Oleh : Kata kunci : Ruang Publik, Tingkat Efektifitas, GPSI. Hendry Natanael Gumano 1), Tomi Eriawan 2) dan Hamdi Nur 3)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Kata kunci : Ruang Publik, Tingkat Efektifitas, GPSI. Hendry Natanael Gumano 1), Tomi Eriawan 2) dan Hamdi Nur 3)"

Transkripsi

1 KAJIAN TINGKAT EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK YANG TERSEDIA PADA PUSAT KOTA-KOTA DI PROVINSI SUMATERA BARAT BERDASARKAN METODE GOOD PUBLIC SPACE INDEX (GPSI) Oleh : Hendry Natanael Gumano 1), Tomi Eriawan 2) dan Hamdi Nur 3) 1) Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, hendrygumano010@gmail.com 2) 3) Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, tomieriawan@yahoo.com, hamdi_nur@yahoo.com Abstrak Efektivitas suatu ruang publik dapat dinilai daripada tingkat pemanfaatan oleh masyarakat pada jenis aktivitas dan interaksi soaial masyarakat didalamnya. Saat ini pada 7 kota di Provinsi Sumatera Barat untuk ruang publik pada pusat kotanya dianggap telah berhasil (efektif), hal ini ditandai dengan adanya para pengguna ruang publik yang berkegiatan didalamnya. Kondisi tersebut kemudian memunculkan pertanyaan penelitian yaitu, seberapa besarkah ukuran tingkat keberhasilan pada ruang-ruang publik tersebut?. Untuk mengkaji tingkat efektifitas ruang publik menggunakan metode analisis GPSI (Good Public Space Index). Tingkat efektifitas diinterpretasikan menggunakan nilai indeks dari 0 hingga 1. Hasil analisis yang dilakukan bahwa tingkat efektifitas ruang publik yang paling tinggi dari 7 kota adalah ruang publik Kawasasan Jam Gadang Kota Bukittingi dengan nilai indeks sebesar 0,79, Kota Pariman 0,74, Kota Solok 0,71, Kota Sawahlunto 0,70, Kota Padang Panjang 0,68, Kota Payakumbuh 0,63 dan yang paling rendah adalah ruang publik RTH Imam Bonjol Kota Padang dengan nilai indeks 0,62. Akan tetapi dengan nilai GPSI yang berbeda-beda untuk seluruh ruang publik amatan, tingkat efektiftasnya sudah tergolong tinggi. Tinggi rendah tingkat efektifitas dipengaruhi oleh 6 variabel penilaian pada metode GPSI yaitu variabel intensity of use, intesity of social use, people s duration of stay, temporal diversity index, variety of use dan diversity of users. Untuk memudahkan penyimpulan hasil analisis GPSI maka diklasifikasikan ke dalam 3 tipologi, yang Tipologi I yaitu pencapaian efektifitas ruang publik berdasarkan variabelnya terindikasi buruk dan kurang baik, Tiplogi II yaitu terindikasi tidak buruk dan baik serta Tipologi III yaitu terindikasi lebih baik. Kata kunci : Ruang Publik, Tingkat Efektifitas, GPSI. 1

2 STUDY OF PUBLIC SPACE LEVEL EFFECTIVENESS IN THE CENTER OF CITIES IN WEST SUMATRA METHOD BASED ON GOOD PUBLIC SPACE INDEX (GPSI) Oleh : Hendry Natanael Gumano 1), Tomi Eriawan 2) dan Hamdi Nur 3) Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, hendrygumano010@gmail.com 2) 3) Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, tomieriawan@yahoo.com, hamdi_nur@yahoo.com Abstract The effectiveness of a public space rather than the utilization rate can be assessed by the public on the type of activity and social interaction within the community. Currently on the 7th city in West Sumatra Province for public space in the city centre is considered to have been successful (effective), it is characterized by the presence of the users of public space that is actively taking part in it. The condition then brings up the question of research is, "how big is the size of the success rate at public spaces?". To assess the level of effectiveness of public space analysis method using GPSI (Good Public Space Index). The level of effectiveness of interpreted using the index value from "0 to 1". The results of the analysis that was done that, the level of effectiveness of the public space are the highest of the 7th cities is a public space area Bukittingi City Clock Tower with a score of 0.79, 0.74 Pariman City, Solok 0.71, Sawahlunto 0.70, Padang Panjang 0.68, Payakumbuh 0.63 and the lowest is a public space RTH Imam Bonjol Padang city with an index value of However, with values varying GPSI for the entire public space observations, the effectiveness level already belongs to high. High low level of effectiveness is influenced by six variables GPSI assessment on the method of variable intensity of use, intesity of social use, people's duration of stay, temporal diversity index, variety of use and diversity of users. To facilitate the conclusion of the analysis results GPSI then classified into three typologies, the typology I, namely the achievement of the effectiveness of public space based on the variables indicated "poor and less well", Tiplogi II that indicated "not bad and good" and Typology III is indicated by "better", Word key : Public space, The level of effectiveness, GPSI 2

3 PENDAHULUAN Keberadaan ruang publik sebagai ruang kota adalah suatu bagian yang tidak bisa dapat terlepas dari suatu kota. Menurut Siahaan (dalam Buletin Tata Ruang Edisi Juli-Agustus: 2010), karakteristik ruang publik sebagai tempat interaksi masyarakat yang sangat penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kawasan perkotaan dan yang secara spasial didefenisikan sebagai tempat dimana setiap orang memiliki hak untuk memasukinya tanpa harus membayar uang masuk atau uang lainya. Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, ruang publik dapat berupa ruang terbuka hijau (RTH) serta ruang terbuka non hijau (RTNH) publik yang secara institusional harus disediakan oleh pemerintah di dalam dalam peruntukkan lahan di kota-kota di Indonesia. Selanjutnya, suatu ruang publik yang baik dapat diihat dari tingkat pemanfaatan oleh masyarakat baik dari jenis aktivitas maupun jumlah pengguna ruang publik tersebut. Sebab tanpa adanya aktivitas dan interaksi sosial didalamnya maka, suatu ruang publik publik telah gagal mengemban misinya (Siahaan, 2010). Untuk Provinsi Sumatera Barat sendiri, khususnya pada 7 (tujuh) daerah adminitrasi kota (Kota Bukittinggi, Padang, Padang Panjang, Pariaman, Payakumbuh, Solok dan Swahlunto) telah banyak ditemukan ruangruang publik yang disediakan sejalan dengan digenjotnya pembangunan sarana dan prasarana perkotaan lainnya. Pada hasil observasi pendahuluan, untuk seluruh ruang-ruang publik tersebut dianggap telah berhasil yang ditandai dengan banyak dan adanya aktivitas masyarakat sebagai pengguna ruang publik diadalmnya terutama untuk ruang publik yang berlokasi pada pusat kota-kota tersebut yang kondisinya sekitarnya mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi. Mengacu pada kondisi tersebut, pada skala provinsi saat ini belum ada suatu informasi terukur yang menggambarkan keberhasilan atau keefektifan suatu ruang publik pada setiap kota dalam mewadahi terjadinya interaksi sosial bagi masyarakat yang ada didalamnya dari 7 administrasi kota tersebut, sebab menurut anggapan bahwa suatu ruang publik sebagai suatu tolak ukur peringkat kualitas kawasan perkotaan. Berhubungan dengan pengertian, dan juga sifat ruang publik tersebut, maka terdapat sebuah metode yang dapat menjadi alat untuk mengukur tingkat keberhasilan ruang publik dengan menggunakan aktivitas soisla serta karakteristik pengguna ruang publik sebagai pendekatan analisisnya yaitu metode Good Public Space Index (GPSI). Kemudian, rumusan permsalahan yang timbul adalah seberapa bessarkah tingkat keberhasilan ruang publik pada pusat kota-kota di Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan metode GPSI. Sehingga dapat diketahui bahwa tujuan utama daripada penelitian ini yaitu mengeksplorasi dan mengukur tingkat efektifitas ruang publik yang tersedia pada pusat kota-kota di Provinsi Sumatera Barat berdasarkan metode GPSI. 3

4 STUDI LITERATUR Efektifitas Kata efektif berasal dari kata efektif yang secara umum mengandung pengertian dapat dicapainya suatu keberjhassilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata efektif mengandung arti keberhasilan/ dapat membawa hasil/ berguna. Efektifitas merupakan hubungan yang erat antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai. Efektifitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan dapat dinilai dengan berbagai cara. Ruang Publik Menurut Siahaan (2010) ruang publik dapat diartikan sebagai ruang bagi diskusi yang terbuka bagi semua orang. Menurut Dermawan (2003) defenisi ruang publik yaitu sebagai suatu elemen kota yang dapat memberi karater tersendiri dan pada umumnya memiliki fungsi ruang interaksi sosial bagi masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat, dan tempat apresiasi budaya. Ruang publik ditandai oleh 3 hal yaitu responsif, demokratis dan bermakna. Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Bermakna, artinya suatu ruang publik dapat memberikan makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual maupun kelompok. Responsif, artinya tanggap terhadap semua keinginan pengguna dap dapat mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut. Demokratis memiliki arti bahwa suatu ruang publik dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa ada diskriminasi (Dermawan, 2003). Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang publik adalah sebuah ruang yang menjadi wadah untuk interaksi sosial masyarakat, ruang bagi semua bagian masyarakat untuk bertemu dan berinteraksi yang mampu menampung kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktifitas yang dapat diakses secara bebas tanpa adanya diskriminasi dan pungutan biaya apapun. Dalam skala perkotaan juga ruang ppublik adalah suatu bagian yang wajib disediakan demi mejaga dan meningkatkan kualitas kawasan perkotaan. Good Public Space Index (GPSI) Metode Good Public Space Index (GPSI) adalah sebuah metode yang menjelaskan bagaimana suatu ruang publik bermakna bagi masyarakat dengan mempergunakan aktivitas sosial serta karakteristik pengguna ruang luar sebagai pendekatan (Perlindungan, Johannes: 2013). Pada Metode ini, tingkat efektifitas dinyatakan dalam tingkatan nilai indeks antara 0 (terendah) sampai 1 (tertinggi). Adapun beberpa variabel penilaian daripada metode GPSI yaitu Intensity of Use (IU), Intensity of Social Use (ISU), People s Diuration of Stay (PDS),tempral Diversity of Use, Variety of Use dan Diversity of Users. METODE PENELITIAN Selain daripada metode GPSI yang menjadi alat analisis utama, pada penelitian ini 4

5 juga menggunakan cara-cara lain baik dari segi pengumpulan data hingga pada penyajian data msialnya denga teknologi GIS (Geographic Information System) dan lainnya. Mengidentifikasi dengan metode deskriptif kawasan ruang publik yang akan menjadi objek amatan/ studi berdasarkan kesamaan sifat letak dan karakteristik pemanfaatan ruang disekitarnya di 7 pusat kota-kota Provinsi Sumatera Barat. Pada bagian ini akan dijelaskan serta diuraikan beberap kesamaan sifat dari pada kawasan ruang publik yang akan menjadi fokus amatan di 7 kota tersebut sehingga bisa logis dalam penilaian tingkat efektifitasnya. Pada pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dilapangan dengan membawa form survei yang telah disediakan sebelumnya. Untuk item-item yang disurvei berdasarkan pada 6 variabel penilaian yang termasuk dalam metode GPSI, serta dibantu dengan media atau alat survei lainnya misalnya kamera foto ataupun video untuk mendaatkan informasi perilaku, aktivitas dan karakteristik pengguna ruang publik. Adapun ruang publik yang dipilih sebagai obejek amatan adalah 1 objek ruang publik terpilih untuk masing-masing kota dengan kesamaan penggunaan ruang sekitar yaitu mayoritas perdagangan dan jasa. Kota Tabel 1. Ruang Publik Amatan Ruang Publik Luas (m 2 ) Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 7.329,08 Padang Padang Panjang RTH Taman Imam Bonjol ,11 Taman Secata 2.720,15 Kota Pariaman Ruang Publik Taman Lapangan Merdeka Luas (m 2 ) 3.321,06 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 2.607,51 Sawahlunto Lapanagan Segitiga 2.474,15 Solok Taman Kota Solok 6.435,15 Untuk sebarannya dapat dilihat pada peta sebaran objek ruang publik amatan berikut ini. Gambar 2. Sebaran Ruang Publik Amatan Setelah ditetapkanya 7 kawasan ruang publik yang akan menjadi fokus amatan, maka langkah selanjutnya adalah memetakan kawasan tersebut dengan bantuan data peta citra atau foto udara kawasan dengan teknik remote sensing (penginderaan jauh) dalam hal memudahkan pengambilan data dan juga pemetaan pola aktivitas pada saat survei dilakukan. Kemudian untuk teknik analisis pada GPSI dengan cara melakukan analisis pada beberapa ke 6variabel penilaiannya. 6 Variabel penilaian GPSI masing-masing mempunyai tingkat indeks 0 hingga 1. Pada masing-masing variabel penilaian tersebut, mewakili tingkat efektifitas ruang publik dengan pandangan atau 5

6 faktor yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasanya. Variabel Intensity of Use (IU) Variabel ini dijelaskan oleh jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas pada ruang luar. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu penggunaan ruang publik oleh pengguna ruang (masyarakat) sudah optimum penggunaanya dari segi jumlah pengunjung terhadap luas ruang publik yang tersedia. Variabel Intensity of Social Use (ISU) Variabel ini dijelaskan melalui keberadaan kelompok pengguna pada ruang luar. Kelompok terjadi saat ada sekurangkurangnya dua orang terlibat dalam aktivitas yang sama. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu penggunaan ruang publiknya menunjukkan tingginya interaksi sosial yang terjadi antara pengguna ruang publik sehingga dapat dikatakan telah berhasil menjadi tempat yang menyediakan wadah atau tempat yang menjaga keberlangsungan interaksi sosial secara berkelompok. Variabel People s Duration of Stay (PDS) Variabel ini dijelaskan oleh durasi (lama) orang melaksanakan aktivitas pada ruang luar. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu ruang publik tersebut telah baik dan menyediakan tempat yang dapat menampung aktivitas pengguna ruang publik tanpa ada pembatasan waktu sehingga pengguna ruang publik bisa melakukan aktivitas dalam ruang publik dengan durasi waktu yang bebas (bisa dikatakan bersifat demokratis). Variabel Temporal Diversity of Use Variabel ini diukur berdasarkan sebaran aktivitas yang terjadi pada suatu kurun waktu amatan. Variabel ini diukur dengan mempergunakan metode Simpson s Diversity Index. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu pada jenis aktivitas pengguna ruang untuk setiap waktu amatan (pagi, siang, sore dan malam) tidak adanya dominansi waktu yang berarti pada setiap waktu pun, masih terdapat pengguna ruang publik yang beraktivitas pada ruang publik tersebut. Variabel Variety of Use Variabel ini diukur dari keberagaman aktivitas Simpson s Diversity Index. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu pada jenis atau ragam aktivitas pengguna ruang publik tidak adanya dominansi daripada intensitas salah satu jenis aktivitas saja, melainkan merata dan dilakukan dengan intensitas yang sama dan banyak pula. Variabel Diversity of Users Variable ini diukur dari keberagaman karakteristik pengguna ruang luar. Variabel ini diukur dengan mempergunakan metode Simpson s Diversity Index. Bila diinterpretasikan untuk tingkat pencapaian yang semakin baik yaitu pada suatu ruang publik dinilai lebih demokratis karena dapat dinikmati oleh semua kalangan umur serta tidak menunjukkan adanya dominansi penggunaan ruang publik oleh kalangan tertentu. 6

7 Kemudian, dari beberpa tingkatan indeks tersebut untuk maksud lebih informatif, maka setiap dikategorikan menjadi 0 0,20 (sangat rendah), 0,21 0,40 (rendah), 0,41 0,60 (sedang), 0,61 0,80 (tinggi), 0,81-1 (sangat tinggi). HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan beberapa rangkaian analisis yaitu pada ke 6 variabel penilaian GPSI berdasarkan pada data observasi lapangan, adapun hasilnya adalah sebagai berikut. Variabel Intensity of Use (IU) Tabel 2. Hasil Perhitungan Pada Variabel Intensity of Use 1 Pariaman Lapangan Merdeka 0,76 Tinggi 2 Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 0,73 Tinggi 3 Sawahlunto Lapangan Segitiga 0,71 Tinggi 4 Padang Panjang Taman Secata 0,50 Sedang 5 Solok Taman Kota 0,46 Sedang 6 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 0,28 Rendah 7 Padang RTH Taman Imam Bonjol 0,09 Sangat Rendah Variabel Intensity of Use (IU) Tabel 3. Hasil Perhitungan Pada Variabel Intensity of Social Use 1 Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 0,61 Tinggi 2 Padang Panjang Taman Secata 0,49 Sedang 3 Pariaman Taman Lapangan Merdeka 0,48 Sedang 4 Solok Taman Kota 0,48 Sedang 5 Padang RTH Taman Imam Bonjol 0,41 Sedang 6 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 0,39 Rendah Variabel People s Duration of Stay Tabel 4. Hasil Perhitungan Pada Variabel People s Duration of Stay 1 Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 1 Sangat Tinggi 2 Solok Taman Kota 0,94 Sangat Tinggi 3 Pariaman Taman Lapangan Merdeka 0,89 Sangat Tinggi 4 Sawahlunto Lapangan Segitiga 0,84 Sangat Tinggi 5 Padang RTH Taman Imam Bonjol 0,80 Tinggi 6 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 0,80 Tinggi 7 Padang Panjang Taman Secata 0,78 Tinggi Variabel Temporal Diversity of Use Tabel 5. Hasil Perhitungan Pada Variabel Temporal Diversity of Use 1 Pariaman Taman Lapangan Merdeka 0,78 Tinggi 2 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 0,78 Tinggi 3 Sawahlunto Lapangan Segitiga 0,78 Tinggi 4 Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 0,77 Tinggi 5 Solok Taman Kota 0,77 Tinggi 6 Padang Panjang Taman Secata 0,77 Tinggi 7 Padang RTH Taman Imam Bonjol 0,71 Tinggi Variabel Variety of Use Tabel 6. Hasil Perhitungan Pada Variabel Variety of Use 1 Padang RTH Taman Imam Bojol 0,82 Sangat Tinggi 2 Sawahlunto Lapangan Segitiga 0,79 Tinggi 3 Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 0,76 Tinggi 4 Solok Taman Kota 0,75 Tinggi 5 Pariaman Taman Lapangan Merdeka 0,70 Tinggi 6 Padang Panjang Taman Secata 0,63 Tinggi 7 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 0,61 Tinggi 7 Sawahlunto Lapangan Segitiga 0,20 Sangat Rendah 7

8 Variabel Diversity of Users Tabel 7. Hasil Perhitungan Pada Variabel Diversity of Use 1 Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 0,89 Sangat Tinggi 2 Padang RTH Taman Imam Bonjol 0,89 Sangat Tinggi 3 Padang Panjang Taman Secata 0,89 Sangat Tinggi 4 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 0,89 Sangat Tinggi 5 Solok Taman Kota 0,87 Sangat Tinggi 6 Sawahlunto Lapangan Segitiga 0,86 Sangat Tinggi 7 Pariaman Taman Lapangan Merdeka 0,85 Sangat Tinggi Setelah melakukan penilaian pada setiap ruang publik berdasarkan variabel yang telah penilaiannya, maka pada tahap ini adalah merupakan bagian untuk menilai dan memberi tingkatan yang didapat oleh setiap ruang publik dari hasil perhitungan beberapa variabel sebelumnya dan disebut sebagai tingkat GPSI (tingkat eektifitas ruang publik). Contohnya sebagai berikut (misalnya untuk GPSI Ruang Publik Kawasan jam Gadang Kota Bukittinggi). Diketahui : Intensity of use = 0,73 Intensity of Social use = 0,61 People's duration of stay = 1 Temporal diversity of use = 0,77 Variety of use = 0,76 Diversity of use = 0,89 Ditanya : Nilai Indeks efektifitas =? ruang publik (GPSI) Kawasan Jam Gadang Penyelesaian : ( Pertama) Total nilai variabel ( Kedua) Nilai GPSI Dan hasil tingkat efektifitas semua ruang publik amatan adalah sebagai berikut. = i1,i2,i3 i6 = 4,76 = i1,i2,i3 i6 6 = 0,79 Tabel 8. Tingkat Efektifitas Ruang Publik Pada Pusat Kota-kota Di Provinsi Sumatera Barat No. Kota Ruang Publik GPSI Kategori 1 Bukittinggi Kawasan Jam Gadang 0,79 Tinggi 2 Pariaman Lapangan Merdeka 0,74 Tinggi 3 Solok Taman Kota 0,71 Tinggi 4 Padang Panjang Taman Secata 0,68 Tinggi 5 Sawahlunto Lapangan Segitiga 0,70 Tinggi 6 Payakumbuh RTH Ratapan Ibu 0,63 Tinggi 7 Padang RTH Imam Bonjol 0,62 Tinggi Taman Kota Solok Lapangan Segitiga RTH Ratapan Kawasan Jam Untuk ruang publik dengan tingkat efektifitas tertinggi yaitu ruang publik kawasan Jam Gadang Kota Bukittinggi, sedangkan yang paling rendah adalah ruang publik RTH Taman Imam Bonjol Kota Padang. Akan tetapi dengan kondisi seperti ini, walaupun terdapat ruang publik dengan tingkat efektifitas paling tinggi dan paling rendah, bila di kategorikan, untuk seluruh ruang publik yang terseida pada pusat kota-kota di Provinsi Sumatera Barat keseluruhannya efektifitasnya sudah termasuk tinggi. RTH Taman Imam Taman Secata Taman Lapangan Tipologi Tingkat Efektifitas ruang Publik Tinggi rendahnya tingkat efektifitas ruang publik, dipengaruhi oleh tinggi rendahnya nilai indeks pada setiap variabel penilaian yang 8

9 memiliki arti pencapaian masing-masingnya. Sehingga perlu dibuatkannya matriks yang berfungsi untuk memperjelas kedudukan dan posisi tingkat efektifitas ruang publik berdasarkan variabel penilainnya. Hasil yang dikemukakan pada matriks ini juga merupakan suatu temuan studi dari penelitian ini yang kemudian akan dirumuskan kedalam tipologi (pengklasifikasian) yang juga dapat membantu dalam hal lebih memudahkan dalam hal merumuskan simpulan capaian daripada ruang publik tersebut dan menetapkan kebijakan atau pun keputusan tentang tindak lanjut terhadap ruang publik yang terdapat pada 7 kota amatan di Provinsi Sumatera Barat tersebut. Dapat diperhatikan pada matriks berikut ini. 9

10 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Untuk ruang publik dengan tingkat efektifitas tertinggi yaitu ruang publik kawasan Jam Gadang Kota Bukittinggi (0,79), sedangkan yang paling rendah adalah ruang publik RTH Taman Imam Bonjol Kota Padang (0,62). Walaupun nilai GPSI berbeda akan tetapi untuk keseluruhan ruang publik memiliki tingkat efektifitas yang tinggi Tipologi I, merupakan tipe klasifikasi yang menunjukkan pola dan posisi pencapaian efektivitas ruang publik berdasarkan variabel penilaiannya yang mengindikasikan bahwa tingkat pencapaian efektivitasnya buruk dan kurang baik yaitu terletak pada rentan pencapaian indeks dari 0 sampai 0,40 (kategori sangat rendah hingga rendah). Tipologi II, merupakan tipe klasifikasi yang menunjukkan pola dan posisi pencapaian efektifitas ruang publik berdasarkan variabel penilaiannya yang mengindikasikan bahwa tingkat pencapaian efektivitasnya tidak buruk dan baik yaitu terletak pada rentan pencapaian indeks dari 0,41 sampai 0,80 (kategori sedang hingga tinggi). Tipologi III, merupakan tipe klasifikasi yang menunjukkan pola dan posisi pencapaian efektivitas ruang publik berdasarkan variabel penilaiannya yang mengindikasikan bahwa tingkat pencapaian efektivitasnya lebih baik yaitu terletak pada rentan pencapaian indeks dari 0,81 sampai 1 (kategori sangat tinggi). Dari pada variabel penilaian pada seluruh ruang publik amatan, variebel penilaian lebih dominan berada pada tipologi II (dua) kemudian tipologi III (tiga) dan pada urutan terakhir yaitu tipologi I (satu). Variabel penilaian yang berada pada tipologi I (tingkat paling rendah), didominasi oleh variabel penilaian intensity of use (IU) dan intensity of social use (ISU) antara lain sebagai berikut. a. Pada ruang publik RTH Imam Bonjol Kota Padang yaitu variabel intensity of use (IU) b. Pada ruang publik Lapangan Segitiga Kota Sawahlunto yaitu variabel intensity of social use (ISU) c. Pada ruang publik RTH Ratapan Ibu Kota Payakumbuh yaitu variabel intensity of use (IU) dan intensity of social use (ISU). Rekomendasi Melakukan revitalisaisi serta mencari alternatif daya tarik baru untuk bisa dibangun dan dikembangkan pada ruang publik tersebut. Hal ini lebih difokuskan pada peningkatan kualitas variabel efektifitas ruang publik yang termasuk pada Tipologi I. Melakukan renovasi serta rehabilitasi pada ruang publik yang bersangkutan. Hal ini lebih difokuskan pada perbaikan kualitas variabel efektifitas ruang publik yang termasuk pada Tipologi II. Melakukan pemeliharaan berkala dengan maksud untuk mempertahankan kulaitas ruang publik. Hal ini lebih difokuskan pada 10

11 perbaikan kualitas variabel efektifitas ruang publik yang termasuk pada Tipologi III. Perlu dilakukan studi tentang a. Konsep penataan ruang publik RTH Imam Bonjol Kota Padang dan RTH Ratapan Ibu Kota Payakumbuh untuk optimasi penggunaan ruangnya. b. Kajian alternatif peningkatan kegiatan berkelompok pada ruang publik yang tersedia pada pusat kota-kota di Provinsi Sumatera Barat. DAFTAR PUSTAKA Aggi, Shalli Efektivitas Taman Sriwedari Sebagai Ruang Publik Di Kota Surakarta. Semarang: Jurnal Teknik PWK Universitas Diponegoro. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. LILI_SOMANTRI/makalah_Guru.pdf (diakses tgl 27 agustus 2015) Studyanto, A. B Ruang Publik. (Online).( diakses pada tgl 27 aguastus 2015) /penginderaan_jauhdasar.pdf (diakses pada tanggal 27 agustus 2015) h (diakses pada tanggal 28 agustus 2015) Rustam hakim, hardi utomo, komponen perancangan arsitektur lansekap (jakarta, 2003) hal 50 = penegertian ruang publik. Darmawan, Edy Peranan Ruang Publik Dalam Perancangan Kota. Seemarang. Pidato Pengukuhan Guru Besar ilmu Arsitektur Universitas Diponegoro. Indriani, Yuvita. Tingkat Keberhasilan Taman Denggung di Kabupaten Sleman, D. I. Yogyakarta Sebagai Ruang Publik. Yogyakarta. Jurnal teknik PWK Universitas Gadjah Mada. Parlindungan, Johannes Good Public Space Index Teori dan Metode. Malang. Research Center of Public Space Universitas Brawijaya. Perda RTRW Nomor 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat Siahaan, James Ruang Publik : Antara Harapan dan kenyataan. Buletin Tata Ruang, Edisi juli Agustus

GOOD PUBLIC SPACE INDEX Teori dan metode

GOOD PUBLIC SPACE INDEX Teori dan metode GOOD PUBLIC SPACE INDEX Teori dan metode Johannes Parlindungan 2013 Research Centre of Public Space Laboratory of Urban Design Department of Urban and Regional Planning University if Brawijaya GOOD PUBLIC

Lebih terperinci

MENILAI TINGKAT KERAGAMAN RUANG PUBLIK PADA TAMAN IMAMe BONJOL DI KOTA PADANG SEBAGAI MASUKAN DALAM PERBAIKAN KUALITAS RUANG

MENILAI TINGKAT KERAGAMAN RUANG PUBLIK PADA TAMAN IMAMe BONJOL DI KOTA PADANG SEBAGAI MASUKAN DALAM PERBAIKAN KUALITAS RUANG MEILAI TIGKAT KERAGAMA RUAG PUBLIK PADA TAMA IMAMe BOJOL DI KOTA PADAG SEBAGAI MASUKA DALAM PERBAIKA KUALITAS RUAG Oleh : Erit Zaky Aljsha 1), Tmi Eriawan 2) dan Hamdi ur 3) 1) Mahasiswa Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Reka Geomatika No.1 Vol. 2016 14-20 ISSN 2338-350X Maret 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau FERI NALDI, INDRIANAWATI Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI Riky Dony Ardian, Ana Hardiana, Rufia Andisetyana Putri Program Studi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*) IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG Elong Pribadi**) dan Suning*) Abstrak Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan adalah tersedianya

Lebih terperinci

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,

Lebih terperinci

KAJIAN TIPOLOGI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA BARAT

KAJIAN TIPOLOGI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA BARAT KAJIAN TIPOLOGI KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA BARAT Muhammad Candra Agusti, Harne Julianti Tou, Hamdi Nur Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bung Hatta, Padang Email: mchandraagusti@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota. Ruang terbuka publik merupakan lahan yang tidak terbangun dengan penggunaan tertentu, tidak

Lebih terperinci

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta) Hapsari Wahyuningsih, S.T, M.Sc Universitas Aisyiyah Yogyakarta Email: hapsariw@unisayogya.ac.id Abstract: This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang publik atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aksesibilitas merupakan hubungan kedekatan suatu tempat dengan tempat lain yang diindikasikan dengan kemudahan dalam mencapai tujuan dari lokasi asal (Simmonds, 2001).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Metro adalah kota hasil pemekaran Kabupaten Lampung Tengah dan memperoleh otonomi daerah pada tanggal 27 April 1999 sesuai dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun

Lebih terperinci

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN Najmi Nur Arif 1), Tomi Eriawan 2), Haryani 3) Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU

KAJIAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU KAJIAN PENGGUNAAN RUANG PUBLIK DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU Studi Kasus: PKL di Jalan Sutomo Medan dan sekitarnya SKRIPSI OLEH SHELLA LIE 100406027 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR Oleh : HALIMAH OKTORINA L2D000429 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN TANDANG, KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: INTAN MUNING H L2D 004 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat

Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat Kualitas Walkability Jalur Pedestrian Pada Koridor Jalan Permindo, Padang Berdasarkan Persepsi Masyarakat Ashiddiqy Adha 1 dan Jenny Ernawati 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI DAN KOLEKTOR DI KECAMATAN DEPOK DAN KECAMATAN NGAGLIK KABUPATEN SLEMAN Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D 000 449 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta Ariati 1) ABSTRAKSI Pembangunan perumahan baru di kota-kota sebagian besar berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.

ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALISIS HARGA DAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN SEWON DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. ANALYSIS PRICE AND VALUE OF LAND IN SEWON DISTRICT, USING REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dijabarkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan berisi rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasan sekaligus menjawab tujuan penelitian di bab

Lebih terperinci

PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT

PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT PROGRES IMPLEMENTASI 6 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI SUMATERA BARAT OLEH: IRWAN PRAYITNO Disampaikan pada Acara Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 "Sunday Morning" di Kawasan Lembah UGM Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan yang cukup luas. Sebagai salah satu ruang terbuka hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 2015 dan Perda No 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERPARKIRAN DI GEDUNG LOGIN MEGASTORE JL ABC BANDUNG ABSTRAK

EFEKTIVITAS PERPARKIRAN DI GEDUNG LOGIN MEGASTORE JL ABC BANDUNG ABSTRAK EFEKTIVITAS PERPARKIRAN DI GEDUNG LOGIN MEGASTORE JL ABC BANDUNG CHANDRA KRAMA PUTRA NRP: 1021032 Pembimbing: Prof. Dr. BUDI HARTANTO SUSILO, Ir., M.Sc ABSTRAK Login Megastore adalah salah satu tempat

Lebih terperinci

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD MARLIANSYAH 061202036 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan Berkumpul Ruang publik adalah suatu tempat umum dimana masyarakat melakukan aktifitas rutin dan

Lebih terperinci

Peran Masyarakat Tingkat Lokal dalam Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman Kota

Peran Masyarakat Tingkat Lokal dalam Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman Kota Peran Masyarakat Tingkat Lokal dalam Perencanaan Ruang Kawasan Permukiman Kota bandung, 4 agustus 2008 ; disampaikan pada seminar nasional peran arsitektur perkotaan dalam mewujudkan kota tropis Universitas

Lebih terperinci

COMMUNITY CENTER di BSD City (Penekanan Desain GREEN ARCHITECTURE) TA-118 BAB I PENDAHULUAN

COMMUNITY CENTER di BSD City (Penekanan Desain GREEN ARCHITECTURE) TA-118 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serpong adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Di kecamatan ini terletak kota terencana ternama yang bernama Bumi Serpong Damai

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN

ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN 2011-2016 Yunita Dwi Puspita, Hj. Nur Hidayati, SE.,MM & Junaidi, SE.,M.SA Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan zaman yang semakin maju menuntut manusia untuk dapat mengimbangi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Saat ini, ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments

EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments Citra Amalia Amal, Victor Sampebulu dan Shirly Wunas ABSTRAK Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data. BAB III METODE PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu optimalisasi peran dan fungsi ruang publik Taman Sungai Kayan kota Tanjung Selor Kalimantan Utara, maka diperlukan penajaman metode penelitian

Lebih terperinci

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Rancangan dan Uji Coba Konseling Individu untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi dalam Bekerja pada Guru Tetap SMAK X Jakarta. Maksud penelitian adalah mengujicobakan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER. Oleh : MARDI WIBOWO NIM :

PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER. Oleh : MARDI WIBOWO NIM : No. Urut : 109/S2-TL/TPL/1998 PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER Oleh : MARDI WIBOWO NIM : 25396032 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Batam adalah kota terbesar di provinsi Kepulauan Riau dan merupakan kota terbesar ke tiga populasinya di Sumatera setelah Medan dan Palembang, dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO Sabua Vol.5, No.1: 35-39, Mei 2013 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO M. Sofyan Sugi 1, Rieneke

Lebih terperinci

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

TINGKAT KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA DENGAN KONSEP LIVABLE CITY

TINGKAT KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA DENGAN KONSEP LIVABLE CITY TUGAS AKHIR TINGKAT KESESUAIAN RUANG PUBLIK DI KOTA SURAKARTA DENGAN KONSEP LIVABLE CITY Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota Oleh: IFNI FARIDA I0612024

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU (Berkonsep Nuansa Taman Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

RENTAL OFFICE DI DEPOK

RENTAL OFFICE DI DEPOK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RENTAL OFFICE DI DEPOK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Devy Renita Aninda L2B

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kenyamanan permukiman di kota dipengaruhi oleh keberadaan ruang terbuka hijau dan tata kelola kota. Pada tata kelola kota yang tidak baik yang ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

KEBERAGAMAN PENGGUNA RUANG PUBLIK PERMUKIMAN DI ATAS AIR BERKEPADATAN TINGGI

KEBERAGAMAN PENGGUNA RUANG PUBLIK PERMUKIMAN DI ATAS AIR BERKEPADATAN TINGGI KEBERAGAMAN PENGGUNA RUANG PUBLIK PERMUKIMAN DI ATAS AIR BERKEPADATAN TINGGI Hendri Fauzi, Johannes Parlindungan Siregar, Dian Kusuma Wardhani Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YUSUF SYARIFUDIN L2D 002 446 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014)

Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 1, Januari 2016 ISSN 2302-8491 Analisis Percepatan Tanah Maksimum Wilayah Sumatera Barat (Studi Kasus Gempa Bumi 8 Maret 1977 dan 11 September 2014) Marlisa 1,*, Dwi Pujiastuti

Lebih terperinci

PEMETAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Bagus Satria Aditama 1, Slamet Sudaryanto N. 2 Jurusan Tehnik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan kota adalah kawasan yang ditutupi pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan, tidak tertata seperti taman, dan lokasinya berada di dalam atau

Lebih terperinci

Sumatera Barat. Jam Gadang

Sumatera Barat. Jam Gadang Laporan Provinsi 123 Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di

Lebih terperinci

POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA)

POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA) POLA SPASIAL TEMPORAL DAERAH BERESIKO DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG DENGAN LOCAL INDICATOR OF SPATIAL ASSOCIATON (LISA) Oleh NINING DWI LESTARI M0108099 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN BANDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO TERHADAP PERUBAHAN GUNA LAHAN PERDAGANGAN DAN JASA PADA KORIDOR JALAN ADI SUCIPTO

TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN BANDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO TERHADAP PERUBAHAN GUNA LAHAN PERDAGANGAN DAN JASA PADA KORIDOR JALAN ADI SUCIPTO TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN BANDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO TERHADAP PERUBAHAN GUNA LAHAN PERDAGANGAN DAN JASA PADA KORIDOR JALAN ADI SUCIPTO Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata di indonesia saat ini telah tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu kehidupan manusia yang serba ingin tahu mengenai segala sesuatu hal, peristiwa

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu membutuhkan adanya rekreasi dan Olah raga. Jakarta sebagai kota metropolitan kususnya di Jakarta utara, dimana perkembangan penduduknya sangat

Lebih terperinci

BUKITTINGGI TRADITIONAL TRADE CENTER

BUKITTINGGI TRADITIONAL TRADE CENTER BUKITTINGGI TRADITIONAL TRADE CENTER ArnolSaputra, Sudirman Is, Asmardi Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Jl.Sumatra, Ulak Karang, Padang, 25133, Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS X SEMESTER II MATA PELAJARAN BIOLOGI MAN I PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JURNAL

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS X SEMESTER II MATA PELAJARAN BIOLOGI MAN I PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JURNAL ANALISIS SOAL UJIAN KELAS X SEMESTER II MATA PELAJARAN BIOLOGI MAN I PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN PERMODELAN SPASIAL DAERAH RAWAN BANJIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DELI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI Oleh : ROSMAWATI SITOMPUL 041201016/ MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota adalah daerah terbangun yang memiliki jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cenderung tinggi sehingga kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi

Lebih terperinci

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton LAMPIRAN III. A ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 Kab. Pasaman 13,31 14,97 9,98 6,65 5,82 9,15 9,98 6,65 8,33 4,99 9,98 7,49 107,30 2 Kab. Pasaman Barat 26,61 153,03 27,45 26,61

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI ABSTRAK...i KATA PENGANTAR..iii UCAPAN TERIMA KASIH iv DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL....vii DAFTAR GAMBAR...xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....1 B. Rumusan Masalah.. 5 C. Tujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK ) ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir

BAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir di setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu ada unsur bermainnya. Itulah mengapa salah

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN SEMESTER I MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ANALISIS SOAL UJIAN SEMESTER I MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ANALISIS SOAL UJIAN SEMESTER I MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Nesia Gusmarinda, Ardi, RRP Megahati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL Ingerid Lidia Moniaga & Fela Warouw Laboratorium Bentang Alam, Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi gaya hidup di kota-kota besar memaksa orang untuk bekerja lebih keras. Beban pekerjaan

Lebih terperinci

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat C38 Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat Bagiar Adla Satria dan Prananda Navitas Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH SUCI PRATIWI

KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH SUCI PRATIWI KAJIAN AKSESIBILITAS TERHADAP RUANG TERBUKA DI PERUMAHAN TERENCANA KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH SUCI PRATIWI 100406046 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 KAJIAN AKSESIBILITAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, Indeks Vegetasi (NDVI, MSAVI2 dan WDRVI) vii

ABSTRAK. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, Penginderaan Jauh, Citra Landsat 8, Indeks Vegetasi (NDVI, MSAVI2 dan WDRVI) vii ABSTRAK Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan berbagai jenis Vegetasi lainnya. Keanekaragaman suatu Vegetasi

Lebih terperinci

KAJIAN MENGENAI PENGARUH KUALITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP JANGKAUAN PELAYANAN SEKOLAH (Studi Kasus SMA I dan SMA 12 Padang)

KAJIAN MENGENAI PENGARUH KUALITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP JANGKAUAN PELAYANAN SEKOLAH (Studi Kasus SMA I dan SMA 12 Padang) KAJIAN MENGENAI PENGARUH KUALITAS SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP JANGKAUAN PELAYANAN SEKOLAH (Studi Kasus SMA I dan SMA 12 Padang) Fakhrul Satria, Tomi Eriawan, ST,MT, Ir Hamdi Nur, MTP. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. Pembangunan pada sebuah kawasan membawa perubahan terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI Oleh: RIKY DONY ARDIAN I 0610027 Diajukan Sebagai Syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan daerah yang memiliki potensi besar di bidang pariwisata. Potensi tersebut sangatlah beragam dan tidak kalah dengan daerah lain. Apapun jenis

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAN KAWASAN KORIDOR JALAN GATOT SUBROTO SURAKARTA Sebagai kawasan wisata belanja yang bercitra budaya Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Studi Evaluasi Elemen Pendukung Taman Dalam Mendukung Aktifitas Pengguna. Studi Kasus : Taman Lawang, Jakarta Pusat

Studi Evaluasi Elemen Pendukung Taman Dalam Mendukung Aktifitas Pengguna. Studi Kasus : Taman Lawang, Jakarta Pusat LAPORAN PENELITIAN Studi Evaluasi Elemen Pendukung Taman Dalam Mendukung Aktifitas Pengguna. Studi Kasus : Taman Lawang, Jakarta Pusat PENELITI: Resi Hari Murti Adjie (NIM: 41211010013) PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

KAJIAN KETERKAITAN GAYA HIDUP MAHASISWA DENGAN TATA RUANG KORIDOR JALAN BABARSARI YOGYAKARTA

KAJIAN KETERKAITAN GAYA HIDUP MAHASISWA DENGAN TATA RUANG KORIDOR JALAN BABARSARI YOGYAKARTA TESIS KAJIAN KETERKAITAN GAYA HIDUP MAHASISWA DENGAN TATA RUANG KORIDOR JALAN BABARSARI YOGYAKARTA Disusun oleh : (NIM : 105401486) PROGRAM STUDI MAGISTER DIGITAL ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan

Lebih terperinci

PERAN PENGEMBANG PERUMAHAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI PERUMAHAN KEMANG PRATAMA KOTA BEKASI TESIS

PERAN PENGEMBANG PERUMAHAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI PERUMAHAN KEMANG PRATAMA KOTA BEKASI TESIS PERAN PENGEMBANG PERUMAHAN DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI PERUMAHAN KEMANG PRATAMA KOTA BEKASI ALAMAN JUDUL TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Magister Pembangunan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT

Rizqi Agung Wicaksono Zuharnen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ABSTRACT PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH RESOLUSI TINGGI DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK MENENTUKAN LOKASI PRIORITAS PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA SURAKARTA Rizqi Agung Wicaksono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini peningkatan pencemaran pada kawasan perkotaan semakin meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta. Sebagai ibukota provinsi

Lebih terperinci

Perencanaan Perpustakaan Umum Propinsi

Perencanaan Perpustakaan Umum Propinsi PERENCANAAN PERPUSTAKAAN UMUM PROPINSI di JALAN DIPONEGORO KEL. BELAKANG TANGSI, PADANG Roudolf Herladiano, Elfida Agus, Hasan Basri Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas

Lebih terperinci