OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL OIL (PKO)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL OIL (PKO)"

Transkripsi

1 OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL OIL (PKO) (Studi Kasus PKS Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV) SKRIPSI ROSELINA BR BAKARA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN ROSELINA BR BAKARA. Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) (Studi Kasus PKS Adolina PT Perkebunan Nusantara IV). (Dibawah bimbingan DWI RACHMINA). Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas dan merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor antara lain adalah kelapa sawit. Tingginya permintaan minyak kelapa sawit tercermin dari menigkatnya konsumsi minyak sawit dunia. Produksi minyak sawit pertumbuhannya dari tahun 2001 sampai 2008 mencapai 6,75 persen dan pertumbuhan konsumsi pada rentang tahun yang sama mencapai 6,93 persen. Persentase peningkatan pada kinerja ekspor CPO yang berkisar 4,13 persen hingga 14,58 persen ini mengindikasikan bahwa salah satu sumber penghasil devisa Indonesia berasal dari ekspor CPO ke Negara seperti India, China dan Uni Eropa. Unit Usaha Adolina merupakan salah satu unit usaha milik PTPPN IV yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Perkebunan Adolina memiliki luas areal tanam kelapa sawit sebesar 8.815,69 hektar dengan tanaman produktif seluas hektar dan pabrik kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas produksi 30 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam. Bahan baku TBS merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan industri PPKS. Pabrik pengolahan sering mengalami kekurangan bahan baku dalam memenuhi kapasitas produksi untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. Saat ini produksi kebun Adolina hanya mampu memasok TBS sebesar 32 persen dari kapasitas pabrik kelapa sawit (PKS). Oleh sebab itu perlu dilakukan kegiatan optimalisasi pengadaan TBS untuk mencapai keuntungan optimal PKS Adolina dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki. Penelitiaan ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis tingkat produksi CPO dan PKO yang memberikan keuntungan maksimal dengan pemanfaatan sumberdaya yang terbatas dan mengidentifikasi tingkat pengadaan optimal TBS dalam memproduksi CPO dan PKO di PKS Adolina untuk mencapai keuntungan maksimum. Sumberdaya yang menjadi kendala adalah kapasitas maksimal pabrik, ketersediaan TBS pembelian, kuota batasan pembelian, ketersediaan tenaga kerja, dan kendala transfer. Kendala pembatas dalam penelitian ini adalah ketersediaan tenaga kerja dan kendala Transfer. Metode penelitian yang digunakan adalah linear programming dengan a nalisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas dan analisis post optimal. Hasil optimalisasi keadaan aktual menyatakan bahwa keuntungan aktual masih belum tercapai, keuntungan saat ini hanya sebesar 72 persen dari keuntungan optimal. Pada keadaan ini masih terdapat sumberdayasumberdaya yang mengalami kelebihan sehingga mengakibatkan pemborosan seperti, kapasitas pabrik yang digunakan hanya rata-rata mencapai 68 persen, kelebihan pasokan TBS pembelian sebesar , dan batasan kuota pembelian sebesar kilogram setiap bulannya. ii

3 Pasokan bahan baku dari pembelian merupakan salah satu sumberdaya yang berlebih dan mengakibatkan pemborosan bagi PKS Adolina. Maka untuk memaksimalkan keuntungan dilakukan analisis post optimal dengan dua scenario. Penentuan scenario dilihat dari keadaan aktual perusahaan dan kelabihan dan kekurangan sumberdaya yang terdapat diperusahaan. Skenario satu yaitu pengurangan pasokan pembelian sebesar 44,8 persen dan di ikuti dengan peningkatan pasokan kebun Adolina sebesar 22 persen akan meningkatkan keuntungan optimal sebesar 0,55 persen dari keuntungan aktual PKS Adolina pada tahun Peningkatan keuntungan optimal yang dapat diperoleh sebesar Rp Skenario dua yaitu peningkatan jumlah ketersediaan tenaga kerja langsung sebesar 10 persen mampu meningkatkan keuntungan optimal sebesar 0,39 persen yaitu senilai Rp iii

4 OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL OIL (PKO) (Studi Kasus PKS Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV) ROSELINA BR BAKARA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iv

5 Judul Skripsi : Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) (Studi Kasus PKS Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV) Nama : Roselina Br Bakara NIM : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Dwi Rachmina, MS NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institute Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) (Studi Kasus PKS Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dituliskan dalam teks dan dicantumkan daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Roselina Br Bakara H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Aek Raso pada tanggal 04 Desember Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak N. Bakara dan Ibunda R. Nainggolan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Aek Raso pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP R.K Bintang Timur Rantau Prapat. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 3 Rantau Utara diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Program Diploma III Agribisnis melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Agribisnis. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) (Studi Kasus PKS Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengadaan bahan baku optimal yang dibutuhkan pabrik kelapa sawit (PKS) Adolina untuk memperoleh keuntungan optimal serta mengetahui alternatife skenario pengadaan bahan baku yang optimal untuk menghasilkan keuntungan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki Unit Usaha Adolina. Bogor, Oktober 2011 Roselina Br Bakara viii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada kolokium dan atas semua masukan dan arahan untuk memperbaiki skripsi ini. 3. Amzul Rifin, PhD dan Suprehatin, SP, MAB atas kesediaannya menjadi dosen penguji dan atas semua masukan dan arahan untuk memperbaiki skripsi ini. 4. Keluargaku yang ku sayangi, Irawati, Thamrin, Alfri, Yosua juga keponakanku Arumy dan special untuk Ayahku N. Bakara dan Mamaku R. Nainggolan tercinta atas semua dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. 5. Segenap pimpinan dan karyawan Unit Usaha Adolina PTPN IV atas kerjasamanya selama penelian berlangsung. 6. Siti Rahmawati, Nanda Pramudya, Junita Hutabarat, Eva Christy dan Iman Satra atas persahabatan dan dukungan yang diberikan selama kuliah. 7. Seluruh keluarga besar Ekstensi Agribisnis angkatan VII Institut Pertanian Bogor atas kerjasamanya dan dukungan selama kuliah dan selama penelitian. Bogor, Oktober 2011 Roselina Br Bakara ix

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Industri Kelapa Sawit Indonesia Sistem Pengadaan Bahan Baku Model Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku... 9 III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Fungsi Produksi Pengadaan Bahan Baku Optimalisasi Program Linear Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Penentuan Variabel Keputusan Fungsi Tujuan Penentuan Fungsi Kendala Analisis Primal Analisis Dual Analisis Sensitivitas Analisis Post Optimal Asumsi-Asumsi V. GAMBARAN UMUM PKS ADOLINA Profil Perusahaan Sejarah Singkat Perusahaan Ruang Lingkup Bidang Usaha Lokasi Perusahaan Daerah Pemasaran Organisasi dan Manajemen Struktur Organisasi Perusahaan x

11 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Jumlah Tenaga Kerja Jam Kerja Proses Produksi Proses Produksi CPO Proses Produksi Biji/Inti Bahan-bahan yang Digunakan VI. OPTIMALISASI TANDAN BUAH SEGAR PKS ADOLINA Perumusan Model Linier Optimalisasi TBS Fungsi Tujuan Kendala-Kendala Optimalisasi Pengadaan TBS Hasil Optimal Pengolahan TBS Analisis Sensitivitas Hasil Analisis Optimalisasi dengan Skenario Skenario 1 Penurunan Pasokan Pembelian Sebesar 44,8 Persen dan Peningkatan Produksi Kebun Sendiri Sebesar 22 Persen Hasil Optimal Skenario 2: Peningkatan Ketersediaan Tenaga Kerja (HOK) Sebesar 10 Persen BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Dunia Tahun (ribu ton) Kinerja Ekspor CPO dan Produk Turunannya Asal Indonesia Menurut Negara Tujuan Ekspor Tahun (juta ton) Luas Areal Kelapa Sawit menurut Pengusahaannya Tahun (ha) Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun (ton) Capaian Produksi dan Produktifitas TBS Kebun Adolina Tahun (ton/ha) Perhitungan Produksi TBS pada Luasan Lahan TM Adolina Tahun Variabel Keputusan Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku TBS PKS Adolina Jumlah Karyawan Unit Usaha Adolina Jam Kerja Karyawan Kantor Unit Usaha Adolina Jam Kerja Karyawan PKS Adolina Kendala Kapasitas Maksimal PKS Adolina Tahun Kendala Ketersediaan TBS Pembelian 40 Persen dari Kebun sendiri Tahun Kendala Kuota Pembelian TBS dari Kebun Pembelian Tahun Jumlah Pekerja dalam Dua Shift di PKS Adolina Tahun Pasokan Bahan Baku Tandan Buah Segar dari Kebun Adolina dan Pembelian Pada Tahun Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja di PKS Adolina Tahun Kriteria Tandan Buah Segar Matang Panen Rendemen CPO dari TBS Kebun Adolina dan Pembelian Tahun Kendala Transfer TBS Menjadi CPO PKS Adolina Tahun Rendemen PKO dari Kebun Adolina dan Pembelian Tahun Kendala Transfer TBS Menjadi PKO Tahun Kendala Biaya Pengolahan CPO dan PKO Tahun Selisih Keuntungan Keadaan Optimal Aktual Adolina Tahun xii

13 24. Pengadaan TBS Optimal dan Aktual dari Kebun Adolina Tahun Pengadaan TBS Optimal dan Aktual TBS Pembelian Alokasi Pemanfaatan Optimal Kapasitas PKS Adolina Tahun Hasil Analisis Pasokan Bahan Baku TBS dari Pihak Ketiga Pada Kondisi Model Aktual Hasil Analisis Kuota Pembelian TBS Pada Kondisi Model Aktual Analisis Ketersediaan Tenaga Kerja Pada Kondisi Model Aktual Analisis Transfer TBS menjadi CPO Pada Kondisi Model Aktual Hasil Analisis Transfer TBS menjadi PKO Pada Kondisi Model Aktual Hasil Analisis Biaya Pengolahan Pada Kondisi Model Aktual Analisis Sensitivitas Nilai Biaya Bahan Baku TBS Kebun Adolina Analisis Sensitivitas Nilai Biaya Bahan Baku TBS Pembelian Analisis Sensitivitas Nilai Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Kelapa Sawit Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Kendala Ketersediaan TBS Pembelian Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Kuota Pembelian TBS Pada Kondisi Model Aktual Analisis Sensitivitas Nilai Ketersediaan Tenaga Kerja Pengolahan pada Kondisi Model Aktual Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Transfer TBS Menjadi CPO Analisis Sensitivitas Nilai Transfer TBS Menjadi PKO Analisis Sensitivitas Biaya Pengolahan Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di PKS Adolina Luas Areal dan Produksi Kebun Adolina Tahun Persentasi Penurunan Pasokan Pembelian yang Diperbolehkan Pasokan TBS Kebun Adolina dan TBS Pembelian Skenario Satu Fungsi Kendala Ketersediaan Pasokan TBS Pembelian Pada Skenario Satu Fungsi Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Pada Skenario satu Keadaan Optimal Skenario Satu dengan Keadaan Optimal Model Awal Keuntungan Skenario Satu dengan Keadaan Aktual PKS Adolina xiii

14 50. Pengadaan TBS Optimal dan Aktual dari Kebun Adolina Skenario Satu Pengadaan TBS Optimal dan Aktual Pembelian Skenario Satu Perubahan Nilai Reduce Cost Ketersediaan TBS Pembelian Pada Skenario Satu Perubahan Nilai Slack/Surplus Ketersediaan Pasokan TBS Pembelian Pada Skenario Satu Perubahan Nilai Dual Ketersediaan Keteresediaan Tenaga Kerja Pada Skenario satu Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Skenario Satu Selisih Keadaan Optimal Skenario Dua dengan Keadaan Optimal Model Selisih Keadaan Optimal Skenario Dua dengan Keadaan Optimal Model Awal PKS Adolina Tahun Pengadaan TBS Optimal dan Aktual dari Kebun Adolina Skenario Dua Pengadaan TBS Optimal dan Aktual Pembelian Skenario Dua Perubahan Nilai Slack/Surplus Ketersediaan Pasokan TBS Pembelian Pada Skenario Dua Fungsi Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Pada Skenario Perubahan Nilai Dual Ketersediaan Tenaga Kerja Pada Skenario Dua Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Skenario Dua xiv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Produksi Kerangka Pemikiran Operasional Struktur Organisasi PTPN IV Unit Adolina xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Perolehan Koefisien Model Tujuan Persentasi Realisasi Pasokan TBS Kebun Adolina dan Pembelian Hasil Optimal Model Awal Hasil Optimalisasi Skenario Satu Hasil Optimalisasi Skenario Dua Persentasi Realisasi Pasokan TBS Kebun Adolina dan Pembelian Skenario satu xvi

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor salah satunya adalah kelapa sawit. Minyak sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) merupakan produk yang berasal dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Produk hasil perkebunan tersebut memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit selain dapat digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat juga digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan. Tingginya permintaan minyak kelapa sawit tercermin dari meningkatnya konsumsi minyak sawit dunia. Perbandingan produksi dan konsumsi minyak sawit dunia yang setiap tahunnya meningkat. Produksi minyak sawit pertumbuhannya dari tahun 2001 sampai 2008 mencapai 6,75 persen dan pertumbuhan konsumsi pada rentang tahun yang sama mencapai 6,93 persen. Hal ini menunjukan pertumbuhan produksi dan konsumsi hampir sama, namun pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dibandingkan produksi. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit Dunia Tahun (ribu ton) Tahun Produksi Konsumsi Pertumbuhan (%/tahun) 6,75 6,93 Sumber : Departemen Perdagangan, 2008 Produktivitas minyak sawit Indonesia yang berada di peringkat kedua dunia diharapkan akan tetap dapat memasok kebutuhan minyak sawit dunia secara berkesinambungan. Hal ini didukung dengan perkembangan kinerja ekspor CPO 1

18 dan turunannya asal Indonesia selama enam tahun terakhir , cenderung mengalami peningkatan (Tabel 2). Persentase peningkatan pada kinerja ekspor CPO yang berkisar 4,13 persen hingga 14,58 persen ini mengindikasikan bahwa salah satu sumber penghasil devisa Indonesia berasal dari ekspor CPO ke Negara seperti India, China dan Uni Eropa. Tabel 2. Kinerja Ekspor CPO dan Produk Turunannya Asal Indonesia Menurut Negara Tujuan Ekspor Tahun (juta ton) Tahun Laju Negara (%/tahun) India 2,76 2,56 2,48 3,31 4,71 5,5 11,6 China 1,08 1,35 1,76 1,44 1,77 2,65 14,5 Uni Eropa 1,47 1,89 2,01 1,83 2,58 3,14 13,0 Lainnya 3,35 4,57 5,85 3,5 5,15 5,55 4,1 Total 8,66 10,38 12,1 11,88 14,29 16,83 12,1 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010 Produksi industri CPO membutuhkan input dari perkebunan kelapa sawit dalam bentuk TBS. Perkebunan kelapa sawit dengan hasilnya berupa TBS merupakan hulu dari industri CPO dan PKO, sedangkan industri hilir utamanya adalah industri minyak goreng sawit dan produk non pangan oleokimia. Peran industri perkebunan negara, rakyat dan swasta dalam skala kecil maupun besar tidak terlepas dari perkembangan luas areal total perkebunan kelapa sawit. Rata-rata laju pertumbuhan luasan areal penanaman kelapa sawit Indonesia sejak tahun 2006 sampai 2010 (2010 masih berupa angka sementara) untuk kategori PR adalah 4,56 persen atau bertambah seluas hektar, untuk PBN mengalami penurunan 2,11 persen atau menurun seluas hektar, sedangkan untuk PBS adalah sebesar 6,02 persen atau bertambah seluas hektar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Perkebunan pada Tabel 3. diketahui bahwa peningkatan terbesar dalam memperluas areal kelapa sawit ditempati oleh PBS dengan porsi hektar terbesar diikuti oleh PR, serta PBN. 2

19 Tabel 3. Luas Areal Kelapa Sawit menurut Pengusahaannya Tahun (ha) Tahun PR PBN PBS TOTAL * Laju (%/tahun) 4,56 2,11 6,02 5,93 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010 Keterangan :*) Angka Sementara Sejalan dengan semakin bertambah luasnya lahan tanaman kelapa sawit, maka produksi minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) juga mengalami kenaikan. Pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir yang melebihi pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit dunia mengindikasikan optimalisasi produksi industri minyak kelapa sawit belum dapat tercapai. Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui kontribusi produksi minyak sawit (CPO) yang berasal dari Perkebunan Besar milik Negara masih rendah dibandingkan dengan Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat yang terus mengalami peningkatan produksi. Tabel 4. Produksi Minyak Kelapa Sawit Indonesia Tahun (ton) Tahun PR PBN PBS TOTAL * Laju (%/tahun) 11,41 0,047 12,2 11,0 Sumber ; Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010 Keterangan :*) Angka Sementara Unit Usaha Adolina adalah salah satu produsen industri CPO yang tetap melakukan kegiatan produksi mengolah kelapa sawit menjadi CPO sebagai bahan baku untuk industri hilir minyak dan oleokimia adalah PTPN IV dimana unit wilayah bisnisnya terdapat di daerah Sumatera Utara. Unit usaha Adolina merupakan salah satu unit usaha milik PTPN IV. Kebun kelapa sawit Adolina 3

20 memiliki luas areal penanaman kelapa sawit 8.815,69 hektar yang terdapat di enam wilayah kecamatan, yaitu Perbaungan, Bangun Purba, Pantai Cermin, Galang, STM Hilir dan Gajahan serta dua Kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Kapasitas mesin pengolahan kelapa sawit yang memproduksi 30 ton/jam TBS ini memproduksi CPO dan PKO sesuai dengan besarnya pasokan bahan baku TBS yang dipanen dari kebun sendiri PTPN IV dan pembelian dari pihak ketiga. Oleh karena itu penting untuk mengetahui kesinambungan hubungan antara perkebunan sebagai penyedia bahan baku dengan pabrik pengolahan yang membutuhkan bahan baku dalam industri pengolahan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan misi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit pertama dunia yang memasok kebutuhan bahan baku industri hilir dan produk turunannya Perumusan Masalah Unit usaha Adolina melakukan dua jenis kegiatan operasional utama, yaitu perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit secara garis besar melakukan kegiatan seperti, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM), panen, pengangkutan TBS, penyisipan dan peremajaan (replanting). Pabrik kelapa sawit (PKS) Adolina melakukan kegiatan pengolahan TBS untuk menghasilkan CPO dan PKO. PKS Adolina memiliki kapasitas terpasang 30 ton TBS/jam, dengan dengan rata-rata 22 jam kerja per hari dan 25 hari kerja perbulan. Kapasitas tersebut merupakan batasan kemampuan pabrik untuk melakukan kegiatan pengolahan TBS menjadi CPO dan PKO. Artinya PKS Adolina mampu mengolah ton TBS per bulan atau sekitar ton TBS per tahun. Sementara produksi aktual TBS pada tahun 2010 sebanyak ,2 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi TBS kebun Adolina hanya mampu memenuhi kebutuhan bahan baku PKS sebanyak 68 persen dari kapasitas terpasang. 4

21 Tabel 5. Capaian Produksi dan Produktifitas TBS Kebun Adolina Tahun (ton/ha) Tahun Luas areal TM TBS Produktivitas (ha) (kg) (ton/ha) , , , , ,28 Perhitungan Produksi TBS pada luasan lahan TM Adolina tahun 2010 mampu menghasilkan TBS sebesar ton, sementara produksi aktual hanya mencapai ,2 ton TBS. Selisih dari produksi tersebut merupakan potensi yang masih dapat dimanfaatkan oleh kebun Adolina untuk menghasilakan TBS sebanyak ,8 ton. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa potensi produksi TBS dari kebun Adolina belum mampu memenuhi kebutuhan TBS kapasitas maksimal PKS. Hal ini dapat dilihat dari selisih antara kapasitas olah maksimal PKS ton TBS per tahun, sementara produksi TBS kebun di perhitungkan mencapai ton per tahun. Perhitungan luasan lahan TM dan potensi produksi TBS pada tahun 2010 menunjukkan bahwa pasokan TBS yang dihasilkan oleh kebun Adolina hanya mampu memenuhi kebutuhan TBS sebesar 76,2 persen dari total kapasitas olah PKS. Tabel 6. Perhitungan Produksi TBS pada Luasan Lahan TM Adolina Tahun 2010 Tahun Penanaman (n) Umur Tanaman (thn) Luas Lahan (ha) Produktivitas pertahun (ton/ha) Total Produksi (ton) n n n n n n n n n n n n n Total Produksi

22 Dalam rangka memaksimumkan keuntungan, unit usaha Adolina selama ini telah melakukan kegiatan pengadaan TBS melalui pembelian. Pada tahun 2010 kapasitas aktual PKS sebesar 92,5 persen dengan pasokan TBS dari kebun Adolina sebanyak 73 persen dan TBS pembelian rata-rata mencapai 27 persen. Adanya potensi kebun Adolina yang belum dimanfaatkan diharapkan mampu meningkatkan pasokan TBS kebun Adolina untuk memaksimumkan keuntungan PKS Adolina. Kendala yang dihadapi perusahaan meliputi jumlah dan ketersediaan bahan baku yang terbatas, penggunaan kapasitas pabrik yang belum efisien, penggunaan tenaga kerja di pabrik dan kendala transfer CPO dan PKO. Salah satu cara untuk menjaga persediaan bahan baku yang optimal pada kapasitas olah pabrik terpasang yaitu dengan mengetahui kemungkinan jumlah pasokan bahan baku dari kebun sendiri dan pembelian TBS dari pihak ketiga. Dari uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini ialah : 1. Bagaimana tingkat pengadaan bahan baku TBS pada kondisi aktual dan optimal pada PKS Adolina? 2. Bagaimana kombinasi pasokan bahan baku yang optimal agar perusahaan mencapai keuntungan yang maksimal? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui tingkat pengadaan bahan baku TBS pada kondisi aktual dan optimal pada PKS Adolina. 2. Mengidentifikasi kombinasi tingkat pengadaan optimal TBS sehingga tercapai keuntungan maksimum perusahaan Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik bagi pihak PKS Adolina, penulis, maupun bagi pembaca. Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya pengelolaan pengadaan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri, untuk mendukung efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi masukan atau informasi sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan oleh pihak perusahaan. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat 6

23 memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan, serta sebagai pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai optimalisasi produksi TBS pada industri primer CPO dan PKO dan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian ini hanya menekankan kepada pengaplikasiaan metode linier programming agar tercapai optimalisasi pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PKO yang berasal dari kebun sendiri dan pembelian dengan kendala kapasitas maksimal pabrik, ketersediaan TBS pembelian, kuota TBS pembelian, tenaga kerja dan kendala transfer. Sedangkan bagaimana melakukan pengendalian pengadaan bahan baku CPO dan PK serta sistem pengendalian pengadaan yang digunakan dalam pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) Adolina bukan menjadi bagian penelitian ini. 7

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Industri Kelapa Sawit Indonesia Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian (2005), industri pengolahan kelapa sawit yang mengolah tandan buah segar (TBS) menjadi CPO terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan luas areal dan produksi. Pada tahun 2005, jumlah unit pengolahan di seluruh Indonesia mencapai 320 unit dengan kapasitas olah 13,520 ton TBS per jam. Sedangkan industri pengolahan produk turunannya, kecuali minyak goreng, masih belum berkembang, dan kapasitas terpasang baru sekitar 11 juta ton. Industri oleokimia Indonesia sampai tahun 2000 baru memproduksi olekimia 10,8 persen dari produksi dunia Sistem Pengadaan Bahan Baku Penelitian Yurfelly (1998) menyatakan bahwa pengadaan bahan baku pada CV. Mulia belum optimal. Hal ini dilihat dari cara untuk mendapatkan bahan baku tersebut. Pengadaan bahan baku dengan cara pemesanan sesuai dengan keadaan sekarang untuk langsung diproses akan menyebabkan adanya waktu yang terbuang akibat menunggu antara bahan baku dipesan hingga bahan baku dikirim. Selain itu jika teryata bahan baku tidak tersedia maka perusahaan harus mencari pemasok-pemasok lain. Sedangkan untuk proses produksi berlangsung diperlukan bahan baku dengan kualitas, kuantitas dan waktu yang tepat. Pemesanan optimal yang perlu dilakukan perusahaan sebanyak 8 kali, namun perusahaan melakukan 12 kali pemesanan akibatnya adalah biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Yurfelly juga menyatakan bahwa sumberdaya yang ada di CV. Mulia berlebih, seperti sumberdaya tenaga kerja mesin dan sebagian bahan baku. Sumberdaya tersebut hanya akan mengakibatkan pemborosan biaya. Sementara sumberdaya pembatas pur AC Yamato, kulit box kotak jeruk, kulit polos hitam, kulit box polos hitam, dan kulit SP polos hitam. Penelitian Tandyna (2001) dalam penelitiannya mengenai system pengadaan bahan baku dan optimalisasi produksi natadecoco pada PT. Menacoco Sari, Jakarta menyatakan bahwa produksi belum mencapai kondisi optimal. Hal ini terlihat dari penggunaan sumberdaya yang banyak berlebih bahan baku gula, 8

25 penggunaan jam kerja pengemasan dan jam kerja mesin. Bahan baku nata mentah dan jam kerja produksi merupakan sumberdaya yang dimanfaatkan secara maksimal pada kondisi optimal. Sumberdaya nata mentah merupakan sumberdaya pembatas utama dengan nilai dual sebesar Rp Bahan baku merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam biaya varabel. Oleh sebab itu untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan perlu diadakan sistem perencanaan pengadaan bahan baku. Pengendaliaan bahan baku yang optimal akan menekan atau menghidarkan perusahaan dari pemborosan biaya-biaya yang ditimbulkan oleh persediaan. Bahari (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam melakukan perencanaan pengadaan bahan baku terdapat beberapa factor yang harus diperhatikan seperti pola data suplai bahan baku dari tiap sumber, pola data permintaan produk, dan jumlah persediaan pada periode sebelumnya. Adanya fluktuasi pengadaan bahan baku akan berdampak pada kuantitas produk yang dihasilkan Model Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku Salah satu teknik optimalisasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah optimalisasi berkendala adalah penggunaan teknik Linear Programming (LP). LP merupakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah optimalisasi berkendala dimana semua fungsi tujuan dan kendala merupakan fungsi linier. Penentuan fungsi tujuan dalam metode LP terdiri dari maksimisasi keuntungan dan minimisasi biaya. Penelitian Haloho (2008), Cakraningrum (2000) dan Sugiharto (2001) membentuk fungsi tujuan perusahaan dengan cara maksimisasi keuntungan pada kendala sumberdaya yang terbatas. Cakraningrum (2000), Sugiharto (2001) dan Thamrin (2003) merumuskan model fungsi tujuan dengan keuntungan yang dimaksimalkan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi. Sedangkan Haloho (2008) merumuskan fungsi tujuan berdasarkan perkembangan keuntungan perusahaan. Pada dasarnya optimalisasi pengadaan bahan baku berkendala merupakan persoalan dalam memperhitungkan nilai atau fungsi variabel yang memperhatikan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Keterbatasan sumberdaya uuntuk menghasilkan keuntungan optimal perusahaan dalam mengoptimalkan 9

26 bahan baku pada umumnya kapasitas mesin atau kapasitas produksi, ketersediaan tenaga kerja langsung, ketersediaan kebun pihak ketiga dan kendala transfer. Cakraningrum (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Bahan Baku Pabrik Gula (Studi Kasus pada PG Mojo, Sragen, Jawa Tengah) menyatakan bahwa tingkat penggunaan lahan pada kondisi actual lebih besar dibandingkan kondisi optimalnya sebesar 22,5 persen, jumlah produksi tebu pada kondisi actual juga lebih besar dibandingkan kondisi aktualnya sebesar 5,72 persen, namun jumlah gula yang dihasilkan oleh pabrik lebih rendah 3,88 persen dari kondisi optimalnya. Hal ini terutama disebabkan oleh kondisi rendemen aktual yang rendah sehingga keuntungan yang diterima pada kondisi aktual lebih kecil dari nilai optimalnya. Haloho (2008) dengan penelitiannya mengenai Analisis optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil dan Palm Kernel (Kasus Kegiatan Replanting PTPN.VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten) menggunakan Model Dekomposisi Multiplikatif menyatakan bahwa kombinasi pengadaan TBS belum mencapai kondisi optimalnya yaitu Rp Dengan scenario penurunan produksi kebun sendiri sebesar 20 persen dapat meningkatkan keuntungan optimal sebesar Rp Fungsi kendala yang terdapat ialah kapasitas maksimal PKS, tenaga kerja, produksi kebun sendiri 100 persen, produksi kebun sendiri 80 persen, pembelian 4 persen dan batasan kuota pembelian. Kendala pembatas dalam penelitian ini adalah ketersediaan produksi kebun sendiri 100 persen, pembelian TBS plasma 4 persen dan kuota pembelian TBS. Thamrin (2003) dalam penelitiaanya Perencanaan Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku Pada Pabrik Kelapa Sawit (Studi Kasus Kegiaan Peremajaan PTPN. V, Sei Rokan, Kabupaten Rokan Hulu, Riau) menambahkan keterbatasan kendala lain yang dihadapi perusahaan dalam mengotimalkan pengadaan bahan baku seperti kendala potensi produksi kebun sendiri dan kendala kuota pembelian dari pihak ketiga. Potensi kebun sendiri dimasukkan menjadi sebuah kendala atas dasar bahwa perkebunan tersebut mengalami kegiatan replanting. Sedangkan kuota pembelian dilakukan untuk menjaga efisiensi produksi, dimana pembelian tersebut dapat diambil ataupun tidak oleh perusahaan. Penelitian tersebut 10

27 menyatakan nilai BEP kapasitas minimal pengolahan yaitu kg/bulan tahap 3 (usia tanaman 15 tahun), laba optimal Cenderung meningkat tajam karena pasokan dari kebun sendiri pada kondisi optimal. Sugiharto (2001) dengan penelitiannya mengenai Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku dan Produksi Karet Olahan di Perkebunan Cikumpay PTPTN VIII Purwakarta, Jawa Barat menyatakan bahwa peningkatan pasokan bahan baku akan menyebabkan semakin banyaknya pilihan komposisi produk akhir yang dapat diproduksi. Selain itu juga meningkatkan jumlah produk akhir yang dihasilkan. komposisi produk akhir berdasarkan analisis sensitivitasnya tidak peka terhadap penurunan harga bahan baku tetapi peka terhadap kenaikan harga bahan baku. Hasil keuntungan optimal Rp Skenario penambahan jumlah mesin sheleter, kamar pengering, mesin pemusing dan mesin mungle akan menambah keuntungan optimal perusahaan menjadi Rp Dalam tehnik optimalisasi, upaya memperoleh solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi perusahaan jarang diperoleh suatu solusi yang terbaik. Dalam penelitian Sugiharto (2001) dan Thamrin (2003), Tandyna dan Haloho (2008) menunjukkan masih adanya perbedaan antara keuntungan pada kondisi optimal dan kondisi actual dimana keuntungan pada kondisi optimal belum tercapai. Pada dasarnya keadaan tersebut terjadi karena pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki belum mencapai kondisi optimalnya. Sementara Cakranigrum (2000) juga menunjukan bahwa tingkat keuntungan pada kondisi optimal lebih tinggi dari pada kondisi aktualnya walaupun penggunaan sumberdaya actual berada diatas penggunaan sumberdaya optimal. Berdasarkan dari keempat penelitian terdahulu tersebut, penggunaan LP atau asumsi-asumsi yang digunakan belum mampu secara tepat dalam model menggambarkan kondisi optimal sama dengan kondisi actual. 11

28 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa. Dalam kegiatan penciptaan ataupun penambahan kegunaan suatu barang dibutuhkan factor-faktor produksi yang terdiri atas tanah atau alam, modal, tenaga kerja dan keterampilan manajerial (managerial skill) serta keterampilan teknis dan teknologi. Factor-faktor yang merupakan masukan (input) dalam proses produksi dan operasi terdiri atas bahan dan peralatan mesin, tenaga kerja, dan dana. Fungsi produksi (Gambar 1) adalah hubungan antara faktor produksi yang digunakan sebagai masukan (input) dalam proses produksi dengan jumlah keluaran (output) yang dihasilakan pada suatu waktu dan tingkat teknologi tertentu. Secara simbolik fungsi produksi dapat ditulis seperti berikut: Y = f ( X1,X2,X3,..Xn) Dimana, Y adalah output yang dihasilkan dan X1 sampai dengan Xn merupakan sejumlah input yang digunakan dalam kegiatan proses produksi. Sementara symbol f menunjukan bentuk hubungan transformasi produksi input menjadi output (Purvis, Steyner dan Lipsey, 1986). Dari fungsi produksi tersebut dapat diketahui bahwa output yang dihasilkan secara fisik sangat dipengaruhi oleh jumlah input yang digunakan, dalam hal ini output sebagai variable dependen merespon setiap perubahan input sebagai variable independennya. Daerah I terjadi ketika produk marjinal (PM) lebih besar dari produk ratarata (PR). Pada kondisi ini produk rat-rata (PR) meningkat hingga kondisi maksimalanya pada akhir tahap I. kegiatan produksi pada tahap ini secara ekonomi tidak rasional karena input-input belum digunakan secara efisien, jadi sebenarnya tingkat produksi masih dapat ditingkatkan dengan melakukan penambahan penggunaan input. 12

29 Daerah II terjadi ketika produk marjinal (PM) mengalami penurunan hingga besarnya lebih kecil dari produk rata-rata (PR) tapi masih lebih besar dari nol. Daerah ini merupakan daerah rasional bagi kegiatan produksi, karena pada daerah ini kegiatan produksi sudah efisien. Efisiensi penggunaan input variable mencapai puncaknya pada awal tahap II, yaitu ketika produk rata-rata (PR) sama dengan produk marjinalnya (PM). Efisiensi penggunaan input tetap mencapai kondisi puncaknya pada akhir tahap II, yaitu ketika produk marginal sama dengan nol. Daerah III terjadi ketika produk marjinal (PM) lebih kecil dari nol. Kegiatan produksi yang dilakukan pada daerah ini, secara ekonomi tidak rational kaerena setiap penambahan input yang dilakukan terhadap input tetap akan diperoleh output yang semakin menurun. Output (Y) Produk total (PT) 0<EP<1 EP<0 I II III PM maks PR maks Gambar 1. Kurva Produksi Sumber : Purvis, Steyner dan Lipsey, 1986 Produk rata-rata (PR) Input (X) Produk marginal (PM) Pengadaan Bahan Baku Mulyadi (2000) menyatakan bahwa kebutuhan bahan baku merupakan bagian dari sistem pengendalian persediaan produksi. Bahan baku membentuk bagian secara menyeluruh suatu produk jadi yang siap dipasarkan kepada pelanggan dengan menggunakan saluran pemasaran yang ada. Menurut Handoko (2000), bahan baku digolongkan atas tiga Kriteria yaitu bahan mentah, part, dan supplies. Bahan mentah merupakan bagian terbesar dari 13

30 barang jadi dan merupakan pengeluaran terbesar dalam memproduksi suatu barang. Part merupakan bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil, sedangkan supplies merupakan bahan yang dipergunakan dalam proses produksi tetapi tidak mengambil bagian dari barang jadi. Berdasarkan atas cara perolehannya bahan baku dapat dibedakan menjadi kelompok bahan baku yang diberi dan bahan baku yang diproduksi oleh perusahaan sendiri. Dalam mempertimbangkan perolehan bahan baku ini terdapat dua dasar pokok pertimbangan yaitu ketersediaan bahan di pasar dan tingkat harga yang diterima. Keputusan pengadaan bahan baku dengan membeli dilakukan apabila bahan baku banyak terdapat dipasar dengan harga yang lebih rendah dari pada biaya per satuan jika memproduksi sendiri. Cara memperoleh bahan baku tiap perusahaan berbeda-beda. System pengadaan bahan baku yang baik dapat menjamin kelangsungan proses produksi merupakan hal yang harus dilakukan setiap perusahaan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas produksi. Dalam analisis pengadaan bahan baku yang berasal dari produk-produk pertanian, terdapat lima unsur yang dapat diperhatikan, yaitu (Austin, 1981) : 1. Kuantitas, menunjukan jumlah ketersediaan bahan baku 2. Kualitas, mencakup penentuan dan pengawasan mutu bahan baku 3. Waktu, karena hasil pertanian bersifat musiman 4. Biaya yang wajar 5. Organisasi yang meliputi struktur, kekuatan, dan integrasi vertical Tindakan-tindakan yang diambil oleh perusahaan agroindustri dalam pengendalian kualitas produk-produk pertanian yang dihasilkan petani untuk kebutuhan agroindustrinya adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan saran produksi pertanian bagi petani 2. Memberi pengarahan teknis dan pelatihan kepada petani 3. Menyediakan saran fisik 4. Member insentif harga bagi produk yang berkualitas 5. Melakukan pemeriksaan tanaman di lapangan 6. Menanam sendiri tanaman-tanaman untuk kebutuhan agroindustrinya 14

31 Pengadaan bahan baku pabrik kelapa sawit Adolina dilakukan dengan dua cara yaitu memproduksi (menanam) kelapa sawit sendiri dan pembelian dari petani. Penanaman kelapa sawit sendiri berfungsi untuk menjamin ketersediaan bahan baku yang akan diproduksi pabrik kelapa sawit secara kontiniu apabila petani tidak bersedia memasok kelapa sawit ke pabrik Optimalisasi Persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Setiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki keterbatasan atas sumberdayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin maupun modal. Adanya keterbatasan ini membuat perusahaan perlu mencari suatu alternatif strategi yang mengoptimalkan hasil yang dicapainya baik itu berupa keuntungan yang maksimal maupun biaya yang minimum (Subagyo, Asri dan Handoko 2000). Tujuan optimalisasi adalah untuk memaksimumkan nilai atau keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan biaya yang akan dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada diluar jangkauan pelaku kegiatan tersebut. Dalam upaya memperoleh solusi dari suatu permasalahan, hasil yang diperoleh jarang mendapat suatu solusi yang terbaik yang diakibatkan oleh kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu pendekatan dengan optimalisasi sering menghasilkan jawaban yang sifatnya terbaik kedua (the second best) (Soekartawi, 1993). Secara umum jenis persoalan optimasi meliputi optimasi tanpa kendala dan optimasi dengan kendala. Dalam optimasi tanpa kendala factor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimum atau minimum tidak terdapat batasan untuk berbagai variable (X) yang tersedia. Pada optimum dengan kendala, factor-faktor yang menjadi kendala pada fungsi ttujuan diperhatikan dan turut menentukan fungsi maksimum dan minimum fungsi tujuan (Nicholson 1995). Salah satu teknik optimasi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan optimasi berkendala adalah metode pemrograman linier. Metode Linear Programming (LP) merupakan metode yang digunakan untuk memecahakan 15

32 masalah optimasi berkendala. Dalam Linear Programming (LP) semua fungsi merupakan fungsi linier, baik fungsi kendala maupun fungsi tujuan. Metode pemrograman linier ini digunakan dengan asumsi kombinasi input suatu produk proporsinya tetap (Subagyo, Asri dan Handoko, 2000) Program Linear Menurut Subagyo, Asri dan Handoko (2000), salah satu cara yang dikenal untuk memecahkan masalah optimalisasi adalah program linear. Program linear merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber terbatas secara optimal. Masalah tersebut timbul apabila pengambil keputusan diharuskan untuk memilih atau menentukan tingkat setiap kegiatan yang akan dilakukan, dimana masing-masing kegiatan membutuhkan sumber yang sama, sedangkan jumlahnya terbatas. Program linear mencakup perencanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu hasil yang mencerminkan tercapainya suatu sasaran tertentu yang paling baik (menurut model matematis) diantara alternatif-alternatif yang mungkin dengan menggunakan fungsi linear. Metode program linear dapat digunakan dalam dua cara yaitu (Soekartawi, 1993) : 1. Meminimumkan biaya dalam rangka tetap mendapatkan total penerimaan atau total keuntungan sebesar mungkin (dikenal dengan program minimisasi) 2. Memaksimumkan total penerimaan atau total keuntungan pada kendala sumberdaya yang terbatas (dikenal dengan program memaksimumkan) Secara umum model linier programming adalah sebagai berikut: Fungsi tujuan: Maksimumkan / minimumkan : Fungsi kendala : Z = C 1 X 1 + C 2 X 2 + C 3 X C j X j a 11 X 1 + a 12 X 2 + a 13 X a 1j X j b 1 a 21 X 1 + a 22 X 2 + a 23 X a 1j X j b 2... a i1 X 1 + a i2 X 2 + a i3 X a ij X j b i 16

33 X 1, X 2, X 3,, X j 0 Keterangan : Z X j C j a ij b i = Nilai fungsi tujuan = Peubah pengambilan keputusan atau kegiatan ke-j (yang ingin dicari) = Koefisien peubah pengambil keputusan dalam fungsi tujuan = Koefisien teknologi dalam kendala ke-i pada kegiatan ke-j = Sumberdaya yang terbatas yang membetasi kegiatan atau usaha yang bersangkutan, disebut pula konstanta nilai sebelah kanan dari kendala ke-i Menurut Subagyo, Asri dan Handoko (2000), penggunaan model LP dilandasi empat asumsi dasar, yaitu : 1. Proporsionalitas, berarti pada variabel keputusan (Xj) berubah, maka dampaknya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan, (CjXj), dan fungsi kendala (aijxj) 2. Aditivitas, berarti bahwa nilai parameter suatu kriteria optimalisasi merupakan jumlah dari nilai individu-individu (Cj) dalam model LP tersebut. 3. Divisibility, berarti bahwa variabel-variabel keputusan keputusan (Xj) dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan jika diperlukan. 4. Deterministik, berarti bahwa semua parameter dalam model LP tetap dan dapat diketahui atau ditentukan secara pasti. Menurut Soekartawi (1993), linier programming (LP) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dalam menggunakan LP adalah : 1. Mudah dilakukan apalagi jika menggunakan alat bantu computer 2. Dapat menggunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat dicapai. 3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kelemahan dalam menggunakan LP adalah bila alat bantu komputer tidak tersedia maka cara LP dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisanya bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan manual saja. Kelemahan lain yang dimiliki LP, penggunaan asumsi linieritas, karena didalam kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak sesuai. 17

34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Dalam rangka mencapai keuntungan maksimal Unit usaha Adolina perlu membuat perencanaan produksi optimal untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan. Salah satu perencanaan produksi optimal adalah perencanaan bahan baku. Perumusan pengadaan bahan baku TBS sebagai bahan baku CPO dan PKO pada tingkat optimal bertujuan untuk mengetahui kombinasi pengadaan bahan baku TBS yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan untuk diolah di pabrik kelapa sawit. Perencanaan kombinasi pengadaan bahan baku yang optimal dapat dicari dengan menggunakan Linear Programming. Dalam pengadaan bahan baku TBS untuk kegiatan pengolahan menjadi CPO dan PK unit usaha Adolina memiliki beberapa kendala seperti kapasitas pabrik, potensi kebun sendiri, tenaga kerja dan kuota pembelian TBS dari pihak ketiga. Beradasarkan kegiatan dalam pengadaan bahan baku TBS dan keterbatasan sumberdaya tersebut maka dirumuskan suatu perencanaan pengadaan bahan baku yang optimal dengan maksud mengetahui kombinasi aktivitas yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis optimalisasi untuk mengetahui besarnya proporsi pengadaan bahan baku TBS dari kebun sendiri dan pihak ketiga untuk memenuhi kapasitas pabrik dan memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Setelah mengetahui besarnya biaya pengadaan dari tiap sumber, maka dapat disusun model perencanaan optimalisasi produksi dilanjutkan dengan merumuskan kendala-kendala dari model tujuan berdasarkan data yang diperoleh untuk diolah dalam bentuk persamaan program linier dengan menggunakan program LINDO. Program linier akan memberikan beberapa alternatif dan tindakan yang akan diambil perusahaan dalam mencapai solusi optimalnya yaitu maksimasi keuntungan perusahaan dari kegiatan pengadaan TBS dalam memproduksi CPO dan PKO. 18

35 Kendala : Kapasitas pabrik, Pembelian dari plasma, Kuota pembelian dari pihak ketiga, Tenaga Kerja dan kendala Tranfer Pengolahan. Kegiatan produksi Aktual Perencanaan bahan baku Produksi (TBS) Pengadaan Bahan Baku TBS Perencanaan Produksi Optimalisasi Pengadaan Bahan Baku TBS Tujuan perusahaan: Memaksimumkan Keuntungan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional 19

36 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa PTPN IV merupakan perusahaan negara yang bergerak dalam agroindustri tanaman perkebunan serta pengolahan kelapa sawit milik pemerintah yang tetap eksis dalam memenuhi permintaan bahan baku CPO sebagai kebutuhan industri primer minyak goreng dan olein nasional. Adapun pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2011-Juli Jenis dan Sumber Data Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak perusahaan, baik manajer (Administratur) kebun, Tata Usaha Keuangan untuk mengetahui kondisi operasional perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam rangka pengelolaan produksi dan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumennya. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan. Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur, hasil penelitian, dan laporan manajemen perusahaan. Data tersebut berupa data penjualan dan pengolahan CPO dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2010, data pembelian TBS dari pihak ketiga, data biaya pengadaan TBS yang dikeluarkan dari kebun sendiri, data identifikasi kebutuhan bahan baku, kapasitas pabrik dan jumlah tenaga kerja pengolahan, serta harga jual produk akhir CPO Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dijabarkan secara deskriptif mengenai gambaran, kondisi umum dan proses produksi PKS Adolina. Data kuantitatif yang digunakan adalah data produksi CPO dan PKO selama tahun Data kuantitatif ini berupa analisis penentuan harga pengadaan bahan baku TBS (Rp/kg), biaya produksi dan keuntungan aktual perusahaan yang kemudian diolah dengan program Microsoft Excel. Hasil 20

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

Oleh : EBRINEDY HALOHO A ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen crude palm oil (CPO)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa JAS Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) e-issn :2581-0227 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/jas/index Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, perkembangan perusahaan baik dalam bidang jasa atau produksi dapat dikatakan maju secara signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, yaitu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor

BAB I PENDAHULUAN. efesien dan tangguh serta dapat menunjang sektor industri. Kemudian sektor BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan perekonomian nasional seperti yang telah dituangkan dalam pola umum pembangunan jangka panjang pemerintah telah menggariskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan memiliki tiga tujuan utama yang ingin dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal, pertumbuhan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT 27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

OLEH DODI EKAPRASETYA A

OLEH DODI EKAPRASETYA A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara ) OLEH DODI

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA SKRIPSI

DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA SKRIPSI DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA (Studi Kasus : PT. Perkebunan Nusantara III) SKRIPSI OLEH:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

Oleh : EBRINEDY HALOHO A ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu sub sistem pembangunan nasional harus selalu memperhatikan dan senantiasa diupayakan untuk menunjang pembangunan wilayah setempat.

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat PT. Paya Pinang Pada bulan Maret tahun 1962 para pendiri perusahaan (pribumi) yang tergabung dalam PT. Sumber Deli dan PT. Tjipta Makmur (sebagai owner) yang

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 29 40. PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ Sarah Marina Gultom, Faigiziduhu Bu ulolo, Henry Rani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau A. Kemampuan Daya Dukung Wilayah (DDW) Terhadap Pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Industri perbankan, khususnya bank umum, merupakan pusat dari sistem keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat penyimpanan dana, membantu pembiayaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia Industri pengolahan susu baik berskala kecil maupun berskala besar memiliki peranan penting dan strategis bagi perkembangan agribisnis

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah- Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2015 dapat kami susun dan sajikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pada dasarnya setiap perusahaan yang bergerak di sektor apapun pasti memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dengan biaya yang minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh perusahaan adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa

BAB I PENDAHULUAN. dicapai oleh perusahaan adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai berbagai tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu tujuan yang penting untuk dicapai oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN TUGAS SARJANA

PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN TUGAS SARJANA PENENTUAN KAPASITAS OPTIMAL PRODUKSI CPO DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING PADA PABRIK KELAPA SAWIT (PTPN III) SEI RAMBUTAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA Pada bab V ini dikemukakan secara ringkas gambaran umum ekonomi kelapa sawit dan karet Indonesia meliputi beberapa variabel utama yaitu perkembangan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010. Lokasi penelitian berada di PT Perikanan Nusantara Cabang Benoa, Bali (Peta lokasi kantor PT Perikanan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Akhmad Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085271968335; Email: akhmad_agb08@yahoo.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri. PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya

Lebih terperinci

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A14103102 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari 3 dasawarsa dalam pasar minyak nabati dunia, terjadi pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara tahun 1980 sampai

Lebih terperinci

ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON

ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON Under Guidance : Drs. Hainim Kadir, M.Si and Dra. Hj. Ritayani Iyan, MS This

Lebih terperinci

Dualitas Dalam Model Linear Programing

Dualitas Dalam Model Linear Programing Maximize or Minimize Z = f (x,y) Subject to: g (x,y) = c Dualitas Dalam Model Linear Programing Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi KONSEP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkebunan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa berpotensi besar dalam menghasilkan produk pertanian dan jasa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan

Lebih terperinci

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU ANALISIS HARGA POKOK TANDAN BUAH SEGAR(TBS), CPO DAN INTI SAWIT DI KEBUN GUNUNG BAYU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KABUPATEN SIMALUNGUN M. Zainul Arifin SPY 1), Salmiah 2) dan Emalisa 3) 1) Alumni Fakultas

Lebih terperinci