MEKANISME INFLAMASI DAN INFEKSI PADA PERSALINAN PRETERM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEKANISME INFLAMASI DAN INFEKSI PADA PERSALINAN PRETERM"

Transkripsi

1 MEKANISME INFLAMASI DAN INFEKSI PADA PERSALINAN PRETERM Tjokorda Gde Agung Suwardewa Pendahuluan Persalinan preterm masih merupakan masalah Obstetri, khususnya dibidang kedokteran fetomaternal. Hal ini berhubungan dengan angka kejadian persalinan preterm masih tinggi, bervariasi dan cenderung meningkat. Selain itu, persalinan preterm terkait dengan stres psikis ibu dan keluarga, mahalnya pembiayaan perawatan bayi preterm, dan risiko terjadinya efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Efek samping jangka pendek dapat berupa cara persalinan, risiko asfiksia neonatorum, perdarahan intrakranial, dan kematian perinatal. Efek jangka panjang antara lain gangguan pertumbuhan fisik, kecerdasan, psikologik. Bahkan, preterm merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal Pada dasarnya, mekanisme yang mengawali persalinan preterm tersebut belum diketahui pasti. Persalinan preterm tersebut merupakan suatu sindroma yang mungkin berhubungan dengan infeksi, perdarahan dan iskemik uterus, overdistensi uterus, kelainan pada serviks, reaksi alograf abnormal, fenomena alergi, dan gangguan endokrin. Faktor-faktor tersebut dihubungkan dengan rangkaian gejala klinik yang mengakibatkan sinkronisasi adanya kontraksi miometrium, robekan selaput janin pada korion dan amnion, dan pematangan serviks (Romero, 2009). 1

2 Di RSUP Sanglah Denpasar, Abdi (2011), melaporkan tentang penelitian kasus-kontrol, bahwa terdapat perbedaan bermakna infeksi multibakterial di vagina pada ibu hamil preterm dibanding dengan aterm. Selain infeksi vagina, infeksi di tempat lain dapat pula menjalar ke kavum uteri melalui berbagai mekanisme yaitu hematogen, limfogen, dan perkontinuitatum. Bahkan infeksi periodontal juga dikaitkan dengan meningkatnya risiko persalinan preterm (Iam, 2002). Kajian Pustaka Onset dan kemajuan proses persalinan ditandai oleh peristiwa yang kompleks serta melibatkan faktor maternal, janin dan plasenta, seperti: prostaglandin (PG), kortisol, progesteron dan oksitosin. Produk ini akan berinteraksi dengan sitokin dalam memberi isyarat untuk dimulai atau dihentikannya suatu proses persalinan (Splichal, 2001.,Tomblom, 2005.,Schlembach,. 2009). Selama kehamilan uterus dijaga ketenangannya. Mendekati onset persalian terjadi perubahan yaitu kontraksi uterus yang terkoordinir dan dilatasi serviks yang diikuti dengan partus. Persalinan preterm lebih menunjukkan sebagai suatu sindrom karena penyebabnya yang bervariasi dan menunjukan adanya ketidaksinkronan pada mekanisme yang bertanggung jawab untuk mempertahankan ketenangan uterus seperti: peran dari enzim 15-Prostaglandin Dehidrogenase (PGDH) yang dihasilkan oleh jaringan korionik dan trofoblas yang dapat mendegradasi Prostaglandin E 2 (PGE 2 ) yang diproduksi oleh amnion, 2

3 sehingga mencegah prostaglandin mencapai miometrium dan meniadakan kontraksi. Infeksi kronis menyebabkan penurunan aktivitas enzim ini diikuti dengan peningkatan kuantitatif dari PG sehingga terjadilah kontraksi uterus (Hole,2001.,Tomblon,2005). Sepertiga kejadian persalian preterm berkaitan dengan infeksi intra uterin, dimana dengan amniosintesis didapatkan mikroorganisme patogen 20% (Tomblon,2005). Gambar 1. Tempat Potensial Infeksi Bakteri Intra Uteri (Romero, 2002) Pada awalnya mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, harus melewati mekanisme sistem kekebalan alami (innate immune system). Epitel permukaan seperti kulit dan mukosa merupakan jaringan penahan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dipermudah oleh adanya kerusakan jaringan penahan (barrier) tadi. Rusaknya 3

4 jaringn penahan itu bisa disebabkan oleh proses patologis dan fisiologis seperti saat menstruasi. Kuman atau mikroorganisme ini masuk ke dalam jaringan di bawah endometrium melalui saat menstruasi tersebut, jauh sebelum terjadi kehamilan. Namun beberapa ahli menyebutkan mikroorganisme bia masuk melalui epitel yang utuh (Abbas, 2010). Masuknya mikroorganisme ke dalam kavum uteri sehingga menyebabkan infeksi koriodesidua, melalui beberapa cara (Romero, 2002): 1. Jalur ascenden dari vagina dan serviks 2. Secara hematogen melalui plasenta (transplacental infection) 3. Penetrasi langsung dari rongga peritoneum melalui tuba fallopi 4. Akibat trauma saat melakukan suatu pemeriksaan yang invasif, seperti: amniosintesis, percutaneous fetal blood sampling, chorionic villous sampling/shunting. Cara yang paling sering untuk menyebabkan infeksi intra uteri adalah melalui jalur ascenden (menjalar dari vagina ke cavum uteri). Jalur ini diperkirakan mempunyai empat tahapan, yaitu (Romero,2002): Tahap I: Adanya perubahan flora bakteri di vagina/serviks atau adanya organisme patologis (seperti: N. gonorrhea) pada serviks. Adanya vaginosis bakterialis dapat menunjukan awal dari tahap I. Tahap II: Saat bakteri mampu mendapatkan akses ke intrauteri, mereka dapat menyebakan desiduitis, korioamnionitis, koriovaskulitis. 4

5 Tahap III: Jika invasi dari infeksi dapat mencapai rongga amnion. Pecahnya membran korioamnion bukan prasyarat terjadinya infeksi intra amnion karena bakteri mampu melintasi membran yang intak. Tahap IV: Saat berada di rongga amnion bakteri bisa mendapatkan akses ke janin melalui port de entre yang beragam. Aspirasi cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan kongenital pneumonia dan bila memasuki aliran darah janin dapat mengakibatkan bakterimia pada janin dan sepsis. Invasi bakteri ke dalam koriodesidua (kolonisasi bakteri koriodesidual) akan melepaskan produk-produknya, seperti: endotoksin dan eksotoksin serta mengaktifkan sistem monosit-makrofag pada host (janin/ibu) yang kemudian melepaskan sejumlah sitokin seperti Tumor Necrotic Factors- (TNF- ), IL-1, IL-6, dan IL-8. Sitokin, endotoksin dan eksotoksin menstimulasi biosintesis PGF2- dan PGE2 di desidua atau amnion dan melepaskannya. Puncak dari sintesis ini adalah pelepasan metaloprotease dan unsur-unsur bioaktif lainnya. Prostaglandin menstimulasi kontraksi uterus meningkatan metaloprotease pada selaput korioamnion sehingga menimbulkan pecahnya selaput korioamnion dan pada serviks merubah jaringan kolagen pada serviks menjadi lebih lunak (Romero,2002., Tomblon,2005). 5

6 Koloni bakteri koriodesidua (Endotoksin dan Eksotoksin) Respon Tubuh Janin Respon Ibu Janin Khorioamnion dan Plasenta Desidua CRH PG Dehidrogenasi (Kronis) Sitokin (IL-6) & Kemokin Produksi Kortisol Adrenal PG Neutrofil infiltrasi Metalloprotease Kontraksi Miometrium Khorioamnion menipis dan ruptur Pematangan servikss Serviks Persalinan Preterm Gambar 2. Jalur Potensial Koloni Bakteri Koriodesidua (Romero, 2002). 6

7 Infeksi yang melibatkan janin mengakibatkan peningkatan aktifitas dari poros hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) janin dan plasenta dalam memproduksi corticotropin releasing hormone (CRH) yang mengakibatkan sekresi kortikotropin janin meningkat. Sekresi kortikotropin yang meningkat mengakibatkan aktifitas adrenal janin meningkat dalam mensekresi kortisol. Peningkatan kortisol akan meningkatkan produksi PG dan sitokin (Bowen, 2002., Romero, 2002). Aktivasi dari Poros Hipotalamus Ibu Janin Janin Ibu stress Onset persalinan yang dini/prematur Inflamasi Infeksi : - Khoriodesidua - Sistemik Perdarahan Desidua Abruption Distensi Uterus yang Patologis Kehamilan multifetal Polihidramnion Abnormalitas uterus Mediator Biokemia CRH E E TNF IL-1 Thrombi n Mechanical stretch Gap junction IL-6 Reseptor oksitoksin Korion Sintesis PG + + Proteas Uteroton Jalur umum Perubahan Serviks Ruptur selaput Khorioamnion Persalina Kontraksi Gambar 3. Jalur Patogenesis Utama dari Persalinan Preterm (Bowen, 2002) 7

8 Onset persalinan merupakan determinan yang penting dalam keluaran perinatal. Pada umur kehamilan 36 sampai 38 minggu, miometrium sudah mulai tahap persiapan untuk proses persalinan dan serviks mulai tahap awal proses perubahan strukturnya (remodeling). Fase persalinan dibagi empat tahapan yaitu fase satu (quiescence), fase dua aktivasi, fase tiga stimulasi, dan fase empat fase involusi. Fase satu (quiescence), ditandai dengan proses pemeliharaan integritas dari struktur serviks dimana otot polos uterus menjadi tidak responsif terhadap stimulus. Tahap pertama dari proses ini ditandai dengan peningkatan daya regang jaringan oleh karena peningkatan vaskular, hipertrofi stroma, hipertrofi dan hiperplasia glandular serta perubahan pada matriks ekstraseluler sehingga serviks menjadi lebih lunak (cervical softening). Fase aktivasi ditandai oleh miometrium yang mengalami aktivasi. Kemungkinan penyebabnya adalah adanya protein yang mengontrol kontraktilitas yang disebut Contraction-assosiated Proteins (CAPs) yang meliputi reseptor oksitosin, reseptor PGF dan connexin 43. Pada saat inisiasi kontraksi, maka serviks mengalami modifikasi yang melibatkan perubahan pada jaringan ikatnya yang dikenal dengan istilah pematangan serviks (cervical ripening). Perubahan dari proses perlunakan (softening) menjadi proses pematangan serviks berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum onset dari kontraksi uterus. Selama perubahan ini, proteoglikan dan glikosaminoglikan dalam matriks mengalami perubahan (Splichal, 2001.,Dubicke,2009) 8

9 Pematangan Serviks Komponen penting dari persalinan adalah terjadinya pematangan serviks yang disertai pula dengan invasi stroma oleh sel inflamasi. Hal ini mencetuskan hipotesa bahwa proses pematangan serviks merupakan suatu proses inflamasi dimana terdapat kemoatatraktan yang memasukkan sel inflamasi ke dalam serviks (Bowen, 2002., Tomblon, 2005., Dubicke, 2009). Proses persalinan melibatkan tiga proses fisiologis yang terpisah yaitu proses perubahan (remodelling) dari serviks yang disertai proses pematangan dan dilatasi serviks, melemahnya dan pecahnya selaput ketuban, dan inisiasi dari kontraksi yang ritmis disertai peningkatan amplitudo dan frekuensinya. Proses perubahan dari serviks dibagi dalam empat fase yang saling tumpang tindih yaitu: pelembutan, pematangan, dilatasi dan pemulihan serviks postpartum (Bowen,2002., Dubicke, 2009., Radulovic, 2009). 9

10 Gambar 4. Ostium Uteri Internum Sebagai Tempat Dimulainya Pematangan Serviks (Dubicke,2009) Proses pematangan serviks ditandai dengan perubahan konsistensi, pendataran dan dilatasi serviks. Proses ini dievaluasi dengan skor Bishop. Proses ini dibagi ke dalam dua fase. Fase pertama adalah fase lambat (slow ripening) atau tahap persiapan di mana terjadi perubahan gradual dari kadar kolagen dan berlangsung mulai 32 minggu, atau paling awal pada usia minggu kehamilan. Fase kedua adalah fase cepat (rapid ripening) yang terjadi sesaat sebelum onset persalinan. Pematangan serviks melibatkan perubahan besar pada jaringan ikat di serviks. Selama fase lambat terjadi penurunan jumlah kolagen sampai 30% dan proteoglikan sampai 50%. Proses akhir dari pematangan serviks 10

11 adalah melembut dan dilatasi dari serviks. Mekanisme yang terlibat dalam proses pematangan serviks ini belum sepenuhnya diketahui (Dubicke, 2009., Radulovic, 2009., Schlembach 2009). Gambar 5. Peran Maternal, Fetal dan Plasenta dalam Proses Persalinan pada Kehamilan Aterm (Dubicke, 2010). Pematangan serviks behubungan dengan berkurangnya jumlah serat kolagen dan kadar kolagen serta penurunan daya regang dari matriks ekstraseluler serviks. Terjadi penurunan kadar decorin (dermatan sulfat proteoglikan 2) yang menyebabkan separasi dari serat kolagen sehingga kedua proses ini mengakibatkan perlunakan serviks. Matriks ekstraseluler serviks mengandung sekitar 85% dan serat otot hanya 6-10%. Matriks ekstraseluler serviks 11

12 mengandung komponen fibriler, proteoglikan, hyaluronan, dan glikoprotein. Komponen fibriler terdiri dari kolagen dan elastin. Pada serviks, kolagen menempati jumlah terbanyak yaitu 80% di mana didominasi oleh kolagen tipe I dan tipe III. Ikatan kolagen akan membentuk kekakuan dari serviks dan dengan cepat mengalami perubahan oleh pengaruh enzim kolagenase. Kolagen yang terdapat dalam serviks terutama kolagen tipe I, III dan IV. Kolagen tipe I dan III merupakan komponen jaringan ikat utama, sedangkan yang tipe IV berhubungan dengan otot polos dan vaskuler. Ikatan kolagen akan membentuk kekakuan servik dan cepat mengalami perubahan oleh pengaruh enzim kolagenase. Bertambahnya umur kehamilan mengakibatkan serat kolagen, otot polos dan fibroblas tersusun dengan rapat yang bertujuan meningkatkan kekuatan atau daya regang jaringan sehubungan dengan bertambahnya berat janin (Dubicke, 2009., Radulovic, 2009., Schlembach 2009). Perlunakan serviks merupakan akibat dari pencernaan kolagen serviks serta peningkatan kandungan air sehingga bagian atas serviks yaitu ostium uteri internum (OUI) bergerak ke lateral sehingga sulit dibedakan dengan segmen bawah rahim. Hal ini menandakan bahwa OUI merupakan tempat dimana proses pematangan serviks menjadi maksimal. Pematangan serviks menyebabkan penurunan jumlah kolagen, perubahan konsentrasi proteoglikan, penurunan konsentrasi decorin dan peningkatan kadar kondroitin sulfat proteoglikan vercican, sedikit sulfat proteoglikan biglikan dan sulfat proteoglikan heparan. Versican dapat menarik air dan berikatan dengan hyaluronan mengakibatkan disintergrasi dari ikatan kolagen dan perubahan struktur fisiknya sehingga 12

13 menghasilkan jaringan lunak dan elastis yang nantinya akan diikuti dengan proses dilatasi serviks (Dubicke, 2009., Schlembach, 2009). Gambar 6. Matriks Ekstraseluler Pada Serviks (Dubicke, 2009) Interaksi hormonal yang ditandai dengan peningkatan kadar enzim Cyclooxygenase (COX)2 menyebabkan prostaglandin E2 (PGE2) lokal di serviks meningkat, mengakibatkan (Dubicke, 2009., Schlembach 2009): - Dilatasi pembuluh darah kecil di serviks - Peningkatan degradasi kolagen - Peningkatan asam hyaluronidase - Peningkatan kemotaksis leukosit yang mengakibatkan degradasi kolagen - Peningkatan pelepasan IL-8. 13

14 Pada persalinan preterm terjadi pula penurunan progesteron dengan mekanisme yang belum jelas. Progesteron yang menurun menyebabkan aktivasi Macrophage-like decidua cell dan sumsum tulang mengeluarkan makrofag. Makrofag IL-1, asam arakhidonat, PGE2 dan PGF2 serta platelet activating factor (PAF). Sel desidua yang telah aktif akan memproduksi makrofag dan macrophage-like decidua cells yang melepaskan PAF, IL-1, macrofag colony stimulating factor (mcsf) dan TNF. Interleukin-1 dan TNF mempengaruhi desidua untuk memproduksi prostaglandin, terutama PGE2 dan PGF2. Prostaglandin F2 bekerja pada miometrium dalam pembentukan cell-to-cell gap junction dan reseptor oksitosin sehingga depolarisasi akan menjalar pada miometrium yang mengakibatkan peningkatan ion kalsium intra selular. Kalsium berikatan dengan kalmodulin mengaktifkan myosin like chain kinase pada aktin dan miosin menyebabkan pemendekan serabut miometrium dan kontraksi. Prostaglandin E2 dan mcsf mempengaruhi sel darah putih dan fibroblas di serviks menyebabkan sintesis dan pelepasan kolagenase. Kolagenase akan memecah jaringan kolagen serviks sehingga jumlah kolagen menurun, dan terjadi proses pelunakan atau pematangan serviks (Dubicke, 2009., Dubicke, 2010., Schlembach 2009). 14

15 Gambar 7. Proses Pematangan Servikss (Dubicke, 2009). Peran Inflamasi Pada Pematangan Servikss Sitokin Sebagai Mediator Inflamasi Sitokin merupakan protein dengan berat molekul rendah, 25 kilo Dalton (kda) yang diproduksi oleh leukosit yang dapat bekerja sebagai autokrin, parakrin maupun endokrin. Kemokin merupakan bagian dari sitokin yang memiliki sifat kemoatraktan. Kemokin yang merangsang reseptor tertentu pada sel untuk bermigrasi ke sumber kemokin. Sitokin mempengaruhi konsentrasi plasma protein, memediasi respon imun terhadap infeksi, meregulasi produksi PG. Dalam persalinan sitokin berperan dalam 3 proses yaitu pematangan servikss, merangsang selaput ketuban menjadi lebih lemah sampai pecah dan meningkatkan kontraksi miometrium. Interleukin merupakan molekul yang memediasi komunikasi antar leukosit (Bowen, 2002., Romero, 2002., Dubicke, 2010) 15

16 Sistem imun menggunakan sitokin untuk berkomunikasi. Sistem imun dibagi dua yaitu spesifik (adaptive) dan non spesifik (innate) respon. Sistem imun non spesifik tidak memerlukan aktivasi sebelumnya dan merupakan mekanisme pertahanan pertama melawan patogen. Yang termasuk di dalamnya antara lain Natural Killer Cell (NK sel), monosit/makropag, sel dendrit dan granulosit (sel mast, netrofil, dan eosinofil). Sel-sel ini mengenali mikroorganisme melalui Pattern Recognition Receptors (PRRs) yang akan berkaitan dengan permukaan mikroorganisme dan berespon cepat terhadap fagosotosis dan eradikasi sel yang terinfeksi. Pattern Recognititon Receptors dapat berupa C Ractive Protein (CRP) atau berikatan dengan Toll Like Receptors (TLRs) pada membran atau intracellular like Nod1 dan Nod2. Setelah sistem imun non spesifik teraktivasi, maka akan disekresi sitokin dan kemokin yang menginisiasi respon inflamasi dan memfasilitasi destruksi partikel fagositosis. Sel-sel ini pertama kali akan berada di tempat trauma/inflamasi dan melepaskan sitokin serta melepaskan signal ke sistem imun spesifik dengan melepaskan Antigen Presenting Cells (APC) pada permukaan selnya melalui Major Histocompability Complex (MHC) II (Dubicke,2010., Nold et all, 2012). Sistem imun spesifik terdiri dari limfosit B dan limfosit T yang akan mengenali epitope dari patogen secara spesifik. Limfosit B berperan dalam respon terhadap ekstraseluler patogen dengan mensekresi antibodi. Limfosit T mengalami maturasi di timus dibagi menjadi 2 yaitu T Helper cell (Th sel) yang mengekspresikan CD 4 dan T Cytotoxic Cell (Tc sel) yang mengekspresikan CD 8. T helper Cell berfungsi merangsang proliferasi dan diferensiasi limfosit B serta 16

17 menghancurkan patogen intraseluler dengan membunuh sel yang terinfeksi dan mengaktivasi makrofag. T Helper Cell terdiri dari 4 jenis yaitu Th-1, Th-2, Th-17 dan Induced Regulatory (itreg) cells. Limfosit Th-1 memproduksi IL-1, IL-2, IL- 12, IL-15, IL-18, Interferon (IFN) γ, TNF ά dan respon imun melawan patogen intraseluler. Fungsi utama Th-1 adalah mekanisme pertahanan sitotoksik yang dimediasi fagosit melawan infeksi mikroba intraseluler. Limfosit Th-2 merupakan sumber dari IL-4, IL-5, IL-8, IL-10, IL-13 dan Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF). Fungsi Th-2 selain sebagai respon dari sel plasma juga merupakan respon imun yang dimediasi oleh immunoglobulin (Ig)E dan eosinofil/sel mast. Mereka memediasi pertahanan host terhadap parasit ekstraseluler (Dubicke,2010., Nold et all, 2012). Kehamilan normal merupakan fenomena Th-2 dimana limfosit Th-1 dipercaya merusak hasil kehamilan. Walaupun respon Th-1 menimbulkan abortus spontan maupun kegagalan konsepsi lainnya tapi Th-1 mendominasi pada saat periode perikonsepsi. Sitokin proinflamasi ditemukan meningkat pada persalinan preterm, sedangkan sitokin anti-inflamatori ditemukan menurun. Beberapa interleukin (IL) yang telah diketahui berperan dalam persalinan preterm adalah sebagai berikut (Bowen, 2002., Tomblon, 2005., Dubicke,2010, Nold et all, 2012): Interleukin 1 Merupakan interleukin yang pertama diidentifikasi. Terdiri dari 2 cdna koding. Diproduksi oleh selaput ketuban, miometrium dan servikss. Interleukin 1 17

18 menstimuli produksi IL-8 dari fibroblast, merangsang produksi pro Matrix Metallo Proteinase (MMP) 1 dan pro MMP 3 pada fibroblast servikss. Interleukin 8 Interleukin 8 diproduksi oleh endometrium, koriodesidua, miometrium dan servikss wanita hamil maupun tidak hamil. In terleukin 8 merupakan kemoatraktan dan aktivator neutrofil pada fibroblast servikss. Interleukin 8 merangsang eksudasi plasma dan infiltrasi masif neutrofil dari endotel vaskular ke servikss dan mengaktivasi pelepasan kolagenase (MMP-8). Dexametason dan progesterone menghambat pelepasan IL-8. Peran Inflamasi Pada Pematangan Servikss Perubahan struktur serviks saat persalinan ditandai dengan penurunan konsentrasi kolagen, berkurangnya matriks dan peningkatan kandungan air yang menandakan bahwa jaringan serviks memberikan tahanan yang rendah. Selama uterus berkontraksi, jaringan serviks mengalami proses penipisan dan dilatasi. Pada saat pematangan serviks terjadi proses disosiasi dan degradasi kolagen yang mengakibatkan perubahan struktur kolagen selama periode ini. Perubahan katalitik dari kolagen ini dimediasi oleh enzim kolagenase (MMP) di mana MMP- 1 mendegradasi kolagin tipe I daniii, sedangkan MMP-8 mendegradasi kolagen tipe I (Senstrom et all, 2000., Nold et all, 2012). Pematangan servikss merupakan proses biokimia dan inflamssi yang ditandai dengan influk neutrofil, leukosit, dan makrofag yang diatur oleh sitokin. 18

19 Inflamasi mengakibagtkan perlunakan servikss akibat degradasi matriks ekstraseluler, disrupsi ikatan kolagen dan fibril, perubahan proteoglikan dan peningkatan cairan ekstraseluler yang meningkatkan produksi hyaluronan (Senstrom et all, 2000). Kolagenase yang terpenting adalah MMP-8 yang dilepaskan dari granula neutrofil yang spesifik dibandingkan dengan yang disintesa oleh stroma fibroblas serviks. Terjadi infiltrasi neutrofil ke dalam stroma serviks saat inpartu dan mengakibatkan proses degranulasi. Interleukin-8 merupakan suatu kemokin yang berefungsi untuk mengikat dan mengaktifkan neutrofil. Proses ekstravasasi neutrofil terjadi dengan cara proses adesi dan diapedesis melalui endotel pembuluh darah. Hal ini akan diikuti dengan proses aktivasi neutrofil oleh Interleukin proinflamatori. Akumulasi neutrofil ini biasanya paling banyak ditemukan di sekitar vena. Penelitian yang dilakukan pada babi dan kelinci mendapatkan bahwa pemberian interleukin proinflamatori seperti IL-8 pada serviks ternyata dapat merangsang pematangan serviks (Vogel, 2007., Nold, 2012). Interleukin proinflamatori merupakan kemokin yang dihasilkan oleh makrofag dan tipe sel lainnya seperti sel epitel dan sel endotel. Fungsi utamanya adalah untuk induksi proses kemotaksis pada target sel yaitu neutrofil. Ekspresi interleukin pro inflamatori meningkat sesuai dengan pertambahan usia kehamilan dan pada saat inpartu dan berperan dalam pematangan serviks. Interleukin 8 sebagai salah satu interleukin pro inflamatori berperan dalam mediasi infiltrasi sitokin inflamasi ke dalam miometrium selama inpartu. Kadar IL-8 meningkat 19

20 enam kali lipat bila dibandingkan dengan keadaan serviks ibu yang tidak hamil. Selain itu kadarnya meningkat sampai 11 kali lipat pada ibu hamil yang menjalani proses persalinan pervaginam terutama persalinan preterm dan bertanggung jawab atas pelepasan neutrofil pada selaput ketuban dan plasenta selama terjadi infeksi intrauterine (Vogel, 2007., Nold, 2012). Gambar 8. Peranan Sitokin Proinflamasi (Dubicke 2010). Kadar IL-8 pada serviks ibu hamil yang mengalami persalinan preterm adalah 6,7 ng/ml(vogel, 2007). Masuknya neutrofil ke dalam serviks telah dipostulasikan sebagai bagian integral dari onset persalinan, dimana kolagenase berperan dalam proses pematangan serviks yang dihasilkan dari neutrofil perifer dan jumlahnya meningkat selama proses ini. Peningkatan kadar interleukin proinflamatori sebelum onset persalinan dapat membantu proses masuknya neutrofil (recruitment) ke serviks. Interleukin-8 dan PGE2 bekerja secara sinergis dalam proses ini. Neutrofil diaktivasi oleh interleukin-8 dan mengakibatkan 20

21 pelepasan enzim litik yaitu kolagenase dan elastase. Kadar neutrofil dalam darah cukup tinggi yaitu 6x10 6 ml dengan produksi harian rata-rata perhari. Berdasarkan penelitian terakhir, didapatkan bahwa tingginya kadar IL-8 menggambarkan tingginya risiko persalinan preterm (RR 3,7 (1,1-12,1)) dan kadarnya lebih tinggi pada ibu hamil yang mengalami persalinan preterm dibandingkan dengan ibu hamil aterm yang belum mengalami proses persalinan (Dubicke, 2010). Daftar Pustaka: 1. Abbas A K., Lichman A H., Pillai S Immunity in Microbes in Cellular and Molecular Immunology, 6ed: Abdi, I.P.W., Suwardewa, T.G.A Vaginitis Multibakterial pada Ibu Hamil, meningkatkan risiko terjadinya persalinan preterm spontan. Thesis. Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bowen, JM, Chamley, L, Keelan, JA Cytocines of the Placenta and Extra Placental Membranes : Roles and Regulation during Human Pregnancy and Parturition. Placenta ;23: Dubicke, A Preterm and Term Cervical Ripening. Karolinska Institutet. Stockholm. 5. Dubicke, A, Fransson, E, Centini, G, et al Proinflammatory and Anti-inflammatory Cytokines in Human Preterm and Term Cervical Ripening. Journal of Reproductive Immunology; 84: Hole,2001. JW et al. Management of Preterm Labor. JAOA;101(2): Iam, JD Preterm Birth. In Gabbe, SG., Nieby, JR., Simson, JL. Ed. Obstetrics, Normal and Problem Pregnancies. 4 st ed. Churchill Livingstone

22 8. Nold, C, Anton, L, Brown, A Inflammation Promotes a Cytocine Respone and Disrups the Cervical Epithelial Barrier : a Possible Mechanism of Premature Cervical Remodeling and Preterm Birth. Am J Obstet Gynecol;206:208.e Radulovic, NV Clinical, Biochemical and Morphological Aspects of Cervical Ripening in the First Trimester. University of Gothenburg 10. Romero, R., Lockwood, CJ., Pathogenesis of Spontaneous Preterm Labor. In Creasy & Resnik s. Maternal-Fetal Medicine, 6 ed; Romero, RM et al Preterm Labor, Intrauterine Infection and the Fetal Inflamatory Response Syndrome. NeoReview;3: Schlembach, D, Mackay, L, Shi, L, et al Cervical Ripening and Insufficiency : From Biochemical and Molecular Studies to In Vivo Clinical Examination. European J Obstet Gynecol;144s:S Senstrom MB., Ekman G., Thorsson GW Human Cervical Ripening, an Inflammatory Process mediated by Cytokines. Molekular Human Reproduction; 6(4): Splichal, I, Trebichavsky, I Cytokines and Other Important Inflammatory Mediators in Gestation and Bacterial Intraamniotic Infections. Folia Microbiol;46(4): Tomblom, SA Mediators of Cervical Ripening in Preterm Birth: Experimental and Clinical Investigation. Karolinska Institutet. Stockholm 16. Vogel, I, Goepfert, AR, Thorsen, P et al Early Second Trimester Inflamatory Markers and Short Cervical Length and the Risk of Recurrent Preterm Birth. Journal of Reproductive Immunology;75:

PEMATANGAN CERVIX (CERVICAL RIPENING) PADA PERSALINAN PRETERM: PERAN INTERLEUKIN-8. Dr. dr. I B G Fajar Manuaba, SpOG, MARS

PEMATANGAN CERVIX (CERVICAL RIPENING) PADA PERSALINAN PRETERM: PERAN INTERLEUKIN-8. Dr. dr. I B G Fajar Manuaba, SpOG, MARS PEMATANGAN CERVIX (CERVICAL RIPENING) PADA PERSALINAN PRETERM: PERAN INTERLEUKIN-8 Dr. dr. I B G Fajar Manuaba, SpOG, MARS BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2012 1 2 BAB

Lebih terperinci

Tugas Biologi Reproduksi

Tugas Biologi Reproduksi Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan preterm secara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan kurang bulan merupakan masalah di bidang obstetrik dan perinatologi karena berhubungan dengan tingginya angka morbiditas dan mortalitas bayi. Tujuh puluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM PADA PERSALINAN PRETERM DAN PERSALINAN ATERM. dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, SpOG (K)

PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM PADA PERSALINAN PRETERM DAN PERSALINAN ATERM. dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, SpOG (K) PERBEDAAN KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM PADA PERSALINAN PRETERM DAN PERSALINAN ATERM dr. Tjokorda Gde Agung Suwardewa, SpOG (K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm / prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur kehamilan 20

Lebih terperinci

PERAN MATRIX METALLOPROTEINASE (MMPs) PADA PEMATANGAN SERVIKS DALAM KASUS PERSALINAN PRETERM

PERAN MATRIX METALLOPROTEINASE (MMPs) PADA PEMATANGAN SERVIKS DALAM KASUS PERSALINAN PRETERM PERAN MATRIX METALLOPROTEINASE (MMPs) PADA PEMATANGAN SERVIKS DALAM KASUS PERSALINAN PRETERM Pemberi Materi : Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) TJOKORDA GDE AGUNG SUWARDEWA NIM. 109027005 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum terjadinya persalinan. KPD merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Terdiri dari beberapa proses seperti: 1. Perubahan anatomis dan fisiologis miometrium Pertama, terjadi pemendekan otot polos miometrium

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai plak, kalkulus dan peradangan gingiva. Penyakit periodontal BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Periodontitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob gram negatif pada rongga mulut yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan pendukung gigi. 4,7,18 Penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dengan ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena berkaitan dengan penyulit atau komplikasi yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

JST Kesehatan, Juli 2017, Vol. 7 No. 3 : ISSN

JST Kesehatan, Juli 2017, Vol. 7 No. 3 : ISSN JST Kesehatan, Juli 2017, Vol. 7 No. 3 : 299 304 ISSN 2252-5416 PERBANDINGAN KADAR INTERLEUKIN-1β (IL-1β) SERUM PADA PERSALINAN PRETERM DAN ATERM Comparison Levels of Interleukin-1β (IL-1β) Serum on Preterm

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK

SEL SISTEM IMUN SPESIFIK SEL SISTEM IMUN SPESIFIK Diana Holidah Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Components of the Immune System Nonspecific Specific Humoral Cellular Humoral Cellular complement,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut

2 Sebutkan macam-macam klas sel limfosit dan apa fungsi dasar masingmasing limfosit tersebut TUGAS IMUNOLOGI DASAR TUGAS I : CELLS AND TISSUE IN THE IMMUNE SYSTEM 1 Sebutkan jaringan dan sel yang terlibat dalam system imun Jaringan yang terlibat dalam system imun adalah : a. Primer Bone Marrow

Lebih terperinci

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang KETUBAN PECAH DINI Pengertian Ketuban pecah dini atau yang sering disebut dengan KPD adalah ketuban pecah spontan tanpa diikuti tanda-tanda persalinan, ketuban pecah sebelum pembukaan 3 cm (primigravida)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. periodontal dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya kelahiran bayi prematur BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelahiran bayi prematur BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat dan merupakan penyebab utama kematian neonatal serta gangguan perkembangan saraf dalam

Lebih terperinci

7.2 CIRI UMUM SITOKIN

7.2 CIRI UMUM SITOKIN BAB 7 SITOKIN 7.1 PENDAHULUAN Defnisi: Sitokin adalah senyawa protein, dengan berat molekul kira-kira 8-80 kda, yang merupakan mediator larut fase efektor imun natural dan adaptif. Nama dari sitokin bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ketuban pecah dini (KPD) terjadi pada sekitar sepertiga dari kelahiran prematur dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang signifikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan. Ketuban pecah dini preterm (KPDP) adalah pecahnya ketuban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persalinan. Ketuban pecah dini preterm (KPDP) adalah pecahnya ketuban BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ketuban pecah dini (KPD) merujuk pada pasien dengan usia kehamilan diatas 37 minggu dan mengalami pecah ketuban sebelum dimulainya proses persalinan. Ketuban pecah dini preterm

Lebih terperinci

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS

FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

KAJIAN BIOMOLEKULAR PADA PERSALINAN PRETERM AKIBAT INFEKSI

KAJIAN BIOMOLEKULAR PADA PERSALINAN PRETERM AKIBAT INFEKSI KAJIAN BIOMOLEKULAR PADA PERSALINAN PRETERM AKIBAT INFEKSI dr. TjokordaGdeAgungSuwardewa, Sp.OG(K) BAGIAN /SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2014 i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER BAB 8 IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER 8.1. PENDAHULUAN Ada dua cabang imunitas perolehan (acquired immunity) yang mempunyai pendukung dan maksud yang berbeda, tetapi dengan tujuan umum yang sama, yaitu mengeliminasi

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

Migrasi Lekosit dan Inflamasi Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk

Lebih terperinci

Dr. dr. Mintareja Teguh, Sp.OG(K)

Dr. dr. Mintareja Teguh, Sp.OG(K) PERBEDAAN KADAR SERUM MATRIX METALLOPROTEINASE-9 PADA PERSALINAN PRETERM DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN PRETERM YANG TIDAK INPARTU Dr. dr. Mintareja Teguh, Sp.OG(K) BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab 3 besar kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi dalam kehamilan, syndrom preeklampsia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. mmhg dan Tekanan darah diastolik mmhg), sedang (Tekanan darah

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. mmhg dan Tekanan darah diastolik mmhg), sedang (Tekanan darah BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan a. Definisi Gangguan hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik >140mmHg dan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah atopik pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat alergi/hipersensitivitas

Lebih terperinci

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik

Tahapan Respon Sistem Imun Respon Imune Innate Respon Imunitas Spesifik Tahapan Respon Sistem Imun 1. Deteksi dan mengenali benda asing 2. Komunikasi dengan sel lain untuk merespon 3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon 4. Destruksi atau supresi penginvasi Respon Imune

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

KADAR PHOSPHORYLATED INSULIN GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 YANG TINGGI PADA SEKRET SERVIKS MENINGKATKAN RISIKO PERSALINAN PRETERM

KADAR PHOSPHORYLATED INSULIN GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 YANG TINGGI PADA SEKRET SERVIKS MENINGKATKAN RISIKO PERSALINAN PRETERM Laporan Penelitian KADAR PHOSPHORYLATED INSULIN GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 YANG TINGGI PADA SEKRET SERVIKS MENINGKATKAN RISIKO PERSALINAN PRETERM Brigitta Diana Suyono, Tjokorda Gde Agung Suwardewa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Induksi Persalinan a. Pengertian Induksi persalinan adalah suatu upaya atau intervensi yang dilakukan untuk memulai persalinan pada saat sebelum atau sesudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan prematur diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran serviks yang diikuti turunnya bayi pada usia kehamilan kurang dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, anaerob dan mikroaerofilik yang berkolonisasi di area subgingiva. Jaringan periodontal yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ketuban Pecah Dini 2.1.1 Definisi ketuban pecah dini preterm Ketuban Pecah Dini Preterm adalah pecahnya ketuban secara spontan sebelum saatnya persalinan dan terjadi saat usia

Lebih terperinci

KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM IBU PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH SPONTAN DAN KETUBAN TIDAK PECAH

KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM IBU PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH SPONTAN DAN KETUBAN TIDAK PECAH KADAR INTERLEUKIN-8 SERUM IBU PADA KEHAMILAN PRETERM DENGAN KETUBAN PECAH SPONTAN DAN KETUBAN TIDAK PECAH Dr. dr. I B G Fajar Manuaba, SpOG, MARS BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di. negara-negara maju maupun berkembang, telah banyak penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit jinak ginekologi yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli. Di negara-negara maju maupun berkembang,

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Persalinan Preterm Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan preterm adalah perubahan serviks dan disertai kontraksi uterus yang teratur sebanyak 4 kali dalam 20

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma) abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) diluar kavum uterus. Terutama pada

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Atopi dan uji tusuk kulit Atopi berasal dari bahasa Yunani yaitu atopos, yang memiliki arti tidak pada tempatnya dan sering digunakan untuk menggambarkan penyakit yang diperantarai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteriuria 2.1.1 Definisi Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam kultur/biakan urin dengan jumlah >10 5 /ml. 3 Terdapat 2 keadaan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) merupakan masalah penting dalam dunia kedokteran, karena PJT dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas neonatal. Selain

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Dasar-dasar Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo Departemen Mikrobiologi Kedokteran Fakultas Kedokteran Unair Pokok Bahasan Sejarah Imunologi Pendahuluan Imunologi Komponen Imunologi Respons Imun Imunogenetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyebab berat badan lahir yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum HIV/AIDS HIV merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV (AIDSinfo, 2012). HIV termasuk famili Retroviridae dan memiliki genome single stranded RNA. Sejauh ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada primipara atau 5 cm pada

Lebih terperinci

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung. KETUBAN PECAH DINI PRELABOR RUPTURE OF THE MEMBRANES (PROM) By: Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K) Definisi Diagnosis Manajemen Preterm & Term DEFINISI Ketuban Pecah Dini Preterm - < 37 minggu kehamilan(pprom)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama kehamilan, wanita dihadapkan pada berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, salah satunya adalah abortus. Abortus adalah kejadian berakhirnya kehamilan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklamsia adalah suatu sindroma penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan

Lebih terperinci

GRANULOCYTE COLONY STIMULATING FACTOR (G-CSF) SEBAGAI PREDIKTOR PERSALINAN PRETERM. dr. Iswara Somadina Duarsa, SpOG

GRANULOCYTE COLONY STIMULATING FACTOR (G-CSF) SEBAGAI PREDIKTOR PERSALINAN PRETERM. dr. Iswara Somadina Duarsa, SpOG GRANULOCYTE COLONY STIMULATING FACTOR (G-CSF) SEBAGAI PREDIKTOR PERSALINAN PRETERM dr. Iswara Somadina Duarsa, SpOG BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD/RSUP SANGLAH DENPASAR 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dalam masa kehamilan, tentunya tidak lepas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,

Lebih terperinci

Respon imun adaptif : Respon humoral

Respon imun adaptif : Respon humoral Respon imun adaptif : Respon humoral Respon humoral dimediasi oleh antibodi yang disekresikan oleh sel plasma 3 cara antibodi untuk memproteksi tubuh : Netralisasi Opsonisasi Aktivasi komplemen 1 Dua cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya (Candra et al., 2011).

Lebih terperinci

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI

SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI SINOPSIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI KAB BOJONEGORO TESIS OLEH INDRAYANTI PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan preterm sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius di bidang obstetri dan perinatologi. Hal ini karena kelahiran bayi preterm merupakan

Lebih terperinci

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si

PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS. Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS DAN RESPON IMUN TERHADAP INFEKSI VIRUS Dr. CUT ASMAUL HUSNA, M.Si PATOGENESIS INFEKSI VIRUS Port d entree Siklus replikasi virus Penyebaran virus didalam tubuh Respon sel terhadap infeksi Virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal.

BAB I. Pendahuluan. yang berasal dari implantasi endometriosis dan pertumbuhan jaringan. endometrium yang mencapai rongga peritoneal. BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian. Endometriosis merupakan penyakit yang timbul pada 10% wanita reproduktif dan memiliki gejala nyeri pelvis, dismenorea, dan infertilitas. 1 Endometriosis

Lebih terperinci

Imunisasi: Apa dan Mengapa?

Imunisasi: Apa dan Mengapa? Imunisasi: Apa dan Mengapa? dr. Nurcholid Umam K, M.Sc, Sp.A Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Jogjakarta Penyebab kematian pada anak di seluruh dunia Campak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci