PERAN FILSAFAT ISLAM DALAM DINAMIKA PENDIDIKAN MODERN DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN FILSAFAT ISLAM DALAM DINAMIKA PENDIDIKAN MODERN DI INDONESIA"

Transkripsi

1 PERAN FILSAFAT ISLAM DALAM DINAMIKA PENDIDIKAN MODERN DI INDONESIA Masmuni Mahatma Jurusan Tarbiyah STAIN SAS Bangka Belitung masmunimahatma68@yahoo.com Abstrak: Salah satu kelemahan mendasar dari perguruan tinggi Islam adalah problem dikotomik ilmu-ilmu agama dan umum. Di ranah lain, juga masih lebih terbebani dengan misi keagamaan yang bersifat memihak, subjektif dan romantis, sehingga kadar kritisisme tidak begitu tampak. Dari kondisi tersebut, mesti ada landasan paradigmatik sebagai pijakan filosofis dalam mengembangkan pendidikan tinggi Islam. Karena itu, keberadaan filsafat Islam di perguruan tinggi Islam menjadi sangat penting untuk direaktualisasikan untuk menumbuhkan telaah kritis terhadap teori dan konsep ilmu pengetahuan yang dipandang menyimpang dari pandangan Islam. Di luar itu, bisa juga menawarkan konsep alternatif dalam perspektif Islam dan bagaimana kaum muslimin menyikapi pengetahuan modern secara lebih kritis dan konstruktif. Kata kunci: Filsafat Islam, pendidikan modern, perguruan tinggi Islam Abstract: One of the fundamental weaknesses of the Islamic higher education is the dicotomic between religious sciences and the natural science. In another side, it has a great burden of segregating, subjective and romantic religious missions. Therefore, the critical study does not appear. Due to the condition, a paradigmatic foundation is a must to be the philosophical basis for developing Islamic higher education. Consequently, the existence of Islamic philosophy in the Islamic college is crucially important to be actualized to conduct a critical study on the theories and concepts of science deviated from Islamic perspective. Despite, it could also offer alternative concepts in the perspective of Islam and how Muslims respond to modern knowledge more critically and in constructive manner. Keywords: Islamic philosophy, modern education, Islamic college

2 Pendahuluan Hakikat tujuan pendidikan nasional adalah upaya untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya. Istilah seutuhnya ini memang tampak klise dan masih kental dengan gaya dan logika Orde Baru. Namun demikian, manusia Indonesia seutuhnya yang diidealisasikan tersebut menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai sebuah proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati yang masih terus menjadi dambaan sebagian besar masyarakat. Dan ketika sosok manusia Indonesia seutuhnya masih terus diwujudkan, pada saat yang sama arus globalisasi dan era pasar bebas terus menerpa sedemikian cepat dan keras. 1 Inilah sentuhan modernitas yang layak diapresiasi dengan berbagai sudut pandang maupun kearifan keilmuan (wisdom of knowledge) para akademisi (baca: masyarakat (ber) pendidikan). Arus globalisasi pun tak hanya merambah wilayah sosial budaya dalam arti yang sempit, melainkan telah merasuk dalam nadi pendidikan kita, baik melalui potensinya yang positif maupun dampaknya yang kadang negatif. Untungnya, dewasa ini perkembangan dunia pendidikan di Indonesia mengalami banyak kemajuan dibanding masa-masa sebelumnya. Sebuah pencapaian bermakna pasca runtuhnya rezim Orde Baru yang telah ikut mengerdilkan mentalitas pikir dan keilmuan masyarakat. Memasuki awal abad ke-21 yang dipenuhi berbagai fakta persaingan baik pada tingkat nasional maupun global, maka upaya mendinamisasi berbagai program pendidikan, khususnya pendidikan tinggi Islam, mutlak dilakukan. Salah satu kelemahan mendasar dari perguruan tinggi Islam adalah orientasi keilmuan yang masih terus dicarikan formulasinya dalam upaya memecahkan problem dikotomik antara ilmu-ilmu agama dan umum. Konsekuensi logisnya, muncul kecenderungan pada upaya reintegrasi keilmuan agama dan umum dalam ruangnya yang kadang (tampak) dipaksakan. Di beberapa UIN, IAIN, STAIN, misalnya, sedemikian menjamur program studi (prodi) seperti Psikologi, Kimia, Fisika, dan lain lain. Bisa jadi hal ini bukan masalah yang cukup berarti, namun sebagian kalangan menganggap 1Sudarwam Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

3 bahwa di sinilah krisis integritas keilmuan dan kependidikan Islam itu diperlihatkan. Adanya ketegangan (tension) hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan dalam pemikiran umat Islam ini, sepertinya merupakan fenomena di era modern. Sebab pada masa klasik, setidaknya ketika para filosof Muslim betul-betul memegang kendali peradaban keilmuan, jarang sekali terdengar fenomena demikian. Sejarah mencatat bahwa hubungan agama dan ilmu pada masa kejayaan peradaban umat Islam justru menunjukkan suasana yang dialogis dan harmonis. 2 Pendidikan Islam, sekadar menegaskan kembali, dari sejak dulu sudah bercorak integralistik-ensiklopedik yang dipelopori oleh para ilmuwan dan filosof Muslim seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, atau pun Ibnu Khaldun. 3 Meskipun dalam perkembangan selanjutnya, terjadi pemisahan dikotomik antara keilmuan agama dengan umum hampir di seluruh ruang. Upaya reintegrasi keilmuan tersebut menunjukkan sebuah peluang bagi reaktualisasi peran filsafat Islam. Peluang ini dimungkinkan bukan hanya oleh kekayaan khazanah filsafat Islam yang ada, melainkan juga oleh sifat filsafat Islam yang sejak awal perkembangannya sangat menghargai pengembangan ilmu pengetahuan. Bahkan, lebih dari itu, filsafat Islam memang tidak pernah bertumbuh terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan. Tegasnya, filsafat Islam nyaris tak pernah mengenal pemisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan itu sendiri. 4 Kultivasi ilmu-ilmu terpadu dalam perguruan tinggi Islam jelas bergantung pada sistem pendidikan yang memungkinkan transmisi dan implementasi ilmu pengetahuan di seluruh bentuknya dalam sebuah sikap yang terpadu dan holistik. Sistem pendidikan Islam se- 2Abdurrahman Mas'ud, Pendidikan Islam dalam Era Reformasi dan Globalisasi, Makalah, Semarang: IAIN Walisongo, 1998, hlm. 5. 3M. Amin Abdullah, Etika Tauhidik sebagai Dasar Kesatuan Epistemologi Keilmuan Umum dan Agama (Dari ParadigmaPositivistik-Sekularistik ke Arah Teoantroposentrik-Integralistik, dalam Nanat Fatah Natsir & Hendriyanto Attan (eds.), Strategi Pendidikan: Upaya Memahami Wahyu dan Ilmu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm Haidar Bagir, Reintegrasi Ilmu-Ilmu: Sebuah Demonstrasi, Kata Pengantar dalam buku Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik (Bandung: Arasy Mizan, 2005), hlm. 13. Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember

4 harusnya menekankan pada seluruh ilmu keagamaan sekaligus juga mencakup semua bentuk ilmu pengetahuan dan sains. 5 Pentingnya filsafat Islam dalam upaya memberikan landasan filosofis bagi pengembangan keilmuan di perguruan tinggi Islam tersebut juga terkait dengan berbagai hegemoni paradigma keilmuan Barat yang positivistik-sekularistik, yang masih menjangkiti sebagian besar tradisi keilmuan di pendidikan Islam. Ide-ide dari para ilmuwan Barat yang menyerang berbagai pondasi metafisik secara rasional-filosofis tentunya harus dijawab secara kritis-konstruktif. Namun demikian, pertanyaan besarnya adalah apakah perguruan tinggi Islam (baik UIN, IAIN atau STAIN) selama ini sudah memberikan prioritas yang memadai dalam upaya intensifikasi dan ekstensifikasi kajian filsafat Islam? Sebab kedudukan dan peran filsafat Islam dalam memberikan landasan filosofis bagi pengembangan keilmuan, tidak kalah rasionalnya dibandingkan filsafat Barat. Inilah yang akan menjadi tema pembahasan makalah ini lebih lanjut. Selayang Pandang Filsafat Islam Sebagai sebuah hal yang sifatnya universal, maka kegiatan berfilsafat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari berbagai peradaban umat manusia. Peradaban-peradaban yang pernah ada di dunia hampir dipastikan memiliki filsafatnya masing-masing. Fakta tersebut sekaligus membantah anggapan bahwa yang berfilsafat hanya orang Barat, khususnya Yunani. Maka keberadaan filsafat Islam sebagai sebuah warisan peradaban panjang Islam tentu saja merupakan fakta yang tidak bisa ditolak. Dalam berbagai literatur sejarah filsafat dunia klasik, peran dan kedudukan filsafat Islam seringkali terpinggirkan dan bahkan juga diabaikan. Sebut saja misalnya pendapat dari para sejarawan filsafat seperti Hegel, Coplestone, atau Bertrand Russell, yang tidak terlalu mengapresiasi warisan khazanah filsafat Islam yang begitu kaya. Dalam pandangan mereka, filsafat Islam sebatas menampung dan melestarikan warisan pemikiran Yunani Kuno untuk kemudian meneruskannya kepada orang-orang Barat yang saat itu masih berada di 5Azyumardi Azra, Reintegrasi Ilmu-Ilmu dalam Islam, dalam Natsir dan Attan (eds.), Strategi Pendidikan, hlm Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

5 Zaman Kegelapan (The Dark of Middle Ages). Namun, perkembangan terakhir menunjukkan bahwa para ilmuwan Barat pun sudah mengapresiasi secara lebih baik lagi terhadap berbagai warisan filsafat Islam. Filsafat Islam merupakan produk dari sebuah proses intelektual yang kompleks. 6 Menurut Ahmad Fuad al-ahwany, filsafat Islam adalah suatu pembahasan yang meliputi berbagai soal tentang alam semesta dan manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam. 7 Artinya, secara nilai, filsafat Islam itu menembus berbagai disiplin seperti halnya Islam sebagai agama yang fungsinya merahmati seluruh alam. Meski terdapat perbedaan pendapat tentang nomenklatur yang sesuai apakah filsafat Islam, filsafat Arab, filsafat negara-negara Islam, filsafat dalam dunia Islam atau pun penyebutan yang lainnya, 8 namun penulis lebih cenderung sepakat dengan pendapat Mulyadi Kartanegara 9 yang menggunakan sebutan filsafat Islam (Islamic philosophy). Mulyadi menguatkan setidaknya melalui 3 (tiga) alasan, yaitu: Pertama, ketika filsafat Yunani diperkenalkan ke dunia Islam, Islam telah mengembangkan sistem teologi yang menekankan keesaan Tuhan dan syariah, yang menjadi pedoman bagi siapapun. Begitu dominannya pandangan tauhid dan syariah ini, sehingga tidak ada suatu sistem apapun, termasuk filsafat, dapat diterima kecuali sesuai dengan ajaran pokok Islam (tawhid) dan pandangan syariah yang bersandar pada ajaran tauhid. Oleh karena itu, ketika memperkenalkan filsafat Yunani ke dunia Islam, para filosof Muslim selalu memperhatikan kecocokannya dengan pandangan fundamental Islam. Imbasnya, disadari atau tidak, telah terjadi pengislaman filsafat oleh para filosof Muslim. Kedua, sebagai pemikir Islam, para filosof Muslim adalah pemerhati filsafat asing yang kritis. Ketika dirasa ada kekurangan yang di- 6Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy (New York: Columbia University Press, 2004), hlm. xvii. 7Ahmad Fuad Al-Ahwany, Filsafat Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 7. 8Ibid., hlm. 11 9Mulyadhi Kartanegara, Masa Depan Filsafat Islam: Antara Cita dan Fakta, makalah pada acara ulang tahun Paramadina XX, di Jakarta, pada tanggal 23 November 2006, hlm. 1. Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember

6 derita oleh filsafat Yunani, misalnya, maka tanpa ragu-ragu mereka mengkritiknya secara mendasar. Contoh, sekalipun Ibn Sina sering dikelompokkan sebagai filosof Peripatetik, namun ia tak segan-segan mengkritik pandangan Aristoteles, kalau dirasa tidak cocok dan menggantikannya dengan yang lebih baik. Beberapa tokoh lain seperti Suhrawardi, dan Umar bin Sahlan al-sawi, juga mengriktik sistem logika Aristoteles. Sementara al- Amiri mengkritik dengan keras pandangan Empedokles tentang jiwa, karena dianggap tidak sesuai dengan pandangan Islam. 10 Ketiga, adanya perkembangan yang unik dalam filsafat Islam, akibat dari interaksi antara Islam sebagai agama dan filsafat Yunani. Akibatnya, para filosof Muslim telah mengembangkan beberapa isu filsafat yang tidak pernah dikembangkan oleh para filosof Yunani sebelumnya, seperti filsafat kenabian, mikraj dan sebagainya. 11 Di sisi yang lain, alasan penggunaan istilah filsafat Islam, bukannya filsafat Muslim atau filsafat Arab, menurut Haidar Bagir, karena sifat-menentukannya dari filsafat itu yang berisi ajaran Islam di dalamnya. Alasan lain adalah karena para filosof tersebut dianggap tidak kehilangan sifat filosofisnya, termasuk Ibnu Rusyd yang sudah mengarang kitab fiqh Bidâyatul Mujtahid. Dalam pandangan Haidar Bagir, para filosof Islam itu telah teruji kesetiaannya pada kegiatan rasiosinasi (ratiocination) dalam segenap prosedur berfikirnya. 12 Berbagai argumentasi di atas membuat istilah filsafat Islam lebih tepat dan mudah dicari irisan nilai-nilainya. Selain disepakati oleh Mulyadi Kartanegara, penyebutan istilah filsafat Islam juga diamini oleh para pemikir lain dalam berbagai karya mereka, meski sebagian kecil saja diantara mereka yang bisa disebutkan di sini. Seperti Ahmad Fuad Al-Ahwany, Haidar Bagir 13, Musa Asy arie 14, A. Khudori Soleh 15, Oliver Leaman 16, Seyyed Hossein Nasr 17 dan lain-lain. 10Ibid. 11Ibid. 12Haidar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam (Bandung: Mizan, 2006), hlm Ibid. 14Musa Asy arie, Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam Berfikir (Yogyakarta: LESFI, 2001) 15A. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). 16Oliver Leaman, A Brief Introduction to Islamic Philosophy (Cambridge: Polity Press, 1999). 192 Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

7 Filsafat Yunani, diakui atau tidak, memang merupakan salah satu sumber filsafat Islam, dan bukan satu-satunya. Sebab, filsafat Islam juga bersumber dari Persia, India, Tiongkok dan sebagainya. Menurut beberapa pemikir seperti Oliver Leaman 18 dan CA. Qadir, 19 bahwa pemikiran filsafat Islam tidak bersumber atau diimport dari filsafat Yunani, akan tetapi benar-benar berdasar pada ajaran-ajaran pokok Islam sendiri, yaitu al-quran dan al-sunnah. Meskipun demikian, harus diakui bahwa rasionalisme menjadi lebih berkembang pesat setelah bertemu dengan logika-logika Yunani lewat penterjemahan-penterjemahan yang dilakukan. 20 Apabila menelaah filsafat Islam sebagaimana dipahami oleh tokoh-tokoh besarnya, seperti Ibnu Sina hingga Mulla Shadra, maka filsafat Islam meliputi metafisika dan juga fisika. Sayang, kita telah kehilangan jejak pemikiran gemilang itu. Pada abad 12 M telah terjadi penerjemahan besar-besaran ke dalam bahasa Latin dan Ibrani, sehingga pengaruh besar filsafat Islam ini menyadarkan orang Eropa dari Abad Kegelapan yang mereka alami dari abad 6 M-16 M. Bahkan, pada abad kegelapan Barat, filsafat Islam justru menjadi landasan bagi abad pencerahan Islam, dimana kemajuan yang ada bukan hanya dalam ilmu agama (ulumul quran, hadits, fiqih), tapi juga ilmu yang sekarang disebut sebagai ilmu umum (matematika, kimia, astronomi, musik, fisika, kedokteran dan lainnya). Masa-masa keemasan perkembangan filsafat Islam mengalami tantangan yang sangat serius ketika al-ghazali menulis kitab Tahâfut al-falâsifah, dan disusul dengan kitab berikutnya, al-munqidz min al- Dlalâl. Meskipun kedua risalah ini sebenarnya tidak menyerang filsafat secara keseluruhan, kecuali persoalan metafisika, khususnya filsafat al-farabi dan Ibnu Sina, 21 namun demikan secara keseluruhan 17Seyyed Hossein Nasr, Islamic Philosophy: From its Origin to the Present (New York: State University of New York Press, 2006). 18Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam, terj. M. Amin Abdullah (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hlm C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991), hlm Soleh, Wacana Baru, hlm Ibid, hlm. 12. Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember

8 buku tersebut mewarnai kecenderungan umum umat Islam untuk menghindari filsafat. Usaha Ibnu Rusyd menjawab serangan al-ghazali dengan mengeluarkan kitab Tahâfut al-tahâfut, sepertinya tidak berhasil menggairahkan kembali pemikiran filsafat Islam. Bahkan, setelah Ibnu Rusyd, gema filsafat Islam semakin tak terdengar dalam kancah intelektual Islam, kecuali dalam Mazhab Syiah. Di kalangan elit terpelajar ini, pemikiran filsafat tetap saja berjalan dan hidup, sehingga masih lahir tokoh-tokoh terkemuka seperti Mulla Shadra (1571 M 1640 M), Mulla Hadi Sabziwari (1797 M 1873 M) dan lainnya. 22 Di dunia Sunni sendiri, khususnya di era modern perkembangan filsafat Islam menemukan gairahnya pada saat Muhammad Iqbal ( M) yang berusaha mengobarkan kembali elan vital pemikiran Islam, disusul kemudian beberapa filosof Islam kontemporer seperti Fazlur Rahman, Hassan Hanafi, Muhammad Abed al-jabbiri, Seyyed Hossein Nasr, dan lainnya. Dalam rangka menuju perkembangan filsafat Islam kontemporer yang lebih produktif lagi, tentu saja kesungguhan dari umat Islam, khususnya di Indonesia, sangat dibutuhkan. Setidaknya untuk memperbaiki berbagai sistem pendidikan Islam, secara khusus di lingkungan perguruan tingginya, sehingga diharapkan bisa lebih aktif mereproduksi berbagai warisan khazanah intelektual yang kemudian bisa dijadikan landasan filosofis untuk kebangkitan peradaban Islam secara makro. Dinamika Pendidikan Islam Modern Dalam konteks Indonesia, ketika mengulas tentang filsafat Islam tentu tidak terlepas membicarakan pula kondisi pendidikan Islam. Karena bagaimanapun juga, kondisi pendidikan Islam dan eksistensi filsafat Islam akan saling terkait satu sama lain. Sebelum membahas dinamika hubungan keduanya, akan dibahas terlebih dahulu dinamika historis perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Membahas sejarah pendidikan Islam Indonesia, hal itu berarti berbicara tentang sejarah awal Islam masuk ke Nusantara. Meskipun keberadaannya sudah ada sejak awal Islam datang, namun dalam per- 22Ibid., hlm Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

9 kembangannya pendidikan Islam dirasakan dipinggirkan oleh kebijakan umum sistem pendidikan nasional. Akan tetapi, akhir-akhir ini telah ada upaya yang cukup signifikan untuk menempatkan pendidikan Islam sebagai pendidikan alternatif yang menjadi rujukan dan model bagi pendidikan lain di Indonesia. Pendidikan Islam yang lahir seiring dengan datangnya Islam itu sendiri, meskipun pada mulanya dalam bentuk yang sangat sederhana, seperti di langgar (musalla) dan madrasah, dalam sejarahnya senantiasa tidak sunyi dari berbagai persoalan dan rintangan yang dihadapinya. Dari mulai berhadapan dengan segala tekanan dan intimidasi pemerintah kolonial Belanda sampai diberlakukannya kurikulum 1994 dan sebagainya. Kendati demikian, satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam dengan lembaga pendidikannya cukup mewarnai perjalanan sejarah bangsa Indonesia. 23 Secara prinsipil, pendidikan Islam mempunyai tujuan membentuk manusia yang pada akhirnya disamping mempunyai kualitas tinggi secara individual/personal (kesalehan individual) 24 juga mempunyai kualitas yang tinggi secara impersonal/sosial (kesalehan sosial). Terdapat beberapa alasan mendasar tentang pentingnya realisasi paradigma pendidikan Islam. Pertama, Islam sebagai wahyu Allah yang merupakan pedoman hidup manusia untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan akhirat, baru bisa dipahami, diyakini, dihayati dan diamalkan setelah melalui pendidikan. Kedua, ilmu pendidikan sebagai ilmu humaniora juga termasuk ilmu normatif, sebab ia terikat dengan norma-norma tertentu. Disini nilai-nilai Islam sangat memadai untuk dijadikan sentral norma dalam ilmu pendidikan. Ketiga, dalam memecahkan dan menganalisa berbagai masalah pendidikan selama ini cenderung mengambil sikap seakan-akan semua permasalahan pendidikan, baik makro maupun mikro diyakini dapat diterangkan dengan teori-teori atau filsafat pendidikan Barat, padahal yang disebut terakhir bersifat sekular. Oleh karena itu, nilai- 23Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesi: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. ix. 24Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. l0. Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember

10 nilai ideal Islam mestinya akan lebih sesuai untuk menganalisa secara kritis fenomena kependidikan. 25 Terkait dengan bagian ketiga di atas, maka untuk merekonstruksi kondisi pendidikan Islam dewasa ini secara lebih baik, tentunya segala bentuk peniruan yang berlebihan terhadap konsepsi pendidikan Barat harus dihentikan. Bukan saja karena tidak sesuai dengan citacita pendidikan Islam, melainkan bisa semakin mengikis otonomi keilmuan Islam dalam kancah yang lebih luas. Maka suatu keniscayaan tersendiri bagi masyarakat Islam untuk mencari paradigma pendidikan Islam yang konstruktif dan dinamis, agar mampu mengimbangi laju kependidikan Barat dengan berbagai karakternya. Berbicara pendidikan Islam, salah satu hal penting yang harus dikaji lebih lanjut adalah kondisi pendidikan tingginya. Dalam hal ini, kendala yang masih dihadapi oleh perguruan tinggi Islam adalah pembidangan keilmuan yang digagas oleh LIPI telah menyebabkan studi Islam di Indonesia masih bergelut dalam aspek-aspek normatifdeduktif-klasik. Sementara IAIN/STAIN belum diberi kewenangan untuk mengembangkan ilmu yang bersifat umum atau sekular. Kondisi ini, selain karena aspek politik, sering dipicu pula oleh perdebatan tentang dikotomi ilmu agama dan ilmu sekular, sehingga perkembangan studi Islam di perguruan tinggi Islam hanya mengusung terma dan isu klasik, tanpa sedikit pun menyentuh hal-hal kontemporer yang membumi. 26 Namun dalam dua dasawarsa terakhir ini (sejak 1993), dunia perguruan tinggi Islam di Indonesia khususnya IAIN dan STAIN, menggeliat untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi secara lokal maupun global. Wujudnya adalah memperluas kewenangan yang telah dimilikinya selama ini, yang kemudian disebut dengan program wider mandate (mandat yang diperluas) atau 25Achmadi, Islam Paradigma Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Aditya Media, Yogyakarta, 1992), hlm. viii-ix. 26Akh. Minhaji & Kamaruzzaman, Masa Depan Pembidangan Ilmu di Perguruan Tinggi Agama Islam Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2003), hlm Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

11 disingkat WM serta melakukan transformasi atau perubahan dari IAIN/STAIN menjadi UIN (Universitas Islam Negeri). 27 Transformasi dimaksud menunjukkan adanya pengembangan keilmuan keislaman yang selama ini hanya berkutat pada Islamic Sudies (Dirasah Islamiyah) yang terangkum dalam fakultas atau jurusan Tarbiyah, Syariah, Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. Sementara dalam tradisi keilmuan di dunia Barat berkembang pesat yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga rumpun a) humanities, b) social sciences, dan c) natural sciences, di samping ada area studi yang pendekatannya dilakukan secara interdisipliner dan multi disipliner termasuk di dalamnya women studies. 28 Reaktualisasi Tradisi Filsafat Islam di UIN, IAIN dan STAIN Pendidikan Islam, khususnya di Indonesia dewasa ini dihadapkan pada problematika filosofis-epistemologis yang tak kunjung usai. 29 Pengembangan pendidikan Islam dengan demikian secara mendasar berkaitan dengan persoalan dasar dan sekaligus metodologis. Oleh karena itu, jika substansi pendidikan Islam merupakan paradigma ilmu, menurut Abdul Munir Mulkhan, maka problem epistemologis dan metodologis pemikiran Islam tersebut adalah juga merupakan problem pendidikan Islam. 30 Dewasa ini terdengar keinginan beberapa lembaga pendidikan tinggi, termasuk di dalamnya perguruan tinggi Islam, untuk mengarah pada apa yang disebut sebagai research university. Keinginan ini tentu saja sangat bagus ketika dunia pendidikan tinggi dalam proses globalisasi sekarang dipenuhi dengan tingkat persaingan yang tinggi, maka eksistensi lembaga pendidikan tinggi itu salah satunya akan ditentukan oleh kemampuan risetnya. 27Ahmad Haris, Paradigma Wider Mandate dan Perubahan IAIN Menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Kasus IAIN STS Jambi, dalam Andito (ed.), Paradigma Baru Reformasi Pendidikan Tinggi Islam (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2004), hlm Untuk mengkaji lebih jauh masalah ini lihat A. Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-ilmu Keislaman (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama, 2003), hlm Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. xv. 30Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah (Yogyakarta: SIPRES, 1993), hlm Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember

12 Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, perguruan tinggi Islam (UIN, IAIN dan STAIN) harus lebih membuka diri untuk menyongsong tuntutan masa depan. Dan setidaknya, ada tiga hal pokok yang harus menjadi perhatian, pertama masalah kurikulum yang senantiasa dievaluasi agar sesuai dengan kemajuan zaman, kedua kualitas, dan ketiga pembaruan kelembagaan. 31 Dari ketiga hal di atas, mesti ada sebuah landasan paradigmatik yang akan diperlukan sebagai pijakan filosofis dalam pengembangan pendidikan tinggi Islam. Bahkan, keberadaan filsafat Islam di perguruan tinggi Islam menjadi sangat penting untuk direaktualisasi. Meskipun di sisi yang lain, reaktualisasi filsafat Islam, khususnya dalam rangka reintegrasi keilmuan di perguruan tinggi Islam menjadi sangat krusial mengingat umat Islam telah dilanda berbagai persoalah ilmiah filosofis, yang datang dari pandangan ilmiah-filosofis Barat yang bersifat sekular. Berbagai teori ilmiah dari bermacam bidang, seperti fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya, dengan mengatasnamakan metode ilmiah, menyerang fondasi-fondasi kepercayaan agama. Tuhan tidak dipandang perlu lagi dibawa-bawa dalam penjelasan ilmiah. 32 Tentunya, sebagai perguruan tinggi Islam akan terasa janggal jika UIN, IAIN ataupun STAIN menjadikan filsafat Barat sebagai center of excellence-nya. Di ranah lain, perguruan tinggi Islam juga masih lebih terbebani dengan misi keagamaan yang bersifat memihak, subjektif dan romantis, sehingga kadar kritisisme, terutama dalam penelaahan teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah tertentu yang terdahulu tidak begitu tampak ditonjolkan. 33 Reaktualisasi filsafat Islam secara masif tentu saja akan menumbuhkan upaya melakukan telaah kritis terhadap teori dan konsep ilmu pengetahuan yang dipandang menyimpang dari pandangan Islam. Di luar itu, bisa juga menawarkan konsep alternatif dalam perspektif 31Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasisonal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), hlm Kartanegara, Masa Depan Filsafat Islam, hlm M. Amin Abdullah, Falsafah Kalam di Era Post-Modernisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

13 Islam dan bagaimana kaum muslimin menyikapi pengetahuan modern secara lebih kritis dan konstruktif. Sayangnya, sudah sejak lama kajian terhadap filsafat Islam di perguruan tinggi Islam belum terlalu masif dilakukan. Filsafat Islam, yang pada saat periode awal dikenalkan oleh Harun Nasution barulah dasar-dasarnya atau lebih bersifat pengantar. Pengenalan terhadap sedikit filosof utama Muslim dalam bukunya Filsafat dan Mistisme dalam Islam tersebut, meskipun sangat berguna, namun sudah dikesani tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan perguruan tinggi Islam (UIN, IAIN dan STAIN) sebagai pusat pengembangan pemikiran Islam. Buku tersebut sudah dicetak beberapa kali namun sejak penerbitan awalnya tahun 1973, tidak mengalami perubahan. Dengan begitu, untuk saat ini harus dikembangkan secara lebih ekstensif menurut bidang-bidang utamanya, seperti metafisika, epistemologi, etika, politik, logika dan lainnya. Di Indonesia, penerbitan buku-buku filsafat Islam semenjak masa reformasi sudah lebih baik dibandingkan dengan masa sebelumnya meskipun belum cukup. Sebab untuk perubahan besar dan mendasar dibutuhkan sebuah produksi besar-besaran karya filsafat Islam baik itu yang berbentuk terjemahan karya-karya master piece para filosof Islam klasik maupun karya-karya genuine dari pemikir Islam di Indonesia itu sendiri. Peran filsafat Islam yang lebih optimal dalam merekonstruksi nalar keilmuan perguruan tinggi Islam pada prinsipnya dalam rangka menjawab berbagai kritik yang ditujukan pada paradigma keilmuan yang dianut oleh perguruan tinggi Islam (UIN, IAIN dan STAIN) yang hingga kini masih diselenggarakan dengan paradigma klasik, atau belum berani menganut paradigma baru. Ini berarti bahwa proses pembelajaran di perguruan tinggi Islam masih relatif, dan belum maksimal menawarkan materi dan metode pendekatan yang relevan bagi kebutuhan masyarakat (umat) pada zamannya. 34 Adanya kecenderungan perguruan tinggi Islam untuk merencanakan pengembangannya menjadi lembaga pendidikan yang lebih integratif dengan keilmuan umum, seharusnya semakin menyadarkan kita agar maksimal dalam mengembangkan filsafat Islam di perguru- 34Idi dan Suharto, Revitalisasi Pendidikan, hlm Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember

14 an tinggi umum. Harapannya agar akselerasi reintegrasi keilmuan tidak keluar dari nilai-nilai filosofis ajaran keislaman dalam maknanya yang universal. Pada tataran yang lain, adanya berbagai keinginan reintegrasi keilmuan tersebut sebenarnya masih dibayangi oleh kesadaran para ilmuwan dan elit perguruan tinggi Islam, dimana mereka mengetahui bahwa masih ada dua kelemahan yang menjangkiti perguruan tinggi Islam, yaitu dalam merespons masa depan umatnya dan mengaplikasikan konsep filosofis pendidikan Islam sebagaimana yang ditetapkan oleh al-qur an dan al-hadits. 35 Berbagai kelemahan itu tidak lantas menyurutkan untuk melakukan massifikasi kajian dan produksi karya-karya filsafat Islam. Secara eksternal, kajian yang intensif dalam filsafat Islam juga akan memberikan sumbangan bagi penyelamatan kondisi moral masyarakat yang akhir-akhir ini semakin menurun, dan cenderung menafikan nilai-nilai agama. Maka sudah selayaknya perguruan tinggi Islam mampu memproduksi rumusan visi etika yang berbasiskan filsafat Islam untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Adanya kekhawatiran sebagian pihak terhadap eksistensi filsafat Islam tentu saja tidak beralasan. Sebab reaktualisasi peran filsafat Islam di perguruan tinggi Islam, tidak akan menggoyahkan misi keagamaannya. Ia bukan teror baru dalam keilmuan Islam. Ia juga bukan semata alat mengasah logika dan kritisisme berpikir tanpa nilai. Intinya, reaktualisasi filsafat Islam seyogiyanya adalah modal dan model bagi dinamisasi nilai-nilai Islam yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara epistemologi keilmuan. Penutup Upaya serius memaksimalkan peran filsafat Islam dalam dinamika pendidikan modern di Indonesia, khususnya di perguruan tinggi Islam harus melalui langkah-langkah konkrit. Dan setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan, pertama, mereformasi kurikulum perguruan tinggi Islam untuk lebih mengakomodir tema-tema filsafat Islam, baik dari sisi kualitatif maupun kuantitaifnya. Kedua, sebagai tindak lanjut dari yang pertama maka langkah berikutnya adalah 35Ibid., hlm Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

15 keseriusan membangun tradisi ilmiah Islam, dan yang ketiga perlunya mendirikan pusat-pusat kajian filsafat Islam secara lebih berkualitas di kampus-kampus perguruan tinggi Islam. Keempat, perguruan tinggi Islam harus menyediakan literatur-literatur karya master piece para filosof Islam, baik klasik maupun dalam perpustakaannya, sehingga memudahkan untuk berbagai kajian yang terus produktif. Wa Allâh a lam bi al-shawâb.* Daftar Pustaka Abdullah, M. Amin. Etika Tauhidik sebagai Dasar Kesatuan Epistemologi Keilmuan Umum dan Agama, dalam Nanat Fatah Natsir & Hendriyanto Attan (eds.), Strategi Pendidikan: Upaya Memahami Wahyu dan Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Falsafah Kalam di Era Post-Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Achmadi. Islam Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media, Yogyakarta, Al-Ahwany, Ahmad Fuad. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, Asy arie, Musa. Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam Berfikir. Yogyakarta: LESFI, Azizy, A. Qadri. Pengembangan Ilmu-ilmu Keislaman. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama, Bagir, Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Mizan, Reintegrasi Ilmu-Ilmu: Sebuah Demonstrasi, Kata Pengantar dalam buku Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung: Arasy Mizan, Danim, Sudarwam. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana, Tadrís Volume 6 Nomor 2 Desember

16 Fakhry, Majid. A History of Islamic Philosophy. New York: Columbia University Press, Haris, Ahmad. Paradigma Wider Mandate dan Perubahan IAIN Menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Kasus IAIN STS Jambi, dalam Andito (ed.), Paradigma Baru Reformasi Pendidikan Tinggi Islam. Jakarta: Universitas Indonesia Press, Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesi: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, Idi, Abdullah dan Toto Suharto. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana, Kartanegara, Mulyadhi. Masa Depan Filsafat Islam: Antara Cita dan Fakta, Makalah pada acara ulang tahun Paramadina yang ke XX, di Jakarta, pada tanggal 23 November Leaman, Oliver. A Brief Introduction to Islamic Philosophy. Cambridge: Polity Press, Pengantar Filsafat Islam, terj. M. Amin Abdullah. Jakarta: Rajawali Press, Mas'ud, Abdurrahman, Pendidikan Islam Dalam Era Reformasi Dan Globalisasi Makalah, Semarang: IAIN Walisongo, Minhaji, Akh. dan Kamaruzzaman. Masa Depan Pembidangan Ilmu di Perguruan Tinggi Agama Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz, Mulkhan, Abdul Munir. Nalar Spiritual Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah. Yogyakarta: SIPRES, Nasr, Seyyed Hossein. Islamic Philosophy: From its Origin to the Present. New York: State University of New York Press, Qadir, CA. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Soleh, A. Khudori. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Tadrîs Volume 6 Nomor 2 Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Universitas Islam Negeri Sunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Berbicara PTAIN dikaitkan dengan pengembangan pendidikan, maka yang lebih relevan adalah mengungkap tentang Fakultas atau Jurusan Tarbiyah.

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filsafat merupakan pengetahuan yang wajib dipahami

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan penelusuran ini, akhirnya penulis menarik beberapa poin penting untuk disimpulkan, yakni: 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu,

Lebih terperinci

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M

F LS L A S F A A F T A T ISL S A L M FILSAFAT ISLAM Prof. Dr. H. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id; Website: http://almasdi.unri.ac.id Sumber Ilmu: AL 'ALAQ (1-5) 1. Bacalah dengan (menyebut)

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Sebagai seorang akademisi yang sangat memperhatikan aspek-aspek pengajaran dan pengembangan kebudayaan, E.K.M. Masinambow merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keilmuan modern telah berkembang sedemikian rupa di bawah hegemoni paham sekularisme. Akibat sangat lamanya paham ini mendominasi sejarah peradaban modern akibatnya

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA

FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA PARAMETER ILMU Eksistensi material sebuah ilmu secara

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

File di download dari Media Pendidikan Dr. Hujair AH Sanaky

File di download dari Media Pendidikan Dr. Hujair AH Sanaky REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PARADIGMA BARU DAN REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN Oleh: Tabrani. ZA Makalah ini di susun guna memenuhi tugas Mata kuliah matrikulasi Pengantar Sistem

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan

Kata Kunci: Pemahaman, Berpikir Rasional, Pembangunan PAHAM TEOLOGI RASIONAL MU'TAZILAH DI INDONESIA Oleh : M. Baharudin Abstrak Studi terhadap sejarah perkembangan dan pemikiran dalam Islam khususnya dalam bidang teologi telah menarik minat para ulama Islam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an,

BAB V PENUTUP. skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam pandangan al-qur an, 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian poko-pokok permasalahan yang telah dibahas dalam skripsi ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dalam kajian mengenai penciptaan alam dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Hambali ABSTRAK Manusia adalah makhluk yang sangat penting, karena dilengkapi dengan pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

2 Mulanya istilah demokrasi memang hanya digunakan dalam wilayah politik akan tetapi pada perkembangan selanjutnya istilah tersebut diterjemahkan sebagai sistem atau prosedur operasional atau pelaksanaan

Lebih terperinci

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU l Edisi 019, September 2011 P r o j e c t DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU i t a i g k a a n D Pradana Boy ZTF Edisi 019, September 2011 1 Edisi 019, September 2011 Dimensi Filsafat dalam Wahyu Posisi wahyu

Lebih terperinci

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH i t a i g k a a n D Sulfikar Amir Edisi 048, Februari 2012 1 Edisi 048, Februari 2012 Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah Tulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global Setiap diundang ke wilayah Aceh, saya selalu berusaha hadir. Saya sangat tertarik dengan semangat keber-islaman masyarakat Aceh yang saya

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi pendidikan Islam yang dilakukan dengan jalan mengadopsi sistem pendidikan Barat ternyata menimbulkan krisis dalam masyarakat Islam, yakni umat Islam

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN Mata Kuliah : Pendidikan Agama Kode / Bobot sks/smt : 703103A/2/III Waktu Pertemuan : menit/ Mgg Tujuan Pembelajaran Umum : Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

Urgensi, Strategi, dan Implikasi Perubahan IAIN Menjadi UIN

Urgensi, Strategi, dan Implikasi Perubahan IAIN Menjadi UIN Urgensi, Strategi, dan Implikasi Perubahan IAIN Menjadi UIN Wacana tentang perubahan STAIN dan IAIN menjadi UIN sebenarnmya sudah lama muncul, yakni secara serius dimulai pada tahun 1999. STAIN Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia seutuhnya yang di idealisasikan menjadi titik puncak pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati

Lebih terperinci

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik) Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Sebuah Pengalaman Empirik) Setelah membimbing dan menguji disertasi di sejumlah perguruan tinggi selama ini, saya memperoleh kesan dan pengalaman menarik berupa kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi dalam era globalisasi sekarang ini telah membawa perubahan-perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat di era modern dengan mengglobalnya budaya yang tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas semakin tipis. Semisal agama

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini?

1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini? 1. Sebagai pihak penyelenggara, bisakah dijelaskan visi dan misi konferensi IC-THuSI ini? Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepada anda dan rekan-rekan semuanya. Berdasarkan Kitab Suci Al Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan suatu proses pengembangan potensi kreatif peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berkepribadian muslim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam, 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana telah diuraikan dalam bab pendahuluan, bahwa penelitian ini akan diarahkan guna menjawab rumusan masalah yang telah penulis angkat dalam mengkaji pendidikan

Lebih terperinci

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat. Sumber Ajaran Islam DR. Rais Hidayat Informatika www.mercubuana.ac.id Kompetensi Menjelaskan sumber-sumber ajaran Islam. Menguraikan Al-Qur an, As-Sunnah dan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam. Memahami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengahtengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan

Lebih terperinci

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos Telp./Fax Cp

Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos Telp./Fax Cp Jl. KH. Abdurrahman Wahid Kel. Talang Bakung Kec. Jambi Selatan Kota Jambi Kode Pos. 36135 Telp./Fax. 0741-570298 Cp. 082136949568 Email : sumarto.manajemeno@gmail.com Email : pustakamaarif16@gmail.com

Lebih terperinci

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI

SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI 141 LAMPIRAN XII SOAL UJI COBA HASIL BELAJAR PAI Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hingga Daulah Abbasiyah Nama : Waktu : 2x 45 menit Kelas : Semester : II (Genap) Mulailah bekerja dengan membaca basmallah!

Lebih terperinci

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-

BAB III PERKEMBANGAN SENI. terkait dengan karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al- BAB III PERKEMBANGAN SENI A. Islam dan Seni Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristik-karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG KEILMUAN MULYADHI KARTANEGARA. Mulyadhi Kartanegara lahir pada tanggal 11 Juni 1959 di Tangerang.

BAB III LATAR BELAKANG KEILMUAN MULYADHI KARTANEGARA. Mulyadhi Kartanegara lahir pada tanggal 11 Juni 1959 di Tangerang. BAB III LATAR BELAKANG KEILMUAN MULYADHI KARTANEGARA A. Biografi dan Karya Intelektual Mulyadhi Kartanegara lahir pada tanggal 11 Juni 1959 di Tangerang. Ia pernah mengenyam bangku pendidikan dasar di

Lebih terperinci

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Oleh Prof. Dr. H. Abd. Majid, M.A. Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Oleh Prof. Dr. H. Abd. Majid, M.A. Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Oleh Prof. Dr. H. Abd. Majid, M.A. Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Pengertian PAI UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat 2: Pendidikan agama merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya tindak kriminal dan kejahatan yang dilakukan oleh anak usia sekolah, seperti bullying dikarenakan semakin kaburnya norma moral sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara.

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. DAFTAR PUSTAKA Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. Ali, F. (2001). Diaspora Cak Nur, dalam dalam Pustaka Pelajar. (2001),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah menunjukan bahwa, Islam sebagai salah satu bagian dalam sejarah dunia, telah menorehkan sebuah sejarah yang sulit bahkan tidak mungkin terlupakan dalam sejarah

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Contoh Book Review FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Oleh: Dr. Halid, M.Ag. (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M

Tugas Filsafat. Mohamad Kashuri M Tugas Filsafat Mohamad Kashuri 090810530M PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008 1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu

Lebih terperinci

DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU

DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU i Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. ii iii Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. Dr. H. Moch. Tolchah,

Lebih terperinci

SEJARAH ISLAM AHMADIN

SEJARAH ISLAM AHMADIN SEJARAH ISLAM AHMADIN RAYHAN INTERMEDIA 2013 i SEJARAH ISLAM Copyright Ahmadin Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Rayhan Intermedia Penerbit: RAYHAN INTERMEDIA Jl. Naja Dg. Nai Lr 4/8 Rappokalling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang berlangsung pada saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku peserta didik. Perubahan yang sangat cepat dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu, reposisi dan reformulasi metode dakwah di era kontemporer merupakan

BAB I PENDAHULUAN. itu, reposisi dan reformulasi metode dakwah di era kontemporer merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti membutuhkan informasi untuk menambah pengetahuan dalam kehidupannya, baik informasi umum maupun infomasi agama. Segala informasi tersebut dapat

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang dapat diartikan berbeda-beda. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis primata dari golongan

Lebih terperinci

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS Nuryani, M. IAIN Palopo Abstrak: Filsafat merupakan sebuah sistem komprehensif dari ide-ide mengenai keadaan yang murni

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci