PERAN MATRIX METALLOPROTEINASE (MMPs) PADA PEMATANGAN SERVIKS DALAM KASUS PERSALINAN PRETERM
|
|
- Hartanti Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERAN MATRIX METALLOPROTEINASE (MMPs) PADA PEMATANGAN SERVIKS DALAM KASUS PERSALINAN PRETERM Pemberi Materi : Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) TJOKORDA GDE AGUNG SUWARDEWA NIM PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2 PERAN MATRIX METALLOPROTEINASE (MMPs) PADA PEMATANGAN SERVIKS DALAM KASUS PERSALINAN PRETERM Tjokorda Gde Agung Suwardewa Pendahuluan Persalinan sebenarnya merupakan proses alamiah yang dialami oleh setiap wanita hamil. Dari pandangan tradisional, persalinan selalu didahului oleh adanya kontraksi uterus yang teratur diikuti oleh dilatasi serviks uteri dan pecahnya membran janin. Pada tahun-tahun belakangan ini sering timbul pertanyaan, yang mana lebih dahulu terjadi, kontraksi uterus atau perlunakan dan pemendekan serviks uteri? Normalnya persalinan terjadi setelah kehamilan aterm, yaitu pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih. Yang menjadi masalah bila persalinan terjadi pada kehamilan preterm ( <37 minggu), yang mana akan sering terjadi peningkatan morbiditas dan mortalitas anak yang dilahirkan. Perbedaan fundamental antara persalinan aterm dan persalinan preterm dihasilkan dari perbedaan aktivasi masing-masing common pathway, yang mana pada persalinan aterm, terjadi aktivasi fisiologis, sedangkan pada persalinan preterm terjadi aktivasi patologis. Common pathway of parturition artinya setiap kejadian klinis, perubahan biokimiawi, perubahan anatomi, imunologi dan endokrinologi yang terjadi baik pada ibu maupun janinnya pada persalinnan aterm atau persalinan preterm (Romero, 2009). 1
3 Perubahan-perubahan klinis yang terjadi pada komponen uterus dalam common pathway tersebut antara lain, kontraksi myometrium, pematangan serviks, dan pecahnya membran janin. Pada persalinan preterm ketiga komponen ini harus terjadi secara sinkron. Ada kalanya ketiga hal di atas terjadi tidak sinkron, misalnya hanya kontraksi myometrium saja yang disebut premature contraction, bila hanya membran yang pecah disebut premature rupture of the membrane, sedangkan bila hanya terjadi dilatasi serviks disebut incompetent cervix (Romero, 2009). Persalinan sebenarnya adalah suatu sindrom yang terdiri dari, kontraksi myometrium, dilatasi serviks uteri, dan pecahnya selaput janin. Mekanisme yang sebenarnya belum diketahui secara pasti, hal mana lebih dahulu terjadi. Faktanya bahwa pada saat induksi persalinan dengan drip oksitosin sedangkan serviks uteri belum matang, maka persalinan tidak terjadi. Tetapi apabila dilakukan pematangan serviks dengan berbagai jenis prostaglandin terlebih dahulu, maka secara automatis akan diikuti oleh kontraksi ufgerus. Diasumsikan bahwa persalinan dimulai dari pematangan servik, diikuti oleh kontraksi myometrium dan pecahnya selaput janin. Paper ini akan menyoroti lebih mendalam tentang komponen serviks dan bagaimana mekanisme pematangan terjadi. Struktur Serviks Serviks uteri terdiri dari jaringan ikat kolagen dan substansi dasar yang berkaitan, yang jumlahnya kira-kira 80% pada berat kering, dan sebagian kecil adalah serat otot polos (15%). Kolagen yang terkandung di servis uteri 2
4 kebanyakan adalah kolagen tipe I dan III. Seperti serat kolagen di tampat lain, kolagen ini juga tidak bersifat elastis, dan ini bagus untuk mempertahankan beban secara pasif. Kolagen ini secara ketat melingkari kanalis servikalis dengan diameter kecil berbentuk melengkung (Harold, 2006). Elemen utama dari stroma serviks adalah jaringan ikat matrix extracellular. Matrix extracellular tersebut dibentuk oleh kolagen tipe 1 (66%) dan tipe III (33%), dengan sedikit jumlah kolagen tipe IV membran basal. Seratserat kolagen tersebut terikat bersama di dalam gulungan yang padat yang membuat serviks menjadi kokoh pada saat tidak hamil dan pada awal kehamilan. Sejumlah kecil elastin, juga ada di dalam serviks. Di samping kolagen membuat serviks kaku, maka elastin bertanggung jawab terhadap kekenyalan serviks, yang mana ini bisa membuat serviks mampu menutup kembali setelah peralinan sehingga bentuknya kembali seperti sebelum hamil. Kolagen yang tertanam dalam substansi dasar terdiri dari kompleks proteoglikan dengan berat molekul besar yang berisi bermacam glikoaminoglikan (GAGs). Ada beberapa glikosaminoglikan yang berbeda sebagai Heparin dan Heparan sulfat, dan Dermatan dan Chondroitin sulfat. Dalam jaringan serviks, GAGs terbanyak adalah Chondroitin dan epimernya yaitu Dermatan sulfat. Seperti pembentukan substansi dasar jaringan, proteoglikan menginvestasi serat kolagen dengan protein intinya membentuk kolagen. Hubungan di antara GAG side-chains dan serat kolagen adalah sangat penting dalam orientasi kolagen untuk memberikan kekuatan serviks secara mekanik. Afinitas mengikat dari GAG terhadap kolagen meningkat dengan meningkatnya rantai panjang dan densitas muatan. Asam hyaluronat 3
5 berikatan paling kuat dengan molekul GAG dan akan menyebabkan serat kolagen menjadi tidak stabil. Glikosaminoglikan seperti Dermatan sulfat, yang mengandung iduronik, sebagai lawan asam Glukoronat, berikatan kuat dan membuat jaringan stabil. Perubahan komposisi proteoglikan/gag bisa merubah ikatan kolagen dan mempermudah pecahnya kolagen (Norman and Geer, 2005). Komponen seluler terbesar dari jaringan ikat serviks adalah fibroblast. Sel ini tampaknya bertanggung jawab terhadap pembentukan kolagen dan substansi dasarnya. Di samping jaringan ikat fibrous, badan serviks juga mengandung sejumlah otot polos, biasanya kira-kira 10% dengan variasi 2% sampai 40%. Peran fungsional dari otot polos ini masih kontroversi walaupun otot polos bisa berkontraksi secara spontan ataupun di bawah pengaruh obat. Peraan jaringan ikat pada serviks lebih bermanfaat bila dibandingkan dengan otot polos (Norman and Geer, 2005). Remodeling Serviks Uteri Selama kehamilan dan persalinan, serviks uteri mengalami perubahanperubahan baik bentuk maupun susunanannya seperti perlunakan, pemendekan, dan dilatasi, kemudian mengalami pemulihan kembali kebentuk semula setelah melahirkan. Studi dengan menggunakan ultrasonografi menunjukkan bahwa pemendekan serviks sudah terjadi sebelum uterus berkontraksi secara signifikan baik pada persalinan aterm maupun preterm (Romero, 2009). Oleh karena itu, sangat penting untuk dipahami mekanisme regulasi terhadap remodeling serviks pada kasus servikal insufisiensi dan kejadian persalinan preterm. 4
6 Remodeling serviks berbasis sel dan molekuler pada kehamilan dan persalinan sangat tergantung kepada regulasi komponen matriks ekstraseluler. Perlunakan serviks terjadi sejak kehamilan awal, yang mana kekenyalan dan kekuatan serviks dipertahankan oleh sintesis dan pertumbuhan kolagen. Pematangan serviks ditandai oleh menurunnya konsentrasi kolagen dan terjadi dispersi serat kolagen. Belakangan ini pematangan serviks dikaitkan dengan peran glikosaminoglikan seperti decorin dan hyaluronan yang menyebabkan jaringan serviks menjadi sembab dan serat kolagen menjadi pecah-pecah(romero,2009). Dilatasi serviks adalah fenomena keradangan yang mana terjadi sebukan macrofag, neutrofil, dan degradasi matriks ekstrasesuler. Kemokin seperti Interleukin 8 (IL-8) dan S100A9 menarik sel-sel radang, yang pada gilirannya akan mengeluarkan sitokin inflamasi seperti IL-1β dan Tumor Necrosis Factor α (TNF-α), yang bisa mengativasi nuclear factor (NF)-кB signaling pathway. NFкB bisa memblokir kerja reseptor progesteron (pemberian anti progestin/progesteron akan menyebabkan pematangan serviks). Perubahan-Perubahan Struktur Pada Serviks Selama Kehamilan Serviks uteri mengandung kolagen tipe I dan tipe III, yang mana mengalami perubahan selama kehamilan. Celah antara bundel kolagen sudah mengalami perenggangan sejak kehamilan 8-14 minggu. Walaupun serat kolagen serviks secara total meningkat saat aterm, sebenarnya konsentrasi kolagen menurun antara 30%-50% dibandingkan dengan kolagen serviks saat sebelum hamil. Hal ini karena komponen-komponen serviks selain kolagen mengalami peningkatan lebih banyak secara relatif, dan di samping itu ukuran serat kolagen 5
7 juga mengecil (Norman J and Geer I, 2005). Penurunan jumlah kolagen juga terjadi karena dispersi serat kolagen yang disebabkan oleh perubahan ikatan silang dan peningkatan hidrasi substansi dasarnya, juga karena degradasi serat kolagen itu sendiri oleh kolagenase dan elastase yang dihasilkaan oleh makrofag atau mungkin juga oleh fibroblast (Harold, 2006). Beberapa mekanisme sudah bisa menjelaskan mengapa komposisi kolagen berubah, terutama oleh karena terjadi peningkatan enzim yang bisa mendegradasi kolagen dan atau perubahan komposisi proteoglikan pada substansi dasar. Pemecahan kolagen ini sebagai akibat kerja enzim litik separti collagenase (matrix metalloproteinase (MMP)-1, MMP-8, MMP-13, yang dihasilkan oleh fibroblast dan leukocyte; dan leukocyte elastase yang dihasilkan oleh makrofag, neurtrofil, dan eusinofil. Studi dengan Radiolabel menunjukkan bahwa degradasi kolagen bukan karena peran fibroblast serviks, tetapi terutama terjadi oleh karena migrasi neutrofil dari pembuluh darah. Neutrofil mengahasilkan elastase dan collagenase (MMP-8) (Norman J and Geer I, 2005). Elastase memecah kolagen dengan aksinya pada telopeptide non-helical domains. Elastase bisa mendegradasi tidak saja elastin dan kolagen, tetapi juga proteoglikans, dan mereka bekerja secara sinergis dengan kolagenase untuk memecah kolagen. Kandungan kolagen servik menurun selama kehamilan, sedangkan aktivitas leukocyte elastase dan collagenase malah meningkat (Norman J and Geer I, 2005). 6
8 Mediator Keradangan Yang Mempengaruhi Pematangan Serviks Pematangan cerviks adalah terjadinya perlunakan serviks, penipisan dan dilatasi yang bisa dideteksi pada pemeriksaan vaginal toucher. Perubahanperubahan ini terjadi karena terjadi perubahan susunan biokimia jaringan serviks dan meliputi penurunan konsentrasi kolagen, meningkatnya jumlah kandungn air, dan perubahan komposisi proteoglikan/gag. Salah satu perubahan yang penting pada pematangan serviks adalah terjadinya penataan ulang dan mereposisi kembali serat kolagen. Proses pematangan serviks ini sesuai dengan reaksi keradangan dan infiltrasi jaringn serviks oleh sel-sel radang (Norman J and Geer I, 2005).. Gambar 2. Mediator keradangan yang mempengaruhi pematangan serviks Proses pematangan serviks pada dasarnya adalah proses keradangan fisiologis yang ditandai oleh akumulasi neutrofil dan makrofag di stroma serviks. Leukosit ini diperkirakan mempunyai peran menyebabkan pecahnya dan pembentukan kembali jaringan serviks melalui pengeluaran Matrix Metalloproteinase (MMPs), prostaglandin, molekul-molekul sel adhesi, dan nitric oxide. Sel-sel leukosit dan sel lainnya yang ada dalam serviks mengeluarkan 7
9 sitokin pro-imflamatory seperti IL-1, IL-6, dan IL-8, yang juga dapat berkontribusi untuk proses tersebut, paling tidak untuk mempromosikan invasi leukosit lebih lanjut. Interleukin 8 (IL-8) adalah sebuah sitokin inflamasi yang mampu menghasilkan kemotaksis neutrofil selektif (selective chemotaxis neutrophil) dan aktivasinya. Sitokin ini bisa dihasilkan oleh fibroblast pada serviks manusia, dan bisa merangsang pematangan serviks baik pada kelinci hamil maupun tidak. Interleukin 8 bekerja secara sinergis dengan prostaglandin E2 (PGE-2) dalam promosi pematangan serviks. Peningkatan IL-8 selama pematangan serviks berkaitan dengan meningkatnya infiltrasi leukosit dan konsentrasi MMPs pada jaringan ini. Sitokin-sitokin lain seperti IL-1 dan TNF, sudah dibuktikan bisa menimbulkan pematangan serviks pada percobaan-percobaan binatang. Sitokinsitokin ini mempengaruhi produksi MMPs dan Tissue Inhibitors of Matrix Metalloproteinase (TIMPs) oleh sel-sel fibroblast dan otot polos serviks manusia (Norman and Geer, 2005). Peran Matrix Metalloproteinase pada Pematangan Serviks Uteri Seperti sudah disebutkan di atas, bahwa pematangan serviks uteri meliputi perlunakan, penipisan, dan dilatasi, yang mana mekanismenya belum diketahui dengan jelas. Pematangan serviks tersebut disamakan dengan reaksi keradangan dengan edem jaringan dan infiltrasi sel-sel inflamasi yang melibatkan mediatormediator seperti prostaglandin, sitokin, dan factor-faktor permiabilitas vaskuler (vascular permeability factors) (Harold, 2006). Pada fase laten, puncak 8
10 konsentrasi asam hyaluronat bisa ditampilkan. Peningkatan konsentrasi asam hyaluronat akan merangsang sintesa IL-8 oleh berbagai populasi leukosit dan peningkatan sintesa IL-6 akan merangsang produksi prostaglandin dan leukotriene yang selanjutnya merangsang dilatasi pembuluh darah serviks sehingga terjadi ekstravasasi leukosit. Degranulasi sel-sel ini diprakarsai oleh IL-8. Degranulasi ini akan melepaskan protease yang menyebabkan jaringan serat kolagen menjadi tidak stabil. Reaksi tambahan dari protease ini bisa menimbulkan kerusakan jaringan yang hebat, tetapi kejadian ini sangat singkat dan masih dikontrol oleh meningkatnya konsentrasi Tissue Inhibitors yang ada di segmen bawah rahim setelah persalinan(harold, 2006). Kolagenase yang berperan di serviks uteri salah satunya adalah kolagenase neutrofil (MMP-8 atau kolagenase tipe 2). Peningkatan jumlah MMP-8 ini dirangsang oleh mediator-mediator pro-inflamasi atau faktor-faktor mikrobial. Pada studi sebelumnya (Leena, 2009), menyebutkan bahwa pematangan servik dikaitkan dengan peningkatan produksi sitokin ( TNFα dan β, IL-1 dan IL-8) pada serviks dan segmen bawah uterus. Peningkatan sitokin-sitokin ini merangsang ekspresi molekul adhesive oleh endotel. Peningkatan perlekatan endothelium menimbulkan ektravasasi neutrofil ke dalam stroma serviks uteri. Karena peran IL-8 yang konsentrasinya tinggi pada serviks, maka neutrofil didegranulasi di mana efek selanjutnya adalah meningkatnya konsentrasi MMP-8 di serviks dan segmen bawah uterus. Matrix Metalloproteinase 8 (MMP-8 atau kolagenase 2) ini akan mendegranulasi kolagen pada serviks dan segmen bawah uterus. Rusaknya 9
11 jaringan kolagen diservik akan menimbulkan perlunakan dari serviks sebagai penyangga kehamilan (Harold, 2006; Leena, 2009) Gambar 3. Peran Matrix Metalloproteinase 8 (MMP-8) dan Sitokin-sitokin lainnya pada pematangan serviks uteri dalam persalinan preterm. Penutup Dari uraian di atas dapat ditarik suatu rangkuman bahwa secara fisiologis, serviks uteri mengalami remodeling selama kehamilan dan persalinan. Baik pada persalinan aterm ataupun persalinan preterm, prosesnya tidak jauh berbeda, cuma mekanisme yang mendasari berbeda, yang manapada persalinan aterm melalui mekanisme fisiologis sedangkan pada persalinan preterm melalui mekanisme patologis. 10
12 Infeksi dan keradangan sangat berperan pada persalinan preterm, dengan melibatkan bebagai mediator seperti lekosit (terutama neutrofil), fibroblast, makrofag, berbagai jenis sitokin, dan protease. Protease yang menonjol perannya dalam persalinan preterm terutama untuk terjadinya pematangan serviks adalah Matrix Metalloproteinase (MMPs), yang mana fungsinya mendegadasi kolagen. Kolagen adalah jaringan matrix ekstraseleluler yang fungsinya membuat serviks uteri kuat dan kenyal, sehingga bisa mempertahankan hasil konsepsi sampai aterm. 11
13 Daftar Pustaka Harold Gee (2006). Mechanics, Biochemistry and Pharmacology of Cervix and Labour. In Joseph A and Singer A. The Cervix. Blackwell Publishing Ltd. ISBN: ; Leena R.., Rutanen EM, Kallio LU., Nuutila M., Neiminen P., Sorsa T., Paavonen J (2009). Factors Affecting Matrix Metalloprorteinase-8 Level in the Vaginal and Cervical fluid in the first and second trimester of Pregnancy. Human Reproduction, vol. 24, no 11 pp Norman J and Geer I (2005). Cervical Ripening. In Preterm Labour, Managing Risk in Clinical Practice. Cambridge University Press; Romero R., Lockwood CJ (2009). Pathogenesis of Spontaneous Preterm Labor. In Creasy RK, Resnik R, Iams JD, Lockwood CJ, Moore TR. Maternal-Fetal Medicine Principles and Practice, 6ed;
Tugas Biologi Reproduksi
Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm / prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dengan ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena berkaitan dengan penyulit atau komplikasi yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan kurang bulan merupakan masalah di bidang obstetrik dan perinatologi karena berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuh puluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur kehamilan 20
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum terjadinya persalinan. KPD merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan. Ketuban pecah dini preterm (KPDP) adalah pecahnya ketuban
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ketuban pecah dini (KPD) merujuk pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37 minggu dan mengalami pecah ketuban sebelum dimulainya proses persalinan. Ketuban pecah dini preterm
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Induksi Persalinan a. Pengertian Induksi persalinan adalah suatu upaya atau intervensi yang dilakukan untuk memulai persalinan pada saat sebelum atau sesudah
Lebih terperinciProses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan
Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Terdiri dari beberapa proses seperti: 1. Perubahan anatomis dan fisiologis miometrium Pertama, terjadi pemendekan otot polos miometrium
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR ELASTASE KANALIS SERVIKALIS ANTARA KEHAMILAN DENGAN ANCAMAN PERSALINAN PRETERM DAN KEHAMILAN NORMAL
PERBEDAAN KADAR ELASTASE KANALIS SERVIKALIS ANTARA KEHAMILAN DENGAN ANCAMAN PERSALINAN PRETERM DAN KEHAMILAN NORMAL Jusuf Sulaeman Effendi Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,
Lebih terperinciFAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS
FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat. menghasilkan gerakan pada sendi. Tendon memiliki kekuatan yang lebih besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tendon merupakan salah satu bagian dari sistem muskulotendinous yang memiliki fungsi utama memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma
3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciPEMATANGAN CERVIX (CERVICAL RIPENING) PADA PERSALINAN PRETERM: PERAN INTERLEUKIN-8. Dr. dr. I B G Fajar Manuaba, SpOG, MARS
PEMATANGAN CERVIX (CERVICAL RIPENING) PADA PERSALINAN PRETERM: PERAN INTERLEUKIN-8 Dr. dr. I B G Fajar Manuaba, SpOG, MARS BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2012 1 2 BAB
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika adalah suatu peradangan pada kulit yang didasari oleh reaksi alergi/reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu. negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/ kelahiran hidup.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu adalah jumlah kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. mmhg dan Tekanan darah diastolik mmhg), sedang (Tekanan darah
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan a. Definisi Gangguan hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik >140mmHg dan tekanan
Lebih terperinciBAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, prevalensi penyakit periodontal
Lebih terperinciPADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA
Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) MENURUNKAN ESKPRESI IL-1β MELALUI PENGHAMBATAN EKSPRESI SELULER NF-Kβ PADA PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA Rattus Novergicus ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,
Lebih terperinciPatofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang
KETUBAN PECAH DINI Pengertian Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,
Lebih terperinciJST Kesehatan, Juli 2017, Vol. 7 No. 3 : ISSN
JST Kesehatan, Juli 2017, Vol. 7 No. 3 : 299 304 ISSN 2252-5416 PERBANDINGAN KADAR INTERLEUKIN-1β (IL-1β) SERUM PADA PERSALINAN PRETERM DAN ATERM Comparison Levels of Interleukin-1β (IL-1β) Serum on Preterm
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan prematur diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran serviks yang diikuti turunnya bayi pada usia kehamilan kurang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global
Lebih terperinciProses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)
Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) yang terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of theories, penelitian telah begitu banyak dilakukan namun angka kejadian Preeklampsia-eklampsia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Trauma pembedahan menyebabkan perubahan hemodinamik, metabolisme, dan respon imun pada periode pasca operasi. Seperti respon fisiologis pada umumnya, respon
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) telah dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan jumlah pasien yang terus meningkat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Periodontitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob gram negatif pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi. 4,7,18 Penyakit periodontal
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. penyakit akibat pajanan debu tersebut antara lain asma, rhinitis alergi dan penyakit paru
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajanan debu kayu yang lama dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem pernafasan, pengaruh pajanan debu ini sering diabaikan sehingga dapat menimbulkan berbagai
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM PADA PERSALINAN PRETERM DAN PERSALINAN ATERM. dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, SpOG (K)
PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM PADA PERSALINAN PRETERM DAN PERSALINAN ATERM dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, SpOG (K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA RSUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan
Lebih terperinciDr. dr. Mintareja Teguh, Sp.OG(K)
PERBEDAAN KADAR SERUM MATRIX METALLOPROTEINASE-9 PADA PERSALINAN PRETERM DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN PRETERM YANG TIDAK INPARTU Dr. dr. Mintareja Teguh, Sp.OG(K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penuaan atau aging menjadi salah satu masalah pada setiap orang, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia menengah atas. Paparan sinar matahari, polusi udara
Lebih terperinciMigrasi Lekosit dan Inflamasi
Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa
Lebih terperinciMEKANISME INFLAMASI DAN INFEKSI PADA PERSALINAN PRETERM
MEKANISME INFLAMASI DAN INFEKSI PADA PERSALINAN PRETERM Tjokorda Gde Agung Suwardewa Pendahuluan Persalinan preterm masih merupakan masalah Obstetri, khususnya dibidang kedokteran fetomaternal. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciKADAR INTERLEUKIN-8 SERUM IBU PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH SPONTAN DAN KETUBAN TIDAK PECAH
KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM IBU PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH SPONTAN DAN KETUBAN TIDAK PECAH Dr. dr. I B G Fajar Manuaba, SpOG, MARS BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. sempurna jika tubuh mampu mengeliminasi penyebabnya, tetapi jika tubuh tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Inflamasi merupakan respon fisiologis tubuh terhadap iritasi maupun stimuli yang mengubah homeostasis jaringan. Inflamasi akut dapat mengalami pemulihan sempurna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik atau buruknya pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara atau daerah ialah kematian maternal (maternal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan
BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian (Stirban et al., 2012). Merokok telah menjadi gaya hidup tidak sehat hampir di seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Persalinan 1.1 Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur dengan cara menggerakkan gigi geligi tersebut ke tempat yang ideal. Pergerakan gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi
Lebih terperinciPersalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Persalinan Preterm Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan preterm adalah perubahan serviks dan disertai kontraksi uterus yang teratur sebanyak 4 kali dalam 20
Lebih terperinciserta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dalam masa kehamilan, tentunya tidak lepas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dari hasil penelitian wiryawan permadi (2006) di RS Hasan Sadikin
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
Lebih terperinciMISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN PADA KEHAMILAN ATERM
MISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN PADA KEHAMILAN ATERM Gede Angga Permana AW, Putera Kemara, I Wayan Megadhana Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesakitan, infertilitas dan nyeri perut. Pengetahuan tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adhesi intraabdomen setelah operasi menyebabkan timbulnya beberapa hal seperti kesakitan, infertilitas dan nyeri perut. Pengetahuan tentang pathogenesis terjadinya
Lebih terperinciGASTROPATI HIPERTENSI PORTAL
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Peningkatan Agregasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul memiliki prevalensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya adalah untuk melokalisir dan merusak agen perusak serta memulihkan jaringan menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller. Kesulitan diagnosis dini pada
Lebih terperinciPersalinan adalah Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta
Persalinan adalah Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu Persalinan normal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu golongan penyakit ditandai dengan adanya pembelahan sel yang berlangsung secara tidak terkendali serta berkaitan dengan kemampuan sel sel dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian tanaman obat dikalangan masyarakat saat ini sudah menimbulkan masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian tanaman obat dikalangan masyarakat saat ini sudah menimbulkan masalah dalam bidang kesehatan karena pemakaian tanaman tersebut tanpa mempertimbangkan dosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditutupi sisik tebal berwarna putih. Psoriasis sangat mengganggu kualitas hidup
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit inflamasi kronis pada kulit dengan penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema batas tegas ditutupi
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), indikator kesejahteraan suatu bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin tinggi angka tersebut,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
HUBUNGAN ANTARA POST KURETASE DENGAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Diajukan oleh: Endang Setyorini
Lebih terperinciPENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Preeklampsia adalah penyakit spesifik pada kehamilan didefinisikan adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini dapat dijumpai 5-8
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
33 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian a. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Data hasil penelitian didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Seseorang yang telah lama merokok mempunyai prevalensi tinggi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan penurunan kadar HsCRP dan tekanan darah antara pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gigi dan mulut termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran, karena PJT dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas neonatal. Selain
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma
Lebih terperinciMEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO
MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinci