TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015"

Transkripsi

1 i

2 BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH TAHUN 2015 Banda Aceh, 2016 xii halaman 18,2 x 25,7 cm ii

3 KATA SAMBUTAN Pembangunan daerah didanai oleh APBD dan APBN dengan jumlah yang terbatas. Karena keterbatasan inilah, maka perlu adanya prioritas dalam pembangunan daerah. Dalam rangka pemerataan daerah, maka daerah yang tertinggal baik secara umum maupun di sektor tertentu lebih layak dijadikan prioritas pembangunan. Bertolak dari hal ini, kami menyambut baik kerjasama antara BAPPEDA Aceh dan BPS Provinsi Aceh dalam penerbitan publikasi Kabupaten/Kota Provinsi Aceh. Publikasi ini diharapkan dapat membantu perencanaan, pembuatan, dan evaluasi kebijakan pembangunan, terutama terkait dengan prioritas-prioritas pembangunan kabupaten/ kota. Kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini, diucapkan terima kasih. Semoga publikasi ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai kalangan pelaku pembangunan di Aceh. Banda Aceh, November 2016 Kepala BAPPEDA Aceh Prof. Dr. Ir. Amhar Abubakar, M.S. iii

4 KATA PENGANTAR Kabupaten/ Kota se-provinsi Aceh merupakan hasil kerjasama antara BAPPEDA Aceh dan BPS Provinsi Aceh. Kajian ini mencakup tinjauan perekonomian kabupaten/kota di Provinsi Aceh menurut lapangan usaha dan beberapa indikator agregat penting lain. Publikasi ini merupakan gabungan dari publikasi PDRB Menurut Lapangan Usaha kabupaten/kota se-provinsi Aceh yang secara rutin telah diterbitkan oleh BPS Kabupaten/Kota. Dalam publikasi ini dibahas mengenai capaian-capaian kabupaten/kota dalam pembangunan ekonomi menurut lapangan usaha, serta ketimpangan dan perbandingan antarwilayah. Semoga publikasi bermanfaat bagi para pengambil kebijakan maupun kalangan akademisi dan masyarakat umum. Saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan publikasi ini pada periode mendatang. Banda Aceh, November 2016 Kepala BPS Provinsi Aceh, Drs. Wahyudin, M.M. iv

5 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL LAMPIRAN iii iv v vii x I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Penyajian Agregat PDRB Diskrepansi Analisis Tipologi Daerah Beberapa Istilah 14 II TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA Nilai PDRB Kontribusi Migas Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi PDRB Per Kapita Ketimpangan Ekonomi Antardaerah Tipologi Daerah 31 III TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 61 v

6 3.16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya 64 IV PENUTUP 67 LAMPIRAN 71 DAFTAR PUSTAKA 119 vi

7 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Kabupaten/Kota (triliun rupiah), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Migas Provinsi Aceh (persen), 2015 Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Beberapa Lapangan Usaha Unggulan dalam Perekonomian Menurut Kabupaten/Kota (persen), 2015 PDRB Per kapita Dengan Migas Menurut Kabupaten/Kota (triliun rupiah), 2015 PDRB Per kapita Tanpa Migas Menurut Kabupaten/Kota (triliun rupiah), Indeks Williamson Provinsi Aceh, Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Dengan Migas, Tipologi Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tanpa Migas, Kontribusi Lapangan Usaha Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Subkategori Pertambangan dan Penggalian Nonmigas Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Subkategori Industri Nonmigas dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Subkategori Industri Nonmigas Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Provinsi Aceh (persen), vii

8 Kontribusi Lapangan Usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Konstruksi dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Konstruksi Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Real Estat dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Real Estat Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Jasa Perusahaan dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Jasa Perusahaan Provinsi Aceh (persen), viii

9 Kontribusi Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Jasa Pendidikan dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Jasa Pendidikan Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Provinsi Aceh (persen), 2015 Kontribusi Lapangan Usaha Jasa Lainnya dalam PDRB Kabupaten/Kota (persen), 2015 Kontribusi Kabupaten/Kota terhadap Nilai Tambah Lapangan Usaha Jasa Lainnya Provinsi Aceh (persen), ix

10 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel Halaman A.1 B.1 A.2 B.2 A.3 B.3 A.4 B.4 A.5 B.5 A.6 B.6 A.7 B.7 A.8 B.8 A.9 PDRB Kabupaten Simeulue Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Simeulue Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Singkil Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Singkil Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Selatan Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Tenggara Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Tenggara Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Timur Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Timur Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Tengah Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Besar Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Besar Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten PidieAtas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) x

11 B.9 A.10 B.10 A.11 B.11 A.12 B.12 A.13 B.13 A.14 B.14 A.15 B.15 A.16 B.16 A.17 B.17 A.18 B.18 A.19 PDRB Kabupaten Pidie Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Bireuen Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Bireuen Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Utara Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Utara Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Abdya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Abdya Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Gayo Lues Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Gayo Lues Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Tamiang Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Tamiang Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Nagan Raya Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Nagan Raya Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Jaya Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Aceh Jaya Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Bener Meriah Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Bener Meriah Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Berlaku, (juta rupiah) PDRB Kabupaten Pidie Jaya Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kota Banda Aceh Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) xi

12 B.19 A.20 B.20 A.21 B.21 A.22 B.22 A.23 B.23 PDRB Kota Banda Aceh Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kota Sabang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kota Sabang Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kota Lhokseumawe Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kota Lhokseumawe Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) PDRB Kota Subulussalam Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, (juta rupiah) PDRB Kota Subulussalam Atas Dasar Harga Konstan 2010, (juta rupiah) xii

13 BAB I 1

14 PENDAHULUAN 2

15 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang erencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai dasar dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa-masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Pada hakikatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekono mi. Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi 3

16 PENDAHULUAN dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta. 1.2 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto roduk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau nonresiden. Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan (riil). PDRB atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (riil), banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke Perubahan tahun dasar PDB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam

17 BAB I System of National Accounts (SNA 2008) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT). Perubahan tahun dasar PDB dilakukan secara bersamaan dengan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan. SNA 2008 merupakan standar rekomendasi internasional tentang cara mengukur aktivitas ekonomi yang sesuai dengan penghitungan konvensional berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Rekomendasi yang dimaksud dinyatakan dalam sekumpulan konsep, definisi, klasifikasi, dan aturan neraca yang disepakati secara internasional dalam mengukur item tertentu seperti PDRB. SNA dirancang untuk menyediakan informasi tentang aktivitas pelaku ekonomi dalam hal produksi, konsumsi dan akumulasi harta dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan analisis, pengambilan keputusan, dan pembuatan kebijakan. Dengan menggunakan Kerangka SNA, fenomena ekonomi dapat dengan lebih baik dijelaskan dan dipahami. Adapun manfaat perubahan tahun dasar PDRB antara lain: Menginformasikan perekonomian regional yang terkini seperti pergeseran struktur dan pertumbuhan ekonomi; Meningkatkan kualitas data PDRB; Menjadikan data PDRB dapat diperbandingkan secara internasional. Pergeseran harga tahun dasar akan memberikan beberapa dampak antara lain: Meningkatkan nominal PDRB, yang pada gilirannya akan berdampak pada pergeseran kelompok pendapatan suatu daerah dari pendapatan rendah, menjadi menengah, atau tinggi dan pergeseran struktur perekonomian; 5

18 PENDAHULUAN Akan merubah besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi dan saving, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan ekonomi; Akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modeling dan forecasting. Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya dan 44 diantaranya merupakan revisi utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDRB tahun dasar 2010 diantaranya: Konsep dan Cakupan: Perlakuan Work-in Progress (WIP) pada Cultivated Biological Resources (CBR): Merupakan penyertaan pertumbuhan aset alam hasil budidaya manusia yang belum di panen sebagai bagian dari output lapangan usaha yang bersangkutan seperti: nilai tegakan padi yang belum di panen, nilai sapi perah yang belum menghasilkan, nilai pohon kelapa sawit atau karet yang belum berbuah/dipanen. Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank Services Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM) Valuasi: Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan Harga Dasar (Basic Price). Merupakan harga keekonomian barang dan jasa ditingkat produsen sebelum adanya intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi atas produk. Valuasi ini hanya untuk penghitungan PDB, sedangkan PDRB menggunakan harga produsen. 6

19 BAB I Klasifikasi: Klasifikasi yang digunakan berdasarkan Internasional Standard Classification (ISIC rev.4) dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua klasifikasi tersebut sebagai Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009 (KBLI 2009) dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia 2010 (KBKI 2010). Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode dari SNA sebelumnya dan SNA 2008 antara lain dijelaskan pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode Perhitungan PDRB Variabel Konsep Lama Konsep Baru 1. Output pertanian Hanya mencakup output pada saat panen Output saat panen ditambah nilai hewan dan tumbuhan yang belum menghasilkan 2. Metode penghitungan output bank komersial. 3. Biaya eksplorasi mineral dan pembuatan produk original Menggunakan metode Imputed Bank Services Charge (IBSC). Dicatat sebagai konsumsi antara Menggunakan metode Financial Intermediary Services Indirectly Measured (FISIM) Dicatat sebagai output dan dikapitalisasi sebagai PMTB Perubahan Klasifikasi dari PDRB Tahun Dasar 2000 ke PDRB Tahun Dasar 2010 Klasifikasi PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 (2000=100) menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010 (2010=100) menggunakan KBLI Perbandingan keduanya pada tingkat paling agregat dapat dilihat pada tabel berikut: 7

20 PENDAHULUAN Tabel 1.2 Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB Tahun Dasar 2000 dan Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan enghitungan PDRB atas dasar harga konstan secara berkelanjutan dan berkala sangat berguna untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi secara riil. Karena pada penghitungan ini tidak terkandung perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan indikator produksinya saja. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional sebagai acuan perbandingannya. BPS telah menetapkan tahun 8

21 BAB I 2000 sebagai tahun dasarnya, sedangkan tahun dasar yang digunakan sebelumnya adalah tahun Untuk menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, dikenal empat penghitungan yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: Revaluasi Metode revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga tahun dasar 2000 dan hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil penghitungan di atas. Metode ini sulit dilakukan terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang terlalu banyak dan juga data harga kurang tersedia. Karena itu biaya antara atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masingmasing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar Ekstrapolasi Dengan metode ekstrapolasi, nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi sebagai ekstrapolator. Indeks ini merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari indikator produksi, seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan, dan indikator lainnya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. 9

22 PENDAHULUAN Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan Deflasi Untuk memperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat dilakukan dengan metode deflasi, yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB), dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut Deflasi Berganda Yang dideflasi dalam deflasi berganda ini adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan Indeks Harga Produsen (IHP) atau Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sesuai dengan cakupan komoditasnya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Metode ini tidak banyak digunakan dalam perhitungan karena kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, 10

23 BAB I disamping karena komponennya terlalu banyak, indeks harganya juga belum tersedia secara baik. Penghitungan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi karena data yang tersedia kurang lengkap, maka cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai Penyajian Agregat PDRB ada publikasi ini penyajian angka agregat pendapatan selalu dilakukan dalam dua bentuk yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, masing-masing dapat dibedakan sebagai berikut: a. Untuk penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara, maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto. b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga konstan, maka perkembangan agregat pandapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan satuan output (riil) dan bukan karena harga. Saat ini tahun dasar yang dipakai adalah tahun Diskrepansi DRB di level kabupaten/kota dihitung secara independen oleh masing-masing BPS kabupaten/kota dengan metode yang beragam sesuai dengan ketersediaan data di masing-masing 11

24 PENDAHULUAN daerah. PDRB merupakan angka hasil perhitungan dari berbagai sumber data yang sangat beragam. Untuk subsektor tanaman makanan, misalnya, menggunakan data produksi dari dinas yang berupa data populasi, sedangkan untuk sektor industri pengolahan menggunakan data hasil survei, sehingga penghitungan nilai tambah untuk dua sektor ini tentunya aka n menggunakan metode yang berbeda. Demikian juga dengan penghitungan antardaerah dengan sumber data yang berbeda, maka metode dan data yang digunakan akan berbeda. Misalnya data harga, untuk daerah perkotaan yang memiliki survei harga konsumen dapat menggunakan IHK (Indeks Harga Konsumen) sebagai indikator harga, sedangkan kabupaten/kota lain yang tidak memiliki survei tersebut dapat menggunakan indikator harga dari survei harga produsen atau survei harga konsumen pedesaan. Berdasarkan perbedaan-perbedaan ini, maka dapat terjadi perbedaan hasil perhitungan PDRB antara kumulatif kabupaten/kota dengan PDRB Provinsi Aceh, demikian juga dengan kumulatif 34 provinsi dengan PDB nasional. Perbedaan ini dinamakan dengan diskrepansi. Diskrepansi ini masih dibenarkan secara statistik, dengan catatan rasionya tidak lebih dari 5 persen Analisis Tipologi Daerah alam rangka membangun daerah, pemerintah daerah perlu membuat prioritas kebijakan. Penentuan prioritas kebijakan diperlukan agar pembangunan daerah dapat lebih terarah serta berjalan secara efektif dan efisien, di bawah kendala keterbatasan anggaran dan sumber daya yang dapat digunakan. Untuk menentukan 12

25 BAB I prioritas kebijakan ini, khususnya kebijakan pembangunan ekonomi, diperlukan analisis ekonomi (struktur ekonomi) daerah secara menyeluruh. Analisis tipologi daerah dapat dipakai untuk menentukan priroritas pembangunan regional. Dengan mengaitkan antara PDRB per kapita dengan pertumbuhan ekonomi, maka akan diperoleh empat tipologi daerah dari 4 kuadran yang terbentuk, yaitu: - Kuadran I: daerah maju dan berkembang pesat, merupakan daerah dengan PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata; - Kuadran II: daerah berkembang, merupakan daerah dengan PDRB per kapita rendah (di bawah rata-rata), namun memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga berpotensi untuk berkembang dan mampu mengejar ketertinggalannya; - Kuadran III: daerah tertinggal, merupakan daerah dengan PDRB per kapita dan tingkat pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata, sehingga daerah-daerah dalam kuadran ini akan mengalami kesulitan dalam mengejar ketertinggalannya. - Kuadran IV: daerah maju tertekan, merupakan daerah dengan PDRB per kapita tinggi (di atas rata-rata) namun memiliki pertumbuhan ekonomi yang rendah, atau dengan kata lain sulit meningkatkan potensinya atau bahkan mungkin sudah mencapai kondisi mapan. Di antara keempat kuadran tersebut, yang paling mendesak dijadikan prioritas dalam pembangunan adalah daerah-daerah di kuadran III yang baik PDRB per kapita meupun pertumbuhan ekonminya rendah, sehingga perlu adanya campur tangan baik dari pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat. 13

26 PENDAHULUAN 1.7. Beberapa Istilah Dengan adanya perubahan tahun dasar dari tahun dasar 2000 berdasarkan SNA (System of National Account) 1993 menjadi tahun dasar 2010 berdasarkan SNA 2008, istilah sektor tidak lagi dipakai dalam PDRB menurut lapangan usaha, namun istilah yang dipakai adalah kategori. Selain itu untuk mengefektifkan dan menyederhanakan analisis, dalam pembahasan di publikasi ini ada beberapa penyingkatan nama kategori, misalnya: - Kategori A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan disingkat Kategori Pertanian; - Kategori E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, dan Daur Ulang disingkat kategori Pengadaan Air; - Kategori G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor disingkat kategori Perdagangan; - Kategori O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib disingkat kategori Administrasi Pemerintahan. 14

27 BAB II 15

28 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 16

29 A. Utara Bireuen Pidie A. Timur A. Besar A. Tamiang Banda Aceh A. Selatan A. Tenggara A. Tengah A. Barat Lhokseumawe Langsa Nagan Raya Pidie Jaya Abdya B. Meriah A. Singkil Simeulue Gayo Lues A. Jaya Subulussalam Sabang Penduduk 12,63 7,74 6,16 6,34 7,97 4,43 11,36 3,28 2,76 4,54 4,49 6,12 3,01 4,47 2,01 2,29 2,75 1,40 1,29 1,60 1,54 1,00 0,81 Distribusi PDRB 11,67 8,70 8,37 8,06 7,85 5,56 5,00 4,50 4,00 3,92 3,87 3,83 3,32 3,10 2,97 2,81 2,74 2,29 1,78 1,76 1,73 1,50 0,66 BAB II BAB II TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 2.1. NILAI PDRB ebagai provinsi terluar yang terletak di bagian paling barat Indonesia, Aceh semestinya memegang peranan penting dalam jalur perdagangan internasional, terlebih dengan ditetapkannya Sabang sebagai kota dengan pelabuhan bebas. Dari sisi demografis, Aceh unik karena pernah mengalami bencana gempa dan tsunami, sehingga jumlah penduduknya pada tahun 2005 pernah berkurang secara drastis. Jumlah penduduk Aceh pada tahun 2015 adalah sebesar jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,94 persen. Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, dan Pidie merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Provinsi Aceh. Grafik 2.1 Distribusi Penduduk dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (persen) 17

30 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan kinerja perekonomian masing-masing kabupaten/kota. Jumlah penduduk yang tinggi tentunya diharapkan menghasilkan kinerja perekonomian yang tinggi pula. Kabupaten Aceh Utara, dengan jumah penduduk terbesar, ternyata juga menghasilkan nilai PDRB terbesar dengan peranan sebesar 12,63 persen dari total PDRB Provinsi Aceh. Sedangkan peringkat kedua dicapai oleh Kota Banda Aceh dengan peranan sebesar 11,36 persen. Peringkat ketiga dicapai oleh KabupatenAceh Besar dengan peranan sebesar 7,97 persen. Kabupaten Bireuen dan Pidie, yang jumlah penduduknya masuk dalam tiga terbesar kabupaten/kota di Provinsi Aceh, masing-masing berada di peringkat 4 dan 7 dengan peranan sebesar 9,45 persen dan 7,37 persen pada tahun Sedangkan tiga kabupaten/kota dengan nilai PDRB terkecil adalah Simeulue, Subulussalam, dan Sabang dengan konstribusi PDRB masing-masing sebesar 1,29 persen, 1,00 persen, dan 0,81 persen. Baik Kota Subulussalam maupun Sabang juga merupakan daerah dengan jumlah penduduk terendah, sedangkan Kabupaten Simeulue merupakan daerah yang paling luar dan terjauh dari ibukota provinsi Aceh. Sementara itu, dengan mengeluarkan peranan sektor migas, maka Kota Banda Aceh menempati peringkat pertama dengan peranan PDRB sebesar 11,80 persen. Sedangkan Kabupaten Aceh Utara menempati peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 11,06 persen diikuti oleh Kabupaten Aceh Besar dengan peranan sebesar 8,27 persen. Kabupaten/kota tanpa migas lainnya meskipun secara peranan mengalami peningkatan, namun secara peringkat masih tetap sama. 18

31 5,26 4,71 4,66 4,64 4,28 3,41 3,13 2,87 2,86 2,38 2,09 1,67 1,60 1,45 1,34 1,03 0,85 6,39 6,22 8,27 8,04 11,80 11,06 BAB II Grafik 2.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Migas Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (persen) Struktur ekonomi Provinsi Aceh secara geografis masih didominasi oleh kabupaten/kota di sepanjang pantai timur-utara Aceh (11 kabupaten/kota) yang memberikan kontribusi sebesar 68,9 persen (67,39 persen tanpa migas) pada PDRB dengan kontribusi penduduk sebesar 66,00 persen. Sementara itu, kabupaten/kota di sepanjang pantai barat-selatan (8 kabupaten/kota) memberikan kontribusi sebesar 19,75 persen (20,51 persen tanpa migas) pada PDRB dengan kontribusi penduduk sebesar 21,58 persen. Sedangkan daerah tengah (4 kabupaten/kota) merupakan kawasan dengan kontribusi terkecil, yaitu sebesar 11,65 persen (12,10 persen tanpa migas)dari PDRB dengan kontribusi penduduk sebesar 12,41 persen dari total jumlah penduduk Aceh KONTRIBUSI MIGAS eranan minyak dan gas bumi terhadap perekonomian Aceh masih cukup tinggi, meskipun peranannya berfluktuasi dan cenderung mengecil sejak tahun Kontribusi sektor migas selama lima 19

32 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA tahun terakhir juga menunjukkan tren yang semakin menurun. Kontribusi migas pada tahun 2011 adalah sebesar 14,31 persen dan terus mengalami penurunan hingga menjadi sebesar 3,70 persen pada tahun Penurunan ini selain disebabkan telah semakin menipisnya cadangan dan produksi migas di Aceh juga karena menurunnya harga migas sejak akhir Kontribusi sektor migas ini ditopang oleh dua subsektor, yaitu subsektor pertambangan minyak dan gas bumi dan subsektor industri gas alam cair. Ada tiga kabupaten yang merupakan penghasil tambang migas, yaitu: Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang. Sedangkan subsektor industri gas alam cair hanya terdapat di Kota Lhokseumawe yang kontrak ekspornya sudah berakhir sejak tahun 2014 lalu. Pada tahun 2015, lokasi pengilangan migas PT Arun telah dialihfungsikan menjadi regasifikasi yang dikelola oleh PT Pertagas sebagai pendukung PLTMG dan penyalur gas kota. Grafik 2.3 Distribusi PDRB Sektor Migas Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (persen) Kota Lhokseuma we; 28,53 % Kab. Aceh Timur; 9,47% Kab. Aceh Tamiang; 8,50% Kab. Aceh Utara; 53,50% Kabupaten Aceh Utara memberikan kontribusi terbesar pada nilai tambah migas di Aceh, yaitu sebesar 53,50 persen dari kategori 20

33 BAB II pertambangannya. Sedangkan Kota Lhokseumawe menduduki urutan kedua sebesar 28,53 persen dari kategori Industri migas, diikuti oleh Kabupaten Aceh Timur sebesar 9,47 persen dan Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 8,50 persen dari kategori pertambangan migas. Penurunan produksi dan kontribusi sektor migas mau tidak mau terus menghambat pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh, namun di sisi lain kontribusi sektor-sektor nonmigas semakin meningkat. Hal ini menunjukkan terjadinya transformasi struktural ekonomi dari sektor migas ke nonmigas, sehingga ketergantungan Aceh pada sektor migas akan semakin menurun. Terutama jika mengingat bahwa selisih PDRB per kapita dengan dan tanpa migas yang besar, sehingga daerah-daerah penghasil migas sekilas terlihat lebih maju, sedangkan jika nilai tambah migas dikeluarkan dari perhitungan, daerah-daerah tersebut tidak jauh berbeda dari daerah lainnya PERTUMBUHAN EKONOMI inerja perekonomian kabupaten/kota di Provinsi Aceh menunjukkan angka yang variatif. Secara umum pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh turun sebesar 0,72 persen dengan migas dan naik sebesar 4,35 persen tanpa migas. Dengan kata lain, ada penurunan dari tahun 2014 yang tumbuh sebesar 1,55 persen dengan migas, namun terjadi perbaikan pertumbuhan tanpa migas dari tahun 2014 yang sebesar 4,02 persen. Beberapa kabupaten/kota dengan kontribusi migas seperti Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Kota Lhokseumawe mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 5,98 persen, 11,48 persen, dan 21

34 -7,82-3,98-4,48 3,88 4,72 4,25 4,08 4,20 4,26 4,02 3,70 3,34 2,87 3,85 3,89 4,10 3,92 4,89 4,95 4,98 5,01 4,55 5,03 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 17,82 persen. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh pada tahun 2015 dengan migas juga menurun. Grafik 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (persen) -0,72 Kab/Kota Provinsi Aceh Sementara itu dengan mengeluarkan peranan migas, maka Kota Lhokseumawe, Subulussalam, dan Banda Aceh merupakan 3 kota yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi, di atas 5 persen, yaitu masing-masing sebesar 8,73 persen, 5,03 persen, dan 5,01 persen. Kota Lho kseumawe tumbuh tinggi karena adanya proyek konstruksi pengalihfungsian dari industri gas alam ke regasifikasi di bekas situs PT Arun. Kabupaten Aceh Barat Daya, Gayo Lues, Singkil, Nagan Raya, dan Kota Sabang merupakan 5 kabupaten/kota yang pertumbuhan ek onomi tanpa migasnya paling rendah di bawah 4 persen pada tahun Pertumbuhannya masing-masing sebesar 3,34 persen, 3,85 persen, 3,88 persen, 3,89 persen, dan 3,92 persen. Adanya perlambatan ini disebabkan 22

35 3,34 3,88 3,70 4,25 4,08 4,20 4,26 4,02 3,85 3,89 4,26 4,10 3,92 4,72 4,81 4,89 4,69 4,55 4,95 4,98 5,01 5,03 8,73 BAB II beberapa lapangan usaha, yaitu penurunan drast is pertambangan bijih logam di Aceh Barat Daya, Gayo Lues, dan Nagan Raya, perlambatan pertumbuhan pertanian tanaman pangan dan penurunan kehutanan di Kabupaten Aceh Singkil, dan perlambatan pertumbuhan lapangan usaha perdagangan dan administrasi pemerintahan di Kota Sabang. Grafik 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Nonmigas Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (persen) 4,34 Kabkota Provinsi Aceh 2.4. STRUKTUR EKONOMI truktur PDRB ADHB Aceh pada tahun 2015 masih menunjukkan bahwa dua lapangan usaha yang merupakan leading sector bagi perekonomian ialah lapangan usaha pertanian, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Keduanya menyumbang sebesar masing-masing 29,08 persen dan 15,72 persen. Demikian juga dengan struktur ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Aceh. 23

36 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA Grafik 2.6 Distribusi PDRB Lapangan Usaha Terbesar Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (persen) Simeulue 12,42 A. Singkil 12,83 A. Selatan 15,78 A. Tenggara 13,17 A. Timur 8,98 A. Tengah 12,98 A. Barat 17,01 A. Besar 17,37 Pidie 15,33 Bireuen 22,16 A. Utara 16,90345 Abdya 17,47 Gayo Lues 11,06 A. Tamiang Nagan Raya 12, ,47472 A. Jaya 14,73 B. Meriah 15,82 Pidie Jaya 10,53 Banda Aceh 7,49 21,86 Sabang 14,79 Langsa 9,11 Lhokseumawe 19,38 21,74 22,96 Subulussalam 16,46 36,25 29,62 25,76 42,95 44,89 44,84 32,35 22,78 41,18 34,06 31,10 29,86 39,94 39,52 41,37 30,82 48,12 49,07 29,02 29,84 Pertanian Pertambangan &Penggalian Konstruksi Perdagangan Lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada umumnya masih menjadi dua lapangan usaha unggulan yang memiliki kontribusi terbesar bagi perekonomian kabupaten/kota, kecuali di Aceh Utara dan 24

37 18,72 15,81 18,92 17,90 20,42 19,07 21,10 20,66 17,57 17,18 30,02 30,08 26,32 23,07 28,06 23,69 23,19 26,09 23,58 31,82 37,42 41,49 58,90 BAB II Lhokseumawe yang ketergantungan migasnya masih besar, baik di pertambangan maupun industri. Sementara itu, ada tiga kabupaten/kota yang leading sector-nya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi, mobil dan sepeda motor, yaitu Kota Banda Aceh, Langsa, dan Lhokseumawe PDRB PER KAPITA DRB per kapita sering digunakan sebagai indikator kemakmuran penduduk di suatu daerah. Jika PDRB menunjukkan kinerja perekonomian daerah secara umum, maka PDRB per kapita menunjukkan rata-rata kinerja perekonomian penduduknya. PDRB per kapita Provinsi Aceh pada tahun 2015 adalah sebesar 25,83 juta rupiah dengan migas dan 24,87 juta rupiah tanpa migas. Grafik 2.7 PDRB Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (Juta Rupiah) 25,83 Kab/Kota Provinsi Aceh Pendapatan per kapita yang mencerminkan pendapatan rata-rata setiap individu di suatu wilayah adalah salah satu indikator yang dapat 25

38 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk secara makro. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka dalam kaca mata ekonomi, tingkat kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut dikatakan semakin baik. Meskipun PDRB per kapita sedikit berbeda dengan pendapatan per kapita, namun kedua indikator ini tidak jauh berbeda, apalagi untuk daerah-daerah dengan struktur ekonomi yang tidak kompleks dan sektor pertanian masih menjadi sektor dominan. Berdasarkan Gambar 2.5, maka terlihat bahwa PDRB per kapita kabupaten/kota di Provinsi Aceh dengan migas memiliki selisih yang cukup besar, PDRB per kapita tertinggi lebih dari 3 kali lipat dari PDRB per kapita terendah. Hanya 9 kabupaten/kota yang memiliki PDRB per kapita di atas rata-rata Provinsi Aceh, yaitu: Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Utara, Nagan Raya, Bener Meriah, Banda Aceh, Sabang, dan Lhokseumawe. Di sisi lain, ada 15 kabupaten/kota dengan PDRB per kapita di bawah ratarata provinsi Aceh. PDRB per kapita dengan migas jika digunakan untuk mengukur kesejahteraan tentunya agak kurang tepat, karena besarnya jarak baik dalam hal pendapatan maupun produktivitas tenaga kerjanya dari lapangan usaha-lapangan usaha lainnya. Kabupaten/kota yang memiliki migas tentunya akan memiliki PDRB per kapita jauh di atas rata-rata seperti yang terlihat pada gambar 2.5. Akan lebih tepat, jika kita membandingkan PDRB per kapita dengan mengeluarkan peranan sektor migas. Secara rata-rata, PDRB per kapita Provinsi Aceh pada tahun 2015 dengan mengeluarkan migas adalah sebesar 24,87 juta rupiah per orang per tahun. Kota Banda Aceh merupakan daerah dengan PDRB per kapita 26

39 18,72 15,81 18,92 17,90 19,30 19,07 30,02 30,08 26,32 23,07 23,68 21,10 23,69 19,20 17,57 17,18 23,19 26,09 23,58 31,82 37,42 34,36 58,90 BAB II tertinggi baik dengan maupun tanpa migas, yaitu sebesar 58,90 juta rupiah diikuti oleh Kota Lhokseumawe sebesar 41,49 juta rupiah dengan migas dan Kabupaten Nagan Raya jika tanpa migas, sebesar 37,42 juta rupiah per tahun. PDRB per kapita tanpa migas Kota Lhokseumawe berada di urutan ketiga sebesar 34,36 juta rupiah per tahun. Grafik 2.8 PDRB Per Kapita Nonmigas Menurut Kabupaten/Kota, 2015 (Juta Rupiah) 24,87 Kab/Kota Provinsi Aceh Kabupaten Singkil, Kota Subulussalam, dan Kabupaten Pidie Jaya merupakan 3 daerah dengan PDRB per kapita terendah, masing-masing sebesar 15,81 juta rupiah, 17,18 juta rupiah, dan 17,57 juta rupiah per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata tingkat kesejahteraan penduduk secara umum di ketiga daerah ini merupakan yang terburuk di Provinsi Aceh. 27

40 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA 2.6. KETIMPANGAN EKONOMI ANTARDAERAH ertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Kota Banda Aceh sebagai ibukota provinsi ternyata jauh meninggalkan kabupaten/kota lainnya. Dalam hal pembangunan ekonomi harus diakui bahwa Subulussalam, Simeulue, dan Aceh Singkil masih tertinggal dari daerah lain. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan yang nyata antarkabupaten/kota di Aceh. Untuk mengukur sejauh mana ketimpangan yang terjadi ada indikator sederhana yang dapat dipakai, yaitu Indeks Williamson. Indeks williamson digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan PDRB per kapita di suatu wilayah atau negara. Semakin tinggi indeksnya berarti semakin timpang PDRB per kapitanya, demikian sebaliknya. Berdasarkan hasil penghitungan indeks Williamson, didapatkan nilai indeks pada tahun 2015 dari PDRB per kapita dengan migas adalah sebesar 0,370 sedangkan tanpa migas sebesar 0,367. Artinya ketimpangan PDRB per kapita antarkabupaten/kota di Aceh masih cukup parah, meskipun masih lebih baik dari ketimpangan antarprovinsi di Indonesia yang sekitar 0,8. Grafik 2.9 Indeks Williamson Provinsi Aceh, ,450 0,434 0,424 0,409 0,388 0,367 0,386 0,379 0,372 0,370 0,365 0, Dengan Migas Tanpa Migas 28

41 BAB II Dalam perkembangannnya selama lima tahun terakhir, terlihat bahwa ketimpangan antardaerah dengan memasukkan migas semakin mengecil, sejalan dengan semakin mengecilnya peranan migas dalam perekonomian Aceh. Mengecilnya peranan migas membuat daerah-daerah penghasil migas mengalami penurunan dalam kinerja perekonomiannya sehingga menurunkan ketimpangan. Demikian juga ketimpangan PDRB per kapita tanpa migas semakin membaik selama 5 tahun terakhir, kecuali di tahun 2015 yang sedikit melebar dari 0,365 di tahun 2014 menjadi 0,370 di tahun Hal ini dapat diartikan bahwa secara umum kabupaten/kota yang PDRB per kapitanya rendah mulai mengejar ketertinggalannya meskipun tidak secepat yang diharapkan. Supaya hal ini tidak semakin parah, maka perlu dilakukan prioritas ulang pembangunan, terutama daerah-daerah yang relatif rendah PDRB per kapitanya seperti Aceh Singkil, Pidie Jaya, dan Subulussalam TIPOLOGI DAERAH eknik Tipologi Klassen (Analisis Tipologi) dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Teknik ini menggunakan dua jenis indikator utama dalam mengklasifikasikan daerah yaitu rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pendapatan per kapita daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu daerah maju dan berkembang, daerah berkembang, daerah maju tertekan, dan daerah relatif tertinggal. Analisis ini sangat bermanfaat untuk menentukan prioritas pembangunan kabupaten/kota. 29

42 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA Berdasarkan hasil analisis tipologi daerah terhadap rata-rata PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun terakhir, terlihat bahwa ada 7 kabupaten/kota yang dapat dikategorikan sebagai daerah yang relatif maju dan berkembang, yaitu Banda Aceh, Nagan Raya, Aceh Tengah, Sabang, Aceh Besar, Aceh Barat, dan Bener Meriah. Lhokseumawe dan Aceh Utara yang merupakan daerah penghasil migas dengan PDRB per kapita di atas rata-rata, ternyata pertumbuhan ekonominya rendah, atau merupakan daerah yang maju tertekan. Kabupaten Aceh Timur yang juga merupakan daerah penghasil migas ternyata masuk kategori daerah tertinggal karena PDRB per kapita dan pertumbuhanan ekonominya rendah. Grafik 2.10 Tipologi Kabupaten/Kota Menurut PDRB Per Kapita (Juta Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi (persen),

43 BAB II Sementara itu, 13 kabupaten lainnya termasuk ke dalam kategori daerah berkembang, atau daerah yang meskipun PDRB per kapitanya di bawah rata-rata, namun pertumbuhannya di atas rata-rata. Daerah yang berkembang diharapkan sedikit demi sedikit mampu mengejar ketertinggalan dari segi ekonomi dengan catatan daerah tersebut mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata. Grafik 2.11 Tipologi Kabupaten/Kota Menurut PDRB Per Kapita Nonmigas (Juta Rupiah) dan Pertumbuhan Ekonomi Nonmigas (persen), 2015 Dengan mengeluarkan sektor migas, maka terdapat sedikit perbedaan dalam pengelompokan berdasarkan tipologi daerah. Ada 4 kabupaten/kota yang masuk kategori maju dan berkembang, yaitu: banda 31

44 TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA Aceh, Lhokseumawe, Aceh Tengah, dan Bener Meriah. Empat kabupaten/kota termasuk dalam daerah yang maju tertekan, yaitu: Sabang, Aceh Besar, Nagan Raya, dan Aceh Barat. Sebanyak 7 kabupaten/kota termasuk dalam daerah berkembang (PDRB per kapita relatif rendah namun pertumbuhan ekonomi relatif tinggi), yaitu: Aceh Utara, Langsa, Aceh Selatan, Simeulue, Aceh Timur, Subulussalam, dan Aceh Tenggara. Sedangkan 7 kabupaten selebihnya termasuk daerah yang relatif tertinggal. Suatu daerah tidak cukup hanya memiliki PDRB per kapita yang tinggi, namun juga perlu menjaga laju pertumbuhan ekonominya agar di masa mendatang tidak akan menjadi daerah yang tertinggal. Kabupaten/kota yang memiliki PDRB per kapita rendah tentunya harus lebih diprioritaskan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar mampu mengejar kabupaten/kota yang PDRB per kapitanya telah tinggi. 32

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK KATA PENGANTAR PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB SUT INDONESIA 2010 IMPLEMENTASI SNA 2008 HASIL PENGHITUNGAN TANTANGAN PENYEMPURNAAN PDB KATA PENGANTAR Selama sepuluh tahun terakhir, banyak

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB SUT INDONESIA 2010 IMPLEMENTASI SNA 2008 HASIL PENGHITUNGAN TANTANGAN PENYEMPURNAAN PDB PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB BERBASIS SNA 2008 PERUBAHAN TAHUN DASAR

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008 H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 I. PENTINGNYA PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB 1. Latar Belakang 2. Manfaat 3. Implikasi

Lebih terperinci

Highlight PDRB Kota Magelang Tahun

Highlight PDRB Kota Magelang Tahun Highlight PDRB Kota Magelang Tahun 2015 1 DAFTAR ISI i iii v vi vii viii x 1 1 2 3 7 9 10 12 15 16 17 18 19 26 Halaman judul Sambutan Walikota Magelang Kata Pengantar Kepala Kantor Penelitian pengembangan

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh BAPPEDA Aceh - Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh TINJAUAN PEREKONOMIAN MENURUT LAPANGAN USAHA PROVINSI ACEH TAHUN 2011-2015 Banda Aceh, 2016 x + 86 halaman 17,6 x 25 cm Tinjauan Perekonomian Menurut

Lebih terperinci

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu II. METODOLOGI 2.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2005-2008 Nomor Katalog BPS : 9205.11.18 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vii + 64 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 25/05/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program-program

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha) 2006 2009 Nomor Katalog BPS : 9302008.1118 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 20 cm x 27 cm : vi + 60 Lembar Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 63/11/Th.IX, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 6,43 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2014

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

M E T A D A T A INFORMASI DASAR M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Statistik Departemen Statistik : Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, Penyerapan Tenaga Kerja, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Aceh 5.1.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, dan Penyerapan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT PUSAT STATISTIK STATISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN No. 01/11/1215/Thn.2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Humbang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 No. 01/08/12.77/Th.XVII, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2016 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN DAIRI No. 01/10/1210/Th. IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi tahun 2015, diukur berdasarkan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 11/02/16/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN TUMBUH 4,50 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014 No. /2/1/Th.XVI, 5 Februari 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2 berbasis SNA 28 EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,62 PERSEN Perekonomian Riau tahun

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 EKONOMI ACEH TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 40/08/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 2,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Triwulan IV Tahun 2013 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Triwulan IV Tahun 2013

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan nasional, karena pembangunan nasional di Indonesia dilakukan agar mampu menciptakan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 11/2/16/Th.XIX, 6 Februari 217 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 TUMBUH 5,3 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL ANALISIS... viii. DAFTAR TABEL LAMPIRAN... ix. DAFTAR TABEL POKOK PDRB...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL ANALISIS... viii. DAFTAR TABEL LAMPIRAN... ix. DAFTAR TABEL POKOK PDRB... Daftar Isi DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL ANALISIS... viii DAFTAR TABEL LAMPIRAN... ix DAFTAR TABEL POKOK PDRB...x DAFTAR GRAFIK... xi PENJELASAN TEKNIS... xii BAB I

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 24/05/91 Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,50 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,51 x 21,59 cm : xvi + 115 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kabupaten Murung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat November 2017 No. 67/11//76/Th.XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan III-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/08/31/75/Th.VII, 10 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2016 tumbuh 4,65 persen. Pada tahun 2016, besaran Produk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Aceh Triwulan III-2017 No. 51/11/Th. XX, 6 November 2017 PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 DENGAN MIGAS NAIK 4,78 PERSEN, TANPA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No.34/05/52/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 1,21 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 52/08/52/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI KONTRAKSI 1,96 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2015 No. 45/08/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2015 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 7,39 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 No. 28/05/36/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2015 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 No. 16/2/Th.XXI, Februari 218 BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Ekonomi Indonesia Triwulan IV-217 Tumbuh,19 Persen Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015 No. 26/5/14/Th.XVI, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 EKONOMI RIAU TRIWULAN I-215 MENGALAMI KONTRAKSI,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-214 Perekonomian Riau yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 64/11/13/Th.XVIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III- TUMBUH 4,71 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/07/1272/Th.X, 5 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 13/02/71/Th. X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2015 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 5/5/Th.XVIII, 5 Mei 5 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-5 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-5 TUMBUH,7 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Indonesia yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci