ROOT CAUSE ANALYSIS PADA KEBAKARAN KMP. NUSA BHAKTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ROOT CAUSE ANALYSIS PADA KEBAKARAN KMP. NUSA BHAKTI"

Transkripsi

1 PRO S ID IN G HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ROOT CAUSE ANALYSIS PADA KEBAKARAN KMP. NUSA BHAKTI M. Rusydi Alwi & Hasnawiya Hasan Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, Telp./Fax: (0411) dd2301@yahoo.com Abstrak Kebakaran merupakan salah satu risiko yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja didalam kegiatan pelayaran kapal laut. Menurut KNKT, jumlah kecelakaan yang terjadi pada tahun sebanyak 548 kasus diantaranya kapal terbakar 90 kasus. Sehingga dalam penelitian ini, diterapkan metode RCA untuk investigasi penyebab kebakaran KMP. Nusa Bhakti. Root Cause Analysis (RCA) merupakan metode yang terstruktur untuk menemukan secara pasti awal kesalahan yang menjadi akar penyebab dari kegagalan sebuah sistem. Diperoleh akar penyebab terbakarnya KMP. Nusa Bhakti adalah percikan api pertama kali timbul dari jaringan kabel listrik ke kamar mesin akibat adanya hubungan arus pendek, dan jaringan kabel yang menggunakan non-marine cable. Selain itu terlambatnya penanganan dan tidak berfungsinya Sistem Pengaman Arus hingga menyebabkan terbakarnya jaringan kabel dan api segera membesar yang kemudian membakar filter bahan bakar dan panel indikator mesin induk. Kata Kunci: kebakaran, root cause analysis, KMP. Nusa Bhakti PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas dilakukan dengan mengandalkan perhubungan melalui laut. Salah satunya adalah aktifitas dalam memindahkan barang atau orang dari satu pulau ke pulau lainnya dan harus melewati laut. Oleh karena itu dibutuhkan industri penyedia jasa seperti pelayaran kapal laut, namun industri penyedia jasa seperti pelayaran kapal laut pun tidak terlepas dari konsekuensi dan risiko yang besar disetiap pekerjaannya. International Maritime Organization (IMO) mengeluarkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi seperti MARPOL, International Safety Management Code (ISM Code), Safety of Life at Sea (SOLAS), Internasional Industry Codes of Practices and Guidelines, dll. ISM Code yang dibukukan dalam konvensi SOLAS chapter IX (6) telah menjadi keharusan sejak 1 Juli 1998 akan mengharuskan 128 negara dan hampir 97% kapal niaga di dunia untuk mengikuti aturan-aturan yang ada didalamnya, termasuk didalamnya adalah kapal penumpang, kapal penumpang cepat, kapal tanker dan pengangkut gas, kapal curah dan kapal-kapal lainnya. ISM Code juga dimaksudkan sebagai standar internasional dalam pengoperasian dan manajemen kapal dengan memberikan aturan-aturan keselamatan dalam pengoperasian kapal serta lingkungan/kondisi kerja yang aman, pengamanan terhadap semua potensi risiko yang teridentifikasi, pengembangan secara berkelanjutan terhadap kemampuan manajemen keselamatan personil di kapal dan di darat. Kebakaran merupakan salah satu risiko yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja didalam kegiatan pelayaran kapal laut, kebakaran kapal pun dapat diklasifikasikan sebagai kecelakaan kapal laut. Kerugian yang ditimbulkan dari risiko ini pun meliputi kerugian finansial yang cukup besar bahkan memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Menurut KNKT, jumlah kecelakaan yang terjadi pada tahun sebanyak 548 kasus yang terdiri atas kapal tenggelam 199; kapal terbakar 90; kapal tubrukan 72; kapal kandas 88; lain-lain 99 kasus dengan jumlah korban meninggal/hilang sebanyak 736 jiwa. Hal ini menggambarkan bahwa dari seluruh jumlah kasus kecelakaan laut, risiko terjadinya kebakaran di kapal laut cukup besar. Oleh karena itu dibutuhkan partisipasi dari sebuah sistem manajemen yang ada di kapal dan dibantu oleh sistem proteksi kebakaran yang ada serta penghuni di kapal tersebut untuk dapat menanggulangi kebakaran di kapal. Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : TP9-1

2 Root Cause Analysis pada M Rusydi Alwi & Hasnawiya Hasan Sampai saat ini Internasional Maritime Organization (IMO) terus berusaha memperbaiki peraturan dan regulasi, didasarkan pada pengalaman dan kecelakaan yang telah terjadi dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti konstruksi kapal, deteksi kebakaran, peralatan keselamatan, prosedur evakuasi, latihan evakuasi dan lain-lain. Salah satu teknik analisa yang biasa digunakan dalam menganalisa kegagalan suatu sistem adalah analisa penyebab utama (Root Cause Analysis). RCA adalah sebuah metode yang terstruktur yang digunakan untuk menemukan akar penyebab dari sebuah masalah. Teknik RCA telah diimplementasikan pada kasus terjadinya overheating mesin utama kapal (Rusydi, 2006) dan pada kerusakan poros mesin utama kapal ikan (Rusydi, 2005). Setiap kegagalan suatu sistem dapat terjadi oleh sejumlah penyebab. Oleh karena itu sangat penting mengetahui akar penyebab dari sebuah masalah yang terjadi. RCA melakukan investigasi dan melaporkan semua penyebab dari masalah yang terjadi sehingga memungkinkan kita untuk mengidentifikasi langkah perbaikan yang mampu mencegah terjadinya masalah yang sama. Sehingga dalam penelitian ini, diterapkan metode RCA untuk investigasi penyebab kebakaran KMP. Nusa Bhakti. Root Cuase Analysis Keandalan didefenisikan sebagai probabilitas dari suatu item untuk dapat melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan, pada kondisi pengoperasian dan lingkungan tertentu untuk periode waktu yang telah ditentukan. Analisa keandalan berhubungan dengan distribusi probabilitas dengan waktu sebagai variabel random. Parameter yang akan diukur misalnya laju kegagalan komponen, lama waktu mereparasi, adalah variabel yang bervariasi secara random terhadap waktu. Data perawatan tentang jam operasi suatu peralatan untuk mengalami perawatan (diasumsikan mengalami kegagalan), kemudian dianalisa untuk mencari bentuk kurva distribusi probabilitasnya. Root Cause Analysis (RCA) merupakan metode yang terstruktur untuk menemukan secara pasti awal kesalahan yang menjadi akar penyebab dari kegagalan sebuah sistem atau peralatan. Tujuan utama RCA adalah meningkatkan keandalan sebuah sistem sehingga akan meningkatkan faktor ketersediaan sistem tersebut. Setiap munculnya penyebab kegagalan diinvestigasi dan dilaporkan adalah agar sedapat mungkin kita dapat mengidentifikasi langkah perbaikan guna mencegah munculnya kejadian yang sama dan lebih jauh dapat melindungi kesehatan dan keselamatan, pekerja dan lingkungan (DOE, 1992). RCA memberikan petunjuk bagaimana mengidentifikasi penyebab kegagalan sebuah sistem hingga berbagai level yang menjadi penyebab kritisnya kondisi sistem. Teknik Root Cause Analysis mengeksploitasi keterkaitan hubungan yang umumnya terjadi antara sistem dan subsistem. Root Cause sering kali digunakan dalam hubungannya analisa sebuah kegagalan dan proses analisa dilakukan setelah terjadi kegagalan (Moubray, 1997). Untuk menyelesaikan sebuah masalah, pertama kali harus dikenali dan dimengerti apa yang menjadi penyebab masalah tersebut. Akar penyebab masalah merupakan penyebab yang paling mendasar terhadap sebuah kondisi yang tidak diinginkan. Jika penyebab sebenarnya tidak diidentifikasi, maka seseorang biasanya hanya menunjukkan gejalanya saja dan masalah tersebut akan terus berlanjut. Oleh karena itu, mengidentifikasi dan memilah akar penyebab dari masalah sangat penting dilakukan. Proses Root Cause Analysis menurut Rooney (2004) terdiri dari 4 langkah utama yaitu : 1. Pengumpulan data 2. Rekonstruksi faktor penyebab 3. Identifikasi akar penyebab 4. Rekomendasi dan impelementasi Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran bertujuan untuk pencegahan atau melindungi kapal dari bahaya kebakaran. Api sebagai sumber kebakaran adalah reaksi kimia eksotermik yang disertai timbulnya panas/kalor, cahaya (nyala), asap dan gas dan bahan yang terbakar. Proses ini dinamakan reaksi pembakaran. Terjadinya api memerlukan 3 (tiga) unsur pembentuk api yaitu: ISBN : Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 TP9-2

3 PRO S ID IN G HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK 1. Bahan bakar, adalah materi/zat yang seluruhnya atau sebagian mengalami perubahan kimia dan fisika bila terbakar. Dapat berbentuk padat, cair atau gas 2. Panas mula, merupakan tingkatan energi bahan untuk terbakar pada suhu bakamya, yakni suhu terendah saat bahan mulai terbakar. Disebut juga sebagai temperatur penyulutan (ignition temperature). 3. Oksigen, adalah unsur kimia pembakar (± 20% di udara). Pada gambar 1 dapat dilihat reaksi rantai yang menunjukkan suatu proses pembakaran secara berkesinambungan. Api yang timbul pada satu bagian bahan bakar akan memanaskan dan menaikkan suhu bakar pada bahan lainnya, sehingga menyebabkan seluruh bahan terbakar, atau mengakibatkan benda-benda disekitarnya turut terbakar. Peralatan Pencegahan Kebakaran: Fire Triangle : Oxygen Heat Fuel / Combustible material Rapidly Chemical Reaction Gambar 1. Reaksi Rantai Pembakaran Fire APAR / Fire Extinguishers Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang mungkin timbul dari daerah tersebut. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia kering, foam/ busa dan CO 2. Hydran Merupakan kotak kran air pemadam yang ditempatkan pada dek terbuka yang dilengkapi dengan selang, kapak, dll. Detektor Asap Peralatan yang memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung. Fire Alarm Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya kebakaran pada suatu tempat. Sprinkler Merupakan instalasi pipa yang akan memancarkan air secara otomatis apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang akan dilakukan meliputi tahapan : Pengumpulan data meliputi data teknis kapal, data operasional kapal, data sistem pencegahan kebakaran dan data pendukung lainnya. Rekonstruksi faktor penyebab. Identifikasi akar penyebab: pada tahapan ini dilakukan identifikasi faktor penyebab kasus yang terjadi dengan menggunakan teknik Root Cause Analysis (RCA) Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : TP9-3

4 Root Cause Analysis pada M Rusydi Alwi & Hasnawiya Hasan Rekomendasi dan impelementasi: langkah selanjutnya adalah memberikan rekomendasi atas hasil analisa yang dilakukan sebagai tindak pencegahan atas terjadinya kembali kasus yang sama HASIL DAN BAHASAN KMP Nusa Bhakti merupakan kapal penyeberangan tipe Ferry Ro-Ro yang melayani rute pelayaran Padang Bai (Bali) Lembar (Lombok). Kapal ini dibangun pada tahun 1983 dengan kapasitas penumpang 300 orang, 20 buah kendaraan roda 4 (empat) dan awak kapal Nahkoda dan 19 ABK. Kapal ini memiliki klass BKI dengan tonase 673 GT dan ukuran panjang (47,45 meter); lebar (14 meter); sarat (3,80 meter). Daya mesin induk sebesar 900 HP dan putaran 800 rpm menggunakan sistem baling-baling ganda (twin fixed pitch propeller). Adapun rencana umum kapal dapat dilihat pada gambar 2. Rekonstruksi Kejadian Tanggal 13 Januari 2007 pada pukul WITA, KMP. Nusa Bhakti sandar di pelabuhan Padang Bai dan langsung menaikan penumpang dan juga mengadakan pemuatan dengan daftar muatan sebagai berikut: Tabel 1. Daftar muatan KMP. Nusa Bhakti disaat kejadian. No. Jenis Kendaraan Jumlah (unit) 1 Truk besar 11 2 Trus sedang 8 3 Kendaraan kecil / pribadi 1 4 Motor 16 Gambar 2. Rencana umum KMP. Nusa Bhakti Sedangkan jumlah penumpang serta pengemudi dan awak truk berjumlah 72 orang. Pukul WITA, Setelah kapal melakukan embarkasi kapal langsung menutup pintu rampa (ramp door) dan kapal langsung bertolak menuju Lembar, Lombok dengan kondisi cuaca yang bagus. Pukul WITA, Juru minyak jaga mencium bahwa ada bau yang sangat menyengat dan Juru minyak segera melakukan pencarian sumber bau tersebut, Juru minyak jaga melihat di dekat Main Swicth Board (MSB) sebelah atas tepatnya di jaringan kabel induk sudah ada asap hitam dan Juru minyak segera memberitahukan kepada Masinis jaga bahwa ada kabel yang terbakar, Masinis jaga memberi perintah agar segera melaporkan ke KKM yang berada di anjungan dan Masinis jaga langsung menuju ke kamar mesin untuk memadamkan api tersebut dengan Dry Chemical namun api makin bertambah besar dan tidak dapat dipadamkan. Melalui komunikasi radio Nakhoda meminjam baju tahan api dari KMP. Rodhita yang berada dekat dengan lokasi KMP Nusa Bhakti, dan KKM memerintahkan kepada Juru minyak jaga yang mengetahui titik api tersebut agar segera turun ke kamar mesin dengan memakai breathing apparatus tetapi karena panasnya suhu dikamar mesin dan tidak efektifnya breathing apparatus maka proses pemadaman tersebut jadi terhambat. ISBN : Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 TP9-4

5 PRO S ID IN G HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Pukul WITA, KKM segera memberikan perintah agar mengambil pompa alkon untuk memadamkan api dengan air ke kamar mesin dan sebagian awak kapal juga menyiram geladak kendaraan karena sudah ada salah satu ban kendaraan meleleh akibat panas dari kamar mesin. Untuk menghindari akibat yang lebih buruk Nakhoda berinisiatif untuk mengkandaskan kapal kepantai desa Bugbug Kabupaten Karangasem dengan menurunkan pintu rampah (ramp door) dalam upaya menurunkan penumpang dan muatan, setelah pintu rampah (ramp door) turun KKM mendengar bunyi benturan dari dari bawah kapal dan KKM berinisiatif masuk ke kamar mesin untuk mematikan mesin induk. Identifikasi Akar Penyebab Identifikasi akar penyebab dilakukan pada daerah Kamar Mesin dan Dek Kendaraan (Cardeck). Hasil identifikasi akar penyebab terjadinya kebakaran pada KMP. Nusa Bhakti diperoleh beberapa hal yang dapat menjadi sumber penyebab kejadian tersebut. Pada kamar mesin ditemukan bahwa: Salah satu dari kabel-kabel sistem perlistikan di kamar mesin yang melintas di bagian atap dekat mesin induk sebelah kanan bukan dari jenis marine use; Blower untuk sirkulasi udara di kamar mesin hanya berfungsi 1 (satu) unit; Sistem alarm alat keselamatan yang digunakan hanya alarm nyala lampu tanpa suara; Sisitem safety device untuk motor induk hanya menggunakan lampu alarm yang seharusnya sistem tersebut dapat mematikan mesin bila terjadi keadaan yang abnormal; Suku cadang yang terdapat di kapal tidak memenuhi persyaratan klasifikasi; Kapal hanya mempunyai satu sistem pemadam kebakaran (hidrant) yang seharusnya minimal mempunyai dua sistem (steam, air, dan CO2); Sistem CO2 tertutup di kamar mesin tidak ada; Pada dek kendaraan ditemukan bahwa: Terdapat generator tambahan (bukan dari jenis marine use) di car deck bagian belakang kiri, termasuk kabel listrik yang digunakan juga bukan bahan dari jenis marine use; Jarak antara kendaraan terlalu rapat, tidak memenuhi persyaratan ketentuan yang berlaku jarak antara kendaraan sesuai standart adalah 60 cm untuk kiri dan kanan, 50 cm untuk depan dan belakang; Kondisi plat dek kendaraan tipis dan terdapat retakan-retakan khususnya di daerah atas kamar mesin (bagian belakang kapal). Juga ditemukan pelat yang sudah berlubang dan di-doubling Terdapat genangan air di buritan (car deck); Kendaraan yang berada di geladak kendaraan hanya menggunakan ganjalan (skeg) yang terbuat dari kayu yang berbentuk segitiga; Tidak menggunakan pelashingan standar, hanya menggunakan tambang plastik kecil; Kurang lengkapnya peralatan keselamatan seperti baju tahan api dan breathing apparatus / pesawat bantu di kapal; Sesuai ketentuan yang berlaku, jenis dan jumlah suku cadang sudah ditetapkan oleh kelas sesuai dengan daerah pelayaran, misalnya untuk pelayaran di lintas ini maka standar yang ditetapkan oleh kelas BKI adalah grade B. Analisa Akar Penyebab (Root Cause Analysis) Dari proses terjadinya kebakaran (segitiga api/fire triangle) maka dapat disusun sebuah diagram pohon kegagalan (fault tree diagram) terjadinya kebakaran di KMP. Nusa Bhakti. Kebakaran dapat terjadi akibat tersedianya tiga unsur segitiga api yakni Oksigen; Bahan Bakar (Flamable Material) dan Panas (Heat Energy) serta dipengaruhi juga oleh faktor Lingkungan. Dari skema segitiga kebakaran sebagian gambar 3 di bawah, kebakaran terjadi karena adanya faktor-faktor: Oxygen Adanya udara/oxsigen di kamar mesin. Flamable material Adanya kabel-kabel listrik dan bahan-bahan yang mudah terbakar antara lain bahan bakar minyak plastik dan lain-lain. Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : TP9-5

6 Root Cause Analysis pada M Rusydi Alwi & Hasnawiya Hasan Heat energy Adanya arus/daya listrik yang cukup besar, tidak terisolasinya dengan baik antara kabel positif dan kabel negatif yang menyebabkan terjadinya percikan api dan panas adapun faktor pendukung adalah suhu ruangan kamar mesin yang relatif lebih panas dari suhu udara luar. Oksigen Bahan Bakar Panas (Heat) Lingkungan Udara di Kamar Mesin Kabel Listrik & BBM Daya Listri k Panas Ruanga n Daya Listri k KMP. Nusa Bhakti diklaskan di BKI dimana dalam BKI Rules, Electrical Instalations Volume IV, Section 20 F dijelaskan tentang ketentuan penggunaan marine cable untuk instalasi listrik diatas kapal. Sehingga seharusnya semua kabel yang digunakan adalah jenis marine cable. Kabel listrik yang non-marine Cable dengan kondisi isolasi yang tidak baik (fatigue), tidak mampu menahan beban arus listrik yang digunakan saat kejadian. Terjadinya arus pendek menyebabkan terbakarnya isolasi kabel sehingga terjadi tetesan api dari kabel yang terbakar kemudian jatuh di atas filter bahan bakar yang di sekelilingnya terdapat kandungan minyak bahan bakar (HSD). Sementara itu suhu di kamar mesin menjadi lebih tinggi dikarenakan sistem ventilasi yang ada tidak berfungsi dengan baik, sehingga menurunkan kualitas atau kemampuan dari isolasi kabel. Rekomendasi Gambar 3. Faul tree terjadinya kebakaran KMP. Nusa Bhakti Berdasarkan temuan faktor penyebab kebakaran KMP. Nusa Bhakti melalui analisa akar penyebab (RCA) maka dihasilkan beberapa rekomendasi yaitu: Pengawasan secara intensif/terus menerus untuk menjamin kelaikan kapal harus dilakukan oleh semua pihak; Penerapan aturan larangan penggunaaan kabel-kabel listrik yang bukan dari marine cable untuk semua instalasi listrik di atas kapal; Disarankan pada kapal roro-car passenger di lengkapi dengan fire and smoke detector, Video surveillance untuk enclosed space dan water sprinkler. Pengawasan terhadap posisi garis muat kapal dan kekedapan pintu rampah sebelum kapal diberangkatkan Peningkatan kemampuan awak kapal dalam fire drill dan abandon ship untuk kondisi real time Adanya panduan pemakaian life jacket dan penyelamatan diri di setiap keberangkatan kapal Ro-Ro; Pengaturan jarak antara kendaraan sesuai ketentuan yang berlaku; Melaksanakan sistem perawatan dan pemeliharaan sesuai ketentuan dan buku petunjuk (manual book). SIMPULAN Beberapa kesimpulan atas penyebab terbakarnya KMP. Nusa Bhakti, antara lain: ISBN : Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 TP9-6

7 PRO S ID IN G HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Berdasarkan analisis bahwa nyala api/percikan api pertama kali timbul dari jaringan kabel listrik ke kamar mesin akibat adanya hubungan arus pendek, dan jaringan kabel yang menggunakan non-marine cable. Terlambatnya penanganan dan tidak berfungsinya Sistem Pengaman Arus (sekering), hingga menyebabkan terbakarnya jaringan kabel dan api segera membesar yang kemudian membakar filter bahan bakar dan panel indikator mesin induk. DAFTAR PUSTAKA DOE-NE-STD , 1992, DOE Guideline: Root Cause Analysis Guidance Document, U.S. Department Of Energy, Washington Maleev,V, L., 1986, Diesel Engine Operation and Maintenance, Mc.Graw Hill. John Moubray, 1997, Reliability-centered Maintenance, 2 nd edition, Industrial Press,Inc. Rooney,J.J, et.al. (2004), Root Analysis for Beginner, Quality Proegres Journal. Rusydi Alwi, 2005, Analisa Akar Penyebab (Root Cause Analysis) Kerusakan Poros Mesin Kapal Ikan Tipe Purse Seine 15 GT, Lembaga Penelitian Unhas, Makasar. Rusydi Alwi, 2006, Analisa Akar Penyebab (Root Cause Analysis) Terjadinya Over Heating Pada Mesin Utama Kapal Motor Penyeberangan, Lembaga Penelitian Unhas Volume 5 : Desember 2011 Group Teknik Perkapalan ISBN : TP9-7

8 Root Cause Analysis pada M Rusydi Alwi & Hasnawiya Hasan ISBN : Group Teknik Perkapalan Volume 5 : Desember 2011 TP9-8

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK disegala kebutuhannya, IPTEK berkembang dengan pesat hampir di seluruh negara. Dari negara maju sampai

Lebih terperinci

LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. NUSA BHAKTI

LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. NUSA BHAKTI KNKT / KL.07.7 / 07.1.22 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. NUSA BHAKTI PANTAI BUG-BUG KARANGASEM, BALI 13 JANUARI 2007 KOMITE NASIONAL

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah perairan dan lautan. Banyak aktifitas yang dilakukan dengan mengandalkan perhubungan melalui

Lebih terperinci

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Tri Octa Kharisma Firdausi 1*, Arief Subekti 2, dan Rona Riantini 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur. BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di kapal penumpang KM Lambelu, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN KAMAR MESIN MACHINERY SPACE / ENGINE ROOM RUANG

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR Mohamad Hakam Prodi : Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.14.09.07.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Kebakaran di FSO. CILACAP/PERMINA SAMUDRA 104 (IMO No. 7378585) Di Sekitar 6 Mil Timur Dari Tanjung Pemancingan Pulau

Lebih terperinci

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum K3 KEBAKARAN Pelatihan AK3 Umum Kebakaran Hotel di Kelapa Gading 7 Agustus 2016 K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN FENOMENA DAN TEORI API SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN FENOMENA & TEORI API Apakah...? Suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kecil menjadi kawan, besar menjadi lawan. Ungkapan yang sering kita dengar tersebut menggambarkan bahwa api mempunyai manfaat yang banyak tetapi juga dapat mendatangkan

Lebih terperinci

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana

DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN. Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana DESAIN AKSES OPTIMUM DAN SISTEM EVAKUASI SAAT KONDISI DARURAT PADA KM. SINAR BINTAN Disusun Oleh: Nuke Maya Ardiana 6508040502 ABSTRAK Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan bisa terjadi

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.02.02.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Kebakaran di KMP. Caitlyn (IMO No. 8602048) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Merak, Banten Republik Indonesia 21 Februari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada era globalisasi sekarang ini, semua negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan bersaing satu sama lain dalam hal teknologi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off Fire Safety Assessment System Design For Roll On Roll Off Ferry Sunaryo 1, a *, Khaerunisa Sabitha 2,b 1 PS Teknik

Lebih terperinci

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR Kapal laut yang berlayar melintasi samudera di berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu yang cukup, bergerak dengan adanya daya dorong pada

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL

PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL PERANCANGAN SISTEM EMERGENCY GENSET PADA KAPAL I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Kondisi Black Out adalah kondisi dimana sumber tenaga penggerak utama, permesinan bantu, dan peralatan lainnya pada kapal

Lebih terperinci

128 Universitas Indonesia

128 Universitas Indonesia BAB 8 PENUTUP 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap audit keselamatan kebakaran di gedung PT. X Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bangunan gedung

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSA DAN PENGUJI KESELAMATAN DAN KEAMANAN KAPAL LAMPIRAN 8 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Kompetensi Marine

Lebih terperinci

Latar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi

Latar Belakang. Luaran yang Diharapkan Metodologi. Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi SKRIPSI ME09 1329 OUTLINE Latar Belakang Tujuan Luaran yang Diharapkan Metodologi Data Kapal 5000 GT Hasil analisa Kesimpulan dan Rekomendasi Kejadian kebakaran pada umumnya disebabkan penanggulangan awal

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan

Lebih terperinci

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya.

BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA. Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. BAB V PENGENALAN ISYARAT BAHAYA Tanda untuk mengingat anak buah kapal tentang adanya suatu keadaan darurat atau bahaya adalah dengan kode bahaya. a. Sesuai peraturan Internasional isyarat-isyarat bahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, di mana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hotel UNY yang beralamat di Jl Karangmalang Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta. Lokasi Hotel UNY dapat dikatakan sangat strategis

Lebih terperinci

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver. STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Investigation Tanggal Kejadian Date of Occurrence Sumber Source Tanggal Dikeluarkan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

Analisa Proses Pembuatan Prototype Produk Praktikum di Laboratorium X

Analisa Proses Pembuatan Prototype Produk Praktikum di Laboratorium X Analisa Proses Pembuatan Prototype Produk Praktikum di Laboratorium X Kulsum Jurusan Teknik Industri, FT, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jalan Jend. Sudirman KM3, Cilegon, 42435, INDONESIA Email: kulsum.ti@gmail.com

Lebih terperinci

PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK

PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL ABSTRAK PENANGANAN PROSEDUR DARURAT PADA KAPAL Prasetya Sigit Santosa Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK Keadaan darurat adalah keadaan dari suatu kejadian kecelakaan tiba-tiba yang memerlukan

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.03.05.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tenggelamnya KM. Sweet Istanbul (IMO No. 9015993) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Tanjung Priok, DKI Jakarta Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API. Regina Tutik Padmaningrum   Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM API Regina Tutik Padmaningrum e-mail: regina_tutikp@uny.ac.id Jurdik Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Alat Pemadam Api adalah semua jenis alat ataupun bahan pemadam

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF

PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF PERANCANGAN SISTEM ASSESSMENT KESELAMATAN KEBAKARAN KAPAL FERRY ROLL ON ROLL OFF Khaerunisa S/1106003996 Mahasiswa S1, Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN

PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN PEMBELAJARAN VIII PEMADAMAN KEBAKARAN A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai penyebab terjadinya kebakaran. 2. Memahami prinsip pemadaman kebakaran. INDIKATOR: Setelah mempelajari modul Pembelajaran

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I

LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I KNKT/KL.08.38/08.4.32 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN PENDAHULUAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I DI SUNGAI MENTAYA HILIR SELATAN KOTA WARINGIN TIMUR,

Lebih terperinci

FINAL REPORT KNKT/KL / LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I

FINAL REPORT KNKT/KL / LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I FINAL REPORT KNKT/KL.2008.38/2008.3.31 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN KAPAL LAUT TERBAKARNYA KMP. DHARMA KENCANA I DI SUNGAI MENTAYA HILIR SELATAN KOTA WARINGIN

Lebih terperinci

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran

Pasal 9 ayat (3),mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran PENANGGULANGAN KEBAKARAN PENDAHULUAN DATA KASUS KEBAKARAN Tahun 1990-1996 Jumlah kejadian : 2033 kasus 80% kasus di tempat kerja 20% kasus bukan di tempat kerja Tahun 1997-2001 Jumlah kejadian : 1121 kasus

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT

BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT BAB II JENIS-JENIS KEADAAN DARURAT Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR....ii ABSTRAK...iii PRAKATA...iv DAFTAR ISI.....vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN.....ix DAFTAR GAMBAR....x DAFTAR

Lebih terperinci

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM

UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 UNJUK KERJA MESIN DIESEL MITSUBISHI 4DR5 SEBAGAI PENGGERAK KAPAL PADA KONDISI TRIM M. Rusydi Alwi, Syerly Klara & M. Amril

Lebih terperinci

INSTALASI PERMESINAN

INSTALASI PERMESINAN INSTALASI PERMESINAN DIKLAT MARINE INSPECTOR TYPE-A TAHUN 2010 OLEH MUHAMAD SYAIFUL DITKAPEL DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT KEMENTRIAN PERHUBUNGAN INSTALASI LISTRIK PELAYANAN LISTRIK HARUS MAMPU

Lebih terperinci

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL DAFTAR (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup D Pemukiman (Cipta Karya) 2. Keselamatan & Kenyamanan Metoda Uji 1. Metode Pengujian Jalar

Lebih terperinci

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2016 KEMENHUB. Kendaraan diatas Kapal. Pengangkutan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 115 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGANGKUTAN

Lebih terperinci

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU

WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU Jurnal Wave, UPT. BPPH BPPT Vol. XX,No. XX, 20XX WAKTU EVAKUASI MAKSIMUM PENUMPANG PADA KAPAL PENYEBERANGAN ANTAR PULAU Daeng Paroka 1, Muh. Zulkifli 1, Syamsul Asri 1 1 Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

ESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System

ESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM ESSER Fire Alarm System PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA FIRE ALARM SYSTEM Apa? Seperangkat peralatan yang terdiri dari detector, unit kontrol dan

Lebih terperinci

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION STANDAR APAR MENURUT NFPA 10/ No. Per 04/Men/1980 Terdapat APAR yang sesuai dengan jenis kebakaran Tedapat label penempatan APAR Penempatan APAR mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah digunakan pada saat

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT

BAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT BAB VI TINDAKAN DALAM KEADAAN DARURAT a. Sijil bahaya atau darurat. Dalam keadaan darurat atau bahaya setiap awak kapal wajib bertindak sesuai ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat senantiasa

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNOLOGI DAN REKAYASA : PELAYARAN : 1. NAUTIKA KAPAL PENANGKAP

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG NAMA KAPAL : PEMILIK / OPERATOR : AGENT :

Lebih terperinci

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau.

SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari. ketentuan. b = 5 % L atau. BAB III SEKAT KEDAP AIR HALUAN MIRING KAPAL PENUMPANG : 5 % L + 3.05 M KAPAL BARANG : b = Jarak terkecil dari ketentuan b = 5 % L atau b = 10 meter b = 8 % L ( Seijin Pemerintah ) SEKAT KEDAP AIR BULLBOUS

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN

KUISIONER PENELITIAN KUISIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM PROTEKSI AKTIF TERHADAP KEBAKARAN DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA DALAM MENCEGAH KEBAKARAN DIBAGIAN PRODUKSI PT. PARAMOUNT BED TBK Salam Sejahtera, Dalam rangka

Lebih terperinci

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI

4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran SUBSTANSI MATERI 4. Pencegahan Dan Perlindungan Kebakaran Modul Diklat Basic PKP-PK 4.1 Penjelasan bahaya kebakaran (Fire Hazard) 4.1.1 Fire Hazard Timbulnya fire hazard disebabkan adanya 3 unsur yaitu : a. Material yang

Lebih terperinci

PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523

PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523 PT. PELANGI NIAGA MITRA INTERNASIONAL EMERGENCY RESPONSE TEAM AHT. PELANGI ESCORT - YD. 4523 NO PERAN KEBAKARAN MENINGGALKAN KAPAL ORANG JATUH KELAUT Lima Kali panjang Tujuh Kali Pendek dan Satu Kali Panjang

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN 4.1 Uraian Sistem Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan titik lokasinya (letak detector) untuk detektor analog, sedangkan detektor jenis

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

5 HASIL 5.1 Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta 5 HASIL Secara umum PPS Nizam Zachman mempunyai manajemen penanggulangan kebakaran yang baik. Organisasi unit penanggulangan kebakaran yang terdapat di lingkungan PPS Nizam Zachman ada 2 (dua), yaitu TB.Mina

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA Menimbang : DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA 1. Bahwa penanggulangan kebakaran

Lebih terperinci

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI FINAL KNKT-12-05-05-01 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MOBIL BUS PO YANTI GROUP BA-3653-L TERBAKAR DI NAGARI HULU AIA

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEGERA. Nomor : KNKT/ 001/7/XII/REK.KJ/13

REKOMENDASI SEGERA. Nomor : KNKT/ 001/7/XII/REK.KJ/13 REKOMENDASI SEGERA Nomor : KNKT/ 001/7/XII/REK.KJ/13 KECELAKAAN ANTARA KA KRL 1131 JURUSAN SERPONG TANAH ABANG DAN MOBIL SEMI TRAILER TANKI B-9265-SEH BERMUATAN 24.000 LITER BAHAN BAKAR MINYAK PREMIUM

Lebih terperinci

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut

FINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut FINAL KNKT-08-11-05-03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Laporan Investigasi Kecelakaan Laut Terbaliknya Perahu Motor Koli-Koli Perairan Teluk Kupang NTT 09 Nopember 2008 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN

Lebih terperinci

Reg. II/54.3/19.4 of SOLAS 1974

Reg. II/54.3/19.4 of SOLAS 1974 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN MINISTRY OF TRANSPORTATION DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIRECTORATE GENERAL OF SEA TRANSPORTATION LAPORAN PEMERIKSAAN KELAYAKAN KAPAL UNTUK PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN OBJEK VITAL DAN FASILITAS PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang

Lebih terperinci

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE Baharuddin, Eko Haryono & Muh. Yusuf

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beberapa penelitian yang terkait dengan kebakaran gedung diantaranya. Pertama penelitian oleh Erna Kurniawati pada tahun 2012 yang berjudul Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran pada

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran merupakan suatu bencana/musibah yang akibatkan oleh api dan dapat terja mana saja dan kapan saja. Kebakaran yang akibatkan oleh ledakan atau ledakan yang akibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini, hampir semua alat-alat keperluan sehari-hari tidak terlepas dari catuan listrik, dari mulai

Lebih terperinci

PROBABILITAS KECELAKAAN KAPAL TENGGELAM DI WILAYAH SELAT MAKASSAR

PROBABILITAS KECELAKAAN KAPAL TENGGELAM DI WILAYAH SELAT MAKASSAR Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 PROBABILITAS KECELAKAAN KAPAL TENGGELAM DI WILAYAH SELAT MAKASSAR Haryanti Rivai Dosen Program Studi Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

Investigasi Kecelakaan Kapal Laut. Terbakarnya KMP. Laut Teduh-2

Investigasi Kecelakaan Kapal Laut. Terbakarnya KMP. Laut Teduh-2 LAPORAN FINAL KNKT-11-01-01-03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Kecelakaan Kapal Laut Terbakarnya KMP. Laut Teduh-2 Di Perairan Sekitar Pulau Tempurung Selat Sunda, Banten 28 Januari

Lebih terperinci

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5448 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 156) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Tenggelamnya KMP. Munawar Ferry Perairan Selat Alas, 4 Nmil Timur Pelabuhan Kayangan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat

Tenggelamnya KMP. Munawar Ferry Perairan Selat Alas, 4 Nmil Timur Pelabuhan Kayangan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat LAPORAN FINAL KNKT 14 01 01 03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN Tenggelamnya KMP. Munawar Ferry Perairan Selat Alas, 4 Nmil Timur Pelabuhan Kayangan Lombok Timur,

Lebih terperinci

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG UNTUK TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan

BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT 2. 1. Pendahuluan Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen, sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

KEADAAN DARURAT Keadaan darurat: lain dari keadaan normal

KEADAAN DARURAT Keadaan darurat: lain dari keadaan normal KESELAMATAN DI LAUT PENDAHULUAN Keselamatan di laut sudah lama diamanahkan oleh International Convention of SOLAS (Safety of Life at Sea); Bagi dunia perikanan tangkap khususnya di negaranegara berkembang

Lebih terperinci

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 Bagian PROTEK.KEB 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 2 Phenomena kebakaran 5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 3 Lapis I Pet. Peran Kebakaran Lapis II Fire Men FIRE

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

PT. FORTUNA STARS DIAGRAM ALIR KEADAAN DARURAT BAHAYA KEBAKARAN DI KANTOR PUSAT

PT. FORTUNA STARS DIAGRAM ALIR KEADAAN DARURAT BAHAYA KEBAKARAN DI KANTOR PUSAT BAHAYA KEBAKARAN DI KANTOR PUSAT Lampiran 1 KEBAKARAN Besar Floor Warden/Safety Officer/ personil setempat segera memadamkan api dengan fire extinguisher Floor warden/personil setempat segera memberitahukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

No. : Juni 2016

No. : Juni 2016 Informasi Teknik No. : 062-2016 27 Juni 2016 Kepada Perihal : Semua pengguna jasa BKI : Update Regulasi IMO Ringkasan Tujuan dari Informasi Teknik ini adalah untuk menginformasikan kepada pelanggan BKI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 95, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung ICS 13.220.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi i Daftar

Lebih terperinci

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA

FINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.18.01.01.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Terbaliknya Anugrah Express (GT 6 No. 028 KLU-3) Di Perairan Sungai Kayan, Kalimantan Utara Republik Indonesia 01 Januari

Lebih terperinci

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN

RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE DALAM PERAWATAN F.O. SERVICE PUMP SISTEM BAHAN BAKAR KAPAL IKAN M. Rusydi Alwi Dosen

Lebih terperinci

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a perlu diatur lebih lanjut mengenai perkapalan dengan Peraturan Pemerintah; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2002 TENTANG P E R K A P A L A N PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran terdapat

Lebih terperinci

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG YANG MENDAPAT BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH UNTUK TAHUN ANGGARAN 2012 2012, No.612 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100/PMK.011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PERBAIKAN DAN/ATAU PEMELIHARAAN PESAWAT

Lebih terperinci

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1 Materi 6 Oleh : Agus Triyono, M.Kes td&penc. kebakaran/agust.doc 1 TETRA HEDRON KESELAMATAN MENGENALI MENGHINDARI BAHAYA PELATIHAN KESEHATAN FISIK PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH td&penc. kebakaran/agust.doc

Lebih terperinci

SAFETY MANAGEMENT SYSTEM STRUKTUR SMS DOKUMENTASI SMS IMPLEMENTASI SMS MONITORING DAN PENGENDALIAN SMS 1 DEFINISI 1. Sistem Kumpulan elemen atau komponen yg saling berhubungan dan saling tergantung untuk

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA Kecelakaan kerja Frank Bird Jr : kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA

PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA PEDOMAN TEKNIS PENYIMPANAN TABUNG LPG DI PENYALUR DAN PENGGUNAAN LPG UNTUK PENGGUNA Bagian 5 dari 5 Pedoman PEDOMAN

Lebih terperinci

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN 2010 2016 (Database KNKT, 25 November 2016) Oleh: Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran Jakarta, 30 November 2016 DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API Mahaenca Cio Kaban NRP : 9721067 NIRM : 41077011970302 Pembimbing : Sonny Siti Sondari, Ir, MT.

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci