Ciawi, 21 Agustus 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ciawi, 21 Agustus 2017"

Transkripsi

1 Ciawi, 21 Agustus 2017

2 Outline Kinerja Penyaluran KUR ; Kinerja Penyaluran KUR Tahun 2017; Strategi Pencapaian 40% KUR untuk Sektor Produksi 2

3 Bagian I KINERJA PENYALURAN KUR

4 4 KUR sebagai Salah Satu Alternatif Pembiayaan Klaster Produksi Suku Bunga KUR pada tahun 2017 sebesar 9% efektif per tahun (atau sama dengan suku bunga flat yang setara)

5 Skema subsidi Imbal Jasa Penjaminan (IJP) = 3.25%; Suku Bunga: KUR Mikro 22%, KUR Ritel 13%, KUR TKI 22% Target penerima : UMKM di seluruh sektor ekonomi dan TKI Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 20 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta Risk Sharing: 70% - 30% (sektor non prioritas), 80% - 20% (sektor prioritas) 33 Bank Pelaksana, 4 Penjamin; Pengawasan oleh Bank Indonesia dan BPKP. Total Penyaluran Rp 178 Triliun dengan 12,4 juta akad kredit. NPL = 3.3% Tenaga kerja yang terserap sebanyak 20,3 juta tenaga kerja. Baki debet s.d. Des 16 Rp 34,5 triliun. Evolusi Skema KUR 2015 Skema subsidi bunga Suku Bunga 12% Subsidi bunga: KUR Mikro 7%, KUR Ritel 3%, KUR Penempatan TKI 11.5%(termasuk collection fee) Target penerima: UMKM di sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta Risk Sharing: B2B Pelaksana 7 Bank Pelaksana, 2 Perusahaan Penjamin; Pengawasan oleh OJK dan BPKP. Total Penyaluran per Des 2015 sebesar Rp 22,75 Triliun dengan 1 juta akad kredit. (75,9% dari target) Baki debet s.d. Des 16 Rp 17,03 triliun Skema subsidi bunga Suku Bunga 9% Subsidi bunga: KUR Mikro 10%, KUR Ritel 4,5%, KUR Penempatan TKI 12%(termasuk collection fee) Target penerima: UMKM di sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta Tarif IJP: B2B (1,5%) Pelaksana 26 Bank, 2 Perusahaan Pembiayaan 10 Penjamin Pengawasan oleh OJK dan BPKP. Total Penyaluran per Des 2016 Rp 94,4 triliun dengan 4,3 juta akad kredit. (94% dari target). NPL = 0.37% Baki debet s.d. Des 16 Rp 70,6 triliun Skema subsidi bunga Suku Bunga 9% Subsidi bunga: KUR Mikro 9,5%, KUR Ritel 4,5%, KUR Penempatan TKI 12%(termasuk collection fee) Target penerima: UMKM di sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan dan jasa Plafon : KUR Mikro s.d. Rp 25 Juta, KUR Ritel Rp 500 Juta Tarif IJP = B2B (1,75%) Pelaksana 33 Bank, 4 Perusahaan Pembiayaan, 1 Koperasi Simpan Pinjam 10 Penjamin Target penyaluran KUR tahun 2017 sebesar Rp110Triliun. Porsi KUR sektor produksi ditargetkan sebesar 40%. 5

6 Evaluasi Program KUR Keberhasilan Pengeluaran dana APBN sekitar Rp 16,6 trilyun (PMN dan IJP) dapat menggerakkan penyaluran kredit/pembiayaan perbankan kepada UMK sekitar Rp178 trilyun Aspek pengembangan lembaga jasa keuangan: a. Pengembangan dan peningkatan kapasitas Perusahan Penjamin b. Pengembangan produk bank, khususnya BPD Aspek akses pembiayaan dan edukasi kepada usaha mikro (termasuk TKI) dalam mengembangkan keberlanjutan usaha (Skema IJP) Kelemahan Temuan BPK Th. 2014: Penyaluran KUR belum dapat dinilai ketepatan sasarannya padahal Imbal Jasa Penjaminan (IJP) termasuk dalam kelompok anggaran subsidi. Rekomendasi Kajian LIPI: Diperlukan dorongan dan peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam pendampingan dan pelatihan untuk calon debitur dan lembaga linkage serta dalam memperkuat lembaga penjaminan. Temuan TNP2K, 2014: KUR adalah produk bank yang dijalankan dengan logika perbankan, bank akan memberikan KUR pada mereka yang dianggap prospektif dari kacamata bank. Rekomendasi Workshop KUR, Oktober 2014: Perlu penguatan regulasi KUR misalnya menjadi Perpres Besaran Penjaminan (covered) dan tingkat IJP perlu dievaluasi dan regresif (Skema Subsidi Bunga) Keberhasilan Penyusunan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) sebagai basis data UMKM di Indonesia. Peningkatan peran Kementerian Teknis dalam program KUR melalui penyusunan Petunjuk Teknis Penyaluran KUR masing masing sektor, serta pengunggahan data calon debitur KUR. Peningkatan peran Pemerintah Daerah melalui pendistribusian username dan password bagi 210 Pemda Provinsi dan Kab/Kota. Peningkatan peran lembaga keuangan non bank sebagai Penyalur KUR. Pada tahun 2016, penyalur KUR diperluas menjadi perbankan, lembaga keuangan bukan bank, dan koperasi simpan pinjam. Kelemahan Porsi penyaluran KUR masih didominasi oleh sektor perdagangan sebesar 66,3% dari total penyaluran KUR sampai dengan 31 Desember 2016 KUR sebesar Rp 94,4 Triliun. Masih relatif rendahnya penyaluran KUR di sektor produksi (pertanian, perikanan, dan industri pengolahan) yaitu sebesar 22,6%. 6

7 REGULASI KUR Keppres Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2015 Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2015 sebagai revisi Keputusan Presiden No. 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Ditetapkan pada 15 Juli Permenko Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Permenko No. 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, diundangkan 7 Agustus 15; Permenko No. 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR, diundangkan 26 Oktober 15; Permenko No. 13 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenko 8 Tahun 2015, diundangkan 14 Januari 16. PMK Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan No.146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pembayaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat, diundangkan tanggal 30 Juli Peraturan Menteri Keuangan No. 20/PMK.05/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat, diundangkan tanggal 17 Februari Kepmenko Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Keputusan Menko Perekonomian No. 170 Tahun 2015 tentang Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin KUR, ditetapkan tanggal 11 Agustus Keputusan Menko Perekonomian No. 188 Tahun 2015 tentang Penetapan Penyalur KUR dan Perusahaan Penjamin KUR, ditetapkan tanggal 30 Oktober Keputusan Menko Perekonomian No. 105 Tahun 2016 tentang Penetapan Penjamin KUR KMK Keputusan Menteri Keuangan KMK Nomor 844/KMK.02/2015 tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran Subsidi Bunga KUR, ditetapkan tanggal 7 Agustus 2015; KMK Nomor 1355/KMK.05/2015 tentang Besaran Subsidi Bunga KUR Tahun 2016

8 Perkembangan Capaian Penyaluran KUR ( ) Penyaluran KUR per Tahun (Rp Triliun) 94,4 KUR Mikro memiliki porsi penyaluran terbesar yaitu sebesar Rp 65,6 Triliun (69,5%), diikuti dengan KUR Ritel sebesar Rp 28,6 Triliun (30,3%), dan KUR Penempatan TKI sebesar Rp 177 Miliar (0,2%) ,89 40,29 34, ,75 17,22 11,4 4,7 0, BRI menjadi penyalur KUR dengan penyaluran tertinggi sebesar Rp 69,4 Triliun, diikuti dengan Bank Mandiri sebesar Rp 13,3 Triliun, dan BNI sebesar Rp 10,3 Triliun. Sisanya disumbangkan oleh BPD dan penyalur lainnya. Total penyaluran KUR s.d. 31 Desember 2016 telah mencapai Rp 94,4 Triliun (94% dari target 2016) dengan tingkat NPL 0,37% kepada debitur. *) mencakup sektor pertanian, perikanan, industri, dan perdagangan yang terkait dengan ketiga sektor tersebut Realisasi Penyaluran KUR per Sektor Ekonomi Uraian Perdagangan 60.5% 51.7% 58.3% 56.8% 55.0% 66.2% Pertanian 15.9% 16.3% 17.2% 17.97% 16.00% 17.30% Perikanan 1.1% 0.7% 0.6% 0.52% 0.70% 1.20% Industri 2.5% 2.7% 2.8% 2.78% 2.40% 4.10% Lain - lain 20.0% 28.7% 21.1% 21.9% 25.9% 11.2% Catatan: Pertanian, perikanan, industr 19.5% 19.7% 20.6% 21.3% 19.1% Perdagangan Terintegrasi 17.10% 14.16% 20.7% 22.4% 22.4% Hulu Terintegrasi* 34.30% 34.16% 41.30% 46% 46% Total Penyaluran (Rp Triliun) Jumlah Akad Kredit 1,909,912 1,966,423 2,342,766 2,443,749 1,003,663 4,362,599 8

9 Penyaluran KUR per 31 Des 2016 Realisasi penyaluran KUR sebesar Rp 94,4 T (94,4% dari target penyaluran Rp 100 T), dgn NPL 0.37% Plafon, outstanding, dan nominal NPL dalam Rp juta No Penyalur Total Penyaluran KUR Plafon Outstanding Jml. Debitur Rasio NPL Nominal NPL 1 Bank Rakyat Indonesia (BRI) 69,457,922 50,228,137 3,990, % 160,730 2 Bank Mandiri 13,312,283 10,645, , % 20,226 3 Bank Negara Indonesia (BNI) 10,325,064 8,630,848 44, % 80,267 4 BPD Bali 267, ,300 1, % - 5 BPD Nusa Tenggara Timur 122, ,579 3, % - 6 BPD DI Yogyakarta 67,415 60,536 1, % - 7 Bank Sinarmas 79,489 55,378 4, % 2,659 8 BPD Sumatera Utara 206, ,884 1, % - 9 Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) 46,007 33,519 1, % - 10 BPD Kalimantan Barat % - 11 Bank Maybank Indonesia % - 12 Bank Artha Graha Internasional 96,860 77,488 3, % - 13 Bank OCBC NISP 3,750 3, % - 14 Bank Nagari 63,248 62, % - 15 Bank Sulselbar 10,416 10, % - 16 Bank Jambi 1, % - 17 Bank Riau Kepri 95,158 93, % - 18 BJB 8,790 7, % - 19 BPD Jateng 148, ,654 1, % - 20 BPD NTB 31,887 31,883 1, % - 21 BPD Kalimantan Selatan 23,933 23, % - 22 Bukopin 16,866 16, % - 23 Bank Permata** 1,650 1, % - 24 BCA** 18,834 15, % - 25 BPD Lampung** 1,492 1, % - 26 Adira Finance** % - 27 Mega Central Finance* % - Total 94,409,023 70,669,782 4,362, % 263,883 *) Posisi penyaluran 30 November 2016 **) Berdasarkan data SIKP Desember

10 Bagian II KINERJA PENYALURAN KUR PER 31 JULI

11 Penyaluran KUR posisi 31 Juli 2017 Realisasi penyaluran KUR sampai dengan 31 Juli 2017 sebesar Rp 52,2 T (47,4% dari target penyaluran Rp 110 T), dgn NPL 0,006% 11

12 Maluku Utara Kalimantan Utara Papua Barat Maluku Kepulauan Riau Sulawesi Barat Kepulauan Bangka Belitung Gorontalo Kalimantan Tengah Bengkulu Papua Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Nangroe Aceh Darussalam Nusa Tenggara Barat Jambi DI Yogyakarta Kalimantan Selatan Banten Sumatera Selatan Riau Sumatera Barat Lampung DKI Jakarta Bali Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Penyaluran KUR berdasarkan Provinsi posisi 31 Juli Penyaluran KUR masih didominasi di provinsi yang terletak di Pulau Jawa, dengan porsi penyaluran sebesar 56%, diikuti dengan Sumatera 19% dan Sulawesi 10%. Kinerja penyaluran KUR per Provinsi tersebut sesuai dengan sebaran UMKM di Indonesia (56%) Penyaluran KUR s.d. 31 Juli 2017 per Pulau (Rp Miliar) (19%) (10%) (6%) Jawa Sumatera Sulawesi Bali Nusa Tenggara (6%) (2%) (1%) Kalimantan Papua Maluku

13 Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi posisi 31 Juli 2017 Penyaluran KUR untuk sektor produksi terus meningkat yaitu: (target porsi penyaluran KUR sektor produksi tahun 2017 sebesar 40%) Sektor pertanian, perikanan, industri, konstruksi, dan jasa jasa = 43,8% Sektor pertanian, perikanan, industri, konstruksi = 31,2% KUR Mikro KUR Kecil Total No Sektor Ekonomi Desember 2016 Juli 2017 Desember 2016 Juli 2017 Desember 2016 Juli 2017 Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % Rp Juta % 1 Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 14,200, ,970, ,163, ,011, ,363, ,982, Perikanan 870, , , , ,146, , Industri Pengolahan 2,826, ,710, ,039, ,591, ,866, ,302, Perdagangan 41,289, ,115, ,186, ,151, ,483, ,266, Konstruksi 18, , , Jasa-jasa 6,345, ,984, ,888, ,638, ,401, ,623, Total 65,532, ,375, ,805, ,261, ,180, Ket: Konstruksi 0,1% Jasa-jasa 13% Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 23% Perikanan 2% Perdagangan 56% Industri Pengolahan 6% 13

14 Bagian III STRATEGI PENCAPAIAN 40% KUR SEKTOR PRODUKSI 14

15 Arahan Rakor 20 Januari 2017 Penyaluran KUR pada tahun 2016 masih di dominasi sektor perdagangan, oleh karenanya kebijakan penyaluran KUR tahun 2017 diarahkan untuk mendorong sektor produksi. Arah Kebijakan 2017 Untuk mendukung kebijakan ketahanan pangan dan hilirisasi industri pada sektor UMKM, akan ditingkatkan penyaluran KUR di sektor produksi. Pemberdayaan UMKM sektor pertanian melalui pembiayaan KUR akan didukung dengan perluasan lahan pertanian dan pemasaran melalui program Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah, serta kerjasama Perusahaan Besar. Alokasi Plafon 2017 Komite Kebijakan menetapkan plafon KUR tahun KUR 2017 sebesar Rp 110 T. Sesuai dengan usulan plafon masing masing penyalur serta rekomendasi dari OJK, total plafon yang telah ditetapkan baru sebesar Rp 106 Triliun. Masih terdapat sisa alokasi plafon sebesar Rp 3,4 Triliun (Semester 2). Porsi penyaluran KUR di sektor produksi (pertanian, perikanan, dan industri pengolahan) ditargetkan sebesar 40%. Anggaran APBN 2017 untuk program KUR total sebesar Rp 9,436 Triliun, terdiri dari: Subsidi bunga KUR sebesar Rp 9,022 Triliun; Imbal Jasa Penjaminan (KUR yang ulang tahun) sebesar Rp 414,3 Miliar 15

16 Strategi Pencapaian 40% KUR Sektor Produksi PEMERINTAH Menetapkan target Menyusun kebijakan yang mendorong sektor produksi: debitur kelompok, multisektor, yarnen, klaster, kartu tani, reforma agraria, e-commerce Monitoring secara berkala capaian KUR Sektor produksi ke masing-masing Penyalur Reward & Punishment Reward: capaian KUR sektor produksi menjadi butir penilaian untuk penghargaan KUR Punishment: Jika tidak tercapai 40%, plafon KUR tahun depan dikurangi KEMENTERIAN/LEMBAGA/PEMDA Menyediakan data calon debitur di sektor produksi, upload ke SIKP Pendamping & penyuluh Monitoring & sosialisasi PENJAMIN KUR & PIHAK LAINNYA Monitoring & sosialisasi PENYALUR Merumuskan strategi untuk mencapai 40% sektor produksi, seperti: Mandiri: pendekatan individual dan kelompok; aliansi dengan konsep value chain (dalam kelompok ada organizer, advisor, offtaker). BNI: pendekatan klaster di sektor perdagangan, mulai ditarik mundur pada sektor hulunya. BRI: menetapkan target dan KPI 40% untuk setiap cabang; AO harus mencapai 40% sektor produksi terlebih dahulu baru boleh ke sektor perdagangan BTPN: strategi skema value chain; pemetaan potensi pasar; membentuk tim khusus untuk memahami agribisnis dan menjajagi kerjasama dengan start up hortikultura BPD Jateng: pendekatan klaster kerjasama dengan BI; sinergi dengan pemerintah provinsi/kabupaten/kota 16

17 Arahan Menko Perekonomian 3 April 2017 (1) Target 40% KUR untuk sektor produksi telah disampaikan ke Presiden dan DPR. Untuk mencapainya, Penyalur KUR dapat menyalurkan KUR melalui kelompok, fintech atau strategi lainnya Menko Perekonomian mendorong dibentuknya klaster produksi seperti program One Village One Product (OVOP) yang dikelola oleh Kementerian Desa Tertinggal dan Transmigrasi. Dengan klastering dapat didorong pengelolaan yang lebih baik dan efisien, dan meningkatkan produktivitas. Diantaranya dengan penggunaan bibit yang terpilih, klaster dapat meningkatkan produktivitasnya. Alsintan akan didistribusikan ke klasterklaster sesuai dengan kebutuhannya. Pemerintah mempunyai kebijakan reforma agraria yang terdiri dari Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA), dan hutan sosial. Pengusahaan pada pola TORA harus menggunakan pendekatan klaster. Sertifikasinya mirip dengan strata title di tanah untuk bangunan gedung. Akan dipikirkan bagaimana tanah yang tidak dapat dijual tersebut dapat digunakan sebagai agunan. 17

18 Arahan Menko Perekonomian 3 April 2017 (2) Reforma agraria diarahkan untuk lahan bukan sawah, karena lahan sawah sudah cukup tersedia. Yang perlu dilakukan adalah mencocokkan antara sawah dan irigasinya. Saat ini jumlah bendungan sudah cukup tersedia namun perlu dilihat kondisinya dan pemanfaatannya. Pola Hutan Sosial, 2-3 ha lahan hutan sosial di pulau Jawa dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan hak akses pengusahaan (bukan kepemilikan) yang pada periode tertentu akan ditarik oleh pemerintah dan ditawarkan kepada masyarakat lainnya yang membutuhkan. Lahan tersebut dapat ditanami komoditas pangan seperti hortikultura. Bentuk pengusahaan harus klaster. Dalam 1 Kecamatan dimungkinkan ada 2-3 klaster. Permasalahan utama adalah tidak adanya pendamping dan penyuluh. Perlu dicari cara untuk menggantikan fungsi pendamping dan penyuluh, misalnya dengan tutorial melalui media televisi. 18

19 Arahan Menko Perekonomian 3 April 2017 (3) Masyarakat boleh mengelola sawah, tetapi harus dikombinasi dengan ternak, ikan, dll, karena hasil dari menanam padi saja tidak cukup untuk menghidupi petani dan keluarganya. Negara-negara lain telah memulai program ini 50an tahun yang lalu. Kebijakan untuk replanting akan dibahas lebih mendalam karena membutuhkan jangka waktu di atas 5 tahun untuk mulai menghasilkan. Pemerintah perlu hadir untuk membantu petani karet, kelapa, kopi, karena mereka tidak mampu menyisihkan dana untuk replanting. Pemerintah akan memberikan arahan untuk replanting setengah dari lahan yang ada, sedangkan setengah lahan sisanya dapat ditanami tanaman hortikultura, yang memungkinkan petani untuk mendapatkan cashflow setiap 3 sampai 4 bulan. Dapat juga digunakan untuk penggemukan sapi, sehingga setiap 6-8 bulan petani dapat menikmati hasilnya. 19

20 Arahan Menko Perekonomian 3 April 2017 (4) Perlu dikembangkan kerjasama dengan e-commerce untuk membantu pemasaran produk pertanian melalui kerjasama dengan semacam agregator. Telah dibangun database petani melalui kartu tani. Bank dapat memanfaatkan database tersebut sehingga permohonan kredit dapat lebih cepat diproses. 20

21 Arahan Menko Perekonomian 2 Juni 2017 Pemerintah akan terus berupaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan sertifikasi aset masyarakat. Program tersebut tidak hanya berfokus pada sertifikasi lahan, namun juga sertifikasi aset aset lainnya seperti hewan ternak dan hak paten bagi UMKM. Agar Perbankan dapat menyusun strategi peningkatan penyaluran di sektor produksi melalui pola kemitraan dengan kelompok terutama di sektor pertanian dan perikanan. Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan keberpihakan penyaluran kredit ke sektor mikro. Kebijakan tersebut salah satunya ditindaklanjuti dengan penetapan target penyaluran KUR ke sektor produksi sebesar minimal 40% dari total penyaluran. Diharapkan target tersebut dapat terus meningkat di tahun tahun selanjutnya. 21

22 Populasi Rumah Tangga Sektor Produksi Sektor/Subsektor Th 2013 TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN KEHUTANAN JASA PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN Mikro Kecil TOTAL Sumber: Sensus Pertanian, 2013 RT Usaha Sektor Produksi Total Rumah Tangga sektor produksi sejumlah 67,3 juta. Sebaran rumah tangga berdasarkan sektor ekonomi terdiri dari: 1. Pertanian = 61,9 juta 2. Industri = 3,4 juta 3. Perikanan = 1,9 juta

23 Sebaran Petani berdasarkan Luas Lahan Sawah Luas Lahan Petani 2013 < > Sumber: Sensus Pertanian, 2013 Luas Lahan >4000 Sulsel, Kalsel NTB, Sumsel Provinsi Aceh, Sumbar, Lampung, Jabar, Banten, Kalbar, Kalteng, Kaltara <1000 Sumut, Bengkulu, Jateng, Jatim, Bali, NTT, Kaltim, Sulut, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulbar Riau, Jambi, Babel, Kepri, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua Kemampuan pengembalian pinjaman akan semakin kuat pada petani dengan lahan yang semakin luas. Dari penelitian UGM, terdapat 6% pinjaman berbunga yang dapat diakses oleh petani dengan luas lahan sekitar m2. Selanjutnya meningkat menjadi 9% bagi petani dengan luas lahan sekitar m2. Dengan pertimbangan diatas, maka provinsi yang memiliki luas lahan rata rata diatas m2 disarankan menjadi fokus penyaluran KUR sektor pertanian.

24 Beberapa Masalah Perkreditan Petani Pangan Indonesia Fasilitas kredit lebih banyak dimanfaatkan oleh RTUP yang berpendapatan tinggi dibandingkan yang berpendapatan rendah. Pembiayaan informal seperti pinjaman dari para tengkulak, pelepas uang, ataupun pedagang sarana produksi lebih disukai meski suku bunganya lebih tinggi dibandingkan lembaga keuangan. Rendahnya akses petani terhadap pinjaman bank karena prosesnya terlalu formal, rumit, dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu juga masalah agunan. Akses petani terhadap kelembagaan pertanian seperti penyuluhan pertanian, kelompok tani, dan koperasi masih relatif rendah. Petani yang berpendapatan tinggi cenderung memiliki akses yang tinggi pula terhadap lembaga pertanian baik dalam kegiatan penyuluhan pertanian, kelompok tani, maupun koperasi. Harga di tingkat petani yang rendah merupakan kesulitan terbesar dalam memasarkan hasil pertanian.

25 Poin - Poin Usulan Perubahan Permenko KUR Dalam rangka pencapaian target penyaluran KUR tahun 2017, Komite Kebijakan sedang menyusun konsep perubahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang Pedoman Pelaksanaan KUR yang mengakomodir: 1. Kelompok Debitur Penerima KUR: individu/perseorangan dan/atau kelompok usaha. Calon Debitur KUR melalui Kelompok Usaha bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya melalui tanggung renteng yang dikoordinir ketua kelompok dan sebagian anggota Kelompok Usaha dimungkinkan sebagai pengusaha pemula. 2. KUR Multisektor: KUR dapat diberikan kepada calon penerima yang memiliki usaha lebih dari satu sektor usaha misalnya sektor pertanian dan sektor perdagangan, namun pemberian KUR harus tetap mengacu pada jenis KUR yang diberikan. 3. KUR Khusus (Sektor Perkebunan dan Peternakan Sapi) : 4. Penyaluran KUR 40% kepada Sektor Produksi: Penyaluran KUR diprioritaskan pada sektor produksi (pertanian, perikanan dan industri pengolahan) minimal mencapai 40%. Bagi Penyalur yang tidak mencapai target plafon 40% disektor produksi yang ditetapkan maka plafonnya akan dikurangi pada tahun berikutnya. 5. Mekanisme Pembayaran sistem Yarnen: Pembayaran pokok dan bunga KUR dapat dilakukan secara angsuran berkala dan/atau pembayaran sekaligus. 25

26 Lanjt. 6. Penurunan suku bunga KUR 7. UMKM yang menerima KUR dapat memanfaatkan fasilitas resi gudang 8. Pemilik credit card dapat memperoleh pinjaman KUR dengan catatan collectability credit card adalah lancar 9. Istilah KUR ritel diganti menjadi KUR kecil 26

27 Terima Kasih Sekretariat Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Gd. Ali Wardhana Lt. 3 Jl. Lap. Banteng Timur No. 2 4, Jakarta Pusat Telp Faksimile kur.ekonri@gmail.com

28 Usulan Perubahan Permenko KUR No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan 1 Menimbang b. bahwa untuk meningkatkan dan memperluas pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat serta mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan perubahan Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud pada huruf a; b. bahwa untuk meningkatkan dan memperluas pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat serta mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor produksi (Pertanian, Perikanan, dan Industri Pengolahan), perlu dilakukan perubahan Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud pada huruf a; 2 1 ayat 1 Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur individu/perseorangan dan/atau kelompok usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. 28

29 Penerima KUR Mikro (1) No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan 3 3 Ayat 1 Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha yang produktif, yaitu: a. usaha mikro, kecil, dan menengah; b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri; c. calon pekerja magang di luar negeri; d. anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang berpenghasilan tetap atau bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia; e. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar negeri; f. Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja; Penerima KUR adalah individu/perseorangan baik sendiri-sendiri maupun dalam kelompok atau badan usaha yang melakukan usaha yang produktif, yaitu: a. usaha mikro, kecil, dan menengah; b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri; c. calon pekerja magang di luar negeri; d. anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang berpenghasilan tetap atau bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia; e. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar negeri; f. Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja;

30 Penerima KUR Mikro (2) No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan 4 14 Ayat 4 Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan KUR dengan kolektabilitas lancar. Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya yaitu berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, resi gudang dan KUR dengan kolektabilitas lancar Ayat Ayat 6 Belum diatur Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik Calon Penerima KUR Mikro dapat dilakukan melalui Kelompok Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya melalui tanggung renteng yang dikoordinir ketua kelompok dan sebagian anggota Kelompok Usaha dimungkinkan sebagai pengusaha pemula. Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik atau Surat Keterangan Pembuatan KTP Elektronik.

31 Perubahan istilah KUR Ritel menjadi KUR Kecil (1) No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan 7 12 KUR Ritel KUR Kecil 8 17 ayat 1 KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatas Rp (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp (lima ratus juta rupiah). KUR Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatas Rp (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp (lima ratus juta rupiah) ayat ayat 5 Suku bunga/marjin KUR Ritel sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga/marjin flat/anuitas yang setara. Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan, tambahan kredit/pembiayaan (suplesi), dan restrukturisasi KUR Ritel tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini. Suku bunga/marjin KUR Kecil sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan suku bunga/marjin flat/anuitas yang setara. Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan, tambahan kredit/pembiayaan (suplesi), dan restrukturisasi KUR Kecil tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.

32 Perubahan istilah KUR Ritel menjadi KUR Kecil (2) No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Ayat 1 Calon penerima KUR Ritel adalah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 huruf a, d, dan f Calon penerima KUR Kecil adalah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 huruf a, d, dan f Ayat Ayat Ayat Ayat 2 Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin lainnya. Calon penerima KUR Ritel yang sedang menerima KUR Kecil tetap dapat memperoleh tambahan kredit/pembiayaan dengan total pinjaman sebesar Rp (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut: Calon penerima KUR Ritel hanya dapat menerima KUR Kecil dengan total akumulasi plafon KUR Kecil termasuk suplesi atau perpanjangan paling banyak sebesar Rp ,- (lima ratus juta rupiah) dari Penyalur KUR. Calon penerima KUR Kecil harus mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan Calon penerima KUR Kecil memiliki surat Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin lainnya. Calon penerima KUR Kecil yang sedang menerima KUR Kecil tetap dapat memperoleh tambahan kredit/pembiayaan dengan total pinjaman sebesar Rp (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan sebagai berikut: Calon penerima KUR Kecil hanya dapat menerima KUR Kecil dengan total akumulasi plafon KUR Kecil termasuk suplesi atau perpanjangan paling banyak sebesar Rp ,- (lima ratus juta rupiah) dari Penyalur KUR.

33 Perubahan istilah KUR Ritel menjadi KUR Kecil (3) No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Ayat 1 Penyalur KUR Ritel wajib melakukan pengecekan calon penerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia; Penyalur KUR Kecil wajib melakukan pengecekan calon penerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia; Ayat 2 Dalam hal calon penerima KUR Ritel berdasarkan pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih memiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dan kredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekening dari pemberi kredit/pembiayaan sebelumnya. Dalam hal calon penerima KUR Kecil berdasarkan pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih memiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dan kredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan lampiran cetakan rekening dari pemberi kredit/pembiayaan sebelumnya.

34 Penerima KUR Kecil No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Ayat 3 Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, sistem resi gudang, kartu kredit dan KUR dengan kolektabilitas lancar. Calon penerima KUR Kecil dapat sedang menerima kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, resi gudang dan KUR dengan kolektabilitas lancar Ayat 4 Belum diatur Calon Penerima KUR Kecil dapat dilakukan melalui Kelompok Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya melalui tanggung renteng yang dikoordinir ketua kelompok dan sebagian anggota Kelompok Usaha dimungkinkan sebagai pengusaha pemula Ayat 5 Calon penerima KUR Kecil wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik. Calon penerima KUR Kecil wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik atau Surat Keterangan Pembuatan KTP Elektronik Ayat 6 Belum diatur Calon penerima KUR Kecil dengan plafon diatas Rp 50 juta, wajib memiliki NPWP.

35 Skema KUR Khusus * No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Belum diatur 1. Khusus Tanaman Keras jangka waktu kredit maksimal 7 (tujuh ) tahun termasuk grace period yang disepakati oleh Penyalur KUR sesuai karakteristiknya. 2. Subsidi bunga dapat diberikan maksimal 7 (tujuh) tahun atau sesuai kesepakatan antara bank dengan debitur. *) Sektor Perkebunan dan Peternakan Sapi

36 KUR Multisektor No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan 23 20A Belum diatur 1) KUR dapat diberikan kepada calon penerima yang memiliki usaha lebih dari satu sektor usaha misalnya sektor pertanian dan sektor perdagangan, namun pemberian KUR harus tetap mengacu pada jenis KUR yang diberikan. 2) Penyaluran KUR diprioritaskan pada sektor produksi (pertanian, perikanan dan industri pengolahan) minimal mencapai 40%.

37 Penerima KUR TKI No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Ayat Ayat 1 Calon penerima KUR Penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik. Calon penerima KUR Penempatan TKI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa KTP Elektronik atau Surat Keterangan Pembuatan KTP Elektronik. d. biaya lain-lain d. biaya lain-lain termasuk living cost dan biaya penagihan Ayat 3 Pencairan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dilakukan setelah Tenaga Kerja Indonesia mendapatkan kepastian penempatan terhadap pengguna dan telah memiliki izin kerja di negara tujuan. Pencairan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dilakukan setelah Tenaga Kerja Indonesia dinyatakan sehat dan telah mendapatkan kepastian penempatan terhadap pengguna dan telah memiliki izin kerja di negara tujuan.

38 Penyaluran KUR Mikro No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Ayat Ayat 5 Jangka waktu KUR Mikro: a.paling lama 3 (tiga) tahun untuk kredit/pembiayaan modal kerja b.paling lama 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi. Belum diatur Jangka waktu KUR Mikro: a.paling lama 3 (tiga) tahun untuk kredit/pembiayaan modal kerja termasuk grace period; atau b.paling lama 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan investasi termasuk grace period. Pembayaran pokok dan bunga KUR dapat dilakukan secara angsuran berkala dan/atau pembayaran sekaligus.

39 Penyaluran KUR Kecil No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Ayat 3 17 Ayat 4 Jangka waktu KUR Kecil sebagai berikut: a. paling lama 4 (empat) Tahun untuk kredit/pembiayaan modal kerja b. paling lama 5 (lima) Tahun untuk kredit/pembiayaan investasi Belum diatur Jangka waktu KUR Kecil sebagai berikut: a. paling lama 4 (empat) Tahun untuk kredit/pembiayaan modal kerja termasuk grace period; b. paling lama 5 (lima) Tahun untuk kredit/pembiayaan investasi termasuk grace period; dan Khusus perkebunan tanaman keras dan usaha pembibitan sapi, jangka waktu pemberian kredit dapat melebihi waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan ketentuan kementerian teknis terkait tetapi subsidi yang diberikan maksimal 5 (lima) tahun

40 Pengawasan No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Belum diatur Dalam hal diperlukan Forum Koordinasi Pengawasan KUR dapat melibatkan Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) Penyalur maupun Penjamin KUR Ayat Ayat 3 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut capaian plafon sektoral maupun bank atau lembaga keuangan non bank, serta, dan kepatuhan terhadap ketentuan Pedoman Pelaksanaan KUR Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut capaian plafon sektoral maupun bank atau lembaga keuangan non bank, serta, dan kepatuhan terhadap ketentuan Pedoman Pelaksanaan KUR dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan untuk koperasi dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM serta hasil pengawasan dilaporkan kepada Komite Kebijakan Belum diatur Bagi Penyalur yang tidak mencapai target plafon 40% disektor produksi yang ditetapkan maka plafonnya akan dikurangi pada tahun berikutnya.

41 Ketentuan Lain No Pasal Permenko 8/2015 Usulan Perubahan Ayat Ayat 3 Belum diatur Belum diatur Penggunaan istilah KUR Kecil sebagai pengganti istilah KUR Ritel yang berakibat hukum terhadap pengaturan KUR Ritel berlaku untuk KUR Kecil; dan Perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi atas KUR yang telah disalurkan berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604) tetap mengikat para pihak sampai masa berlakunya perjanjian kredit berakhir; Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku 1 (satu) bulan sejak tanggal diundangkan.

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI

KREDIT USAHA RAKYAT. Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI KREDIT USAHA RAKYAT Disampaikan dalam Pembukaan Pembekalan PPB MU KP Tahun 2017 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Jakarta, 6 Februari 2017 I. Evaluasi Pelaksanaan KUR 2016 A. KINERJA PENYALURAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bida No.1794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH. KUR. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL,

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,

Lebih terperinci

PEDOMAN KOPERASI SEBAGAI PENYALUR KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

PEDOMAN KOPERASI SEBAGAI PENYALUR KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PEDOMAN KOPERASI SEBAGAI PENYALUR KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Dasar : PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PER/M.KUKM/XI/2016 DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT

PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT Surabaya, 3 Maret 2016 Outline 1. Kinerja KUR 2. Target KUR 2016 3. Subsidi Bunga KUR 2016 4. Skema KUR 2016 5.

Lebih terperinci

2016, No dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015

2016, No dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 No.1701, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-PEREKONOMIAN/KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH. KUR. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015

KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi yang penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu menyediakan

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR [ Senin, 25 Februari 2013 09:41:20 Oleh : Administrasi] TANYA JAWAB TENTANG KUR 1. Apakah Kredit Usaha Rakyat itu? Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan Modal Kerja

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 JAKARTA, 15 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) K R E D I T U S A H A R A K Y A T KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

BUKU KUMPULAN PERATURAN TAHUN 2016 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) K R E D I T U S A H A R A K Y A T KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Buku ini berisi kumpulan Peraturan yang dikeluarkan oleh Komite Kebijakan dalam rangka relaksasi kebijakan terkait Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan-peraturan dalam buku ini menjadi landasan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL,

Lebih terperinci

2015, No Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tent

2015, No Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tent No.1604, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENKO-PEREKONOMIAN. Kredit Usaha Rakyat. Pelaksanaan.Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIANREPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN

Lebih terperinci

2016, No Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; M

2016, No Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; M BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.48, 2016 KEMENKO-PEREKONOMIAN. Kredit Usaha Rakyat. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si Dalam Acara : Rapat Koordinasi Terbatas Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Hotel Royal Kuningan, Jl. Kuningan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Anggaran 2017

Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Anggaran 2017 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun Anggaran 2017 Oleh : Drs. Braman Setyo, M.Si Dalam Acara : Rapat Koordinasi Nasional Bidang Koperasi dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank

I. PENDAHULUAN. Persaingan antar Bank sebagai industri jasa keuangan semakin tajam. Bank-bank 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini banyak sekali lembaga Bank bermunculan dengan menawarkan berbagai macam produk dan layanan guna meraih kepercayaan dari masyarakat maupun pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi disuatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Oleh: DR. Syarief Hasan, MM. MBA. Menteri Negara Koperasi dan UKM Pada Rapimnas Kadin Yogyakarta, 3 4 Oktober 2012 UMKM DALAM

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.2092, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. Koperasi Penyalur KUR. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PER/M.KUKM/XI/2016 TENTANG

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT http://www.siperubahan.com I. PENDAHULUAN Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dinyatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER AGUSTUS 2012

SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER AGUSTUS 2012 SEBARAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PERIODE NOVEMBER 2007 AGUSTUS 2012 [ Senin, 15 Oktober 2012 18:30:53 Oleh : Administrasi] Normal 0 false false false IN XNONE XNONE /* Style Definitions */ table.msonormaltable

Lebih terperinci

Nomor : /Dep.2/II/2018 Jakarta, Februari 2018 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Koperasi sebagai Penyalur KUR

Nomor : /Dep.2/II/2018 Jakarta, Februari 2018 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Koperasi sebagai Penyalur KUR Nomor : /Dep.2/II/2018 Jakarta, Februari 2018 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Koperasi sebagai Penyalur KUR Kepada Yth. : 1. Kepala Dinas Yang Membidangi Pembiayaan Koperasi dan UKM Provinsi/DI 2.

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 SURABAYA, 8 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI Oleh: DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN Pada Acara : RAPAT KOORDINASI TERBATAS Jakarta, 16 Mei 2017 ISI 1 PEMBUBARAN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN No.60/Kpts/RC.110/4/08 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN.60/Kpts/RC.0//08 TENTANG SATUAN BIAYA MAKSIMUM PEMBANGUNAN KEBUN PESERTA PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DI LAHAN KERING TAHUN 008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent

2016, No Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat; c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tent No.251, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. KUR. Subsidi Bunga. Pelaksanaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI

Lebih terperinci

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama KONDISI KOPERASI 1. Total Koperasi : 209.488 Unit 2. Koperasi Aktif : 147.249 Unit (NIK) dan didalamnya telah RAT sebanyak 80.000 Unit 3. Koperasi Tidak Aktif :

Lebih terperinci

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN JAKARTA, 26 Maret 2014 2 Agenda

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/SR.230/6/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/SR.230/6/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR PERTANIAN - 603 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/Permentan/SR.230/6/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT USAHA RAKYAT DI SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BISNIS PROGRAM DAN KEMITRAAN PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 1 Latar Belakang Dalam lima tahun mendatang Pemerintah mengupayakan peningkatan kontribusi UMKM dalam perekonomian. Tujuan KUR adalah

Lebih terperinci

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH DENGAN DUKUNGAN FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN (KPR-FLPP) PUSAT PEMBIAYAAN PERUMAHAN JAKARTA, 26 Maret 2014 2 Agenda

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

Tahun 2018, Kementerian PUPR Salurkan KPR Subsidi FLPP Rp 4,5 Triliun Bagi Unit Rumah MBR

Tahun 2018, Kementerian PUPR Salurkan KPR Subsidi FLPP Rp 4,5 Triliun Bagi Unit Rumah MBR Rilis PUPR #3 21 Desember 2017 SP.BIRKOM/XII/2017/619 Tahun 2018, Kementerian PUPR Salurkan KPR Subsidi FLPP Rp 4,5 Triliun Bagi 42.326 Unit Rumah MBR JAKARTA-- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam huruf a;

14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam huruf a; SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 0/PMK05/05 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a bahwa sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III DAN IV

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III DAN IV Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III DAN IV Bali, 20 Oktober 2015 Pendahuluan Tantangan Pembangunan Ekonomi 2 2 Bauran Kebijakan Fiskal, Moneter

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PELAKSANAAN TEKNIS KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KHUSUS

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PELAKSANAAN TEKNIS KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KHUSUS KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PELAKSANAAN TEKNIS KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KHUSUS 2018 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM SOSIALISASI

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang 1. Latar Belakang I.PENDAHULUAN Indonesia adalah negara dengan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain petani perkebunan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.

Lebih terperinci

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. -,.. DS:598-75-3511-324 Jakarta. 7 Desember 215 A.N MENTERI KEUANGAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN / rv ASKOLANI NIP.19666111992211 t SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR

PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR Direktorat Pembiayaan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian Jakarta, Agustus 2017 Pendahuluan

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI TERBATAS TAHUN ANGGARAN 2017

RAPAT KOORDINASI TERBATAS TAHUN ANGGARAN 2017 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA RAPAT KOORDINASI TERBATAS TAHUN ANGGARAN 2017 Deputi Bidang Pembiayaan Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, 21 Februari 2017 KREDIT PROGRAM KUR DEPUTI BIDANG

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Deputi Menteri Bidang Produksi Jakarta, Desember 2014

Lebih terperinci

PENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil

PENANDATANGANAN MOU. Divisi Bisnis Usaha Kecil 1 PENANDATANGANAN MOU Senin 29 Februari 2016. Penandatanganan MoU Penyaluran KUR Linkage merupakan bentuk kepercayaan BNI kepada BPR sebagai Lembaga Linkage yang mampu untuk menyalurkan KUR kepada UMKM.

Lebih terperinci

NOMOR 22 /PMK05/2010 TENT ANG PERUBAHAN KEDUA AT AS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

NOMOR 22 /PMK05/2010 TENT ANG PERUBAHAN KEDUA AT AS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT PERAtURAN MENTERIKEUANGAN SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 22 /PMK05/2010 TENT ANG PERUBAHAN KEDUA AT AS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015

SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Jakarta, 10 April 2015 AGENDA

Lebih terperinci

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PELAKSANAAN PENYALURAN 1. Penyaluran melalui KPPN dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan

BAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini banyak sekali guncangan ekonomi, khususnya pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan ekonomi

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan

4. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian dan MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT BAMBANG WIDIANTO DEPUTI BIDANG KESRA KANTOR WAKIL PRESIDEN RI APRIL, 2010 KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 DIREKTUR PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Pada Konsolidasi Hasil Pembangunan PSP

Lebih terperinci

PANDUAN. PROGRAM PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO (PEMBIAYAAN UMi) Pelaksana : PUSAT INVESTASI PEMERINTAH KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN. PROGRAM PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO (PEMBIAYAAN UMi) Pelaksana : PUSAT INVESTASI PEMERINTAH KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PROGRAM PEMBIAYAAN ULTRA MIKRO (PEMBIAYAAN UMi) Pelaksana : PUSAT INVESTASI PEMERINTAH KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 0 1 2 KATA PENGANTAR Pembiayaan UMi merupakan penyediaan dana yang

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU

Lebih terperinci

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Definisi UMKM UMKM : Usaha Mikro Kecil dan Menengah berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Usaha produktif dengan kriteria

Lebih terperinci

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA Pendahuluan Policy Brief PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA 1. Dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal tentang pentingnya peningkatan daya saing pertanian. Di tingkat

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci