BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang masalah. Antibiotik adalah suatu senyawa yang dapat diperoleh dari fermentasi
|
|
- Veronika Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAULUAN a. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara tropis dengan penyakit infeksi di kalangan masyarakat masih tinggi, sehingga penggunaan antibiotik semakin banyak digunakan. Kebutuhan antibiotik yang semakin meningkat mengakibatkan kebutuhan akan antibiotik tinggi. Antibiotik adalah suatu senyawa yang dapat diperoleh dari fermentasi suatu mikroorganisme atau secara sintesis kimia dan dapat menekan atau menghentikan pertumbuhan dari mikroorganisme lain. Antibiotik dibagi menjadi beberapa golongan yaitu aminoglikosid, sefalosforin, kloramfenikol, makrolid, dan penisilin. Mekanisme kerja golongan makrolid adalah menghambat sintesis protein mikroorganisme dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S. Antibiotik eritromisin merupakan antibiotik golongan makroloid yang memiliki aktivitas sebagai bakterisid dan bakteriostatik terhadap gram positif (El-Enshasy dkk, 2007). Penggunaan antibiotik eritromisin semakin berkembang ketika antibiotik penisilin G mengalami resistensi pada beberapa macam bakteri Untuk mendapatkan eritromisin dapat dilakukan fermentasi menggunakan Sac. erythraea sebagai mikroorganisme penghasilnya. Pada tahun 1989 Sac. erythraea memiliki nama Streptomyces erythraeus. Perubahan taksonomi ini didasarkan pada perbedaan komponen penyusun dinding sel Sac. Erythraea, yaitu meso-diaminopimelat dan l-diaminopimelat, sedangkan penyusun dinding sel
2 genus Streptomyces erythraeus, hanya l-diaminopimelat (Eka, 1994). Penggunaan antibiotik eritromisin saat ini ditujukan pada infeksi saluran pernafasan atas (Yasin dkk, 2005) dikarenakan ukuran molekulnya yang cenderung kecil (Anonim, 2013). Biosintesis eritromisin berlangsung melalui prekursor propionil KoA dan metilmalonil KoA yang berkondensasi membentuk aglikon eritronolid, lalu mengadakan ikatan dengan gula deoksi. Dengan terjadinya perubahan antara kedua turunan KoA tersebut, akan meningkatkan produk metabolit sekunder berupa eritromisin (Corcoran, 1981). Pada saat dilakukan fermentasi Sac. erythraea peran media sangat berpengaruh pada pembentukan biomassa produksi eritromisin, media tersebut harus memenuhi adanya sumber karbon nitrogen, vitamin, mineral dan sebagainya Produksi gula tebu di Indonesia jumlahnya sangat banyak hal tersebut dikarenakan gula tebu sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai pemanis tambahan untuk makanan maupun minuman. Produksi gula tebu yang cukup banyak tersebut akan berdampak pada banyak limbah molase dan vinasse yang dibuang. Dalam molase masih banyak kandungan zat yang dapat dimanfatkan sebagai media pertumbuhan mikroba, hal tersebut dikarenakan molase masih mengandung maltoheptaosa, maltosa, glukosa, ksilosa, vitamin mineral dan amino. Sementara itu masyarakat Indonesia gemar mengkonsumsi tahu mengakibatkan produksi tahu di Indonesia sangat melimpah. Tahu mengandung protein yang tinggi, harganya murah, dan masyarakatnya, terutama di pulau Jawa
3 banyak membuat olahan pangan yang bahan dasarnya terbuat dari tahu. al tersebut berdampak dengan melimpahnya limbah ampas tahu yang dihasilkan, meskipun ampas tahu tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai pakan ternak ayam dan bebek sebagai pakan tambahan, tetap saja masih banyak ampas tahu yang masih menjadi limbah dan terbuang (ernaman dkk, 2005). b. Rumusan masalah Untuk menghasilkan eritromisin dapat dilakukan fermentasi menggunakan Sac. erythraea. Penambahan jumlah protein dan gula pada media standar agar fermentasi berjalan optimal. Pada media standar ditambahkan molase sebagai sumber karbon, karena didalam molase masih mengandung maltoheptaosa, maltosa, glukosa, ksilosa. Sedangkan penambahan ampas tahu diharapkan agar pertumbuhan Sac. erythraea BM1/A13 dapat berkembang dengan baik, dan dapat memproduksi eritromisin yang optimal. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang timbul adalah: Apakah penambahan ampas tahu dan molase dalam media fermentasi Sac. erythraea BM1/A13 dapat meningkatkan produksi eritromisin?
4 c. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah pabrik gula yakni molase sebagai tambahan sumber karbon dan ampas tahu yang merupakan limbah padatan sisa pembuatan tahu sebagai tambahan sumber protein pada fermentasi Saccharopolispora erythraea BM1/A13 untuk memproduksi eritromisin d. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengaruh pemberian molase sebagai bahan tambahan dalam media fermentasi Sac. erythraea untuk memproduksi eritromisin, belum pernah dilakukan. e. 1. Tinjuan pustaka Eritromisin Antibiotik memiliki beberapa golongan yaitu aminoglikosid, sefalosforin, kloramfenikol, makrolid, dan penisilin. Eritromisin termasuk dalam golongan makrolid yang berkerja dengan menghambat sintesis protein mikroorganisme melalui ikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S. Dalam penggunaannya secara klinis preparat eritromisin merupakan bentuk dalam campuran antara eritromisin A, eritromisin B dan eritromisin C (mura & Tanaka, 1984)
5 Eritromisin yang dihasilkan melalui fermentasi Sac. erythraea, terdiri dari eritromisin A,B,C,D, dan F gambar. 1, dari produk tersebut eritromisin A merupakan produk utama yang dihasilkan, sedangkan eritromisin B dan C merupakan bentuk intermediate dalam biosintesis eritromisin. 3C N 3C R1 3C R2 0 C2R3 Eritromisin A Eritromisin B Eritromisin C Eritromisin D Eritromisin F R1 R2 R3 Gambar 1. Struktur Eritromisin (mura & Tanaka,1984) Biosintesis eritromisin dibentuk melalui dua jalur, yakni jalur pertama terjadi cincin 6-deoksieritronolid B dan jalur kedua menuju kepada glikosilasi 6-
6 deoksi-eritronolid B. Sedangkan jalur biosintesis 6-deokisieritronolid-B dari propionil KoA dan 2-metilmalonil Ko A berjalan melalui 7 langkah, seperti tertera pada gambar 2 (Sudibyo, 1998 ). Asam propionat dapat digunakan sebagai prekursor pada biosintesis eritromisin, yang berasal dari berbagai langkah, antara lain dari metabolisme oksidatif piruvat melalui suksinat, dari pemecahan lemak dengan jumlah atom karbon gasal dan dari - amino rantai cabang seperti valin dan isoleusin maupun dari amino lain seperti treonin dan metionin. Sebagai aglikon dari eritromisin adalah 6-deokisieritronolid-B dan biosintesisnya dalam sistem biologis dapat menyerupai lemak rantai panjang. Pemecahan amino rantai cabang lebih banyak digunakan sebagai awal pembentukan eritromisin A (Corcoran, 1981)
7 Jalur bisintesis eritromisin yang dikemukakan. adalah sebagai berikut : 1 SKoA SKoA SKoA SKoA Langkah 2 Langkah 1 + K,R K,R C Propionil KoA 2-metilmalonil KoA Langkah 4 Langkah 3 K Langkah 5 K,R,D,ER K,R SKoA SKoA KoAS Langkah 6 Laktonisasi K,R 13-1 SKoA Poliketida tereduksi 6-Deoksieritronolid B Keterangan : K= Kondensasi dengan 1 mol 2-metilmalonil KoA R= Reduksi β-keto D= dehidratasi ER= Reduksi enol Gambar 2. Jalur biosintesis eritromisin (Sudibyo, 1998 )
8 2. Fermentasi Fermentasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode batch, continuous dan fed-batch. Penggunakan metode diatas disesuaikan dengan kebutuhan produksi yang akan dihasilkan, sedangkan untuk skala penelitian dilaboratorium yang sering digunakan adalah metode batch. Metode batch culture merupakan metode yang sederhana, metode ini menggunakan sistem yang tertutup. Pemberian media dan mikroba hanya dilakukan sekali tanpa ada penambahan yang kontinyu, sistem tersebut membuat kondisi yang memberikan nutrien terbatas (Stanbury dkk, 2003) Proses fermentasi sistem batch culture terdiri dari beberapa fase, yakni. Fase pertama adalah fase lag dimana mikroorganime penghasil antibiotik melakukan adaptasi dengan media barunya. Selanjutnya adalah fase eksponensial, fase ini merupakan fase dimana sel organisme melakukan penambahan jumlah. Fase exponensial dapat didiskripsikan menjadi persamaan Dimana : = µ : konsentrasi biomassa mikroorganisme t : waktu dalam jam µ : pertumbuhan spesifik, dalam jam-1
9 Gambar 3. Grafik fase pertumbuhan sistem batch (Stanbury dkk, 2003) Antara fase log dan fase stasioner terdapat fase perlambatan dimana dalam fase tersebut kecepatan pertumbuhan mikroba mulai menurun, pada fase perlambatan mikroba mulai menghasilkan beberapa enzim yang akan digunakan untuk memproduksi metabolit sekunder. Fase selanjutnya adalah fase stasioner dimana pertumbuhan mikroorganisme berjalan tetap, pada fase ini beberapa bakteri menghasilkan senyawa metabolit sekundernya, sampai mulai berkurangnya sel sel mikroba yang hidup yang disebut dengan fase kematian. 3. Uji Antibiotik Uji antibiotik digunakan untuk menentukan potensi dan kontrol kualitas selama proses produksi senyawa antimikroba. Metode disc diffusion adalah salah satu metode untuk menentukan aktivitas antimikroba. Piringan paper disc berisi senyawa antibiotik diletakkan pada media agar yang akan berdifusi pada media
10 agar (Pratiwi, 2008). Parameter hasil yang akan didapat berupa besar diameter zona penghambatan pertumbuhan bakteri uji. 4. Molase Sumber karbon akan menentukan produk utama dalam proses fermentasi, pemilihan sumber karbon akan memainkan peran penting dalam sisi ekonomi dari proses produksi fermentasi karena bahan baku memegang 60-75% dari biaya produk (Riadi, 2007). Molase yang merupakan limbah dari gula tebu yang sudah tidak terpakai dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbon karena komposisi molase dalam gula tebu yang masih mengandung: sukrosa 33,4 %, gula invert 21,4 %, bahan organik lain 19,6 %, N=0,4-1,5%, trace elemen seperti P23, Ca, Mg, K2, Si2, Al23, Fe23, vitamin-vitamin yakni: tiamin, riboflavin, piridoksin, niasinamida, pantotenat, folat, biotin dan abu ( Martoyo dkk, 1991 ) molase 1% Gambar molase 2% molase 2,5% molase 5% 4. Data diameter hambat biakan Sacc.erythraea pada media molase terhadap bakteri M. luteus ( Asih, 2013 ) Pemberian molase sebagai penggantian glukosa pada kadar yang kecil dapat meningkatkan biomassa pada fermentasi Sac. erythraea BM1/A13 (Asih, 2013) 5. Ampas tahu
11 Kesempurnaan pertumbuhan mikroorganisme dapat dipengaruhi kadar protein dalam media fermentasi. Penentuan kadar protein yang terkandung dalam media fermentasi akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan dari organisme. Ampas tahu dapat digunakan untuk alternatif bahan guna menambah protein yang terdapat dalam media. Dalam keadaan segar ampas tahu mengandung tidak kurang 80% air sedangkan ampas tahu yang telah kering masih mengandung air kira-kira 16% dengan kadar protein sebesar 22,3% (Koesnul, 1992). Kandungan yang terdapat dalam ampas tahu tertera dalam tabel 1 berikut Tabel I. Tabel kandungan dalam ampas tahu (Suprapti, 2005) Kadar/100 g Bahan No. Unsur Gizi Kedelai Basah Tahu Ampas Tahu 1. Energi (kal) Air (g) 20 84,8 4,9 3. Protein (g) 30,2 7,8 17,4 4. Lemak (g) 15,6 4,6 5,9 5. Karbohidrat (g) 30,1 1,6 67,5 6. Mineral (g) 4,1 1,2 4,3 7. Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat besi (mg) 6,9 0, Vitamin A (mcg)
12 11. Vitamin B (mg) 0,93 0,06 0,2 6. Jalur Biosintesis Eritromisin Pembentukan eritromisin A diawali dengan pembuatan metabolit antara 6deokisieritronolid-B dari propionat seperti pada gambar 2. Pada biosintesis selanjutnya akan dibentuk eritromisin B dan C sebagai metabolit intermediate sebelum ke pembentukan eritromisin A seperti tertera pada gambar 5. MR MR Eritromisin D Eritromisin C ( ) ( ) [ ery B ] MR CL [ 9EI 262 ] (0) Eritromisin B Erythronolide B Eritromisin A : Desosamin 3C N C C 2 MR CL CL () MR 3-o-Mycarosylerythronolide B () : Mikarosa Eritromisin F 1 6-Deoxyerythronolide CL [ 2NU 153, ery A ] : kladinosa 3C 7X Propionat Eritromisin E Gambar 5. Jalur biosintesis Eritromisin E (mura & Tanaka, 1984 )
13 Kedua metabolit tersebut memiliki perbedaan pada gugus mikarosa dan kladinosa. C-12 hydroxylase digunakan sebagai katalis pada perubahan eritromisn D menjadi C. Pada jalur tersebut eritromisin C lebih disukai sebagai substrat dari pada eritromisin D walaupun eritromisin D adalah methylated untuk pembentukan eritromisin B. enzim -methyltransferase bertanggung jawab pada langkah akhir untuk pembuatan eritromisin A serta dibutuhkan 5-adenosilmetionin sebagai donor metil. Lintasan biosintesis yang lain digunakan untuk mendukung pembentukan eritromisin, menghasilkan gula-gula deoksi yang terdapat pada antibiotik eritromisin (Corcoran, 1981). glukosa piruvat asetat oksaloasetat propionat+ ( metilmalonat) asetat eritronolida eritromisin metilmalonat piruvat malat glioksilat suksinat Gambar 6. Katabolisme glukosa menjadi propionat ( Listyanti. 1990) sitrat isositrat ketoglutarat
14 C2 L-metionina L-metionina Glukosa L-metionina Mikarosa N() desosamin kladinosa Gambar 7. Pembentukan gula deoksi dari eritromisin (Listyanti. 1990) gula yang terdapat dalam eritromisin merupakan proses katabolisme glukosa tanpa ada pemecahan ikatan karbonnya, gula tersebut seperti desosamin, kladinose dan L-mikarosa (Listyanti. 1990)
15 f. Landasan teori dan hipotesis Eritromisin dapat diproduksi optimal dengan cara fermentasi Sac. erythraea pada media yang sesuai. Dengan mengacu pada uraian pustaka diatas dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : 1. Penambahan molase pada media dapat meningkatkan pertumbuhan Sac. erythraea dan meningkatkan produksi eritromisin. al tersebut dikarenakan dalam molase terkandung gula maltoheptaosa, maltosa, glukosa, ksilosa yang mudah dimetabolis. Selain itu glukosa yang berfungsi sebagai prekursor pembentukan eritromisin 2. Penambahan ampas tahu pada media dapat meningkatkan pertumbuhan Sac. erythraea dan meningkatkan produksi eritromisin. hal tersebut dikarenakan dalam ampas tahu masih terdapat protein yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dari Sac. erythraea dan protein termetabolis menghasilkan Lmetionin yang berfungsi sebagai prekursor pembentukan eritromisin
Streptomyces erythreus. Pada determinasi mula-mula, ia di klasifikasikan sebagai
treptomyces erythreus. Pada determinasi mula-mula, ia di klasifikasikan sebagai anggota dari genus treptomyces. Namun pada penelitian selanjutnya atas komponen penyusun dinding selnya, memperlihatkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Eritromisin dapat diproduksi melalui fermentasi memakai Streptomyces sp.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eritromisin merupakan salah satu antibiotika pilihan utama yang penting, terutama bagi pasien yang sensitif serta resisten terhadap turunan penisilin (Siswandono,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin berkembang dengan pesat, terutama perkembangan antibiotik yang dihasilkan oleh mikrobia. Penisilin
Lebih terperinciMedia Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat
Media Kultur Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang
Lebih terperinciMedia Kultur. Pendahuluan
Media Kultur Materi Kuliah Bioindustri Minggu ke 4 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang murah sehingga
Lebih terperinciEnergi Alternatif. Digester anaerob. Penambahan Bahan Aditif. Tetes Tebu
PERANAN TETES TEBU DALAM PRODUKSI BIOGAS Pembimbing : Dr. rer.nat.triwikantoro, M.Sc Dr. Melania Suweni M, M.T Oleh : Amaliyah Rohsari Indah Utami (1108201007) Latar Belakang Krisis Bahan bakar Protokol
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengobatan saat ini, perkembangan antibiotik untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme patogen juga semakin berkembang. Menurut Madigan
Lebih terperinciUJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI
UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperincidari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah
TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena
Lebih terperinciNimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BAHAN BAKU DAN PRODUK BIOINDUSTRI Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi
Lebih terperinciKehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan. Aspek kimia dalam tubuh - 2
Kehidupan 7 karakteristik kehidupan Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi Aspek kimia dalam tubuh - 2 Aspek kimia dalam tubuh - 3 REPRODUKSI: Penting untuk kelangsungan hidup spesies.
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN GUM XANTHAN DARI AMPAS TAHU. MENGGUNAKAN Xanthomonas campestris (KAJIAN KONSENTRASI KULTUR DAN PENAMBAHAN GULA) SKRIPSI
STUDI PEMBUATAN GUM XANTHAN DARI AMPAS TAHU MENGGUNAKAN Xanthomonas campestris (KAJIAN KONSENTRASI KULTUR DAN PENAMBAHAN GULA) SKRIPSI Oleh : Asri Maulina NPM : 103301009 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN KADAR C (KARBON) DAN KADAR N (NITROGEN) MEDIA KULTIVASI Hasil analisis molases dan urea sebagai sumber karbon dan nitrogen menggunakan metode Walkley-Black dan Kjeldahl,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ethanol banyak dipergunakan dalam berbagai aspek kehidupan, baik industri maupun untuk keperluan sehari-hari. Ethanol merupakan salah satu produk industri yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Bakteri Acetobacter xylinum Kedudukan taksonomi bakteri Acetobacter xylinum menurut Holt & Hendrick (1994) adalah sebagai berikut : Divisio Klass Ordo Subordo Famili
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya terkandung banyak kebaikan dan manfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat
Lebih terperinciKoordinasi metabolisme mikrobial dan biokonversi
Koordinasi metabolisme mikrobial dan biokonversi Nutrien masuk ke dalam tubuh sel melalui : 1. Difusi pasif Pemasukan nutrien melalui pergerakan molekuler secara acak dan tidak memerlukan energi (ATP).
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciMetabolisme : Enzim & Respirasi
Metabolisme : Enzim & Respirasi SMA Regina Pacis Ms. Evy Anggraeny August 2014 1 Pengantar Metabolisme Yaitu modifikasi reaksi biokimia dalam sel makhluk hidup Aktivitas sel Metabolit Enzim/fermen Macamnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperincioksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik
Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan
Lebih terperincimolase sebagai medium pertumbuhan Penicillium chrysogenum. Menurut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad 20-an, telah muncul gagasan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang bersifat patogen, dengan dihasilkannya metabolit sekunder yang mampu menghambat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini
Lebih terperinciMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)
I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi
Lebih terperinciSMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses
Lebih terperinciPakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan
Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaplek (Manihot esculenta Crantz) Gaplek (Manihot Esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu. Gaplek berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir
Lebih terperinciPendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat
Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI Asam sitrat merupakan asam organik Berguna dalam industri makanan, farmasi dan tambahan dalam makanan ternak Dapat diproduksi secara kimiawi, atau secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari proses produksi maupun konsumsi yang dilakukan oleh manusia, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo
Lebih terperinciPenemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2.
Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan
Lebih terperinciSiklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed
Siklus Krebs dr. Ismawati, M.Biomed Berfungsi dalam katabolisme dan juga anabolisme amfibolik Katabolisme memproduksi molekul berenergi tinggi Anabolisme memproduksi intermedier untuk prekursor biosintesis
Lebih terperinciKehidupan. Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi. 7 karakteristik kehidupan
Kehidupan 7 karakteristik kehidupan Senyawa kimia dalam jasad hidup Sintesis dan degradasi Aspek kimia dalam tubuh - 2 REPRDUKSI: Penting untuk kelangsungan hidup spesies. Reproduksi seksual berkembang
Lebih terperinciBIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER
BIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER Biosintesis merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk metabolisme) dari molekul yang sederhana sehingga menjadi molekul yang lebih kompleks
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Hamli (2015) salah satu jenis tanaman sayuran yang mudah dibudidayakan
Lebih terperinciMetabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia
Metabolisme Karbohidrat Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia LATAR BELAKANG Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya menghasilkan enzim amilase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan. Sisa hasil produksi tersebut jika tidak dimanfaatkan kembali akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman dan makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin menyadari akan pentingnya mengkonsumsi makanan
Lebih terperinciBIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt
BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan
Lebih terperinciUJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI
UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Limbah Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1 Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia dengan luas panen dan produksi pisang selalu
Lebih terperinciMetabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2
Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida
Lebih terperinciUKDW I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang (Volvariella volvacea) merupakan salah satu spesies jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara. Beberapa kelebihan yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah pisang merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dibandingkan dengan buah yang lain. Buah pisang memiliki kandungan gizi yang tinggi, diantaranya mengandung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN
7 2013, No.709 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA PERTUMBUHAN
Lebih terperinciKUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA
KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Produk-produk fermentasi dapat berbahan dari produk hewani maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer
Lebih terperinciPembiakan dan Pertumbuhan Bakteri
Pembiakan dan Pertumbuhan Bakteri A. Pertumbuhan Sel Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu
ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian enzim menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) adalah buah yang memiliki mata yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat tumbuh subur di daerah beriklim
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekitar 20-60% bahan baku agroindustri biasanya akan menjadi limbah. Jika limbah tidak ditangani secara benar, akan mudah membusuk dan akhirnya mencemari lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Permen jelly memiliki tekstur lunak yang diproses dengan
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah
5 II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah karbohidrat menjadi asam laktat (Amin dan Leksono, 2001). Karakter fisiologis BAL dikelompokkan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber pangan yang bergizi. Selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber asam lemak esensial yang menunjang perbaikan kualitas sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak sekali minuman fermentasi yang dijual dipasaran, salah satunya yoghurt. Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan susu segar sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering
Lebih terperinciIII. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA
III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam
Lebih terperinciDr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.
BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan
Lebih terperinciProtein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, jagung juga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan
Lebih terperinciBIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt
BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan telah membudaya di semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tempe mengandung
Lebih terperincikabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakso adalah makanan yang banyak digemari masyarakat di Indonesia. Salah satu bahan baku bakso adalah daging sapi. Mahalnya harga daging sapi membuat banyak
Lebih terperinciPEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI MEDIA TANAM BIAKAN MURNI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)
PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI MEDIA TANAM BIAKAN MURNI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi Disusun oleh: Thomas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan-bahan yang mengandung satu atau lebih zat senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Selain dibutuhkan oleh tanaman pupuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang
Lebih terperinciKomponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012
Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.
Lebih terperinci1 Asimilasi nitrogen dan sulfur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Banyak sekali produk olahan yang berasal dari singkong, salah satunya adalah tepung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfermentasi kedelai (Nakajima et al., 2005); tempe yang biasa dikenal oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe adalah makanan fermentasi tradisional Indonesia yang dibuat melalui aktivitas mikrobia tertentu dengan melepaskan berbagai enzim untuk memfermentasi kedelai
Lebih terperinci