BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh"

Transkripsi

1

2 BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA PROVINSI ACEH TAHUN Banda Aceh, 2016 x + 86 halaman 17,6 x 25 cm

3 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha ii

4 KATA SAMBUTAN Pemerintah sebagai fasilitator dan katalisator pembangunan, perlu senantiasa melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan. Pembangunan tidak hanya di bidang ekonomi, namun juga dalam pembangunan sosial dan ketenagakerjaan. Tujuan utama pembangunan ini tercermin dalam nawacita pemerintah. Kami menyambut baik kerjasama antara BAPPEDA Aceh dan BPS Provinsi Aceh dalam penerbitan publikasi ini. Dengan adanya publikasi ini diharapkan akan mampu mendorong dan mempermudah dalam perencanaan, pembuatan, dan evaluasi kebijakan pembangunan, terutama terkait dengan capaian-capaian dalam bidang ekonomi dan sosial. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini, diucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pelaku pembangunan di Aceh. Banda Aceh, November 2016 Kepala BAPPEDA Aceh Prof. Dr. Ir. Amhar Abubakar, M.S. iii

5 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha KATA PENGANTAR Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Provinsi Aceh Tahun merupakan publikasi hasil kerjasama antara BAPPEDA Aceh dan BPS Provinsi Aceh. Publikasi ini menguraikan secara singkat kondisi perekonomian dan kaitannya dengan beberapa indikator penting dalam kurun waktu lima tahun terakhir ( ). Publikasi ini merupakan pelengkap dari publikasi PDRB Menurut Lapangan Usaha yang secara rutin telah diterbitkan oleh BPS Provinsi Aceh. Dengan menambahkan analisis mengenai keterkaitan indikator ekonomi dan sosial diharapkan dapat menjadi pijakan bagi pengambilan keputusan yang tidak hanya menjadi solusi masalah ekonomi namun juga masalah sosial. Penghargaan disampaikan kepada tim yang telah bekerja menyusun publikasi ini tepat waktu. Selanjutnya saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang. Banda Aceh, November 2016 Kepala BPS Provinsi Aceh, Drs. Wahyudin, M.M. iv

6 DAFTAR ISI Halaman KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL iii iv v vii ix I. PENDAHULUAN Latar Belakang PDRB Tingkat Pengangguran Terbuka Kemiskinan Produktivitas Tenaga Kerja 12 II. TINJAUAN EKONOMI Kinerja Perekonomian Kontribusi Migas Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi Pergeseran Struktur Ekonomi PDRB Per Kapita Laju Pertumbuhan Indeks Implisit 28 III. TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda 41 Motor (G) 3.6 Transportasi dan Pergudangan (H) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib 43 (O), Jasa Pendidikan (P), dan Jasa Kesehatan (Q) v

7 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 3.8 Kategori Lainnya Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya 56 IV. TINJAUAN KETERKAITAN SOSIAL-EKONOMI Produktivitas Tenaga Kerja Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan 65 PENUTUP 67 LAMPIRAN TABEL 71 DAFTAR PUSTAKA 83 vi

8 DAFTAR GAMBAR 2.1 Gambar Gambar PDRB ADHB, (triliun rupiah) Halaman PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, (Triliun Rupiah) Gambar PDRB ADHK 2000, (triliun rupiah) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, (Triliun Rupiah) Gambar Kontribusi Migas dan Nonmigas pada PDRB ADHB, Kontribusi (persen) Migas dan Nonmigas pada PDRB ADHB, Kontribusi Pertambangan dan Industri Migas terhadap Nilai PDRB Khusus 2.4 Gambar Kontribusi Pertambangan Migas dan Industri Migas Migas, (persen) terhadap Migas pada PDRB ADHB, (persen) Laju Pertumbuhan Ekonomi, (persen) Gambar Laju Pertumbuhan Ekonomi ADHK 2000, (persen) Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha, 2015 (persen) Gambar Distribusi Persentase Laju Pertumbuhan PDRB ADHB Ekonomi dengan ADHK Migas 2000 menurut Menurut Lapangan Lapangan Usaha, 2015 Usaha, (persen) 2015 (persen) Gambar Distribusi Persentase Distribusi Persentase PDRB ADHB PDRB tanpa ADHB Migas Dengan menurut Migas Lapangan Menurut Lapangan Usaha, 2015 Usaha, (persen) 2015 (persen) Struktus PDRB ADHB dengan Migas menurut Kelompok Sektor, Gambar (persen) Distribusi Persentase PDRB ADHB Tanpa Migas Menurut 31 Lapangan Usaha, 2015 (persen) PDRB Per Kapita dengan Migas, (Juta Rupiah) Gambar Struktur PDRB ADHB Dengan Migas Menurut Kelompok Lapangan PDRB Per Kapita Usaha, Tanpa Migas, (persen) (Juta Rupiah) Gambar Laju Indeks Struktur Implisit, PDRB ADHB Tanpa (persen) Migas Menurut Kelompok Lapangan Usaha, (persen) Kontribusi Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan menurut Subkategori, 2.11 Gambar PDRB (persen) Per Kapita Dengan Migas, (juta rupiah) Gambar Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita Pertanian, Tanpa Kehutanan, Migas, dan Perikanan (juta rupiah) menurut 23 Subkategori, 2015 (persen) 3.3 Kontribusi Pertambangan dan Penggalian menurut Subkategori, Laju Pertumbuhan Pertambangan dan Penggalian Menurut 39 Subkategori, 2015 (persen) 3.5 Kontribusi Industri Pengolahan menurut Subkategori, (persen) 40 vii

9 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 3.6 Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan menurut Subkategori, 2015 (persen) Kontribusi dan laju Pertumbuhan Konstruksi, (persen) Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Menurut Subkategori, (persen) Konstribusi dan Laju Pertumbuhan Transportasi dan Pergudangan menurut Subkategori, (persen) 3.10 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Kategori O, P, dan Q, (persen) Kontribusi Beberapa Kategori/Lapangan Usaha Lainnya, 2015 (persen) Laju Pertumbuhan Beberapa Kategori/Lapangan Usaha Lainnya, 2015 (persen) Produktivitas Tenaga Kerja, (juta rupiah) Produktivitas Tenaga kerja Menurut Kelompok Sektor Utama, (juta rupiah) Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran, (persen) Keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran, (persen) Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan, (persen) Keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan, (persen) viii

10 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode Perhitungan PDRB Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2000 dan A PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) 63 B PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, (Juta rupiah) 64 C Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (persen) 65 D Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen) 66 E Distribusi Persentase PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (persen) 67 F Distribusi Persentase PDRB Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, (persen) 68 G Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (2000=100), H Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (2000=100), I Indeks Harga Implisit PDRB Menurut Lapangan Usaha (2000=100), J Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit PDRB Menurut Lapangan Usaha, (persen) 72 ix

11 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha x

12 1 Pendahuluan 1

13 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 2

14 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah upaya pemerintah yang dilakukan secara sengaja dan hati-hati untuk mengkoordinasikan keputusankeputusan ekonomi dalam jangka panjang. Keputusan tersebut ditujukan untuk memengaruhi, mengarahkan, dan bahkan mengendalikan tingkat dan pertumbuhan variabel-variabel ekonomi utama (pendapatan, konsumsi, kesempatan kerja, investasi, tabungan, ekspor, impor, dan lainlain). Tujuan akhir dari perencanaan pembangunan adalah tercapaianya tujuan pembangunan yang telah ditetapkan (Kuncoro, 2012). Perencanaan pembangunan ekonomi suatu negara atau daerah, memerlukan bermacam data sebagai dasar penentuan strategi dan kebijakan agar sasarannya dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi yang telah diambil pada masa yang lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Berbagai data statistik, sebagai ukuran kuantitas, mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Setiap kebijakan ekonomi akan menimbulkan dampak yang luas bagi perekonomian suatu masyarakat yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui produktivitas ekonomi secara makro ialah Produk Domestik Regional Bruto 3

15 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha (PDRB). Melalui data PDRB yang disajikan secara berkala (time series) akan memberikan gambaran kinerja ekonomi regional makro dari waktu ke waktu, sehingga arah perekonomian regional dapat dievaluasi secara lebih jelas. Di sisi lain, perlu juga dikaji keterkaitan antara indikator-indikator ekonomi dengan indikator-indikator sosial dan ketenagakerjaan agar dapat diketahui apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi berkualitas. Dengan melihat keterkaitan antar indikator tersebut, diharapkan para pengambil keputusan mampu melakukan evaluasi terhadap programprogram peningkatan kinerja perekonomian dan kesejahteraan penduduk PDRB PDRB dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian suatu daerah. Statistik ini dihitung secara tahunan dan triwulanan oleh BPS dari bermacam data primer dan sekunder. Sumber data utama dalam mengukur PDRB meliputi data administrasi yang berasal dari pemerintah, seperti: pajak, data-data pendidikan, pertahanan dan keamanan, dan data-data statistik yang berasal dari sensus atau survei, misalnya data industri dan data pertanian. Tujuan PDRB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Ada dua cara untuk melihat statistik ini, salah satunya adalah dengan melihat PDRB sebagai pendapatan total dari setiap orang dalam perekonomian daerah. Cara lainnya adalah dengan melihat PDRB sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian di 4

16 1 Pendahuluan suatu daerah. Dari kedua sudut pandang ini, jelaslah mengapa PDRB merupakan cerminan dari kinerja ekonomi. Dengan demikian perekonomian yang menghasilkan output barang dan jasa yang lebih besar, dapat memenuhi permintaan dari rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah secara lebih baik. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam satu daerah selama satu periode tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di daerah dalam satu periode tertentu. Perhitungan PDRB disajikan dalam dua versi penilaian harga pasar, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK). PDRB ADHB menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan. Data PDRB ADHB digunakan untuk melihat struktur ekonomi dan transformasi struktur ekonomi (structural transformation), serta untuk menghitung besaran pendapatan per kapita. PDRB ADHK menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Pada periode sekarang ini digunakan tahun 2010 sebagai tahun dasar. Fungsi PDRB ADHK adalah untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi. PDRB mencakup: Semua barang dan jasa yang penghasilannya terdapat kompensasi Produksi yang ilegal dan tersembunyi 5

17 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Produksi barang untuk dikonsumsi sendiri Jasa yang dihasilkan oleh pemerintah dan lembaga nirlaba Jasa sewa rumah yang dihuni oleh unit rumah tangga sendiri Biaya eksplorasi mineral, termasuk kegiatan eksplorasi yang belum/tidak berhasil Manfaat dan Kegunaan Data PDRB Data PDRB merupakan salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang diperoleh dari data ini antara lain : a. Sebagai bahan evaluasi pembangunan di masa lalu baik di masingmasing lapangan usaha maupun keseluruhan. b. Sebagai bahan umpan balik terhadap perencanaan pembangunan yang telah dilaksanakan. c. Sebagai dasar pembuatan proyeksi perkembangan perekonomian di masa yang akan datang. d. Untuk memantau perkembangan inflasi berdasarkan perubahan harga produsen secara agregatif tertimbang. berikut: Adapun kegunaan dari interpretasi data PDRB adalah sebagai a. PDRB ADHB nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah/wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. 6

18 1 Pendahuluan b. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) ADHB menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah/wilayah. c. PDRB ADHK (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap lapangan usaha. d. Distribusi PDRB ADHB menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan lapangan usaha/kategori dalam suatu daerah/wilayah. Kategori yang mempunyai peran besar merupakan basis perekonomian suatu daerah/wilayah. e. PDRB per kapita ADHB menunjukkan nilai PDRB dan PDRN per kepala atau per orang penduduk. f. PDRB per kapita ADHK berguna untuk mengetahui pertumbuhan riil ekonomi per kapita. h. Untuk melihat produktivitas lapangan usaha dapat dilakukan dengan membagi jumlah nilai tambah dari lapangan yang bersangkutan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di lapangan usaha tersebut. Produktivitas tenaga kerja sektoral ini sangat berguna untuk mempertimbangkan penentuan alokasi tenaga kerja menurut lapangan usaha Metode Penghitungan PDRB Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan secara berkelanjutan dan berkala sangat berguna untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi secara riil. Karena pada penghitungan ini tidak terkandung 7

19 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan indikator produksinya saja. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional sebagai acuan perbandingannya. BPS telah menetapkan tahun 2010 sebagai tahun dasarnya. Untuk menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, dikenal empat penghitungan yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: a. Revaluasi Metode revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga tahun dasar 2010 dan hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil penghitungan di atas. Metode ini sulit dilakukan terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang terlalu banyak dan juga data harga kurang tersedia. Karena itu biaya antara atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masingmasing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar. b. Ekstrapolasi Dengan metode ekstrapolasi, nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan tahun 2010 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2010 dengan indeks produksi sebagai ekstrapolator. Indeks ini merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari indikator produksi, seperti tenaga 8

20 1 Pendahuluan kerja, jumlah perusahaan, dan indikator lainnya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. c. Deflasi Untuk memperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan 2010 dapat dilakukan dengan metode deflasi, yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Produsen (IHP), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. d. Deflasi Berganda Yang dideflasi dalam deflasi berganda ini adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan Indeks Harga Produsen (IHP) atau Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sesuai dengan cakupan komoditasnya, 9

21 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Metode ini tidak banyak digunakan dalam perhitungan karena kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak, indeks harganya juga belum tersedia secara baik. Penghitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi karena data yang tersedia kurang lengkap, maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai Tingkat Pengangguran Terbuka Angka pengangguran menunjukkan ketidakmampuan suatu perekonomian dalam menyerap tenaga kerja yang ada di suatu daerah. Angka pengangguran dihitung dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Jenis pengangguran dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu setengah pengangguran dan pengangguran terbuka. Yang dimaksud dengan setengah pengangguran adalah penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal (dalam hal ini 35 jam dalam seminggu), tidak termasuk mereka yang mempunyai pekerjaan (usaha) tetapi sementara tidak bekerja. Setengah pengangguran terdiri dari : 10

22 1 Pendahuluan 1. Setengah Pengangguran Terpaksa, adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (35 jam/minggu), dan masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia menerima pekerjaan lain; 2. Setengah pengangguran sukarela, adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam dalam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sebagian pihak menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu/part time worker). Pengangguran terbuka adalah mereka yang sedang mencari kerja atau sedang menyiapkan usaha, atau tidak mencari kerja karena merasa tidak mungkin memperoleh pekerjaan, atau sudah diterima kerja tetapi belum mulai bekerja. Definisi ini telah digunakan pada pelaksanaan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) sejak tahun Jika sebelumnya BPS masih menggunakan batasan umur 10 tahun ke atas dalam menghitung angkatan kerja, maka dalam publikasi ini sudah digunakan batasan umur yang baru, yaitu 15 tahun ke atas Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator, maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum 11

23 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan. Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs) yang dapat diukur dengan angka atau hitungan Indeks Perkepala (Head Count Index), yakni jumlah dan persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehingga kita dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan yang diperoleh dalam mengentaskan kemiskinan di sepanjang waktu PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Jika PDRB mengukur kinerja atau performa perekonomian suatu daerah, maka produktivitas tenaga kerja mengukur kinerja dari penduduk yang bekerja di daerah tersebut. Salah satu cara untuk menghitung produktivitas tenaga kerja adalah dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk yang bekerja. Produktivitas tenaga kerja menggambarkan kemampuan setiap penduduk untuk menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian dengan mengabaikan peranan modal. Semakin tinggi nilai produktivitas tenaga kerja, semakin efisien pemakaian tenaga kerja di suatu daerah, demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai produktivitas tenaga kerja, semakin rendah efisiensi pemakaian tenaga kerja. Adanya perubahan tahun dasar dari tahun dasar 2000 ke 2010 dan perubahan sistem rujukan neraca nasional dari SNA (System of National Account) 1993 ke SNA 2008 berdampak pula pada perubahan KBLI 12

24 1 Pendahuluan (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) dari KBLI 2005 ke KBLI Hal ini berakibat pada belum dapat dibandingkannya secara sempurna data tenaga kerja menurut lapangan usaha dengan nilai tambahnya. Oleh karena itu, dalam publikasi ini penghitungan produktivitas yang dilakukan hanya sampai 3 kelompok sektor utama, yaitu primer, sekunder, dan tersier. 13

25 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 14

26 2 Tinjauan Ekonomi 15

27 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 16

28 2 Tinjauan Ekonomi BAB II TINJAUAN EKONOMI 2.1. Kinerja Perekonomian Kinerja perekonomian Aceh dilihat dari nilai PDRB ADHB selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. PDRB Aceh atas dasar harga berlaku secara rata-rata mengalami kenaikan sebesar Rp5,53 triliun per tahun. Pada tahun 2015 PDRB meningkat sebesar Rp1,17 triliun dari Rp128,03 triliun pada tahun Kenaikan ini terendah selama 5 tahun terakhir disebabkan menurunnya nilai tambah sektor migas. Dengan mengeluarkan sektor migas, kinerja perekonomian Aceh juga tercatat mengalami kenaikan. PDRB Aceh tanpa migas pada tahun 2015 adalah sebesar Rp124,42 triliun atau mengalami peningkatan sebesar Rp9,32 triliun dari tahun PDRB tanpa migas mengalami peningkatan lebih tinggi secara rata-rata selama lima tahun terakhir dibandingkan dengan migas, yaitu sebesar Rp7,67 triliun per tahun. Peningkatan nilai PDRB nonmigas pada tahun 2015 merupakan peningkatan tertinggi selama 5 tahun terakhir. Dalam perubahan nilai PDRB atas dasar harga berlaku masih terdapat pengaruh perubahan harga, sehingga untuk melihat perkembangan riil PDRB maka digunakan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) dengan tahun dasar Nilai PDRB ADHK Aceh pada tahun 2015 telah mencapai sebesar Rp112,67 triliun, turun sebesar 0,82 triliun dari tahun Sementara itu PDRB ADHK tanpa migas pada tahun 2015 menunjukkan peningkatan sebesar Rp4,43 triliun dari sebesar Rp102,15 triliun menjadi Rp106,59 triliun. 17

29 89,84 94,29 98,21 102,15 106,59 104,87 108,91 111,76 113,49 112,67 92,73 99,04 106,46 115,10 108,22 124,42 114,55 121,33 128,03 129,20 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Gambar 2.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), (Triliun rupiah) r 2014* 2015** migas tanpa migas Nilai PDRB ADHK Aceh selama 5 tahun terakhir telah mengalami kenaikan sebesar Rp7,8 triliun dengan migas dan naik sebesar Rp16,74 triliun tanpa migas. Secara rata-rata, PDRB ADHK mengalami kenaikan sebesar Rp1,95 triliun per tahun dengan migas dan Rp4,19 triliun per tahun tanpa migas sejak tahun Kenaikan nilai PDRB ADHB selama 5 tahun terakhir terlihat hampir 2 kali lipat dari kenaikan PDRB ADHK. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan karena harga hampir sama dengan kenaikan karena meningkatnya produksi. Gambar 2.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), (Triliun rupiah) r 2014* 2015** migas tanpa migas 18

30 2 Tinjauan Ekonomi 2.2. Kontribusi Migas Peranan minyak dan gas bumi terhadap perekonomian Aceh selama 5 tahun terakhir semakin menurun. Kontribusi migas pada tahun 2010 adalah sebesar 15,23 persen dan terus mengalami penurunan hingga menjadi sebesar 3,70 persen pada tahun Kontribusi sektor migas ini ditopang oleh dua subkategori, yaitu subkategori Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan subkategori Industri Gas Alam Cair. Subkategori pertambangan migas menyumbangkan peranan sebesar 2,65 persen, sedangkan subkategori Industri Gas Alam menyumbangkan peranan sebesar 1,06 persen pada tahun ,23 14,31 13,55 12,26 10,10 3,70 84,77 85,69 86,45 87,74 89,90 96,30 Gambar 2.3. Kontribusi Migas pada PDRB ADHB, 2015 (persen) r 2014* 2015** migas tanpa migas Penurunan kontribusi migas salah satunya disebabkan oleh menurunnya produksi migas pada kilang-kilang migas utama di Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang. Pada tahun 2015 terjadi penurunan kontribusi secara drastis dikarenakan telah berhentinya kontrak PT Arun yang melakukan pengiriman terkahir pada Oktober Selain itu juga didukung dengan turunnya harga minyak dunia, bahkan penurunan ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Bahkan, nilai 19

31 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha tambah atas dasar harga berlaku telah lebih rendah dari nilai tambah atas dasar harga konstan. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya produksi dan produktivitas di lapangan usaha lainnya semakin mempertajam penurunan kontribusi migas terhadap total PDRB. Adanya rencana untuk melakukan eksplorasi migas baru di lepas pantai beberapa kabupaten di Aceh tentunya tetap disambut secara positif. Namun demikian menggantungkan perekonomian Aceh pada sektor migas tentu bukan hal yang bijaksana, mengingat bahwa hingga saat ini 3 daerah yang telah berpuluh tahun menjadi penghasil migas, yaitu Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang, kondisi perekonomian maupun kesejahteraan penduduknya tidak juga jauh lebih baik dibandingkan kabupaten/kota lain Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan standar materi kehidupan masyarakat yang secara makro yang dapat diukur dari nilai PDRB atas dasar harga konstan. Peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan teknologi, mendorong terjadinya perubahan pendapatan (Mankiw, 2006). Kondisi ekonomi Aceh dilihat dari pertumbuhan ekonominya masih terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Aceh selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 1,81 persen. Namun demikian, dalam tahun terakhir, perekonomian Aceh mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 6 tahun terakhir, yaitu 20

32 2 Tinjauan Ekonomi turun sebesar 0,72 persen. Perekonomian Aceh pernah mengalami kontraksi pada tahun 2009 sebesar 0,83 persen. Penyebab terjadinya kontrkasi di kedua tahun ini sama, yaitu karena penurunan produksi migas yang berpengaruh ke lapangan usaha pertambangan dan industri pengolahan migas. 4,95 4,38 3,85 4,15 4,02 4,34 3,28 Gambar 2.4. Laju Pertumbuhan Ekonomi, (persen) 2,61 1, r 2014* 2015** migas tanpa migas -0,72 Secara lebih rinci, lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (Q), Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan JSW (O), Pengadaan Air dan Pengelolaan Sampah (E), dan Real Estat (L) merupakan lapangan usaha yang tumbuh di atas 6 persen. Sedangkan Pertambangan dan Penggalian (B) dan Industri Pengolahan (C) merupakan 2 lapangan usaha yang mengalami penurunan pada tahun 2015 masing-masing sebesar 27,48 persen dan 21,33 persen. Dengan mengeluarkan sektor migas, perekonomian Aceh selalu mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Aceh tanpa migas selama lima tahun terakhir adalah sebesar 4,36 persen per tahun. Pada tahun 2015 perekonomian Aceh tumbuh sebesar 4,34 persen, lebih 21

33 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha tinggi dari tahun 2014 yang tumbuh 4,02 persen. Pertumbuhan lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dan Industri Pengolahan dengan mengeluarkan migas juga jauh berbeda. Pertumbuhan keduanya tanpa migas masing-masing menjadi sebesar -4,76 persen dan 4,03 persen. Gambar 2.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Lapangan Usaha, 2015 (persen) -21,33-27,49 Q O E L P I R,S,T,U A F D J G H K M,N C B 7,15 6,83 6,74 6,48 5,92 5,85 5,36 4,85 4,53 4,32 4,21 3,92 3,56 3,02 2, Struktur Ekonomi Proses pembangunan yang diikuti pertumbuhan ekonomi yang terusmenerus dalam jangka panjang akan membawa perubahan mendasar pada struktur ekonomi. Perubahan ini terjadi dari ekonomi tradisional yang didominasi pertanian (primer) menuju ekonomi modern yang didominasi sektor non primer, terutama industri manufaktur. Struktur ekonomi Aceh hingga tahun 2015 masih didominasi oleh kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan peranan sebesar 22

34 2 Tinjauan Ekonomi persen. Peranan kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan di Aceh cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 peranannya masih sekitar 25,46 persen dan terus naik hingga tahun Gambar 2.6. Struktur O 9,01% Lainnya/ Others 17,07% A 29,08% PDRB ADHB dengan Migas Menurut Lapangan Usaha, 2015 (pesen) H 8,01% G 15,72% F 9,48% C 5,89% B 5,73% Kategori dengan peranan kedua terbesar adalah Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dengan peranan sebesar 15,72 persen. Seperti halnya kategori pertanian, kategori ini juga terus mengalami kenaikan dari tahun 2011 yang sebesar 14,06 persen. Kategori Konstruksi menempati urutan ketiga dengan peranan sebesar 9,48 persen pada tahun 2015, juga meningkat dari peranan tahun 2011 yang sebesar 8,24 persen. Secara umum, dengan mengeluarkan migas yang semakin menurun, kondisi perekonomian Aceh tidak jauh berbeda. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan makin mendominasi dengan peranan sebesar 30,20 persen pada tahun 2015 diikuti oleh Perdagangan Besar dan 23

35 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Eceran, Reparasi Mobil dan Motor dengan peranan sebesar 16,33 persen, dan Konstruksi dengan peranan sebesar 9,85 persen. Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan JSW berada di peringkat keempat dengan peranan sebesar 9,35 persen. Lainnya/ Others 17,72% A 30,20% O 9,35% Gambar 2.7. Struktur PDRB ADHB Tanpa Migas H 8,32% G 16,33% F 9,85% Menurut Lapangan Usaha, B 3,21% 2015 (pesen) C 5,02% 2.5. Pergeseran Struktur Ekonomi Proses pembangunan mengisyaratkan adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan (growth plus change) dalam: pertama, perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri atau jasa, kedua, perubahan kelembagaan baik melalui regulasi maupun reformasi kelembagaan itu sendiri (Kuncoro, 2013). Oleh karena itu, salah satu indikator yang menunjukkan adanya proses pembangunan adalah adanya pergeseran struktur ekonomi yang dapat dilihat dari perubahan peranan/kontribusi lapangan usaha dalam PDRB. Berbeda dari kebanyakan provinsi di Indonesia yang didominasi oleh sektor primer, struktur ekonomi Aceh sejak tahun 2010 mulai 24

36 17,02 17,14 16,74 16,47 15,52 40,17 39,29 38,74 37,52 34,81 42,81 43,57 44,52 46,01 49,67 2 Tinjauan Ekonomi didominasi oleh sektor tersier. Kontribusi sektor primer semakin menurun dan digantikan oleh sektor tersier yang semakin meningkat peranannya dari tahun ke tahun. Kontribusi sektor primer pada tahun 2015 adalah sebesar 34,81 persen berkurang sebesar 5,36 poin dari tahun 2011 yang sebesar 40,17 persen. Sedangkan sektor sekunder sedikit berkurang kontribusinya dari sebesar 17,02 persen menjadi 15,52 persen pada tahun Sedangkan sektor tersier terus meningkat dari sebesar 42,81 persen pada tahun 2011 menjadi 49,67 persen pada tahun 2015 atau meningkat sebesar 6,86 poin. Peningkatan ini didukung oleh tingginya rata-rata level pertumbuhan lapangan usaha di kelompok tersier, terutama Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Real Estat, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan, dan Jasa Lainnya yang tumbuh di atas 5 persen selama 2 tahun terakhir. Gambar 2.8. Struktur PDRB ADHB dengan Migas Menurut Kelompok Sektor, (pesen) Primer Sekunder Tersier r 2014* 2015** Penyebab terbesar dari pergeseran ini adalah semakin menurunnya produksi migas dan juga lebih lambatnya pertumbuhan sektor pertanian dibandingkan sektor-sektor di kelompok tersier, terutama 25

37 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha pada tahun Kedua hal ini mendorong peningkatan kontribusi sektor tersier, sehingga sektor tersier semakin mendominasi perekonomian Aceh. Fenomena pergeseran struktural ini perlu menjadi perhatian para pengambil kebijakan. Bagaimanapun, sebagian besar penduduk Aceh masih bergantung pada sektor primer, terutama di lapangan usaha pertanian. Pertanian merupakan lapangan usaha yang padat tenaga kerja namun rentan terhadap masalah kemiskinan dan pengangguran. Peningkatan jumlah industri berbasis pertanian juga perlu ditingkatkan. Hal ini selain dapat meningkatkan nilai tambah juga dapat menyerap tenaga kerja lebih besar di sektor industri pengolahan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Di sisi lain, sebuat daerah yang bertumpu pada sektor tersier dengan melompati sektor sekunder, biasanya memiliki perekonomian yang volatile atau rentan terhadap gejolak (Abimanyu, 2015) PDRB Per Kapita Ukuran peningkatan produktivitas maupun kesejahteraan tidak bisa hanya dipandang dari pertumbuhan ekonomi, karena masih ada pengaruh pertumbuhan penduduk. Ukuran awal yang lebih tepat untuk melihat peningkatan produkstivitas dan kesejahteraan adalah PDRB per kapita. PDRB per kapita Aceh ADHB dengan migas tercatat semakin menurun. Pada tahun 2015 PDRB per kapita Aceh adalah Rp25,83 juta per tahun, menurun dari tahun 2014 yang sebesar Rp26,09 juta per tahun. 26

38 20,08 21,00 23,43 22,13 24,29 25,22 23,46 26,09 25,83 24,87 2 Tinjauan Ekonomi Dengan mengeluarkan migas, tercatat bahwa selama 5 tahun terkahir PDRB per kapita Aceh terus mengalami peningkatan. PDRB per kapita Aceh tanpa migas pada tahun 2015 adalah sebesar Rp24,87 juta per tahun, atau naik dari tahun 2014 yang sebesar Rp23,46 juta per tahun. Angka ini jauh lebih rendah dari PDB per kapita nasional yang mencapa RP44,2 juta per tahun. Gambar PDRB Per Kapita ADHB, (juta rupiah) dengan migas tanpa migas r 2014* 2015** Sementara itu, PDRB per kapita Aceh atas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan yang sedikit lebih rendah dibandingkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku. PDRB per kapita ADHK Aceh pada tahun 2011 adalah sebesar Rp22,70 juta per tahun dengan migas dan Rp19,45 juta per tahun tanpa migas. Selama 5 tahun hingga tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 0,79 persen dengan migas dan meningkat sebesar 9,55 persen tanpa migas. Secara rata-rata selama lima tahun terakhir, PDRB per kapita Aceh dengan migas mengalami penurunan sebesar 0,2 persen per tahun, 27

39 19,45 22,70 23,10 22,53 20,00 20,41 20,82 23,23 23,13 21,31 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha sedangkan PDRB per kapita tanpa migas mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2,31 persen per tahun. PDRB per kapita Aceh atas dasar harga konstan pada tahun 2015 dengan migas adalah sebesar Rp22,53 juta per tahun, sedangkan tanpa migas adalah sebesar Rp21,31 juta per tahun. Gambar PDRB Per ADHK Kapita, (juta rupiah) dengan migas tanpa migas r 2014* 2015** 2.7. Laju Pertumbuhan Indeks Implisit Selain menggambarkan kinerja, struktur, maupun pertumbuhan ekonomi, dari angka PDRB dapat diperoleh perubahan harga secara agregat, yaitu dengan menghitung laju indeks implisitnya. inflasi merupakan perubahan dari Indeks Harga Konsumen yang menggambarkan perubahan harga barang-barang konsumsi, sedangkan laju indeks implisit menggambarkan perubahan harga di tingkat produsen secara agregat. Dengan demikian, laju indeks implisit lebih tepat dalam menggambarkan perubahan harga karena mencakup semua barang dan jasa yang diproduksi. Perubahan harga di tingkat produsen dari tahun terlihat cukup fluktuatif baik dengan migas maupun tanpa migas. Peningkatan 28

40 2 Tinjauan Ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 3,94 persen dengan migas dan 3,91 persen tanpa migas. Pada tahun 2015 peningkatan harga secara umum adalah 1,65 persen dengan migas dan 3,60 persen tanpa migas. Kenaikan harga dengan migas cukup rendah karena adanya penurunan harga minyak dan gas yang cukup drastis sepanjang tahun ,94 3,19 3,23 3,91 3,60 3,21 3,21 Gambar Laju Indeks Implisit, (persen) 1,93 migas tanpa migas 1,76 1, r 2014* 2015** 29

41 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 30

42 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha 31

43 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 32

44 19,50 19,95 20,71 20,96 22,84 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha BAB III TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 3.1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sebagai salah satu provinsi yang terletak di negara berkembang, Aceh juga memiliki karakteristik yang menjadi ciri negara berkembang, yaitu masih tingginya ketergantungan pada pertanian. Biasanya semakin maju suatu daerah, maka peranan pertanian terhadap PDRB akan semakin rendah. Namun hal ini ternyata tidak terjadi di Aceh, hal ini terlihat dari peranan kategori pertanian di PDRB yang justru semakin meningkat, yaitu dari 25,46 persen pada tahun 2011 menjadi 29,08 pada tahun ,46 25,88 26,58 26,85 29,08 Gambar 3.1 Kontribusi Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (persen) r 2014* 2015** Pertanian, Peternakan, Perburuan & Js. Pertanian Perikanan Kehutanan Pertanian, Kehutanan, & Perikanan Pada lapangan usaha pertanian, subkategori yang paling dominan adalah Pertanian, Peternakan, Perburuan, dan Jasa Pertanian yang peranannya mencapai 22,84 persen. Subkategori Perikanan menempati urutan kedua dengan peranan sebesar 4,83 persen, diikuti 33

45 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha oleh Subkategori Kehutanan dengan peranan sebesar 1,42 persen dari PDRB. Ada dua sebab yang menjadikan peranan lapangan usaha pertanian semakin meningkat, yaitu karena pertumbuhan di lapangan usaha tersebut atau karena menurunnya peranan lapangan usaha lainnya. Di Aceh, kenaikan peranan lapangan usaha pertanian terjadi karena kombinasi dari kedua penyebab di atas. Selain karena semakin meningkatnya produksi pertanian, terutama tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, juga diiringi dengan turun dengan drastisnya nilai tambah migas, sehingga peranannya naik dengan cukup drastis. 5,574 4,680 3,729 4,411 3,660 4,679 3,659 3,753 3,044 2,925 3,432 3,493 1,982 2,450 1,291 -, r 2014* 2015** 5,918 4,855 Gambar 3.2 Pertumbuhan 2,097 Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (persen) Pertanian, Kehutanan, & Perikanan Pertanian, Peternakan, Perburuan & Js. Pertanian Kehutanan Perikanan -1,294 Pertumbuhan kategori pertanian, perikanan, dan kehutanan selama 5 tahun terakhir menunjukkan tren yang cukup fluktuatif. Pertumbuhan tertinggi dicapai di tahun 2015 yang mencapai 4,85 persen setelah tahun sebelumnya melambat di 2,45 persen. Pertumbuhan ini 34

46 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha didukung oleh tingginya pertumbuhan subkategori Pertanian, Peternakan, dan Jasa Pertanian yang tumbuh sebesar 5,92 persen. Hal ini terutama disebabkan karena naiknya produksi tanaman pangan, terutama padi, yang didukung oleh gencarnya program pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan nasional. 3.2 Pertambangan dan Penggalian Dalam beberapa tahun terakhir ada penambahan kegiatan pertambangan dan penggalian di Aceh, yaitu penggalian batubara. Kegiatan eksplorasi batubara di Aceh telah dimulai sejak tahun 2008 dan kegiatan produksi dimulai sejak tahun Hal inilah yang membuat peranan pertambangan dan penggalian dalam PDRB Aceh tahun dasar 2010 lebih tinggi dari peranannya dalam PDRB tahun dasar Gambar 3.3 Kontribusi Kategori Pertambangan 14,70 1,55 1,24 1,62 13,41 1,50 0,99 1,13 12,15 1,55 1,00 0,85 10,66 1,62 0,95 0,77 5,73 dan Penggalian, (persen) 10,30 9,79 8,75 7,33 1,69 0,69 0,71 2, r 2014* 2015** Pertambangan & Penggalian Lainnya Pertambangan Bijih Logam Pertambangan Batubara & Lignit Pertambangan Minyak dan Gas Pertambangan dan Penggalian Selama lima tahun terakhir, peranan kategori ini terus mengalami penurunan karena turunnya produksi migas, terutama di tahun

47 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Peranan pertambangan dan penggalian turun cukup drastis dari sebesar 14,70 persen pada tahun 2011 dan terus menurun menjadi tinggal sebesar 5,73 persen pada tahun Penurunan drastis ini terjadi karena telah berakhirnya kontrak PT Arun pada akhir 2014 dan belum beroperasinnya secara penuh penggantinya, yaitu PT Perta Arun Gas yang melakukan kegiatan regasifikasi di eks pabrik PT Arun. Sementara itu, di masing-masing subkategori pertambangan dan penggalian pertumbuhannya cukup bervariasi. Pertambangan migas dan bijih logam pada tahun 2015 sama-sama mengalami penurunan masing-masing turun sebesar 40,26 persen dan 24,36 persen. Pertambangan migas telah mengalami penurunan sejak tahun 2009, sedangkan pertambangan bijih logam mulai mengalami penurunan sejak tahun 2014 karena mulai diberlakukannya undang-undang Minerba yang melarang ekspor hasil pertambangan dalam bentuk logam mentah. Sedangkan subkategori pertambangan batubara dan lignit dan pertambangan dan penggalian lainnya masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 1,73 persen dan 2,64 persen. Satu-satunya subkategori yang selama lima tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan adalah subkategori pertambangan dan pertambangan lainnya karena terkait langsung dengan kategori konstruksi yang juga terus meningkat selama 5 tahun terakhir. 36

48 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha 3,91 2,64 1,89 1,40 0,17 1,73-0, r 2014* 2015** Gambar 3.4 Pertumbuhan -2,95-5,163-4,86 Kategori Pertambangan dan Pengalian, (persen) -22,03 7,96-10,62 5,28 5,49-7,78 Pertambangan dan Penggalian Pertambangan Minyak dan Gas Pertambangan Batubara & Lignit Pertambangan Bijih Logam Pertambangan & Penggalian Lainnya -9,21-14,19-24,36-27,49-40, Industri Pengolahan Industri pengolahan/manufaktur merupakan salah satu lapangan usaha yang sangat penting peranannya dalam perekonomian, karena sebagai penampung output dari sektor primer dan sebagai penghasil input dari sektor sekunder dan tersier. Adanya industri migas membuat peranan industri pengolahan terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir dari sebesar 8,65 persen pada tahun 2011 menjadi 5,89 persen pada tahun Pertumbuhan industri tanpa migas, di sisi lain, ada mengalami peningkatan peranan meskipun sangat sedikit 4,63 persen menjadi sebesar 4,84 persen. Industri nonmigas dengan peranan tertinggi adalah industri kimia, farmasi, dan obat tradisional dengan peranan sebesar 2,32 persen pada tahun 2015 atau turun dari tahun 2011 yang sebesar 2,32 persen. Industri makanan dan minuman berada di peringkat kedua 37

49 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha dengan peranan sebesar 1,80 persen pada tahun 2005 atau meningkat dari tahun 2011 yang peranannya sebesar 1,41 persen. 8,65 8,61 0,46 0,48 8,04 0,49 2,56 2,71 2,30 0,21 0,21 0,21 1,41 1,46 1,53 4,02 3,76 3,51 7,40 0,50 2,28 0,21 1,65 2,76 5,89 0,51 2,32 0,21 1,80 1,06 Gambar 3.5 Kontribusi Kategori Industri Pengolahan, (persen) r 2014* 2015** Lainnya Kimia, Farmasi, & Obat Tradisional Kayu & Furnitur Makanan & Minuman Pengilangan Migas Industri Pengolahan Laju pertumbuhan industri pengolahan mulai turun sejak tahun 2013 dan mengalami penurunan tertinggi pada tahun 2015, yaitu sebesar 21,33 persen. Dengan mengeluarkan industri migas, laju pertumbuhan industri pengolahan pada tahun 2015 adalah sebesar 4,03 persen, lebih baik dari tahun 2013 yang tumbuh sebesar 3,73 persen. Subkategori industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2015 adalah industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang tumbuh sebesar 5,94 persen. Industri ini didominasi oleh industri pupuk PT PIM di Aceh Utara. Sementara itu, industri makanan dan minuman yang peranannya cukup besar, masih terus tumbuh, meskipun pertumbuhannya semakin melambat dari 6,88 persen pada tahun 2011 terus menurun menjadi 4,02 38

50 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha persen pada tahun Beberapa industri lainnya yang skala industrinya masih kecil juga mengalami penurunan pada tahun 2015 di antaranya: industri tembakau, industri kulit, industri mesin dan perlengkapannya, serta industri furnitur (lihat lampiran). 15,52 7,76 6,88 5,94 6,06 4,02 0,92 2,39-0,35-1, r 2014* 2015** -4,78 Gambar 3.6 Pertumbuhan -2,08-4,28-7,67 Kategori Industri -8,10 Pengolahan, -10, (persen) Industri Pengolahan -21,33 Pengilangan Migas Makanan & Minuman Kayu & Furnitur Kimia, Farmasi, & Obat Tradisional Lainnya -62, Pengadaan Listrik dan Gas Kategori Listrik dan Gas merupakan unsur penting yang menjadi penunjang hampir semua kegiatan ekonomi dari pertanian sampai dengan jasa-jasa. Hal inilah yang menjadikan kategori ini sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Bahkan salah satu poin penting dalam pengambilan keputusan investor dalam berinvestasi adalah keberadaan fasilitas kelistrikan. Dilihat dari nilai tambahnya, ternyata peranan kategori listrik dan gas dalam PDRB Aceh masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,11 persen pada tahun Salah satu penyebabnya adalah karena masih 39

51 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha sangat tergantungnya listrik di Indonesia dengan subsidi karena biaya operasional yang tinggi, sehingga tanpa adanya subsidi, maka harga listrik akan menjadi sangat tinggi. Hal ini berakibat pada nilai tambah yang rendah. 0,108 0,105 0,100 0,103 0,108 0,044 0,045 0,045 0,044 0,063 0,060 0,055 0,059 0,041 0,067 Gambar 3.7 Kontribusi Kategori Pengadaan Listrik dan Gas, (persen) r 2014* 2015** Pengadaan Gas & Produksi Es Pengadaan Listrik & Gas Pengadaan Listrik Mengingat begitu pentingnya listrik, maka berbagai kalangan baik pemerintah maupun swasta memberikan perhatian besar pada lapangan usaha ini. Salah satu usaha yang telah dan sedang dilakukan adalah dengan pembangunan pembangkit-pembangkit listrik baru di beberapa daerah, di antaranya PLTU di Nagan Raya, PLTA di Aceh Tengah, dan PLTMG di Lhokseumawe. Beberapa usaha tersebut ternyata telah mampu mendorong pertumbuhan subkategori listrik yang selama 5 tahun terkahir terus tumbuh rata-rata sebesar 8,24 persen per tahun. Bahkan pertumbuhannya pada tahun 2012 mencapai 11,01 persen dan pada tahun 2015 sebesar 9,25 persen. Diharapkan di masa mendatang 40

52 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha pertumbuhan subkategori listrik akan lebih tinggi lagi denngan mulai beroperasinya PLTMG Arun pada tahun 2016 dan PLTA Peusangan yang diharapkan siap beroperasi pada tahun Sementara itu, subkategori pengadaan gas dan produksi es, peranannya dalam perekonomian sangat kecil, yaitu sebesar 0,04 persen pada tahun Namun demikian, tentunya peranan subkategori ini tidak bisa diabaikan begitu saja karena terkait dengan subkategori perikanan dan pengadaan makan dan minum. Pada tahun 2015 subkategori ini mengalami penurunan sebesar 4,57 persen karena berhenti beroperasinya beberapa perusahaan es milik Pemkab, sehingga berpengaruh pada penghasilan nelayan yang sangat membutuhkan es untuk mengawetkan ikan. 8,69 7,046 8,694 11,01 4,975 4,094 8,86 6,523 9,25 4,319 Gambar 3.8 Pertumbuhan Kategori Pengadaan Listrik dan Gas, (persen) 4,507 4,019 3,98 2, r 2014* 2015** Pengadaan Listrik & Gas Pengadaan Listrik -4,570 Pengadaan Gas & Produksi Es 3.5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang Kategori pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang merupakan kategori dengan peranan terkecil dalam PDRB Aceh, yaitu sebesar 0,026 persen pada tahun Peranannya dari tahun ke tahun 41

53 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha semakin tinggi sehingga mencapai 0,035 persen pada tahun Pertumbuhan kategori ini cukup baik selama 5 tahun terakhir, yaitu secara rata-rata sebesar 6,11 persen per tahun. Pertumbuhan kategori ini pada tahun 2015 adalah sebesar 6,74 persen. Tercakup dalam kategori ini adalah kegiatan pengadaan air baik oleh PDAM maupun swasta, dan kegiatan pengelolaan sampah dan daur ulang oleh dinas kebersihan. 6,93 6,74 6,00 5,96 4,84 Gambar 3.9 Kontribusi dan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 Pertumbuhan Kategori Pengadaan Air dan Pengelolaan Sampah, (persen) r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan 3.6 Konstruksi Gencarnya pembangunan suatu daerah bisa terlihat secara kasat mata dengan bertambahnya konstruksi/bangunan, baik bangunan gedung perkantoran, jalan, jembatan, perumahan, pabrik-pabrik, dan lain-lain. Peranan lapangan usaha konstruksi dala PDRB Aceh cukup signifikan, yaitu di urutan ketiga dengan peranan sebesar 9,48 persen pada tahun 2015, naik cukup tinggi dari tahun 2011 yang sebesar 8,24 persen. Sementara itu jika dilihat dari rata-rata pertumbuhannya selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,31 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai 42

54 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha pada tahun 2012 sebesar 6,60 persen. Pada tahun 2015 pertumbuhannya agak melambat, yaitu sebesar 4,53 persen dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 5,46 persen. Agak melambatnya pertumbuhan ini dikarenakan rendahnya serapan anggaran dan adanya penghematan anggaran pemerintah di tahun 2015, sehingga beberapa proyek pembangunan terpaksa dihentikan atau ditunda. Pembangunan fisik baru mulai naik di akhir tahun 2015, sehingga harapannya pertumbuhan kategori ini di tahun 2016 akan lebih tinggi lagi. 8,24 8,40 8,57 8,94 9,48 Gambar 3.10 Kontribusi 5,908 6,605 5,463 Dan Pertumbuhan Kategori Konstruksi, 4,643 4, (persen) r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan 3.7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Sebagai penyumbang PDRB terbesar kedua setelah pertanian, lapangan usaha Perdagangan yang mencakup perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor, memiliki konstribusi sebesar 15,72 terhadap PDRB semakin meningkat. Hal ini karena peningkatan produksi di kategori pertanian dan industri secara otomatis akan meningkatkan 43

55 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha juga nilai tambah perdagangan, karena semakin banyaknya barang yang diperdagangkan untuk mencapai konsumen. 14,06 14,31 14,43 14,80 15,72 12,72 12,93 13,02 13,36 14,16 1,34 1,38 1,41 1,44 1, r 2014* 2015** Perdagangan Bukan Mobil & SM Perdagangan Mobil, Motor, & reparasinya Perdagangan & Reparasi Mobil & SM Gambar 3.11 Kontribusi Kategori Perdagangan dan Reparasi Mobil dan Motor, (persen) Pertumbuhan kategori ini selama 5 tahun terakhir juga menunjukkan nilai yang cukup baik, yaitu 4,95 persen per tahun. Namun demikian, dalam 2 tahun terakhir terlihat bahwa ada sedikit perlambatan dalam pertumbuhan menjadi sebesar 4,03 persen di tahun 2014 dan 3,92 persen di tahun ,34 Gambar 3.12 Pertumbuhan Kategori Perdagangan dan Reparasi Mobil dan Motor, (persen) 5,53 6,27 5,73 5,60 5,63 5,59 5,45 4,62 4,24 4,03 Perdagangan & Reparasi Mobil & SM 4,01 Perdagangan Mobil, Motor, & reparasinya Perdagangan Bukan Mobil & SM 4,00 3,92 3, r 2014* 2015** 44

56 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha 3.8 Transportasi dan Pergudangan Lapangan usaha transportasi dan pergudangan di Aceh menempati posisi cukup penting dalam PDRB, yaitu di urutan kelima dengan peranan sebesar 8,01 persen. Selama 5 tahun terakhir peranan kategori transportasi dan pergudangan terus meningkat dari sebesar 7,37 persen padat tahun 2011 menjadi sebesar 8,01 persen pada tahun Salah satu penyebab kenaikan peranan ini selain pertumbuhan ekonomi juga adalah kenaikan tarif angkutan yang disebabkan karena dikuranginya subsidi BBM secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir. Angkutan darat memiliki peran terbesar dalam kategori angkutan dan pergudangan, yaitu sebesar 6,84 persen dari PDRB diikuti oleh angkutan udara sebesar 0,90 persen. Angkutan laut menempati urutan ketiga dengan peranan sebesar 0,20 persen, diikuti oleh pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir sebesar 0,07 persen dan angkutan sungai dan penyeberangan sebesar 0,008 persen. Gambar 3.13 Kontribusi Kategori Transportasi Dan Pergudangan, (persen) 7,70 7,73 8,01 7,51 0,07 7,37 0,06 0,06 0,06 0,05 0,90 0,63 0,73 0,82 0,84 0,20 0,20 0,20 0,21 0,21 6,48 6,52 6,61 6,62 6, r 2014* 2015** Pergudangan, Js Penunjang Angkutan, Pos & Kurir Angkutan Udara Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Angkutan Laut Angkutan Darat Transportasi dan Pergudangan 45

57 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Dilihat dari pertumbuhan ekonominya, kategori ini menunjukkan pertumbuhan yang selalu positif selama 5 tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,06 persen per tahun. Namun demikian, setelah tumbuh di atas 4 persen dari tahun , pada dua tahun terakhir pertumbuhannya agak melambat menjadi sebesar 3,05 persen pada tahun 2014 dan 3,56 persen pada tahun Hal ini bisa dipahami sebagai kondisi yang mapan, terutama untuk angkutan darat, di mana ketika suatu lapangan usaha telah mencapai nilai tambah yang tinggi atau penawaran barang atau jasa sudah hampir sama dengan permintaan atas barang dan jasa tersebut, maka pertumbuhannya akan melambat. Jadi ketika ada suatu pertumbuhan di salah satu unit usaha akan diimbangi dengan penurunan di unit usaha yang lain. 7,39 7,32 7,69 7,18 6,06 6,45 5,94 6,31 6,85 5,51 5,43 5,67 4,91 4,37 4,42 4,14 4,17 3,44 3,80 3,32 Gambar 3.14 Pertumbuhan 3,10 3,19 Kategori Transportasi 2,54 dan Pergudangan, (persen) -0, r 2014* 2015** Angkutan Darat Angkutan Laut Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Angkutan Udara Pergudangan, Js Penunjang Angkutan, Pos & Kurir -6,03 Dari kelima subkategori yang menyusun kategori transportasi dan 46

58 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha pergudangan, terlihat bahwa angkutan sungan, danau, dan penyeberangan emiliki level pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2015 pertumbuhan subkategori ini sebesar 6,85 persen. Sedangkan angkutan laut merupakan subkategori yang selama 2 tahun trakhir mengalami penurunan, hal ini dikarenakan menurunnya ekspor Aceh melalui laut, sehingga penggunaan angkutan laut menurun. 3.9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Peranan kategori penyediaan akomodasi dan makan minum dalam perekonomian Aceh terus meningkat dengan progresif. Peranan kategori ini pada tahun 2011 adalah sebesar 0,94 persen, dan pada tahun 2015 telah naik menjadi 1,23 persen dari PDRB. Kategori ini disusun oleh dua subkategori, yaitu penyediaan akomodasi dengan kontribusi sebesar 0,17 persen dan penyediaan makan minum dengan kontribusi sebesar 1,06 persen pada tahun ,94 1,00 1,06 1,12 1,23 Gambar 3.15 Kontribusi Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (persen) 1,06 0,83 0,88 0,93 0,98 0,11 0,12 0,13 0,14 0, r 2014* 2015** Penyediaan Makan Minum Penyediaan Akomodasi Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 47

59 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kedua subkategori ini selama 5 tahun terakhir selalu menunjukkan pertumbuhan yang tinggi di atas 5 persen dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,62 persen. Pada tahun 2015 pertumbuhan subkategori penyediaan akomodasi bahkan mencapai angka yang cukup tinggi, yaitu sebesar 10,57 persen. Sedangkan pertumbuhan subkategori penyediaan makan minum agak melambat laju pertumbuhannya menjadi 5,21 persen. Kenaikan yang cukup tinggi ini terlihat dari Tingkat Penghunian Kamar (TPK) baik hotel berbintang maupun akomodasi lainnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Gambar 3.16 Pertumbuhan Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (persen) 7,79 8,29 7,72 8,08 7,98 7,97 6,17 6,35 6,14 6,54 6,26 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Penyediaan Akomodasi Penyediaan Makan Minum 6,50 5,21 10,57 5, r 2014* 2015** 3.10 Informasi dan Komunikasi Peranan kategori informasi dan komunikasi dalam perekonomian Aceh selama 5 tahun terakhir masih berada di kisaran angka 3 persen dan terus meningkat. Dalam 5 tahun terakhir ada peningkatan peranan sebesar 48

60 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha 0,14 poin dari 3,19 persen pada tahun 2011 menjadi 3,33 persen pada tahun Semakin meningkatnya peran kategori ini menunjukkan bahwa masyarakat dalam menerima informasi dan dalam berkomunikasi sudah semakin mudah. Kelancaran dalam menerima informasi dan berkomunikasi tentunya akan membantu para pelaku usaha dalam menilai pasar dan mengambil tindakan dengan cepat, sehingga mendukung pertumbuhan di seluruh lapangan usaha lainnya. 7,17 5,43 4,96 4,11 4,21 3,19 3,27 3,23 3,17 3,33 Gambar 3.17 Kontribusi dan Pertumbuhan Kategori Informasi dan Komunikasi, (persen) r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan Pertumbuhan kategori ini selama 5 tahun terkahir juga cukup menggembirakan, terutama di tahun 2012 yang pertumbuhannya mencapai 7,17 persen. Dalam 3 tahun terakhir pertumbuhan kategori ini sedikit melambat, hingga pada tahun 2015 pertumbuhannya melambat ke 4,21 persen. Secara rata-rata pertumbuhan kategori ini selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,44 persen. 49

61 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 3.11 Jasa Keuangan dan Asuransi Lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi berkaitan erat dengan sektor keuangan/finansial dan berperan sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Lapangan usaha jasa keuangan merupakan penyedia modal bagi lapangan usaha-lapangan usaha lainnya. Selama 5 tahun terakhir, peranan jasa keuangan dan asuransi dalam perekonomian Aceh terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 peranannya adalah sebesar 1,55 persen dan pada tahun 2015 peranannya telah mencapai 1,85 persen. 1,85 Gambar 3.18 Kontribusi Kategori Jasa Keuangan Dan Asuransi, 1,55 0,06 0,03 1,46 1,64 0,06 0,03 1,55 1,74 1,75 0,06 0,06 0,03 0,03 1,65 1,66 0,06 0,03 1, (persen) r 2014* 2015** Jasa Keuangan Lainnya Asuransi dan Dana Pensiun Jasa Perantara Keuangan Jasa Keuangan dan Asuransi Rata-rata pertumbuhan lapangan usaha ini selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 3,12 persen, denngan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 8,41 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 1,48 persen. Pada tahun 2015 pertumbuhannya sedikit melaju dari tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sebesar 3,02 persen. Pertumbuhan terjadi terutama karena pertumbuhan 50

62 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha yang terjadi di subkategori Jasa keuangan yang memiliki konstribusi tertinggi, yaitu sebesar 1,76 persen dan tumbuh pada tahun 2015 sebesar 2,93 persen. Perkembangan lapangan usaha ini berkaitan erat dengan semakin meningkatnya transaksi ekonomi dan keuangan di Aceh. Perlambatan pertumbuhan disebabkan melambatnya realisasi kredit yang disalurkan perbankan pada tahun ,72 5,50 6,23 5,00 4,34 5,11 3,70 4,18 3,70 3,43 3,57 3,39 4,02 Gambar 3.19 Pertumbuhan 3,72 3,02 3,28 3,25 2,93 Kategori Jasa Keuangan 3,11 2,85 dan Asuransi, 1,90 1, (persen) 1,48 1, r 2014* 2015** Jasa Perantara Keuangan Asuransi dan Dana Pensiun Jasa Keuangan Lainnya Jasa Penunjang Keuangan Jasa Keuangan dan Asuransi 3.12 Real Estat Peranan kategori real estat pada perekonomian Aceh berada di peringkat ke-8, dengan peranan sebesar 3,78 persen. Selama 5 tahun terakhir peranan kategori real estat juga menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun 2011 peranannya hanya sebesar 3,12 atau mengalami peningkatan sebesar 0,66 poin hingga tahun

63 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 7,67 4,24 4,94 5,31 6,48 Gambar 3.20 Kontribusi dan Pertumbuhan Kategori Real Estat, 3,12 3,12 3,18 3,43 3, (persen) r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan Pertumbuhan kategori ini juga cukup tinggi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,10 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014 dengan pertumbuhan sebesar 7,67 persen. Pada tahun 2015 pertumbuhannya sedikit melambat sebesar 6,48 persen. Kategori ini diharapkan akan terus meningkat dengan adanya program pemerintah berupa pembangunan 1 juta rumah subsidi di seluruh Indonesia sejak tahun Jasa Perusahaan Lapangan usaha jasa perusahaan mencakup usaha aktivitas profesional, ilmiah dan teknis, serta jasa persewaan. Peranan kategori ini dalam perekonomian Aceh pada tahun 2011 adalah sebesar 0,53 persen dan meningkat sebesar 0,06 poin hingga tahun 2015 menjadi sebesar 0,59 persen. Sedangkan laju pertumbuhan rata-rata per tahun adalah sebesar 5,00 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 8,68 52

64 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha persen karena adanya Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Pada tahun 2015 pertumbuhannya melambat ke level 2,38 persen. 8,68 Gambar 3.21 Kontribusi dan Pertumbuhan Kategori 4,70 4,97 4,08 Jasa Perusahaan, (persen) 2,38 0,53 0,54 0,55 0,57 0, r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan 3.14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, JSW memiliki peranan cukup besar (peringkat ke-4) dalam perekonomian Aceh. Peningkatan peranan selama 5 tahun terakhir juga cukup signifikan, yaitu dari 6,95 persen pada tahun 2011 naik sebesar 2,06 poin menjadi sebesar 9,01 persen pada tahun Hal ini selain dipengaruhi adanya pemilu di tahun 2014 juga dipengaruhi banyaknya lembaga dan kementrian yang telah melakukan reformasi birokrasi sehingga meningkatkan belanja pegawai dengan adanya remunerasi beberapa instansi pemerintah. Selama 5 tahun terakhir kategori ini tumbuh rata-rata sebesar 4,79 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014 dengan pertumbuhan sebesar 7,13 persendan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 2,33 persen. Pada tahun 2015 kategori administrasi pemerintahan tumbuh sebesar 6,83 persen. 53

65 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 6,95 6,98 7,29 7,91 9,01 4,63 2,33 2,95 7,13 6,83 Gambar 3.22 Kontribusi dan Pertumbuhan Kategori Administrasi Pemerintahan, Ketahanan, dan JSW, (persen) r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan 3.15 Jasa Pendidikan Jasa pendidikan sebagai lapangan usaha yang berhubungan langsung dengan sektor pendidikan memiliki peranan sebesar 2,21 persen dalam perekonomian Aceh. Peranan jasa pendidikan terus mengalami kenaikan dalam 5 tahun terakhir, mengingat bahwa penanan kategori ini pada tahun 2011 hanya sebesar 1,87 persen. Hal ini didukung dengan semakin meningkatnya alokasi dana pendidikan dana semakin banyaknya guru yang mendapatkan tunjangan sertifikasi mengajar. Laju pertumbuhan rata-rata jasa pendidikan selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 4,75 persen per tahun. Pertumbuhan ini dari tahun ke tahun terus mengalami percepatan. Pada tahun 2011 pertumbuhannya adalah sebesar 2,26 persen dan semakin melaju hingga pada tahun 2015 pertumbuhannya mencapai 5,92 persen. 54

66 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha 4,43 5,12 5,92 Gambar 3.23 Kontribusi Dan Pertumbuhan Kategori Jasa Pendidikan, (persen) 2,26 3,55 1,87 1,83 1,88 1,97 2, r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Sebagai lapangan usaha yang menempati urutan ke-10 dalam perekonomian Aceh, peranan jasa kesehatan dan kegiatan sosial juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai tambah kategori Jasa kesehatan dan kegiatan sosial pada tahun 2015 adalah sebesar Rp3.407,09 milyar dengan peranan sebesar 2,64 persen atau mengalami kenaikan sebesar 0,52 poin dari tahun 2011 yang peranannya sebesar 2,12 persen. Rata-rata laju pertumbuhan kategori ini selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 7,65 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 11,44 persen, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 4,46 55

67 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha persen. Pada tahun 2015 kategori ini masih tumbuh cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 7,15 persen. 11,44 7,15 6,69 5,40 4,46 2,12 2,22 2,30 2,36 2,64 Gambar 3.24 Kontribusi dan Pertumbuhan Kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, (persen) r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan 3.17 Jasa Lainnya Jasa lainnya dala PDRB mencakup kegiatan kesenian, hiburan, rekreaasi, jasa organisasi, raparasi, jasa perorangan, jasa rumah tangga, dan kegiatan produksi barang untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Dalam perekomian Aceh, kegiatan jasa lainnya memiliki kontribusi sebesar 1,64 persen pada tahun Kontribusi ini meningkat sebesar 0,52 poin dari tahun 2011 yang masih sebesar 1,12 persen. Laju pertumbuhan jasa lainnya selama 5 tahun terkahir rata-rata sebesar 5,42 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014 sebesar 5,94 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada 56

68 3 Tinjauan Menurut Lapangan Usaha tahun 2011 sebesar 4,22 persen. Pertumbuhan pada tahun 2015 adalah sebesar 5,36 persen. 5, Gambar 3.25 Kontribusi Dan Pertumbuhan Kategori Jasa Pendidikan, (persen) 1,12 1,22 1,30 1,36 1, r 2014* 2015** Kontribusi Pertumbuhan 57

69 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 58

70 4 Tinjauan Keterkaitan Sosial Ekonomi 59

71 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha 60

72 BAB IV. TINJAUAN KETERKAITAN SOSIAL EKONOMI 4 Tinjauan Keterkaitan Sosial Ekonomi 4.1. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Salah satu cara untuk mengukur produktivitas tenaga kerja secara makro adalah dengan data PDRB. Dengan membandingkan antara PDRB ADHB dengan jumlah tenaga kerja per sektor yang diperoleh dari data Sakernas, kita bisa menghitung produktivitas tenaga kerja per sektor. Produktivitas tenaga kerja menunjukkan kontribusi seorang pekerja dalam menghasilkan nilai tambah dengan mengabaikan peran modal. 63,69 65,78 66,27 65,72 63,28 Gambar 4.1. Produktivitas 58,42 55,06 57,72 59,58 Tenaga Kerja, (juta rupiah per tahun) 50, r 2014* 2015** Dengan Migas Tanpa Migas Secara umum, produktivitas tenaga kerja di Aceh dengan mengabaikan peranan modal pada tahun 2015 adalah sebesar 65,72 juta per per tahun, turun dari tahun 2014 yang sebesar 66,27 juta per tahun. Artinya, secara rata-rata, setiap orang yang bekerja di Provinsi Aceh menyumbangkan nilai tambah bagi perekonomian Aceh sebesar 65,72 juta per tahun. Sedangkan produktivitas tenaga kerja dengan 61

73 47,77 52,51 54,49 55,34 50,18 61,60 69,14 70,48 70,74 81,52 77,91 96,75 89,38 94,31 91,21 Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha mengeluarkan nilai tambah migas (tenaga kerja migas tetap masuk perhitungan karena tidak bisa dipisahkan) adalah sebesar 63,28 juta per tahun. Angka ini masih jauh di bawah produktivitas tenaga kerja secara nasional yang di atas 80 juta rupiah per tahun. Gambar 4.2. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Kelompok Sektor, (juta rupiah per tahun) r 2014* 2015** Primer Sekunder Tersier Sektor primer yang merupakan sektor dengan jumlah tenaga kerja tertinggi ( tenaga kerja) memiliki produktivitas tenaga kerja sebesar 50,18 juta per tahun. Sektor yang memiliki produktivitas adalah sektor sekunder dengan produktivitas sebesar 81,52 juta per tahun ( tenaga kerja). Sektor tersier memiliki produktivitas sebesar 77,91 juta rupiah per tahun (sebanyak tenaga kerja) PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN Pengangguran merupakan masalah makroekonomi yang mempengaruhi kesejahteraan secara langsung. Bagi masyarakat, kehilangan pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan berarti penurunan standar hidup dan 62

74 4 Tinjauan Keterkaitan Sosial Ekonomi tekanan psikologis. Tingginya pengangguran sering kali berakibat juga pada banyaknya masalah sosial di masyarakat. Mempelajari masalah pengangguran sangat penting untuk mengidentifikasi penyebabnya dan membantu memperbaiki kebijakan publik. Berbagai kebijakan, seperti misalnya pelatihan kerja, akan membantu orang dalam mendapatkan pekerjaan. Di sisi lain, kebijakan atau undang-undang yang menetapkan upah minimum terlalu tinggi cenderung meningkatkan pengangguran di kalangan angkatan kerja yang kurang terdidik dan kurang berpengalaman (Mankiw: 2007). 8,71 8,37 9,00 9,06 10,12 9,02 9,93 Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran, (persen) 3,29 5,91 4,38 3,28 4,95 3,85 4,15 4,02 2,61 4,34 1,29 1,55-0, ,83 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan tanpa migas Pengangguran Aceh merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi. Pengangguran di Aceh pada tahun 2015 adalah sebesar 9,93 persen atau naik dari tahun 2014 yang sebesar 9,02 persen, sedangkan secara nasional tingkat pengangguran adalah sebesar 6,18 persen. Kenaikan ini sejalan dengan pertumbuhan 63

75 Pengangguran Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha ekonomi yang pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 0,72 persen dengan migas. Dari gambar di atas terlihat bahwa ada keterkaitan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Demikian juga trend selama enam tahun terakhir, dimana pengangguran cenderung mengalami penurunan ketika pertumbuhan ekonomi cenderung membaik. Hal ini sesuai dengan Hukum Okun yang mengatakan adanya relasi negatif antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. 9 R² = 0,0993 R² = 0,5313 Gambar 4.4. Keterkaitan Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi Nonmigas Dengan menggunakan pertumbuhan ekonomi tanpa migas, relasi negatif kedua indikator ini semakin jelas terlihat. Hal ini karena sektor migas lebih tergantung pada modal dan teknologi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Keterkaitan antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas dapat dilihat pada gambar 4.4. Dari gambar tersebut terlihat bahwa model polinomial menggambarkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di Provinsi 64

76 4 Tinjauan Keterkaitan Sosial Ekonomi Aceh lebih baik dari pada model linier selama enam tahun terakhir (jangka pendek) dengan koefisien determinasi sebesar 53,13 persen PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN Tujuan utama pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator meningkatnya kesejahteraan rakyat adalah dengan menurunnya angka kemiskinan. Untuk melihat apakah pertumbuhan ekonomi yang ada di Provinsi Aceh berhasil menurunkan angka kemiskinan, maka perlu dilihat keterkaitan antara kedua indikator ini. 21,80 20,98 19,48 18,58 17,72 16,98 17,08 Gambar 4.5. Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan, (persen) Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan tanpa migas Kemiskinan 3,29 5,91 4,38 4,95 4,15 4,02 4,34 1,29 3,28 3,85 2,61-0,83 1,55-0, Angka kemiskinan selama enam tahun terakhir menunjukkan tren penurunan. Angka kemiskinan pada tahun 2009 adalah sebesar 21,8 persen dan terus menurun hingga menjadi 17,1 persen pada tahun Dari gambar 4.5 terlihat bahwa trend angka kemiskinan lebih memiliki hubungan terbalik dengan pertumbuhan ekonomi tanpa migas dari 65

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No.34/05/52/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 1,21 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,51 x 21,59 cm : xvi + 115 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kabupaten Murung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Aceh Triwulan III-2017 No. 51/11/Th. XX, 6 November 2017 PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 DENGAN MIGAS NAIK 4,78 PERSEN, TANPA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2015 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No.76/11/52/Th. IX, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 40/08/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 2,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

Highlight PDRB Kota Magelang Tahun

Highlight PDRB Kota Magelang Tahun Highlight PDRB Kota Magelang Tahun 2015 1 DAFTAR ISI i iii v vi vii viii x 1 1 2 3 7 9 10 12 15 16 17 18 19 26 Halaman judul Sambutan Walikota Magelang Kata Pengantar Kepala Kantor Penelitian pengembangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016 I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14 II-14 III-14 IV-14 I-15 II-15 III-15 IV-15 I-16 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN IV 2015 TUMBUH 11,98 PERSEN Sampai dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 63/11/Th.IX, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 6,43 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 55/08/52/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2015 TUMBUH 3,76 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN I TAHUN 2015

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 27/05/94/ Th. VIII, 5 Mei 2015 PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN I TAHUN 2015 Perekonomian Papua triwulan I tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016 No. 26/05/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 5,52 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 EKONOMI ACEH TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN 2010-2014 2.1 STRUKTUR EKONOMI Penetapan SDG s Sustainable Development Goals) sebagai kelanjutan dari MDG s Millenium Development Goals) dalam rangka menata arah

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2014 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 No. 11/02/34/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN EKONOMI DAERAH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA. Regional Economy of Kubu Raya Regency

PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA. Regional Economy of Kubu Raya Regency Kerja Sama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA dengan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUBU RAYA Tahun Anggaran 2017 PEREKONOMIAN DAERAH KABUPATEN KUBU RAYA Regional Economy of Kubu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 No. 16/2/Th.XXI, Februari 218 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Tumbuh,19 Persen Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 24/05/91 Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,50 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian No. 33/05/33/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,1 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 52/08/52/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI KONTRAKSI 1,96 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 13/02/71/Th. X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2015 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th.XIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT PUSAT STATISTIK STATISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN No. 01/11/1215/Thn.2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Humbang

Lebih terperinci

TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015

TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015 i BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015 Banda Aceh, 2016 xii + 123 halaman 18,2 x 25,7 cm ii KATA SAMBUTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 64/11/13/Th.XVIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- TUMBUH 4,71 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk

Lebih terperinci

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%).

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%). No. 29/5/63/Th.XIX, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I -215 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 215 TUMBUH -4,78 PERSEN Perekonomian Kalimantan selatan pada triwulan I-215

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 26/05/32/Th.XVIII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,08 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN DAIRI No. 01/10/1210/Th. IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi tahun 2015, diukur berdasarkan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 52/11/31/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN LEBIH CEPAT 0,8 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN II/2015

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III2017 Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 72/11/52/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Pertumbuhan Ekonomi Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 No. 28/05/36/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2015 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA 45/08/94/Th.X, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 No. 9/02//13/Th. XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 4,86 PERSEN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 TUMBUH 5,26 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 62/11/32 Th.XVIII, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,76 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci