KEEFEKTIFAN EKSTRAK AKAR KUDZU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEEFEKTIFAN EKSTRAK AKAR KUDZU"

Transkripsi

1 KEEFEKTIFAN EKSTRAK AKAR KUDZU (Pueraria javanica) DAN EKSTRAK DAUN TEH (Camellia sinensis L.) DALAM KEMASAN SEBAGAI PELINDUNG ULTRA VIOLET UNTUK Spodoptera litura F. NUCLEOPOLYHEDROVIRUS (SlNPV) REKA PRADANA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 ABSTRAK REKA PRADANA. Keefektifan Ekstrak Akar Kudzu (Pueraria javanica) dan Ekstrak Daun Teh (Camellia sinensis L.) dalam Kemasan sebagai Pelindung Ultra Violet untuk Spodoptera litura F. Nucleopolyhedrovirus (SlNPV). Dibimbing oleh R. YAYI MUNARA KUSUMAH. Kelemahan SlNPV pada saat diaplikasikan di lapangan yaitu menurunnya keefektifan SlNPV setelah terpapar sinar matahari khususnya sinar ultraviolet. Sebagai upaya mengatasi hal tersebut perlu dilakukan rekayasa formulasi untuk meningkatkan keefektifan SlNPV dengan menambahkan senyawa yang bersifat sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet. Bahan tambahan untuk melindungi NPV dari sinar matahari diantaranya daun teh dan akar kudzu (P. javanica). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai potensi ekstrak akar kudzu (P. javanica) dan ekstrak daun teh (C. sinensis) dalam kemasan sebagai UV protektan NPV. Perlakuan yang diberikan yaitu suspensi SlNPV ditambah 0,1%, 0,5%, 1% ekstrak akar kudzu (P. javanica) dan 1% ekstrak daun teh (C. sinensis) kemudian dijemur di bawah sinar matahari dengan waktu pemaparan 0, 1, 2, dan 3 jam. Suspensi yang telah dijemur diaplikasikan ke daun kedelai dengan metode celup daun. Larva S. litura instar 3 dimasukkan ke dalam wadah yang berisi daun yang telah mendapatkan perlakuan virus. Pengamatan terhadap kematian larva dilakukan setiap hari sampai semua larva mati atau menjadi pupa. Pada perlakuan dengan bahan tambahan UV protektan, laju kematian S. litura dalam waktu 5 hari sudah mencapai kematian 100%. Penambahan kensentrasi perlakuan ekstrak akar kudzu (P. javanica) dan ekstrak daun teh (C. sinensis) dalam kemasan pada SlNPV efektif digunakan sebagai pelindung SlNPV dari sinar matahari. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak akar kudzu P. javanica dan daun teh dalam kemasan (C. sinensis) pada SlNPV efektif digunakan sebagai bahan tambahan dan pelindung SlNPV dari sinar ultra violet. Kata Kunci : Spodoptera litura, SlNPV, UV protektan, Teh, Kudzu (P. javanica)

3 KEEFEKTIFAN EKSTRAK AKAR KUDZU (Pueraria javanica) DAN EKSTRAK DAUN TEH (Camellia sinensis L.) DALAM KEMASAN SEBAGAI PELINDUNG ULTRA VIOLET UNTUK Spodoptera litura F. NUCLEOPOLYHEDROVIRUS (SlNPV) REKA PRADANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

4 Judul : Keefektifan Ekstrak Akar Kudzu (Pueraria javanica) dan Ekstrak Daun Teh (Camellia sinensis L.) dalam Kemasan sebagai Pelindung Ultra Violet untuk Spodoptera litura F. Nucleopolyhedrovirus (SlNPV) Nama : Reka Pradana NIM : A Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Proteksi Tanaman Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si. NIP Tanggal lulus:

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Banten pada tanggal 18 November Dari ayah Rohman S.Pd dan ibu Umaryah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Sindang Mulya II. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTPN 3 Rangkasbitung dan menyelesaikan masa belajar pada tahun 2004, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 2 Rangkasbitung dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Program Studi Proteksi Tanaman. Selama menjalani pendidikan di Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2009 sampai 2010 penulis aktif di kepengurusan organisasi Himasita Departemen Proteksi Tanaman, pada tahun 2010 sampai 2011 aktif dalam komunitas perkusi IPB.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Keefektifan Ekstrak Akar Kudzu (Pueraria javanica) dan Ekstrak Daun Teh (Camellia sinensis) dalam Kemasan sebagai Pelindung Ultra Violet untuk Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (NPV). Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1. Keluarga yang selalu memberikan do a, dorongan, motivasi serta dukungannya kepada penulis. 2. Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, dan saran-sarannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc., selaku dosen penguji tamu yang telah memberi bantuan berupa saran maupun motivasi kepada penulis. 4. Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA., selaku kepala laboratorium patologi serangga yang telah memberi bimbingan dan bantuannya selama penelitian di Laboratorium Patologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman. 5. Dr. Ir. Dadan Hindayana, M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan akademik selama di Departemen Proteksi Tanaman. 6. Seluruh dosen dan staf pegawai di lingkungan Departemen Proteksi Tanaman atas dukungan dan saran yang diberikan kepada penulis. 7. Teman-teman Departemen Proteksi Tanaman angkatan 43 khususnya Ellyta Sariani SP, M. Eldiary Akbar SP, angkatan 44 Dolpina A Ratissa SP, Lutfi Afifah SP, Agus Setiawan, Gamatriani Markhamah SP, Rizki Israhayu, Anik Nurhayati SP, angkatan 45, angkatan 46 khususnya Annisa Nurfajrina, Desy Permatasari dan angkatan 47 khususnya Muhammad Fauzi syabani serta Dr. Irwan Lakani, SP,M.Si., yang telah membantu penelitian penulis serta memberikan saran dan motivasi. Akhirnya ucapan terima kasih penulis ucapkan pada rekan-rekan yang terlibat dalam proses penyelesaian tugas akhir. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang memerlukan. Bogor, Januari 2012 Reka Pradana

7 ix DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae)... 4 Morfologi dan Bioekologi... 4 Gejala Serangan... 5 Tanaman Inang S. litura... 5 Nucleopolyhedrovirus (NPV)... 5 Morfologi dan Stuktur... 5 Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV)... 6 Patogenisitas... 6 Mekanisme Mematikan Inang dan Siklus Hidup NPV di Alam... 7 Keunggulan dan Kekurangan SlNPV... 7 Bahan Pelindung Ultraviolet untuk SlNPV... 8 Kudzu (Pueraria javanica)... 8 Teh (Camellia sinensis)... 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Pemeliharaan Serangga Uji Purifikasi Suspensi Polihedra Uji Toksisitas Bahan UV Protektan Pengaruh Lama Penyinaran terhadap SlNPV Uji Efektifitas Bahan Tambahan Akar Kudzu dan Daun Teh Rancangan Percobaan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi SlNPV pada S. litura Toksisitas SlNPV terhadap S. litura pada Berbagai Konsentrasi Interaksi Antara Bahan Campuran Ekstrak dan Waktu Pemaparan SlNPV... 17

8 viii x KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 27

9 DAFTAR TABEL Halaman 1 Toksisitas SlNPV terhadap larva S. litura dengan metode perlakuan pakan Sidik ragam interaksi antara perlakuan bahan campuran ekstrak (virus dan ekstrak) dan waktu penjemuran Rata-rata kematian larva S. litura setelah perlakuan SlNPV dan UV protektan pada akhir pengamatan... 18

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Polihedra SlNPV Rata-rata kematian larva S. litura pada berbagai tingkat konsentrasi SlNPVdan UV protektan pada akhir pengamatan Laju mortalitas S. litura pada berbagai bahan campuran ekstrak dengan perlakuan pemaparan UV (a) 0 jam, (b) 1 jam Laju mortalitas S. litura pada berbagai bahan campuran ekstrak dengan perlakuan pemaparan UV (a) 2 jam, (b) 3 jam... 21

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura 0 jam Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura 1 jam Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura 2 jam Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura 3 jam Foto larva S. litura... 30

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 1995 dengan luas panen 1,48 juta ha dan produksi 1,52 juta ton. Luas panen terus menurun pada tahun 2007 mencapai 31% dengan produksi hanya 592 ribu ton. Kebutuhan kedelai untuk konsumsi dalam negeri pada tahun 2007 mencapai 1,94 juta ton, sehingga kekurangannya harus dipenuhi melalui impor yang cukup banyak. Pada tahun 2020, penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 278 juta jiwa dan konsumsi kedelai per kapita 9,46 kg/tahun, sehingga dibutuhkan 2,6 juta ton kedelai (Departemen Pertanian 2008). Salah satu masalah dalam proses produksi kedelai di Indonesia adalah gangguan hama. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 9 jenis serangga hama pemakan daun, ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu jenis hama pemakan daun kedelai yang sangat penting. Kehilangan hasil akibat serangan hama tersebut mencapai 80%, bahkan puso jika tidak dikendalikan (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2008). Di sentra produksi kedelai di daerah Banyuwangi, 90% petani menggunakan insektisida kimia (Marwoto 1992). Penggunaan insektisida kimia sintetik selain berdampak positif juga berdampak negatif karena berbahaya bagi serangga non target serta berbahaya bagi lingkungan dan manusia (Tengkano et al. 1992). Penggunaan insektisida kimia yang tidak bijaksana di lahan kedelai berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup musuh alami (Endo et al. 1988). Penggunaan insektisida kimia dapat mengakibatkan munculnya hama baru, resistensi, dan resurgensi (Armes et al. 1995). Penggunaan insektisida kimia dilakukan untuk mengendalikan hama pada tanaman kedelai salah satunya adalah S. litura. Patogen adalah salah satu alternatif pengendalian menggunakan musuh alami. Terdapat beberapa jenis agens yang menyebabkan penyakit pada serangga, yaitu bakteri, cendawan, nematoda, protozoa, dan virus. Nucleopolyhedrovirus (NPV) adalah virus yang menyebabkan polihedrosis pada larva lepidoptera. Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV) telah banyak digunakan dalam mengendalikan larva Spodoptera litura (Cough & Ignoffo 1981; Okada 1977;

13 2 Tanada & Kaya 1993). Keunggulan dari penggunaan SlNPV yaitu bersifat spesifik sehingga tidak berdampak negatif bagi musuh alami, manusia dan lingkungan. Penggunaan agens hayati SlNPV sangat berpeluang untuk menggantikan atau setidaknya mengurangi penggunaan insektisida kimia di lahan kedelai (Stairs- Fraser, 1981; Bull et al. 1979). Menurut Smith (1987) dan Young (2003), kelemahan SlNPV pada saat diaplikasikan di lapangan yaitu menurunnya keefektifan SlNPV setelah terpapar sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet. Sebagai upaya mengatasi hal tersebut perlu dilakukan rekayasa formulasi untuk memelihara keefektifan SlNPV dengan menambahkan senyawa yang dapat bersifat sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet. Bahan tambahan untuk melindungi NPV dari sinar matahari diantaranya lignosulfat (Tamez-Guerra et al. 2000), epigallocatechin gallate, caffeic acid, chlorogenic acid, galat acid, tannic acid, apigenin, naringenin, luteolin, dan thymonin. Selain bahan-bahan tersebut, beberapa bahan nabati telah digunakan sebagai UV protektan, contohnya tanaman kudzu (Pueraria lobata) dan teh (Camellia sinensis). Ekstrak akar kudzu dengan konsentrasi 0,9% dilaporkan Shapiro et al. (2009) mampu melindungi Spodoptera exigua MultiNucleopolihedrovirus dari pemaparan sinar UV, sehingga menyebabkan kematian serangga uji mencapai 100%. Tanaman kudzu yang mudah ditemukan di Indonesia adalah spesies Pueraria javanica. Tanaman ini mudah didapatkan di lapang, merupakan tanaman merambat, dan digunakan sebagai tanaman penutup tanah. P. javanica mengandung epigallocatechin gallate yang mampu melindungi virus dari pemaparan sinar UV. Daun teh 1% dilaporkan Shapiro et al. (2009) mampu melindungi SeMNPV dari pemaparan sinar UV, sehingga menyebabkan kematian serangga uji mencapai 94%. Daun teh mengandung epigallocatechin gallate, caffeic acid, dan apigenin berfungsi sebagai pelindung ultra violet (Shapiro et al. 2009).

14 3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan ekstrak akar kudzu P. javanica dan daun teh C. sinensis dalam kemasan sebagai UV protektan Nucleopolyhedrovirus (NPV). Manfaat Memberikan informasi mengenai potensi ekstrak akar kudzu P. javanica dan daun teh C. sinensis dalam kemasan sebagai UV protektan NPV. Hipotesis Ekstrak akar kudzu P. javanica dan daun teh C. sinensis dalam kemasan mampu melindungi NPV dari radiasi sinar matahari langsung.

15 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Morfologi dan Bioekologi Spodoptera litura termasuk dalam ordo Lepidoptera, famili Noctuidae, genus Spodoptera dan spesies litura. Hama ini bersifat polifag mempunyai kisaran inang yang cukup luas, sehingga sulit dikendalikan. Strategi pengendalian hama yang efektif dapat disusun dengan mempelajari bioekologi hama (Marwoto & Suharsono 2008). Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat, dan sayap belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Kemampuan terbang ngengat pada malam hari mencapai 5 km. Telur diletakkan pada bagian daun atau bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun bukan inang, bentuk telur bervariasi. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulubulu tubuh bagian ujung ngengat betina, berwarna kuning kecoklatan, diletakkan berkelompok masing-masing butir (Marwoto & Suharsono 2008). Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning. Larva yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Beberapa hari setelah menetas, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembab dan menyerang tanaman pada malam hari atau pada intensitas cahaya matahari yang rendah. Larva berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Perilaku larva instar akhir mirip larva tanah Agrotis ipsilon, namun terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada larva S. litura terdapat tanda bulan sabit berwarna hijau gelap dengan garis punggung gelap memanjang. Pada umur dua minggu, panjang larva sekitar 5 cm (Arifin 1988). Larva berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama hari. Lama stadium pupa 8 11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan telur.

16 5 Larva S. litura tersebar luas di Asia, Pasifik, dan Australia. Di Indonesia, hama ini terutama menyebar di Nanggroe Aceh Darussalam, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua (Marwoto & Suharsono 2008). Gejala serangan Larva instar awal merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas dan tulang daun. Larva instar akhir merusak tulang daun dan kadangkadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan larva. Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat (Departemen Pertanian 2008). Tanaman inang S. litura Larva S. litura adalah serangga polifag yang dapat menyerang tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Beberapa tanaman yang dapat diserang oleh hama ini diantaranya cabai, kubis, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang, kacang-kacangan (kedelai dan kacang tanah), kangkung, bayam dan pisang. Selain itu tanaman hias dan gulma (Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp. dan Trema sp) juga dapat diserang oleh hama ini (Departemen Pertanian 2008). Nucleopolyhedrovirus (NPV) Morfologi dan Struktur Nucleopolyhedrovirus merupakan salah satu anggota genus Baculovirus, famili Baculoviridae. Famili Baculoviridae terdiri dari tiga genus, yaitu Nucleopolyhedrovirus (NPV), Granulovirus (GV) dan Non-occluded baculovirus (Murphy et al. 1995).

17 6 Badan inklusi merupakan kristal matriks protein dengan bentuk yang tidak beraturan. Matriks protein ini yang menyelimuti partikel virus. Matriks protein inilah yang disebut dengan Polyhedral Inclusion Body (PIB) (Ahmad et al. 2008). Polyhedral Inclusion Body dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Kerapatan PIB dalam suatu larutan digunakan sebagai satuan untuk menentukan konsentrasi dan dosis NPV. Diameter polyhedra berukuran antara 0,05 15,00 µm. Bentuk polyhedra tergantung pada jenis serangga inang yang terinfeksi NPV (Maddox 1975). Partikel NPV yang terdapat dalam PIB berbentuk tongkat dengan ukuran sekitar panjang 336 nm dan berdiameter 62 nm. Virion terbungkus oleh membran yang disebut amplop, jika dalam satu amplop terkandung satu partikel virus disebut single nukleokapsid (SNPV). Jika dalam satu amplop terkandung lebih dari satu partikel virus ini disebut multi nukleokapsid (MNPV) (Tanada & Kaya, 1993). Pada umumnya SNPV mempunyai inang yang lebih spesifik dibandingkan dengan MNPV (Ignoffo & Couch 1981). Menurut (Tisley & Kelly 1985) ciri khas NPV adalah adanya nukleokapsid berbentuk batang yang mengandung untaian ganda deoxiribonucleic acid (DNA) yang panjangnya nm dan lebar nm. Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV) Patogenisitas Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus ditemukan dalam berbagai jaringan seperti hemolimfa, badan lemak, hipodermis dan matriks trakea. Larva yang terinfeksi SlNPV menunjukan gejala seperti, tubuhnya tampak berminyak, disertai dengan pembengkakan dan warnanya berubah menjadi pucat kemerahan. Gejala khas di lapangan, larva merayap ke pucuk tanaman kemudian mati dalam keadaan menggantung dengan tungkai semunya menempel pada bagian tanaman. Integumen larva mengalami lisis dan disintegrasi sehingga menjadi sangat rapuh. Apabila sobek, dari dalam tubuh larva keluar cairan hemolimfa yang mengandung banyak polihedra (Arifin 1993). Nilai LC 50 dan LC 90 SlNPV untuk larva instar III, masing-masing sebesar 5,4 X 10 3 dan 4,1 X 10 4 polyhedra inclusion bodies (PIBs)/ml. Semakin muda

18 7 instar larva, semakin rentan terhadap SlNPV. Tingkat kerentanan larva instar I 100 kali lebih tinggi daripada larva instar V (Arifin 1993). Mekanisme Mematikan Inang dan Siklus Hidup NPV di Alam Proses infeksi NPV dimulai dengan tertelannya polihedra bersama pakan. Di dalam saluran pencernaan yang memiliki ph basa (ph 9,0-10,5), selubung polihedra larut sehingga membebaskan virion. Virion menginfeksi sel-sel saluran pencernaan kemudian menembus dinding saluran dan masuk ke dalam rongga tubuh. Dalam waktu 1-2 hari setelah polihedra tertelan, hemolimfa yang semula jernih berubah menjadi keruh karena banyak mengandung polihedra. Larva instar awal mati dalam dua hari, sedangkan larva instar akhir mati dalam 4-9 hari setelah polihedra tertelan (Ignoffo & Couch 1981; Deacon 1983). Polyhedra Inclusion Body dalam tubuh larva yang terserang ukurannya bervariasi tergantung pada perkembangan stadium larva, tetapi pada beberapa jenis NPV, sebagian besar polyhedra memiliki ukuran dan stadium pematangan yang hampir sama (Granados & Federici 1986). Keunggulan dan Kekurangan SlNPV Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus berpotensi untuk dijadikan bioinsektisida karena memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain : (a) bersifat spesifik terhadap serangga sasaran sehingga aman bagi musuh alami, (b) tidak menimbulkan residu berbahaya, (c) efektif terhadap inang atau hama sasaran yang sudah resisten terhadap insektisida kimia, dan (d) kompatibel dengan komponen pengendalian hama yang lain, termasuk insektisida kimia (Smith 1987). Menurut Smith (1987) dan Young (2003), kelemahan SlNPV pada saat diaplikasikan di lapangan yaitu menurunnya keefektifan SlNPV setelah terpapar sinar matahari, khususnya sinar ultraviolet. Arifin 1993 melaporkan bahwa bahwa dosis 1,5 x PIBs/ha yang semula dinyatakan efektif terhadap ulat grayak di rumah kaca dengan tingkat kematian larva 73%, menurun menjadi 33% apabila diaplikasikan ke lapang. Salah satu faktor penyebab menurunnya tingkat efektivitas SlNPV adalah sifatnya yang peka terhadap radiasi sinar surya.

19 8 Bahan Pelindung Ultraviolet untuk SlNPV Untuk mencegah terjadinya inaktivasi karena radiasi sinar ultraviolet, beberapa bahan pelindung telah digunakan, antara lain karbon, pewarna dengan bahan dasar karbon, alumunium oksida, titanium dioksida, lempung, tepung, dan bahan flourescent, seperti polyflavonoids dan bahan pemutih (Ignoffo & Couch, 1981). Bahan tambahan untuk melindungi NPV dari sinar matahari diantaranya lignosulfat (Tamez-Guerra et al. 2000), epigallocatechin gallate, caffeic acid, chlorogenic acid, galat acid, tannic acid, apigenin, naringenin, luteolin, dan thymonin. Selain bahan-bahan tersebut, beberapa bahan nabati telah digunakan sebagai UV protektan, contohnya tanaman kudzu (Pueraria lobata) dan teh (Camellia sinensis) (Shapiro et al. 2009). Tanaman kudzu yang mudah ditemukan di Indonesia adalah spesies Pueraria javanica. Tanaman ini mudah didapatkan di lapang, merupakan tanaman merambat, dan digunakan sebagai tanaman penutup tanah. P. javanica mengandung epigallocatechin gallate. Daun teh mudah diperoleh dan banyak dipasarkan. Daun teh (C. sinensis) mengandung epigallocatechin gallate, caffeic acid, dan apigenin berfungsi sebagai pelindung UVA dan UVB (Shapiro et al. 2009). Ultraviolet A memiliki panjang gelombang antara nm, UV B antara 290 dan 320 nm. UV C berkisar antara nm, diserap oleh lapisan ozon dan tidak mencapai bumi (Sajap et al. 2007). Tanaman Kudzu (P. javanica) Tanaman kudzu di beberapa negara tropis telah dimanfaatkan dan dibudidayakan sebagai pencegah erosi, obat-obatan, penutup tanah, pakan ternak, pupuk hijau, serta seratnya telah dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan, tali dan kertas. Bagian umbi, daun dan bunga dapat diolah menjadi makanan. Akar dan bunganya mengandung zat daidzin yang dapat digunakan sebagai perlakuan terhadap ketergantungan alkohol. Selain itu juga kudzu mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai antidote, antiemetic, antipyretic, antispasmodic, mencegah iritasi, diaphoretic, febrifuge, hypoglycaemic dan hypotensive. Ramuan bunga dan umbinya juga digunakan untuk meredakan demam, diare, disentri, gangguan pencernaan juga migrain dan anginga pectoris (nyeri dada akibat otot jantung

20 9 kekurangan suplai darah atau oksigen). Tanaman kudzu di Jepang digunakan untuk membuat lotion, sabun dan kompos. Tanaman kudzu di Indonesia yaitu P. javanica atau P. phaseoloides yang telah ditanam sejak lama di kebun-kebun sebagai penutup tanah, fiksasi nitrogen atau pakan ternak, dan fungsi lainnya sebagai obat atau serat belum banyak diketahui (Valentim & Andrade 2005). P. javanica merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Fabaceae (polong-polongan). Tanaman ini mampu tumbuh dengan merambat dengan cepat menyebar secara vegetatif dan generatif. Sulur-sulur kudzu dapat tumbuh sepanjang 20 meter per musim, atau rata-rata 30 cm per hari dan dapat mencapai panjang maksimal 30 meter. Akar-akarnya gemuk, berukuran diameter cm dan dapat menembus tanah sampai kedalaman 4 meter dengan total berat mencapai 18 kilogram. Sekurangnya 30 sulur dapat tumbuh dari satu mahkota tanaman. Bagian yang digunakan dari P. javanica adalah akarnya yang mengandung epigallocatechin gallate yang berfungsi sebagai pelindung ultraviolet terhadap sinar UVA dan UVB (Shapiro et al. 2009). Tanaman Teh (C. sinensis) Teh merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Theaceae. Genus camellia, dan jenis Camellia sinensis (Graham 1984). Teh merupakan bahan minuman yang digemari dan dikonsumsi di berbagai negara serta berbagai lapisan masyarakat. Daun teh mengandung lebih dari 700 bahan kimia, di antaranya senyawa terkait erat dengan kesehatan manusia yaitu flavonoid, asam amino, vitamin (C, E dan K), kafein dan polisakarida. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Daun teh mengandung epicatechin, catechin, epigallocatechin, epigallocatechin gallat yang dapat berfungsi sebagai pelindung ultra violet (Shapiro et al. 2009).

21 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari Februari 2011 sampai Oktober Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangga uji S. litura, SlNPV, daun teh dan akar kudzu, daun kedelai, akuades (distilled H 2 O/dH 2 O), buffer SDS dan kertas tisu. Alat-alat yang digunakan adalah sentrifuse, vortex, wadah pembiakan dan pemeliharaan Spodoptera litura, UV meter, cawan petri, pinset, pipet mikro, tabung reaksi, gelas ukur, lemari pendingin, autoklaf, timbangan digital, saringan, kuas, dan wadah plastik. Pemeliharaan Serangga Uji Serangga S. litura yang digunakan dalam penelitian ini merupakan larva yang berasal dari lapang yang dipelihara di laboratorium. Larva S. litura dipelihara dalam kurungan kasa (40 cm x 30 cm x 10 cm). Larva dipelihara setiap harinya dan diberi pakan daun talas bebas pestisida sampai instar empat. Larva dipindahkan ke tempat yang telah diberi serbuk gergaji sebagai media berpupa. Pupa-pupa yang terbentuk kemudian diletakkan dalam kurungan yang berdiameter (20 cm x 20 cm) sebagai tempat peletakkan telur bagi imago. Imago diberi makanan larutan madu yang diserapkan pada segumpal kapas. Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke dalam kotak plastik lain. Larva tetap dipelihara sampai generasi kedua. Larva yang digunakan dalam percobaan adalah larva instar tiga yang sehat dengan ciri-ciri larva aktif bergerak, warna tubuh cerah, dan tubuh larva tidak lembek. Pakan larva S. litura yang digunakan dalam pengujian adalah daun kedelai bebas pestisida untuk perlakuan, setelah daun kedelai habis pakan diganti dengan daun talas.

22 11 Purifikasi Suspensi Polihedra Inokulum NPV diperoleh dari larva S. litura yang sakit akibat infeksi NPV. Larva yang menunjukkan gejala terserang NPV dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran yang melekat, kemudian digerus dengan mortar dalam larutan buffer SDS 0,1%. Suspensi kasar yang diperoleh disentrifugasi dengan sentrifus Tomy tipe MRX-151 yang bertujuan untuk memisahkan NPV dari partikel lain, seperti jaringan tubuh serangga, sehingga diperoleh suspensi polihedra NPV yang murni. Sentrifugasi pertama yaitu dengan kecepatan 2000 rpm selama 2 menit. Supernatan dari proses ini dikumpulkan dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 6000 rpm selama 20 menit. Supernatan dari sentrifugasi kedua dibuang dan endapannya dikumpulkan untuk diresuspensikan. Sentrifugasi ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh suspensi polihedra yang relatif murni. Konsentrasi polihedra yang diperoleh dihitung dengan menggunakan hemositometer. Konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan diperoleh dengan cara mengencerkan suspensi induk dengan air destilata (Shapiro et al. 2009). Uji Toksisitas SlNPV Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan taraf konsentrasi dari SlNPV terhadap larva S. litura. Penentuan konsentrasi yang digunakan berdasarkan SlNPV dengan tingkat patogenisitas tertinggi yang dihitung dengan nilai LC 50. Nilai LC 50 untuk larva instar III sebesar 4,86 x 10 3 polihedra inclusion bodies (PIBs)/ml dan sebagai kontrol digunakan akuades. Pengujian toksisitas SlNPV terhadap larva S. litura dilakukan dengan metode kontaminasi pakan. Ekstrak virus yang diuji dengan lima taraf konsentrasi mulai dari 4,35 x 10 7 PIBs/ml dengan pengenceran 10 kali hingga 4,35 x 10 3 PIBs/ml. Hal ini diharapkan dapat mengakibatkan kematian S. litura 10% sampai 100%. Metode kontaminasi pakan dilakukan dengan cara meneteskan 100 µl SlNPV pada daun kedelai yang telah dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm. Daun kontrol hanya ditetesi akuades. Daun perlakuan dan kontrol masing-masing sebanyak satu lembar dimasukkan ke dalam wadah plastik, yang berisikan satu larva instar tiga S. litura dan diulang tiga kali. Setiap ulangan

23 12 terdiri atas 30 larva. Pakan diganti setiap hari dengan daun kedelai yang tidak mengandung NPV. Pengamatan dilakukan setiap hari selama delapan hari. Jika terdapat kematian S. litura pada kontrol maksimal 5% maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus Abbott (1925) sebagai berikut : Pt = {(P0 Pc)/(100 Pc)} x 100% Pt = % Kematian terkoreksi P 0 = % Kematian kumulatif pada perlakuan Pc = % Kematian kumulatif pada kontrol Bahan UV Protektan Bahan UV protektan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar P. javanica dan daun teh dalam kemasan celup. Akar P. javanica yang telah dibersihkan dijemur sampai kering kemudian dihaluskan menggunakan blender dan disaring menggunakan saringan halus. Sebanyak 1 g akar P. javanica diekstrak menggunakan pelarut akuades sebanyak 9 ml. Hasil ekstraksi kemudian diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 0,1%, 0,5 %, dan 1%. Daun teh dalam kemasan celup di tumbuk sampai halus menjadi serbuk kemudian disaring menggunakan saringan halus. Sebanyak 1 g daun teh dalam kemasan diekstrak menggunakan pelarut akuades sebanyak 9 ml. Hasil ekstraksi kemudian diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 1% (Shapiro et al. 2009). Pengaruh Lama Penyinaran Sinar Matahari terhadap Virulensi SlNPV Intensitas UV yang diukur menggunakan UV meter (Luxtron Electronic Enterprise Co., Ltd, Taiwan) pada saat perlakuan penjemuran (Gambar 2). Intensitas sinar UV mulai meningkat pada pukul WIB hingga pukul WIB dengan tingkat rata-rata lebih dari 2000 µw/cm 2. Intensitas tertinggi terjadi pada pukul WIB. Hunter-Fujita et al.(1998) menyatakan bahwa sebagian besar sinar UV mengenai permukaan bumi antara pukul waktu setempat. Perlakuan penjemuran dilakukan pada pukul WIB karena pada waktu tersebut intensitas sinar UV berada pada tingkat tertinggi.

24 Intensitas Sinar UV (µw/cm2) Waktu (WIB) Gambar 2 Rata-rata intensitas sinar UV dari sinar matahari di Dramaga IPB pada bulan Juli Uji Efektivitas Bahan Tambahan Daun Teh dan P. javanica Paparan Sinar Matahari Ekstrak daun teh dan akar kudzu, dari masing-masing konsentrasi diambil 1 ml yang kemudian ditambahkan ke dalam suspensi NPV sebanyak 9 ml dengan konsentrasi 4,3 x 10 7 polyhedra/ml (PIB/ml) hingga volume akhir suspensi berisi 1% UV protektan. Sebanyak 10 ml suspensi dituangkan ke dalam cawan petri yang telah disediakan. Cawan petri tersebut diletakkan dalam keadaan terbuka di bawah sinar matahari langsung dengan lama penyinaran yang berbeda-beda yaitu 0, 1, 2, dan 3 jam, pada pukul 11.00, 12.00, 13.00, dan WIB. Daun kedelai segar berukuran 1 x 1 cm dicelupkan dalam suspensi NPV kemudian dikeringanginkan selama 30 detik. Daun kedelai tersebut kemudian dimasukkan kedalam wadah plastik yang sudah berisi larva S. litura instar tiga. Setelah pakan habis diganti dengan daun talas yang tidak diberi perlakuan dan diberikan sesuai kapasitas makan, sehingga larva tidak kekurangan pakan. Pengamatan dilakukan setiap hari selama delapan hari dan pengamatan kontrol negatif dihentikan setelah semua larva menjadi pupa.

25 14 Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati akibat perlakuan. Persentase mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus : 100% Keterangan : P = Persentase mortalitas larva n = Jumlah larva yang mati N = Jumlah larva yang diuji. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian konsentrasi virus dengan ekstrak daun teh dan akar kudzu P. javanica terhadap mortalitas dan waktu kematian S. litura adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan tiga faktor sebanyak tiga ulangan setiap ulangan terdiri dari 30 larva. Faktor pertama adalah perlakuan virus dengan konsentrasi 4,35 x 10 7 PIBs/ml dan tanpa virus, faktor kedua ialah bahan tambahan yaitu P. javanica (0,1%, 0,5%, 1%) dan teh (1%). Perlakuan yang diberikan yaitu K (akuades, distilled H 2 O /dh 2 O), PJ 0,1% (dh 2 O + ekstrak akar P. javanica), PJ 0,5% (dh 2 O + ekstrak akar P. javanica), PJ 1% (dh 2 O + ekstrak akar P. javanica), Teh 1% (dh 2 O + ekstrak daun teh), V (NPV+ dh 2 O), VPJ 0,1% (NPV + ekstrak akar P. javanica), VPJ 0,5% (NPV + ekstrak akar P. javanica), VPJ 1% (NPV + ekstrak akar P. javanica), VT 1% (NPV + ekstrak daun teh). Sedangkan faktor yang ketiga yaitu waktu pemaparan di bawah sinar matahari langsung yaitu 0, 1, 2, dan 3 jam. Analisis Data Data selanjutnya diolah dengan menggunakan program Statistical Analisis System (SAS) for Windows versi 9.0 untuk memperoleh analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata α = 0,05.

26 HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Infeksi SlNPV pada S. litura Hasil pengamatan menunjukkan bahwa inokulasi SlNPV dengan konsentrasi 4,35 x 10 7 PIBs/ml menyebabkan kematian hingga 100% pada hari kedelapan setelah perlakuan. Ciri-ciri larva yang tidak terinfeksi pada perlakuan tanpa menggunakan SlNPV (kontrol negatif) yaitu tubuh larva berwarna cerah, larva aktif bergerak, tubuh larva tidak lembek dan aktivitas makan normal. Gejala larva yang terinfeksi SlNPV terlihat bahwa tubuh larva berwarna pucat, larva tidak aktif bergerak, tubuh larva lembek dapat mengeluarkan cairan berwarna coklat susu yang mengandung banyak terdapat polihedra dan aktivitas makan berkurang. Kondisi ini terlihat setelah 24 jam perlakuan. Gejala infeksi SlNPV pada larva S. litura akan terlihat setelah hari pertama perlakuan diikuti pada hari berikutnya. Dalam waktu 1 2 hari setelah polihedra tertelan, larva yang terinfeksi akan mengalami gejala abnormal secara morfologis, fisiologis dan perilakunya. Secara morfologis, hemolimfa ulat yang semula jernih berubah keruh, tubuh membengkak akibat replikasi atau perbanyakan partikelpartikel virus NPV, dan integumen larva biasanya menjadi lunak, rapuh, dan mudah sobek. Secara fisiologis, larva tampak berminyak dan terjadi perubahan warna tubuh menjadi pucat kemerahan, terutama di bagian abdomen. Larva cenderung merayap ke pucuk tanaman, berkurangnya kemampuan makan gerakan yang lambat. Apabila tubuh larva pecah maka akan mengeluarkan cairan kental berwarna coklat susu, terdapat banyak polihedra pada tubuh serangga yang terinfeksi SlNPV, kemudian mati dalam keadaan menggantung dengan kaki semunya pada bagian tanaman (Granados & Federici 1986). Masa infeksi NPV sampai larva yang terserang mati dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya umur larva, suhu, dan banyaknya PIB yang tertelan. Isolat virus yang lebih virulen dapat mematikan larva dalam 2 5 hari, tetapi isolat yang kurang virulen membutuhkan 2 3 minggu untuk mematikan inangnya (Granados & William 1986).

27 16 Gambar 1 Polihedra SlNPV dengan perbesaran 400x. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa badan inklusi atau polihedra dapat dilihat di bawah mikroskop cahaya (Gambar 1). Polihedra dapat berbentuk dodecahedra, tetrahedral, kubus, dan tidak beraturan. Diameter polihedra berukuran 0,05 15,00 μm. Bentuk polihedra tergantung pada jenis serangga inang yang terinfeksi NPV (Granados & Federici 1986). Toksisitas SlNPV terhadap Larva S. litura pada Berbagai Jenis Konsentrasi Uji pendahuluan memberikan hasil taraf konsentrasi untuk perlakuan (Tabel 1). Tabel 1 Toksisitas SlNPV terhadap larva S. litura dengan metode perlakuan pakan (berdasarkan mortalitas kumulatif larva instar dua) Taraf toksisitas Konsentrasi Regresi (Y) SK 95(%) LC 50 (PIBs/ml) LC 95 (PIBs/ml) SK : Selang Kepercayaan 2 LC : Lethal concentration untuk tanggap mortalitas Analisis probit memberikan hasil persamaan regresi yaitu Y = 8.35X Rata-rata kematian yang dicatat merupakan hasil pengamatan hari ketujuh setelah aplikasi. Nilai LC 50 dari SlNPV adalah 4,86 x 10 1 PIBs/ml dan LC 95 adalah 4,52 x 10 3 PIBs/ml (Tabel 1). Dari hasil pengujian terhadap beberapa tingkat konsentrasi, kematian larva S. litura dimulai pada hari ketiga hingga ketujuh setelah aplikasi. Kematian

28 17 7 tertinggi terjadi padaa konsentrasi 4,3 x 10 PIBs/ml sebesar 100 % dan kematian terendah terjadi pada 4,3 x 10 3 PIBs/ml sebesar 22 % (Gambar 2). Gambar 2 Rata-rataa kematian S. litura pada berbagai tingkat konsentrasi SlNPV Interaksi Antara Bahan Campuran Ekstrak dan Waktu Pemaparan SlNPV Interaksi antara bahan campuran ekstrak dan waktu pemaparan SlNPV diuji dengan sidik ragam (Tabel 2). Tabel 2 Sidik ragam interaksi antara perlakuan bahan campuran ekstrak (virus dan ekstrak) dan waktu penjemuran Sumber Virus Ekstrak virus*ekstrak Jemur virus*jemur ekstrak*jemur virus*ekstrak*jemur Galat Total Db JK K F-hitung Pr>F < <.0001 <.0001 <.0001 <.0001 R 2 = 0,96 Coeficien Variation = 22,,44% Tabel di atas menunjukkan adanya interaksi antara penggunaan SlNPV, penambahan ekstrak, penggunaan SlNPVV dan penambahan ekstrak, lamanya waktu penjemuran, penggunaan SlNPV dengan lamanya waktu penjemuran, penambahan ekstrak dan lamanya waktu penjemuran, SlNPV dan penambahan

29 18 ekstrak dengan lamanya waktu penjemuran, terhadap rata-rata tingkat kematian larva S. litura setelah perlakuan diuji dengan Duncan pada taraf 5% (Tabel 3). Tabel 3 Rata-rata kematian larva S. litura setelah perlakuan SlNPV dan UV protektan pada akhir pengamatan Campuran bahan ekstrak Rata-rata mortalitas kumulatif*(%) # pada waktu pemaparan (jam) Akuades/ dh 2 O 0.00d 0.00d 0.00d 0.00d dh 2 O + P. javanica 0,1% 0.00d 0.00d 0.00d 0.00d dh 2 O + P. javanica 0,5% 0.00d 0.00d 0.00d 0.00d dh 2 O + P. javanica 1% 0.00d 0.00d 0.00d 0.00d dh 2 O +Teh 1% 0.00d 0.00d 0.00d 0.00d NPV+ dh 2 O a 96.00a 85.56b 53.33c NPV+ P. javanica 1% 98.00a 97.00a 96.67a 90.89a NPV+ P. javanica 0,5% 97.77a 96.00a 90.67a 90.56a NPV+ P. javanica 0,1% 96.67a 93.33a 90.67a 90.00a NPV+Teh 1% 97.78a 96.67a 90.00a 87.78ab * Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%. # Persen kematian terkoreksi. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan pada kontrol negatif (akuades, P. javanica 0,1%, P. javanica 0,5%, P. javanica 1% dan teh 1%) tidak terjadi kematian, baik tanpa penjemuran maupun dengan penjemuran. Hal ini menunjukkan bahan-bahan tersebut tidak memiliki efek toksisitas terhadap larva yang diuji. Perlakuan virus tanpa bahan tambahan (kontrol positif) yang tidak dijemur menyebabkan kematian 100%, hal ini menunjukkan bahwa virus tersebut virulen terhadap serangga uji. Tingkat kematian larva serangga uji pada perlakuan kontrol positif mengalami penurunan setelah diberikan perlakuan penjemuran. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat virulensi virus menurun, akibat pengaruh sinar ultra violet yang dapat menyebabkan kerusakan polihedra yang menjadi pelindung partikel virus (Sajap et al. 2007). Perlakuan SlNPV dengan bahan tambahan ekstrak akar P. javanica dengan berbagai konsentrasi (0,1%, 0,5%, dan 1%) pengaruhnya tidak berbeda nyata pada semua perlakuan penjemuran. Penambahan ekstrak P. javanica pada SlNPV efektif dalam mempertahankan mortalitas larva S. litura. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat kematian larva dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif dengan penjemuran dan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan terdapat kandungan

30 19 epigallocatechin gallate pada akar P. javanica yang berfungsi sebagai pelindung ultra violet (Shapiro et al. 2009). Penambahan 1% ekstrak daun teh dalam kemasan pada SlNPV dapat mempertahankan tingkat mortalitas larva S. litura dan berbeda nyata dengan perlakuan SlNPV tanpa UV protektan. Penambahan ekstrak daun teh sebagai UV protektan tidak berbeda nyata dengan penambahan ekstrak akar kudzu dalam hal melindungi SlNPV dari pengaruh sinar ultraviolet. Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan UV protektan memberikan pengaruh nyata dalam melindungi SlNPV dari pengaruh sinar ultraviolet. Setelah dipaparkan dibawah sinar matahari langsung hingga 3 jam, suspensi SlNPV masih efektif dalam menginfeksi S. litura. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa keefektifan ekstrak akar P. javanica sebagai UV protektan tidak berbeda nyata dengan ekstrak daun teh dalam kemasan. Namun, karena daun teh dalam kemasan lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan akar P. javanica, sebagai UV protektan maka penambahan daun teh akan lebih murah dan efisien serta tetap efektif. Perlakuan ekstrak akar P. javanica atau daun teh dalam kemasan tanpa SlNPV tidak berpengaruh pada larva serangga uji. Perlakuan SlNPV yang telah diberi bahan campuran ekstrak akar P. javanica atau daun teh dalam kemasan pada beberapa waktu penjemuran yang berbeda, menunjukkan bahwa tingkat mortalitas larva S. litura relatif tinggi pada hari ketiga setelah aplikasi SlNPV. Kematian larva S. litura terjadi pada perlakuan SlNPV yang mengandung campuran ekstrak akar P. javanica atau daun teh dan tanpa bahan tambahan.

31 20 Mortalitas (%) A Aquades H20+ P.javanica0.1% H20+ P.javanica0.5% H20+ P.javanica1% H2O+Teh1% NPV+H20 NPV+ P.javanica0.1% NPV+ P.javanica0.5% NPV+ P.javanica1% NPV+Teh1% Mortalitas (%) B Hari setelah aplikasi Gambar 3 Laju mortalitas S. litura pada berbagai bahan campuran ekstrak dengan perlakuan pemaparan UV : (A) 0 jam; (B) 1 jam

32 21 Mortalitas (%) A Aquades H20+ P.javanica0.1% H20+ P.javanica0.5% H20+ P.javanica1% H2O+Teh1% NPV+H20 NPV+ P.javanica0.1% NPV+ P.javanica0.5% NPV+ P.javanica1% NPV+Teh1% Kontrol Positif B Mortalitas (%) Hari setelah aplikasi Gambar 4 Laju mortalitas S. litura pada berbagai bahan campuran ekstrak dengan perlakuan pemaparan UV : (A) 2 jam; dan (B) 3 jam Pada penjemuran 0 dan 1 jam terlihat bahwa perlakuan menggunakan bahan tambahan maupun tanpa bahan tambahan UV protektan menunjukkan laju kematian larva S. litura yang cepat sejak hari pertama hingga hari keempat (Gambar 3a,b). Pada penjemuran 2 jam terlihat bahwa perlakuan tanpa bahan tambahan, laju kematianya lambat dan dalam waktu 6 hari mencapai kematian 100%, sedangkan perlakuan dengan bahan tambahan, laju kematian larva serangga uji cepat (4 hari) mencapai 100% (Gambar 4a). Laju kematian S. litura lebih lambat pada perlakuan tanpa bahan tambahan UV protektan dan dalam

33 22 waktu 8 hari mencapai 83,90%, sedangkan pada perlakuan dengan bahan tambahan UV protektan, laju kematian S. litura dalam waktu 5 hari sudah mencapai kematian 100% (Gambar 4b). Laju kematian yang lambat pada penjemuran 2 dan 3 jam tanpa bahan tambahan UV protektan diduga karena konsenstrasi virus yang masih virulen yang termakan oleh larva S. litura dalam jumlah lebih sedikit akibat terpapar sinar UV. Pada perlakuan menggunakan bahan tambahan UV protektan dengan penjemuran menunjukkan laju kematian masih tetap tinggi diduga karena konsentrasi virus virulen yang termakan oleh S. litura masih tinggi karena tidak mengalami degradasi akibat sinar UV. Hasil penelitian menggunakan bahan tambahan ekstrak bengkuang, laju kematian S. litura dalam waktu 4 hari mencapai 100% (Daniati 2009), sedangkan dengan menggunakan ekstrak bahan tambahan rerak dan molase menunjukkan kematian selama delapan hari mencapai 100% (Nuraeni 2010), dan menggunakan bahan sunblock menunjukkan kematian selama sepuluh hari mencapai 100% (Sariani 2011).

34 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penambahan ekstrak akar kudzu (P. javanica) dan daun teh (C. sinensis) dalam kemasan pada suspensi SlNPV efektif digunakan sebagai bahan tambahan dan pelindung SlNPV dari sinar ultra violet. Penambahan ekstrak akar P. javanica dan daun teh memberikan pengaruh nyata sebagai pelindung UV bagi SlNPV. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengaplikasikan bahan tambahan UV protektan ekstrak akar P. javanica dan daun teh (C. sinensis) di lapangan dan menggunakan bahan nabati lainnya sebagai UV protektan.

35 DAFTAR PUSTAKA Ahmad M, Sayyed AH, Saleem MA Evidence for field resistance to newer insecticides in Spodoptera litura (Lepidoptera:Noctuidae) from Pakistan. Crop Protection 27: Arifin M Pengaruh Konsentrasi dan Volume Nuclear Polyhedrosis Virus terhadap Kematian Ulat Grayak Kedelai (Spodoptera litura F.). Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 8(1): Arifin M Rangkuman hasil penelitian pengendalian ulatgrayak, Spodoptera litura (F.) dengan SlNPV pada kedelai di Indonesia. Seminar Balittan Bogor tanggal 8 Oktober hal. Arifin M Kerusakan dan hasil kedelai orba pada berbagai umur tanaman dan populasi ulat grayak Spodoptera litura. Seminar Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor Tahun Arifin M, Suharto, Bedjo Teknik pengemasan dan penyimpanan NPV yang efektif terhadap ulat grayak pada kedelai. Seminar Nasional Kedelai II. Lembaga Penelitian SRDC Universitas Jendral Sudirman. hlm 11. Arifin M, Waskito WIS Kepekaan ulat grayak kedelai (Spodoptera litura) terhadap Nuclear Polyhidrosis Virus. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan, Puslitbangtan. Sukamandi, Januari (Palawija). hlm Armes NJ, Jadhav DR, Lonergan PA Insecticide resistance in Helicoverpa (Hubner): status and prospects for its management in India. p Dalam: Constable, GA, Forrester NW (Editor.) Challenging the Future: Proceedings of the World Cotton Conference I, Brisbane February Melbourne: CSIRO. Bedjo Uji keefektifan SlNPV dan HaNPV dengan bahan pembawa untuk pengendalian hama kedelai. Makalah seminar regional HPTI. Dalm W. Budjiono et al. (Eds.). Majalah Pembangunan UPN veteran Surabaya. hlm Bull DL, House VS, Ables JR, Morrison RK Selective methods for managing insect pests of cotton. J. Econ. Entomol. 72: Daniati M Efektifitas Bahan Tambahan Bengkuang (Pachyrhizus Erosus (L) Urban) Untuk Melindungi aktivasi Spodoptera Litura Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) Dari Sinar Matahari [Skripsi]. Bogor: Departemen Proksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [Deptan] Departemen Pertanian Panduan pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) kedelai. Jakarta. Departemen Pertanian. [Ditlintan] Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Luas dan Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Jakarta.

36 25 Endo S, Sutrisno, Samudra IM, Nugraha A, Soejitno J, and Okada T Insecticide Susceptibility of Spodoptera litura F. collected from three location in Indonesia. Makalah Seminar BORIF 24 June hlm 18. Falcon, LA Microbial control as a tool in integrated control program. Di dalam : Huffaker CB, editor. Biological Control. New York: Plenum. hlm Graham HN Tea : the plant and its manufacture : chemistry and consumption of the beverage. Di dalam: Liss AR, editor. The Methylxanthine Beverages and Foods: Chemistry, Consumption, and Health Effect. Prog Clin Biol Rev : Granados RR, Federici BA The Biologi of Baculovirus.volume I, Biologicaal Properties and Molecular Biology. Florida: CRC Press. Hunter-Fujita FR, Entwistle RF, Evans HF, Crook NE Insect Viruses and Pest Management. New York : John Wiley & Son, Inc. hlm 620. Ignoffo CM, Cough TL The Nucleopolyhedrosis Virus of Heliothis spp. As a Microbial Insecticide. Di dalam: Burges HP, editor. Microbial Control of Pest dan Plant Diseases New York: Academic Press. hlm Maddox JV Use of Desease in Pest Management. Di dalam: Metcalf CL, Luckman WH, editor. Introduction to Insect Pest Management. John Willey and Sons. New York. hlm Marwoto Masalah Masalah Pengendalian Hama Kedelai di Tingkat Petani. Dalam Marwoto N. Saleh, Sunardi, Winarto A (Editor). Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Malang: Balai Peneitian Tanaman Pangan. hlm 183. Marwoto, Suharsono Strategi dan kompeonen pengendalian ulat grayak (Spodoptera litura). Jurnal litbang pertanian 27(4): Murphy FA, Fauquet CM, Bishop DHL, Ghabrial SA, Jarvis AW, Martelli GP, Mayo MA, Summers MD Virus taxonomy; classification and nomenclature of viruses. Sixth report of the international committee on taxonomy of viruses. Wien Springer Verlag. New York. NY. hlm 568. Nuraeni I Keefektifan ekstrak buah lerak (Sapindus rerak) dan molase sebagai pelindung ultraviolet untuk Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus [Skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Okada Studies on the utilization and mass production of Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus for control of the tobacco cutworm, Spodoptera litura F. Rev. PI. Protec. Res. 10: Sajap AS, Bakir MA, Kadir HA and Samad NA Effect of ph, rearing temperature and sunlight on infectivity of Malaysian isolate of nucleopolyhedrovirus to larvae of Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae). [Abstrak]. Jurnal Tropical Insect Science.27:

37 26 Sariani E Keefektifan penggunaan sunblock komersil sebagai pelindung ultraviolet untuk Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV). [Skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Shapiro M, Salamouny SE, Shepard BM Plant extracts as ultraviolet radiation protectants for the Beet Armyworm (Lepidoptera: Noctuidae) Nucleopolyhedrovirus: screening of extracts. J. Agric. Urban Entomol. 26: Smith PH Nuclear Polyhedrosis Virus as Biological Control Agent of Spodoptera exigua. [Dissertation Unpublished]. Wageningen: Wageningen University. hlm 127. Stairs GR, Fraser T Changes in growth and virulence of Nuclear Polyhedrosis Virus. J. Invertebr. Path. 35: Tanada Y, Kaya HK Insect Pathology. San Diego: Academic Press. Tamez-Guerra P, McGuire MR, Behle RW, Hamm JJ, Sumner HR, Shasha BS Sunlight persistence and rainfastness of spray-dried formlarvaions of baculovirus isolated from Anagrapha falcifera (Lepidoptera:Noctuidae). J. Econ. Entomol. 93: Tengkano W, Harnoto M, Taufik, Iman M Dampak negatif insektisida terhadap musuh alami pengisap polong. Seminar Hasil Penelitian Pendukung Pengendalian Hama Terpadu. Kerjasama Program Nasional PHT, BAPPENAS dengan Faperta-IPB. hlm 29. Valentim JF, Andrade CM Tropical kudzu (Pueraria phaseoloides): successful adoption in sustainable caĵ le production systems in the western Brazilian Amazon. Tropical Grasslands 38: Young SY Persistence of Viruses in The Environment. Edu/s265/young.htm. [15 September 2011].

38 LAMPIRAN

39 28 Lampiran 1 Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura pada 0 jam Bahan campuran ekstrak % Mortalitas larva Lama waktu setelah perlakuan (hari) Akuades/ dh 2 O 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O +Teh 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 NPV+ dh 2 O 33,33 86,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 1% 30,33 66,67 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,1% 30,45 40,00 93,33 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,5% 33,33 66,67 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+Teh 1% 23,33 73,33 94,45 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Lampiran 2 Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura pada 1 jam Bahan campuran ekstrak % Mortalitas larva Lama waktu setelah perlakuan (hari) Akuades/ dh 2 O 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O +Teh 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 NPV+ dh 2 O 20,00 53,33 83,33 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 1% 26,67 56,67 83,33 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,1% 26,67 53,33 80,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,5% 16,67 56,67 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+Teh 1% 10,00 50,00 70,00 83,33 96,67 100,00 100,00 100,00

40 29 Lampiran 3 Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura pada 2 jam Bahan campuran ekstrak % Mortalitas larva Lama waktu setelah perlakuan (hari) Akuades/ dh 2 O 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O +Teh 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 NP+ dh 2 O 16,67 23,30 34,50 46,00 50,00 63,30 78,00 83,30 NPV+ P. javanica 1% 20,00 53,33 76,67 96,67 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,1% 20,00 43,33 83,33 96,67 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,5% 13,33 53,33 66,67 93,33 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+Teh 1% 6,67 23,33 43,33 70,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Lampiran 4 Tabel persentase rata-rata mortalitas harian larva S. litura pada 3 jam Bahan campuran ekstrak % Mortalitas larva Lama waktu setelah perlakuan (hari) Akuades/ dh 2 O 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 0,5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O + P. javanica 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 dh 2 O +Teh 1% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 NPV+ dh 2 O 0,00 13,30 26,30 44,00 59,00 68,00 80,00 83,90 NPV+ P. javanica 1% 16,67 56,67 83,33 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,1% 18,87 56,67 90,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+ P. javanica 0,5% 16,67 50,00 63,33 86,67 100,00 100,00 100,00 100,00 NPV+Teh 1% 3,33 23,33 40,00 80,00 100,00 100,00 100,00 100,00

41 30 Lampiran 5 Larva S. litura; (a) Larva sehat; (b) Gejala serangan larva; (c) Larva terinfeksi NPV A B C

TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Morfologi dan Bioekologi

TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Morfologi dan Bioekologi TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Morfologi dan Bioekologi Spodoptera litura termasuk dalam ordo Lepidoptera, famili Noctuidae, genus Spodoptera dan spesies litura. Hama ini bersifat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Metode Penyiapan suspensi Sl NPV

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu  Alat dan Bahan Metode Penyiapan suspensi Sl NPV BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari Februari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari November

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala pada Larva S. litura HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala pada Larva S. litura Aplikasi Spodoptera litura NPV pada daun kedelai mempengaruhi perilaku makan larva S. litura tersebut. Aktivitas makan dan pergerakannya semakin menurun

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus JTM 97C TERHADAP LARVA Helicoverpa armigera

EFEKTIVITAS Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus JTM 97C TERHADAP LARVA Helicoverpa armigera EFEKTIVITAS Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus JTM 97C TERHADAP LARVA Helicoverpa armigera Bedjo Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Embriani BBPPTP Surabaya LATAR BELAKANG Serangan hama merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi dan mutu tanaman. Berbagai

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. I. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam

Lebih terperinci

Jl Veteran, Malang ) Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) Kabupaten Malang. Jl Raya Kendalpayak Km 8, Kabupaten Malang

Jl Veteran, Malang ) Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) Kabupaten Malang. Jl Raya Kendalpayak Km 8, Kabupaten Malang Jurnal HPT Volume 3 Nomor 1 Januari 2015 ISSN : 2338-4336 Pengaruh Beberapa Konsentrasi Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) JTM 97C terhadap Mortalitas Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera:Noctuidae)

Lebih terperinci

Jl Veteran, Malang Kendalpayak Km 8, Kabupaten Malang

Jl Veteran, Malang Kendalpayak Km 8, Kabupaten Malang Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015 ISSN : 2338-4336 VIRULENSI BEBERAPA ISOLAT Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) TERHADAP Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae) PADA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi Penelitian dilakukan di Desa Padajaya Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Lokasi penelitian termasuk dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 1300 meter di atas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bengkuang ( Pachyrhizus erosus (L) urban)

TINJAUAN PUSTAKA Bengkuang ( Pachyrhizus erosus (L) urban) TINJAUAN PUSTAKA Bengkuang ( Pachyrhizus erosus (L) urban) Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L) Urban) termasuk dalam famili Fabaceae, genus Pachyrhizus. Bengkuang berasal dari Amerika tropis, tepatnya di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan berkembang pada suatu tempat dan waktu, tidak lepas dari hubungannya dengan perubahanperubahan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DAN KOMBINASINYA DALAM PENGENDALIAN ULAT GRAYAK PADA KEDELAI

KEEFEKTIFAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DAN KOMBINASINYA DALAM PENGENDALIAN ULAT GRAYAK PADA KEDELAI KEEFEKTIFAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DAN KOMBINASINYA DALAM PENGENDALIAN ULAT GRAYAK PADA KEDELAI Muhammad Arifin 1 dan Bedjo 2 1 Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor 2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2010, bertempat di Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan Area

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012 11 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014. 3.2 Alat dan Bahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUNBLOCK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUNBLOCK Jurnal HPT Volume 2 Nomor 1 Pebruari 2014 ISSN : 2338-4336 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUNBLOCK KOMERSIAL PADA BEBERAPA NILAI SPF (Sun Protection Factor) SEBAGAI PELINDUNG Spodoptera litura NUCLEAR POLYHEDROSES

Lebih terperinci

Kompatibilitas SlNPV dengan HaNPV dalam Pengendalian Ulat Grayak dan Ulat Pemakan Polong Kedelai. Muhammad Arifin

Kompatibilitas SlNPV dengan HaNPV dalam Pengendalian Ulat Grayak dan Ulat Pemakan Polong Kedelai. Muhammad Arifin Kompatibilitas SlNPV dengan HaNPV dalam Pengendalian Ulat Grayak dan Ulat Pemakan Polong Kedelai Muhammad Arifin Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Jl.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pestisida Nabati Pestisida nabati merupakan suatu pestisida yang dibuat dari tumbuhtumbuhan yang residunya mudah terurai di alam sehingga aman bagi lingkungan dan kehidupan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun kebutuhan kedelai nasional selalu meningkat disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk disamping berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh organisme atau serangga merupakan masalah penting bagi petani di Indonesia. Petani mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggulangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Jl Veteran, Malang Jl Veteran, Malang Jl Raya Kendalpayak Km 8, Kabupaten Malang ABSTRACT

Jl Veteran, Malang Jl Veteran, Malang Jl Raya Kendalpayak Km 8, Kabupaten Malang ABSTRACT Jurnal HPT Volume 2 Nomor 3 Agustus 2014 ISSN : 2338-4336 PENGARUH SUHU AWAL TERHADAP INFEKTIVITAS Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) JTM 97C UNTUK MENGENDALIKAN Crocidolomia binotalis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. S. litura menyerang tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. S. litura menyerang tanaman TINJAUAN PUSTAKA Biologi Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) (Natawigena,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan Pertanian (SPP) Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Hama Tumbuhan selama tiga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian untuk kegiatan fraksinasi daun mint (Mentha arvensis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insekta :

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius

EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius EFEKTIVITAS ISOLAT DAN METODE PAPARAN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin TERHADAP MORTALITAS DAN MIKOSIS Spodoptera litura Fabricius NASKAH SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Spodoptera litura TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Spodoptera litura Ulat grayak (Spodoptera litura F.) merupakan salah satu hama daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Isolat M. anisopliae pada Berbagai Konsentrasi terhadap Mortalitas H. armigera Mortalitas larva H. armigera merupakan parameter pengukuran terhadap banyaknya jumlah

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus annus L.) terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.) ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

Potensi Agen Hayati Spodoptera Litura Nuclear Polyherosis Virus (SlNPV) untuk Pengendalian Spodoptera Litura Fabricus

Potensi Agen Hayati Spodoptera Litura Nuclear Polyherosis Virus (SlNPV) untuk Pengendalian Spodoptera Litura Fabricus FORUM MIPA Vol. 12 No. 2 Edisi Mei 2008 Potensi Agen Hayati Spodoptera Litura Nuclear Polyherosis Virus (SlNPV) untuk Pengendalian Spodoptera Litura Fabricus Riyanto* Abstrak Pengendalian hama S. litura

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman 8 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Januari hingga April

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabricius) PADA TANAMAN KEDELAI. Marwoto dan Suharsono

STRATEGI DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabricius) PADA TANAMAN KEDELAI. Marwoto dan Suharsono STRATEGI DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PENGENDALIAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabricius) PADA TANAMAN KEDELAI Marwoto dan Suharsono Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendalpayak,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. Dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. Dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. Dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Waktu:

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Sidang TUGAS AKHIR, 28 Januari 2010 Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura Nama : Vivid Chalista NRP : 1505 100 018 Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) Oleh: Ani Nihayah 1), Asep Ginanjar 2), Taufik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Penyiapan Tanaman Media Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Penyiapan Tanaman Media Uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut

Lebih terperinci

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah PROPOSAL TUGAS AKHIR - SB 091351 UJI POTENSI EKSTRAK DAUN BINTARO (Cerbera odollam) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) DENGAN MEDIA DAUN CABAI RAWIT (Capsicum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di dalam Al-Qur an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: SlNPV JTM 97c, C. binotalis, UV protector ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords: SlNPV JTM 97c, C. binotalis, UV protector ABSTRAK Jurnal HPT Volume 2 Nomor 3 Agustus 2014 ISSN : 2338-4336 Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Pelindung Terhadap Keefektifan Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) JTM 97c untuk Mengendalikan Crocidolomia

Lebih terperinci

APAKAH APLIKASI BIOPESTISIDA SUDAH EFEKTIF?

APAKAH APLIKASI BIOPESTISIDA SUDAH EFEKTIF? APAKAH APLIKASI BIOPESTISIDA SUDAH EFEKTIF? Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Kesadaran masyarakat akan dampak penggunaan pestisida sintetik

Lebih terperinci

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Isolasi dan perbanyakan sumber inokulum E. carotovora dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan hama yang umum menyerang tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa armigera (Hubner) merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun Biologi FMIPA UNY. 2. Waktu : Penelitian ini berlangsung selama ± 2 bulan dari bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA KONSENTRASI NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) TERHADAP ULAT Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI LAPANGAN

UJI BEBERAPA KONSENTRASI NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) TERHADAP ULAT Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI LAPANGAN UJI BEBERAPA KONSENTRASI NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) TERHADAP ULAT Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI LAPANGAN Magdalena Saragih Staf Pengajar Kopertis Wil. I Dpk UMA Medan ABSTRAK Tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan April-Agustus 2010. Kegiatan penelitian terdiri dari penyiapan alat, bahan

Lebih terperinci

Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT

Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT Jurnal HPT Volume 2 Nomor 3 April 2014 ISSN: 2338-4336 EFEKTIVITAS BEBERAPA ISOLAT SlNPV TERHADAP PERSENTASE MORTALITAS LARVA Crocidolomia binotalis Zell. (Lepidoptera : Pyralidae) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Pakan Pembiakan Serangga Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Pakan Pembiakan Serangga Uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari awal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. BAIIAN DAN METODE

III. BAIIAN DAN METODE III. BAIIAN DAN METODE 3.1. Tcmpat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Kebun Percobaan Organik (KPO) Fakultas Pertanian Universitas Riau, kampus Bina Widya, Kelurahan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SINERGISME ISOLAT JTM 97c DENGAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DALAM PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI

EFEKTIVITAS SINERGISME ISOLAT JTM 97c DENGAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DALAM PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI EFEKTIVITAS SINERGISME ISOLAT JTM 97c DENGAN BEBERAPA ISOLAT SLNPV DALAM PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI Bedjo Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak Km 8 Kotak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama

Lebih terperinci

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Riau Kampus Bina Widya Jin. Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru,

Lebih terperinci

KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.)

KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia pavonana F.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Ekaristi et al.:kajian toksisitas ekstrak daun mint (Mentha arvensis L.) 119 Vol. 2, No. 1: 119 123, Januari 2014 KAJIAN TOKSISITAS EKSTRAK DAUN MINT (Mentha arvensis

Lebih terperinci

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM)

UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM) UJI EFIKASI EKSTRAK DAUN MIMBA TERHADAP LARVA DOLESCHALLIA POLIBETE CRAMER (NYMPHALIDAE: LEPIDOPTERA) PADA TANAMAN HANDEULEUM (GRAPTOPHYLLLUM PICTUM) Rulita Aftina, Purnomo, dan Agus M. Hariri Jurusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b) BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS

UJI EFEKTIVITAS NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS UJI EFEKTIVITAS NUCLEAR POLYHEDROSIS VIRUS (NPV) TERHADAP PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG JAGUNG Ostrinia furnacalis Guenee (LEPIDOPTERA:PYRALIDAE) PADA BERBAGAI INSTAR DI LABORATORIUM Test of Efevtivity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Pertanian Indonesia ini tidak lepas dari sumber produksi

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hama adalah organisme yang menginfeksi tanaman dan merusaknya sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran. Infeksi hama dan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia saat ini menghadapi masalah yang serius berkaitan dengan usaha penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar terhadap padi,

Lebih terperinci

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE) AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 1 MARET 2012 ISSN 1979 5777 47 UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE) Sujak dan Nunik Eka Diana Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang dan Masalah Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu tanaman(opt). Hama merupakan salah satu OPT yang penting karena hama mampu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010

Lebih terperinci

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN 1 KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN R. PANJI FERDY SURYA PUTRA A44101063 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Divisi Persuteraan Alam, Ciomas, Bogor. Waktu penelitian dimulai

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

KAJIAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJI MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.) SKRIPSI

KAJIAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJI MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.) SKRIPSI KAJIAN INSEKTISIDA ORGANIK (URIN SAPI & SERBUK BIJI MIMBA) TERHADAP MORTALITAS LARVA (Spodoptera Litura.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Jurusan

Lebih terperinci

AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK BUAH CABAI JAWA

AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK BUAH CABAI JAWA AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK BUAH CABAI JAWA (Piper retrofractum Vahl., PIPERACEAE) TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F.) (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) FERDI PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi yang terbanyak diperoleh dari biji S. mahagoni, diikuti daun T. vogelii, biji A.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian dimulai dari September

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci