 1 Pada level 1 merupakan level external bangunan. Bangunan merupakan elevated station sehingga kegiatan internal utama pada stasiun dimulai pada level diatas tanah. b. Level 2 Pada level ini berfungsi sebagai area penerimaan pengguna datang ke stasiun MRT. Adanya dua lapis entrance (entrance penerimaan dan entrance utama) dengan maksud membedakan hirarki antara pengguna yang hanya bermaksud menyebrang dari sisi timur ke barat (pada kasus ini solusi masalah pada kawasan adalah tidak ada nya fasilitas penyebrangan yang memadai). Entrance utama berfungsi menerima pengguna yang bermaksud menggunakan fasilitas bangunan, sedangkan entrance penerimaan adalah jembatan yang menghubungikan level 1 dan level 2. Gambar 4.4 Skenario sirkulasi pada level 2 Alternatif sirkulasi adalah dengan menjadikan titik sirkulasi vertikal pada dua kutub, namun orientasi hall tetap di pusat bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk memecah jumlah kepadatan pengguna dari arah utara dan selatan. Namun pada sirkulasi ini menjadikan hall memiliki arah orientasi sehingga mengurangi kemampuan wayfinding. 116

5 Gambar 4.5 Alternatif skenario sirkulasi pada level 2 c. Level 3 Pada level ini merupakan area perantara platform dan free concourse. Gambar 4.6 Skenario sirkulasi pada level 3 Sumber : Analisis Penulis, 2014 Alternatif lain sirkulasi menunjang skenario apabila terdapat pemisahan sirkulasi vertikal pada kedua kutub. Kedua kutub tersebut dipertemukan di hall sebelum melalui fare c. collector. Gambar 4.7 Alternatif skenario sirkulasi pada level 3 Sumber : Analisis Penulis,

6 d. Level 4 Pada level 4 sirkulasi yang memegang peranan adalah sirkulasi yang mengantarkan pengguna dari kereta sirkulasi vertikal. Area platform dan waiting area menjadi jembatan terhadap dua titik destinasi tersebut. Sirkulasi cenderung linear mengikuti rel kereta. Jalur stasiun MRT Blok M memiliki pertimbangan jalur kereta 2 arah, namun pada sisi barat terpecah menjadi 2 sehingga total terdapat 3 jalur yang ditampung stasiun. Kawasan Blok M menurut perkiraan memiliki tingkat kenaikan keberangkatan dan penurunan penumpang yang cukup tinggi. Perkiraan kenaikan penumpang cukup tinggi karena merupakan lokasi tarikan yang pada waktu tertentu terjadi ledakan penumpang yang cukup tinggi. Untuk mendukung sistem tersebut, maka platform menggunakan jenis center platform. Center platform mendukung bentuk stasiun yang ramping dan hemat ruang. Bentuk stasiun yang ramping cocok digunakan pada kawasan Blok M yang padat. Selain itu pada satu sisi peron platform dapat melayani 2 jalur kereta. Dua sisi platform memiliki kelebihan dalam penemuan wayfinding. Hal tersebut dikarenakan dua platform mendifinisikan secara tidak langsung arah keberangkatan kereta ke utara atau selatan. Selain itu fasilitas penunjang sirkulasi vertikal yang digunakan menjadi lebih sedikit dibandingkan side platform. Hal tersebut juga mengurangi jumlah cabang arah sirkulasi pada level 3. Gambar 4.8 Skenario sirkulasi pada level 4 118

7 Gambar 4.9 Contoh penerapan side platform pada level 4 Hasil skenario sirkulasi tersebut diterapkan pada skenario alur sirkulasi konkrit pada setiap level bangunan. Skenario tersebut memasukan kecenderungan dari kelima jenis tipe pengguna dalam stasiun. Memasukan skenario sirkulasi pada setiap pengguna bertujuan memberikan arahan terhadap transformasi bangunan kedepannya. Selain itu pada setiap sirkulasi yang memiliki titik perubahan arah sirkulasi diamati sehingga kesimpulan yang dapat diperoleh adalah potensi munculnya decision point. Decision point berguna sebagai titik yang berpengaruh pada skenario wayfinding. Gambar 4.10 Skenario alur sirkulasi konkrit dan Decision Point pada bangunan Jenis sirkulasi vertikal yang digunakan berupa lift, tangga, eskalator, dan ramp. Perletakan nya disesuaikan dengan luas ruang yang tersedia serta kebutuhan lainnya. 119

8 4.3 Konsep Zonasi Ruang Konsep zonasi penempatan ruang dipengaruhi dari skenario sirkulasi dalam bangunan. Pada bangunan dibagi menjadi 2, yaitu zonasi vertikal dan horizontal. Zonasi dibentuk melalui penempatan fungsi ruang, zonasi publik privat, serta hubungan jalur dan ruang. Gambar 4.11 Aksonometri zonasi ruangan Zonasi publik- privat bertujuan untuk membentuk hirarki terhadap arah wayfinding disesuaikan dengan arah sirkulasi yang dilalui oleh pengguna tertentu. Penentuan Zonasi publik privat didasarkan pada kedalaman ruang dan level bangunan. Semakin dekat dengan zona platform maka semakin meningkat derajat privasi ruang. Hal tersebut dikarenakan pembedaan jenis concourse. Pada level 2 bangunan, ruang didominasi oleh ruang jenis free concourse. Fungsi nya sebagai jembatan penghubung lebih ditujukan kepada fungsi publik yang bisa dimasuki oleh siapapun. Pada level 3 ruang privat menjadi sangat dominan. Hal tersebut karena fungsi level sebagai area antara jenis concourse yang ditandai dengan adanya ruang fare collector. Selain itu level tersebut didominasi oleh ruang office dimana akses ditujukan kepada pengelola. 120

9 Gambar 4.12 Area Publik Privat pada bangunan Hirarki yang terbentuk juga berasal dari hubungan jalur dan ruang. Hubungan jalur sirkulasi yang melewati ruang mendominasi pada level 1 dan 2. Hal tersebut bertujuan agar jalur sirkulasi utama tidak dibatasi oleh sekat-sekat ruang yang tidak berhubungan langsung. Dalam hal ini beberapa ruang seperti area komersil, toilet, dan ruang kantor termasuk dalam kategori ruang tersebut. Gambar Jalur sirkulasi diantara beberapa ruang Sumber : Francis D.K. Ching,

10 Ruang yang memiliki hirarki tinggi serta menjadi penentu sirkulasi utama didalam bangunan disusun dengan hubungan jalur menembus ruang. Dalam hal ini ruang seperti Entrance, Hall meeting point dan Fare C. Collector termasuk didalam nya. Gambar 4.14 Jalur yang lewat menembus ruang Sumber : Francis D.K. Ching, 1996 Susunan ruang dengan tingkat privat yang cukup tinggi dan hanya memungkinkan satu pengguna memiliki susunan sirkulasi yang berhenti didalam ruang. Dalam hal ini ruang yang masuk dalam kategori back office termasuk didalam nya. Perletakan ruangan cenderung pada sudut terluar bangunan dan menjauhi sirkulasi utama bangunan. Gambar 4.15 Jalur yang berhenti didalam ruang Sumber : Francis D.K. Ching, Konsep Komponen Wayfinding Identitas Ruang Untuk membentuk identitas ruang yang kuat, maka konsep karakter ruang salah satu nya dibentuk dari. Identitas pada setiap ruang dibentuk dari serangkaian macam komponen konsep sehingga menjadi satu kesatuan identitas. Komponen konsep tersebut tidak keluar dari pendekatan taktilitas, dimana konsep mempertimbangkan dampak atau efek yang ingin ditimbulkan pada pengguna melalui sistem sensor indra. 122

11 Tabel 4.1 Konsep Penyelesaian Taktilitas Berdasarkan ruang Jenis Ruang & Konsep Penyelesaian Taktilitas Perfoma Taktil System Visual System Haptic System Smell Taste Basic Auditory System Orienting System - Seamless Blok - Area Buffer Efek Vision kebisingan udara kotor Leveling - Landscape dari luar. melalui pada Atraktif desain Entrance - Karakter landscape massa entrance - Elemen Pengarah - Tactile path Kontrol aliran Atrium repetisi kebisingan sebagai udara pengarah dari arah pengarah sirkulasi Platfom sirkulasi dan secara visual pembagi area - (Bayangan sirkulasi semu dan Detil - Ruang Lapang arsitektur) - Seamless Vision - Kesan Luas - Elevasi Visual Pengaraha - Tactile path Kontrol aliran Atrium - Seamless kebisingan - Ruang udara Vision dari arah sirkulasi luas Platfom 123

12 - Bentuk kanopi Sumber - Tactile path Kontrol aliran Atrium sebagai visual Kebisingan sebagai pembagi udara landmark serta blok waiting area, - Kesan Luas suara arus sirkulasi, berlebih maupun alat bantu difabel Penurunan Cross Atrium derajat visual Ventilation dari sirkulasi sebagai utama penekanan bangunan kenyamanan ruang Identitas Strategi Atrium Furniture hubungan sebagai dengan jalur pembentuk sirkulasi hirarki visual - Elemen Blok suara - Tactile path yang Atrium Repetisi berlebih dari membagi - Atraksi Visual beberapa titik kawasan komersil potensi dan sirkulasi keramaian utama. - Logo & warna Cross Atrium karakter Ventilation gender sebagai penekanan kenyamanan ruang Penjabaran mengenai konsep identitas setiap ruang adalah sebagai berikut: 124

13 a. Entrance Pada konsep identitas visual entrance ditekankan pada pemunculan identitas sebagai welcoming gate stasiun MRT. Untuk memunculkan kesan tersebut, maka konsep yang terapkan berupa penekanan karakter massa dan lanskap entrance. Kedua elemen tersebut menjadi elemen penarik perhatian agar mudah ditemukan. Konsep visual lainnya adalah seamless visual. Penerapan desain entrance setidaknya dapat memberikan pandangan kedalam bangunan sehingga pengenalan arah sirkulasi dalam bangunan lebih dini dapat dilakukan. Semakin dini pengenalan arah sirkulasi maka semakin jelas arah tujuan yang dituju yang mengakibatkan meningkatnya efisiensi pergerakan. Penyelesaian karakter auditori pada entrance adalah bagaimana menghadirkan uplifting experience pada bangunan. Blok kebisingan dari arah luar bangunan dengan adanya lanskap menjadi batas yang jelas pengalaman ruang yang berbeda ketika memasuki entrance. Selain berguna sebagai buffer kebisingan, konsep lanskap juga dapat mendukung penurunan kadar udara kotor pada entrance. Lokasi entrance merupakan lokasi yang paling dekat dengan akses jalan raya sehingga kadar polusi disekitar memiliki keadaan yang paling buruk diantara seluruh ruang. Khusus pada entrance pertama yang berhubungan langsung dengan jalan raya, penerapan konsep bentuk yang menunjukan orientasi elevasi sebagai penyelesaian terhadap basic orienting system. Kesan tarikan gravitasi akibat ketinggian didapatkan ketika semakin tinggi dari permukaan tanah dan sadar akan ketinggian tersebut. 125

14 Gambar 4.16 Elemen pembentuk karakter ruang Entrance b. Concourse Pada area concourse identitas dibentuk agar menonjolkan ruang yang memiliki karakter dominan sebagai sirkulasi utama bangunan. Kesan sirkulasi ditonjolkan dengan melakukan modifikasi elemen perulangan bentuk (Repetition of locomotor pattern). Karena terdapat dominasi sensor visual dalam pembentukan karakter ruang, maka perlakuan terhadap bayangan cahaya menjadi elemen penting. Repetisi yang dihasilkan dari bayangan sinar matahari maupun cahaya selain menjadi elemen estetis, juga menjawab konsep wayfinding sehingga permainan cahaya dan bayangan menjadi salah satu penentu pergerakan sirkulasi dalam concourse. Gambar 4.17 Arah sirkulasi yang dituntun melalui repetisi detil arsitektur dan bayangan 126

15 Selain menggunakan cahaya, pembentukan karakter melalui haptic system dibentuk melalui hadirnya tactile path. Tactile path memiliki permukaan lantai yang timbul dan pola tertentu. Desain tactile path menyesuaikan arah pergerakan sirkulasi dan membagi arah sirkulasi sehingga terdapat pembagi arah secara semu. Gambar 4.18 Arah sirkulasi yang dituntun dengan tactile path Karakter ruang concourse selain menonjolkan sirkulasi juga memiliki karakter ruang yang luas. Ruang yang luas, baik dengan penyelesaian ruang dengan skala besar maupun hanya berupa kesan bertujuan untuk mengurangi tekanan psikologis pengguna apabila pada terjadi ledakan jumlah sirkulasi pada waktu tertentu. Tekanan psikologis berupa stress atau berupa gejala lelah dapat berakibat pada berkurang nya respon sistem sensorik seseorang. Gambar 4.19 Kesan luas concourse 127

16 c. Fare C. Collector Identitas ruang Fare C. Collector merupakan entrance kedua yang terletak didalam bangunan. Konsep ruang ini adalah menciptakan bagaimana titik letak nya dapat diketahui ketika jauh sebelum ruang tersebut dijangkau. Dengan kata lain, semakin mudah untuk ditemukan lokasi nya dari titik yang menjauhi nya, semakin baik perfoma identitas ruang nya. Gambar 4.20 Konsep visual fare fare c. collector Konsep atrium pada pusat massa bangunan dimanfaatkan sebagai titik lokasi fare collector dibawah nya sehingga hirarki secara visual dapat tercapai. Ketika kepadatan berbagai fungsi ruang yang ada pada concourse cukup padat, maka perletakan titik lokasi fare collector dapat diletakan pada level yang berbeda. Letak tersebut juga memberikan orientasi sirkulasi vertikal yang memberikan penegasan titik selanjutnya dilalui. Untuk meningkatkan hirarki ruang, konsep area terang dan bayangan diterapkan. Area concourse menjadi area dengan tingkat bayangan yang lebih banyak dibandingkan entrance dan fare collector. Hal tersebut secara visual membentuk area kontras dengan area terang sebagai hirarki yang lebih tinggi dari area bayangan. 128

17 Gambar 4.21 Hirarki identitas fare c. collector Pada penyelesaian identitas auditori ruang fare collector lebih dititikberatkan pada bagaimana sumber kebisingan (dalam kasus stasiun MRT, sumber kebisingan utama merupakan suara kereta) dapat diteruskan dari platform menuju ruang yang menjadi sirkulasi utama bangunan. Kebisingan tersebut menjadi orientasi terutama pada pengguna yang datang dari entrance. Penjagaan tingkat kebisingan tetap terjaga. Penyelesaian apabila terjadi kebisingan yang berlebih dapat menggunakan barrier pemecah suara pada titik yang diharapkan untuk pengurangan kebisingan. 129

18 Gambar 4.22 Karakter auditori fare collector d. Platform Dengan luasan ruang paling luas, platform menjadi titik akhir dan awal sirkulasi pengguna. Seperti hal nya dengan ruang concourse, dominasi kegiatan sirkulasi pada ruang ini memiliki potensi penumpukan pengguna. Kesan luas didapatkan dengan permainan skala ruang atau pemberian keleluasaan arah visual. Selain elemen visual, kontrol terhadap udara dan suara membentuk karakter ruang ini. Kontrol udara yang baik seperti hal nya pada ruang concourse menjamin kenyamanan ruang dan mengurangi tingkat tekanan psikologis pengguna. Platform merupakan sumber kebisingan utama dalam bangunan karena suara yang datang dari kereta serta kegiatan yang memadat pada peron platform. Karena kawasan blok M memiliki tingkat kepadatan yang tinggi, maka kebisingan keluar bangunan dalam hal ini dikontrol agar tidak berlebih. Kebisingan pada kereta menjadi salah satu pembentuk identitas keseluruhan stasiun. Untuk mencapai hal tersebut bentuk kanopi platform menjadi hal yang sangat penting. Identitas keseluruhan ruang platform banyak dipengaruhi oleh penyelesaian bentuk kanopi, mulai dari bagaimana skala ruang yang dibentuk, batasan ruang, serta penyelesaian udara dan kebisingan diselesaiakan oleh bentukan kanopi. Dengan kata lain penyelesaian sistem sensorik visual, auditory, dan smelltaste bergantung pada desain kanopi. 130

19 Gambar 4.23 Kanopi Platform sebagai pembentuk identitas ruang Selain kanopi, elemen path dapat memberikan identitas terhadap platform. Pada path, sistem sensorik yang dapat diterapkan adalah haptic system. Path merupakan elemen yang dapat bersentuhan langsung dengan tubuh pengguna. Seperti pada concourse, aplikasi desain menggunakan tactile path pada area sirkulasi sebagai guide line arah sirkulasi. Selain itu fungsi dari tactile path adalah menjadi batas semu waiting area dan sirkulasi. Hal tersebut agar arus sirkulasi dan waiting area tidak bertabrakan yang mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi. Gambar 4.24 Konsep path pada platform 131

20 e. Staff Room Karena bukan merupakan ruang yang dilalui oleh jalur sirkulasi utama didalam bangunan, hirarki ruang staff tidak semenonjol ruang concourse maupun fare c. collector. Hal tersebut bertujuan agar menjaga sifat privat ruangan dimana hanya pengelola yang diizinkan masuk. Karakter yang diharapkan pada ruang staff didominasi oleh sensor smell-taste system. Ciri khas ruang staff, dimana tempat pengguna dengan jenis pengelola bekerja tidak seperti pada jenis traveller yang hanya mengunjungi ruang pada jam jam tertentu. Cross vent diterapkan pada ruangan sehingga dapat mengurangi kadar karbon dioksida didalam ruang. Selain itu dengan menghadirkan tanaman berguna untuk mengurangi kadar polusi yang berasal dari udara luar kawasan Blok M. Gambar 4.25 Identitas ruang staff f. Waiting Room Karakter waiting room berdasarkan perfoma taktil didominasi oleh pencitraan sistem visual dan smell-taste system. Selain itu karakter khusus yang dimiliki oleh ruang ini adalah integrasi dengan beberapa ruang sehingga nampak menyatu didalamnya. Identitas waiting room dapat dicapai melalui adanya furnitur publik pada suatu ruang. Furnitur publik dapat berupa kursi-kursi yang disusun dengan pola tertentu. Untuk memperjelas hirarki ruang, penggunaan elemen lainnya dapat digunakan seperti penempatan signage. Elemen pendukung identitas ruang ditentukanberdasarkan letak zonasi serta elemen yang membentuk hirarki visual nya. Letak zonasi secara visual 132

21 mudah ditemui dengan didekatkan dengan jalur sirkulasi utama pada suatu ruang. Perletakan ruang setidaknya dapat diperhitungkan apabila sirkulasi terjadi peningkatan jumlah pengguna. Perletakan waiting room ditentukan agar tetap mudah ditemukan. Perletakan waiting room sebaiknya tidak ditempatkan dimana pada saat peningkatan jumlah pengguna menurunkan akses visual. Pendekatan smell-taste system memiliki prinsip yang sama dengan platform maupun concourse, dimana unsur kenyamanan menjadi penentu perfoma wayfinding. Secara perletakan waiting room berprinsip pada pemberian akses udara. Gambar 4.26 Identitas waiting room g. Area Komersil Area komersil memiliki identitas karakter ruang yang dibentuk oleh sistem sensorik visual. Penghadiran karakter tersebut diselesaikan dengan penghadiran konsep atraksi visual. Atraksi visual tersebut dapat berupa susunan elemen seni rupa dalam format etalase. Untuk menjaga agar area komersil tidak melebihi hirarki entrance dan fare c collector, pola pada setiap ruang kios sewaan diatur dengan 133

22 elemen repetisi yang konstan. Bentuk ruang maupun elemen lainnya didesain agar tidak mengganggu arah pandang pada sirkulasi utama bangunan. Gambar 4.27 Karakter visual area komersil h. Toilet Identitas toilet secara visual mudah dikenali dengan adanya dua ruangan yang dibedakan berdasarkan fungsinya terhadap jenis kelamin. Pembedaan ruang tersebut ditandai dengan elemen tertentu yang saling berbeda. Konsep identitas ruang tersebut secara visual dapat diselesaikan dengan pembedaan logo dan warna yang berbeda. Ketentuan warna dapat menggunakan ketentuan warna kontras menurut Kenneth (2004) atau warna lainnya yang dapat menggambarkan karakter jenis kelamin tertentu. Identitas karakter taktil pada toilet selain elemen visual yaitu smell-taste system. Toilet terutama pada bangunan publik perlu mendapat perhatian kenyamanan udara sekitar. Sama seperti pada kasus identitas ruang lainnya, menjadikan ruang toilet yang secara nyaman sebaiknya mendapat pengudaraan yang baik. Salah satu penyelesaian nya dapat dengan penerapan cross ventilation pada ruangan. 134

23 4.4.2 Konsep Signage Gambar 4.28 Identitas ruang toilet Konsep yang diterapkan pada desain dan perletakan signage berdasarkan beberapa aturan tertentu. Titik perletakan signage berdasarkan titik decision point yang ada. Penempatan konsentrasi signage pada beberapa titik tersebut bertujuan mengurangi perletakan signage yang berlebih. Signage yang berlebih selain membuat kompleks pesan yang diterima juga mengurangi kualitas arsitektur. Gambar 4.29 List Signage pada Decision Point 135

24 Desain signage menerapkan konsep taktilitas, yaitu tidak hanya merangsang sensor visual semata, namun juga mengakomodir sensor lainnya untuk bekerja. Hal tersebut salah satu nya bertujuan untuk mengakomodir pengguna dengan kemampuan khusus. Pada signage dengan jarak yang masih bisa dicapai oleh tangan / indra peraba, penerapan tactile element yaitu dengan menerapkan pesan timbul. Penerapan bahasa braille dapat diterapkan selama pengguna dengan kemampuan visual dapat diakomodir. Gambar 4.30 Contoh penerapan elemen taktil pada signage map rute destinasi Sumber : Designforalleurope.com (diakses pada 05/05/2015) Pada signage untuk mengarahkan atau memiliki satu pesan tertentu, bentuk logo lebih diutamakan dan mendapat penekanan khusus walaupun tidak terlepas dalam format tulisan. Signage dengan bentuk logo dapat mempercepat proses penalaran dibandingkan dalam bentuk tulisan. Bentuk logo tidak terlepas dari standard bentuk yang diterapkan pada umum nya. Hal tersebut bertujuan agar pengenalan bentuk logo tidak menghambat pesan yang ditangkap. 136

25 Gambar 4.31 Standar desain logo pada setiap pesan signage Sumber : interiortech.com (diakses pada 05/05/2015) Kombinasi warna pada signage setidaknya mengikuti standar warna kontras yang dianjurkan oleh Kenneth (2004). Selain itu perletakan signage tidak menutupi dan merusak konsep arsitektur yang ada. Dengan kombinasi dan perletakan yang baik dapat membentuk interior stasiun yang menarik. Gambar 4.32 Kombinasi warna dan Perletakan signage pada interior stasiun Sumber : wikimapia.com (diakses pada 05/05/2015) 137

26 4.5 Transformasi Massa Bangunan Transformasi bentuk massa bangunan dibentuk berdasarkan pertimbangan perilaku wayfinding serta identitas fungsi bangunan. Pertimbangan tersebut pada akhir nya menjadi citra arsitektur yang diharapkan. Dalam membentuk citra estetika arsitektur, konsep yang digunakan adalah menggunakan elemen reptisi pada massa bangunan. Elemen repetisi selain banyak diterapkan pada bangunan stasiun kontemporer pada umumnya, juga membentuk pengalaman berulang dalam melewati rute tertentu (Repetition of locomotor pattern). Setelah adanya repetisi, penghadiran kesan titik akhir semu diselesaikan dengan adanya pembedaan bentuk pada pusat massa. Titik akhir semu tersebut bertujuan untuk menunjukan hirarki arah sirkulasi yang cenderung pada satu titik. Elemen tersebut dibentuk dengan berprinsip pada bagaimana arah orientasi sirkulasi bangunan dibentuk. Dengan kata lain citra landmark yang terbentuk dapat merepresentasikan sebuah perpindahan gerak (motion) pada bangunan. Gambar 4.33 Elemen Repetisi dan Dominasi Arsitektur Gambar 4.34 Flow Massa bangunan yang berorientasi pada arah sirkulasi 138

27 4.5.1 Konsep Visual Site Konsep visual pada site ditentukan dari flow bangunan massa di sekitar nya. Untuk menonjolkan visual landmark, maka pergerakan flow yang diharapkan adalah bentuk yang curam dan kontras dari bangunan sekitar nya namun tanpa mengurangi kenyamanan pandangan visual kota. Untuk mendapatkan konsep visual yang diinginkan maka diterapkan studi flow ketinggian massa bangunan dengan sekitar. Semakin curam perbedaan ketinggian semakin tinggi derajat visual yang didapatkan. Gambar 4.35 Studi flow massa bangunan terhadap sekitar Atrium Atrium pada bangunan menciptakan ruang terbuka pada bagian dalam sehingga memberikan jalan atau akses bagi masuknya cahaya alami. Dengan ada nya ruang pada bagian dalam bangunan, ruang-ruang yang lain akan memiliki akses terhadap cahaya matahari melalui sisi luar dan dalam. Kesan orientasi bangunan yang ke atas menciptakan rangsangan terhadap basic orienting system. Hal tersebut dimunculkan dengan kesan ketinggian yang diakibatkan oleh gaya gravitasi apabila berada pada ketinggian tertentu dari permukaan tanah. 139

28 Gambar 4.36 Konsep atrium pada pusat bangunan 4.6 Konsep Intermoda Konsep intermoda bertujuan untuk mengoptimalisasi jaringan angkutan umum yang berada di sekitar kawasan serta mengintegrasikan nya dalam satu tatanan yang berkesinambungan. Konsep terdiri dari Penetapan lokasi titik intermoda dan strategi taktilitas yang mendukung terciptanya wayfinding, terutama pada masalah gap antara moda lainnya dengan stasiun MRT. Penentuan titik aktivitas intermoda ditentukan berdasarkan perletakan titik entrance yang sudah ada. Dengan kata lain secara zonasi akan terintegrasi dengan pintu entrance. Hal tersebut bertujuan untuk memperpendek perjalanan dan membuat perjalanan lebih efisien karena semua kegiatan diletakan pada satu titik yang saling berdekatan. Pemadatan aktivitas yang didukung oleh nodes eksisting mempermudah penemuan wayfinding pada kawasan sehingga baik secara visual dan auditori menciptakan perbedaan dengan lingkungan sekitar. Detail arsitektur serta street furniture yang mengarahkan pada titik penting secara sentuhan menjadi pengarah didalam area intermoda. Titik intermoda yang terletak dekat dengan Taman Martha C. Tiahahu menjadi titik yang paling penting dalam perpindahan moda dikarenakan menjadi penghubung antara stasiun MRT dengan Terminal Blok M. Konsep ditawarkan adalah menciptakan jalur interchange hub. Konsep tersebut dimulai dengan menjawab permasalahan yang akan terjadi apabila titik tersebut dijadikan titik intermoda seperti kurang nya sense of place jalur dan secara visual tidak begitu menonjol. Selain itu dengan menjadikan akses seluruh perpindahan moda pada susunanan linear memudahkan penemuan moda transportasi yang diharapkan. 140

29 Gambar 4.37 Skema program Interchange hub Fasilitas intermoda pada titik berupa drop off halte feeder bus (pada jalan ini kendaraan umum yang melewati adalah bus Bianglala AC76) pada zona yang bersebelahan langsung dengan Jalan Panglima Polim dan drop off untuk kendaraan tanpa trayek tertentu seperti kendaraan pribadi dan taksi. Pembedaan area drop off tersebut bertujuan untuk menghindari bottleneck effect pada Jalan Panglima Polim. Bottleneck effect yang terjadi adalah kemacetan yang diakibatkan oleh pengurangan volume jalan dikarenakan banyaknya kendaraan yang melakukan drop off sehingga meningkatkan kepadatan pada sisi jalan lainnya. Selain itu jumlah pengguna kendaraan pribadi yang jauh lebih banyak sehingga memerlukan area yang khusus dan terpisah dari jalan besar. Gambar 4.38 Bottle Neck Effect Sumber : dot.gov (diakses pada 24/06/2015) Fasilitas Park and Ride memanfaatkan area yang sudah ada pada Terminal Blok M. Fasilitas yang sebelumnya sudah terintegrasi dengan Mall Blok M Square disatukan agar meningkatkan integrasi moda area tersebut. Pada sisi barat, terdapat fasilitas pangkalan ojek yang diintegrasikan dengan desain. Dengan memerhatikan konteks sisi barat kawasan dan adanya pangkalan ojek yang tumbuh secara organik sebelumnya, maka pengintegrasian desain dirasa tepat agar kawasan lebih tertata 141

30 Gambar 4.39 Zonasi Interchange hub pada kawasan Konsep taktilitas yang diterapkan pada desain Interchange plaza meliputi kelima elemen sensorik untuk meningkatkan wayfinding. Melalui visual system, desain dapat terlihat langsung ketika perpindahan moda terjadi. Masing masing fasilitas perpindahan moda memiliki karakter visual masing masing, baik menggunakan pembedaan warna maupun bentuk. Pada auditory system solusi ditekankan kepada pengurangan kebisingan yang berasal dari Jl. Panglima Polim. Solusi yang ditawarkan adalah melakukan redesain lanskap disekitar desain agar disesuaikan dengan tanaman yang mempunyai kemampuan peredaman suara. Dalam hal ini jenis tumbuhan yang efektif meredam suara ialah yang mempunyai tajuk tebal dengan daun yang rindang, seperti. Kemudian pada haptic system, penggunaan elemen repetisi dan material yang bertekstur pada path dan partisi memiliki orientasi yang mengarahkan pada fasilitas intermoda tertentu. Penyelesaian smell taste system digunakan dalam membantu menciptakan kondisi udara yang baik. Dalam hal ini 142

31 taman yang sudah ada disekitar desain menjadi keuntungan tersendiri untuk desain. Penambahan tanaman dengan keuntungan aroma yang menyenangkan dapat diterapkan pada area terbuka hijau juga untuk meningkatkan kondisi udara. Gambar 4.40 Skema Penerapan Taktilitas pada Interchange Hub Pada Entrance sisi selatan Stasiun MRT mempunyai prinsip yang sama seperti pada Interchange Hub di sisi utara, namun dengan fasilitas yang lebih minim. Halte Feeder bis diletakan sebagai fitur utama dan menjadi satu kesatuan dengan entrance jembatan stasiun untuk mempercepat wayfinding intermoda. Jenis penumpang bis yang dilayani pada sisi ini adalah yang berhubungan langsung dengan Jalan Panglima Polim seperti Bianglala AC76 dan yang melewati perempatan Jalan Melawai seperti Metromini S610, Kopaja S605, dan Kopaja S

32 Gambar 4.41 Skema intermoda pada entrance stasiun sisi selatan Area Drop Off kendaraan non trayek hanya terdapat pada sisi barat. Area yang terpakai meliputi sepanjang tikungan pada pertigaan disekitar taman kota. Seperti pada sisi utara, pemisahan area drop off dari arah Jl. Panglima Polim diterapkan agar tidak menambah beban jalan tersebut. Gambar 4.42 Zonasi intermoda pada entrance stasiun sisi selatan 4.7 Konsep Detail Arsitektur Utama Detil arsitektur setidaknya dapat mendukung tercapai nya konsep karakter yang diharapkan pada setiap sisi bangunan. Pada eksterior bangunan yang mengusung visual landmark, elemen arsitektur yang diterapkan harus menonjolkan bangunan dari sekitar nya 144

33 Selain itu agar kegiatan didalam bangunan nampak dari luar maka diterapkan elemen transparan. Salah satu elemen transparan yang umum digunakan yaitu kaca. Kaca selain dapat menampilkan kegiatan dibalik massa nya juga dapat merefleksikan keadaan sekitar. Dengan memahami kegiatan didalam bangunan, maka setidaknya pengunjung dapat memperkirakan kegiatan apa yang dilakukan sebelum masuk kedalam bangunan. Gambar 4.43 Material yang memungkinkan Seamless Visual Hal tersebut berguna ketika membentuk visual landmark diantara ruang yang sangat padat. Elemen tersebut menonjol namun tidak memberikan kesan sempit pada lingkungan sekitar. Kesan terbuka/welcoming environment juga didapatkan, terlebih Contoh penerapan kaca untuk mengejar visual landmark pada bangunan Cartier Foundation yang dirancang oleh Jean Nouvel. Pencahayaan dalam bangunan ikut mendukung suasana didalam bangunan di malam hari. Pada siang hari, pantulan cahaya dari matahari merefleksikan kegiatan diluar bangunan. Kombinasi dengan elemen struktur baja ikut mendukung 145

34 Gambar 4.44 Penerapan elemen transparan pada Cartier Foundation Sumber : Archdaily.com (diakses pada 05/05/2015) Gambar 4.45 Elemen Semi-transparan pada selubung bangunan Tactile path yang diterapkan pada beberapa ruang stasiun MRT dibentuk dari susunan tactile block. Saat ini kehadiran tactile block sudah menjadi standar baru dalam bangunan publik sebagai pengarah jalan, terutama untuk pengguna dengan kebutuhan khusus / difabel. Tactile block memanfaatkan bentuk yang menonjol dan menciptakan rangsangan terhadap haptic system. Gambar 4.46 Tactile block dan penerapan nya pada lantai Sumber : tsatactile.au (diakses pada 05/05/2015) 146

35 Gambar 4.47 Pesan Braille pada Ramp Sumber : tsatactile.au (diakses pada 05/05/2015) 4.8 Konsep Sistem Struktur Bangunan Terdapat dua alternatif aplikasi penggunaan struktur bangunan. Pemilihan jenis sistem struktur bangunan didasarkan pada kemampuan memfasilitasi konsep sirkulasi maupun karakter yang diharapkan pada bangunan. Beberapa alternatif sistem struktur bangunan tersebut yaitu. 1. Sistem Kolom Balok Dengan sistem ini memiliki beberapa kelebihan seperti : a. Struktur sederhana, aplikasi mudah b. Aplikasi konsep sirkulasi yang mudah. c. Dalam hal pembentukan visual landmark memerlukan elemen arsitektur yang lebih baik Gambar 4.48 Sistem Kolom Balok Sumber : Saragih,

36 2. Rangka Kaku + Core + Braced Dengan sistem ini memiliki beberapa kelebihan seperti : a. Memungkinkan fleksibilitas bentuk untuk mencapai konsep visual landmark yang kuat. b. Minim interfensi area terbangun, terutama pada sisi terluar bangunan c. Alur sirkulasi utama pada bangunan perlu adanya modifikasi sehingga konsep skenario sirkulasi dapat diaplikasi Gambar 4.49 Rangka Kaku + Core + Braced Sumber : Saragih, Konsep Sistem Pengamanan Kebakaran Jalur evakuasi menjadi penting pada stasiun, terlebih pada stasiun MRT yang memiliki lantai banyak. Dengan jenis stasiun center platform, titik jalur evakuasi terbagi pada masing-masing platform. Tangga darurat ditempatkan pada setiap ujung sisi platform serta ditempatkan seefisien mungkin agar dapat menjangkau tiap level dari bangunan stasiun. 148

37 Gambar 4.50 Titik dan Arah Sirkulasi Evakuasi Kebakaran Sumber : Analisis Penulis,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL ABSTRAKSI i ii iii iv v ix xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.1.1 Pentingnya

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Pengertian Umum Konsep Perancangan Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Konsep perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PASAR SENEN 5.1. Ide Awal Ide awal dari stasiun ini adalah Intermoda-Commercial Bridge. Konsep tersebut digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4. 1 Ide awal (conceptual idea) Ide awal dari perancangan stasiun ini muncul dari prinsip-prinsip perancangan yang pada umumnya diterapkan pada desain bangunan-bangunan transportasi.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 368 Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur Fahrani Widya Iswara dan Hari Purnomo Departemen Arsitektur,

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana Kebutuhan sarana dan ruang dari lahan sempit memberikan ide konsep optimalisasi ruang melalui penggunaan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Konsep dasar ini tidak digunakan untuk masing-masing ruang, tetapi hanya pada ruang-ruang tertentu. 1. Memperkenalkan identitas suatu tempat Karena

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Tesis desain ini bertujuan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ruang publik di kota Jakarta, juga sekaligus dapat mendekatkan ruang publik dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat untuk mencapai Gelar Sarjana teknik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Building form Bentuk dasar yang akan digunakan dalam Kostel ini adalah bentuk persegi yang akan dikembangkan lebih lanjut.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan 3.1.1 Rancangan Skematik Kawasan Tapak Dalam rancangan skematik kawasan tapak penulis mencoba menyampaikan bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Ide awal dari desain stasiun ini adalah hub, hal ini disebabkan stasiun ini akan menjadi pusat transit dari moda-moda transportasi yang akan ada di kawasan Dukuh Atas, sehingga

Lebih terperinci

Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur dfe Jb MWmw BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Aksesibilitas A. Pencapaian pengelola 1. Pencapaian langsung dan bersifat linier dari jalan primer ke bangunan. 2. Pencapaian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN 1 BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Site Plan Akses masuk ke site ini melalui jalan utama. Jalan utama tersebut berasal dari arah Cicaheum Bandung. Jalur mobil/ kendaraan di dalam bangunan dibuat satu arah

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik. BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tapak Setelah merangkum hasil dari analisa dan studi tema maka dijadikan acuan untuk mengeluarkan konsep tapak dengan pendekatan ruang publik dengan cara sebagai berikut: a. Memberikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN BAB VI KONSEP RANCANGAN Lingkup perancangan: Batasan yang diambil pada kasus ini berupa perancangan arsitektur komplek Pusat Rehabilitasi Penyandang Cacat Tubuh meliputi fasilitas terapi, rawat inap, fasilitas

Lebih terperinci

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta sebagai Ibu Kota negara Republik Indonesia merupakan pusat dari semua kegiatan pekerjaan untuk sekitar kota Jakarta dan bahkan Indonesia. Pendatang dari

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Bentukan Dasar Bangunan Bentuk massa bangunan terdiri terdiri dari susunan kubus yang diletakan secara acak, bentukan ruang yang kotak menghemat dalam segi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Sport Hall pada dasarnya merupakan sebuah tempat untuk melakukan kegiatan olahraga tertentu dalam ruangan tertutup dimana di dalamnya terdapat sarana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian konsep perancangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dari uraian bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pasar Gembrong Cipinang Besar perlu diremajakan. Hal ini dikarenakan kualitas fisik dan aktivitas

Lebih terperinci

International Fash on Institute di Jakarta

International Fash on Institute di Jakarta BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Konsep Dasar Perancangan Pemikiran Konsep: - Fungsi bangunan - Analisis Tapak - Bentuk bangunan sebagai lambang wujud fashion. PEMIKIRAN KONSEP KONSEP FASHION Fashion: - Busana

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

Transformasi pada objek

Transformasi pada objek PROFIL UKURAN LAHAN KEBUTUHAN RUANG KONSEP PELETAKAN MASSA wadah kegiatan komersil dan kegiatan wisata edukasi untuk meningkatkan apresiasi konsumen terhadap hasil karya produsen. Pemilik : Swasta - APTA

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 RENCANA TAPAK Pencapaian melalui tapak melalui jalan R. E. Martadinata dapat diakses oleh pejalan kaki, kendaraan umum, maupun kendaraan pribadi. Jalan dengan lebar 8 m ini, dapat

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA] 5.1. Konsep Dasar BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar yang akan di terapkan pada bangunan Stasiun Televisi Swasta ini berkaitan dengan topik Ekspresi Bentuk, dan tema Pendekatan ekspresi bentuk pada

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep/Citra Ruang Citra atau image yang digunakan dalam mendukung karakter desain adalah modern natural with batavian etnic, dengan menggunakan bentuk bentuk yang geometris

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Topik dan Tema Proyek Hotel Kapsul ini menggunakan pendekatan sustainable design sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat bagi seluruh kegiatan ekonomi Indonesia. Seluruh pihak-pihak yang berkepentingan di Indonesiamenempatkan kantor utama

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Perletakkan massa bangunan apartemen yang memperhatikan view yang ada, view yang tercipta kearah barat dan utara. Permasalahan yang ada di

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku BAB V KONSEP DASAR 5.1 Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion Park ini mencangkup tiga aspek yaitu: Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku Kriteria dalam behaviour

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan 4.1.1 Urban Texture Untuk Urban Texture, akan dianalisa fungsi bangunan yang ada di sekitar tapak yang terkait dengan tata

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa OUT Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA 45 BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk dari sebuah pendekatan dari arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 6.1 Konsep Dasar Dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan dan perancangan Stasiun MRT Blok M Jakarta ini adalah sebuah bangunan publik

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik 3.1.1 Lokasi Site Gambar 6 Lokasi Site Makro Gambar 7 Lokasi Site Berdampingan Dengan Candi Prambanan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 26 Lokasi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. Konsep Dasar Penyakit merupakan salah satu penyebab stres, jika penyakit itu terus-menerus menempel pada tubuh seseorang, dengan kata lain penyakit itu sulit

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Hasil rancangan pada Perancangan Kompleks Gedung Bisnis Multimedia di Malang ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Lebih terperinci

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik

BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik BAB VI Hasil Perancangan 6.1 Proses Pembentukan Masa dan Tampilan Pembentukan masa merupakan awal proses perancangan secara fisik, dengan melalui berbagai pertimbangan pada proses analisis sebelumnya.

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berdasarkan uraian pada analisa sebelumnya yang didasarkan pada teori dan data, maka langkah selanjutnya adalah menjadikan analisa tersebut ke dalam konsep berupa pernyataan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu: BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 konsep Dasar 5.1.1 Tata Letak Bangunan Gate entrance menuju Fasilitas Wisata Agro terletak di jalan akses masuk wisata Kawah Putih, dengan pertimbangan aksesibilitas jalan

Lebih terperinci

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

Perancangan Convention and Exhibition di Malang BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis didapat berdasarkan pendekatan tentang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis dalam perencanaan sebuah bangunan, yaitu analisis lingkungan, manusia, dan bangunan itu sendiri. Perancangan bangunan

Lebih terperinci

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN

SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN SUDIMARA STATION INTERCHANGE DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR MODERN Oleh : Puti Laras Kinanti Hadita, Indriastjario,Agung Dwiyanto Stasiun Sudimara (SDM) adalah stasiun kereta api kelas III yang terletak

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema BAB VI HASIL RANCANGAN Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang konsep perancangan yang mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema yang terkandung antara lain celebration

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN Hasil yang muncul dari perancangan Kantor Sewa dengan Tata Ruang dan Material dengan tema ECO-Office Design ini memecahkan

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN LRT

BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN LRT BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN LRT 5.1 Urban Street Guideline Dalam Slow Ottawa Urban Design, dapat dijabarkan beberapa prinsip desain Transit-Oriented Development (TOD) yang menjelaskan mengenai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

Bab IV Analisa Perancangan

Bab IV Analisa Perancangan Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan

Lebih terperinci

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Jakarta sebagai Ibukota negara Indonesia sudah sepantasnya sejajar dengan berbagai kota-kota lain di dunia dengan indeks pertumbuhan penduduk dan ekonomi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V. KONSEP DASAR PERANCANGAN Sebuah Universitas pada dasarnya merupakan sebuah wadah pendidikan bagi masyarakat untuk mengemban ilmu,bangunan universitas haruslah di rancang sebaik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Konsep dasar perancangan hotel kapsul ini adalah menciptakan suatu bangunan yang dapat mewadahi hunian sementara/transit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,

BAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal

Lebih terperinci